• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Era 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pentingnya Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Era 4.0"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Attanwir : Jurnal Keislaman dan Pendidikan Volume 13 (1) Maret (2022)

e-ISSN: 2599-3062 p-ISSN: 2252-5238

Available at: http://e-jurnal.staiattanwir.ac.id/index.php/attanwir/index

Pentingnya Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Era 4.0

Icha Fara Diba, Abdul Muhid UIN Sunan Ampel Surabaya

Email : ichafaradiba31@gmail.com, abdulmuhid@uinsby.ac.id Abstrack: One of the goals of Islamic education is to increase human intelligence and increase the spirituality of each individual. Thus education can improve the quality of life of each individual. One of the problems faced in the world of education is related to the curriculum which is the heart of educational institutions. The curriculum that regulates the course of the education system and as the manager of the education program. So if the curriculum does not have innovations that are in accordance with the challenges of the 4.0 industrial revolution, the resulting learning cannot improve the ability of students to compete in the 4.0 industrial revolution. So, the authors research using the literature review research method which results that the PAI curriculum that can answer the challenges of education in industry 4.0 is an adaptive and responsive PAI curriculum by producing various programs that can support the ability of students to think critically and innovatively, collaborate and have a global perspective.

Keywords: Industrial Revolution 4.0, PAI Curriculum

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki beberapa bagian yang dapat di kolaborasikan sehingga dapat menghasilkan tujuan pendidikan yang terarah. Semua bagian memiliki porsi yang penting, tkurikulum yang menjadi penompang pertama dalam proses pembelajaran Sebagian ahli mengatakan bahwa jantung dari sebuah sistem pendidikan adalah kurikulum yang baik. Baik buruknya sebuah Pendidikan itu bergantung dari kurikulum.

Keterampilan pada revolusi indsutri 4.0 memiliki korelasi yang erat hubunganya dengan proses materi ajar Pendidikan Agama Islam.1

Pendidikan Agama Islam atau yang biasa disebut dengan PAI merupakan mata pelajaran yang identik dengan kehidupan sehari-hari baik hubungan dengan tuhan, sesama manusia hingga dengan makhluk hidup yang lain. PAI memiliki ruang lingkup yang cukup luas dalam konteks yang tergolong sulit untuk dipahami. Sehingga menimbulkan pertanyan-pertanyaan baik berupa syariat, hukum islam dan segala hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran PAI. Hal tersebut bisa digali dengan cara penerapan metode belajar yang mampu menumbukan sikap berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan berpendapat yang komunikatif serta mempu berinteraksi aktif dengan teman sejawat. Anak yang aktif akan mampu menumbuhkan pengetahuan pada dirinya, namun diperlukan adanya stimulus yang dapat membangun pengetahuan yang didapat agar terus berkesinambungan dan sesuai dengan informasi yang sebenarnya. 2

Ada hal menarik, apabila setiap sekolah mampu membuat kurikulum yang berkolaborasi dengan nilai-nilai agama akan membuat setiap pembelajaran memiliki peranan penting dalam menegakkan syariat islam. Karena pada hakekatnya Pendidikan Agama Islam berfokus pada penumbuhan sikap dan kepribadian yang berpondasi pada syariat agama. Peran Pendidikan Agama sangatlah berpengaruh pada penanaman pemahaman siswa utamanya dalam hal hubungan dengan Penciptanya.3

Pendidikan karakter dalam Pendidikan agama menjadi jalan yang tepat dalam

Moh Hafiyusholeh et al., “Pendampingan Guru Madrasah Untuk Mewujudkan Kompetensi Pedagogik Guru Matematika Yang Berdaya Melalui Penguasaan Soal High Order Thinking Skills (HOTS),” Engagement:

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 4, no. 1 (2020): 183–200, https://doi.org/10.29062/engagement.v4i1.97.

2 Devi Wahyu Ertanti Ela Yuniar, Mohammad Afifulloh, “VICRATINA : Jurnal Pendidikan Islam Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 P-ISSN: 2087-0678X,” Pendidikan Islam 5, no. 2 (2020): 17–23.

