• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Yielding, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Yielding, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Compulsive buying behavior is a consumer behavior that buying products continuously caused by a condition that was unpleasant and compulsive buying behavior has a negative effects to its insured. There are some factors that could affect everyone to be come a compulsive buying, one of them is the family factor. Due to those thing, This to research is trying to identify variables that affect compulsive buying behavior. The variables that used is, family communication path (concept and social oriented), parental yielding, and parental buying behavior. The respondents in this research are college students of Maranatha Christian University. Multiple-regression model is used in this research. Results of this research show that family communication path (concept and social oriented), and parental yielding didn’t affect to compulsive buying behavior, meanwhile the parental buying behavior positively affect to compulsive buying behavior.

(2)

ABSTRAK

Perilaku pembelian yang kompulsif merupakan perilaku konsumen yang membeli barang secara terus-menerus diakibatkan dari adanya suatu kondisi yang tidak menyenangkan dan perilaku pembelian yang kompulsif memiliki dampak yang negatif bagi para penderitanya. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi setiap orang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif, salah satunya yaitu faktor keluarga. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi variabel yang memperngaruhi pembelian yang kompulsif. Adapun variabel yang digunakan meliputi pola komunikasi keluarga (orientasi konsep dan sosial), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Maranatha. model regresi berganda digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan pola komunikasi keluarga berorientasi konsep dan sosial serta parental yielding tidak berpengaruh pada perilaku pembelian yang kompulsif, sementara perilaku pembelian orangtua memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku pembelian yang kompulsif.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

(4)

2.3.1 Pola Komunikasi Keluarga ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Desain Penelitian ... 19

3.2 Populasi dan Sampel ... 20

3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 20

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.8 Uji Pengaruh Variabel “X” pada Variabel “Y” ... 35

(5)

4.2 Hasil pengujian Regresi ... 39

4.3 Pengujian Hipotesis ... 40

4.3.1 Pengujian Hipotesis Pola Komunikasi Keluarga (Orientasi Konsep) ... 41

4.3.2 Pengujian Hipotesis Pola Komunikasi Keluarga (Orientasi Sosial) ... 42

4.3.3 Pengujian HipotesisParental Yielding ... 43

4.3.4 Pengujian Hipotesis Perilaku Pembelian Orangtua ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Pola Komunikasi Keluarga ... 47

5.3 Parental Yielding ... 48

5.4 Perilaku Pembelian Orangtua ... 48

5.5 Implikasi Penelitian ... 49

5.5.1 Bagi Akademisi ... 49

5.5.2 Bagi Pemasar ... 50

5.5.3 Bagi Konsumen ... 51

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 53

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

BAB II Gambar 2.1 Model Penelitian Pola Komunikasi

Keluarga (Orientasi Konsep dan Sosial),

Parental Yielding, dan Perilaku Pembelian

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

BAB III Tabel 3.1 Skala Compulsive Buying (Skala Modifikasi) ... 25

Tabel 3.2 KMO and Bartlett’s Test Awal ... 26

Tabel 3.3 Anti-image Matrices Awal ... 27

Tabel 3.4 Rotated Component Matrixa Awal ... 28

Tabel 3.5 KMO and Bartlett’s Test Akhir ... 30

Tabel 3.6 Anti-image Matrices Akhir ... 31

Tabel 3.7 Rotated Component Matrixa Akhir ... 32

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 34

BAB IV Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku Per Bulan ... 38

Tabel 4.4 Model Summary ... 39

Tabel 4.5 ANOVAb………39

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 2 KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAMPIRAN 3 UJI VALIDITAS & RELIABILITAS

