• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan TAHUN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

2020 2024 TAHUN

(2)

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PPKD

2020-2024

KEPUTUSAN DEPUTI KEPALA BPKP

BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH NOMOR KEP-12/D3/04/2020

TENTANG

(3)
(4)

KEPUTUSAN DEPUTI KEPALA BPKP

BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH NOMOR : KEP-12/D3/04/2020

TENTANG

RENCANA STRATEGIS

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2020-2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPUTI KEPALA BPKP

BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19

ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 17 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3 Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun 2020-2024;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah tentang Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Tahun 2020- 2024.

(5)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4890);

4. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 400);

5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);

6. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 663);

7. Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 5 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 352);

8. Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 546);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DEPUTI KEPALA BPKP BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH TENTANG RENCANA STRATEGIS DEPUTI

BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN

(6)

1. Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daaerah yang selanjutnya disingkat Deputi Bidang PPKD adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi BPKP di bidang pengawasan intern terhadap akuntabiitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Deputi Bidang PPKD yang dituangkan dalam Rencana Strategis Deputi Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat Renstra Deputi Bidang PPKD, adalah dokumen perencanaan Deputi Bidang PPKD untuk periode 5 (lima) tahun.

Pasal 2

1. Periode Renstra Deputi Bidang PPKD yaitu tahun 2020 sampai dengan 2024.

2. Renstra Deputi Bidang PPKD memuat strategi, program, kegiatan, dan indikator kinerja yang disusun berdasarkan Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun 2020-2024.

Pasal 3

Renstra Deputi Bidang PPKD merupakan acuan bagi seluruh unit kerja setingkat direktorat di lingkungan Deputi Bidang PPKD dalam perencanaan kinerja tahunan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana kinerja tersebut.

(7)
(8)

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PPKD

2020-2024

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DEPUTI KEPALA BPKP

BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH NOMOR KEP-12/D3/04/2020

TENTANG

(9)
(10)

Sesuai Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2020 tentang Renstra BPKP 2020-2024, BPKP memposisikan dirinya melalui visi: Menjadi Auditor Internal Pemerintah Berkelas Dunia dan

Trusted Advisor Pemerintah untuk Meningkatkan Good Governance Sektor Publik dalam

rangka Mewujudkan Visi Misi Presiden dan Wakil Presiden “Indonesia Maju yang

Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (PPKD) sebagai unit kerja eselon 1 di lingkungan BPKP meyakini bahwa untuk menjadi auditor internal pemerintah yang berkinerja unggul, harus selalu siap dan responsif menghadapi berbagai perubahan lingkungan strategis. BPKP telah mengalami transformasi peran yang sangat progresif, tidak hanya melakukan kegiatan pengawasan yang bersifat

assurance namun juga melaksanakan kegiatan konsultansi (consulting) yang

berfokus pada peningkatan kualitas tata kelola (governance), risiko (risk) dan

pengendalian intern (control). Kegiatan pengawasan tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam rangka memastikan

efektivitas manajemen publik dan tata kelola secara keseluruhan sebagai stimulan kinerja serta mengawal pengelolaan keuangan

dan pembangunan di daerah dan desa agar mendukung pencapaian agenda pembangunan nasional.

Untuk itu perlu disusun rencana strategis Deputi Bidang PPKD periode 2020-2024. Rencana strategis ini disusun dengan berpedoman pada Renstra BPKP 2020-2024. Rencana strategis ini dimaksudkan agar kegiatan pengawasan yang dilaksanakan Deputi Bidang PPKD dapat lebih fokus dan terarah sehingga kehadiran BPKP dapat dirasakan manfaatnya secara nyata

dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat.

KATA

PENGANTAR

(11)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL viv

BAB I PENDAHULUAN 2

A. Tugas dan Fungsi Deputi Bidang PPKD 4

B. Struktur Organisasi Deputi Bidang PPKD 5 C. Capaian Kinerja Deputi Bidang PPKD Tahun 2015-2019 8 1. Sasaran Strategis Deputi Bidang PPKD 8 2. Sasaran Program Deputi Bidang PPKD 12

D. Nilai-nilai Luhur 14

BAB II TARGET KINERJA, TANTANGAN, DAN STRATEGI 18

A. Program dan Sasaran Program 22

1. Sasaran Program 1: Meningkatnya Pengawasan atas

Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Daerah 23 2. Sasaran Program 2: Meningkatnya Pengawasan atas

Akuntabilitas Pembangunan Nasional 24 3. Sasaran Program 3: Meningkatnya Pengawasan atas Kualitas

Pengendalian Intern Pemerintah Daerah 25 4. Target Kinerja Deputi Bidang PPKD 30

B. Potensi dan Tantangan 31

1. Potensi dan Tantangan Hubungan Antarlembaga 32 2. Potensi dan Tantangan Proses Bisnis Internal 34 3. Potensi dan Tantangan Kelembagaan 36

C. Strategi 40

BAB III KEGIATAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN 44

A. Kegiatan dan Sasaran Kegiatan 45

1. Kegiatan 17: Pengawasan Akuntabilitas Keuangan Daerah 45 2. Kegiatan 18: Pengawasan Akuntabilitas Program

Lintas Sektoral Pembangunan Daerah 47 3. Kegiatan 19: Pengawasan Akuntabilitas Keuangan,

Pembangunan, dan Tata Kelola Pemerintahan Desa 51 4. Kegiatan 20: Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah 55

B. Kerangka Pendanaan Kegiatan 61

BAB IV PENUTUP 64

LAMPIRAN: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN 69

(12)

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Pembagian Wilayah dan Mitra Kerja Deputi Bidang PPKD 7 Gambar 1.2 Target, Realisasi, dan Capaian IKU Maturitas SPIP K/L/D

Level 3 10

Gambar 2.1 Sasaran Strategis BPKP Tahun 2020-2024 20 Gambar 2.2 Framework Renstra Deputi Bidang PPKD Tahun 2020-2024 21 Gambar 2.3 Level IACM 26 Gambar 2.4 Workshop Pengelolaan Risiko, Perencanaan Pengawasan

Berbasis Risiko, Audit Kinerja 29

Gambar 2.5 Cakupan Integrasi SIMDA 35

Gambar 2.6 Kondisi SDM per 31 Desember 2019 dengan 01 Juni 2020 37

(13)

Tabel 1.1 Penanggung Jawab Kegiatan Deputi Bidang PPKD 6 Tabel 1.2 Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Sasaran Strategis Deputi Bidang PPKD Tahun 2019 8 Tabel 1.3 Target, Realisasi, dan Evaluasi Kinerja Sasaran Program Tahun 2019 13 Tabel 2.1 Target Kinerja Sasaran Program Deputi Bidang PPKD 30

Tabel 2.2 Matriks TOWS 39

Tabel 3.1 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Nilai Efisiensi Pengeluaran Daerah

(Kegiatan 17) 46

Tabel 3.2 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Kegiatan Prioritas (KP)

yang Ditargetkan (Kegiatan 17) 47

Tabel 3.3 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Perbaikan Governance, Risk Management, and Control (GRC) pada K/L/D (Kegiatan 17) 47 Tabel 3.4 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Optimalisasi Penerimaan Daerah

(Kegiatan 18) 48

Tabel 3.5 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Potensi Pendapatan Asli Daerah

(Kegiatan 18) 48

Tabel 3.6 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Dana Transfer (Kegiatan 18) 49 Tabel 3.7 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Pembiayaan Daerah (Kegiatan 18) 49 Tabel 3.8 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Kegiatan Prioritas (KP)

yang Ditargetkan (Kegiatan 18) 50

Tabel 3.9 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Program Lintas Sektoral

Pembangunan Daerah (Kegiatan 18) 50

Tabel 3.10 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Perbaikan Governance, Risk Management,

and Control (GRC) pada K/L/D (Kegiatan 18) 51

Tabel 3.11 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Kegiatan Prioritas (KP)

yang Ditargetkan (Kegiatan 19) 52

Tabel 3.12 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Kualitas Hasil Pembangunan Desa

