• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYAWAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DI PT LKMS AL-MABRUK BATUSANGKAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYAWAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DI PT LKMS AL-MABRUK BATUSANGKAR SKRIPSI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYAWAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DI PT LKMS

AL-MABRUK BATUSANGKAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar

Oleh:

Claudio Reymikha Pratama 1730401027

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

2021 M / 1442 H

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

CLAUDIO REYMIKHA PRATAMA, NIM 1730401027. Judul Skripsi:

“STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALISME PRAKTISI BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DI PT LKMS AL-MABRUK BATUSANGKAR”, Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagamana strategi peningkatan profesionalisme karyawan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di PT LKMS Al-Mabruk Batusangkar. Terutama dalam peningkatan knowledge, skill, integrity, dan iman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam meningkatkan knowledge, skill, integrity, dan iman karyawan.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah (field research) penelitian lapangan dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah observasi lapangan, wawancara dengan praktisi BMT Al- Mabruk Batusangkar dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah display data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang pertama strategi PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan knowledge (pengetahuan) karyawan yaitu PT. LKMS Al-Mabruk Batusangkar BMT Al-Mabruk Batusangkar telah melakukan pencarian informasi tentang lembaga keuangan syariah khusunya perbankan, baik itu perbankan syariah maupun perbankan konvensional. Selanjutnya BMT Al-Mabruk Batusangkar memberikan izin kepada para praktisi untuk menyampaikan ide-ide, ilmu-ilmu ataupun keluhan selama menjalankan suatu pekerjaan. Selanjutnya BMT Al-Mabruk memberikan kesempatan kepada karyawan yang tidak memahami suatu pekerjaan untuk menanyakan kepada karywan yang lama. Kedua strategi PT. LKMS BMT Al- Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan skill (kemampuan) karyawan yaitu PT.

LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar telah melakukan pola perekrutan karyawan yang baik serta telah melakukan penyaringan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuannya. Namun, BMT Al-Mabruk Batusangkar belum melaksanakan pelatihan kepada karyawan secara formal dan khusus yang tentunya akan lebih meningkatkan skill (kemampuan) karyawan. Ketiga strategi PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan integrity (konsistensi) karyawan yaitu PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP). Standar Operasional Prosedur (SOP) digunakan sebagai acuan dalam menjalankan perencaanaan kerja yang telah dirancang. Namun, dalam kenyataannya masih ada beberapa kendala dalam mencapai tujuan dari SOP yang telah ada, seperti belum bisa semua nasabah yang bermasalah dalam pembiayaan mampu diatasi oleh BMT Al-Mabruk Batusangkar. Keempat Strategi PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan iman praktisi karyawan yaitu PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar telah melakukan peningkatan iman para karyawan hal ini dapat dilihat di mana PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar telah melakukan peningkatan iman para karyawan dengan saling mengingatkan untuk beribadah,

(6)

ii

melakukan ibadah secara berjamaah, membaca Al-Qur‟an dan telah mengadakan kegiatan keagamaan setiap satu kali dalam seminggu yaitu pada hari Jum‟at.

Kata Kunci: Strategi, Profesionalisme, Karyawan, BMT Al-Mabruk

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun SKRIPSI ini. Shalawat serta salam penulis mohonkan kepada Allah SWT untuk selalu ditiupkan kepada Rasulullah SAW yang diutus dengan sebaik-baik agama, sebagai rahmat untuk seluruh manusia, sebagai personifikasi yang utuh dari ajaran Islam dan sebagai tumpuan harapan pemberi cahaya syari‟at di akhirat kelak.

Skripsi ini ditulis bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya serta rasa penghargaan yang tak terhingga kepada kedua orang tua Ibunda ku tersayang dan tercinta Mimi Hartati dan Ayahanda ku tersayang dan tercinta Dodi Dores yang sudah bersabar mendidik, menuntun, menasehati, dan mendo‟akan serta memberikan dorongan moril maupun materi dengan segenap jiwa dan ketulusan hatinya. Semoga jasa beliau dibalasi dengan pahala yang berlipat ganda.

Selain itu penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

2. Bapak Dr. H. Rizal, M.Ag, CRP® selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

3. Bapak Widi Nopiardo, MA selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar beserta staf Jurusan Perbankan Syariah.

4. Bapak Dr. H. Rizal Fahlefi, S.Ag., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

(8)

iv

5. Ibu Deswita, S. Ag., MA selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan kebijaksanannya, meluangkan waktu, memberikan nasehat serta saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Batusangkar yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di IAIN Batusangkar sehingga memperluas cakrawala keilmuan penulis. Beserta bapak dan ibu staf, baik staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, staf jurursan Perbankan Syariah, staf Akama, dan staf Perpustakaan IAIN Batusangkar.

7. Pimpinan dan praktisi BMT Al-Mabruk Batusangkar yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan informasi kepada penulis sebagai bahan menyelesaikan skripsi ini.

8. Terimakasih kepada keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam pendidikan yang penulis jalani selama ini.

9. Terimakasih kepada sahabat dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan semangat dengan tulus, terimakasih telah banyak membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan jurusan Perbankan Syariah angkatan 2017 dan seluruh mahasiswa jurusan Perbankan Syariah serta seluruh mahasiswa angkatan 2017 yang selalu membantu dan memberikan semangat untuk penulis.

Akhirnya, kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri, semoga bantuan, motivasi dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak menjadi amal ibadah yang ikhlas hendaknya, dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Semoga SKRIPSI ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Aamiin.

Batusangkar,22 Juli 2021 Penulis

Claudio Reymikha Pratama NIM: 1730401027

(9)

v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C.Sub Fokus Penelitian ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 9

F. Defenisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A.Landasan Teori ... 11

1. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ... 11

2. Strategi dan Manajemen Strategi ... 22

3. Profesionalisme ... 28

B. Penelitian Relevan ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

A.Jenis Penelitian ... 53

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 53

C.Instrumen Penelitian ... 54

D.Sumber Data ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Teknik Analisis Data ... 55

G.Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 55

(10)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A.Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 57

1. Sejarah Singkat PT LKMS BMT AL-MABRUK Batusangkar... 57

2. Struktur organisasi ... 59

3. Visi dan Misi ... 59

4. Produk-produk BMT ... 60

B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 62

1. Strategi PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar Untuk Meningkatkan Knowledge (Pengetahuan) Karyawan ... 62

2. Strategi PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar Untuk Meningkatkan Skill (Kemampuan) Karyawan ... 64

3. Strategi PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar Untuk Meningkatkan Integrity (Konsistensi) Karyawan ... 69

4. Strategi PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar Untuk Meningkatkan Iman Karyawan ... 73

BAB V PENUTUP ... 76

A.Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian... 53

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi PT. LKMS Al-Mabruk Batusangkar ... 59

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia dari sisi inplementasi diawali dengan beroperasinya perbankan syariah pertama yakni Bank Muamalat Indonesia namun hingga saat ini jangkauan terhadap usaha- usaha mikro kecil menengah yang berada di lingkup masyarakat bawah masih sangat minim, sehingga dibutuhkan peran serta lembaga lain untuk menjadi perpanjangan tangan dari perbankan syariah yang ada sekarang ini. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan solusi yang sangat efektif untuk menjadi perpanjangan tangan dari lembaga keuangan bank tersebut.