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbelanja merupakan suatu aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang

karena mengingat adanya suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, di samping

itu terdapat suatu perilaku konsumen yang selalu melakukan pembelian secara

berulang-ulang akan suatu produk yang sebenarnya tidak mereka perlukan, hal ini

dikarenakan konsumen tersebut merasa bahwa dengan berbelanja mereka dapat

melupakan semua peristiwa yang tidak menyenangkan, perilaku inilah yang disebut

sebagai perilaku pembelian yang kompulsif (compulsive buying). Menurut hasil studi di Amerika, perilaku pembelian kompulsif (compulsive buying) pertama kali ditemukan tahun 1915, yang sampai saat ini perilaku pembelian yang kompulsif terus

berkembang dalam masyarakat. Perilaku pembelian kompulsif merupakan perilaku

yang dilakukan secara berulang-ulang sebagai suatu akibat dari peristiwa yang tidak

menyenangkan (Faber dan O’Guinn 1989). Perilaku pembelian yang kompulsif

memberikan dampak negatif bagi para penderitanya, meskipun adanya dampak

positif dari perilaku pembelian yang kompulsif namun hanya bersifat sementara,

karena dampak positif tersebut merupakan suatu kepuasan seseorang yang bukan

(10)

suatu pembelian yang dilakukan. Dampak negatif dari perilaku pembelian yang

kompulsif antara lain kebangkrutan, hutang yang menumpuk, dan keretakan rumah

tangga (Gwin et al., 2005; Benson, 2000; Dittmar, 2004 dalam Dittmar 2005).

O’Guinn dan Faber (1989) mengungkapkan bahwa yang menjadi motivasi utama

terjadinya pembelian kompulsif adalah pencarian terhadap manfaat psikologis dari

proses pembelian tersebut, bukan pada produk yang dibeli.

Perilaku pembelian yang kompulsif cenderung dimotivasi dari adanya

dorongan hati yang begitu kuat untuk selalu melakukan pembelian dari dalam diri

seseorang (misalnya kegelisahan), dan dengan berbelanja atau

menghambur-hamburkan uang merupakan “pelarian” yang dianggap mampu membuat seseorang

keluar dari masalahnya.

Faktor keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan

perilaku pembelian yang kompulsif, yaitu dengan pola komunikasi keluarga

(berorientasi konsep dan sosial), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua dapat memengaruhi timbulnya perilaku pembelian yang kompulsif. Sejumlah

penelitian dilakukan di Amerika Serikat dengan didasarkan pada asumsi bahwa

metode ataupun pendekatan orangtua dalam membesarkan anak dapat membentuk

sikap dan perilaku yang kompulsif (Rindlefleich et al., 1997; Roberts et al., 2003).

Pertama, Pola komunikasi keluarga berorientasi konsep di mana orangtua tipe ini

sangat menghargai pendapat anak-anak mereka dan mendorong anak-anak mereka

untuk memperhatikan berbagai alternatif yang ada sebelum membuat suatu

(11)

mendorong anak untuk dapat menghargai pendapat orang lain sehingga kepuasan dari

pembelian yang dilakukan oleh anak didasarkan pada persepsi orang lain. Kedua,

parental yielding, orangtua tipe ini memberikan kebebasan pada anaknya dan selalu memberikan apapun yang menjadi permintaan anak untuk mengganti waktu yang

hilang bersama anak karena kesibukannya, atau mengganti rasa ketidaknyamanan,

rasa diabaikan pada anak akibat adanya kekacauan dalam keluarga. Ketiga, perilaku

pembelian orangtua, orangtua tipe ini seringkali menggunakan uang atau hadiah

lainnya sebagai indikasi penghargaan akan sesuatu sebagai ganti rasa sayang dari

orangtua pada anak.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu faktor yang memengaruhi timbulnya

perilaku pembelian yang kompulsif (compulsive buying) dalam diri seseorang adalah faktor dari keluarga. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Faktor Keluarga

pada Perilaku Pembelian Yang Kompulsif.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut: “Apakah pola komunikasi keluarga (berorientasi konsep dan

(12)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh pola komunikasi keluarga (berorientasi konsep dan sosial),

parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua berpengaruh pada perilaku pembelian yang kompulsif.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat khususnya bagi

penulis sendiri, dan untuk umum, yaitu:

1. Memberikan kontribusi yang positif dengan memberikan informasi berupa

bukti empiris bagi kalangan akademisi maupun praktisi mengenai

pengaruh pola komunikasi keluarga, parental yielding, dan perilaku pembelian orang tua pada perilaku pembelian yang kompulsif.

