• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Saham Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang Listing di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Saham Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang Listing di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 56

Analisis Saham Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang Listing di Bursa Efek Indonesia

Muspa1*

STIM Nitro Makassar

*email korespondensi:

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis harga saham dengan membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham dari masing-masing saham perusahaan Badan Usaha Milik Negara untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan berivestasi. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif menggunakan analisis fundamental dengan metode Price Earning Ratio (PER). Hasil analisis menunjukkan bahwa ADHI, WIKA, PTPP dan JSMR berada pada kondisi undervalued, keputusan yang dapat diambil adalah membeli atau menahan saham tersebut. Kelima saham lainnya yaitu BBRI, BBTN, BMRI, PTBA dan TINS berada pada kondisi overvalued, keputusan yang dapat diambil adalah menjual saham tersebut.

Kata Kunci : Analisis Saham, Price Earning Ratio, dan Nilai Intrinsik Saham.

I. PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini persaingan khususnya di dunia bisnis semakin ketat, sehingga perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran kegiatan operasinya dan menjaga kelangsungan hidupnya. Salah satu cara untuk memperoleh sumber dana perusahaan adalah dengan cara menarik dana dari luar perusahaan yang dapat diperoleh melalui pasar modal.

Pasar modal pada dasarnya adalah suatu wahana investasi bagi masyarakat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Salah satu instrumen yang diperjualbelikan dipasar modal adalah saham. Menurut Sunariyah (2006:48) saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.

Saham dapat dikatakan sebagai sekuritas yang paling mudah diperdagangkan, hal ini dikarenakan saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih oleh investor karena menjanjikan keuntungan baik berupa dividen sebagai future income maupun keuntungan dari capital gain. Dibalik keuntungan, investasi dalam bentuk saham tentu memiliki risiko didalamnya bahkan semakin besar keuntungan semakin besar risiko yang akan diterima. Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan investasi, para investor membutuhkan informasi yang akurat untuk menentukan saham yang baik guna meminimalisir risiko dan memperoleh keuntungan maksimal.

Ada dua analisis yang umum dilakukan oleh seorang investor sebelum menentukan keputusan investasi, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal dilakukan untuk saham-saham individual ataupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan grafik maupun indikator teknis seperti harga dan volume perdagangan (Husnan, 2009:307). Analisis fundamental adalah analisis yang menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga

(2)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 57 pasar guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum (Husnan, 2009:88).

Salah satu metode pendekatan yang pada umumnya digunakan oleh para investor dengan menggunakan analisis fundamental, yaitu metode Price Earning Ratio (PER).

Menurut Tandelilin (2010:320) Price Earning Ratio (PER) adalah rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Dalam pendekatan ini, nilai intrinsik merupakan hasil perkalian antara estimasi Earning Per Share (EPS) dengan Price Earning Ratio (PER). Apabila PER suatu perusahaan mempunyai kecenderungan berkembang dengan stabil dan tinggi, maka hal tersebut juga menggambarkan harga saham perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi pula.

Diantara 539 perusahaan terbuka yang sebagian modalnya berasal dari publik adalah perusahaan BUMN. Saham-saham BUMN selalu menjadi primadona di kalangan investor pasar modal, hampir setiap investor selalu menjadikan saham BUMN sebagai portofolio investasinya. Terdapat 20 perusahaan BUMN dalam klasifikasi 9 sektor usaha yang sahamnya telah beredar di masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia. Penulis memilih perusahaan BUMN sebagai objek penelitian karena perusahaan BUMN secara rutin membagikan keuntungan berupa dividen kepada para pemegang saham, adanya rasa aman bila berinvestasi pada perusahaan BUMN dan perusahaan BUMN memiliki tingkat likuiditas yang tinggi sehingga investor tidak kesulitan menjual sahamnya apabila sewaktu-waktu membutuhkan dana. Selain itu, perusahaan BUMN banyak diminati oleh para investor, sehingga informasi keuangan dari perusahaan ini akan sangat dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan investasi saham.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini : “Apakah nilai pasar saham BUMN telah mencerminkan nilai fundamentalnya?”

