• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebisingan

1. Pengertian Kebisingan

Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau median lain. Apabila orang mendengar bunyi suatu benda ada tiga hal yang dapat diperhatikan kerasnya, tingginya, dan macamnya. Keras ditentukan oleh lebar getaran yang memukul telinga. Macamnya ditentukan oleh sumber getar2).

Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik, ada pula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran10).

2. Sumber Kebisingan a. Alat transportasi

1) Transportasi darat

Gangguan kebisingan yang biasa dari kendaraan di jalan ada kecenderungan meningkat, dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan dan panjang jalan.

2) Transportasi udara

Kebisingan dari pesawat terbang pada umumnya bervariasi dan sifatnya terputus-putus. Lain halnya yang berasal dari kendaraan darat yang biasanya terus menerus, puncak kebisingan biasanya terjadi apabila pesawat landing dan take off dari bandara udara.

b. Kebisingan yang ditimbulkan dari mesin-mesin dalam industri dan proses-proses yang ada di dalamnya4).

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan

(2)

Menulikan 100-120 Halilintar Meriam

Mesin Uap

Sangat hiruk 80-100 Jalan hiruk – pikuk Perusahaan sangat gaduh Pluit polisi

Kuat 60-80 Kantor gaduh

Jalan pada umumnya Radio

Sedang 40-60 Rumah gaduh

Kantor pada umumnya Percakapan kuat Radio perlahan

Tenang 20-40 Rumah tenang

Kantor perorangan Auditorium

Percakapan Sangat Tenang 0-20 Suara daun-daun

Berbisik

Batas dengan terendah Sumber : Soekidjo Notoatmodjo. 200314).

3. Jenis Kebisingan

a. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide

band noise).adalah kebisingan yang fluktuatif dari intensitas tidak lebih dari 6

dB dan dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara. Misalnya : mesin-mesin, kipas angin

b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state,

narrow band noise).

Misalnya : gergaji sirkuler, katup gas

c. Kebisingan terputus-putus (inter mittent) adalah kebisingan yang terjadi secara terputus putus atau tidak stabil

Misalnya : lalu lintas, suara kapal terbang

d. Kebisingan implusif (impact or impulsive noise) adalah kebisigan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 35 milidetik dan waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan intensitas sampai 20 dB tidak lebih dari 550 milidetik.

(3)

e. Kebisingan impulsif berulang adalah kebisingan yang terjadi berulang-ulang dengan intensitas yang relatif rendah.

Misalnya : mesin tempa di perusahaan3) 4. Efek Kebisingan

a. Gangguan-gangguan

Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba dan tak terduga, pengaruhnya sangat terasa apabila sumber kebisingan tersebut tidak diketahui4).

1) Gangguan pendengaran

Suara yang mendadak dan keras akan memekakkan telinga, suara yang monoton akan merangsang otot telinga untuk bekerja terus menerus sehingga akan menebal dan mengurangi sensitivitas atau kepekaan pendengaran terutama bagi pekerja pabrik, lalu lintas dan lain-lain.

2) Gangguan terhadap jantung dan tekanan darah

Suara yang mendadak dan keras akan menimbulkan rasa terkejut dengan denyut jantung menjadi cepat dan teratur, muka menjadi pucat, otot-otot menjadi tegang, hilang kontrol diri dan lain-lain.

3) Gangguan terhadap urat syaraf

Menimbulkan ketegangan terus – menerus, membebani kerja syaraf sehingga akan menimbulkan kelelahan syaraf, kurang tidur akhirnya menjadi gangguan jiwa5).

b. Komunikasi terganggu

Sebagai risiko potensial kepada pendengaran terjadi, apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak, gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan13).

c. Efek pada pekerjaan

Kebisingan yang mengganggu perhatian terus menerus dapat membuat kesalahan. Kesalahan dalam pekerjaan akibat terganggunya konsentrasi. Bagi

(4)

orang-orang yang sangat peka terhadap kebiasaan terutama pada nada tinggi dapat menyebabkan masalah psikologis, mungkin pada kebisingan akibatnya peningkatan kelelahan1).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tuli Akibat Bising a. Intensitas bising

Nada 1000 Hz dengan intensitas 85 dB, jika diperdengarkan selama 4 jam, tidak akan membahayakan. Intensitas menentukan derajat kebisingan. b. Frekuensi bising

Bising dengan frekuensi tinggi lebih berbahaya dari pada bising dengan frekuensi rendah.

c. Masa kerja

Semakin lama masa kerja seseorang di dalam lingkungan kebisingan di atas NAB (Bilai Ambang Batas) maka akan semakin berbahaya pula bagi pendengaran.

d. Sifat Bising

Bising yang didengar terus menerus lebih berbahaya dari bising yang terputus-putus.

e. Waktu diluar lingkungan bising

Waktu kerja di lingkungan bising diselingi degan bekerja beberapa jam sehari di lingkungan tenang akan mengurangi bahaya mundurnya pendengaran.

f. Kepekaan seseorang

Kepekaan seseorang mempunya kisaran luas, secara teliti hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan Audiogram secara berulang-ulang.15)

g. Umur

Penurunan pendengaran akibat bertambahnya umur atau proses ketuaan yang dinamakan presbiakusis. Presbiakusis timbulnya sangat individual, sebagian timbul pada usia 40 tahun, maka orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat bising.

