• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN. Oleh: Shinta Maharani Trivena, SAB, MAB NIDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN. Oleh: Shinta Maharani Trivena, SAB, MAB NIDN"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN TENTANG

EVALUASI SISTEM PENJUALAN KONSINYASI GUNA MENINGKATKAN POTENSI PENJUALAN

DAN KELANCARAN PEMBAYARAN PADA

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG

Penelitian ini dibiayai dengan Dana DIPA

Nomor SP DIPA – 023.18.2.677606/2021tanggal 23 November 2020 Dengan Surat Perjanjian Nomor 5206/PL.2/HK/2021

Oleh:

Shinta Maharani Trivena, SAB, MAB NIDN. 0008019001

Dr. Tri Yulistyawati Evelina, SE, MM NIDN. 0027077807

Drs. Eko Boedhi Santoso, MM NIDN. 0025036304

POLITEKNIK NEGERI MALANG OKTOBER 2021

i

(2)

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

1. a. Judul Penelitian : Evaluasi Sistem Penjualan Konsinyasi Guna Meningkatkan Potensi Penjualan Dan Kelancaran Pembayaran Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota Malang

2. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap dan gelar : Shinta Maharani Trivena, SAB, M.AB

b. NIDN : 0008019001

c. Golongan/pangkat : IIIc/ Penata

d. Jabatan : Lektor

e. Sedang melakukan penelitian : Tidak

f. Alamat Peneliti : Perum Puri Nirwana Pandanwangi Kavling 9 Malang

3. Jumlah anggota Tim Peneliti : 2 Orang

Nama anggota : Dr. Tri Yulistyawati Evelina, SE, MM NIDN. 0027077807

Drs. Eko Boedhi Santoso, MM NIDN. 0025036304

4. Lokasi Penelitian : Kota Malang 5. Waktu Pelaksanaan : 8 (Delapan) bulan

a. Dimulai sejak : 1 April 2021

b. Sampai : 15 November 2021

6. Program Strategis Riset : Sosial dan Humaniora

7. Rumpun Ilmu : Manajemen

8. Biaya yang diperlukan : Rp. 8.000.000,00 (Delapan Juta Rupiah) 9. Sumber Dana : Penelitian ini dibiayai dengan Dana

DIPA Nomor SP DIPA Politeknik Negeri Malang dengan Surat Perjanjian Nomor: 5206/PL.2/HK/2021

Malang, 11 Oktober 2021 Menyetujui

Kepala UPT P2M, Ketua Penelitian

Erfan Rohadi, ST., M.Eng, Ph.D Shinta Maharani Trivena, SAB, M.AB

NIDN. 0023017206 NIDN. 0008019001

Mengetahui,

Direktur, Pejabat Pembuat komitmen Bidang I

Drs.Awan Setiawan, M.MT, MM Supriatna Adhisuwignjo, ST, MT

NIDN. 0010095911 NIDN. 0008017107

(3)

DAN KELANCARAN PEMBAYARAN PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG

2. Tim Peneliti :

No. Nama Jabatan Bidang

Keahlian Jurusan Alokasi Waktu 1 Shinta Maharani Trivena,

SAB, MAB Ketua Manajemen

Keuangan

Adm.

Niaga

10 Jam/

Minggu 2 Dr. Tri Yulistyawati

Evelina, SE, MM Anggota Manajemen Pemasaran

Adm.

Niaga

8 Jam/

Minggu 3 Drs. Eko Boedhi

Santoso, MM Anggota Manajemen

Pemasaran

Adm.

Niaga

8 Jam/

Minggu 4 Akram Alauddin Athalla Mahasiswa - Adm.

Niaga

5 Jam/

Minggu 5 Nuraeni Dwi Purnamasari Mahasiswa - Adm.

Niaga

5 Jam/

Minggu

6 Afifah Zuhriyyah Mahasiswa - Adm.

Niaga

5 Jam/

Minggu

3. Obyek Penelitian : 5 UMKM Di Kota Malang yang Bergerak Dibidang Usaha Makanan dan Minuman ( UMKM Es Teh Jelly, UMKM Nutrajaya, UMKM SS Iqbal, UMKM Roti Belle Bread, UMKM Oww Donut) 4. Masa Pelaksanaan : April 2021 -November 2021

5. Biaya : Rp. 8.000.000,00 6. Lokasi Penelitian :

1) UMKM Es Teh Jelly: JL Simpang Sulfat Utara No 36 Pandanwangi Malang

2) UMKM Nutrajaya : Perum Tirtasani Royal Resort Blok A No. 12 3) UMKM SS Iqbal: Kec. Jabung Malang

4) UMKM Roti Belle Bread: Puncak Trikora U1 No 3

iii

(4)

7. Instansi lain yang terlibat : -

8. Temuan yang ditargetkan : Mengembangkan sistem penjualan konsinyasi yang dapat diterapkan pada UMKM untuk meningkatkan penjualan dan kelancaran pembayaran