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal

Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar-menawar harga. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Pasar modal diharapkan mampu menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan Indonesia dan dapat juga dilihat sebagai alternatif dalam berinvestasi.

Investasi

Pada dasarnya seorang investor akan memilih investasi yang menguntungkan, karena setiap modal yang disetor untuk investasi harus mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi. Tingkat pengembalian investasi yang tinggi dapat menjadi pertimbangan bagi para investor untuk berinvestasi di sekuritas.

Menurut Tandelilin (2010:2) “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang”.

Menurut Sunariyah (2006:4) Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai

(3)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 58 modalnya, baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset, tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian (Rokhmatussa dan Suratman, 2011:3).

Saham

Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:5).

Dalam Heru (2010) Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim asset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi, jika terjadi likuidasi.

Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. (Sunariyah, 2006:48).

Menurut Husnan (2009:279) Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan.

Menurut Tandelilin (2010:301) Ada tiga jenis nilai yang dikenal dalam penilaian saham, yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku adalah nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham didalam pasar modal yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar modal. Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi. Nilai yang biasanya disebut sebagai nilai wajar suatu perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2003:80) Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu :

1) Nilai nominal merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan kepada tiap-tiap lembar saham, terkadang suatu saham tidak mempunyai nilai nominal untuk itu dewan direksi menetapkan sendiri nilai perlembarnya.

2) Agio saham merupakan selisih yang dibayar pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal saham.

3) Nilai modal disetor merupakan total nilai yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor juga merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham.

4) Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan ini diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai sumber dana internal perusahaan.

5) Nilai buku perlembar saham merupakan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.

6) Nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar Bursa pada saat tertentu yang dilakukan oleh pelaku pasar.

7) Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari suatu saham yang menunjukkan nilai sekarang (present value) arus tunai dimasa depan.

Menurut Husnan (2005:282) Pedoman yang digunakan dalam proses penilaian harga saham adalah sebagai berikut :

1) Apabila nilai intrinsik > nilai pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai terlalu rendah (undervalued) dan

kerena seharusnya dibeli atau ditahan.

2) Apabila nilai intrinsik < nilai pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai terlalu tinggi (overvalued) dan karena seharusnya dijual.

(4)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 59 3) Apabila nilai intrinsik = nilai pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai

wajar (fair valued) dan berada dalam kondisi keseimbangan.

Analisis Fundamental

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Menurut Husnan (2009:88) Analisis fundamental adalah analisis yang menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu.

Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasar guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Adapun yang dimaksud dengan nilai intrinsik adalah nilai yang seharusnya dari suatu saham. Analisis fundamental menggunakan data perusahaan, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayarkan, penjualan dan sebagainya).

Analisis ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa tiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analis, Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (Sunariyah, 2006:169).

Pendekatan Price Earning Ratio (PER)

Menurut Tandelilin (2010:320) “PER adalah rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan”. PER adalah rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan (Halim, 2005:10).

Pendekatan yang paling popular untuk mengestimasi nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan pendekatan Price Earning Ratio (PER). Menurut Tandelilin (2010:376) rumus untuk menghitung PER adalah :

Dimana :

DPSt+1 : Estimasi DPS EPSt+1 : Estimasi EPS

k : estimasi (return) yang diharapkan

g : estimasi tingkat pertumbuhan dividen rata-rata.

Penelitian Terdahulu

Anung, dkk (2016) dengan jurnal yang berjudul “Penggunaan Analisis Fundamental Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Studi Pada Saham Emiten yang Terdaftar dalam JII Periode 2012-2015”. Hasil penelitian empat perusahaan yang terpilih di JII periode 2012-2015 dengan menggunakan metode PER menunjukkan bahwa UNTR dalam kondisi undervalued disebabkan harga pasar saham tersebut berada dibawah harga intrinsiknya, keputusan yang diambil adalah membeli atau menahan saham tersebut. Ketiga saham lainnya yaitu AKRA, ASII, dan UNVR berada pada kondisi

DPS

t+1

/ EPS

t+1

PER =

k - g

(5)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 60 overvalued dengan alasan harga pasar saham lebih tinggi dibandingkan dengan harga intrinsiknya, keputusan yang diambil adalah menjual atau menahan saham tersebut.