2. Memberikan perhatian bagi perusahaan bahwa dengan adanya perilaku

pembelian yang kompulsif (compulsive buying) untuk tidak memanfaatkan kondisi tersebut dan tetap memperhatikan etika dalam

(13)

1.5. Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengaruh pola komunikasi keluarga (berorientasi

konsep dan sosial),parental yielding,dan perilaku pembelian orang tua pada perilaku pembelian yang kompulsif.

Sebagai responden penelitian ini adalah mahasiswa S1 Universitas Kristen

Maranatha Bandung dikarenakan adanya akses untuk mendapatkan informasi dari

(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peran keluarga

pada perilaku pembelian yang kompulsif dengan cara menguji pola komunikasi

keluarga (orientasi konsep dan sosial), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua pada perilaku pembelian yang kompulsif. Perilaku kompulsif menjadi topik

bahasan yang menarik baik saat ini maupun beberapa tahun yang lalu. perilaku yang

kompulsif ataushopaholic telah direalisasikan ke dalam bentuk film maupun majalah yang membahas bagaimana perilaku wanita dan pria dalam berbelanja.

Kita sadari bahwa kita berada di dalam lingkungan masyarakat yang hidup

berdasarkan kekayaan mereka, masyarakat yang suka membelanjakan uang mereka

untuk menunjukkan seberapa kekayaan yang mereka miliki atau untuk meningkatkan

rasa percaya diri mereka, kegiatan berbelanja mereka memang biasa mereka lakukan

untuk membuang stress mereka sehingga pada akhirnya mereka melampiaskan rasa

ketidakpuasan atau ketidaksenangan mereka atas suatu kondisi tertentu dengan pergi

berbelanja. Bagaimana dengan masyarakat yang tidak memiliki uang yang cukup

untuk memenuhi kebutuhannya? Terkadang mereka memaksakan diri menghutang

(15)

sendiri dan menganggapnya sebagai hobi. Mereka tidak akan berhenti berbelanja

manganggap bahwa dengan berbelanja mereka menemukan kenikmatan untuk diri

mereka sendiri.

Berdasarkan pada hasil analisis yang diperoleh bahwa peran keluarga dalam

membentuk perilaku pembelian yang kompulsif tidaklah secara signifikan didukung.

Hal ini didasarkan pada nilai R Square (R²) yang kecil. Akan tetapi, hasil penelitian ini mendukung temuan pada penelitian Gwin et al. (2004). Gwin et al (2004)

menemukan bahwa keluarga memegang peranan penting, dalam hal ini orangtua

dalam pembentukkan karakter anak. Adanya ketidakpastian dan masalah dalam

keluarga dapat memepengaruhi perkembangan anak, yang nantinya dapat merakibat

anak memiliki sifat yang negatif. Penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa

lingkungan keluarga dimana seseorang dibesarkan dapat mengarah pada perilaku

pembelian yang kompulsif sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kepuasan

(Gwin et al., 2004).

5.2. Pola komunikasi Keluarga

Pengujian terhadap pola komunikasi keluarga berorientasi pada konsep

konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Gwin et al. (2004), yang menyatakan

bahwa pola komunikasi keluarga berorientasi konsep tidak secara signifikan

berpengaruh pada perilaku pembelian yang kompulsif atau memiliki arah pengaruh

(16)

kemungkinan terjadinya perilaku pembelian yang kompulsif pada anak. Pola

komunikasi berorientasi sosial ditemukan memiliki pengaruh yang negatif yang

mengarah pada perilaku pembelian yang kompulsif terhadap anak. Hasil ini tidak

sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Swin et al. (2004) bahwa

pola komunikasi berorientasi sosial memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian

yang kompulsif.

5.3. Parental Yielding

Parental yielding di dalam penelitian ini menunjukkan tidak memiliki pengaruh yang positif pada perilaku pembelian yang kompulsif.