3 Nur Ainiyah, Melalui Pendidikan Agama Islam, Jurnal Al-Ulum, 2013.

(3)

46 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

proses penanaman karakter bagi siswa, serta menjadikan siswa yang tumbuh dengan ilmu pengetahuan yang memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. Muatan kurikulum pendidikan agama dijelaskan dalam Lampiran UU no 22 tahun 2006, diharapkan kurikulum pendidikan agama islam memiliki tujuan pembelajaran berupa siswa yang sempurna dalam hal agama baik berupa ketaqwaan, keimanan dan akhlakul karimah serta membangun bangsa yang bermoral baik. Manusia seperti itu diharapkan mampu dalam menghadapi setiap masalah yang datang serta mampu menghadapi perubahan yang nantinya akan muncul baik dari dalam negara maupun luar negara.4

Dampak dari globalisasi pada abad 4.0 memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan saat ini. Pada abad 4.0 Perkembangan pendidikan ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat lalu perubahan mindset setiap individu yang meminta kualitas hasil dari kerja keras manusia. namun pada faktanya masih banyak sekolah yang belum sesuai dengan target mutu lulusan hal ini yang menjadi pertanyaan besar adalah model kurikulumnya. Pendidikan agama Islam pada abad 21 ini memunculkan adanya perbedaan antara Pendidikan barat yang cenderung sekuler dan Pendidikan Islam yang telihat kaku. Dari persepektif tersebut, mulailah ada integrassi islamisasi ilmu pengetahuan yang perujung dalam internalisasi nilai Islam pada ilmu modern.5

Penelitian ini menggunakan metode literature review atau studi kepustakaan yang merupakan kegiatan penelitian dalam mengumpulkan data dari beberapa sumber yang berkaitan dengan fenomena yang dibahas. Pencarian sumber literature review yang akan digunakan melalui jurnal scientific Indonesia. 6 Literature review ini menganalisa dari beberapa data yang diambil sesuai dengan topik pembahasan judul ini. Beberapa jurnal yang diambil sebagai sumber referensi dari jurnal yang telah terakreditasi dan jurnal Internasional sebagai penunjang dalam mengumpukan data. 7

4 Ifham Choli, “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Islam,” Tahdzib Al-Akhlaq 2 No.2, no. Jurnal Pendidikan Islam 2 (2019): 35–52.

5 Muhammad Sofwan, “Problematika Dunia Pendidikan Islam Abad 21 Dan Tantangan Pondok Pesantren Di Jambi,” Jurnal Kependidikan 46 No. 2 (2016).

6 Rida Ayu Sestiani and Abdul Muhid, “Pentingnya Dukungan Sosial Terhadap Kepercayaan Diri Penyintas Bullying : Literature Review” 3, no. 2 (2021): 245–51.

7 Eis Imroatul Muawanah and Abdul Muhid, “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Selama Pandemi Covid – 19 : Literature Review,” Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha 12, no. 1 (2021): 90–

98, https://doi.org/10.23887/jjbk.v12i1.31311.

(4)

Dalam konteks penelitian ini akan membahas tentang pentingnya inovasi kurikulum PAI di era revolusi 4.0. Dalam penelitian ini akan membahas secara tuntas mengenai respon dan tantangan PAI di era revolusi 4.0 sehingga penulis memiliki inovasi kurikulum sebagai bentuk respon dalam pembelajaran PAI.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peluang dan Tantangan

Pendidikan pada abad 18 lebih terfokus dalam mengelolah kogintif melalui pemahaman konseptual secara manual. Individu yang berjuang pada abad tersebut hanya mengandalkan kemampuan dalam berpikir dari sumber-sumber yang disediakan dalam buku hardpaper. Sehingga hasil yang didapatkan berupa pemahaman secara konseptual. Pendidikan pada abad 20 mengalami kemajuan dengan hadirnya teknologi seperti alat komunikasi. Perkembangan teknologi sangat cepat hingga pada abad ini Pendidikan sudah mulai masuk pada abad era revolusi industri 4.0. mengutip dari Dr.

Cepi Riyana, M.Pd dari Universitas Pendidikan Indoneia yang menyatakan dalam acara kuliah umum tentang tantangan Pendidikan di era revolusi industri 4.0 bahwa kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik mampu meningkatkan kualitas dan karakteristik dalam mengembangkan mutu yang dapat diintegrasikan dengan teknologi.

Tantangan yang dihadapi oleh peserta didik menurut Dr. Cepi Riyana, M.Pd adalah peserta didik dapat mengelolah dan mengembangkan kreativitas serta inovasi baik dalam pola berpikir dan pola bertindak.8

Revolusi industry 4.0 membuat dunia semakin cepat mengalami perubahan, memiliki jiwa kompetitif yang tinggi dan memiliki jiwa individual yang dominan.