(Kegiatan 19) 52

Tabel 3.13 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Perbaikan Governance, Risk Management,

and Control (GRC) pada K/L/D (Kegiatan 19) 54

Daftar Tabel

(14)

Tabel 3.14 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Pengawasan atas Kegiatan Prioritas (KP)

yang Ditargetkan 55

Tabel 3.15 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya APIP K/L/D yang Menetapkan Kapabilitas

APIP Level 3 sebagai IKU 55

Tabel 3.16 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Mutu Hasil Penilaian Mandiri PK-APIP

oleh APIP K/L/D (Kegiatan 20) 56

Tabel 3.17 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Komitmen K/L/D terkait Pengeloaan

Risiko (Kegiatan 20) 58

Tabel 3.18 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Risiko pada

K/L/D (Kegiatan 20) 59

Tabel 3.19 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Mutu Hasil Evaluasi Penyelenggaraan

SPIP oleh K/L/D (Kegiatan 20) 60

Tabel 3.20 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Perbaikan Governance, Risk Management,

and Control (GRC) pada K/L/D (Kegiatan 20) 60

Tabel 3.21 Target IKK atas Sasaran Kegiatan: Meningkatnya Kerangka Regulasi Implementasi SPIP

(Kegiatan 20) 61

Tabel 3.22 Prakiraan Maju Anggaran Deputi Bidang PPKD Tahun 2020-2024 61

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

(17)

Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 15 ayat (1), setiap Kementerian/

Lembaga menyusun Rencana Strategis (Renstra) untuk periode lima tahun. Renstra K/L merupakan dokumen perencanaan jangka menengah yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga. Penyusunan Renstra K/L periode 2020-2024 berpedoman pada Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sebagai Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, telah menyusun Renstra BPKP periode 2020-2024 yang ditetapkan dengan Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun 2020-2024. Dalam pasal 3 Peraturan BPKP Nomor 2 tahun 2020 dinyatakan bahwa Renstra BPKP merupakan acuan bagi seluruh unit organisasi di lingkungan BPKP dalam penyusunan rencana strategis unit kerja, perencanaan kinerja tahunan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian dan pelaporan atas pelaksanaan rencana kinerja tersebut.

Renstra Deputi Bidang PPKD tahun 2020-2024 merupakan suatu sarana dalam berkinerja, menentukan arah kebijakan dan strategi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya untuk periode lima tahun ke depan sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra BPKP Tahun 2020-2024.

Dalam penyusunannya, Renstra Deputi Bidang PPKD Tahun 2020-

2024 selain mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang

memberikan amanah kepada BPKP untuk melakukan pembinaan

penyelenggaraan SPIP pada Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah

Daerah serta melaksanakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas

keuangan negara, juga mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 9

Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan

Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan

Rakyat. Penyusunan Renstra Deputi Bidang PPKD Tahun 2020-2024 juga dilakukan

dengan memerhatikan perubahan latar belakang dan kondisi lingkungan strategis

dewasa ini serta tantangan dan peluang yang lahir dari perubahan itu.

(18)

Hal-hal yang menjadi perhatian dalam penyusunan Renstra Deputi Bidang PPKD Tahun 2020- 2024 meliputi:

1. percepatan efektivitas penerapan SPIP dan manajemen risiko dalam pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional;

2. pengintensifan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam rangka meningkatkan kualitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara/

daerah dan pembangunan nasional serta meningkatkan upaya pencegahan korupsi;

3. pengawasan dalam rangka meningkatkan penerimaan negara/daerah serta efisiensi dan efektivitas anggaran pengeluaran negara/daerah;

4. pengawasan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas keuangan, pembangunan, dan tata kelola pemerintahan desa.

Amanat yang diemban Deputi Bidang PPKD tersebut didukung secara kelembagaan melalui pendelegasian tugas dan fungsi dan pembentukan struktur organisasi guna mencapai tujuan dan cita-cita BPKP.

A Tugas dan Fungsi Deputi Bidang PPKD

Tugas Deputi Bidang PPKD adalah membantu Kepala BPKP di bidang pelaksanaan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah. Tugas tersebut diamanatkan dalam pasal 19 Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan juga dalam pasal 146 Peraturan BPKP Nomor 5 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang PPKD menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah;

2. Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah;

3. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas penerimaan dan akuntabilitas pengeluaran keuangan daerah dan pembangunan daerah dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran pemerintah daerah dan/atau subsidi pada pemerintah daerah;

4. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset daerah;

5. Pengawasan intern terhadap Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah;

6. Perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada pemerintah daerah;

7. Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintahan daerah;

8. Pemberian asistensi atas reviu laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah daerah;

9. Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah di bidang pemerintahan daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

10. Pelaksanaan analisis, evaluasi, dan pengolahan hasil pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah.

(19)

Selain melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Deputi Bidang PPKD juga mengemban tugas sebagai Koordinator Peningkatan Maturitas SPIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/D) dan Koordinator Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) K/L/D sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-25/K/SU/2017 tentang Penunjukan Deputi Koordinator Pengawasan Program Lintas Sektoral BPKP.

Selanjutnya dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-219/K/D3/2020 tentang Tim Koordinasi Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Manajemen Risiko, dan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, Deputi Bidang PPKD juga mendapatkan mandat sebagai Koordinator Penanggung Jawab Pembinaan Penyelenggaraan SPIP, Manajemen Risiko, dan Kapabilitas APIP di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

B Struktur Organisasi Deputi Bidang PPKD

Pada tahun 2019, BPKP melakukan reorganisasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan BPKP Nomor 5 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP. Peraturan tersebut merombak struktur organisasi Eselon I BPKP, termasuk Deputi Bidang PPKD. Berdasarkan peraturan BPKP tersebut, Deputi Bidang PPKD memiliki empat direktorat yang masing-masing memiliki fokus pengawasan yang berbeda, yaitu:

Direktorat Pengawasan

Akuntabilitas Keuangan Daerah Mempunyai tugas mengelola dan membina pengawasan intern di bidang akuntabilitas keuangan daerah

Direktorat Pengawasan Akuntabilitas Program Lintas Sektoral Pembangunan Daerah Mempunyai tugas mengelola dan membina kegiatan pengawasan intern di bidang akuntabilitas program lintas sektoral pembangunan daerah Direktorat Pengawasan

Akuntabilitas Keuangan, Pembangunan, dan Tata Kelola Pemerintahan Desa

Mempunyai tugas mengelola dan membina kegiatan pengawasan intern di bidang akuntabilitas keuangan, pembangunan, dan tata kelola pemerintahan desa

Direktorat Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah Mempunyai tugas mengelola dan membina pengawasan intern di bidang akuntabilitas keuangan daerah

(20)

Dalam rangka memperlancar tugas-tugas kedeputian, Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD menetapkan penanggung jawab kegiatan yang membidangi urusan umum, kepegawaian, keuangan, kehumasan, komunikasi, dan informasi publik, serta perencanaan dalam Keputusan Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD Nomor KEP-01/D3/02/2020 tentang Pemberian Tugas Tambahan dan Wilayah Binaan Bagi Direktur di Lingkungan Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Pembagian tersebut disajikan pada Tabel 1.1.

