• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi masyarakat terhadap peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDESA) dalam perencanaan APBDESA, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan : studi kasus di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi masyarakat terhadap peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDESA) dalam perencanaan APBDESA, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan : studi kasus di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabup"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

xiv ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) DALAM PERENCANAAN APBDESA, PENGUATAN KELEMBAGAAN,

PENINGKATAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH PEDESAAN

Studi Kasus di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul

Margareta Desi Puspitasari NIM: 122114063 Univeritas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peranan APBDesa dalam perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus.

Teknik analisa data yang digunakan adalah statistik deskrifptif. Data diperoleh dari kuesioner, observasi, wawancara, serta dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini adalah perencanaan APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, kelembagaan desa, peningkatan insfrastuktur pedesaan, dan pengembangan wilayah pedesaan. Sampel yang digunakan berjumlah 96 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah geografik cluster judgmental sampling.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat berpendapat peran APBDesa dalam proses perencanaan masih kurang dan masih belum dirasakan oleh masyarakat luas. Masyarakat berpendapat bahwa APBDesa berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Pelayanan semakin meningkat dengan adanya APBDesa. Peran lembaga kemasyarakatan belum sesuai dengan yang diharapkan, karena pengalokasian dana yang masih belum mencukupi. Dalam peningkatan insfrastruktur pedesaan ada peranan APBDesa, hanya saja belum berperan secara maksimal karena masih banyak fasilitas yang jauh dari harapan masyarakat. APBDesa memiliki peranan dalam pengembangan wilayah pedesaan. Dalam pengembangan wilayah pedesaan, APBDesa dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan sumber daya manusia.

(2)

xv

ABSTRACT

PERCEPTION ON THE ROLE OF THE VILLAGE’S BUDGET (APBDESA) IN PLANNING, BASIC NEEDS FULFILLMENT, INSTITUTION REINFORCEMENT, IMPROVEMENT OF VILLAGE

INSFRASTRUCTURE AND RURAL DEVELOPMENT

Case Study at Gari Village Wonosari Subdistrict Gunungkidul District

Margareta Desi Puspitasari planning the budget at Gari village Wonosari Subdistrict Gunungkidul District. It is categorized as a case study.

In analyzing the data, the technique used is descriptive statistics. The data were obtained from questionnaires, observations, interviews, and documentation. The variables used in this study is the planning for APBDesa, the basic needs fulfillment, the institution reinforcement, the improvement of village infrastructure, and rural development. The study surveyed 96 respondents. The sampling method used in this research was geographic cluster judgmental sampling.

Based on the analysis, it can be concluded that according to society’s perception, there is a weak role of APBDesa in the planning process of the village budget. However the society believes that APBDesa has an important role in fulfilling the basic needs. The society also feel that the service of the village’s govermant is increasing because of the APBDesa. The role of the units of the village’s government has not met the society’s expectation due to the funds allocation which is not sufficient. On the other hand, there is improvement of rural infrastructure, effected by APBDesa, even though the society still expect to have more. In all, the society agree that APBDesa improve the quality of live and also the human resource in the village.

(3)
(4)

i

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) DALAM PERENCANAAN APBDESA, PENGUATAN KELEMBAGAAN,

PENINGKATAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH PEDESAAN

Studi Kasus di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Margareta Desi Puspitasari

NIM : 122114063

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

ii

(6)

iii

(7)

iv

Motto dan Persembahan

“Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Karena curahan hujan tidak memilh – milih apakah pohon apel atau hanya semak belukar”

Wira Sagala

“Educating is not the learning of facts, but the training of the mind to think”

Albert Einstein

“Kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan,

namum saya yakin dan saya percaya Tuhan telah menyediakan apa

yang kita butuhkan”

“Rencana Tuhan tidak pernah gagal, kitalah yang sering keluar dari rencanaNya”

Penulis

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:  Tuhan Yesus Kristus yang menjadi kekuatan serta semangat untuk hidupku,

 Bapak, Ibu, kakakdan keluarga tercinta yang menjadi motivasiku serta selalu mendukung dan mendoakanku

(8)

v

(9)

vi

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas segala kebaikan, kasih dan anugrahNya dari awal penulisan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini ditulisdengan tujuan memenuhi salah satu persyaratan wajib untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak bantuan dan campur tangan berbagai pihak atas terselesaikannya skripsi ini, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. J. Eka Priyatama, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. A. Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA., selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar telah mengarahkan, membimbing dan mendukung penulis dengan kesungguhan hati. Selalu memberikan pengetahuan dan motivasi bagi penulis.

3. Widodo selaku Kepala Desa Gari dan Suratman selaku kepala urusan Desa Gari yang banyak membantu saya memberikan waktunya untuk wawancara dan mengambil data.

4. Wahyu Sudibyo selaku Kepala Dusun Ngijorejo dan merupakan adek sepupu saya yang sangat membantu saya wara-wiri menyebarkan kuesioner ke seluruh desa.

(11)

viii

6. Untuk kakakku tersayangYohanes Agus Cristianto, Renny Anggraeni dan si kecil Bianca yang selalu mengingatkan untuk segera lulus, memberi dukungan, doa, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Untuk keluarga ku yang super hebat. Kakek nenekku yang ada disurga sana yang aku yakin selalu mendoakanku dari sana. Keluarga besar Ny. Atmopawiro bulek-bulekku, pakde-pakdeku, paklek, dan sepupu-sepupuku yang luar biasa banyaknya yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada saya.

8. Teman dekatku, Isidorus Cahyo Adi Prasetya, orang yang selama ini dekat dengan saya yang selalu menjadi pendengar segala keluhan, kekecewaan dan kegembiraan selama ini. Selalu mendukung saya, memberikan semangat dan sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana.

9. Sahabat-sahabat yang saya temui ketika kuliah yang menjadi semangat dan motivasi bagi saya, Ade Yuniati, Brigitta Dyah Karisma, dan Yoga Ramandika, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih untuk dukungankalian dan sebagai sahabat tebaik yang pernah saya miliki, saya bangga bisa berjuang bersama kalian. Terimakasih untuk waktu, cerita, bahagia, sedih, pengalaman, canda tawa yang selalu diberikan.

10. Sahabat saya yang dari dulu selalu ada, yang walaupun jauh selalu mendoakan dan mendukung saya dalam keadaan apapun. Scolastica Ocnella, Erna, Elsa, Lia, Novi, Nanik kalian inspirasiku untuk dapat menyelesaikan segera skripsi ini.