Masa sekarang ini masyarakat yang berada pada lapisan bawah masih merasa sulit untuk mengakses lembaga perbankan termasuk dalam hal ini perbankan syariah, hal tersebut disebabkan karena adanya ketentuan yang dipersyaratkan oleh lembaga perbankan dalam mengakses pembiayaan. Ini menandakan bahwa harus ada lembaga perpanjangan tangan dari perbankan untuk memfasilitasi masyarakat dengan lembaga perbankan syariah, sehingga cita-cita luhur pendirian perbankan syariah dapat terwujud yakni menjangkau masyarakat menengah ke bawah dalam akses permodalannya, lembaga tersebut adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT).

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit. Seperti zakat, sedekah, infak. Sedangkan baitul tamwil merupakan suatu wadah yang lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana yang bersifat profit dengan memakai sistem profit and loss sharing, seperti pemberian pembiayaan murabahah, mudharabah dan lain sebagainya (Iska, 2005: 82).

(14)

Baitul maal wat tamwil (BMT) merupakan balai usaha mandiri terpadu dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil aa bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

Baitul maal wat tamwil (BMT) merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat dengan berlandasan sistem syariah, yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi demi kesejahteraan masyarakat dan mempunyai sifat usaha yakni usaha bisnis mandiri, ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelolah secara profesional. Sebagai salah satu lembaga keuangan yang berbasis syariah adapun dalam operasionalnya BMT tidak terlepas dari upaya penggalangan dana dan pengembalian dana ke masyarakat yang selaras dengan nilai yang tumbuh dalam masyarakat.

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat sebagaimana bank atau lembaga keuangan yang lain. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil karena kebanyakan dari mereka adalah pedagang kecil yang tidak bisa memanfaatkan fasilitas kredit dari bank umum untuk mengembangkan usaha, hal ini disebabkan prosedur bank umum yang sulit serta kelemahan yang dimiliki oleh pedagang kecil dan pengusaha kecil dalam hal manajemen, pemasaran dan jaminan yang merupakan faktor- faktor penting bagi penilaian bank.

Pada dasarnya prinsip operasi Baitul Maal wat Tamwil terdiri dari:

1. Sistem Jual Beli

Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaanya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, kemudian bertindak sebagai penjual dan menjual barang yang telah dibelinya tersebut bengan ditambah mark-up.

(15)

2. Sistem non-profit

Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebijakan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial, nasabah cukup mengembalikan pokoknya saja.

3. Akad Bersyarikat

Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian keuntungan/kerugian yang disepakati.

4. Produk Pembiayaan

Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu (Sudarsono, 2005: 101-102).

Untuk menjadikan BMT menjadi maju dan benar, manajemen di sebuah BMT harus dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah (agamis) dan dikelola secara profesional. BMT harus memiliki perbedaan dan keunggulan tersendiri dibanding dengan lembaga keuangan lainnya. Prinsip syariah pada BMT harus menjadi alternatif pengalihan perhatian dan komitmen umat Islam dari perbankan konvensional (sistem bunga). Oleh karena itu, prinsip syariah dan profesional pada BMT harus dapat diterapkan dengan baik.

Profesionalisme adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengusaan pengetahuan yang mendalam mengenai konsep keuangan syariah dan kemampuan mengamalkannya dengan sangat baik konsep-konsep tersebut dalam menjalankan pekerjaannya.

Pengelolaan BMT secara profesional menjadi hal yang sangat penting untuk memajukan keberadaan BMT. Profesionalitas di BMT sangat erat kaitannya dengan profesionalitas praktisi BMT itu sendiri. BMT dapat menunjukkan kinerja yang baik dan bagus apabila praktisi BMT sebagai pengelola bekerja dengan profesional sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku. Tercapainya tujuan pada BMT tergantung kepada praktisi BMT itu sendiri. Standar kerja adalah sebuah target, sasaran, tujuan serta upaya kerja

(16)

dari karyawan dalam jangka waktu tertentu. Dalam pelaksanaan pekerjaannya, karyawan harus mengerahkan segenap tenaga, pikiran, keterampilan, ilmu serta waktunya untuk mencapai hal-hal yang ditentukan oleh standar kerja tersebut. Kinerja pegawai mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan atau lembaga keuangan. Maka agar para pegawai dapat bekerja sesuai dengan harapan, lembaga harus menanamkan motivasi kerja serta standar atau aturan kerjaan yang jelas (Wirawan, 2009:

21).

Menurut Sondang P. Siagian seperti yang dikutuip oleh Ramadhan indikator profesionalisme adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan

Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.

2. Kualitas

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, layanan, manusia, proses, lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

3. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

4. Jumlah SDM

Jumlah SDM suatu potensi yang ada dalam diri seseorang yang dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki.

(17)

5. Teknologi informasi

Teknologi informasi seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.

6. Keandalan

Keandalan adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama (Ramadhan, 2018: 3-4).

Sementara menurut Bangun seperti yang dikutip oleh Toha indikator kinerja pegawai diantara lain adalah sebagai berikut :

1. Kuantitas Pekerjaan.

Hal ini menunjukan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang akan menjadi standar pekerjaan . a. Melakukan pekerjaan sesuai dengan target output yang harus dihasilkan

perorang per satu jam kerja.

b. Melakukan pekerjaan sesuai dengan jumlah siklus aktifitas yang diselesaikan.

2. Kualitas Pekerjaan.

Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat menghasilkan pekerjaan sesuai dengan kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu.

a. Melakukan pekerjaan sesuai dengan operation manual b. Melakukan pekerjaan sesuai dengan inspection manual.