Sehingga menurut Muhajir bahwa kompetensi yang harus dimiliki peserta didik ada beberapa diantaranya: memiliki kemampuan berpikir kritis, memiliki kemampuan dalam berinovasi dan kreatif, memiliki kecakapan dalam berkomunikasi, dapat berkolaborasi atau kerja sama dengan teman sebaya dan yang terakhir adalah peserta didik dapat meningkatkan rasa percaya diri di lingkungan sosialnya. Revolusi industri 4.0

8 Yusnaini and Slamet, “Era Revolusi Industri 4.0: Tantangan Dan Peluang Dalam Upaya Meningkatkan Literasi Pendidikan,” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pgri

Palembang 2 (2019): 1073–85, https://jurnal.univpgri-

palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2668.

(5)

48 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

akan menjadi peluang peserta didik jika mampu memiliki beberapa modal utama yang disebutkan diatas.

Tantangan yang dihadapi menurut Irianto tantangan industry 4.0 adalah: memiliki kesiapan dalam belajar, dapat mengatur sosial budaya, memiliki jiwa kompetitif yang Tangguh, dapat membaca peluang yang sedang dibutuhkan, memiliki kemampuan pada teknologi, dapat mengimplementasikan inovasi dan kreativitasnya. Revolusi industri mengalami 4 fase yang secara fungsinya sudah berbeda-beda, sebagai berikut:9

1. Fase pertama 1.0 menitik beratkan pada mesin uap yang digunakan dalam memproduksi

2. Fase kedua 2.0 dari produksi massa terintegrasi melalui quality control dan standarisasi

3. Fase ketiga 3.0 bertumpu pada teknologi elektronik dan teknologi informasi untuk mengoptimalkan produk

4. Dalam revolusi industry 4.0 meleburnya dunia fisik, teknologi dan biologis yang berwujud robot, perngkat computer, peralatan mesin dsb.

Dari paparan di atas menunjukkan bahwa fase perubahan merupakan tersendiri dari perubahan waktu ke waktu, kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Dampak digital kepada setiap individu adalah harus memiliki eksistensi dan pedoman hidup agar tetap dengan mudah mempersiapkan diri berkompetisi pada global. Menurut analisis dari penulis melihat paparan di atas bahwa setiap individu harus bisa meningkatkan kualitias dan kuantitas pada diri masing-masing. Misalnya meningkatkan kemampuan dalam perilaku yang baik, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menguasai bahasa asing, memiliki moral dengan berperilaku yang baik, memiliki semangat dalam berliterasi dan dapat menguasai konsep melalui kerja sama. 10

Menurut penulis dari berbagai referensi yang telah ditelaah beberapa tantangan yang dihadapi setiap lembaga Pendidikan harus mampu menyiapkan berbagai trobosan yang inovatif sebagai peluang agar tetap eksis dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pertama,

9 Masyitoh, “Pendidikan Kejuran Di Era Industri 4.0 Tantangan Dan Peluang Karier,” SCHOLID: Journal Of School Counseling, 2018.

10 Umar Al Faruq, “Peluang Dan Tantangan Pendidikan Muhammadiyah Di Era 4.0,” Ar-Risalah: Media Keislaman, Pendidikan Dan Hukum Islam XVIII, no. 1 (2020): 13–30.

(6)

menghadirkan atau mengadopsi strategi dan media pembelajaran yang interatif dan terintegrasi dengan teknologi, kedua, pembaharuan kurikulum terutama pada kurikulum PAI yang adaptif dan responsif dalam pembaharuan kurikulum ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada era saat ini. Dalam pembaharuan ini menerima segala bentuk pendidikan yang modern tanpa meninggalkan tradisi yang lama. Misalnya menerima bahwa proses pembelajaran dapat diintegrasikan dengan teknologi tanpa meninggalkan tradisi-tradisi yang sudah berjalan dalam lembaga tersebut. Ketiga, membuat program- program Pendidikan yang mengarahkan kepada peserta didik agar mampu meningkatkan kompetensi dirinya misalnya membuat program yang diarahkan agar peserta didik dapat berpikir krtitis, tidak mudah menyerah, tanggung jawab dan kreatif.

Keempat, integrasi kurikulum dalam mengintegrasikan ilmu agama, umum dan teknologi agar peserta didik dapat bertahan ditengah-tengah lebarnya arus global dengan tetap berpegang teguh dengan keimanan dan ajaran Islam. Untuk menjawab tantangan pendidikan di era revolusi 4.0 strategi Pendidikan harus mempu menerapkan berbagai langkah yang dapat diambil yaitu meningkatkan kemampuan digital, mengimplementasikan kurikulum yang diputuskan oleh pemerintahan, dapat berkolaborasi dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas pengetahuan.