11. Teman-teman yang sering menjadi satu kelompok tugas selama semester satu Cicil, Happy, Ina, Tesa, Sherly, saya beruntung sering berbagi tugas dengan kalian.

(12)
(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Anggaran... 6

B. Desa ... 10

C. Lembaga Kemasyarakatan Desa ... 10

D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) ... 12

E. Pembangunan dan pengembangan desa... 15

F. Permendagri 37 tahun 2007 dan Permendagri 113 tahun 2014 tentangPengelolaan Keuangan Desa ... 23

G. Penelitian Terdahulu ... 24

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

(14)

xi

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Populasi dan Sampel ... 30

F. Variabel dan Instrumen Penelitian... 32

G. Skala Pengukuran Data ... 36

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 38

I. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 41

A. Visi dan misi Desa Gari ... 41

B. Keadaan Umum Wilayah Desa Gari... 42

C. Bidang Ekonomi ... 44

D. Kondisi Sosial Budaya ... 49

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Karakteristik Responden ... 52

B. Pengujian Instrumen Penelitian ... 55

C. Analisis Data ... 58

D. Pembahasan ... 74

BAB VI PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Keterbatasan Penelitian ... 82

C. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel5.1 Klasifikasi Responden Menurut Usia 52

Tabel 5.2 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Pekerjaan 53

Tabel 5.3 Klasifikasi Responden Menurut Pengetahuan APBDesa 54

Tabel 5.4 Klasifikasi Responden Menurut Keterlibatan dalam Organisasi 54

Tabel 5.5 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin 55

Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian 56

Tabel 5.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 57

Tabel 5.8 Hasil Tanggapan Responden 58

Tabel 5.9 Alokasi APBDesa Gari Tahun 2010-2014 76

Tabel 5.10 Realisasi Pelaksanaan APBDesa Gari berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Infrastruktur Tahun 2010-2014

77

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

xiv ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) DALAM PERENCANAAN APBDESA, PENGUATAN KELEMBAGAAN,

PENINGKATAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH PEDESAAN

Studi Kasus di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul

Margareta Desi Puspitasari NIM: 122114063 Univeritas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peranan APBDesa dalam perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus.

Teknik analisa data yang digunakan adalah statistik deskrifptif. Data diperoleh dari kuesioner, observasi, wawancara, serta dokumentasi. Variabel dalam penelitian ini adalah perencanaan APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, kelembagaan desa, peningkatan insfrastuktur pedesaan, dan pengembangan wilayah pedesaan. Sampel yang digunakan berjumlah 96 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah geografik cluster judgmental sampling.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat berpendapat peran APBDesa dalam proses perencanaan masih kurang dan masih belum dirasakan oleh masyarakat luas. Masyarakat berpendapat bahwa APBDesa berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Pelayanan semakin meningkat dengan adanya APBDesa. Peran lembaga kemasyarakatan belum sesuai dengan yang diharapkan, karena pengalokasian dana yang masih belum mencukupi. Dalam peningkatan insfrastruktur pedesaan ada peranan APBDesa, hanya saja belum berperan secara maksimal karena masih banyak fasilitas yang jauh dari harapan masyarakat. APBDesa memiliki peranan dalam pengembangan wilayah pedesaan. Dalam pengembangan wilayah pedesaan, APBDesa dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan sumber daya manusia.

(18)

xv

ABSTRACT

PERCEPTION ON THE ROLE OF THE VILLAGE’S BUDGET (APBDESA) IN PLANNING, BASIC NEEDS FULFILLMENT, INSTITUTION REINFORCEMENT, IMPROVEMENT OF VILLAGE

INSFRASTRUCTURE AND RURAL DEVELOPMENT

Case Study at Gari Village Wonosari Subdistrict Gunungkidul District

Margareta Desi Puspitasari planning the budget at Gari village Wonosari Subdistrict Gunungkidul District. It is categorized as a case study.

In analyzing the data, the technique used is descriptive statistics. The data were obtained from questionnaires, observations, interviews, and documentation. The variables used in this study is the planning for APBDesa, the basic needs fulfillment, the institution reinforcement, the improvement of village infrastructure, and rural development. The study surveyed 96 respondents. The sampling method used in this research was geographic cluster judgmental sampling.

Based on the analysis, it can be concluded that according to society’s perception, there is a weak role of APBDesa in the planning process of the village budget. However the society believes that APBDesa has an important role in fulfilling the basic needs. The society also feel that the service of the village’s govermant is increasing because of the APBDesa. The role of the units of the village’s government has not met the society’s expectation due to the funds allocation which is not sufficient. On the other hand, there is improvement of rural infrastructure, effected by APBDesa, even though the society still expect to have more. In all, the society agree that APBDesa improve the quality of live and also the human resource in the village.

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Desa sebagai pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat menjadi fokus utama dalam pembangunan pemerintah.Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia ada di pedesaan. Desa didudukkan sebagai organ negara dalam tataran paling bawah. Melalui desa ini masyarakat setempat mengatur dan mengurus dirinya sendiri, termasuk melakukan pengelolaan konflik yang terjadi di dalam masyarakat desa.

Dalam suatu organisasi, anggaran memegang peran yang penting.Anggaran merupakan suatu rencana keuangan yang disusun secara sistematis dalam menunjang terlaksananya program kegiatan suatu organisasi. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan penjabaran kebutuhan daerah dalam membangun desa sebagaimana diatur dalam PermendagriNomor 113 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) sebagaimana termuat dalam APBD perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah desa dan dibantu oleh potensi dan swadaya desa setempat. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang cukup signifikan bagi desa untuk menunjang program-program desa.

(20)

dapat menjadi cerminan kinerja dan kemampuan pemerintah desa dalam membiayai dan mengelola penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaanpembangunan di desa. Pada kenyataannya banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan skala prioritas, serta kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo: 2009). Desa Gari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Seiring berjalannya waktu Desa Gari mulai sedikit demi sedikit membenahi insfrastruktur yang dibutuhkan oleh desa. Namun yang telihat hanyalah perbaikan jalan saja, itupun tidak menyeluruh ke setiap pelosok desa. Fasilitas dan sarana pra sarana belum lengkap dan belum sesuai dengan harapan masyarakat. Fenomena permasalahan lain yang nampak yaitu kemampuan manejerial aparat desa dalam mengelola keuangan yang masih kurang, transparansi dalam pengelolaan keuangan desa belum sepenuhnya nampak terlihat, masih ada simpang siur dalam penggunaan anggaran, partisispasi atau keterlibatan masyarakat dalam proses mengawasi dan memberikan masukan yang konstruktif terhadap perbaikan pengelolaan keuangan desa belum sepenuhnya maksimal.