3. Ketepatan Waktu.

Setiap pekerjaan memiliki krakteristik yang berbeda untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu,karena memiliki keterngantungan atas pekerjaan lainnya.

a. Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline yang telah ditentukan.

b. Memanfaatkan waktu pekerjaan secara optimal untuk menghasilkan ouput yang diharapkan perusahaan.

(18)

4. Kehadiran

Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran pegawai dalam mengerjakan sesuai waktu yang telah ditentukan:

a. Datang tepat waktu

b. Melakukan pekerjaan sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan 5. Kemampuan Kerja Sama

Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh suatu pegawai saja, untuk jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orrang pegawai atau lebih. Kinerja pegawai dapat dinilai dari kemampuan bekerja sama dengan rekan sekerja lainnya.

a. Membantu atasan dengan memberikan sarana untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

b. Menghargai rekan kerja satu sama lain.

c. Bekerja sama dengan rekan kerja secara baik (Toha, 2018: 4-5).

Untuk meningkatkan profesionalisme praktisi pada sebuah lembaga keuangan yaitu dengan adanya aturan-aturan dan standar pelaksanaan pekerjaan yang diatur baik itu oleh undang-undang maupun pimpinan dari lembaga tersebut. Dalam meningkatkan profesionalisme praktisi tentu seorang direktur atau pimpinan mempunyai strategi tertentu. Seperti contoh seorang karyawan harus datang tepat waktu pada jam kerja dan jika melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi. Dengan menerapkan peraturan seperti itu seorang praktisi akan bekerja dengan sendirinya sesuai standar profesionalisme kerja.

Begitu juga dengan BMT Al-Mabruk yang berlokasi di kampus 1 IAIN Batusangkar. Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berada di Kabupaten Tanah Datar yang aktif dalam kegiatan funding dan financing yang harus mampu bersaing dengan lembaga keuangan syariah lainnya yang ada di Batusangkar. BMT Al-Mabruk agar bisa tetap unggul tentu harus bisa bersaing dengan lembaga syariah dengan meningkatkan profesionalisme praktisinya.

(19)

Berdasarkan survei awal penulis, BMT Al-Mabruk Batusangkar sudah menyusun langkah-langkah dan memliki SOP (Standar Operasional Prosedur) di dalam operasionalnya. Direktur atau pimpinan BMT Al-Mabruk dalam operasionalnya telah melakukan beberapa tahap yaitu adanya planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), action (menjalankan) dan controling (pengawasan) (Rahmad, Wawancara, 08 Maret 2021).

Namun, secara umum belum bisa tercapainya target yang telah ditentukan oleh BMT Al-Mabruk Batusangkar, hal ini terlihat pada saat karyawan dalam mengatasi permasalahan, seperti ketika BMT Al-Mabruk memberikan pembiayaan ke nasabah, nasabah ditawarkan model agar mudah dalam pembayaran cicilan hutangnya setiap bulan yaitu dengan sistem tabungan, dimana nasabah menabung setiap hari ke BMT Al-Mabruk Batusangkar dengan maksud agar pada waktu jatuh tempo pembayaran cicilan atau akhir bulan, nasabah bisa melakukan pembayaran dari saldo tabungannya di BMT Al-Mabruk. Tabungan nasabah tersebut dijemput langsung oleh BMT Al-Mabruk setiap harinya. Pelaksanaan kerja seperti ini merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh BMT Al-Mabruk Batusangkar. Akan tetapi, karena keterbatasan jumlah karyawan pada BMT Al-Mabruk Batusangkar mengakibatkan karyawan belum mampu menjemput dan mengumpulkam setiap hari semua tabungan dari nasabah. Keadaan seperti ini tentu akan menimbulkan permasalahan ketika jatuh tempo pembayaran cicilan nasabah tidak mampu untuk membayar cicilan.

Terjadinya kasus seperti itu mengakibatkan pimpinan BMT Al-Mabruk Batusangkar harus terjun langsung ke lapangan jika terjadi permasalahan pembayaran pembiayaan oleh nasabah. Permasalahan seperti ini sering terjadi pada BMT Al-Mabruk Batusangkar.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Strategi Peningkatan Profesionalisme Karyawan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Di PT LKMS Al-Mabruk Batusangkar”.

(20)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat memfokuskan pembahasan mengenai strategi peningkatan profesionalisme karyawan PT. LKMS Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al-Mabruk Batusangkar.

C. Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus masalah, maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apa strategi yang dilakukan oleh PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan knowledge karyawan?

2. Apa strategi yang dilakukan oleh PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan skill karyawan?

3. Apa strategi yang dilakukan oleh PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan integrity karyawan?

4. Apa strategi yang dilakukan oleh PT. LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan iman karyawan?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan strategi yang dilakukan oleh PT.

LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan knowledge karyawan.

2. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan strategi yang dilakukan oleh PT.

LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan skill karyawan.

3. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan strategi yang dilakukan oleh PT.

LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan integrity karyawan.

4. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan strategi yang dilakukan oleh PT.

LKMS BMT Al-Mabruk Batusangkar untuk meningkatkan iman karyawan.

(21)

E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua aspek yaitu:

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian yang akan datang dalam konteks permasalahan yang berkaitan dengan strategi peningkatan profesionalisme praktisi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).

b. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Serta diharapkan dapat memberikan informasi tentang strategi peningkatan profesionalisme praktisi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terhadap praktisi di BMT Al-Mabruk Batusangkar.

2. Luaran Penelitian

Adapun luaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) yairu gelar Sarjana Ekonomi (SE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar.

c. Bermanfaat sebagai bahan bacaan di perpustakaan IAIN Batusangkar.

F. Defenisi Operasional

Strategi atau “stategos atau strategia” berasal dari kata Yunani (Greek) yang berarti “general of generalship” atau di artikan juga sebagai sesuatu yang berkaitan dengan top manajemen pada suatu organisasi (Suci, 2015: 1).

Strategi yang penulis maksud adalah bagaimana cara direktur atau pimpinan BMT Al-Mabruk dalam meningkatkan profesionalisme praktisinya dan langkah-langkah apa yang dilakukan agar praktisi mematuhi SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan di BMT Al-Mabruk.

(22)

Profesionalisme adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengusaan pengetahuan yang mendalam mengenai konsep keuangan syariah dan kemampuan mengamalkannya dengan sangat baik konsep-konsep tersebut dalam menjalankan pekerjaannya (Karsidi, 2011: 17).

Profesionalisme yang penulis maksud adalah bagaimana parktisi BMT Al-Mabruk dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Apakah praktisi telah melaksanakan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang ada di BMT Al-mabruk.