Pengembangan Kurikulum Perspektif Abad 21

Kerangka berpikir pembelajaran revolusi 4.0 mempusatkan pada kemampuan siswa dalam memiliki konsep berpikir mulai dari berpikir kritis, menganalisis teori dengan fenomena yang terjadi, dapat mengkaitkan materi satu dengan yang lain, mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga kemampuan yang diharapkan mampu mencapai keterampilan sikap peserta didik yang pantang menyerah, jujur dan dapat memecahkan permasalahan. Ketercapaian keterampilan dan kemampuan dapat melalui penerapan motode pembelajaran yang aktif, interaktif dan digital. Metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi, dapat membangun kerangka berpikir dan kemampuan berpikir kritis siswa dibangun melalui pembelajaran yang menerapkan taksonomi pembelajaran sebagaimana disampaikan oleh Benyamin Bloom tahun 1956 yang telah direvisi. Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.11

11 E P I Hifmi Baroya, “Strategi Pembelajaran Abad 21,” Jurnal Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Prov.

DIYogyakarta I, no. 01 (2018): 101–15.

(7)

50 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

Pengembangan kurikulum perspektif abad 21 ditandai dengan abad globalisasi dimana pada abad ini manusia memiliki daya saing cukup tinggi dan memiliki keterbukaan dalam ilmu pengetahuan maupun teknologi. Persaingan antar manusia semakin ketat ditandai dengan menunjukkan hasil kerja keras yang berkualitas dan produktif. Dalam dunia pendidikan sangat perlu dikaji karena untuk memecahkan beberapa masalah dan untuk menyesuaikan kurikulum agar lebih cocok di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Seperti kurikulum berbasis kompetensi dan karakter, kurikulum berorientasi pada kecakapan hidup.12

Kebutuhan dalam mengembangkan kualitas individu sedang disorot di seluruh dunia. Ada tiga tujuan umum yang dikutip pendidikan karakter yaitu: (1) membangun konsep belajar agar dapat dipahami sebagai pembelajaran sepanjang hayat, (2) lingkungan memiliki peran sebagai keberhasilan dalam proses belajar (3) mengembangkan nilai-nilai kepribadian dan kebaikan untuk join pada pembelajaran melalui berpartisipasi secara aktif dalam dunia global. Ada beberapa Kualitas karakter yang esensial yaitu diantaranya adalah perhatian, kritis, keberanian, ketangguhan, etika dan, kepemimpinan.13

Tuntutan perubahan pola pikir manusia pada revolusi 4.0 menutut perubahan besar terhadap konsep berpikir dan keterampilan manusia di abad 21. Hal ini pendidikan menjadi poros terpenting dalam perubahan tersebut. Pada abad 21 dikenal sebagai masa pengetahuan (knowladge age) dimana masa ini sistem pendidikan sudah tidak lagi dikenal hanya doktrin hafalan tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Dalam perubahan sistem pendidikan ini merupakan tugas besar pemerintah, pendidik dan peserta didik. Namun perubahan ini harus dilakukan agar sistem pendidikan di Indonesia tidak tertindas oleh jaman global. P21 (patnership for 21 st century learning) mengembangkan framework pembelajaran pada abad 21 yaitu menuntut peserta didik memiliki keterampilan baik keterampilan pembelajaran, inovasi dan keterampilan dalam hidup dan karir, pengetahuan dan kemampuan

12 Budi Agus Sumantri, “Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Menghadapi Tuntutan Kompetensi Abad 21 A . Pendahuluan Pengaruh Perkembangan Ilmu Pengetahauan Dan Teknologi Terhadap Pendidikan Adalah Memberikan Materi Atau Bahan Yang Akan Disampaikan Dalam Proses Pendidikan Serta Me” 18, no. 1 (2019): 27–50.

13 Ferdinandus Bele Sole and Desak Made Anggraeni, “Inovasi Pembelajaran Elektronik Dan Tantangan Guru Abad 21,” Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E-Saintika 2, no. 1 (2018): 10, https://doi.org/10.36312/e-saintika.v2i1.79.

(8)

dibidang teknologi, media dan informasi. Framework juga menjelaskan tentang kemampuan pengetahuan, keterampilan dan ahli agar peserta didik siap bersaing dalam dunia globalisasi. 21 st Century Students Out Comes and Suport Systems:14

a. Memiliki kemampuan berpikir kritis, leteral, sistematik dan memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah.

b. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan berbagai pihak dan memiliki kemampuan dalam bekerja sama.

c. Memiliki kemampuan untuk berinovasi menciptakan dan kreatif dalam memperbaharui karya atau produk.

d. Memiliki kemampuan literasi teknologi informasi dan komunikasi e. Memiliki keterampilan dalam belajar secara kontekstual