No. Penanggung Jawab Uraian

1 Direktur Pengawasan Akuntabilitas Keuangan

Daerah Urusan Umum

2 Direktur Pengawasan Akuntabilitas Program Lintas

Sektoral Pembangunan Daerah Urusan Kepegawaian 3 Direktur Pengawasan Akuntabilitas Keuangan,

Pembangunan, dan Tata Kelola Pemerintahan Desa Urusan Keuangan, Kehumasan, Komunikasi, dan Informasi Publik 4 Direktur Pengawasan Tata Kelola Pemerintah

Daerah Urusan Perencanaan

Tabel 1.1 Penanggung Jawab Kegiatan Deputi Bidang PPKD

Struktur organisasi Deputi Bidang PPKD dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD

Dirwas Akuntabilitas Keuangan Daerah

Dirwas Akuntabilitas Program Linsek Pembangunan Daerah

Dirwas Akuntabilitas Keuangan, Pembangunan,

dan Tata Kelola Pemerintahan Desa

Dirwas Tata Kelola Pemerintah Daerah

Kasubditwas 1

Kasubditwas 2

Kelompok JFA

Kasubditwas 1

Kasubditwas 2

Kelompok JFA

Kasubditwas 1

Kasubditwas 2

Kelompok JFA

Kasubdit Pembinaan Penyelenggaraan

SPIP Daerah Kasubdit Pembinaan Kapabilitas APIP

Daerah

Kasubdit PAEP Hasil Pengawasan

Bidang PKD

Kelompok JFA Kasubbag Tata Usaha

Deputi Bidang PPKD

(21)

Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Deputi Kepala BPKP Bidang PPKD membawahi empat Direktorat (struktural eselon II) dan sembilan Sub Direktorat (struktural eselon III atau jabatan administrator). Selain itu Deputi Bidang PPKD juga didukung oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha (struktural eselon IV atau jabatan pengawas) yang merupakan perbantuan dari Biro Umum dengan tugas mengoordinasikan kegiatan Tata Usaha di Deputi Bidang PPKD. Saat ini BPKP telah mengajukan usulan penyetaraan jabatan administrator (eselon III) dan jabatan pengawas (eselon IV) ke dalam jabatan fungsional kepada Kementerian PAN dan RB, khususnya untuk tingkat pusat. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden untuk melakukan penyederhanaan birokrasi melalui pemangkasan eselonisasi (III dan IV) dan peralihan jabatan struktural ke jabatan fungsional.

Adapun Direktorat Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah membawahi tiga Sub Direktorat yaitu Subdit Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Daerah, Subdit Pembinaan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Daerah, dan Subdit Perencanaan, Analisis, Evaluasi, dan Pelaporan (PAEP) Hasil Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah, serta kelompok JFA. Subdit PAEP merupakan unit organisasi yang baru dibentuk di tahun 2019 yang bertugas melaksanakan koordinasi perencanaan, analisis, evaluasi, dan pelaporan hasil pengawasan dan kinerja penyelenggaraan akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah.

Dari bagan struktur di atas juga terlihat bahwa Direktorat Pengawasan Akuntabilitas Keuangan Daerah, Direktorat Pengawasan Program Lintas Sektoral Pembangunan Daerah, dan Direktorat Pengawasan Akuntabilitas Keuangan, Pembangunan, dan Tata Kelola Pemerintahan Desa masing-masing membawahi dua Sub Direktorat dan kelompok jabatan fungsional auditor (JFA). Pembagian tugas masing-masing Sub Direktorat adalah berdasarkan wilayah yang diampu. Wilayah I meliputi wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Papua Barat, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah.

Wilayah II meliputi wilayah Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 1.1 Pembagian Wilayah dan Mitra Kerja Depui Bidang PPKD

(22)

C Capaian Kinerja Deputi Bidang PPKD Tahun 2015-2019

1. Sasaran Strategis Deputi Bidang PPKD

Deputi Bidang PPKD menetapkan tiga tujuan strategis yang ingin dicapai dalam Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019, yaitu: (i) Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Daerah yang Bersih dan Efektif (ii) Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Daerah, dan (iii) Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah Daerah yang Profesional dan Kompeten.

Dalam upaya mencapai tujuan strategis tersebut, Deputi Bidang PPKD telah merumuskan tiga sasaran strategis dan menetapkan tujuh indikator kinerja sasaran strategis sebagai dasar pengukuran kinerja Deputi Bidang PPKD. Sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis yang ditetapkan oleh Deputi Bidang PPKD selaras dengan sasaran strategis yang ada dalam Rencana Strategis BPKP. Tiga sasaran strategis Deputi Bidang PPKD tersebut mendukung tiga sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh BPKP yaitu: 1) Meningkatnya kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional, 2) Meningkatnya maturitas SPIP dan efektivitas SPI korporasi, dan 3) Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah Kementerian, Lembaga, dan Pemda.

Hasil pengukuran kinerja Tahun 2019 menunjukkan bahwa capaian target kinerja atas 7 IKU sasaran strategis Deputi Bidang PPKD adalah sebesar 86,40%. Target, realisasi, dan capaian kinerja sasaran strategis disajikan sebagai berikut:

Tabel 1.2 Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Sasaran Strategis Deputi Bidang PPKD Tahun 2019

No Sasaran Strategis/

Sasaran Program Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian %

Sasaran Strategis IKSS

1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

Pembangunan Nasional

Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita

Skala

1 - 5 3 3 100,00%

2 Meningkatnya Maturitas

SPIP Maturitas SPIP K/L

(Level 3) % 100,00 50,00 50,00%

Maturitas SPIP Provinsi

(Level 3) % 85,00 79,41 93,42%

Maturitas SPIP Kabupaten/

Kota (Level 3) % 70,00 55,51 79,30%

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/

Pemerintah Daerah

Kapabilitas APIP K/L (Level

2 Plus dan Level 3) % 0,00 100,00 120,00%

Kapabilitas APIP Provinsi

(Level 2 Plus dan Level 3) % 85,00 70,59 83,04%

Kapabilitas APIP

Kabupaten/Kota (Level 2 Plus dan Level 3)

% 70,00 55,31 79,02%

(23)

Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya

Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja “Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas Dalam Nawa Cita”. Indeks tersebut mencerminkan kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Program Pembangunan Nasional (AP3N), yaitu apakah pengelolaan program pembangunan nasional tersebut telah dilaksanakan secara transparan, liable, controllable, responsible, dan responsive. Nilai indeks diukur dalam skala 1-5. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kualitas akuntabilitas pengelolaan program pembangunan nasional yang semakin baik. Target nilai indeks pada tahun 2019 adalah 3 dari skala 5.

Pengukuran Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Program Pembangunan Nasional (AP3N) Tahun 2019 pada Deputi Bidang PPKD dilakukan atas Kegiatan Prioritas Peningkatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah dan Desa dalam Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintahan Desa untuk periode Tahun Anggaran 2019. Hasil pengukuran menunjukkan unsur-unsur pemenuhan indikator telah sebagian terpenuhi dengan total skor yang diperoleh sebesar 59,82 atau berada pada kategori “cukup baik” atau level 3 dari lima level.

Sasaran Strategis 2:

Meningkatnya Maturitas SPIP

Pencapaian sasaran strategis “Meningkatnya Maturitas SPIP”

diukur dengan menggunakan tiga IKU, yaitu “Maturitas SPIP K/L (level 3)”, “Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3)”, dan

“Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3)”. Tingkat Maturitas SPIP merupakan kerangka kerja yang menunjukkan karakteristik dasar kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan serta dapat digunakan sebagai instrumen evaluasi dan panduan generik dalam peningkatan efektivitas penyelenggaraan SPIP. Semakin tinggi level Maturitas penyelenggaraan SPIP pada K/L/D, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan birokrasi yang semakin berkualitas.

(24)

IKU “Maturitas SPIP Kementerian/Lembaga (level 3)” diukur dengan menghitung jumlah Kementerian/Lembaga yang telah memperoleh capaian tingkat kematangan/maturitas level 3 dibandingkan jumlah Kementerian/Lembaga yang menjadi mitra kerja Deputi Bidang PPKD sebanyak 3 K/L yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa- PDTT) dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

a. Maturitas SPIP K/L (Level 3)

Sampai dengan Tahun 2019, terhadap tiga K/L yang menjadi mitra kerja Deputi Bidang PPKD, telah dilakukan penilaian tingkat maturitas. Sebanyak 2 K/L berada pada level 2 dalam kategori “berkembang”, yaitu BNPP dan Kementerian Desa- PDTT dengan capaian masing-masing 2,627 dan 2,403.