Praktisi merupakan seseorang yang pekerjaannya berkaitan dengan pengelolaan BMT. Praktisi disebut juga seseorang yang memiliki kemampuan dalam bekerja (Karsidi, 2011: 5).

Praktisi yang penulis maksud adalah orang-orang yang bekerja di BMT Al-Mabruk yang berjumlah 5 orang, terdiri dari 1 orang pimpinan, 1 orang officer dan 3 marketing.

Jadi secara keseluruhan dari defenisi operasional yang penulis maksud adalah bagaimana strategi direktur atau pimpinan BMT Al-Mabruk Batusangkar dalam meningkatkan profesionalisme praktisi yang bekerja di BMT Al-Mabruk Batusangkar.

(23)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

a. Sejarah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan prinsip syari‟ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).

Sejalan dengan hal tersebut dan dilandasi dengan keinginan besar untuk berperan serta atau berpartisipasi dalam meningkatkan pembangunan nasional dengan membantu usaha mikro (kecil bawah) yang lebih dari 92% merupakan struktur ekonomi nasional. Menjadi penting untuk turut serta dan berpartisipasi memberikan solusi atas permasalahan yang ada khususnya yang dihadapi oleh para pengusaha kecil agar dapat berperan maksimal dalam menopang bangunan dan fundamental ekonomi Indonesia. Salah satu faktor tidak berkembangnya usaha mikro adalah kesulitan mereka pada masalah permodalan, sementara mereka tidak mengenal bank atau lembaga keuangan dan sulit mengaksesnya karena prosedurnya yang rumit (Pinbuk, 2000: 2).

b. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro syariah yang dibentuk secara swadaya oleh sekelompok masyarakat (muslim) dengan maksud mengumpulkan dan menyalurkan dana komersial dengan prinsip bagi hasil (Karsidi, 2011: 17).

(24)

Kata Baitul Maal wat Tamwil berasal dari bahasa Arab yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul artinya rumah, maal berarti harta atau kekayaan. Jadi baitul maal artinya rumah harta atau rumah kekayaan. Sedang al tamwil berasal dari kata mawwala-yumawwilu, tamwilan yang artinya pengembangan harta, Baitul Maal wat Tamwil berarti rumah atau tempat harta dan pengembangan harta.

Baitul Maal wat Tamwil merupakan lembaga keuangan yang dijalankan menurut syari‟at Islam dengan usaha pokoknya menghimpun dana dan memberikan pembiayaan kepada usahausaha yang produktif dan menguntungkan. BMT merupakan gabungan dari kata baitul maal dan baitul tamwil.

1) Baitul maal

Suatu lembaga keuangan yang kegiatannya lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti : zakat, infaq dan shodaqoh atau sumber lain yang halal.

2) Baitul tamwil

Suatu lembaga keuangan yang kegiatannya mengumpulkan dan menyalurkan dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi barang-barang yang tidak dapat terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syari‟ah (Sudarsono, 2003: 96).

Menurut Muhammad Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga pendukung peningkatan kualitas usaha ekonomi, pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawah berlandaskan sistem syari‟ah (Muhammad, 2000: 113).

c. Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

BMT merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai lembaga intermediary yaitu lembaga yang menerima dana dari masyarakat yang memiliki harta berlebih yang akan dikelola dan diperuntukkan bagi masyarakat yang kekurangan modal. Sebagai

(25)

lembaga keuangan mikro islam, BMT bertujuan menjadi lembaga yang dapat memberi manfaat serta kesejahteraan tidak hanya pada anggota BMT tetapi masyarakat sekitar cakupan BMT untuk dapat hidup lebih baik sehingga kesenjangan sosial semakin menipis (Azizah, 2014: 844).

Menurut Hertanto Widodo menjelaskan bahwa fungsi pokok BMT kepada nasabah dalam kaitan dengan kegiatan perekonomian masyarakat, terdapat dua fungsi pokok : Pertama, Fungsi pengumpulan dana, dan kedua fungsi penyaluran dana.

Kedua fungsi pokok BMT dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Fungsi Pengumpulan Dana (Funding)

Yaitu usaha untuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari anggota, calon nasabah maupundari pihak lain.

Pengumpulan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan.

2) Fungsi Penyaluran Dana (Financing)

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis, yaitu :

a) Pembiayaan dengan sistem bagi hasil

Pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan BMT dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan besarnya bagi hasil yang disepakati.

b) Jual beli dengan pembayaran yang ditangguhkan

Penyaluran dana dalam bentuk jual beli dengan pembayaran ditangguhkan adalah penjual barang dari BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT (Widodo, 1999: 10).

(26)

d. Karakteristik Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) BMT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.

2) Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

3) Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat disekitarnya.

4) Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat (Janwari, 2002: 184).

e. Visi Misi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) 1) Visi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang profesional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah.

Ibadah harus dipahami dalam arti yang luas, yakni tidak saja mencakup aspek ritual peribadatan seperti shalat misalnya, tetapi lebih luas mencakup segala aspek kehidupan.

Masing-masing BMT dapat saja merumuskan visinya sendiri.

Karena visi sangat dipengaruhi oleh lingkungan bisnisnya, latar belakang, masyarakatnya serta visi para pendirinya. Namun demikian, prinsip perumusan visi harus sama dan tetap dipegang teguh (Ridwan, 2004: 127).

(27)

2) Misi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

BMT adalah membangun dan mengambangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemamkmuran, berkemajuan, serta makmur, maju, berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT.

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa misi BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba modal pada segolongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada penditribusian laba yang yang merta dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi islam (Ridwan, 2004: 128).

f. Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

BMT didirikan bertujuan mningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarkat pada umumnya dapat dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri dengan sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan masyarakat sangat tergantung kepada BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya (Ridwan, 2004: 128).

g. Sifat Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

BMT adalah bersifat usaha yang mandiri ditumbuh kembangkan secara swadaya dan dikelola secara profesional. Aspek Baitul Maal, dikembangkan untuk kesejahteraan anggota terutama dengan penggalangan dana ZISWAF ( Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf).

Sifat usaha BMT yang berorientasi pada bisnis (bisnis oriental) dimaksudkan supaya pengelolaan BMT dapat dijalankan secara profesional, sehingga mencapai tingkat efesiensi tertinggi. BMT menjadi kunci sukses dalam pengembanganya serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya sejejar dengan lembaga ini.