9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu : Mengembangkan strategi penjualan konsinyasi yang masih minim diteliti

10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran : Jurnal Nasional terakreditasi dan ber ISSN yang akan diterbitkan pada tahun 2021

11. Rencana luaran : Pengembangan model sistem penjualan konsinyasi

iv

(5)

Shinta Maharani Trivena, 2021. Evaluasi Sistem Penjualan Konsinyasi Guna Meningkatkan Potensi Penjualan Dan Kelancaran Pembayaran Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota Malang

Penelitian ini akan dilakukan pada UMKM karena UMKM adalah sektor yang paling lemah terkena dampak dari covid-19, terutama yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Berdasarkan survei pendahuluan pendahuluan terhadap 5 UMKM di Kota Malang yang bergerak dibidang penjualan makanan dan minuman.

Hasil penelitian meunjukkan bahwa selama masa pandemi covid 19, hasil penjualan konsinyasi mengalami penurunan. Sistem penjualan konsinyasi yang dilakukan oleh para pelaku UMKM tersebut masih sangat sederhana, seperti halnya tidak adanya perjanjian konsinyasi, kurang lengkapnya dokumen penunjang dalam penjualan konsinyasi, masih kecilnya lingkup komisioner, masih minimnya fasilitas penunjang untuk pengamanan barang konsinyasi, masih belum diversifikasinya produk barang yang dititipkan untuk dijual, masih sederhananya kemasan produk, dan lain sebagainya. Hal tersebut mengakibatkan penjualan menurun, jumlah barang konsinyasi yang kembali semakin banyak, dan tidak tepat waktunya pembayaran hasil penjualan barang konsinyasi. Diperlukan sebuah strategi terkait sistem penjualan konsinyasi untuk mengatasi permasalahan tersebut agar sektor UMKM ini perlahan dapat bangkit kembali.

Kata Kunci: Konsinyasi, UMKM, Malang

v

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PROPOSAL PENELITIAN ... ii

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM PENELITIAN ... iii

RINGKASAN ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Luaran Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

2.1 Roadmap Penelitian ... 5

2.2 Kajian Teori ... 5

2.2.1 Sistem... 5

2.2.2 Karakteristik Sistem ...5

2.2.3 Bagan Alir Sistem ... 5

2.2.2. Penjualan ... 7

2.2.3 Konsinyasi ... 7

2.2.5 UMKM... 10

2.6 Kajian Empiris ... 11

2.6.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Peneliti Sebelumnya ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Jenis Penelitian ... 15

3.2. Lokasi Penelitian ... 15

(7)

3.3 Fokus Penelitian ... 15

3.4. Sumber Data ...16

3.4.1 Data Primer ... 16

3.4.2 Data Sekunder ... 16

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.6 Teknik Analisis Data ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERSONALIA PENELITIAN ... 20 LAMPIRAN B BIODATA TIM PELAKSANA ... 21 LAMPIRAN C SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... 42

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alur Sistem ... 6 Tabel 2.2 Kajian Empiris... 11 Tabel 2.3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya ... 14

ix

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Roadmap Penelitian ... 5

x

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya pandemi Covid 19 yang melanda dunia, menyebabkan semakin banyaknya orang yang terinfeksi Covid 19. Semakin hari, semakin banyak jumlah korban yang berjatuhan karena terinfeksi virus tersebut, bahkan sampai merenggut banyak nyawa. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melakukan pembatasan sosial guna meminimalisir penyebaran virus tersebut.

Pembatasan sosial tersebut membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas dan tidak seperti biasanya. Ditambah lagi dengan program PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dicanangkan oleh Pemerintah untuk menekan laju pertambahan korban dari Covid 19 membuat seluruh aktivitas masyarakat menjadi terhambat. Tak terkecuali kegiatan perekonomian.

Sektor perekonomian merupakan sektor yang paling signifikan terkena dampak dari adanya pembatasan sosial, terutama sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), mengalami penurunan pendapatan dari hasil penjualan yang jauh lebih besar dibandingkan korporasi.

Besarnya risiko pailit pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), membuat banyak sekali Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang gulung tikar, sehingga jutaan orang kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, banyak lapangan pekerjaan yang tidak lagi dibuka, sehingga semakin susah untuk mencari pekerjaan.

UMKM memiliki kontribusi besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Sensus Ekonomi dari Badan Pusat Statistik pada 2016 menunjukkan besarnya kontribusi UMKM. Berikut ini sumbangan UMKM terhadap perekonomian Indonesia:

1) UMKM menyerap hingga 89,2 persen dari total tenaga kerja.

2) UMKM menyediakan hingga 99 persen dari total lapangan kerja.

3) UMKM menyumbang 60,34 persen dari total PDB nasional.