Selanjutnya sebanyak 1 K/L berada pada kategori “terdefinisi”

yaitu Kementerian Dalam Negeri dengan capaian 3,006.

Kementerian Desa-PDTT menjadi mitra Deputi Bidang PPKD setelah pelaksanaan reorganisasi pada awal 2019. Oleh karena itu, kementerian tersebut tidak termasuk target sehingga realisasi Maturitas SPIP K/L (level 3) adalah sebesar 50% dari target sebesar 100%. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan target, capaian IKU ini adalah sebesar 50,00%.

IKU “Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3)” diukur dengan menghitung jumlah Pemerintah Provinsi yang Maturitas SPIP-nya mencapai level 3 dibandingkan jumlah Pemerintah Provinsi yang menjadi mitra kerja BPKP sebanyak 34 Pemerintah Provinsi. Dari tahun 2016 hingga tahun 2019, penilaian Maturitas SPIP telah dilakukan pada 34 Pemerintah b. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Gambar 1.2 Target, Realisasi, dan Capaian IKU Maturitas SPIP K/L/D Level 3

(25)

IKU “Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3)”

diukur dengan menghitung jumlah Pemerintah Kabupaten/

Kota yang Maturitas SPIP-nya mencapai level 3 dibandingkan jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi mitra kerja BPKP sebanyak 508 Pemerintah Kabupaten/Kota.

c. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)

Sasaran Strategis 3:

Meningkatnya Kapabilitas APIP

Kapabilitas APIP adalah kemampuan yang dimiliki APIP agar dapat mewujudkan peran APIP secara efektif dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan. Dalam rangka mewujudkan APIP yang efektif, BPKP mengembangkan model Kapabilitas pengawasan intern mengacu kepada Internal Audit Capability Model (IA-CM) yang dikembangkan oleh The Institute of Internal Auditors (IIA).

Kapabilitas APIP diukur menggunakan skala 1-5. Semakin tinggi nilai Kapabilitas APIP menunjukkan kualitas APIP yang semakin baik dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern.

Dari tahun 2016 hingga tahun 2019, penilaian Maturitas SPIP telah dilakukan pada 508 Pemerintah Kabupaten/Kota. Dari 508 Pemerintah Kabupaten/Kota, terdapat 282 Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah mencapai tingkat Maturitas SPIP level 3. Dengan demikian, realisasi Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3) sebesar 55,51% atau mencapai 79,30% dari target Tahun 2019 sebesar 70%.

IKU “Kapabilitas APIP K/L (Level 2 Plus dan Level 3)” diukur dengan menghitung jumlah APIP K/L mitra yang telah memperoleh capaian tingkat Kapabilitas Level 2 Plus dan Level 3 dibandingkan jumlah APIP K/L mitra Deputi Bidang PPKD sebanyak 2 APIP K/L. Sampai dengan tahun 2019, terdapat 2 APIP K/L mitra Deputi Bidang PPKD yang telah mencapai tingkat Kapabilitas APIP Level 2 Plus dan Level 3 sedangkan target IKU tersebut untuk tahun 2019 adalah sebesar 0%.

Dengan demikian, realisasi Kapabilitas APIP K/L (Level 2 Plus dan Level 3) sebesar 100% dengan capaian sebesar 120%.

a. Kapabilitas APIP K/L (Level 2 Plus dan Level 3)

Provinsi atau seluruh Pemerintah Provinsi. Dari 34 Pemerintah Provinsi, terdapat 27 Pemerintah Provinsi yang telah mencapai tingkat Maturitas SPIP level 3. Dengan demikian, realisasi Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) sebesar 79,41%

atau mencapai 93,42% dari target tahun 2019 sebesar 85%.

(26)

IKU “Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota (Level 2 Plus dan Level 3)” diukur dengan menghitung jumlah APIP Kabupaten/Kota yang telah memperoleh capaian tingkat Kapabilitas Level 2 Plus dan Level 3 dibandingkan jumlah APIP Kabupaten/Kota yang menjadi mitra kerja BPKP sebanyak 508 Pemerintah Kabupaten/Kota.

Sampai dengan tahun 2019, dari 508 APIP Kabupaten/Kota yang menjadi mitra Deputi Bidang PPKD, terdapat 281 APIP Kabupaten/Kota yang telah mencapai tingkat Kapabilitas APIP Level 2 Plus dan Level 3 yang telah melalui proses penjaminan kualitas dari Perwakilan BPKP disertai reviu oleh Deputi Bidang PPKD. Terhadap 281 APIP Kabupaten/Kota tersebut, sebanyak 141 APIP Kabupaten/Kota mencapai Level 3 dan sisanya Level 2 Plus. Dengan demikian, realisasi Kapabilitas APIP Kabupaten/

Kota (Level 2 Plus dan Level 3) sebesar 55,31% atau mencapai 79,02% dari target Tahun 2019 sebesar 70%.

c. Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota (Level 2 Plus dan Level 3)

Terhadap 24 APIP Provinsi tersebut, 14 APIP dalam kategori Level 3 dan 10 APIP dalam kategori Level 2 Plus. Dengan demikian, realisasi Kapabilitas APIP Provinsi (Level 2 Plus dan Level 3) sebesar 70,59% atau mencapai 83,04% dari target Tahun 2019 sebesar 85%.

2. Sasaran Program Deputi Bidang PPKD

Capaian sasaran strategis Deputi Bidang PPKD merupakan resultante dari capaian sasaran program. Hasil pengukuran kinerja Tahun 2019 menunjukkan bahwa capaian target kinerja atas 12 sasaran program Deputi Bidang PPKD adalah sebesar 97,90%. Target, realisasi, dan capaian kinerja sasaran program disajikan sebagai berikut:

IKU “Kapabilitas APIP Provinsi (Level 2 Plus dan Level 3)” diukur dengan menghitung jumlah APIP Pemerintah Provinsi yang telah memperoleh capaian tingkat Kapabilitas Level 2 Plus dan Level 3 dibandingkan jumlah APIP Pemerintah Provinsi yang menjadi mitra kerja BPKP sebanyak 34 Pemerintah Provinsi.

Sampai dengan tahun 2019, dari 34 APIP Provinsi yang menjadi mitra Deputi Bidang PPKD, terdapat 24 APIP Provinsi yang telah mencapai tingkat Kapabilitas APIP Level 2 Plus dan Level 3 yang telah melalui proses penjaminan kualitas disertai reviu.

b. Kapabilitas APIP Provinsi (Level 2 Plus dan Level 3)

(27)

Tabel 1.3 Target, Realisasi, Capaian, dan Evaluasi Kinerja Sasaran Program Tahun 2019

No Sasaran Strategis/

Sasaran Program Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

%

Sasaran Program IKSP

1 Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan Keuangan Daerah

Program Kewilayahan yang Memperoleh Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita

% 55 59,82 108,76%

2 Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada K/L/

Pemerintah Daerah

Maturitas SPIP K/L (Level 3) % 100,00 50,00 50,00%

Maturitas SPIP Provinsi

(Level 3) % 85,00 79,41 93,42%

Maturitas SPIP Provinsi

(Level 2) % 15,00 17,65 117,67%

Maturitas SPIP Kabupaten/

Kota (Level 3) % 70,00 55,51 79,30%

Maturitas SPIP Kabupaten/

Kota (Level 2) % 30,00 31,69 105,63%

3 Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/

Pemerintah Daerah

Kapabilitas APIP K/L (Level 3) % 50,00 Kapabilitas APIP K/L (Level 2

Plus) % 50,00

Kapabilitas APIP K/L (Level 2

Plus dan Level 3) % 0,00 100,00 120,00%

Kapabilitas APIP K/L (Level 2) % 100,00 0,00 Kapabilitas APIP Provinsi

(Level 3) % 41,18

Kapabilitas APIP Provinsi

(Level 2 Plus) % 29,41

Kapabilitas APIP Provinsi

(Level 2 Plus dan Level 3) % 85,00 70,59 83,04%

Kapabilitas APIP Provinsi

(Level 2) % 10,00 26,47 120,00%

Kapabilitas APIP Kabupaten/

Kota (Level 3) % 27,76

Kapabilitas APIP Kabupaten/

Kota (Level 2 Plus) % 27,55

Kapabilitas APIP Kabupaten/

Kota (Level 2 Plus dan Level 3) % 70,00 55,31 79,02%

Kapabilitas APIP Kabupaten/

Kota (Level 2) % 10,00 37,20 120,00%

CAPAIAN SASARAN PROGRAM 97,90%

(28)

