• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MORFOLOGI 3 JENIS BAMBU (Bambusoideae) DI KECAMATAN KUALA INDRAGIRI, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERBANDINGAN MORFOLOGI 3 JENIS BAMBU (Bambusoideae) DI KECAMATAN KUALA INDRAGIRI, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERBANDINGAN MORFOLOGI 3 JENIS BAMBU (Bambusoideae) DI KECAMATAN KUALA INDRAGIRI, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR,

PROVINSI RIAU Maulana Ikhsan1), Fitmawati2).

1)Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

2)Dosen Bidang Botani Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

maulana.ikhsan1592@student.unri.ac.id

ABSTRACK

Kuala Indragiri district is one of districts in Indragiri Hilir Regency, Riau Province that has biodiversity of bamboo. This research used exploration method to find bamboos that grow in the wild or cultivation. The purpose of this research was to compare the morphologial characteristics of bamboo in Kuala Indragiri District, Indragiri Hilir Regency, Riau Province. Based on the result, there were three species of bamboo (Bambusoideae) i.e. Bambusa vulgaris var. striata, Bambusa heterostachya, and Bambusa glaucophylla. Morphologial characteristics that made the difference between the 3 species of bamboo were the shoot, stem, branching, leaf, and clump.

Key words : Bambusoideae, biodiversity, exploration, Kuala Indragiri, morphology ABSTRAK

Kecamatan Kuala Indragiri terletak di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

Daerah ini memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan bambu. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yakni dengan pencarian bambu, baik yang tumbuh liar maupun budidaya di Kecamatan Kuala Indragiri. Tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan karakteristik morfologi bambu yang dijumpai di Kecamatan Kuala Indragiri kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh 3 jenis bambu (Bambusoideae) terdiri dari Bambusa vulgaris var.

striata, Bambusa heterostachya, dan Bambusa glaucophylla. Karakter morfologi yang menjadi pembeda antara 3 jenis tumbuhan bambu adalah bentuk rebung, warna buluh, jumlah cabang, warna daun, dan tinggi rumpun.

Kata kunci : Bambusoideae, eksplorasi, keanekargaman, Kuala Indragiri, morfologi

(2)

2 PENDAHULUAN

Bambu adalah tumbuhan yang termasuk kedalam suku Poaceae (rumput-rumputan) (Wong, 2004).

Bambu merupakan sumber daya yang sangat melimpah dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi (Paembonan, 2014). Menurut Widjaja dan Karsono (2005), di Indonesia diduga terdapat 157 jenis bambu. Jumlah ini merupakan lebih dari 10% jenis bambu dunia. Setiap spesies bambu memiliki perbedaan karakter morfologi.

Morfologi bambu dapat dilihat berdasarkan karakteristik pada akar rimpang yang terdapat dibawah tanah dan membentuk sistem percabangan. Batang berupa buluh yang terdiri atas ruas dan buku–buku. Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri dari daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh, dan ligula. Percabangan umumnya terdapat pada nodus. Helaian daun bambu mempunyai urat daun yang sejajar.

Helaian daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun. Pelepah daun dilengkapi oleh kuping pelepah dan ligula (Widjaja, 2001a).

Tumbuhan bambu jarang sekali dijumpai sampai berbunga atau berbuah, kecuali bila dibiarkan tumbuh lurus sempai bertahun-tahun lamanya.

Beberapa jenis bambu berbunga setelah 20-30 tahun, bahkan sampai 44 tahun.

Bunganya mempunyai pseudospikelet pada beberapa marga bambu yang terdiri atas floret, lemma, palea, benang sari 3-6 (Dransfield & Widjaja 1995).

Tumbuhan Bambu bersifat kosmopolit yang tumbuh menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Bambu dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah pada ketinggian 0-2000 m di atas permukaan laut (dpl). Bahkan, bambu dapat tumbuh pada tanah marginal yang kurang subur sekalipun. Bambu termasuk jenis tanaman yang memiliki pertumbuhan sangat cepat. Dalam waktu sekitar 3 tahun sejak ditanam, sebatang bambu sudah dapat membentuk rumpun yang sangat rapat (Andoko, 2003).