(5)

Adanya kerusakan atau kelainan pada telinga memudahkan bising untuk mempengaruhi telinga. Kelainan dapat berupa : Osteosclerosis tulang telinga, ototis media purulenta activa kelainan histologis seperti oedem, degenerasi telinga8).

6. Upaya Mengendalikan Penurunan Ambang Pendengaran

Berdasarkan teknik pelaksanaannya, pengendalian kebisingan dapat dibedakan menjadi 3 cara pengendalian:

a. Pengendalian secara teknis

1) Mengurangi tingkat kebisingan pada sumbernya

a) Dengan pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin dengan teratur. b) Pemilihan dan pemasangan mesin dengan tingkat kebisingan rendah. 2) Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap manusia mengeluarkan

bising.

a) Menutup atau menyekat mesin atau alat mengeluarkan bising.

b) Mengadakan isolasi mesin terhadap lantai sehingga tidak menimbulkan getaran yang merambat, keseluruhan ruangan tersebut. 3) Mengurangi bunyi yang diterima pekerja

Penggunaan alat pelindung telinga untuk menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran.

b. Pengendalian secara administratif

Pengendalian secara administratif merupakan prosedur yang bertujuan untuk mengurangi waktu prosedur yang bertujuan untuk mengurangi waktu paparan pekerja terhadap bising, dengan merotasi dan menyusun jadwal kerja. Berdasarkan perhitungan dosis paparan sesuai Nilai Ambang Batas.

c. Pengendalian dengan alat pelindung diri (APD)

Penggunaan APD adalah upaya terakhir apabila secara teknis dan administratif tidak dapat lagi mengurangi paparan, maka alat pelindung telinga dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan yang digolongkan menurut cara pemakaiannya9).

7. Alat Pelindung Telinga

(6)

a. Sumbat telinga (ear plug)

Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam, karet atau sintetik dan plastik. Menurut cara pemakaiannya dibedakan menjadi sumbat telinga yang hanya menyumbat lubang telinga luar (insert type). Menurut cara penggunaannya dibedakan dispossible ear plug yaitu sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja dan kemudian dibuang. Sumbat telinga11) dari kapas dan malam hanya mempunyai daya lindng 1-12 dB dan non

dispossible ear plug waktu yang digunakan untuk waktu yang lama yang

terbuat dari karet atau plastik yang dicetak mempunyai daya lindung antara 25-30 dB.

1) Keuntungan

Mudah dibawa karena ukurannya kecil, relatif lebih nyaman di tempat yang panas, tidak membatasi gerakan kepala, dipakai efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakauan kaca mata, tutup kepala dan anting-anting. 2) Kerugian

Sulit untuk memonitor tenaga kerja karena pemakaiannya sukar dilhat oleh petugas, hanya dapat dipakai oleh saluran telinga yang sehat, bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor maka saluran telinga akan terkena infeksi karena iritas

b. Tutup Telinga (ear muff)

Tutup telinga terdiri dari 2 buah tudung, untuk telinga dapat berisi cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara11).

1) Keuntungan

Atenvasi suara oleh tutup telinganya umumnya lebih besar daripada sumbat telinga, satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga berbeda, mudah dimonitor pemakainnya oleh petugas.

(7)

Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas, efektifitas dan kenyamanannya dipengaruhi oleh pemakaian kaca mata, dapat membatasi gerakan pada ruang kerja yang agak sempit, harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga.

8. Pengukuran Intensitas Kebisingan

Pengukuran intensitas kebisingan ditujukan untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu saat dengar standar yang telah ditetapkan serta merupakan langkah awal untuk pengendalian. Alat yang dipergunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah sound level mater. Maksud pengukuran adalah : untuk memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja dan untuk mengurangi tingkat kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan9). Pemilihan alat-alat khusus ditentukan oleh tipe dan kebisingan hanyalah untuk mengendalikan kegaduhan, seperti isolasi mesin atau pemilihan alat proteksi telinga, pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana diperlukan dalam rangka lokalisasi sumber-sumber kebisingan secara tepat dari suatu perencanaan dan kontraksi suatu bentuk dengan kebisingan yang kurang10).

9. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Nilai Ambang Batas kebisingan adalah standar faktor tempat kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebih 9 jam atau 40 jam.

Adapun data intensitas dan jam kerja sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/Men/1999 tanggal 16 April 1999 tentang Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalah sebesar 85 dB (A).