(28)

Sedangkan aspek sosial BMT berorientasi pada peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis. Pada tahap awal, kelompok anggota ini, diberdayakan dengan stimulan dana zakat, infak dan sedekah, kemudian setelah dinilai harus mampu dikembangkan usahanya dengan bisnis atau komersial. Dana zakat hanya bersifat sementara, dengan pola ini, penerima manfaat dana zakat akan terus bertambah (Ridwan, 2004: 129).

h. Prinsip Utama Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Dalam melaksanakan usahanya BMT, berpegang teguh pada prinsip utama sebagai berikut:

1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syari‟ah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.

2) Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahka sen etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan berakhlaq mulia.

3) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Semua pengelola pada setiapa tingkatan, pengurus dengan semua lininya serta anggota, dibangun rasa kekeluargaan, sehingga akan tumbuh rasa saling melindungi dan menanggung.

4) Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua elemen BMT. Antara pengelola dengan pengurus harus memilki satu visi dan bersama-sama anggota untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.

5) Kemandirian, yakni mandiri di atas semua golongan politik. Mandiri bearti juga tidak tergantung dengan dana-dana pinjaman dan

„bantuan‟ tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.

6) Profesioanalisme, yakni semangat kerja yang tinggi („amalussholih/

ahsanu amala), yakni dilandasi dengan dasar keimanan. Kerja yang

(29)

tidak hanya beroriantasi pada kehidupan dunia saja, tetapi juga kenikmatan dan kepuasan ruhani dan akherat. Kerja keras dan cerdas yang dilandasi dengan bekal pengetahuan (knowladge) yang cukup, ketrampilan yang terus ditingkatkan (skill) serta niat dan ghirah yang kuat (attitude). Semua itu dikenal dengan kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual. Sikap profesionalisme dibangun dengan semangat untuk terus belajar demi mencapai tingkat standar kerja yang tertinggi.

7) Istiqomah; konsisten, konsekuen, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maka maju lagi ke tahap berikutnya dan hanya kepada Allah SWT kita berharap (Ridwan, 2004: 130-131).

i. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) selaku pengelola dana harus dapat mengelola dana yang dipercayakan kepadanya dengan hati-hati dan memperoleh penghasilan yang maksimal. Seperti halnya bank, BMT sebagai pemberi dana dapat melakukan penilaian permohonan pembiayaan akan memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam.

Menurut Djazuli dan Janwari prinsip-prinsip dasar pembiayaan BMT adalah :

1) Character 2) Capacity 3) Capital 4) Colateral 5) Conditions

Prinsip ini dikenal dengan 5C dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

(30)

1) Character

Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.

2) Capacity

Penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam dimasa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya, seperti karyawan, mesin, sarana produksi, cara usaha dan sebagainya.

3) Capital

Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan posisi usaha atau perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan dan penekanan pada komposisi modalnya.

4) Colateral

Jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya.

5) Conditions

Pihak BMT harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, BMT selalu memperhatikan beberapa prinsip dasar yang terkenal dengan sebutan 5C, yaitu character, capacity, capital, collateral, dan conditions. Kelima prinsip tersebut dilakukan oleh BMT dalam hubungannya dengan para nasabah,

(31)

terutama dalam hal proses peminjaman dana untuk mengetahui kondisi dan kemampuan para nasabah dalam memenuhi tanggungjawabnya sehingga dapat terjalin hubungan yang baik dan adanya saling kepercayaan antara pihak BMT dengan para nasabah. Keterkaitan diantara faktor-faktor tersebut dengan produktivitas, terdapat hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Suatu usaha akan dapat meningkatkan produktivitasnya apabila memperhatikan faktorfaktor yang dapat mendukungnya dengan baik (Dzajuli, 2002: 189).

j. Bentuk Organisasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Undang-undang nomor 01 tahun 2013 tentang LKM menjelaskan bahwasanya BMT merupakan lembaga keuangan yang harus memiliki badan hukum yang cocok dan sesuai dengan kegiatan BMT. Adapun badan hukum yang ditawarkan adalah koperasi atau perseroan terbatas. Bagi BMT yang memiliki badan hukum koperasi, maka segala kegiatan BMT harus didasarkan pada undang-undang koperasi (UU No. 40 tahun 2004). Meski demikian struktur keorganisasian BMT yang paling sederhana dapat terdiri dari:

1) Badan pendiri

Badan pendiri adalah orang-orang yang mendirikan BMT dan mempunyai hak prerogative yang seluas-luasnya dalam menentukan arah dan kebijakan BMT. Dalam BMT, badan pendiri ini berhak merubah anggaran dasar dan bahkan sampai membubarkan BMT.

Jika BMT memiliki badan hukum koperasi, maka badan pendiri yang dimaksud adalah anggota koperasi, namun jika BMT memiliki badan hukum PT, maka badan pendiri yang dimaksud adalah pemegang saham.

2) Badan pengawas

Badan pengawas adalah badan yang berwewenang menentukan kebijakan operasional dan mengawasi semua kegiatan dalam BMT. Karena BMT adalah lembaga yang berbasis syariah

(32)

makan pengawas BMT terdiri dari pengawas operasional dan pengawas syariah.

3) Anggota BMT

Anggota BMT adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan usaha BMT baik dari segi simpanan ataupun dari segi pembiayaan dan telah terdaftar dalam BMT melalui badan pengelola (Iska, 2016: 8-9).

Bentuk dan susuan dari organisasi BMT harus sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Setiap bagian dari BMT memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

k. Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Peran BMT antara lain adalah sebagai berikut:

1) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non Islam. Aktif melakukan sosialisasi ditengah di masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islami. Hal ini dilakukan dengan pelatihanpelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami.

2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro.

3) Melepaskan ketergantungan pada renternir, masayarakat yang masih tergantung pada renternir disebabkan karena renternir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat dengan baik.

4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi langsung berhadapan dengan masyarakat dengan masyarakat yang kompleks harus dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan. Misalnya dalam pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan yang dilakukan.

(33)

Selain itu, peran BMT di masyarakat, adalah:

1) Motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak.

2) Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi Islam.

3) Penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum du‟afa (miskin).

4) Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah (Heykal, 2010: 364).

l. Optimalisasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Optimalisasi BMT dapat dilihat dari Kesehatan manajemen.