Pencapaian kinerja Deputi Bidang PPKD didorong oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan diyakini oleh seluruh insan Deputi Bidang PPKD. Nilai-nilai luhur BPKP, PIONIR, yang berarti pemrakarsa, menjadi dasar sekaligus mengilhami seluruh pegawai BPKP, khususnya di lingkungan Deputi Bidang PPKD, untuk selalu berinovasi guna menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh stakeholders. Nilai-nilai PIONIR merupakan bentukan dari enam nilai di bawah ini:

D Nilai-nilai Luhur

Profesional didefinisikan sebagai suatu standar kualitas kerja keahlian yang menjamin kepercayaan masyarakat pada umumnya dan pengguna jasa pada khususnya, karena dilandasi oleh pola kerja, pola pikir, dan pola sikap menurut standar keahlian minimal yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sikap profesional harus melekat pada seluruh pegawai di lingkungan Deputi Bidang PPKD karena merupakan landasan dalam membangun citra organisasi sebagai wadah profesi bagi auditor yang dapat dipercaya.

Profesional

P

Integritas adalah nilai yang mengandung makna gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian, konsistensi, dan konsekuensi.

Nilai pengawasan, selain bergantung pada kompetensi pengawas, juga sangat dipengaruhi oleh integritas. Pengawas yang kompeten akan dapat menyalahgunakan ilmunya ketika tidak disertai dengan integritas.

I

Integritas

Orientasi pada kepentingan/pelayanan kepada masyarakat adalah keinginan untuk membantu atau melayani pihak lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, dengan cara mengetahui dan memenuhi kebutuhan pengguna, baik pengguna internal maupun eksternal. Sesuai dengan nilai ini, Deputi Bidang PPKD senantiasa berusaha memberi manfaat/nilai tambah kepada stakeholders.

O

Orientasi pada Kepentingan/

Pelayanan kepada Masyarakat

Nilai nurani dan akal sehat adalah nilai untuk bertindak proporsional, menghindari diri dari praktik pengawasan yang berlebihan untuk memberikan informasi yang sensasional tanpa melunakkan metode pengawasannya.

Dengan mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor ditantang untuk menerapkan etika pengawasan, bukan hanya sekedar sebuah kekakuan sikap untuk menaati peraturan dan sikap mengukuhi kebenaran bagi orang banyak sebagai kebenaran tertinggi, yang pada struktur sosial yang timpang akan mengekalkan tirani mayoritas.

Nurani dan Akal Sehat

N

Independensi mencakup dua hal yaitu independensi dalam sikap dan dalam penampilan. Independensi tetap diperlukan bagi aparat pengawas intern tidak terkecuali BPKP. Selain memberikan laporannya langsung kepada para pimpinan lembaga eksekutif, BPKP juga memaparkan hasil pengawasannya kepada DPR manakala diminta, tentunya dengan memerhatikan kaitannya dengan aspek kode etik profesi.

Independen

I

Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui adanya tanggung jawab yang bermula pada dirinya (obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang dipercaya merupakan komponen dari proses good governance. Dengan adanya kejelasan tanggung jawab, seseorang akan dapat bekerja secara terarah sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya. Pada akhirnya, responsibilitas akan membimbing seseorang untuk menuntaskan tanggung jawabnya tersebut lewat upaya akuntabilitas (obligation to answer).

Responsibel

R

(29)

Nilai-nilai luhur BPKP tersebut semakin dikuatkan dengan moto Deputi Bidang PPKD, IDEA, yang merupakan bentukan dari Innovative, Delivered, Effective, Accountable. Makna dari masing- masing nilai tersebut adalah sebagai berikut:

Innovative

Insan di lingkungan Deputi Bidang PPKD senantiasa berinovasi menghadirkan produk layanan yang adaptif sesuai kebutuhan stakeholder dengan mengikuti perkembangan dan

dinamika lingkungan eksternal.

Delivered

Dalam menyampaikan hasil kinerja, insan Deputi Bidang PPKD selalu berupaya agar layanan yang diberikan

dapat tersampaikan dan benar- benar dirasakan manfaatnya oleh

stakeholders.

Effective

Insan Deputi Bidang PPKD senantiasa bekerja sekuat tenaga agar dapat

mencapai tujuan pengawasan akuntabilitas keuangan daerah dan

desa yaitu terwujudnya tata kelola pemerintahan daerah dan desa yang

baik.

Accountable

Semua produk layanan Deputi Bidang PPKD dapat dipertanggungjawabkan

baik dari sisi kinerja maupun pengelolaan keuangannya.

(30)
(31)
(32)

BAB II

TARGET KINERJA,

TANTANGAN,

DAN STRATEGI

(33)

Dalam RPJMN periode 2020-2024, Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan sasaran pembangunan “mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing”. Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah menetapkan tujuh agenda pembangunan sebagai fokus utama dalam periode RPJMN 2020-2024.

Dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi Presiden serta agenda pembangunan dalam RPJMN 2020-2024, BPKP memformulasikan peran dan fungsinya melalui visi, misi, dan tujuan BPKP yang selaras dengan Visi dan Misi Presiden dalam RPJMN 2020-2024. Penjabaran atas visi, misi dan tujuan BPKP dituangkan dalam Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2020 tentang Renstra BPKP 2020-2024. BPKP memposisikan dirinya melalui visi: Menjadi Auditor Internal Pemerintah Berkelas Dunia dan

Trusted Advisor Pemerintah untuk Meningkatkan Good Governance

Sektor Publik dalam rangka Mewujudkan Visi Misi Presiden dan Wakil Presiden “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Sebagai auditor internal pemerintah, BPKP melaksanakan kegiatan

pengawasan baik dalam bentuk pemberian keyakinan (assurance)

maupun konsultansi (consulting) yang berfokus pada peningkatan

kualitas proses tata kelola (governance), risiko (risk) dan pengendalian

intern (control). BPKP memiliki peran untuk membantu manajemen

pemerintahan dalam pencapaian sasaran strategis dan tujuan organisasi

secara efektif dan efisien serta bebas dari penyimpangan/KKN. Kebutuhan

akan pengawasan internal semakin menguat, ditandai dengan adanya

mekanisme pengendalian pembangunan yang dituangkan dalam RPJMN

2020-2024. BPKP bersama dengan Ombudsman RI dan BPK RI diberikan

tugas untuk menghasilkan informasi evaluatif bahwa mekanisme

pengendalian yang dijalankan oleh Kementerian dan lembaga pelaksana maupun

Bappenas telah berjalan dengan baik. Kebutuhan akan hadirnya pengawasan intern

ini sangat nyata terlebih lagi jika dikaitkan dengan perhatian Presiden yang dalam

berbagai kesempatan mengingatkan akan adanya risiko kegagalan mewujudkan

pembangunan nasional yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

(tidak hanya sent namun dipastikan delivered) serta risiko korupsi yang harus

mampu ditutup.

