For oral presentation
Name : dr. IB Alit, SpF, DFM
Address : Bagian/SMF/Instalasi Kedokteran Forensik FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar-Bali
Phone Number: 081916613459
E-mail : [email protected]
Gambaran Pemeriksaan Postmortem, Laboratorium dan Histopatologi pada Keracunan Metanol Akut
Oleh
Dr Ida Bagus putu alit, SpF,DFM
Abstrak
Metanol adalah substansi dengan produk metabolisme yang sangat toksik.
Keracunan metanol biasanya terjadi akibat tertelannya produk-produk yang mengandung metanol atau sengaja diminum sebagai pengganti alkohol. Selama periode Mei sampai Juni 2009, di Bali terdapat kejadian luar biasa keracunan metanol akut.
Dari 40 orang yang mengalami gejala keracunan akut metanol pada KLB tersebut, 28 orang diantaranya meninggal, 6 diantaranya dilakukan otopsi dan pemeriksaan toksikologi, dan hanya 4 kasus yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pada semua kasus didapatkan pelebaran kapiler sistemik. Pada satu kasus ditemukan perdarahan pada putamen dan pons, satu kasus menunjukkan tubuloreksis dan claudy swelling pada loop of Henle. Pada satu kasus lainnya ditemukan pula penyempitan kritis pembuluh darah koroner oleh plak aterosklerosis. Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan metanol dan alkohol dengan kadar bervariasi pada darah dan urine korban.
Temuan patologis yang dapat ditemukan pada keracunan metanol, diantaranya nekrosis dan perdarahan pada putamen, shrinkage dan degenerasi neuron cortex cerebri, perdarahan dan spongines chisama opticum, degenerasi berat dan patchy necrosis pada tubulus ginjal, dan perlemakan hati.
Berdasarkan pemeriksaan otopsi, toksikologi dan histopatologi disimpulkan bahwa kematian tiga korban disebabkan keracunan metanol dan satu korban lainnya karena atherosklerosis cabang-cabang arteri koronaria dan adanya metanol dalam darah mempercapat kematian korban.
Kata kunci: Metanol, keracunan, histopatologi.
Postmortem, Laboratory and Histopathologic Findings In Acute Methanol Intoxication
by
dr Ida bagus putu Alit,SpF Abstract
Methanol has toxic metabolism product. Methanol acute intoxication appears after accidental or suicidal oral ingestion of industrial solvents liquids or occasionally is due to fraudulent adulteration of alcoholic beverages. In May until June 2009, there were di Bali terdapat kejadian luar biasa acute methanol intoxication.
From 40 patients who showed acute methanol intoxication symptom, 28 of them were died. Autopsy and toxicology investigation was performed for 6 victims, and only 4 of them were sent to pathology department for histopathology examination. We found systemic capillary dilation in all cases. In one case there were hemorrhage in putamen and pons, one case showed tubuloreksis and cloudy swelling of the loop of Henle, and one case also showed coroner critical stenosis caused by atherosclerosis plaque. In toxicology investigation, we found methanol and alcohol in variable concentration in their blood and urine.
The pathological findings that may be seen in methanol intoxication are necrosis and hemorrhage in putamen, shrinkage and neuron degeneration in cerebral cortex, hemorrhage and sponginess of chiasma opticum, severe degeneration and patchy necrosis at renal tubule and fatty liver.
Based on autopsy, toxicology investigation and histopatological findings we conclude that 3 of the victims dead are caused by methanol intoxication and the dead of the last victim caused by coroner atherosclerosis and methanol induced the dead process rapidly.
Key words: Methanol, intoxication, histopathology.
Pendahuluan
Metanol adalah substansi dengan produk metabolisme yang sangat toksik.
Keracunan metanol akut akan menghasilkan asidosis metabolik yang berat dan masalah
neurologis yang serius termasuk gangguan visual yang berat, gangguan ekstrapirmaidal dan koma. Metanol umumnya digunakan sebagai bahan penambah bensin, bahan pemanas ruangan, pada larutan fotokopi, serta sebagian makanan yang memanfaatkan bakteri untuk menghasilkan protein.
1,2Metanol dapat diabsorbsi ke dalam kulit, saluran pernafasan atau pencernaan, dan didistribusikan ke dalam cairan tubuh. Metabolisme utama metanol di dalam tubuh manusia adalah melalui oksidasi menjadi formaldehid, asam format dan CO2. Metanol dapat disingkirkan dengan membuat muntah, dan dalam jumlah kecil diekskresikan melalui pernafasan, keringat dan urin. Metanol tidak dapat diikat dengan karbon.
3Pada manusia kepekaan khusus terhadap keracunan metanol mungkin disebabkan oleh produksi metabolit asam format dari metanol, bukan oleh metanolnya sendiri maupun formaldehid sebagai metabolit antara.