Kesehatan manajemen operasional BMT merupakan suatu kondisi yang terlihat sebagai gambaran kinerja dan kualitas BMT, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dan dapat mempengaruhi aktivitas BMT serta pencapaian target-target BMT, untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan manajemen operasional BMT sangat bermanfaaat untuk memberikan gambaran mengenai kondisi aktual BMT kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi anggota dan pengelola. selain itu, dengan mengetahui hal tersebut akan membantu pihak-pihak tertentu dalam pengambilan keputusan sehingga terhindar dari kesalahan pengambilan keputusan. Beberapa faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung tingkat kesehatan manajemen operasional BMT, yaitu:

1) Faktor SDM, kondisi BMT sangat dipengaruhi oleh kemampuan SDM dalam mengelola BMT.

2) Faktor sumber daya, termasuk didalamnya adalah dana dan fasilitas kerja.

Dalam melakukan penilaian kesehatan manajemen operasional BMT terdapat 5 aspek yang menjadi acuan dasar penilaian. Dasar penilaian ini mengacu pada sistem penilaian kesehatan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) yang dikenal dengan istilah CAMEL (Capital adequacy, Asset quality, Management of risk,

(34)

Earning ability, dan Liquidity sufficiency). Kelima aspek tersebut adalah modal, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

Aspek kesehatan manajemen operasional BMT meliputi kesiapan BMT untuk melakukan operasinya dilihat dari sisi kelengkapan aturanaturan dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan, SDM, Permodalan, sarana dan prasarana kerja, aspek manajemen lebih menekan pada kesiapan BMT dalam system dan prosedur rutinitas kerja yang dijalankan oleh pengelola BMT (Aziz, 1999: 33).

2. Strategi dan Manajemen Strategi

a. Pengertian Strategi dan Manajemen Strategi 1) Pengertian Strategi

Strategi atau “stategos atau strategia” berasal dari kata Yunani (Greek) yang berarti “general of generalship” atau di artikan juga sebagai sesuatu yang berkaitan dengan top manajemen pada suatu organisasi (Suci, 2015: 1).

Kata strategi sudah lama dikenal di dunia bisnis, berawal dari dunia militer, bagaimana strategi mengalahkan musuh dan memperoleh kemenangan di medan perang. Dalam dunia bisnis, lingkungan ekternal bisnis adalah lahan untuk hidup dan mempertahankan diri dari serangan pesaing agar tetap unggul di dalam bidang bisnisnya (Hidayah, 2018: 2).

2) Pengertian Manajemen Strategi

Sejarah perkembangan manajemen tidak jauh berbeda dengan perkembangan manusia itu sendiri. Artinya, bahwa manajemen telah berlangsung sejak manusia itu berada di bumi ini, seiring dengan perkembangan dan tuntutan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manajemen kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan keahlian serta pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh manusia itu. Pengetahuan serta

(35)

teknologi (IPTEK) terus tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu sekaligus juga mengembangkan keterampilan manajemen umat manusia (Priyono, 2007: 1).

Manajemen strategi secara umum mempunyai model dasar yang komponennya terdiri dari analisis lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi, implementasi strategi, evaluasi dan kontrol. Manajemen strategi dapat didefenisikan sebagai seni dan ilmu formulasi strategi, implementasi dan evaluasi pengambilan keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai sasarannya (Hidayah, 2018: 6-7).

Manajemen strategi adalah serangkain keputusan dan tindakan yang dirumuskan berdasarkan pertimbangan lingkungan internal dan eksternal organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dalam jangka panjang. Tujuan organisasi jangka panjang tersebut menyangkut keunggulan-keunggulan kompetitif, agar dapat bertahan di tengah persaingan yang hebat (Novianto, 2019: 14).

Proses manajemen strategi biasanya terdiri dari lima tahap yaitu:

a) Analisis lingkungan.

b) Penetapan misi dan tujuan.

c) Perumusan strategi.

d) Pilihan dan penetapan strategi.

e) Evaluasi dan pengendalian strategi (Priyono, 2007: 54).

b. Ruang Lingkup Manajemen Strategi

Ruang lingkup dari manajemen strategi terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal dan lingkungan internal mempunyai peran yang cukup penting dalam usaha pengambilan keputusan guna mewujudkan visi misi perusahaan. Interaksi antar lingkungan internal maupun eksternal akan sangat mempengaruhi kemampuan serta strategi-strategi penting bagi para pengambil keputusan (Sushanti, 2017: 31).

(36)

1) Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal perusahaan adalah berbagai faktor yang berada di luar organisasi yang harus diperhitungkan oleh organisasi perusahaan pada saat membuat keputusan. Lingkungan eksternal perusahaan adalah semua kejadian di luar perusahaan yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari:

a) Lingkungan Umum

Lingkungan umum meliputi ekonomi, politik, hukum, sosial kultural (budaya), teknologi, dimensi intersnasional dan kondisi lingkungan alam.

b) Lingkungan Khusus

Lingkungan khusus meliputi pemilik, pelanggan, pemasok, pesaing, supply tenaga kerja, badan pemerintah, lembaga keuangan, media dan serikat pekerja (Sushanti, 2017:

34).

2) Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari:

a) Manusia.

b) Finansial (sumber, alokasi dan kontrol dana).

c) Fisik (aset berwujud perusahaan dalam bentuk jangka panjang seperti gedung, kantor).

d) Sistem nilai dan budaya organisasi (Sushanti, 2017: 34).

c. Konsep Manajemen Strategi

Richard Vancil (dari Harvard University) merumuskan konsep strategi sebagai berikut: ”Strategi merupakan sebuah organisasi atau sub unit sebuah organisasi lebih besar, yaitu sebuah konseptualisasi

(37)

yang dinyatakan atau diimplikasikan oleh pemimpin oragnisasi yang bersangkutan, berupa :

1) Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut.

2) Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang atau ditetapkan sendiri oleh sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan.

3) Kelompok-kelompok rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.

Tujuan suatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing.

Organisasi tersebut masih harus meraih keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang di dalam lingkungan, yang memungkinkan menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang kekuatannya (Nazarudin, 2020: 6-7).

d. Proses Manajemen Strategi

Strategic management atau manajemen strategik adalah suatu proses kombinasi tiga kegiatan yang saling terkait yaitu analisis, perumusan dan pelaksanaan strategi. Dengan demikian ada tiga komponen yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi yaitu analisis, perumusan, dan pelaksanaan, yang dapat berlaku untuk organisasi baik perusahaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial maupun lembaga pendidikan.

Michael Hit dan R. Duanne Ireland, Robert E. Hoskisson memberi batasan bahwa proses manajemen strategik yang dinamis hakekatnya, adalah serangkaian penuh komitmen keputusan dan tindakan yang diperlukan oleh sebuah perusahaan (organisasi) untuk mencapai daya saing strategis dan memperoleh hasil di atas rata-rata.