(34)

Perubahan peta strategis tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi BPKP. Untuk itu, BPKP telah mempersiapkan diri untuk merespons tantangan strategis RPJMN lima tahun ke depan tersebut dengan menyusun Renstra tahun 2020-2024 yang dituangkan dalam Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2020. Dalam Peraturan ini dinyatakan bahwa tujuan BPKP atau kondisi yang ingin dicapai oleh BPKP pada tahun 2024 adalah: (i) Terwujudnya Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan Nasional, dan (ii) Terwujudnya Tata Kelola Pengawasan yang Unggul, Akuntabel dan Sehat. Untuk memperoleh gambaran dari target outcome yang akan dicapai tersebut, maka kedua tujuan di atas dirumuskan ke dalam enam sasaran strategis yaitu 1) meningkatnya pengawasan pembangunan atas akuntabilitas keuangan negara dan daerah, 2) meningkatnya pengawasan pembangunan atas akuntabilitas pembangunan nasional, 3) meningkatnya pengawasan pembangunan atas akuntabilitas badan usaha, 4) meningkatnya pengawasan pembangunan atas efektivitas pengendalian korupsi, 5) meningkatnya kualitas pengendalian intern K/L/D/BU, serta 6) meningkatnya tata kelola pengawasan yang berkualitas.

Sasaran strategis yang dirumuskan serta kerangka konseptual (conceptual framework) Renstra BPKP 2020-2024 dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2.1

Sasaran Strategis BPKP Tahun 2020-2024

Keenam sasaran strategis tersebut secara kolektif dan bersama-sama akan mendukung pencapaian visi misi BPKP sekaligus mendukung visi misi Presiden dalam mencapai tujuan pembangunan nasional melalui perannya sebagai aparat pengawasan intern pemerintah. Dari sisi regulasi, dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, pasal 3 menyatakan bahwa BPKP memiliki fungsi antara lain untuk melakukan audit atas program pembangunan nasional, optimalisasi penerimaan negara/daerah, melakukan audit investigasi serta pengawasan terhadap hal yang menghambat kelancaran pembangunan.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan pasal 19 dinyatakan bahwa Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah mempunyai tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah.

Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

Akuntabilitas Pembangunan Nasional/Daerah

Akuntabilitas Badan Usaha/Korporasi Efektivitas Pengendalian Korupsi

Kualitas Pengendalian Intern K/L/D/BU

SASARAN STRATEGIS BPKP

IKU IKU

IKU

IKU

IKU

Tata Kelola Pengawasan IKU yang Berkualitas

06

(35)

Dalam perencanaan strategis tahun 2020-2024, kegiatan pengawasan intern Deputi Bidang PPKD baik dalam bentuk kegiatan konsultansi (consulting) maupun kegiatan pemberian keyakinan (assurance) diarahkan untuk menjaga akuntabilitas keuangan dan kinerja daerah serta akuntabilitas pembangunan daerah. Pencapaian akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah ini perlu ditopang dengan tata kelola pemerintah yang baik. Terkait peningkatan tata kelola (governance system), Deputi Bidang PPKD memberikan konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem pengendalian intern (SPIP) kepada K/L/D, dan pembinaan kapabilitas APIP K/L/D.

Penguatan atas ketiga unsur tata kelola yaitu SPIP, manajemen risiko dan kapabilitas APIP akan dapat memperkuat akuntabilitas keuangan dan pembangunan daerah. Keterkaitan antarsasaran pengawasan Deputi Bidang PPKD dapat digambarkan dalam kerangka pikir (framework) sebagai berikut:

Selain menerapkan nilai-nilai PIONIR dalam melaksanakan setiap tugas dan fungsinya, Deputi Bidang PPKD juga berusaha untuk senantiasa mengedepankan moto IDEA yang merupakan akronim dari Innovative, Delivered, Effective, Accountable sebagai perwujudan dari keinginan insan Deputi Bidang PPKD dalam memberikan layanan kepada para stakeholder.

Untuk mendukung target outcome yang ingin dicapai BPKP pada tahun 2024, Deputi Bidang PPKD melaksanakan tiga sasaran strategis BPKP, yaitu 1) Sasaran Strategis pertama “Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Akuntabilitas Keuangan Negara dan Daerah”; 2) Sasaran Strategis kedua “Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Akuntabilitas Pembangunan Nasional”; dan 3) Sasaran Strategis kelima “Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Kualitas Pengendalian Intern K/L/D/BU”.

Gambar 2.2

Framework Renstra Deputi Bidang PPKD Tahun 2020- 2024

Sumber: diolah dan disarikan dari Renstra BPKP 2020-2024

Deputi Bidang PPKD dalam melaksanakan tugas dan fungsi akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu dari internal maupun eksternal. Oleh karenanya, dalam merumuskan strategi pengawasan intern yang tepat, Deputi Bidang PPKD perlu mengidentifikasi berbagai potensi dan permasalahan baik dari sisi kelembagaan, proses bisnis internal, maupun dari sisi hubungan antarlembaga.

(36)

Secara umum, strategi pengawasan intern Deputi Bidang PPKD tahun 2020-2024 dibagi ke dalam dua fokus yaitu penguatan kondisi internal dan perbaikan strategi eksternal. Secara internal, Deputi Bidang PPKD juga secara proaktif melakukan pembenahan antara lain melalui peningkatan kompetensi SDM, pemutakhiran pedoman dan metodologi, pengelolaan data dan informasi serta optimalisasi penggunaan teknologi informasi. Perbaikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses bisnis internal, komunikasi dan sinergi antarlembaga serta penguatan kelembagaan.

Secara eksternal, Deputi Bidang PPKD terus menerus mendorong perbaikan dalam banyak hal di antaranya terus melakukan edukasi publik melalui media kehumasan maupun media sosial, pembangunan awareness pimpinan manajemen K/L/D, dan penyusunan policy brief.

Selain itu, strategi komunikasi eksternal juga dilakukan antara lain melalui High Level Meeting dengan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Lembaga Administrasi Negara, K/L terkait lainnya dan Badan Pemeriksa Keuangan, serta Pemerintah Daerah (pemda).

Pertemuan tersebut diharapkan akan menghasilkan peraturan/kebijakan dan strategi yang dapat mendorong peningkatan awareness, komitmen, serta self-ownership pimpinan K/L/D terhadap implementasi penyelenggaraan SPIP dan penerapan manajemen risiko atas program dan kegiatan pembangunan nasional yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing serta peningkatan kapabilitas APIP.

Deputi Bidang PPKD menetapkan 3 (tiga) sasaran program yang merupakan hasil yang akan dicapai dari pelaksanaan program dalam rangka pencapaian sasaran strategis BPKP. Sasaran program tersebut mencerminkan berfungsinya keluaran. Adapun ketiga sasaran program tersebut meliputi: 1) Meningkatnya Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Daerah;

2) Meningkatnya Pengawasan atas Akuntabilitas Pembangunan Nasional; dan 3) Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Kualitas Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. Setiap sasaran program yang telah ditetapkan akan diukur dengan indikator kinerja program untuk mengetahui

A Program dan Sasaran Program

Program Deputi Bidang PPKD merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi BPKP yang mencerminkan tugas dan fungsi BPKP di bidang pengawasan intern terhadap akuntabilitas penyelenggaraan keuangan dan program lintas sektoral pembangunan daerah dan berisikan kegiatan untuk mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang terukur. Program yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang PPKD merupakan program teknis pengawasan yang dirancang untuk mewujudkan tugas dan fungsi Deputi Bidang PPKD. Program yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang PPKD adalah “Program Pengawasan Pembangunan (Program 06)”.

sasaran program tersebut meliputi:

1) Meningkatnya Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Daerah; 2) Meningkatnya Pengawasan

atas Akuntabilitas Pembangunan Nasional; dan 3) Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Kualitas Pengendalian Intern

Pemerintah Daerah

(37)

Sasaran Program 1:

Meningkatnya Pengawasan atas Akuntabilitas

Keuangan dan Kinerja Daerah

Sasaran program “Meningkatnya Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Daerah” merupakan penjabaran atas mandat Deputi Bidang PPKD dalam melakukan pengawasan terhadap akuntabilitas penerimaan dan akuntabilitas pengeluaran keuangan daerah serta optimalisasi atas pendapatan asli daerah.