1,3,4Keracunan metanol masih menjadi masalah di banyak tempat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Insiden yang terjadi terutama akibat metanol yang sengaja diminum sebagai muniman beralkohol. Hal ini disebabkan oleh karena metanol merupakan bahan pengoplos yang murah dan sangat mirip dengan alkohol (etanol) yang biasanya digunakan sebagai minuman keras.
4Di Bali selama periode Mei sampai Juni 2009, terdapat kejadian luar biasa (KLB) keracunan akut methanol dengan tempat kejadian keracunan yang tersebar di beberapa kabupaten/kodya yaitu Kabupaten Badung, Kodya Denpasar, dan Kabupaten Tabanan.
Hal ini merunut pada data korban keracunan akut methanol yang masuk ke RSUP Sanglah Denpasar selama periode Mei sampai Juni 2009. Menurut data di bagian/SMF/Instalasi Kedokteran Foensik RS Sanglah/FK Unud terdapat 40 orang yang mengalami gejala keracunan akut methanol pada KLB tersebut, 28 orang diantaranya meninggal dan 6 orang menjalani proses otopsi. Dari 6 korban otopsi, hanya 4 kasus yang dilakukan pemeriksaan histopatologi dan dilaporkan pada tulisan ini.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah tulisan ini sebagai suatu laporan
kasus mengenai gambaran postmortem, laboratorium (toksikologi) dan histopatologi dari
korban yang meninggal akibat keracunan akut metanol yang menjalani prosedur otopsi di
Bagian/SMF/Instalasi Kedokteran Forensik FK/UNUDRSUP Sanglah Denpasar.
Kasus
Terdapat 4 kasus keracunan metanol yang dilakukan otopsi dan pemeriksaan histopatologi di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah Denpasar selama periode Mei – Juni 2009. Ketiga kasus tersebut memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol bercampur metanol sebelum meninggal dunia.
Kasus pertama, perempuan, 48 tahun, kebangsaan Amerika Serikat. Pada pemeriksaan postmortem ditemukan pelebaran pembuluh darah vena leher, mukosa trakea kemerahan mengandung cairan putih berbuih, terdapat pelebaran pembuluh darah pada seluruh organ dalam, pelebaran pembuluh darah dan bintik-bintik perdarahan pada batang otak, perdarahan pada putamen kanan dan kiri, serta terdapat cairan merah berbuih pada paru kanan dan kiri saat penekanan. Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan bahwa sampel darah mengandung metanol dan etanol dengan kadar masing-masing 91,2 ppm dan 2964,87 ppm dan sampel urine juga positif mengandung metanol dan etanol.
Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan pelebaran pembuluh darah pada semua organ yang diperiksa, terdapat perdarahan pada putamen dan pons, pelebaran pembuluh kapiler interstitial paru dan edema paru, serta kista simplek pada hepar.
Gambar 1 Tampak jaringan putamen kanan dan kiri (A) mengandung bercak perdarahan berwarna kehitaman. Tampak gambaran mikroskopis dari gambar A. (HE, 100x)
A
Kasus kedua, perempuan, 25 tahun, kebangsaan Irlandia. Pada pemeriksaan postmortem ditemukan pelebaran pembuluh darah vena leher, mukosa trakea kemerahan mengandung cairan putih berbuih, terdapat pelebaran pembuluh darah pada seluruh organ dalam, pelebaran pembuluh darah pada otak, serta terdapat cairan merah berbuih pada paru kanan dan kiri saat penekanan.. Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan adanya metanol dan etanol pada sampel darah masing-masing dengan kadar 137,06 ppm dan 754,14 ppm dan sampel urine juga positif mengandung metanol dan etanol. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan pelebaran pembuluh darah pada seluruh organ yang diperiksa, pelebaran pembuluh darah kapiler interalveolar dan bahan amorf eosinofilik intra dan interalveolar (edema paru).
Kasus ketiga, laki-laki, 23 tahun, kebangsaan Belanda. Pada pemeriksaan postmortem ditemukan pelebaran pembuluh darah vena leher, mukosa trakea kemerahan mengandung cairan putih berbuih, terdapat pelebaran pembuluh darah pada seluruh organ dalam, bintik perdarahan pada seluruh permukaan paru, dan ginjal., serta terdapat cairan
Gambar 2 Tampak jaringan pons (A) mengandung bercak perdarahan berwarna kehitaman. Tampak gambaran mikroskopis dari gambar A.
(HE, 400x)
B
Gambar 3. A. Tampak jaringan paru dengan pembuluh kapiler dilatasi dan pada alveoli tempak mengandung bahan amorf eosinofilik. B. Tampak jaringan otak dengan pelebaran pembuluh darah kapiler. C. Tampak jaringan medulla ginjal dengan pelebaran pembuluh darah kapiler interstitial. (HE, 40 x)
A B C
A B
A B C
merah berbuih pada paru kanan dan kiri saat penekanan. Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan adanya metanol dan etanol pada sampel darah masing-masing dengan kadar 1516,82 ppm dan 267,60 ppm dan sampel urine juga positif mengandung metanol dan etanol. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan pelebaran pembuluh darah pada seluruh organ yang diperiksa, adanya cedera sel piramid otak kecil dengan sitoplasma eosinofilik intens tanpa inti (red neuron), pelebaran pembuluh darah pada putamen, paru- paru sebagian edematous, pembuluh darah kapiler interstitial paru dilatasi, pada ginjal ditemukan adanya tubuloreksis loop of Henle dan cloudy swelling.