Kuala Indragiri adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Daerah ini merupakan salah satu daerah persebaran tumbuhan bambu. Namun belum ditemukan data konkrit mengenai keanekaragaman tumbuhan bambu di daerah tersebut, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan morfologi 3 jenis bambu (Bambusoideae) di Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

METODE PENELITIAN a. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November - Desember 2019 di Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Pembuatan herbarium, karakteristik morfologi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau.

Pengambilan sampel tumbuhan bambu dilakukan dengan metode eksplorasi dan dilakukan pengkoleksian sampel tumbuhan bambu secara langsung

(3)

3 dilapangan (Rugayah, E.A., Widjaja, &

Praptiwi 2004). Tumbuhan bambu yang diperoleh dijadikan herbarium yang dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau. Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan sampel dengan buku dan literatur mengenai tumbuhan bambu yaitu : Identikit Jenis-Jenis Bambu di Jawa (Widjaja 2001a); Identikit Jenis- Jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil (Widjaja 2001b); Identikit Bambu di Bali (Widjaja et al. 2005. Untuk memastikan nama yang benar dicek di situs www.theplantlist.org. Situs ini memiliki daftar semua spesies tumbuhan yang telah teridentifikasi dan menjadi rujukan dalam bidang taksonomi.

b. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara tabulasi dalam bentuk tabel, deskripsi, gambar dan kunci identifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan identifikasi sampel tumbuhan bambu di Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau diperoleh 3 jenis tumbuhan bambu. Beberapa penelitian di Sumatera yang sudah dilakukan antara lain penelitian di Pulau Sumatera oleh Widjaja (1997) diperoleh bambu sebanyak 6 marga yang terdiri dari 24 jenis. Penelitian di Desa Tabalangan Bengkulu Tengah oleh Yani (2014) diperoleh bambu sebanyak 3 marga yang terdiri dari 7 jenis dan 2 varietas.

Penelitian di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan oleh Hadi (2017)

diperoleh bambu sebanyak 4 marga dengan 8 jenis bambu. (Tabel 1).

Tabel 1. Bambu di Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

No Nama Spesies 1 Bambusa vulgaris Schard. Ex

Wendl. var. Striata 2 Bambusa heterostachya

3 Bambusa glaucophylla Widjaja

Secara morfologi B. vulgaris var.

striata, B. heterostachya, dan B.

glaucophylla memiliki kemiripan seperti, memiliki pelepah buluh, pelepah daun, bentuk daun seperti pedang, ujung daun meruncing ,duduk daun berseling, tepi daun rata dan buluh/batang berbuku.

B. vulgaris var. striata jauh berbeda dari morfologi B. heterostachya dan B.

glaucophylla karena mempunyai buluh/batang yang berwarna kuning bergaris hijau, tinggi buluh berkisar 15- 25 m, bentuk rebung mengerucut, jumlah cabang 2-5 cabang dan daun berwarna hijau. B. heterostachya memiliki buluh/batang berwarna hijau bergaris putih, tinggi 10-15 m, bentuk rebung meramping, jumlah cabang 5-7 cabang dan daun berwarna hijau sedangkan B.

glaucophylla buluh/batangnya berwarna hijau, tinggi 1-5 m bentuk rebung meramping, jumlah cabang 5-7 cabang dan daun berwarna hijau bergaris putih.

(Tabel 2).

Tabel 2. Perbandingan karakter morfologi bambu di Kecamatan Kuala

(4)

4 Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir,

Provinsi Riau.

Karakter morfologi

Karakter masing-masing disajikan berdasarkan pengamatan dalam penelitian ini.

1. Bambusa vulgaris Schard. Ex Wendl.var. striata

Rumpun simpodial, tidak rapat.

Rebung mengerucut, warna pelepah hijau dengan 3-4 garis kuning ditutupi miang coklat tua; kuping membundar;

daun pelepah rebung tegak. Buluh buluh tua kuning mengkilap dengan garis hijau, tegak, dengan tinggi 11-15 m, diameter buluh 9-13 cm, ketebalan dinding 7-15 mm, ruas panjangnya 20-45 cm; buku- buku dengan akar udara hanya dibagian pangkalnya dan bagian keatas tidak terdapat akar udara. Percabangan setiap ruas terdiri atas 2-5 cabang dengan satu cabang lebih besar daripada cabang lainnya, tumbuh 1.5 m tingginya dari permukaan tanah. Daun 23-28 cm x 3-4 cm, gundul, warna tangkai daun hijau kekuningan; permukaan bawah tidak berbulu, permukaan atas pelepah daun berbulu; kuping pelepah buluh

menggaris, tinggi 1 cm dengan bulu kejur yang pendek 1 mm; ligula tidak tampak, gundul. Perbungaan tidak dijumpai (Gambar 1).