Sukmawati, dkk (2013) dengan jurnal yang berjudul “Analisis Fundamental dengan Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Untuk Menilai Kewajaran Harga Saham dan Keputusan Investasi (Studi Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Listing Di BEI Periode 2009-2011)”. Hasil penelitian pada empat perusahaan terpilih pada perusahaan kosmetik dan barang keperluan rumah tangga periode 2009-2011 dengan menggunakan PER menunjukkan bahwa saham PT Mustika Ratu Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, dan PT Unilever Indonesia Tbk berada dalam kondisi overvalued sehingga keputusan yang tepat adalah menjual saham tersebut.

Saham PT Martino Berto Tbk berada dalam kondisi undervalued sehingga keputusan yang tepat adalah membeli saham tersebut.

III. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling, dengan kriteria antara lain :

a) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap untuk periode berakhir 31 Desember selama rentan tahun penelitian yaitu 2013-2015.

b) Perusahaan menunjukkan laba positif tiap tahunnya selama periode 2013-2015 c) Perusahaan yang konsisten membagikan dividen selama periode 2013-2015.

d) Laporan keuangan dalam satuan rupiah.

Berdasarkan kriteria tersebut daftar sampel yang terpilih sejumlah 9 perusahaan.

Definisi Operasional 1. Fundamental Saham

Fundamental saham adalah nilai sebenarnya dari suatu saham yang menunjukkan nilai sekarang (present value) arus tunai dimasa depan. Menentukan nilai intrinsik saham dirumuskan sebagai berikut :

2. Nilai Pasar

Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar Bursa pada saat tertentu yang dilakukan oleh pelaku pasar. Dalam penelitian ini harga pasar saham menggunakan closing price saham yaitu pada 31 Desember 2016.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan gambaran mengenai penilaian harga saham melalui data-data keuangan perusahaan BUMN dengan pendekatan PER dalam kaitannya dengan keputusan investasi. Berdasarkan rujukan dari jurnal Anung, dkk (2016) dan Sukmawati, dkk (2013) aspek yang diteliti adalah kesesuaian antara nilai intrinsik dengan nilai pasar dari saham tersebut melalui analisis fundamental dengan pendekatan PER. Langkah - langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan perkembangan kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan variabel fundamental yang meliputi :

Nilai Intrinsik = Estimasi EPS X PER

(6)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 61 a. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang dapat diperoleh pemegang saham. Menurut Tandelilin (2010:372) ROE dirumuskan sebagai berikut :

a) Return On Equity merupakan gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang dapat diperoleh pemegang saham. Menurut Tandelilin (2010:372) ROE dirumuskan sebagai berikut :

b) Earning Per Share (EPS )

Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham per lembarnya. Menurut Tandelilin (2010:347) EPS dirumuskan sebagai berikut :

c) Dividend Per Share (DPS)

Dividend Per Share (DPS) menggambarkan berapa jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan. Menurut Rahardjo (2009:90) DPS dirumuskan sebagai berikut :

d) Dividend Payout Ratio (DPR)

Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan deviden per saham dengan earning per share. Menunjukkan berapa presentase laba yang diperoleh dari penghasilan bersih yang dibayarkan sebagai dividen. Menurut Darmadji (2012:142) DPR dirumuskan sebagai berikut :

e) Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio merupakan perbandingan harga saham perlembar dengan pendapatan per lembar saham. Penggunaan PER sendiri digunakan untuk mengetahui modal investor agar mendapatkan earning dari perusahaan. Nilai PER yang rendah memiliki daya tarik tersendiri bagi para investor. Menurut Darmadji (2012:140) PER dirumuskan sebagai berikut :

Laba Bersih Setelah Pajak ROE =

Jumlah Modal Sendiri

Laba Bersih Setelah Pajak EPS =

Jumlah Saham yang beredar

Jumlah Dividen yang dibagi DPS =

Jumlah Saham yang beredar

Dividend Per Share DPR =

Earning Per Share

Harga Saham per Lembar PER =

Earning Per Share

(7)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 62

EPS

t+1

= EPS

t

x (1 + g rata-rata)

DPS

t+1

= DPS

t

x (1 + g rata-rata)

2. Menentukan nilai intrinsik saham menggunakan analisis fundamental pendekatan Price Earning Ratio (PER), dengan tahapan berikut ini :

a. Menghitung estimasi tingkat pertumbuhan dividen (g). Menurut Tandelilin (2010:376) rumus (g) sebagai berikut :

b.