Kasus keempat, laki-laki, 48 tahun, kebangsaan Indonesia. Pada pemeriksaan postmortem ditemukan pelebaran pembuluh darah vena leher, pelebaran pembuluh darah pada seluruh organ dalam, bintik perdarahan pada seluruh permukaan paru, dan ginjal.
Pada arteri koronaria kiri desenden setelah percabangan didapatkan penebalan yang menyisakan lumen sebesar 5% demikian pula pada arteri koronaria kiri cabang
Gambar 4. A. Tampak sel piramid pada otak kecil (cerebellum) dengan sitoplasma eosinofilik intens tanpa inti (red neuron). (HE, 100x) B. Tampak pelebaran pembuluh darah pada putamen. (HE, 40x)
A B
Gambar 5. A. Tampak jaringan medula ginjal dengan adanya tubuloreksis loop of Henle dan cloudy swelling. (HE, 100x)
sirkumfleksa. Pada pemeriksaan toksikologi ditemukan adanya metanol dan etanol pada sampel darah masing-masing dengan kadar 275,78 ppm dan 857,74 ppm dan sampel urine juga positif mengandung metanol dan etanol. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan pelebaran pembuluh darah pada seluruh organ yang diperiksa, adanya kongeste, edema dan sebaran heart failure cells pada paru, plak aterosklerosis pada arteri koronaria kanan yang menyisakan lebar lumen 1% - 10 %, dan plak ateroklerosis pada arteri koronaria kiri (bagian pangkal, percabangan, cabang desenden anterior dan cabang sirkumfleksa) yang menyisakan lebar lumen 2-50%.
Diskusi
Metanol adalah salah satu bahan toksik yang paling terkenal sebagai penyebab gangguan penglihatan. Metanol adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau dan rasa seperti etanol. Maka dari itu, etanol dapat digantikan dengan metanol pada minuman beralkohol tanpa diketahui oleh peminumnya. Sebagian besar intoksikasi metanol terjadi
B
C D
Gambar 6 . Tampak arteri koronaria kanan (A) dan cabang-cabang arteri koronaria kiri (B-D) dengan plak aterosklerosis dan kalsifikasi. Tampak lebar lumen (tanda panah) yang tersisa.
pada kecelakaan atau kasus bunuh diri karena tertelannya bahan pelarut industri atau bahan pembersih yang mengandung bahan metanol. Pasien yang selamat dari keracunan akut metanol akan mengalami kebutaan yang permanen dan menderita gangguan neurologik yang ireversibel.
1,4Metanol dapat diserap melalui kulit, saluran respirasi atau saluran cerna kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh. Metanol secara perlahan dimetabolisme di hati dan sekitar 3 % diekskresikan melalui paru atau urine. Mekanisme eliminasi primer metanol pada tubuh manusia adalah melalui oksidasi menjadi formaldehid, asam format dan CO
2.Pada langkah pertama dari degradasi, metanol diubah menjadi formaldehid oleh enzim alkohol dehidrogenase. Reaksi kedua adalah oksidasi dari formaldehid menjadi asam format oleh enzim aldehid dehidrogenase yang berlangsung lebih cepat dibandingkan reaksi pertama sehingga hanya sedikit formaldehid yang terakumulasi dalam serum.
Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh tetrahidrofolat.
Pada saat metanol teroksidasi menjadi formaldehid dan asam format, terjadi peningkatan konversi dari NAD
+menjadi NADH. Kelebihan NADH akan menjadi asam laktat, sehingga terjadi asidosis yang disebabkan oleh keracunan metanol. Hal tersebut menyebabkan terbentuk dan terakumulasinya asam format dan asam laktat. Sebagai akibatnya terjadi perbedaan anion (perbedaan antara kation total dan anion total). Pada kondisi normal selisih perbedaan tersebut adalah 18 mmol/L (dihitung dari (Na+ + K+)-(
Cl- +HCO3-)), selisih tersebut dapat meningkat dua kali atau lebih diatas normal pada kondisi keracunan metanol. Asam format juga menghambat sitokrom c oksidase mitokondria yang menyebabkan terjadinya gejala hipoksia tingkat seluler.
5Pada berbagai sumber disebutkan dosis mematikan minimal dari metanol sebesar 100 cc (1 g/kg).
Namun pada beberapa kasus, dosis serendah 25 cc dari 40% metanol sudah menimbulkan gejala keracunan.
5,6Alkohol Dehidrogenase
CH3OH H2CO HCOO
-CO2 + H2O
(metanol) (Formaldehid) (Asam Format)