(21)

memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pembangunan desa memerlukan dukungan dana yang memadai, pemerintah desa dapat dilaksanakan secara efektif. Tanpa memiliki dukungan dana yang memadai, pemerintah desa tidak akan mampu membiayai program-program pembangunan desa tidak hanya mengandalkan partisipasi masyarakat, namun juga membutuhkan sumber daya lainnya yang tidak tersedia di desa yang harus dibiayai dari anggaran pemerintah desa.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana persepsi masyarakat terhadap peranan APBDesa dalam perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(22)

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dalam penelitian ini, diharapkan penulis dapat memecahkan masalah yang ada, memperluas wawasan penulis mengenai anggaran desa dan realisasinya serta memiliki pengalaman dalam melakukan survey kepada responden. 2. Bagi Desa Gari

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) untuk masa yang akan datang.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan, wawasan, dan pengetahuan, baik bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma maupun pihak pihak lain yang berkepentingan terkait dengan topik yang diteliti oleh penulis.

E.Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

(23)

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum

Bab ini menjelaskan gambaran mengenai Desa Gari yang mencakup situasi dan kondisi yang terjadi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian yang kemudian diolah untuk dilakukan analisis data.

Bab VI Penutup

(24)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Anggaran

1. Konsep Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009), anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penetuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi: a. Aspek perencanaan

b. Aspek pengendalian c. Aspek akuntabilitas

(25)

pemerintah. Anggaran memberikan estimasi bagi pengelola daerah dalam melaksanakan kegiatan organisasi pada masa yang akan datang, karena setiap anggaran yang disusun memberikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dalam periode tertentu. Anggaran pemerintah merupakan biaya atas rencana yang dibuat dan berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana. Jadi, anggaran merupakan suatu kerangka konseptual yang disusun dalam satu periode tertentu yang dipersipakan untuk mencapai tujuan dari pemerintah. 2. Penganggaran Sektor Publik

(26)

a. Berapa biaya atas rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja).

b. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang mendanai rencanatersebut (pendapatan).

Tahap penyusunan anggaran sektor publik dimulai setelah rancangan perumusan strategi kebijakan pemerintah telah diselesaikan terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk dapat mengetahui perkiraan jumlah dana yang akan dialokasikan pada rancangan strategik yang telah ditetapkan. Penyusunan anggaran sektor publik wajib diawasi mulai dari tahap perencanaan anggaran, pelaksanaannya serta pelaporannya. Dalam organisasi sektor publik, anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.

Menurut Mardiasmo (2009) ada beberapa prinsip yang dilakukan dalam penyusunan anggaran sektor publik adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation)

(27)

cukup tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan publik harus memahami betul dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran. Besarnya suatu mata anggaran sangat tergantung pada teknik dan sistem anggaran yang digunakan.

b. Tahap Ratifikasi Anggaran (Budget Ratification)

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif (Kepala desa) dituntut

tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus mempunyai political skill, salesmanship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dan eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif.

c. Tahap Pelaksanaan Anggaran (Budget Implementation)

(28)

untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi yang digunakan hendaknya juga mendukung pengendalian anggaran. d. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran

Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Apabila pada tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka tahap pelaporan dan evaluasi anggaran biasanya tidak akan menemui banyak masalah.

B.Desa

Menurut UU No. 32 Tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota.

C.Lembaga Kemasyarakatan Desa

(29)

a. Rukun warga (RW)

Bagian dari kerja Lurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya ditetapkan oleh pemerintah desa atau Lurah.

b. Rukun Tetangga (RT)

Dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan olehpemerintah desa atau Lurah.

c. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa/Kelurahan (TP PKK)

Lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak terlaksana program PKK.

d. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (Gerakan PKK)

Gerakan Nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengeloalaanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa, berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju dan mandiri.

e. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD/LPM)

Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitrapemerintahdesa dan Lurah dalam menampung aspirasi serta kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan.

(30)

Lembaga kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutaman generasi muda di wilayah desa.

g. Lembaga Adat

Lembaga kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan didalam hukum adat tersebut.

D.Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)

1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)

Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah peraturandesa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. APBDesa terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala desa bersama Badan Pengawas Desa (BPD) menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa.Menurut Undang-undang 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah72 Tahun 2005 disebutkan sumber-sumber pendapatan desa meliputi:

(31)

b. Pendapatan asli desa yang sah, bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa.

d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

(32)

perundang-undangan. Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APBDesa.

2. Prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan desa

Menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui:

a. Pemenuhan kebutuhan dasar

b. Pembangunan sarana dan prasarana desa c. Pengembangan potensi ekonomi lokal

d. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan 3. Alokasi Dana Desa

(33)

potensi ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

4. Perencanaan APBDesa

Dalam rangka memenuhi prioritas Alokasi Dana Desa dibutuhkan perencanaan yang efektif agar dapat mencapai sasaran yang ditentukan serta peran kelembagaan desa untuk menampung segala bentuk aspirasi masyarakat. Perencanaan APBDesa adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunandesa dalam jangka menengah dan tahunan yang dilaksankan oleh unsur pemerintahan desa dan masyarakat desa yang tertuang dalam Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) untuk lima tahunan dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) untuk rencana tahunan desa yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala desa. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa bahwa perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.

E. Pembangunan dan pengembangan desa

1. Pembangunan

(34)

pembangunan itu merupakan kunci pembuka bagi pengertian baru tentang hakekat fungsi administrasi pada setiap negara dan sifat dinamis. Pembangunan akan dapat berjalan lancar, apabila disertai dengan admnistrasi yang baik. Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang berkelanjutan dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Sedangkan menurut Siagian (2008) pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana serta sadar, yang di tempuh oleh suatu negaramenuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik. Pembangunan fisik adaalah pembanguan yang dapat di rasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Kuncoro; 2010) pembangunan fisik misalnya berupa infrastruktur, bangunan, fasilitas umum. Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama (Wresniwiro: 2012) contoh dari pembangunan non fisik adalah berupa peningkatan perekonomian rakyat desa, peningkatan kesehatan masyarakat (Wresniwiro: 2012).