5.4. Perilaku Pembelian Orangtua

Perilaku pembelian orangtua (parental buying behavior) memiliki pengaruh positif pada perilaku pembelian yang kompulsif. Gwin et al. (2004) menyatakan

bahwa para pembelian yang dilakukan orangtua mereka sebagai faktor yang

signifikan dalam pembentukan perilaku pembelian yang kompulsif dalam diri

mereka. Elliot (1994), seperti dikutip dalam Gwin et al. (2004), menyatakan bahwa

perilaku adiktif merupakan perilaku yang dihasilkan dari adanya adaptasi dan

(17)

5.6. Implikasi Penelitian

Penderita gangguan obsesif kompulsif dapat ditandai dengan kebiasaan

melakukan sesuatu secara berulang. Pikiran yang berulang akan sulit ditepis, inilah

yang disebut obsesi. Bila pikiran yang berulang diwujudkan dalam bentuk tindakan

yang sebenarnya tidak perlu, inilah yang disebut dengan kompulsif

(www.kompas.com). Pada perusahaan, perilaku pembelian yang kompulsif

merupakan tema penelitian yang penting untuk mendalami perilaku pembelian

konsumen. Penelitian ini memberikan implikasi bagi akademisi dan praktisi.

5.6.1. Bagi Akademisi

Penelitian ini menyajikan fakta bahwa perilaku pembelian yang

kompulsif merupakan masalah yang tidak terjadi hanya di negara maju saja

namun terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini

memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh keluarga pada

compulsive buying serta memberikan pemahaman bagi akademisi mengenai perilaku pembelian yang kompulsif.

Konsumen yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif dapat

mencari informasi mengenai perilaku pembelian yang kompulsif dengan

menggunakan salah satu media penyedia informasi, yaitu melalui internet.

Konsumen dapat menemukan suatu solusi atau cara untuk mengatasi perilaku

(18)

konsumen untuk mengubah penyakit kecanduan belanja yang disebabkan pola

berbelanja yang menyimpang dengan cara medis dan melalui terapi oleh para

profesional.

5.6.2. Bagi Pemasar

Bagi pemasar, hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi yang

ada terkait dengan perilaku pembelian yang kompulsif. Penelitian ini dapat

membantu pemasar untuk memasarkan produknya secara spesifik pada

konsumen yang memiliki perilaku kompulsif. Produk-produk fashion dapat menjadi andalan bagi para pemasar untuk menarik konsumen yang kompulsif,

namun perlu diperhatikan perilaku ini bukanlah perilaku yang positif sehingga

pemasar perlu memperhatikan kondisi psikologis dari para konsumen dalam

memasarkan produknya.

Begitu banyaknya tekanan yang dialami setiap orang baik di

karenakan tekanan dalam pekerjaan, masalah dalam keluarga, banyaknya

persaingan kerja menimbulkan rasa kekhawatiran yang mengakibatkan bahwa

dengan berbelanja dipandang konsumen sebagai cara yang ampuh dalam

merefleksikan diri, dan biasanya diwujudkan denga malalui aktivitas

berbelanja secara berlebihan.

Menurut Dittmar (2005), kasus perilaku pembelian yang kompulsif

banyak ditemukan pada produk-produk fashion. Menurut Gwin et al. (2004) menyatakan bahwa dari sisi sosiologikal, perilaku pembelian yang kompulsif

(19)

mengakibatkan konsumen terus-menerus malakukan pembelian secara

kompulsif (Dittmar, 2005). Pemasar diharapkan tidak hanya memasarkan

produk berdasarkan nilai ekstrinsik saja seperti nilai-nilai seperti

materialisme, gengsi, kekayaan dan sebagainya, namun pemasar diharapkan

memasarkan produk yang memiliki nilai intrinsik, yang menawarkan

nilai-nilai yang berguna bagi konsumen.