Lokasi ditemukan: Desa Teluk Dalam, Kec.Kuala Indragiri, Kab.Indragiri Hilir (00°16’59.0”, 00°16’54.1”,00°16’42.9”).

Kel Sapat, Kec.Kuala Indragiri (00°19’19.7”).

Persebaran: Diperkirakan berasal dari Asia tropis. Banyak terdapat di di tepian sungai dan dibudidayakan di daerah tropis dan sub tropis (Widjaja 2001.b;

Dranfield & Wijaja 1995).

Karakter

Nama Spesies B. vulgaris var.

striata

B. heterostachya B. glaucophylla

Bentuk rebung Mengerucut Meramping Meramping

Warna buluh Kuning bergaris hijau

Hijau bergaris putih Hijau

Warna daun Hijau Hijau Hijau bergaris putih

Jumlah cabang 2-5 cabang 5-7 cabang 5-7 cabang

Tinggi buluh 15-25 m 10-15 m 1-5 m

c

5 cm

d a

5 cm

b

5 cm

(5)

5 Gambar 1. Bambusa vulgaris var. striata

: a. rebung; b. buluh/batang; c. daun; d.

jumlah cabang; e. rumpun.

2. Bambusa heterostachya

Sinonim: B.heterostachya Munro (1868).

G.latispiculata Gamble (1896), Bambusa lapisculata (Gamble) Holttum (1946).

Rumpun simpodial, tidak rapat.

Rebung berwarna hijau, keunguan dan meramping. Buluh berwarna hijau, bergris tidak beraturan berwarna hijau pucat atau hijau. Diameter ketebalan buluh 8-10 mm, panjang ruas berkisar 30-80 cm. ketika buluh muda ditutupi lilin putih dan bulu-bulu gelap di bawah ruas buluh. Percabangan muncul di bagian atas dan pertengahan, disetiap ruas terdapat satu cabang yang lebih dominan besar di banding cabang lainya.

Jumlah percabangan 5-7 cabang. Buluh ditutupi rambut atau miang hitam. Daun 20-40 cm x 2-5, permkukaannya kasar, ligula bergerigi tidak teratur dan bulu kejur pendek, daun telinga tidak ada.

Perbungaan tidak ditemukan (Gambar 2).

Lokasi ditemukan : Desa Teluk Dalam (00°17’53.9”, 00°18’09.0”, 00°18’09.4”, 00°18’05.8”, 00°17’54.6”, 00°17’55.4”, 00°17’55.4”, 00°17’48.1”, 00°17’17.2”, 00°17’06.1”& 00°16’47.7”). Desa Sungai Piyai, (00°16’40.0” & 00°16’14.5”).

Gambar 2. Bambusa heterostachya : a.

rebung; b. buluh/batang; c. daun; d.

jumlah cabang; e. rumpun.

3. Bambusa glaucophylla Widjaja Sinonim:-

Rumpun simpodial, padat, tegak hingga berbiku-biku. Rebung ramping panjang seperti jarum dengan kuncup hijau kemerahan, warna pelepah rebung hijau kekuningan ditutupi bulu hitam tidak merata; bentuk kuping membundar;

posisi daun pelepah rebung tegak. Buluh muda licin kadang dengan beberapa bulu

1 m

e

2 cm

a

5 cm

b

c

5 cm

d

e

5 cm

1 m

(6)

6 hitam tersebar, buku-buku polos

(gundul), buluh tua berwarna hijau kusam, tinggi hingga 5 m, ruas panjangnya 20-25 cm dengan diameter 2- 3.2 cm, ketebalan dinding buluh 2-5 mm.

Percabangan muncul diseluruh buku- buku pada ruas 1-4 dengan jarak 10-25 cm, percabangan 5-6 cabang dengan satu cabang dominan dan cabang lain lebih kecil. Daun panjang 19-24 cm, lebar 1.5-2.4 cm, berwarna hijau garis putih, permukaan atas dan bawah tidak terdapat bulu (gundul), warna tangkai daun hijau muda; permukaan pelepah daun tidak berbulu; kuping pelepah daun membundar, tinggi 1 mm, gundul; ligula menggerigi, tinggi 1 mm; gundul.