Menghitung estimasi EPS. Menurut Tambunan (2007:249) Estimasi EPS dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Epst+1 : estimasi EPS

EPSt : EPS tahun sebelumnya

g : estimasi tingkat pertumbuhan dividen rata-rata.

c.

Menghitung Estimasi DPS. Menurut Jones dalam Anung, dkk. (2016) Estimasi DPS dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

DPS t+1 : Estimasi DPS

DPSt : DPS tahun sebelumnya

g : estimasi tingkat pertumbuhan dividen rata-rata.

d.

Menghitung estimasi suatu tingkat pengembalian (return) yang diharapkan.

Menurut Brigham dan Houston (2012:366) dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

DPS t+1: Estimasi DPS

g : estimasi tingkat pertumbuhan dividen rata-rata.

P0 : Harga pasar saham sebelumnya.

e.

Menghitung estimasi PER. Menurut Tandelilin (2010:376) estimasi PER dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

DPSt+1: Estimasi DPS

EPSt+1 : Estimasi EPS

k : estimasi (return) yang diharapkan

g : estimasi tingkat pertumbuhan dividen rata-rata.

DPS

t+1

k = + g

P

0

g = ROE x (1 - DPR)

DPS

t+1

/ EPS

t+1

PER =

k - g

(8)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 63

Nilai Intrinsik = Estimasi EPS X PER

f.

Menurut Tandelilin (2010:377) Menentukan nilai intrinsik dirumuskan sebagai berikut :

g.

Menilai harga saham dengan membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham dari masing-masing saham BUMN pada akhir tahun 2016.

h.

Pengambilan keputusan investasi dengan menggunakan pertimbangan sebagai berikut :

1. Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued, sehingga keputusan investasi yang baik dilakukan adalah membeli saham atau menahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

2. Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued, sehingga keputusan investasi yang baik adalah menjual saham apabila telah dimiliki atau menghindari membeli saham.

3. Apabila nilai intrinsik sama dengan harga pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada pada kondisi keseimbangan atau correctly valued, sehingga keputusan investasi yang tepat adalah menahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis

Dalam membuat suatu keputusan investasi selain memperhatikan nilai intrinsik (nilai seharusnya) harga saham, hal penting yang perlu diperhatikan adalah perkembangan variabel fundamental perusahaan yang dianalisis menggunakan ROE, EPS, DPS, DPR dan PER. Semakin baik variabel fundamental suatu perusahaan akan menunjukkan bahwa semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut yang akan berdampak positif kepada para pemegang saham, begitu pula sebaliknya.

Perhitungan rasio fundamental ini juga dilakukan untuk melengkapi kebutuhan dalam menilai harga intrinsik saham dengan menggunakan metode- metode penilaian harga saham. Berikut hasil perhitungan rasio keuangan perusahaan BUMN :

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 26,38 20,21 9,01

EPS (Rp) 225,38 182,69 202,83

DPR (%) 10,43 37,00 17,75

DPS (Rp) 235 676 360

PER (kali) 5,68 16,16 10,55

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Adhi Karya, Tbk selama tahun pengamatan tidak begitu baik. Nilai ROE mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Nilai EPS mengalami peningkatan di tahun 2015 kecuali untuk nilai DPS, DPR dan PER mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2015.

(9)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 64 Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 21,20 22,85 16,52

EPS (Rp) 88 110 153

DPS (Rp) 192 261 220

Lanjutan Tabel 4.2

RASIO 2013 2014 2015

DPR (%) 21,82 23,73 14,38

PER (kali) 13,18 32,50 25,33

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Pembangunan Perumahan, Tbk selama tahun pengamatan dalam keadaan yang baik. Nilai ROE mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2015. Nilai EPS perusahaan terus mengalami peningkatan.