5.6.3. Bagi Konsumen

Bagi konsumen, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

mengenai perilaku pembelian yang kompulsif. Konsumen diharapkan dapat

lebih bijaksana dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi, dengan

labih memperhatikan pada fungsi produk tersebut, dan diharapkan konsumen

dapat lebih berhati-hati dengan penawaran-penawaran promosi yang

cenderung lebih menawarkan nilai-nilai materialisme.

Berbelanja merupakan aktivitas yang wajar untuk dilakukan jika

memang konsumen sudah menganggarkan dana untuk hal tersebut, jika hobi

berbelanja, ini merupakan hal yang dapat menimbulkan masalah jika

dilakukan secara tidak terkendali. Biasanya orang yang berperilaku kompulsif

atai shopaholic akan merasakan kenikamatan dalam berbelanja, mereka akan berbelanja secara gila-gilaan tanpa memperhatikan fungsi dari produk yang

mereka beli, terutama pada saat ia sedang tertekan secara emosional.

(20)

anak yang memiliki perilaku pembelian kompulsif akan menyembunyikan

barang yang mereka beli dari keluarganya dengan alasan takut dimarahi

orangtuanya karena terlalu sering berbelanja, dan berbohong mengenai berapa

uang yang telah mereka habiskan untuk berbelanja.

Bila penyimpangan ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan

depresi gangguan psikis lainnya. Dengan kesabaran serta bantuan dari

orang-orang terdekat dan pihak profesional, seorang-orangcompulsive buyer dapat kembali mengendalikan hidupnya setelah diketahui penyebab kebiasaan belanja yang

sulit diatasi ini. Dalam hal ini, peneliti memberikan sejumlah masukan yang

dapat diterapkan oleh paracompulsive buyer sebagai upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembelian yang kompulsif, yakni:

1. Membuat daftar belanja sebelum pergi ke pusat-pusat perbelanjaan.

Belilah barang-barang yang sudah tertera dalam daftar belanja

tersebut.

2. Menghindari rekreasi belanja. Hampir semua mal menyediakan

arena bermain, toko-toko fashion, tempat makan dan supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Ada hal yang tidak terduga

yang dapat terjadi jika konsumen berrekreasi sambil belanja bersama

keluarga, misalnya anak menangis ingin mainan. Dengan demikian,

daftar belanja yang telah dibuat sebelumnya mungkin tidak akan

dipatuhi, misalnya membeli barang yang tidak tercantum dalam daftar

(21)

3. Membedakan kebutuhan dan keinginan. Konsumen harus mulai

belajar membedakan kebutuhan untuk berpakaian dan keinginan untuk

memakai pakaian model terbaru dari perancang terkenal.

4. Mengontrol diri dalam berbelanja, sebaiknya jangan pergi

berbelanja sendirian tapi disertai teman atau orang terdekat untuk

mengontrol berbelanja secara berlebihan.

5.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian, antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan responden yangmerupakan mahasiswa

S1 Universitas Kristen Maranatha.

2. Penelitian ini tidak memperhitungkan penjelasan tentang tidak

signifikannya pengaruh keluarga pada compulsive buying. Didasarkan pada asumsi dari peneliti bahwa sebagian besar responden tidak tinggal bersama

keluarga, sehingga asumsi tersebut merupakan keterbatasan dalam penelitian.

5.6. Saran

Saran untuk penelitian mendatang:

1. Sebaiknya responden lebih bervariasi sehingga variabel penelitian dapat

dijelaskan lebih baik lagi.

(22)

bersama orangtua atau tidak, karena faktor yang mempengaruhi adalah

(23)
(24)

DAFTAR PUSTAKA

Black, D.W.; S Repertinger; G.R. Gaffney; and J. Gabel (1998), “Family History and Psychiatric Comorbidity in Person With Compulsive Buying, “ American Journal of Psychiatry, 155, 960-963.

Caruanan, Albert and Rosella Vassallo (2003), “Children’s perception of their influences over purchases: the role of parental communication patterns,” Journal of Consumer Marketing, vol.20, No.1, 55-66.

Delaney R., Kristen (2005), “effects of Parental Styles on Peer Socialization in College Students,” Initial Forays into Psychological Science John Brown University, Vol.1, 9-13.