2. Pembangunan desa

(35)

ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahandesa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Desa merupakan level pemerintah terendah di Indonesia dan memilikiciri khas yang unik. Ciri khas desa yang unik ini semakin menguatkan asumsi bahwa strategi pembangunan dari desa merupakan strategi pembangunan yang dapat menyelaraskan antara tujuan pemerataan pembangunan pertumbuhan ekonomi dan tercapainya stabilitas pemerintahan. Oleh karena itu, penting adanya penguatan peran lembaga-lembaga di desa dalam penyelenggaraan pembangunan. Istilah lembaga-lembaga pemerintahan desa bisa mengacu tidak hanya organisasi atau badan di desa yang melakukan usaha tertentu, tetapi juga mengandung pola perilaku masyarakat desa yang mapan. Oleh sebab itu, penggunaan konsep lembaga pemerintahan desa tidak hanya menunjuk pada pemerintah desa saja, tetapi juga mencakup badan-badan desa yang lain seperti keberadaan badan permusyawaratan desa, badan sosial desa maupun badan ekonomi desa. Lembaga dipahami sebagai aturan main dari suatu masyarakat untuk mengelola interaksi antar individu anggota masyarakat.

(36)

karakteristik lembaga akan ditentukan oleh proses pembentukan, orientasi, nilai-nilai pengikat, model keanggotaan maupun cara kerja. Menurut definisi ini, maka lembaga desa meliputi lembaga yang bersifat formal (lembaga yang dibentuk oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di desa) dan lembaga non formal (lembaga yang dibuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi). Lembaga-lembaga desa perlu untuk diperkuat dan dikembangkan sehingga menjadi kekuatan masyarakat desa dalam memberikan respon terhadap perkembangan dan persoalan-persoalan yang hadir di desa yang berarti memperkuat otonomi desa. Peran kelembagaan desa (pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan lembaga kemasyarakatan desa) dalam rangka penyusunan dan implementasi kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan, pemerintahan, pengembangan kemasyarakatan, saat ini semakin menguat dibandingkan era tahun-tahun sebelumnya. Perubahan ini sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan perubahan paradigma pembangunan dan pemerintahan, baik dalam lingkungna intra maupun ekstra sosial.

(37)

a. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan (tata kepemimpinan) yakni dengan meningkatkan kepemimpinan kepala desa atau badan permusyawaratan desa, menyiapkan kematangan masyarakat desa, menjaga keharmonisan hubungan pemerintahan desa, dan memahami visi dan misi yang diemban.

b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa (tata pemerintahan) yakni dengan meningkatkan kelembagaan dalam hal kewenangan, organisasi, personil, keuangan, perlengkapan, perencanaan, pengawasan, dokumentasi untuk pemerintah desa. Meningkatkan fungsi agregasi dan artikulasi, budgeting, pengawasan, serta legislasi untuk badan pemerintahan desa.

c. Meningkatkan kapasitas sumber daya sosial (tata kemasyarakatan), yakni dengan meningkatkan:

1) Sumber daya manusia: pendidikan dan kesehatan;

2) Sumber daya sosial politik: partisipasi politik masyarakat, stabilitas keamanan dan ketertiban, eksistensi lembaga kemasyarakatan;

3) Sumber daya sosial ekonomi: insfrastruktur ekonomi desa dan aktivitas ekonomi pedesaan;

4) Sumber daya sosial budaya: kesenian dan lembaga kesenian, adat dan lembaga adat;

5) Sumber daya sosial agama: toleransi kehidupan beragama dan sarana ibadah

(38)

Perananan pemerintah desa dalam menyusun dan melaksankan APBDesa adalah pelaksanaan dari tugas, fungsi, kewenangan, hak, dan kewajiban yang dimiliki pemerintah desa dalam hal pelaksanaan pembangunan di desa, khususnya yang berkaitan dengan penyusun dan pelaksanaan APBDesa. Kepala desa, selaku unsur pelaksana pemerintah desa memilki peran strategis sebagai berikut:

a. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa.

b. Mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDesa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

c. Menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama BPD sebelum ditetapkan oleh Kepala desa paling lama 3 (tiga) hari kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi.

d. Melaksanakan APBDesa melalui penetapan keputusan desa atau keputusan kepala desa.

e. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

f. Menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan (PP 72/2005).

Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDesa Peran BPD dalam menyusun dan melaksanakan APBDesa, berdasarkan PP 72/2005 adalah sebagai berikut:

(39)

b. Menampung aspirasi, saran, dan masukan masyarakat berkaitan dengan peraturan desa hususnya rancangan APBDesa.

c. Membahas rancangan peraturan desa mengenai APB Desa yang disampaikan oleh kepala desa.

d. Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya APBDesa

(40)

lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.Perananggota masyarakat desa dalam menyusun danmelaksanakan APBDesa peran anggota masyarakat desa dalam menyusun dan melaksanakan APBDesa di desa, menurut PP 72/2005, adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan usul, saran, dan aspirasi kepada kepala desa atau forum BPD.

b. Melaksanakan pengawasan personal terhadap pelaksanaan APBDesa. c. Menumbuh kembangkan semangat memanfaatkan, memelihara, dan

mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa.

Faktor Internal dan Eksternal penghambat pengembangan peranan kelembagaan desa menyusun dan melaksanakan kebijakandesa menurut Wasistiono (2006), ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat kelembagaan desa dalam menyusun dan mengimplementasikan berbagai program dan kebijakan desa, yaitu hambatan eksternal dan hambatan internal.

(41)

sarana dan pra sarana penunjang mobilitas operasional terbatas, pengelolaan administrasi dan pendokumentasian yang masih minim, masih rendahnya pemanfaatan iptek dan tekonologi tepat guna dalam usaha ekonomi pedesaan, rendahnya asset yang dikuasai masyarakat pedesaan, kepemilikan lahan yang makin sempit, serta rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana pedesaan.

b. Hambatan Eksternal, meliputi lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan pedesaan, masih lemahnya koordinasi antarsektor, dinamika masyarakat yang selalu berubah, termasuk tingginya dinamika sektor ekonomi, terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas, lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral maupun spasial, timbulnya hambatan (barrier) distribusi dan perdagangan antardaerah, tingginya resiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha di pedesaan, meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis bagi peruntukan lain, meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.

F. Permendagri 37 tahun 2007 dan Permendagri 113 tahun 2014

tentangPengelolaan Keuangan Desa

(42)

tersebut. Perbedaan tersebut antara lain format pembagian, pengelompokan dan pos pembelanjaan. Dalam Permendagri 37/2007 format pembagian debedakan menjadi dua. Yakni, belanja pegawai dan pembangunan. Sedangkan pada regulasi yang baru dibedakan menjadi empat posyakni, pos pembelanjaan pembangunan, belanja pemberdayaan masyarakat, pembinaan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintah.