Input strategis efektif relevan berasal dari analisis lingkungan eksternal

(38)

dan internal, diperlukan untuk formulasi dan implementasi strtategi yang efektif.

Rangkaian proses penyusunan manajemen strategi dapat dilihat pada beberapa manajemen operasidel yang dikembangkan para ahli.

Salah satu manajemen operasidel yang sering dianjurkan adalah manajemen operasidel dengan rangkaian sebagai berikut, analisis lingkungan internal, eksternal, penyusunan berbagai strategi, pemilihan strategi, implementasi strategi dan analisis strategi.

Manajemen operasidel tersebut dapat dijelaskan sebagaimana berikut ini:

1) Analisis Lingkungan, adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan disini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya digunakan dengan manajemen operasitret SWOT (strength, weakness, oppurtinities and threatmen) yang dimilikinya.

Menentukan dan menerapkan arah organisasi, setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal diharapkan kita sudah dapat memiliki gambaran mengenai posisi perusahaan dalam persaingan. Dimana kita harus pasti mendefinisikan SWOT.

2) Formulasi strategi, fokus utama formulasi strategi adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih baik dan lebih cepat bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang ada.

3) Implementasi strategi, masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berkembang dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam tahapan ini, masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola kepemimpinan harus dibahas secara lebih mendalam.

(39)

4) Pengendalian Strategi, merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengimplementasikan proses manajemen strategi (Nazarudin, 2020:

7-8).

e. Tahapan Dalam Manajemen Strategi

1) Perumusan strategi : Meliputi kegiatan untuk mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, serta memilih strategi tertentu untuk digunakan.

2) Pelaksanaan strategi : Mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga perumusan strategis dapat dilaksanakan.

3) Pelaksanaan strategis mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha–usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi.

4) Evaluasi strategi : Tahap ini merupakan tahap akhir dari manajamen strategik tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah :

a) Mengkaji ulang faktorfaktor eksternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini.

b) Mengukur kinerja dan melakukan tindakan-tindakan korektif.

Evaluasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saat ini bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di hari esok (Taufiqurokhman, 2016: 17-18).

(40)

f. Karakteristik Manajemen Strategi

Pada umumnya manajemen ini sungguh berbeda dengan lainnya dimana manajemen strategi ini senantiasa menyikapi dinamika terjadinya suatu perubahan lingkungan sehingga bisa mempengaruhi terhadap implementasi manajemen itu sendiri serta berupaya untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan dengan sejalan pada hal tersebut maka berikut ini akan ditunjukkan karakteristik manajemen strategik :

1) Manajemen strategik bersifat jangka panjang.

2) Manajemen strategik bersifat dinamik.

3) Manajemen strategik merupakan sesuatu yang berpadu oleh manajemen operasional.

4) Manajemen strategik perlu dimotori oleh unsur-unsur pada manajer tingkat puncak.

5) Manajemen strategik berorientasi dan mendekati untuk masa depan.

6) Manajemen strategik senantiasa harus didorong dan didukung dalam pelaksanaannya oleh semua sumber daya ekonomi yang tersedia.

Era globalisasi ekonomi ini untuk menghadapinya maka dimana kegiatan dalam berusaha bukan saja dibatasi oleh lingkup batas negara nasional sehingga untuk tingkat perubahan lingkungan serta dinamika yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manajemen dan kehidupan pekerjaan kemudian dengan sendirinya para pemimpin perusahaan harus dapat menyikapinya melalui dengan melakukan penyesuaian yang penuh kebijakan. Maka seharusnya setiap pemimpin dalam perusahaan akan melaksanakan manajemen strategik bagi perusahaannya (Taufiqurokhman, 2016: 22).

3. Profesionalisme

a. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme berasal dari bahasa Anglosaxon yang mengandung pengertian kecakapan, keahlian dan disiplin.

Profesionalisme mengandung juga pengertian menjalankan suatu

(41)

profesi untuk keuntungan atau sumber penghidupan. Kamus Webster Amerika menegaskan bahwa profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan coraknya. Profesionalisme sangat mencerminkan sikap seorang terhadap pekerjaan maupun jenis pekerjaannya atau profesinya.

Sementara menurut Abeng sebagaimana yang dikutip oleh Budihargo pengertian profesional terdiri atas tiga unsur, yaitu knowledge, skill, integrity, dan selanjutnya ketiga unsur tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur, serta kesediaan untuk belajar terus-menerus (Budihargo, 2017: 17).

1) Knowledge

Knowledge secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris yang memiliki makna dalam Bahasa Indonesia pengetahuan. Kata knowledge merujuk pada kata ide, pemahaman, penalaran, maupun informasi. Selain itu, ide atau pemahaman tersebut dapat berasal dari dalam otak manusia ataupun dapat dilihat dengan mata. Istilah knowledge atau pengetahuan erat kaitannya dengan akal manusia.

Penciptaan knowledge yang dinamis merujuk pada proses yang selalu bergerak. Artinya terciptanya knowledge tidak didiamkan dan selalu digerakan dengan ide-ide lainnya. Ide-ide tersebut dapat berasal dari perspektif yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan keyakinan, cara berfikir dan sebagainya.

Perbedaan tersebut menimbulkan perselisihan pendapat atau ketidaksetujuan. Alhasil, timbulah proses adu argumen untuk memperjuangkan apa yang dianggap benar. Sehingga, berakhir dalam satu titik temu dan melahirkan pengetahuan yang baru.

Dengan karakteristik knowledge yang secara dinamis makan knowledge akan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman (Astuti, 2017: 5).

Jika ditinjau lebih lanjut, maka knowledge terbagi atas dua, yaitu:

(42)

a) Explicit Knowledge

Bentuk pengetahuan yang sudah terdokumentasi/

terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, dipelajari, lebih mudah direkam, dikelola dan dimanfaatkan serta ditransfer ke pihak lain. Contohnya antara lain : buku, koran, majalah, rekaman dialog dan multimedia based learning (tape/ kaset, video dan media pembelajaran lainnya). Contoh dalam kehidupan sehari- hari yaitu forum tanya jawab pada milis dan penulisan artikel di blog maupun di website, Lecture note atau bahan kuliah, yang keseluruhannya adalah bentuk dari explicit knowledge

b) Tacit Knowledge

Pengetahuan yang berbentuk knowhow, pengalaman, skill, pemahaman, maupun rules of thumb. Tacit knowledge ini kadang susah kita ungkapkan atau kita tulis, karena knowledge tersebut tersimpan pada masing-masing pikiran (otak) para individu dalam organisasi sesuai dengan kompetensinya. Contohnya, seorang koki hebat kadang ketika menulis resep masakan, terpaksa menggunakan ungkapan “garam secukupnya” atau “gula secukupnya”. Soalnya memang dia sendiri nggak pernah ngukur berapa gram itu garam dan gula, semua menggunakan knowhow dan pengalaman selama puluhan tahun memasak.