Nilai DPS, DPR dan PER cenderung mengalami peningkatan walaupun berfluktuasi tetapi memiliki perkembangan yang cenderung meningkat.

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 19,35 15,25 12,93

EPS (Rp) 92,84 99,06 101,81

DPS (Rp) 245 278 209

DPR (%) 26,39 28,06 20,53

PER (kali) 17,02 37,15 25,93

Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Wijaya Karya, Tbk dalam keadaan yang baik.

Walaupun nilai ROE mengalami penurunan selama tahun pengamatan. Namun nilai EPS, DPS, DPR dan PER cenderung mengalami peningkatan walaupun berfluktuasi tetapi memiliki perkembangan yang cenderung meningkat.

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan

PT. Bank Republik Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 26,92 24,80 22,46

EPS (Rp) 865,22 981,59 1030,43

DPS (Rp) 225 258 295

DPR (%) 26,00 26,28 28,63

PER (kali) 8,83 11,87 11,09

Sumber : Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Bank Republik Indonesia, Tbk dalam keadaan yang

(10)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 65 baik. Walaupun nilai ROE mengalami penurunan selama tahun pengamatan, nilai EPS, DPS, DPR dan PER cenderung mengalami peningkatan.

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 13,52 9,35 13,35

EPS (Rp) 148 108 175

DPS (Rp) 387 444 211

DPR (%) 26,15 41,11 12,06

PER (kali) 5,88 11,16 7,40

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Bank Tabungan Negara, Tbk selama tahun pengamatan dalam keadaan yang baik. Nilai ROE mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Nilai EPS, DPS, DPR dan PER perusahaan cenderung mengalami peningkatan walaupun berfluktuasi tetapi memiliki perkembangan yang cenderung meningkat.

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 21,21 19,70 17,70

EPS (Rp) 780,16 851,66 871,50

DPS (Rp) 199 234 213

DPR (%) 25,51 27,48 24,44

PER (kali) 10,06 12,65 10,61

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Bank Mandiri, Tbk dalam keadaan yang baik.

Walaupun nilai ROE mengalami penurunan selama tahun pengamatan. Namun, nilai EPS perusahaan terus mengalami peningkatan dan nilai DPS, DPR dan PER cenderung mengalami peningkatan walaupun berfluktuasi tetapi memiliki perkembangan yang cenderung meningkat.

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 24,55 21,86 21,93

EPS (Rp) 822 856 941

DPS (Rp) 692 436 306

DPR (%) 84,18 50,93 32,52

PER (kali) 12,41 14,60 4,81

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Bukit Asam, Tbk selama tahun pengamatan tidak begitu baik. Nilai ROE mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Nilai EPS

(11)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 66 terus mengalami peningkatan selama tahun pengamatan. Akan tetapi untuk nilai DPS, DPR dan PER mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2015.

Tabel 4.8

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan PT. Timah (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 11,05 14,96 2

EPS (Rp) 78 90 14

DPS (Rp) 290 380 257

DPR (%) 37,18 42,22 18,36

PER (kali) 13,86 13,67 36,07

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Timah, Tbk selama tahun pengamatan tidak begitu baik. Nilai ROE mengalami fluktuasi yang cenderung menurun pada tahun 2015.

Nilai EPS, DPS dan DPR mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga tahun 2015. Namun, untuk nilai PER mengalami peningkatan hingga tahun 2015.

Tabel 4.9

Hasil Perhitungan Ratio Keuangan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Tahun 2013-2015

RASIO 2013 2014 2015

ROE (%) 8,80 11,22 10,67

EPS (Rp) 151 209 215

DPS (Rp) 943 790 722

DPR (%) 62,45 37,80 33,58

PER (kali) 31,29 33,73 24,30

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa perkembangan variabel fundamental PT. Jasa Marga, Tbk selama tahun pengamatan tidak begitu baik. Nilai ROE mengalami fluktuasi dan memiliki perkembangan yang cenderung menurun. Nilai EPS terus mengalami peningkatan. Namun, DPS, DPR dan PER mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga tahun 2015.