Sasaran program ini merupakan kondisi yang ingin diwujudkan oleh Deputi Bidang PPKD pada setiap tahun selama kurun waktu rencana strategis 2020-2024 yang mencerminkan anggaran daerah yang dikelola memiliki manfaat terhadap pencapaian sasaran pembangunan dan bebas dari penyimpangan keuangan.

Keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari program ini akan diukur dengan menggunakan empat indikator kinerja yaitu:

(a) Nilai optimalisasi pendapatan asli daerah yang terealisasi;

(b) Potensi pendapatan asli daerah yang dioptimalisasi;

(c) Nilai Efisiensi Pengeluaran Daerah; dan (d) Nilai Penyelamatan Pengeluaran Negara/Daerah.

Nilai optimalisasi PAD yang terealisasi merupakan nilai optimalisasi PAD berdasarkan hasil pengawasan BPKP, khususnya untuk jenis PAD Pajak Daerah dan Retribusi Daerah objek pengawasan BPKP yang ditindaklanjuti dengan proses penetapan/penagihan.

a. Nilai optimalisasi pendapatan asli daerah yang terealisasi

Indikator ini digunakan untuk menilai sejauh mana optimalisasi pendapatan asli daerah sebagai hasil pengawasan dapat direalisasikan untuk meningkatkan penerimaan PAD. Indikator ini diukur dengan menghitung nilai OPAD hasil pengawasan BPKP, yang ditindaklanjuti dengan penetapan kurang bayar atas PAD khususnya untuk jenis pajak dan retribusi daerah yang menjadi objek pengawasan BPKP.

Potensi PAD yang dioptimalisasi merupakan potensi PAD yang dapat ditingkatkan sebagai hasil pengawasan BPKP khususnya untuk jenis PAD Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi objek pengawasan BPKP.

b. Potensi pendapatan asli daerah yang dioptimalisasi

Indikator ini bertujuan menilai sejauh mana kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Deputi Bidang PPKD dapat mengoptimalkan potensi PAD di pemda. Indikator ini diukur dengan menghitung jumlah nilai selisih dari potensi PAD dari hasil kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Deputi Bidang PPKD dengan target yang dianggarkan oleh pemda dalam APBD.

(38)

Nilai efisiensi pengeluaran daerah merupakan nilai yang menunjukkan besarnya pengurangan/pengalihan nilai pengeluaran yang direncanakan (belum direalisasi) yang tidak tepat berdasarkan kegiatan pengawasan yang dilakukan Deputi Bidang PPKD. Perencanaan yang tidak tepat antara lain karena tidak berorientasi hasil, tidak jelas ukuran keberhasilannya, tidak memiliki dampak langsung terhadap pencapaian sasaran dan proses bisnis kegiatan tidak selaras dengan sasaran.

Indikator ini bertujuan untuk menilai kesesuaian belanja dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan dan kriteria yang berlaku. Indikator ini diukur dengan menghitung nilai pengurangan/pengalihan rencana belanja proyek/kegiatan/

program yang tidak tepat.

Nilai penyelamatan pengeluaran negara/daerah merupakan nilai yang menunjukkan besarnya jumlah temuan pengembalian ke kas negara/daerah atas belanja yang sudah direalisasikan dan/atau pemulihan hak negara/daerah atas aset negara/daerah.

c. Nilai Efisiensi Pengeluaran Daerah

Sasaran program “Meningkatnya Pengawasan atas Akuntabilitas Pembangunan Nasional” merupakan penjabaran atas mandat Deputi Bidang PPKD dalam melakukan pengawasan terhadap akuntabilitas pembangunan daerah dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran pemerintah daerah dan/atau subsidi pemerintah daerah. Sasaran program 2 merupakan kondisi yang ingin diwujudkan oleh Deputi Bidang PPKD pada setiap tahun selama kurun waktu rencana strategis 2020-2024 yang mencerminkan tingkat ketercapaian dari sasaran pembangunan dan kegiatan prioritas melalui tugas pengawasan pembangunan.

d. Nilai Penyelamatan Pengeluaran Negara/Daerah

Indikator ini bertujuan untuk menilai kesesuaian belanja dengan kriteria dan perundang-undangan yang berlaku, serta pengamanan dan pemulihan aset negara/daerah. Indikator ini diukur dengan menjumlahkan temuan nilai belanja yang dikembalikan ke kas negara/daerah termasuk denda yang dikenakan dan nilai aset yang dipulihkan dari hasil pengawasan di lingkup Deputi Bidang PPKD.

Sasaran Program 2:

Meningkatnya

Pengawasan atas

Akuntabilitas

Pembangunan Nasional

(39)

Keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari program ini diukur dengan menggunakan dua indikator kinerja:

Jumlah KP yang tercapai sesuai target merupakan jumlah KP yang ditargetkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun tertentu yang mencapai target yang ditetapkan sesuai dengan indikator kinerjanya.

a. Jumlah Kegiatan Prioritas yang tercapai sesuai target

Indikator ini menunjukkan sejauh mana keberhasilan Kegiatan Prioritas nasional mencapai target yang ditetapkan. Indikator ini diukur dengan menghitung jumlah kegiatan prioritas yang menjadi objek pengawasan Deputi Bidang PPKD yang tercapai target kinerjanya sebagaimana tertuang dalam Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) pada tahun berjalan.

b. Jumlah Program Lintas Sektoral Pembangunan Daerah yang Tercapai Sesuai Target

Jumlah program lintas sektoral pembangunan daerah yang tercapai sesuai target merupakan jumlah program yang diinisiasi oleh pemda dan melibatkan lebih dari satu pemda.

Indikator ini merupakan indikator tambahan dari Deputi Bidang PPKD yang menunjukkan sejauh mana keberhasilan Program Lintas Sektoral mencapai target yang ditetapkan.

Indikator ini diukur dengan menghitung jumlah Program Lintas Sektoral Pembangunan Daerah yang menjadi objek pengawasan Deputi Bidang PPKD yang tercapai target kinerjanya.

Sasaran Program 3:

Meningkatnya Pengawasan atas Kualitas Pengendalian Intern Pemerintah Daerah

Sasaran program “Meningkatnya Pengawasan atas Kualitas Pengendalian Intern Pemerintah Daerah” merupakan penjabaran atas amanat Deputi Bidang PPKD dalam melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/

daerah, melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP dan pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah daerah.

Sasaran program 3 merupakan kondisi yang ingin diwujudkan oleh Deputi Bidang PPKD pada setiap tahun selama kurun waktu rencana strategis 2020-2024 yang mencerminkan tingkat kematangan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, tingkat kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah, serta tingkat kematangan penerapan manajemen risiko di pemerintah daerah.

Keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari program ini diukur dengan menggunakan dua indikator kinerja:

(40)

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4 Level 5

APIP yang Efektif (Pasal 11

PP 60/2008) Kapabilitas APIP merupakan kemampuan yang dimiliki

APIP agar dapat mewujudkan peran APIP secara efektif dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan. Dalam rangka pengukuran indikator ini, BPKP mengembangkan model Peningkatan Kapabilitas pengawasan intern yang mengacu kepada Internal Audit Capability Model (IA-CM) yang dikembangkan oleh The Institute of Internal Auditor (IIA). IACM menunjukkan langkah-langkah untuk maju dari tingkat pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat dan efektif terkait dengan organisasi yang lebih matang. Di dalam model IACM, APIP dibagi menjadi lima level kapabilitas, yaitu Level 1 (Initial), Level 2 (Infrastructure), Level 3 (Integrated), Level 4 (Managed), dan Level 5 (Optimizing).

Dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel, Pemerintah telah mengamanatkan dalam Peraturan Pemerintah 60 Tahun 2008 bahwa setiap Pimpinan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian intern atas keseluruhan kegiatan di instansinya. Salah satu unsur untuk mewujudkan suatu sistem pengendalian intern yang memadai adalah memperkuat peran APIP yang efektif.