Peningkatan pesat inovasi data dan korespondensi menandakan abad ke-21 mulai berkembang di semua sudut pandang. Kemajuan inovasi mempermudah pengembangan lebih lanjut bagian-bagian persekolahan di setiap tingkat dengan cara yang layak dengan mengubah peningkatan dunia pelatihan. Salah satunya dengan menerapkan sistem pembelajaran kreatif abad 21 dalam kemajuan program pendidikan. Selain itu ditegaskan dalam Instruksi Pendeta No. 16 Tahun 2007 yang menjadikan kemajuan media inovasi data sebagai salah satu landasan utama dalam membuat perencanaan pendidikan abad ke-21. Konsekuensi dari kemajuan rencana pendidikan abad ke-21 termasuk interaksi instruksional untuk memasukkan kemampuan kecakapan TIK. Untuk situasi ini, para pendidik, siswa, dan bahkan wali terlibat dengan pemanfaatan inovasi sebagai persiapan untuk menghadapi kesulitan pergantian peristiwa pembelajaran abad ke-21. Untuk membuat aset berkualitas dan memiliki opsi untuk menambah permintaan sosial dan keuangan. Ini cenderung melalui pelaksanaan dan peningkatan rencana metodologi instruktif abad ke-21. Pengajar dan siswa diandalkan untuk memiliki kemampuan, kemampuan dan kapabilitas abad 21 yang meliputi: korespondensi, usaha bersama, penalaran yang tegas, berpikir kritis, imajinasi dan kemampuan kemajuan dan otoritas di bidang IT. Atribut sekolah dan permintaan di abad ke-21 menggabungkan kemampuan informasi, kemampuan mentalitas dan dominasi di bidang inovasi yang membuatnya

14 Etistika Yuni Wijaya et al., “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global” 1 (2016): 263–78.

(9)

52 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

terkoordinasi ke dalam kebutuhan abad ke-21. Kemampuan di abad 21 membutuhkan kemampuan dalam tingkat penalaran yang tak terbantahkan yang biasa disebut dengan Higher request thinking ability (HOTS) yang dapat diciptakan melalui materi pembelajaran dan keterampilan belajar. Peningkatan kemampuan berpikir dari Parcels (kemampuan berpikir tingkat rendah) yang meliputi “mengingat, memahami dan melatih” juga dibentuk menjadi kemampuan HOTS yang meliputi “membedah, menilai dan membuat”.15

Inovasi Pengembangan Kurikulum PAI Terintegrasi Dalam Revolusi Industri 4.0 Inovasi pendidikan adalah perubahan skala menengah unuk peningkatan dan pengisian ulang perspektif fungsional. Untuk situasi ini gagasan pengembangan ada dalam rencana pendidikan dan pendidik. Pengembangan adalah suatu pemikiran atau strategi yang dirasakan untuk mengamati suatu hal baru bagi seseorang atau kelompok.

Tujuannya untuk memecahkan permasalahan tertentu.

Perkembangan kurikulum PAI dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan prinsip relevansi menunjukan perubahan dalam implementasi kurikulum PAI yang sesuai dengan zamannya. Perkembangan kurikulum PAI diharapkan mampu menjawab segala tantangan yang terjadi pada abad 21. Menyiapkan teori PAI yang sifatnya praktisi yang mana peserta didik lebih banyak menggunakan waktu untuk praktik materi tersebut.16 Pembelajaran inovatif mengharapkan pengajar memiliki pilihan untuk mendorong siswa untuk memunculkan inovasi, baik dalam hal berpikir imajinatif maupun dalam hal kreatif mencapai sesuatu. Inventif dalam penalaran adalah kapasitas kreatif namun objektif. Pembelajaran inovatif umumnya dimulai dengan penalaran yang menentukan atau mengidentifikasi sesuatu, menemukan fenomena dan dikaitkan dalam teori yang sedang dipelajari dan memunculkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu yang sebelumnya. Sistem pembelajaran di sekolah Islam harus ditingkatkan agar dapat menjawab kesulitan di industry 4.0

Tuntutan pembelajaran di revolusi industry 4.0, maka sistem pembelajaran di pendidikan Islam harus memupuk 4 standar yang menyertainya; pertama, penyesuaian

15 Diah Rusmala Dewi, “Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Dalam Menghadapi Tuntutan Abad Ke- 21,”

As-Salam I VIII NO.I, no. Pengembangan Kurikulum (2019): 1–22.

16 Muhamad Tisna Nugraha, “Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),” At-Turats 10, no. 1 (2016): 13, https://doi.org/10.24260/at- turats.v10i1.447.