Perhitungan analisis fundamental dengan pendekatan PER dilakukan dengan tahapan menghitung pertumbuhan dividen yang diharapkan (g), menghitung estimasi EPS, menghitung estimasi DPS, menghitung return yang diharapkan (k) dan menghitung estimasi PER sehingga nilai intrinsik saham dapat diketahui dengan mengalikan estimasi EPS dengan PER.

Tabel 4.10

(12)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 67 Hasil Perhitungan Nilai Intrinsik Saham

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kode

Perusahaa n

Tingkat dividen yang diharapkan

(g)

Estimasi EPS

Estimasi DPS

Tingkat return

yang diharapkan

(k)

PER Nilai Intrinsik

ADHI 0,1459 232,42 412,53 0,3387 9,21 Rp 2.140 PTPP 0,1605 177,55 255,31 0,2264 21,82 Rp 3.875 WIKA 0,1183 113,85 233,72 0,2068 23,19 Rp 2.640

BBRI 0,1808 1.217 348,33 0,2113 9,39

Rp11.425

BBTN 0,2723 223 268,46 0,4796 5,82

Rp 1.295

BMRI 0,1449 997,75 243,86 0,1712 9,27

Rp 9.250

PTBA 0,0980 1.033 336 0,1723 4,38

Rp 4.525

TINS 0,0574 15 271,75 0,5955 34,11

Rp 512

JSMR 0,0579 227 763,80 0,2041 22,97

Rp 5.225

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 4.10 di atas merupakan hasil perhitungan nilai intrinsik saham dengan menggunakan metode Price Earning Ratio (PER). Nilai intrinsik saham-saham BUMN merupakan hasil perkalian antara estimasi Price Earning Ratio (PER) dengan Earning Per Share (EPS). Setelah mengetahui nilai intrinsik saham-saham BUMN, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham yang diambil dari closing price saham yaitu pada 31 Desember 2016. Hasil perbandingan akan menentukan kondisi suatu saham apakah saham tersebut undervalued (harga terlalu murah), overvalued (harga terlalu mahal), atau correctly valued (harga saham dinilai wajar).

Tabel 4.11

Perbandingan Nilai Intrinsik dan Harga Saham Tahun 2016 Perusahaan BUMN

Nama Perusahaan Nilai Intrinsik

Harga Pasar Saham

2016

Kondisi saham PT Adhi Karya,Tbk Rp 2.140 Rp 2.080 Undervalued PT Pembangunan Perumahan, Tbk Rp 3.875 Rp 3.810 Undervalued PT Wijaya Karya, Tbk Rp 2.640 Rp 2.360 Undervalued PT Bank Republik Indonesia, Tbk Rp 11.425 Rp 11.675 Overvalued PT Bank Tabungan Negara, Tbk Rp 1.295 Rp 1.740 Overvalued PT Bank Mandiri, Tbk Rp 9.250 Rp 11.575 Overvalued PT Bukit Asam, Tbk Rp 4.525 Rp 12.500 Overvalued PT Timah, Tbk Rp 512 Rp 1.075 Overvalued PT Jasa Marga, Tbk Rp 5.225 Rp 4.320 Undervalued Sumber: Data diolah (2017)

(13)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 68 Tabel 4.11 di atas, menjelaskan kondisi saham dengan menggunakan metode Pendekatan Price Earning Ratio (PER). Berdasarkan hasil tersebut terdapat 4 saham yang memiliki kondisi undervalued atau nilai intrinsiknya lebih besar dibandingkan dengan harga pasar. Saham yang memiliki kondisi undervalued tersebut yaitu ADHI, WIKA, PTPP dan JSMR. Terdapat 5 perusahaan yang memiliki kondisi overvalued atau nilai intrinsiknya lebih kecil dibandingkan dengan harga pasar. Saham yang memiliki kondisi overvalued tersebut yaitu BBRI, BBTN, BMRI, PTBA dan TINS.