G.Penelitian Terdahulu

(43)

APBDesa, karena desa yang berkembang dinilai mulai dari bagaimana pemerintah desa menyusun anggarannya.

2. Yuni, Arie dan Very (2011) melakukan penelitian dengan judul Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBDesa) dalam menunjang pembangunan desa di desa Betelen Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara. Hasil dari penelitian ini adalah horizontal accountability antara pemerintah desa dan masyarakat di desa Betelen belum terjalin dengan baik. Transparansi dalam pelaksanaan APBDesa belum sesuai dengan yang diharapkan. Partisipasi masyarakat masih dianggap kurang. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran antara lain, kurang mampunya pengetahuan manajerial aparatdesa selaku pengelola anggaran, jumlah anggaran yang tidak sesuai dengan rencana pembangunan, kurangnya koordinasi antara kepala desa dengan kepala jaga terkait penarikan pajak yang lambat.

(44)

efektif, hal ini dibuktikan dengan masih adanya kegiatan proses pengeloaan yang masih kurang peran masyarakat dalam berpartisipasi. Adanya keputusan Bupati dalam keseragaman perolehan besaran ADD yang setiap tahun sama besarnya. Dalam pemanfaatan dana ADD juga diatur Peraturan Bupati Kabupaten Jombang dimana ada pos-pos anggaran dalam pengalokasiaanya. Sehingga pemanfaatan dana ADD menimbulkan kepatenan penerapan besaran nominal pengaggaran di setiap pos-pos anggaran. Padahal pelaksanaan ADD sesungguhnya merupakan proses yang didasarkan atas keadaan masyarakat dan Desa.

(45)
(46)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian pada sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai kasus di suatu tempat. Data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk Desa Gari periode 2010-2014.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2015 – Maret 2016.

C.Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang telibat dalam penelitian dan berperan sebagai sumber informasi. Subyek penelitian pada penulisan ini adalah :

a. Pemerintah Desa Gari, KecamatanWonosari, Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari Kepala desa dan Kepala Urusan Umum.

(47)

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian adalah segala sesuatu yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu. Obyek penelitian yang digunakan adalah perencanaan APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan, peningkataninfrastruktur pedesaan, pengembangan wilayah pedesaan, serta laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Gari.

D.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan narasumber. Data yang diperoleh dalam wawancara berupa data mengenai keadaan desa dengan adanya peranan APBDesa dalam kehidupan masyarakat desa yang diperoleh dari hasil tanya jawab kepada masyarakat Desa Gari .

2. Kuesioner.

Data yang diperoleh dalam kuesioner berupa hasil data persepsi masyarakat terhadap peranan APBDesa dalam perencanaan APBDesa, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan dan pengembangan wilayah pedesaan di Desa Gari Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.

(48)

yang didapatkan melalui observasi adalah keadaan yang dialami Desa Gari hingga tahun 2015 berupa keadaan insfrastrukturnya.

4. Dokumentasi

Data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi adalah : a. Gambaran umum Desa Gari

b. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa 2010-2014 c. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) 2010-2014 d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014

E.Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan krakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/ subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subjek/ objek (Sugiyono: 2012).

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Gari, KecamatanWonosari, Kabupaten Gunungkidul.

2. Sampel

(49)

Keterangan:

N=Jumlah Populasi

Z= Nilai standar sesuai dengan tingkat kepercayaan (dalam hal ini bernilai 1,96 pada tingkat kepercayaan 95%)

E=Tingkat kesalahan yang ditentukan (dalam hal ini penulis menetapkan 10% atau 0,10)

P= Proporsi atau presentasi yang yang mempunyai karakteristik tertentu (dalam hal ini penulis menetapkan 50% atau 0,50)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah geografic cluster judgmental sampling. Cluster sampling adalah pengambilan data dari kluster-kluster yang dilakukan secara random. Cluster sampling sering juga disebut area sampling karena berkaitan dengan lokasi tertentu. Dalam penelitian ini lokasi penelitian adalah sebuah Desa, yang terdiri dari beberapa Dusun. Judgmental sampling, yaitu pengambilan

sampel berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa

(50)

atau tujuan penelitian (memperoleh data yang akurat).Dalam penelitian ini sampel yang diteliti adalah beberapa orang dewasa yang dipilih dari berbagai dusun yang ada di Desa Gari yang mengetahui tentang APBDesa.

Langkah awal dalam penentuan sampel, terlebih dahulu peneliti menentukan jumlah sampel yang akan dipilih menjadi responden dengan menggunakan Rumus Frank Lynch. Dari hasil perhitungan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 96 orang. Langkah selanjutnya memilih sampel yang tepat sesuai dengan penelitian dengan menggunakan teknik sampling geografik cluster judgmental sampling. Cara menggunakan teknik ini adalah dengan membagi sampel kedalam beberapa lokasi. Sampel diambil dari ke-sembilan dusun yang ada di Desa Gari yaitu, padukuhan Ngijorejo, Kalidadap, Jatirejo, Gatak, Gari, Gelung, Tegalrejo, Ngelorejo, dan Gondangrejo. Peneliti hanya memilih warga yang tahu tentang APBDesa, dengan cara meminta rekomendasi dari kepala dusun dan melihat daftar warga yang terlibat dalam kelembagaan di Desa Gari yang ada di kelurahan.

F. Variabel dan Instrumen Penelitian

(51)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam Pengembangan Wilayah Pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai”.

Setiap kuesioner terdiri dari dua bagian yang harus dijawab oleh responden. Bagian pertama berisi pertanyaan yang berhubungan dengan data demografi responden yang meliputi nama, usia, jenis pekerjaan, pengetahuan tentang APBDesa dan keterlibatan organisasi. Bagian kedua adalah pertanyaan yang berhubungan dengan perencanaan APBDesa, pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan, peningkatan insfrastruktur pedesaan, dan pengembangan wilayah pedesaan (kuesioner terlampir).Operasionalisasi variabel-variabel yang telah ditentukan, yaitu :

1. Perencanaan APBDesa

Perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten yang harus disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Dalam hal ini, peneliti ingin meneliti keterlibatan dan pengetahuan masyarakat dalam perencanaan APBDesa.Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur perencanaan desa :

a. Pengetahuan masyarakat tentang APBDesa setiap tahun yang dianggarkan oleh pemerintah desa.

(52)

d. Pengetahuan masyarakat tentang pembahasan APBDesaoleh kepala desa bersama BPD.

2. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Desa memiliki penyelanggara pemerintah desa yakni pemerintah desa (kepala desa dan perangkatnya) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan LPMD. Masing-masing memiliki kedudukan, tugas dan fungsinya dalam konstruksi penyelenggaraan pemerintah desa yaitu kedudukan lembaga desa mencerminkan peran yang akan diembannya dan tugas serta fungsinya yang merupakan derivasi atau uraian lebih lanjut dari kewenangan desa sehingga semua kewenangan desa dapat diselenggarakan secara efektif oleh lembaga tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pendapat masyarakat apakah APBDesa berperan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan mutu pelayanan desa. Indikator-indikator untuk mengukur pemenuhan kebutuhan dasar adalah sebagai berikut : a. Efektifitas pelaksanaan APBDesa dengan pelayanan yang diberikan

pemerintah desa.

b. Efisiensi pelaksanaan kegiatan.

c. Peningkatan mutu pelayanan dengan adanya peningkatan sumber pendapatan desa.

d. Alokasi belanja untuk operasional BPD telah memadahi 3. Penguatan Kelembagaan

(53)

masyarakat dalam pengembangan ide dan kemampuanan untuk pendayagunaan segenap potensi dan swadaya gotong-royong. Lembaga kemasyarakatan merupakan mitra bagi pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pembangunan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menelitipendapat masyarakat apakah APBDesa bereperan dalam mencukupi segala kebutuhan lembaga desa yaitu, LPMD, PKK, Karangtaruna, Posyandu, Paud, RT dan RW. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur penguatan kelembagaan adalah :

a. Alokasi belanja untuk lembaga kemasyarakatan.

b. Alokasi belanja untuk lembaga pemberdayaan masyarakat. c. Alokasi untuk biaya PKK.

d. Alokasi belanja untuk biaya Posyandu. e. Alokasi belanja untuk biaya PAUD. f. Alokasi belanja untuk biaya Karangtaruna. 4. Peningkatan Infrastuktur Pedesaan

(54)

a. Belanja untuk peningkatan sarana/prasarana kantor desa.

b. Belanja untuk peningkatan sarana/prasaraba pertemuan/ balai desa. c. Belanja untuk peningkatan prasaran jalan.

d. Belanja untuk peningkatan prasarana pemukiman. 5. Pengembangan Wilayah Pedesaan

Pengembangan wilayah adalah membangun masyarakat sesuai potensi dan prioritas yang terdapat di daerah tersebut. Pengembangan wilayah pedesaandapat digambarkan dari kualitas hidup, masyarakat, kesejahteraan masyarakat, peningkatan sosial ekonomi masyarakat, perbaikan lingkungan pemukiman, pemanfaatan wilayah pedesaan dan peningkatan sumber daya masyarakat desa. Peneliti akan meneliti pendapat masyarakat apakah APBDesa bereperan pengembangan wilayah pedesaan. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur pengembangan wilayah pedesaan adalah: a. Pengembangan kualitas hidup masyarakat.

b. Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. c. Peningkatan ekonomi masyarakat desa.

d. Perbaikan terhadap lingkungan pemukiman penduduk. e. Pengembangan wilayah pedesaan.

G.Skala Pengukuran Data

(55)

tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala. Dalam Skala Likert terdapat 5 kategori jawaban dengan skor sebagai

Kriteria interprestasi skor yang digunakan dalam mengolah hasil kuesioner menurut Ridwan dan Sunarto (2009) adalah sebagai berikut:

(56)

61% - 80% Setuju (berperan)

81% - 100% Sangat Setuju (sangat berperan)

H.Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu alat pengukur untuk mengukur sejauh mana alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsinya. Artinya membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang sama pada waktu berbeda atau oleh peneliti yang lain (Sugiyono: 2012).Rumus Korelasi Product Moment (Wijaya: 2009):

√{ }{ }

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y (product moment)

X : Nilai total jawaban dari masing-masing nomor dari responden Y : Total butir dari jawaban responden

∑ X : Jumlah skor butir

∑ XY : Jumlah hasil kali antara X dan Y N : Banyaknya partisipan uji coba

Data dikatakan valid, jika koefisien korelasi (r) < 0,50 atau jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen tersebut dikatakan valid, jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95 %, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

(57)

Uji Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran (Husein: 2005). Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali: 2011). Dalam menghitung reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s Alpha yang mana rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.

Rumus Cronbach’s Alpha :

⌋ [ ]

Keterangan :

r :Koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha) k :Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal

: Total varian butir : Total varian

(58)

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data mendiskripsikan teknik analisis apa yang akan digunakan oleh peneliti, untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan,termasuk pengujiannya (Sanusi: 2011).Penelitian ini merupakan jenis penelitian statistika deskriptif. Teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh dari kuesioner tertutup diklasifikasikan dan dihitung persentasehasil jawaban dariresponden.

2. Hasil persentase tersebut dideskripsikan.Sebelumhasil persentase dideskripsikan langkah yang terlebih dahulu dilakukan adalahsebagai berikut :

a. Jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju dalam setiap indikator dihitung agar lebih mudah dalam membuat deskripsi dan dalam menarik kesimpulan.

b. Rata-rata jawaban dalam setiap variabel dihitung.

3. Apabila langkah diatas telah dilakukan,langkah selanjutnya setiap indikator dan rata-rata jawaban dalam setiap variabel dari hasilperhitungan yang dilakukan, didiskripsikan dan dianalisis. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

(59)

b. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah 21% - 40%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa.

c. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah 41% - 60%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat cukup setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa. d. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju

berjumlah 61% - 80%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa.

e. Apabila jawaban responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berjumlah 81% - 100%, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat setuju bahwa mereka dapat merasakan adanya peran APBDesa. 4. Selanjutnya untuk mendukung analisis kuesioner, realita yang terjadi di

Desa Gari yang terkait denganperan APBDesa di Desa Gari dideskripsikan. Dalam mendeskripsikan realita yang terjadi di Desa Gari ini penulis mengumpulkan data dari wawancara, dokumetasi serta observasi secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak hanya dapat mengetahui persepsi masyarakat, namun juga melihat bukti dan alasan masyarakat dibalik persepsi yang diungkapkan oleh masyarakat.

(60)

41 BAB IV

GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM

A.Visi dan misi Desa Gari

1. Visi

Visi Desa Gari adalah menjadi penyelenggara pemerintahan yang baik untuk menuju terwujudnya Desa Gari yang mandiri dan sejahtera.