(10)

kemampuan penalaran atau berpikir kritis yang menentukan yang dapat diterapkan melalui pendekatan saintek. Kedua, melatih imajinasi, sehingga pembelajaran dapat menciptakan item-item tertentu. Ketiga, korespondensi dapat dicapai melalui pembelajaran pengungkapan, kemampuan bahasa, dan dominasi TI. Keempat, kerjasama dilakukan melalui kerja bersama. Untuk membentuk kemampuan penalaran yang menentukan, seorang pendidik dapat menghadirkan model pembelajaran sebagai subjek percakapan yang relevan dengan materi yang akan dipertimbangkan sesuai tujuan pembelajaran. Keterbukaan peserta didik kesempatan untuk menawarkan sudut pandang mereka sesuai dengan perspektif mereka sendiri.17

Untuk mempelajari lebih lanjut kemampuan menalar siswa, meberikan kesempatan dalam berpendapat sehingga setiap siswa dapat melindungi mengungkapkan ide melalui pendapat mereka sendiri. Siswa diberi kesempatan dalam berpendapat melalui korespondensi yang baik melalui klarifikasi berbasis metode ilmiah. Selain menyampaikan argumen, siswa diberi kesempatan terbuka kepada siswa lain untuk menunjukkan rasa empati dengan role playing, terutama menjelaskan manfaat yang bisa dirasakan dengan asumsi mereka melakukan apa yang dikatakan. Pemanfaatan kemampuan revolusi industri 4.0 dalam penguasaan merupakan tantangan bagi guru.

Selain kemampuan, pentingnya menerapkan dan bekerja sama dengan model, perangkat, media, metodologi, dan teknik masa kini serta mempermudah guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.18

Media dan alat pembelajaran yang digunakan juga sudah kekinian, apalagi di zaman kemajuan manusia sekarang ini, semuanya serba online atau digital. Penentuan, model, prosedur, dan teknik dalam pembelajaran juga penting untuk disesuaikan dengan iklim dan karakteristik siswa. Media sebagai alat untuk meneruskan gambar atau materi yang akan disampaikan oleh pendidik kepada peserat didik agar mudah membantu memberikan pemahaman intelektual siswa.19

Oleh karena itu, pendidik harus bisa mengkombinasikan antara metode, media dan model pembelajaran dengan tepat agar pembelajaran yang disampaikan kepada peserta

17 Lilis Patimah, “Redesain Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif Pembelajaran Abad 21,” JSPD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) 3, No.2, no. Kurikulum (2017): 35–42.

18 Syamsuar, “Pendidikan Dan Tantangan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Di Era Revolusi 4.0,”

E-Tech: Jurnal Ilmiah Teknologi Prndidikan 6 Nomor 2 (2018).

19 Hanum Farahdifa, “Implementasi Pembelajaran Abad 21 Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” VICRATINA: Jurnal Pendidikan Islam 5 Nomor 2 (2020).

(11)

54 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

didik mampu diserap lebih maksimal. Kombinasai Model pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri dengan menggunakan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membentuk lingkungan belajar yang kolaboratif.

Siswa memiliki kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif tidak monoton. Bisa disesuaikan dengan gaya belajar siswa itu sendiri dan dapat dikaitkan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media untuk mencari sumber pengetahuan. Pembelajaran berbasis projek atau masalah, mengkaitkan siswa dengan masalah yang dihadapi dan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari permasalahan dan diakhiri dengan strategi pemecahan masalah. Dalam hal ini, siswa secara berkesinambungan mempelajari materi ajar dan kompetensi dengan terstruktur.

Siswa juga mengkaitkan materi yang dipelajari dengan materi pelajaran yang lain. Hasil dari pembelajaran ini bisa berupa produk nyata yang dihasilkan sebagai sebuah karya penciptaan siswa. 20

Keterhubungan antar kurikulum atau kurikulum terintegrasi memungkinkan siswa menghubungkan antar materi dan mampu memahami literasi digital yaitu kemamuan dalam memahami, menganalisis, mengevaluasi serta mengimplementasikan informasi yang didapatkan melalui media digital. Tujuannya adalah peserta didik dapat mengeksplorasi pengetahuan yang lebih luas dengan memiliki dasar pemahaman dalam materi tersebut. Sehingga literasi peserta didik semakin menambah wawasan.

Pembelajaran yang didapatkan dapat lebih bermakna dan teridentifikasi manfaat mempelajari sesuatu.21

Sebagai akhir dari suatu interaksi belajar, khususnya evaluasi diri perkembangan.

Dimana dalam evaluasi ini siswa dapat diamati dalam dominasi materi, siap untuk menganalisis tantangan belajar dan dapat bekerja sama dalam kelompok. Dalam tuntutan prosedur penilaian pembelajaran abad 21, penekanan lebih diberikan pada kemampuan mental, kemampuan intrapersonal dan keterampilan relasional.