Langkah selanjutnya yaitu pengambilan keputusan investasi berdasarkan analisis Fundamental Pendekatan Price Earning Ratio (PER) dapat dilakukan setelah mengetahui nilai intrinsik pada saham tersebut kemudian membandingkan dengan harga pasar saham akhir tahun 2016 serta menentukan kondisi saham-saham BUMN. Berikut pengambilan keputusan Investasi Perusahaan BUMN berdasarkan Analisis Fundamental Pendekatan PER :

Tabel 4.12

Pengambilan Keputusan Investasi Perusahaan BUMN Nama

Perusahaan

Kondisi saham

Keputusan Investasi

PT Adhi Karya,Tbk Undervalued Membeli/ Menahan saham PT Pembangunan Perumahan,

Tbk Undervalued Membeli/ Menahan saham

PT Wijaya Karya, Tbk Undervalued Membeli/ Menahan saham PT Bank Republik Indonesia, Tbk Overvalued Menjual Saham PT Bank Tabungan Negara, Tbk Overvalued Menjual Saham PT Bank Mandiri, Tbk Overvalued Menjual Saham

PT Bukit Asam, Tbk Overvalued Menjual Saham

PT Timah, Tbk Overvalued Menjual Saham

PT Jasa Marga, Tbk Undervalued Membeli/ Menahan saham Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari ke sembilan sampel perusahaan BUMN terdapat 5 perusahaan dalam kondisi overvalued diantaranya PT Bank Republik Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bukit Asam Tbk dan PT Jasa Marga Tbk yaitu nilai intrinsik lebih rendah dari harga pasar. Keputusan investasi untuk kondisi overvalued adalah dengan menjual saham atau tidak membeli saham tersebut. Sedangkan PT Adhi Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Pembangunan Perumahan Tbk dan PT Jasa Marga berada dalam kondisi undervalued yaitu nilai intrinsik saham lebih besar dari harga pasarnya. Keputusan investasi yang dapat direkomendasikan adalah dengan membeli atau menahan saham tersebut.

Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini adalah menganalisis penilaian harga saham dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai intrinsiknya. Dalam menganalisis saham maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Price Earning Ratio (PER). Apabila harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsik maka saham tersebut tergolong undervalued sedangkan apabila harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsik maka dapat digolongkan overvalued.

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang dilakukan, penilaian saham Perusahaan BUMN adalah sebagai berikut :

1. Saham Overvalued

(14)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 69 Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 9 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian terdapat 5 perusahaan yang harga sahamnya tergolong overvalued, yaitu PT Bank Republik Indonesia, Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BBTN), PT Bank Mandiri, Tbk (BMRI), PT Bukit Asam, Tbk (PTBA), dan PT Timah, Tbk (TINS).

Keputusan yang sebaiknya diambil adalah menjual saham tersebut apabila telah dimiliki sebelum harga saham tersebut mengalami penurunan dikemudian hari atau tidak membeli saham tersebut karena berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan bagi calon investor dengan harapan harga saham akan turun dikemudian hari.

2. Saham Undervalued

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 9 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian terdapat 4 perusahaan yang harga sahamnya tergolong undervalued, yaitu PT Adhi Karya, Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya, Tbk (WIKA), PT Pembangunan Perumahan, Tbk (PTPP), dan PT Jasa Marga, Tbk (JSMR). Keputusan yang sebaiknya diambil oleh calon investor adalah membeli saham tersebut dan jika investor telah memiliki saham tersebut, maka keputusan yang sebaiknya diambil adalah menahan saham tersebut dengan harapan dikemudian hari harga saham tersebut akan naik.

V. PENUTUP Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan guna mengevaluasi saham untuk pemilihan investasi dengan menggunakan analisis fundamental metode pendekatan PER pada saham Badan Usaha Miilik Negara. Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, akan disajikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Saham-saham perusahaan BUMN yang termasuk overvalued atau saham mahal adalah PT Bank Republik Indonesia, Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BBTN), PT Bank Mandiri, Tbk (BMRI), PT Bukit Asam, Tbk (PTBA), dan PT Timah, Tbk (TINS).