Kedua jenis (Tacit dan Explicit) knowledge dapat dikonversi melalui empat proses konversi, yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi.

a) Sosialisasi

Proses sharing yang diciptakan berdasarkan interaksi dan pengalaman langsung, hal ini menyebakan terjadinya transfer tacit knowledge ke tacit kenowledge, contohnya seperti : percakapan.

(43)

b) Ekternalisasi

proses transfer knowledge berdasarkan dialog dan refleksi, menyebabkan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit knowledge misal : penulisan buku, diary, majalah, jurnal dan lain- lain.

c) Kombinasi

Proses transfer knowledge berdasarkan konversi explicit knowledge menjadi explicit knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge dan informasi misal : merangkum artikel, cerita,buku dan lain-lain.

d) Internalisasi

Proses transfer knowledge berdasarkan pembelajaran dan akuisisi knowledge yang dilakukan oleh anggota organisasi terhadap explicit knowledge yang disebarkan ke seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge anggota organisasi. Misal : dosen yang mengajar.

Proses transfer knowledge ini berlangsung berulang-ulang membentuk suatu siklus dan menyebabkan knowledge terus berkembang dari waktu ke waktu. Pengelolaan elemen sistem KM ditujukan agar perusahaan menjadi selalu kreatif, inofatif, serta efisien. Sehingga, mempunyai daya saing tinggi untuk jangka waktu yang panjang. Dengan sistem tersebut perusahaan akan dapat semakin cepat menyusun strategi dan bertindak untuk menyikapi setiap perubahan dan dinamika yang terjadi didalam maupun diluar organisasi.

Melalui sistem itu pula, perusahaan akan dapat terus meningkatkan nilai (value) bisnisnya sesuai kompetensi inti yang dimiliki. Karena knowledge organisasi selalu berkembang dari waktu ke waktu. Organisasi dan perusahaan yang tidak mengelola pengetahuannya dengan baik, sehingga transfer pengetahuan tidak

(44)

terjadi. Organisasi perlu mengelola pengetahuan anggotanya di segala level untuk:

a) Mengetahui kekuatan dan penempatan seluruh SDM.

b) Penggunaan kembali pengetahuan yang sudah ada (ditemukan) alias tidak perlu mengulang proses kegagalan.

c) Mempercepat proses penciptaan pengetahuan baru dari pengetahuan yang ada.

d) Menjaga pergerakan organisasi tetap stabil meskipun terjadi arus keluarmasuk SDM (Wulantika, 2018: 264-265).

2) Skill

Skill merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang. Skill yang tinggi mampu mendorong individu untuk mencapai atau memenangkan kompetisi dalam kehidupan sosialnya. Skill sendiri tidak lain meliputi keterampilan-keterampilan personal yang dapat mempermudah individu dalam melaksanakan berbagai proses sosial, seperti beradabtasi dan menyelesaikan beragam persoalan yang ditemui, serta memperlancar pelaksanaan berbagai tugas yang harus dilakukan. Bebrapa contoh skill tersebut seperti kemampuan komunikasi, bernegosiasi, berfikir kreatif, berjiwa wirausaha, dan lain sebagainya (Zainuddin, 2010: 1-2).

Skill secara tradisional sering mengacu pada kemampuan teknis yang dimiliki calon pekerja seperti kemampuan menggunakan suatu alat, mengolah data, mengoperasikan komputer, atau mengetahui pengetahuan tertentu. Kemampuan-kemampuan seperti ini disebut dengan hard skills atau kemampuan teknis.

Ketika seseorang menyebut hard skill biasanya mengacu pada skill sebagaimana yang didefinisikan oleh Random House Dictionary (dalam Robles, 2012), yaitu kemampuan yang berasal dari pengetahuan, kemampuan praktis, atau kecerdasan untuk melakukan sesuatu dengan baik; kompetensi dalam melakukan

(45)

sesuatu keahlian atau keterampilan yang membutuhkan latihan tertentu.

Hard skill yang juga sering disebut kemampuan teknis ini sangat diperlukan oleh pekerja dalam rangka melaksanakan serangkaian tugas-tugas pokok untuk mencapai tujuan pekerjaan.

Selain hard skill, perusahaan membutuhkan karyawan yang mempunyai soft skill. Zehr (1998) menyatakan bahwa perpindahan ekonomi industri pada masyarakat industri informasi dan ekonomi perkantoran berimplikasi pada pekerjaan saat ini yang menekankan pada integritas, komunikasi dan fleksibilitas. Persaingan dunia industri yang semakin ketat membutuhkan karyawan yang tidak hanya memiliki hard skill tetapi juga soft skill.

Soft skill merupakan kemampuan karakteristik yang dimiliki individu dalam merespon lingkungannya. The Collins English Dictionary (dalam Robles, 2012) mendefinisikan soft skill sebagai kualitas yang dibutuhkan pekerja yang tidak terkait dengan pengetahuan teknis misalnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan kemampuan beradaptasi. Soft skill merupakan kemampuan intrapersonal seperti kemampuan untuk memanajemen diri dan kemampuan interpersonal seperti bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Soft skill sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Kemampuan ini dapat membantu individu menerapkan pengetahuan yang didapatkan di perguruan tinggi pada dunia kerja (Manara, 2014: 39-39).

3) Integrity

Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Seseorang dikatakan mempunyai integritas apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya. Kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh observer selama mengamati proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk menilai aktivitas mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas dosen dan

Indradewa dkk (2015).Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dari inflasi, PDRB, dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi

model EC dimana individu menggunaka n Internet untuk menjual produk atau ja sa kepada perusahaan atau individu, ata u untuk mencari penjual atas produk at au jasa yang diperlukannya..

Kesimpulan penelitian ini adalah: Sistem pengendalian intern penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di

Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar, Pejabat Pembuat Komitmen Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

berharga di kawasan Timur Tengah, terlebih dari penjualan senjata ke Arab Saudi,. AS banyak

Proses ketiga, user melakukan koneksi dengan mengirimkan no.mesin handphone user, kemudian aplikasi akan mengecek ke database user, jika no.mesin handphone terdaftar maka