2. Misi

Guna mewujudkan visi tersebut di atas ditetapkan misi Desa Gari sebagai berikut:

a. Meningkatkan koordinasi perangkat desa dan lembaga desa dalam pelayanan kepada masyarakat

b. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat di berbagai bidang

c. Memperkuat nilai-nilai luhur budaya masyarakat sebagai unsur pemberdayaan masyarakat untuk menuju masyarakat yang mandiri dan sejahtera

d. Meningkatkan dan memperkuat fungsi dan peran lembaga desa dan lembaga kemasyarakatan lain yang ada

(61)

3. Struktur Organisasi

Gambar 4.1

Strukur Organisasi Desa Gari Sumber: Arsip pemerintah desa

B.Keadaan Umum Wilayah Desa Gari

1. Letak Wilayah Desa Gari

(62)

Desa Gari merupakan salah satu desa di wilayah Kabupaten Gunungkidul dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara Desa Kedung Keris Kecamatan Nglipar b. Sebelah timur Desa Karang Tengah Kecamatan Wonosari c. Sebelah selatan Desa Piyaman Kecamatan Wonosari d. Sebelah barat Desa Gading Kecamatan Playen 2. Luas wilayah Desa Gari adalah 600.25 Ha. 3. Tata guna tanah Desa Gari adalah :

a. Sawah dan ladang : 233.000 Ha

b. Perkantoran : 2.000 Ha

c. Empang : - Ha

d. Permukiman : 113.00 Ha

e. Pekuburan : 16.000 Ha

f. Prasarana umum : 236.25 Ha

4. Sumber Daya Alam :

a. Adanya lahan yang luas dimana dapat dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, hutan, lahan peternakan.

b. Adanya air yang lumayan mudah yang sangat bermanfaat untuk perairan dan perikanan.

5. Orbitasi :

(63)

d. Jarak ke Ibukota Kabupaten Terdekat : 6 Km e. Lama tempuh ke Ibukota Kabupaten : 20 Menit 6. Iklim :

a. Curah Hujan : 200-500 mm/tahun

b. Jumlah Bulan Hujan : 6 bulan

c. Suhu Rata-Rata : 28-33 C

d. Ketinggian dari permukaan laut : 145 meter 7. Karakteristik desa

a. Kultur tradisional b. Perdagangan dan jasa

C.Bidang Ekonomi

1. Penduduk desa sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan penambang batu putih. Sedangkan potensi sumber ekonomi Desa Gari sangat beragam, mulai dari lahan pertanian, batu putih, batu gamping dan penghasil kayu jati. Adapun potensi sumber alam tersebut adalah :

a. Lahan pertanian

Lahan pertanian yang dimiliki masyarakat Desa Gari adalah sebagian besar adalah lahan kering atau tadah hujan yang sangat tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan.

b. Pertambangan

(64)

Pertambangan gamping juga potensi ketiga bagi penduduk Desa Gari, yang digunakan sebagai bahan baku gamping diwilayah Desa Gari juga. c. Industri

Sebagian besar industri adalah industri bebasis rumah tangga dan gamping dari pertambangan batu putih dari masyarakat.

2. Struktur perekonomian desa a. Perdagangan dan Jasa

Perdagangan

1) Pasar lingkungan : 1 buah 5 kios

2) Pasar kota : - buah - kios

3) Pasar regional : - buah - kios

4) Pasar induk : - buah - kios

5) Toko : 10 buah

6) Warung : 90 buah

7) Kaki lima : 6 buah

8) Supermarket/pasar swalayan : - buah Jasa

1) Bank : - buah

2) Travel biro (biro perjalanan) : - orang

3) Notaris : - orang

4) Pengacara : - orang

5) Psikolog : - orang

(65)

Pertanian

Luas tanam menurut komoditas pada tahun ini

1) Padi : 104 Ha 4,5 Ton

2) Jagung : 80 Ha 1,5 Ton

3) Ubi kayu : 205 Ha 7 Ton

4) Ubi jalar : 1 Ha 5 Ton

5) Kacang panjang : - Ha - Ton

6) Kedelai dan kedelai : 94 Ha 2,5 Ton

7) Kubis (kol) : - Ha - Ton

8) Kentang : - Ha - Ton

9) Sawi : - Ha - Ton

10) Tomat : - Ha - Ton

11) Wortel : - Ha - Ton

12) Terong : - Ha - Ton

13) Buncis : - Ha - Ton

14) Lombok : - Ha - Ton

15) Bawang putih : - Ha - Ton

16) Bawang merah : - Ha - Ton

17) Ketimun : - Ha - Ton

Jenis komoditas buah-buahan yang dibudidayakan

1) Pisang : 5 Ha 25 Ton

2) Pepaya : 42 Ha 5,5 Ton

(66)

4) Semangka : - Ha - Ton

5) Mangga : 10.5 Ha 10.5 Ton

6) Durian : - Ha - Ton

7) Duku : - Ha - Ton

8) Jambu : - Ha - Ton

9) Rambutan : - Ha - Ton

10) Sirsak : - Ha - Ton

11) Apel : - Ha - Ton

12) Anggur : - Ha - Ton

13) Salak : - Ha - Ton

14) Belimbing : - Ha - Ton

15) Lengkeng : - Ha - Ton

16) Melon : - Ha - Ton

17) Kedondong : - Ha - Ton

18) Alpukat : - Ha - Ton

Peternakan

Jenis populasi ternak

1) Ayam kampung : 2310 Ekor

2) Ayam ras : 6000 Ekor

3) Itik : - Ekor

4) Kambing : 84 Ekor

5) Domba : 30 Ekor

(67)

7) Kerbau : - Ekor

8) Kuda : - Ekor

c. Home Industri/Kerajinan

1) Besar : Buah

2) Sedang : 6 Buah

3) Kecil : 15 Buah

4) Rumah tangga : Buah

d. Lembaga-lembaga perekonomian desa 1) Kelompok Tani

2) Kelompok Ternak 3) Kelompok SPP

4) Kelompok UPK BKM 5) Kelompok Perikanan e. Kemampuan keuangan desa

Untuk keuangan desa berasal dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2) Bantuan dari pihak ketiga yang tidak mengikat 3) Bantuan pemerintah propinsi dan kabupaten f. Prasarana dan Sarana Ekonomi

1) Belum adanya pasar tradisional yang layak di daerah kelurahan Gari 2) Masih seringnya jalan yang menjadi rusak pada saat musim

(68)