2. Saham-saham perusahaan BUMN yang termasuk undervalued atau saham murah adalah PT Adhi Karya, Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya, Tbk (WIKA), PT Pembangunan Perumahan, Tbk (PTPP), dan PT Jasa Marga, Tbk (JSMR).

Saran-saran

Adapun saran – saran dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1.

Bagi investor di pasar modal, disarankan untuk menghitung nilai intrinsik (kewajaran) suatu saham sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi di pasar modal.

2.

Analisis fundamental dengan pendekatan PER yang digunakan oleh investor berorientasi pada investasi jangka panjang yang lebih mengutamakan perolehan dividen, sedangkan untuk investor yang mengharapkan capital gain sebaiknya menggunakan teknik analisis teknikal dengan melihat pergerakan harga saham.

Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya menambah jumlah sampel yang akan diteliti, memperluas populasi dan memperpanjang periode penelitian agar dapat dijadikan acuan oleh para investor untuk berinvestasi di pasar modal

(15)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 70 DAFTAR PUSTAKA

Anung, Reska Ramdhan M, Hidayat Rustam R, dan Sulasmiati Sri, (2016). “Penggunaan Analisis Fundamental Pendekatan Price Earning Ratio (PER) dalam Pengambilan Keputusan Investasi Saham (Studi Pada Saham Emiten yang terdaftar dalam JII Periode 2012-2015)”. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 40 No. 2. Universitas Brawijaya, Malang.

Brigham, E. F. dan Joel F. Houston,(2012). Dasar–Dasar Manajemen Keuangan Buku 1

Edisi, 10.

Darmadji, Tjiptono, dan Fakhruddin, (2011). Pasar Modal di Indonesia. Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul, 2005. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Heru, Antonius Santoso, 2010. “Analisis Risiko Investasi Saham Pada Sektor Properti di BEI Periode 2003 Sampai 2008”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Guna Darma.

Husnan, S. (2015). Dasar-dasar teori portofolio dan analisis sekuritas.

….………, 2009. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Penerbit : UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto, (2003). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Penerbit : BPFI, Yogyakarta.

Kasmir, (2008). Analisis Laporan Keuangan. Penerbit : PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Rahardjo, B. (2021). Jeli Investasi Saham ala Warren Buffet: Strategi Meraup Untung di

Masa Krisis. Penerbit Andi.

Rokhmatussa, dan Suratman, (2011). Hukum Investasi dan Pasar Modal. Penerbit : Sinar Grafika, Jakarta.

Sukmawati, Estika Erni, AR Dzulkinom Moch, dan Topowijono, (2013). “Analisis Fundamental dengan Pendekatan Price Earning Ratio (PER) untuk Menilai Kewajaran Harga Saham dan Keputusan Investasi (Studi Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Listing di BEI Periode 2009-2011)”.

Jurnal. Fakultas Administasi. Universitas Brawijaya.

Sunariyah, (2006). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Penerbit : UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Tambunan, A. P, (2007). Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation). Penerbit PT. Elex Media, Jakarta.

Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan aplikasi. Kanisius..

Referensi

Dokumen terkait

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “ Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris terhadap financial distress

Setiap 1 waran dapat ditukar dengan 1 lembar saham biasa yang mempunyai nilai nominal Rp. 100,- per lembar dengan

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh terhadap pergerakan harga saham suatu perusahaan karena secara tidak langsung investor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan laba per lembar saham tidak berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham, yang dibuktikan dengan melihat nilai probabilitas

Sebuah perusahaan menerbitkan 1000 lembar saham biasa denagn nilai yang ditetapkan $10 yang memiliki harga pasar $ 20 per saham, dan 1000 lembar saham preferen dengan

Contoh-3 : : Jika 2000 lembar saham biasa nominal Rp 1.000 yang mempunyai nilai pasar Rp 1.500 perlembar dan 2.000 lembar saham prioritas nominal Rp 1.000. yang mempunyai

Dan membandingkan rata-rata cash holding kuartal 1 sampai kuartal 3 dengan nilai cash holding kuartal, jika rata-rata cash holding kuartal 4 lebih tinggi dari