Keterampilan mental menyangkut penalaran yang menentukan, berpikir kritis, imajinasi, pengembangan, upaya terkoordinasi dan korespondensi. Keterampilan

20 Ela Yuniar, Mohammad Afifulloh, “VICRATINA : Jurnal Pendidikan Islam Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 P-ISSN: 2087-0678X.”

21 Millenia Prihatini and Abdul Muhid, “Literasi Digital Terhadap Perilaku Penggunaan Internet Berkonten Islam Di Kalangan Remaja Muslim Kota,” Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi 6, no. 1 (2021): 23–

40, https://doi.org/10.33367/psi.v6i1.1307.

(12)

relasional menyangkut kapasitas untuk bekerja dengan orang lain. Kemampuan intrapersonal menggabungkan kerjasama, usaha bersama, korespondensi dan koordinasi. Oleh karena itu, dalam penilaian, penting untuk mendorong penilaian penilaian dapat mengukur kemampuan tersebut, misalnya rubrik penilaian, penilaian berbasis pelaksanaan (PBA), portofolio, penilaian diri siswa, evaluasi rekan, kerangka reaksi siswa atau kerangka reaksi siswa. Maka dari tulisan ini penulis percaya bahwa PAI pendidikan rencana dapat menjawab dan mempersiapkan siswa untuk kesulitan modern marah 4.0.

Dengan demikian, dalam penilaian perlu dikembangkan evaluasi penilaian yang dapat mengukur kompetensi tersebut seperti rubrik penilaian, penilaian berbasis kinerja/performance based assessments (PBAs), portofolio, penilaian diri siswa, peer- assessment, system respon siswa atau student response systems.22 Maka dari tulisan ini penulis berharap bahwa kurikulum PAI dapat menjawab dan mempersiapkan peserta didik dalam tantangan revolusi industru 4.0.

KESIMPULAN

Seiring dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada era global yang telah jauh berbeda dari tahun tahun bahkan abad sebelum ini, tuntutan akan kompetensi manusia untuk bisa hidup, bekerja, dan meraih peluang partisipasi di dalamnya jauh lebih kompleks. Perkembangan IPTEK mengharuskan pendidik, peserta didik dan bahkan orang tua agar lebih melek teknologi, informasi dan komunikasi. Para pendidik tentu juga harus mengimbangi laju perkembangan IPTEK dengan terus berbenah diri, melakukan inovasi pembelajaran dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu pusat dalam Pendidikan yang harus selalu memiliki inovasi adalah kurikulum lebih spesifiknya yaitu kurikulum PAI. Dimana inovasi-inovasi tersebut dapat meningkatkan kemampuan peserta didik melalui program kurikulum yang diterapkan dalam Pendidikan. Sehingga peserta didik mampu mengikuti dan menjawab tantangan dalam globalisasi industri 4.0.

22 Rivolan Priyanti, “Pembelajaran Inovatif Abad 21,” Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED 3, no. vii (2013): 482–505.

(13)

56 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

DAFTAR PUSTAKA

Baroya, E P I Hifmi. “Strategi Pembelajaran Abad 21.” Jurnal Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Prov. DIYogyakarta I, no. 01 (2018): 101–15.

Choli, Ifham. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Islam.” Tahdzib Al-Akhlaq 2 No.2, no. Jurnal Pendidikan Islam 2 (2019): 35–52.

Dewi, Diah Rusmala. “Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Dalam Menghadapi Tuntutan Abad Ke- 21.” As-Salam I VIII NO.I, no. Pengembangan Kurikulum (2019):

1–22.

Ela Yuniar, Mohammad Afifulloh, Devi Wahyu Ertanti. “VICRATINA : Jurnal Pendidikan Islam Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 P-ISSN: 2087-0678X.” Pendidikan Islam 5, no.

2 (2020): 17–23.

Farahdifa, Hanum. “Implementasi Pembelajaran Abad 21 Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” VICRATINA: Jurnal Pendidikan Islam 5 Nomor 2 (2020).

Faruq, Umar Al. “Peluang Dan Tantangan Pendidikan Muhammadiyah Di Era 4.0.” Ar- Risalah: Media Keislaman, Pendidikan Dan Hukum Islam XVIII, no. 1 (2020): 13–30.

Hafiyusholeh, Moh, Ahmad Lubab, Ahmad Hanif Asyhar, Aris Fanani, Yuniar Farida, Dian C. Rini Novitasari, Nurissaidah Ulinnuha, et al. “Pendampingan Guru Madrasah Untuk Mewujudkan Kompetensi Pedagogik Guru Matematika Yang Berdaya Melalui Penguasaan Soal High Order Thinking Skills (HOTS).” Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 4, no. 1 (2020): 183–200.

https://doi.org/10.29062/engagement.v4i1.97.