Untuk mewujudkan APIP yang efektif, APIP perlu memiliki kapabilitas yang memadai agar memiliki kemampuan untuk melaksanakan perannya dengan efektif.

a. Persentase APIP K/L/D dengan Kapabilitas APIP ≥ Level 3

Indikator Kapabilitas APIP pada K/L/D mencerminkan tingkat kapabilitas aparat pengawasan intern kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan peran APIP yang efektif. Indikator ini mengukur sejauh mana kapabilitas APIP K/L/D, serta mengidentifikasi area-area kapabilitas APIP yang memerlukan perbaikan peningkatan kapabilitas APIP.

Kapabilitas APIP diukur dengan menilai enam elemen dalam model penilaian kapabilitas APIP yang terdiri dari: 1) peran dan layanan; 2) pengelolaan SDM; 3) praktik profesional;

4) akuntabilitas dan manajemen kinerja; 5) budaya dan hubungan organisasi; dan 6) struktur tata kelola. Indikator ini diukur dengan menghitung persentase APIP K/L/D yang memenuhi kapabilitas APIP ≥ Level 3; dibandingkan dengan jumlah total APIP K/L/D yang menjadi mitra kerja Deputi Bidang PPKD.

Initial

Infrastructure

Integrated

Gambar 2.3 Level IACM

(41)

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan upaya pemerintah memenuhi pasal 58 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yaitu menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas. Berdasarkan Pasal 47 Ayat (1) Peraturan Pemerintah 60 Tahun 2008, efektivitas penyelenggaraan SPIP merupakan tanggung jawab menteri/

pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota. Proses pengendalian intern terintegrasi dalam pelaksanaan sehari- hari tindakan manajerial dan kegiatan teknis instansi pemerintah yang kualitasnya tercermin dari tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP.

Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP merupakan kerangka kerja yang memuat karakteristik dasar yang menunjukkan tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan. Setiap tingkat maturitas memiliki karakteristik dasar yang menunjukkan peran atau kapabilitas penyelenggaraan SPIP dalam mendukung pencapaian tujuan instansi pemerintah. Semakin tinggi tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP, diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemerintah dan birokrasi yang semakin berkualitas.

b. Persentase K/L/D dengan Maturitas SPIP ≥ Level 3

Indikator Maturitas Penyelenggaraan SPIP diharapkan dapat mengindikasikan kinerja BPKP dari hasil pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Indikator ini mengukur sejauh mana tingkat kematangan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada kementerian, lembaga dan pemerintah daerah, serta mengidentifikasi area-area penyelenggaraan pengendalian intern yang memerlukan perbaikan peningkatan penyelenggaraan SPIP.

Maturitas penyelenggaraan SPIP diukur dengan melihat implementasi atas 5 (lima) unsur SPIP yaitu: 1) lingkungan pengendalian; 2) penilaian risiko; 3) kegiatan pengendalian;

4) informasi dan komunikasi; dan 5) pemantauan pengendalian intern. Indikator ini diukur dengan menghitung persentase K/L/D yang memenuhi karakteristik maturitas penyelenggaraan SPIP ≥ Level 3 dibandingkan dengan jumlah K/L/D yang menjadi mitra kerja Deputi Bidang PPKD.

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4 Level 5 Managed

Optimizing

Sumber:

The Institute of Inter- nal Auditors

APIP yang Efektif (Pasal 11

PP 60/2008)

Integrated

(42)

Penerapan Manajemen Risiko di Instansi Pemerintah berkaitan erat dengan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, penilaian risiko dilakukan terhadap tujuan yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah. Terhadap risiko tersebut, instansi pemerintah kemudian melaksanakan kegiatan pengendalian yang merupakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko. Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 menyatakan bahwa pimpinan instansi pemerintah merumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Setiap aktivitas yang dilakukan organisasi, termasuk oleh organisasi instansi pemerintah, tidak terlepas dari adanya risiko yang dapat berpengaruh pada pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi oleh organisasi jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan tujuan organisasi tidak tercapai. Agar tujuan kementerian/lembaga dapat tercapai, risiko-risiko yang dihadapi kementerian/lembaga perlu dikelola.

c. Persentase K/L dengan MRI ≥ Level 3

Indeks Manajemen Risiko merupakan suatu model yang memuat karakteristik dasar dan tingkat kematangan pengelolaan risiko di suatu K/L/D. Model tersebut memadukan budaya (culture), tata kelola (governance), dan proses terkait manajemen risiko. Indikator indeks manajemen risiko pada K/L mencerminkan kualitas penerapan manajemen risiko di lingkup K/L. Semakin tinggi Indeks Manajemen Risiko, diharapkan akan semakin baik kualitas pengelolaan manajemen risiko dan pencapaian tujuan instansi pemerintah.

Indikator ini diukur dengan menghitung persentase K/L mitra kerja Deputi Bidang PPKD yang mengimplementasikan pengelolaan/manajemen risiko dan memenuhi karakteristik level 3 dibandingkan dengan total K/L yang menjadi mitra kerja Deputi Bidang PPKD.

d. Persentase Pemda Provinsi dengan MRI ≥ Level 3 Indikator indeks manajemen risiko pada pemda provinsi mencerminkan kualitas penerapan manajemen risiko di lingkup pemda provinsi. Semakin tinggi Indeks Manajemen Risiko, diharapkan akan semakin baik kualitas pengelolaan manajemen risiko dan pencapaian tujuan pemda provinsi.

(43)

Indikator ini diukur dengan menghitung persentase pemda provinsi mitra kerja Deputi Bidang PPKD yang mengimplementasikan pengelolaan/manajemen risiko dan memenuhi karakteristik level 3 dibandingkan dengan total pemda provinsi yang menjadi mitra kerja Deputi Bidang PPKD.

Indikator ini diukur dengan menghitung persentase pemda kabupaten/kota mitra kerja Deputi Bidang PPKD yang mengimplementasikan pengelolaan/manajemen risiko dan memenuhi karakteristik level 3 dibandingkan dengan total pemda kabupaten/kota yang menjadi mitra kerja Deputi Bidang PPKD.

Indikator indeks manajemen risiko pada pemda kabupaten/

kota mencerminkan kualitas penerapan manajemen risiko di lingkup pemda kabupaten/kota. Semakin tinggi Indeks Manajemen Risiko, diharapkan akan semakin baik kualitas pengelolaan manajemen risiko dan pencapaian tujuan pemda kabupaten/kota.

e. Persentase Pemda Kabupaten/kota dengan MRI ≥ Level 3

Gambar 2.4

Workshop Pengelolaan Risiko, Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko,

Audit Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan (i) ciri nomina yang menduduki predikat dalam bahasa Indonesia; (ii) nomina yang menduduki predikat dan nomina yang

Gaya kepemimpinan kepala sekolah ikut menentukan dalam pembentukan kinrja guru tempat di bekerja karena potensi guru dituntut untuk dapat menjalin kerja sama dengan rekan kerja

Guru memberikan contoh gerakan atau tindakan yang diperintahkan itu sehingga siswa tidak mendapatkan struktur bahasa dan kosa kata dari bahasa target secara

Data yang berkaitan dengan audit sistem informasi sistem informasi perpustakaan STIKOM Surabaya nantinya akan didapatkan dengan melakukan wawancara terhadap pihak

1) Guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran yang dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan

Struktur yang memiliki bagian pelat beton semen yang berkesinambungan memakai tulangan atau yang tidak berkesinambungan dengan atau tidak memakai tulangan, yang berada

Untuk menguji pengaruh latihan dropshot dengan posisi net berubah dari ketinggian 155 cm direndahkan menjadi 145 cm terhadap keterampilan dropshot siswa

Kegiatan PKL Komunitas “Menggerakkan Masyarakat” dengan judul program “Upaya Pencegahan Covid-19 melalui Pembentukan Relawan RT, Penyemprotan dan Penyediaan Fasilitas