Dittmar, Helga (2005), “Compulsive Buying— A Growing Concern? An Examination of Gender, Age, and Endorsement Of Materialistic Values As Predictors, “British Journal of Psyhology, 96, 467-491.

Dotson, Michael F. and Eva M. Hyatt (2005), “Major Influences Factors in Children Consumer Socialization,” Journal of Comsumer Marketing, Vol.22, No.1, 35-42.

D’ Astous, Alain (1990), “An Inquiry Into The Compulsive Side of ‘Normal’ Consumers.”Journal of Consumer Policy, 13, 15-31.

Elliot, R. (1994), “Compulsive Consumption: Function and Fragmentation in Postmodernity,”Journal of Consumer Policy, 17, 159-179.

Kotler, Philip (2000),Marketing Management, the millennium edition, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1989), “Compulsive Buying: A Phenomenological Exploration,” journal of Consumer Research, 16 (September), 147-157.

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1992), “A Clinical Screener for Compulsive Buying, “Journal of Consumer Research, December, 459-469. Gwin, Carol F.; James A. Roberts; and Carlos R. Martinez (2004), “Does Family

(25)

Gwin, Carol F.; James A. Roberts; and Carlos R. Martinez (2005), “Nature Vs Nurture: The Role Of Family In Compulsive Buying, “Marketing Management Journal, Spring, 95-107.

Moschis, George P (1985), “The Role of Family Communication in Consumer Socialization of Children and Adolescents,” Journal of Consumer Research, Vol.11 (March), 898-913.

Mutia, Winza R (2008), “ Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Buying, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif.” Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Rindfleisch, Aric; James E. Burroughs; and Frank Denton (1997), “Family Structure, Materialism, and Compulsive Consumption, “Journal of Consumer Research, 23 (March), 312-325.

Roberts, James A. (1998), “Compulsive Buying Among College Students: An Investigation of Its Antecedents, Consequences, and Implications For Public Policy,”The Journal of Consumer Affairs, 32:2, 295-319.

Roberts, James A. and Chris manolis (2000), “Baby Boomers and Busters:an Exploratory Investigation of Attitudes Toward Marketing, Advertising and Consumerism,”Journal of Consumer Marketing, vol.17, No.6, 481-499. Schehorn, G; L.A, Reisch; and L.A. Raab (1990), “Addictive Buying in West

Germany: An Empirical Study,”Journal of Consumer Policy, 13, 355-387. Sekaran, Uma (2000), Research Methods For Business, 3rd ed, New York: John

Wiley & Sons. Inc.

Solomon, M.R. (2002),Consumer Behavior, Eaglewood Cliffs, NJ., Prentice-hall.

www.kompas.com

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan Kualifikasi Seleksi Umum Penyedia Jasa Konsultansi, Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM Tahun Anggaran 2012 untuk pekerjaan ” Kajian

Hasil analisis BNT 0,05 menunjukkan, bahwa galur asal Bogor menghasilkan jumlah polong, bobot basah dan bobot kering polong serta bobot kering 100 biji lebih tinggi

Perlu diketahui bahwa ada waktu yang lebih panjang bagi calon perseorangan tersebut untuk proses pendaftaran yang kira- kira 1 (satu) bulan sesuai dengan Peraturan Komisi

Dari penjelasan tersebut di sini penulis menjelaskan variabel masa lalu yaitu penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan variabel masa lalu dan masa sekarang termasuk

Untuk dapat mengetahui setiap kelas mempunyai data yang berdistribusi normal atau tidak, oleh sebab itu perlu dilakukan suatu uji yaitu uji normalitas. Apabila

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu membandingkan hasil penggalian kaidah asosiasi multi obyektif, dengan menggunakan sampel yang dilakukan proses

Dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas mendasari penulis untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Minat Beli Mobil Tipe Sedan

Rancang bangun aplikasi pelaporan perkembangan ternak sapi paguyuban “Tani Makmur” berbasis web membahas mengenai pengelolaan informasi peternakan yang meliputi anggota,