Masyitoh. “Pendidikan Kejuran Di Era Industri 4.0 Tantangan Dan Peluang Karier.”

SCHOLID: Journal Of School Counseling, 2018.

Muawanah, Eis Imroatul, and Abdul Muhid. “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Selama Pandemi Covid – 19 : Literature Review.” Jurnal Ilmiah Bimbingan

Konseling Undiksha 12, no. 1 (2021): 90–98.

https://doi.org/10.23887/jjbk.v12i1.31311.

Nugraha, Muhamad Tisna. “Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).” At-Turats 10, no. 1 (2016): 13.

https://doi.org/10.24260/at-turats.v10i1.447.

Nur Ainiyah. Melalui Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-Ulum, 2013.

(14)

Patimah, Lilis. “Redesain Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif Pembelajaran Abad 21.” JSPD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) 3, No.2, no. Kurikulum (2017): 35–

42.

Prihatini, Millenia, and Abdul Muhid. “Literasi Digital Terhadap Perilaku Penggunaan Internet Berkonten Islam Di Kalangan Remaja Muslim Kota.” Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi 6, no. 1 (2021): 23–40. https://doi.org/10.33367/psi.v6i1.1307.

Priyanti, Rivolan. “Pembelajaran Inovatif Abad 21.” Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED 3, no. vii (2013): 482–505.

Sestiani, Rida Ayu, and Abdul Muhid. “Pentingnya Dukungan Sosial Terhadap Kepercayaan Diri Penyintas Bullying : Literature Review” 3, no. 2 (2021): 245–51.

Sofwan, Muhammad. “Problematika Dunia Pendidikan Islam Abad 21 Dan Tantangan Pondok Pesantren Di Jambi.” Jurnal Kependidikan 46 No. 2 (2016).

Sole, Ferdinandus Bele, and Desak Made Anggraeni. “Inovasi Pembelajaran Elektronik Dan Tantangan Guru Abad 21.” Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E- Saintika 2, no. 1 (2018): 10. https://doi.org/10.36312/e-saintika.v2i1.79.

Sumantri, Budi Agus. “Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Menghadapi Tuntutan Kompetensi Abad 21 A . Pendahuluan Pengaruh Perkembangan Ilmu Pengetahauan Dan Teknologi Terhadap Pendidikan Adalah Memberikan Materi Atau Bahan Yang Akan Disampaikan Dalam Proses Pendidikan Serta Me” 18, no. 1 (2019): 27–50.

Syamsuar. “Pendidikan Dan Tantangan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Di Era Revolusi 4.0.” E-Tech: Jurnal Ilmiah Teknologi Prndidikan 6 Nomor 2 (2018).

Wijaya, Etistika Yuni, Dwi Agus Sudjimat, Amat Nyoto, and Universitas Negeri Malang.

“Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global” 1 (2016): 263–78.

Yusnaini, and Slamet. “Era Revolusi Industri 4.0: Tantangan Dan Peluang Dalam Upaya Meningkatkan Literasi Pendidikan.” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang 2 (2019): 1073–85.

https://jurnal.univpgri-

palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2668.

(15)

58 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

(16)
(17)

60 | Kajian Keislaman dan Pendidikan STAI Attanwir Bojonegoro

Referensi

Dokumen terkait

/2015 tanggal 21 September 2015, pekerjaan Penyusunan Masterplan Penyelenggaraan Pekan Olah Raga Provinsi Sumatera Selatan di Kabupaten Muara Enim, maka peserta yang

Prosedur MBKM-K2014 1 Dosen pembimbing dan pendamping lapang melakukan pembimbingan, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan mahasiswa 2 Mahasiswa secara individu dan

Pada hasil uji statistik Chi-Square Non Paramertic Test diperoleh nilai p value 0,006 dimana < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

[r]

Kemudian, guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang tokoh-tokoh yang ada pada buku cerita bergambar “Kenapa Harus Sama?” dan menunjuk gambar tokoh tersebut yang

1) Sungai yang berbentuk lurus yang pada umumnya dimiliki sungai bertipe A. 2) Sungai berbentuk jalin/bercabang yang umumnya dimiliki sungai bertipe D dan DA. 3)

saling meangkai membentuk suatu pola yang menyerupai kulit buaya, Retakan ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan tanah, tanah

BB081 -Adiatma Yudistira Manogar Siregar, SE.,MEconSt..