Perbungaan tidak ditemukan (Gambar 3).

Lokasi ditemukan : Desa Teluk Dalam (00°17’55.5”)

Gambar 3. Bambusa glaucophylla : a.

rebung; b. buluh/batang; c. daun; d.

jumlah cabang; e. rumpun

Kunci Identifikasi Tumbuhan Bambu 1. a. Daun berwarna hijau...2

b. Daun berwarna hijau bergaris putih, jumlah cabang 5-7 cabang...B. glaucophylla 2. a. Buluh/batang berwarna kuning

bergaris hijau...B. vulgaris var. striata

b. Buluh/batang berwarna hijau bergaris putih...B. heterostachya

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, diperoleh 3 jenis bambu (Bambusoideae) terdiri dari Bambusa vulgaris var. striata, Bambusa heterostachya dan Bambusa glaucophylla. Karakter morfologi yang menjadi pembeda antara 3 jenis tumbuhan bambu antara lain bentuk rebung, warna buluh/batang, warna daun, jumlah cabang dan tinggi rumpun.

UCAPAN TERIMA KASIH

2 cm

a

2 cm

b

2 cm

c

2 cm

d

e

1 m

(7)

7 Penelitian ini didanai oleh DRPM

DIKTI Tahun 2019 atas nama Dr.

Fitmawati, M.Si.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, Agus. 2003. Budi daya Bambu Rebung. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Dransfield dan E.A. Widjaja. 1995. Plant Resources of South–East Asia no.7, Bamboos. Bogor : Penerbit Prosea.

Hadi, I.A., 2017. Identifikasi Jenis Bambu di Desa Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: STKIP PGRI Lubuklinggau.

Paembonan, A.R., 2014. Analisis Kemampuan Bambu Ater Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz.

dalam Mengabsorpsi Karbon Dioksida di Kecamatan Buntao Rantebua Kabupaten Toraja Utara.

Penelitian Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Rugayah, Widjaja, E.A., & Praptiwi.

2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora (I). Bogor : Penerbit Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Situs The plant list. 2013. http://

www.theplantlist.org. (Diakses

pada rabu, 20 April 2020 di Pekanbaru).

Widjaja, E.A. 1997. New Taxa in

indonesian Bamboos.

Reinwardtia 11 (2), 57-152.

Widjaja, E.A. 2001a. Identikit Jenis- Jenis Bambu di Jawa.

Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.

Widjaja, E.A. 2001b. Identikit Jenis- Jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.

Widjaja, E.A. 2005. Identikit Jenis- Jenis Bambu di Bali. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.

Widjaja, E.A. 2014. Budidaya Bambu Untuk Menunjang Pemanfaatan dan Konservasinya. Makalah dalam Lokakarya Bambu Flores di Borong tanggal 2-5 September 2014.

Widjaja dan Karsono. 2005.

Keanekaragaman Bambu di Pulau Sumba. Biodiversitas. 6 (2): 95-99.

Wong, K.M. 2004. Bamboos The Amazing Grass. International Plant Generic Resources Institute (IPGRI) and University Malaya. Kuala Lumpur.

Yani, A.P. 2014. Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya di Desa Tabalangan Bengkulu Tengah.

Gradien 10 (2), 987-991.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya website penjualan Toko Kristin maka pembeli dapat mendapatkan update informasi terbaru mengenai produk-produk yang ada baik dalam hal harga, berat

70 Keterlibatan al-Shinqi>t}i> dalam proses belajar mengajar di Universitas Islam Madinah menjadikannya memperoleh kesempatan yang lebih bayak dan lebih besar

Tulisan ini memaparkan status kontaminasi aflatoxin dan infeksi jamur Aspergillus flavus pada beragam mata rantai perdagangan, faktor-faktor yang mempengaruhi atau memicu

Sehingga instrumen yang diguanakan dalam penelitian ini adalah Lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum pemberian layanan orientasi minat berwiarusaha siswa berada dalam kategori rendah dan sedang, setelah pemberian layanan orientasi

Sehingga izin mempekerjakan tenaga kerja asing harus melalui Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang disusun atau dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat jika lokasinya lebih dari

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata antara spesies kerabat manggis yang digunakan dengan model sambung terhadap semua peubah yang diamati,

Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas anak