Tabel 2.2 Intensitas dan jam kerja yang diperkenankan Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam dB (A)

8 jam 4 jam 2 jam 1 jam 30 menit 15 menit 7,5 menit 3,75 menit 1,88 menit 0,94 menit 85 88 91 94 97 100 105 106 109 112

(8)

28,12 detik 14,06 detik 7,03 detik 3,52 detik 1,76 detik 0,88 detik 0,44 detik 0,22 detik 0,11 detik 115 118 121 124 127 130 133 136 139 Sumber : Kep. Menaker No. Kerp. 51/Men/1999

B. Pendengaran Manusia

1. Nilai Ambang Pendengaran

Lingkungan kerja yang mempunyai kebisingan di atas NAB akan mengakibatkan kenaikan ambang pendengaran pada tenaga kerja dan hal ini lebih dikenal dengan ketulian. Ketulian dikategorikan menjadi tiga:

a. Trauma Akustik yaitu gangguan pendengaran yang disebabkan oleh adanya pemaparan tunggal oleh intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara mendadak.

b. Kenaikan Ambang Pendengaran sementara, terjadinya pada saat seorang tenaga kerja masuk ke dalam ruang kerja yang bising setelah beberapa kali masuk ruangan. Bila selesai kerja dan keluar dari ruang bising maka sedikit demi sedikit ambang pendengaran akan pulih kembali. Waktu yang dibutuhkan sampai dengan pulihnya ambang pendengaran seperti sediakala 3-7 x 24 jam.

c. Ketulian menetap yaitu ketulian yang sifatnya permanen, hal ini terjadi karena tenaga kerja yang mengalami ketulian sementara dan kembali terpapar bising sebelum pemulihan terjadi secara sempurna. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Maka dapat menyebabkan ketulian permanen.

Berkurangnya daya pendengaran pada tenaga kerja yang mengenai satu atau kedua telinga akibat bising dapat diketahui dengan melalui hasil pemeriksaan

(9)

Audiometri. Berdasarkan derajat NIHL (Noise Induced hearing Loss) dibagi menjadi :

a. Telinga normal, Nilai Ambang Pendengaran 0 - 25 dB b. Tuli ringan, Nilai Ambang Pendengaran 26 – 40 dB c. Tuli sedang, Nilai Ambang Pendengaran 41 – 55 dB d. Tuli berat, Nilai Ambang Pendengaran 56 – 70 dB e. Tuli sangat berat, Nilai Ambang Pendengaran 71 – 90 dB f. Tuli total, Nilai Ambang Pendengaran 91 dB6)

2. Mekanisme Mendengar Bunyi

Suara yang ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal oleh gelombang suara yang kecepatannya dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membrana tymphani bergetar. Getaran-getran tersebut selanjutnya diteruskan menuju incus dan stopes, melalui malleus yang terkait pada membrana itu.

Karena getaran-getaran yang timbul pada setiap tulang, maka tulang-tulang itu memperbesar getaran yang kemudian disalurkan melalui Fanestra Vertibular menuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrana menuju endo

limfe dalam saluran cochlea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir syaraf

dalam organ corti untuk itu kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus

auditorius.12)

(10)

3. Faktor Usia terhadap Fungsi Pendengaran

Penurunan pendengaran akibat bertambahnya umur atau proses ketuaan yang dinamakan prebiakusis. Pada usia 40 tahun yang disebut prebiakusis prokoks, tetapi ada juga usia lanjut yang mempunyai pendengaran yang masih baik, frekuensi terbanyak orang yang mengalami penurunan pendengaran pada usia 60 tahun sampai dengan 65 tahun12).

Proses bertambahnya usia seseorang membawa pengaruh pada macam-macam organ, bermacam-macam-macam-macam kemunduran tampak pada orang yang menjadi tua seperti menurunnya daya lentur kulit, kemunduran alat penglihatan serta penurunan daya pendengaran, gejala ini makin banyak ditemukan karena kemajuan ilmu bidang kedokteran7).

4. Faktor Masa Kerja terhadap Fungsi Pendengaran

Semakin lama masa kerja seseorang pekerja kemungkinan semakin mudah menerapkan atau mempraktekkan tugas-tugasnya karena pekerja tersebut sudah mempunyai pengalaman yang lama di bidangnya tersebut. Tetapi ada juga

(11)

pengaruh negatif pada pekerja dengan kebisingan di atas NAB (Nilai Ambang Batas) bila semakin lama berada dalam lingkungan bising maka semakin berbahaya untuk pendengaran12).

C. Kerangka Teori

Sumber Kebisingan di atas NAB - Frekuensi bising - Jenis kebisingan - Intensitas bising - Sifat bising Faktor Internal - umur - masa Kerja - riwayat penyakit Nilai Ambang Pendengaran Faktor Eksternal - alat pelindung telinga - riwayat pekerjaan - lama paparan - kepekaan Sumber : 4, 9, 8 D. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Variabel Terikat

Masa Kerja Nilai ambang

pendengaran Intensitas Kebisingan Variabel Penganggu - Status kesehatan* - Riwayat pekerjaan* - Riwayat penyakit* - Alat pelindung diri* - Lama paparan* - Kepekaan* *) Tidak dianalisis

E. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur responden dengan nilai ambang pendengaran. 2. Ada hubungan antara masa kerja responden dengan nilai ambang pendengaran. 3. Ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan nilai ambang pendengaran.

(12)

Gambar

Tabel 2.2 Intensitas dan jam kerja yang diperkenankan  Waktu pemaparan per hari   Intensitas kebisingan dalam dB (A)

Referensi

Dokumen terkait