D.Kondisi Sosial Budaya

1. Kependudukan

a. Jumlah Penduduk : 6216 Jiwa

Laki-laki : 3048 Jiwa

Perempuan : 3168 Jiwa

b. Jumlah Kepala Keluarga : 1967 KK

Laki-laki : 1737 KK

Perempuan : 230 KK

2. Pembagian Wilayah Administrasi

Desa Gari terbagi menjadi 9 Pedukuhan 20 RW dan 48 RTterinci sebagai berikut :

a. Padukuhan Ngijorejo 2 RW 5 RT b. Padukuhan Kalidadap 2 RW 6 RT c. Padukuhan Jatirejo 2 RW 4 RT d. Padukuhan Gatak 4 RW 9 RT e. Padukuhan Gari 2 RW 6 RT f. Padukuhan Gelung 2 RW 4 RT g. Padukuhan Tegal Rejo 2 RW 4 RT h. Padukuhan Ngelorejo 2 RW 6 RT i. Padukuhan Gondangrejo 2 RW 4 RT 3. Kesehatan

(69)

berada di Desa Gari selalu pro aktif dan peduli terhadap masalah kesehatan warga.

b. Puskesmas yang berada di wilayah Gari, sangat membantu warga karena letaknya sangat strategis dan dapat dijangkau dengan mudah oleh seluruh warga Gari.

4. Kesejahteraan Sosial

a. Pemberdayaan kelembagaan yang ada di Desa Gari. b. Pemanfaatan lahan kosong.

c. Crash program.

d. Menetapkan sapta usaha tani. e. Pelatihan/kursus-kursus pertanian. 5. Ketenagakerjaan

Matapencaharian masyarakta Desa Gari adalah sebagai berikut:

Karyawan : 70 Orang

Pegawai Negeri Sipil : 46 Orang

TNI/POLRI : 12 Orang

Swasta : 56 Orang

Wiraswasta/Pedagang : 64 Orang

Tani : 1474 Orang

Pertukangan : 75 Orang

Buruh Tani : 50 Orang

Pensiunan : 53 Orang

(70)

Pemulung : - Orang

(71)

52 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap masyarakat Desa Gari, maka dapat diketahui karakteristik responden dalam penelitian ini, yaitu : 1. Jumlah Responden

Masyarakat Desa Gari sebanyak 6.216 jiwa. Pengambilan sampel dengan menggunakan Rumus Frank Lynk sehingga jumlah sampel didapatkan sebanyak 96 orang.

2. Usia Responden

Berdasarkan usia, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Klasifikasi Responden Menurut Usia S

u m b e

Sumber : data primer yang diolah

(72)

Tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang terlibat dan berpartisipasi dalam organisasiDesa Gari didominasi berusia sekitar 51 – 60 tahun sebanyak 40,6%.

3. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan jenis pekerjaan, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 5.2 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1

Sumber : data primer yang diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat yang terlibat dan berpartisipasi dalam organisasi Desa Gari didominasi oleh pekerjaan Tani sebanyak 31,3%.

4. Pengetahuan tentang APBDesa

(73)

Tabel 5.3 Klasifikasi Responden Menurut Pengetahuan APBDesa S

u m s

Sumber : data primer yang diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Gari sebanyak 62,5% tidak begitu tahu dan paham tentang APBDesa.

5. Keterlibatan dalam organisasi

Berdasarkan keterlibatan dalam organisasi, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 5.4 Klasifikasi Responden Menurut Keterlibatan dalam Organisasi

Sumber: data primer yang diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang paling banyak terlibat dalam penelitian ini 17% terlibat dalam organisasi PKK.

No. Pengetahuan Jumlah Persentase

1

No. Organisasi Jumlah Persentase

(74)

6. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 5.5 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin

Sumber: data primer yang diolah

B.Pengujian Instrumen Penelitian

1. Validitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap kuesioner yang digunakan dalam penelitian. Karena untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas pengukuran yang baik, sehingga layak digunakan sebagai alat pengambilan data. Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu alat ukur memiliki tingkat keakuratan dan konsistensi dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas dari masing-masing butir pernyataan diketahui dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada pada masing-masing pernyataan dengan skor-skor total. Uji validitas akan dilakukan menggunakan teknik korelasi product moment. Kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan valid jika r-hitung ≥ r -tabel (n = 96, df = n-2, r--tabel = 0,201). Jika nilai r-hitung < r--tabel maka butir instrumen yang dimaksud tidak valid.

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(75)

Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel r-hitung r-tabel Status

(76)

Berdasarkan hasil uji yang disajikan dalam tabel, tampak bahwa seluruh

item pernyataan memiliki koefisien validitas ≥ 0,201. Dengan demikian

ditinjau dari validitas item pernyataan maka seluruh pernyataan yang terdapat dalam kuesioner layak digunakan sebagai alat pengumpul data. 2. Reliabilitas

Pengujian reliabilitasinstrumen menggunakan teknik Cronbach”s alpha. Uji signifikan dilakukan pada taraf signifikan 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliable bila nilai alpha lebih besar dari r table product moment (0,201). Berikut ini hasil analisis data menggunakan teknik Cronbach”s alpha:

Tabel 5.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Cronbach’s

Alpha

N of Items Status

Perencanaan APBDesa 0,788 5 Reliabel

Pemenuhan Kebutuhan Dasar

0,790 5 Reliabel

Penguatan Kelembagaan 0,792 9 Reliabel

Peningkatan Infrastruktur

Sumber : Data primer yang diolah

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa setiap instrumenmemiliki reliabilitas yang memenuhi syarat dan dinyatakan reliabel, karena nilai

(77)

C.Analisis Data

1. Analisis Peranan APBDesa a. Hasil Tanggapan Responden

Setelah mengadakan penelitian dengan kuesioner tertutup, penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan kuesioneryang disebar pada masyarakatDesa Gari. Berikut hasil data dari kuesioner yang dikumpulkan :

(78)

1. Pelaksanaan efisien dimana biaya operasional

(79)
(80)

Gambar

Gambar 4.1 Strukur Organisasi Desa Gari
tabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen tersebut dikatakan valid,
Gambar 4.1  Strukur Organisasi Desa Gari
Tabel 5.1 Klasifikasi Responden Menurut Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 21 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2014 tentang Keuangan Desa, Kepala Desa wajib menyusun Peraturan Desa tentang

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia.. Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168,

Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa, maka beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 14

Pengukuran perkembangan kinerja keuangan pemerintah desa Argodadi tahun anggaran 2010 – 2013 diketahui melalui rasio efisiensi dan rasio efektivitas tahun bersangkutan

Proses perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dimulai dari Sekretaris Desa menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) Garon sesuai