1

(12)

4) UMKM menyumbang 14,17 persen dari total ekspor. UMKM menyumbang

58,18 persen dari total investasi

(https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/20/120000469/peran-umkm- dalam-perekonomian-indonesia?page=all)

Mengingat begitu pentingnya peran UMKM di Indonesia, maka perlu adanya sebuah strategi untuk mendorong bangkitnya kembali UMKM di Indonesia. Peningkatan penjualan merupakan salah satu cara untuk membangkitkan kembali perekonomian dari UMKM yang saat ini sedang lesu.

Penjualan akan meningkat apabila konsumen memiliki ragam pilihan dalam membeli barang. Semakin banyak pilihan yang ditawarkan maka semakin puas konsumen dalam memilih barang yang diinginkannya. Salah satu strategi yang dapat dijalankan adalah dengan cara melakukan penjualan konsinyasi.

Menurut Jati (2004:120), Konsinyasi merupakan “Penyerahan barang oleh pihak yang memiliki barang kepada pihak lain, yang bertindak sebagai agen penjual dengan persetujuan bahwa hak barang – barang tersebut tetap berada di tangan pemilik selama barang – barang tersebut belum dijual”. Pemilik yang memiliki barang disebut pengamanat (Consignor) sedangkan pihak yang dititipi barang atau pemilik toko disebut komisioner (Consignee). Istilah barang dalam konsinyasi disebut Consignment Out dan Consignment In.

Di dalam penjualan konsinyasi, hak milik barang tetap berada pada pemilik barang sampai barang tersebut terjual. Selain itu, penjualan konsinyasi juga dapat dilakukan untuk semua jenis produk. Sementara untuk menjamin hubungan antara pemilik barang dan pemilik toko, maka dibuatlah penjanjian tertulis yang berisikan ketentuan yang telah disepakati antara kedua pihak.

Kelebihan bagi produsen yang menggunakan sistem penjualan konsinyasi akan lebih memudahkan perusahaan dalam memperluas area pemasaran.

Sedangkan konsinyi yang melakukan sistem penjualan konsinyasi akan lebih mempermudah proses penjualan karena dapat menjual berbagai ragam barang tanpa harus memproduksi.

Sistem penjualan konsinyasi ini sebenarnya sudah banyak diterapkan oleh para pelaku bisnis, terutama UMKM akan tetapi belum sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti halnya tidak ada perjanjian tertulis, dokumen yang digunakan

(13)

masih sangat sederhana, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem penjualan konsinyasi yang tepat, sehingga dapat menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Penelitian ini akan dilakukan pada UMKM karena UMKM adalah sektor yang paling lemah terkena dampak dari covid-19, terutama UMKM yang bergerak di bidang makanan dan minuman karena banyak orang yang takut untuk mengkonsumsi makanan siap santap dikarenakan takut tertular virus. Bahkan, sejak munculnya berita-berita mengenai banyaknya produsen makanan yang positif tertular virus Covid-19, banyak usaha dibidang makanan dan minuman menjadi sepi dan banyak orang yang pada akhirnya memasak makanan sendiri.

Berdasarkan survei pendahuluan pendahuluan terhadap 5 UMKM di Kota Malang yang bergerak dibidang penjualan makanan dan minuman, diketahui bahwa pandemi Covid-19 membawa dampak besar bagi finansialnya dan terjadi penurunan pendapatan yang signifikan dari hasil penjualan serta ketidaklancaran pembayaran dari pihak consignee yang merupakan mitra usaha yang juga terkena dampak ekonomi dari pandemi Covid 19.. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi dari sistem penjualan konsinyasi untuk meningkatkan volume penjualan dan kelancaran pembayaran agar sektor UMKM ini perlahan dapat bangkit kembali.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Evaluasi Sistem Penjualan Konsinyasi Guna Meningkatkan Potensi Penjualan dan Kelancaran Pembayaran pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil dalam penellitian ini adalah:

1) Apa saja masalah yang dihadapi dari pelaksanaan sistem penjualan konsinyasi pada UMKM di Kota Malang?

2) Bagaimana pelaksanaan sistem penjualan konsinyasi yang selama ini dilakukan oleh UMKM di Kota Malang?

3) Bagaimana evaluasi sistem penjualan konsinyasi yang dapat diterapkan oleh UMKM Di Kota Malang untuk mengatasi penurunan penjualan dan ketidaklancaran pembayaran?

(14)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah digunakan dalam penelitian ini adalah 5 UMKM Di Kota Malang yang bergerak di sektor penjualan makanan dan minuman.

1.4 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi dari pelaksanaan sistem penjualan konsinyasi pada UMKM di Kota Malang.

2) Untuk mengidentifikasi pelaksanaan sistem penjualan konsinyasi yang selama ini dilakukan oleh UMKM di Kota Malang.

3) Untuk mengidentifikasi evaluasi sistem penjualan konsinyasi yang dapat diterapkan oleh UMKM Di Kota Malang untuk mengatasi penurunan penjualan dan ketidaklancaran pembayaran.

1.4 Manfaat Penelitian 1) Bagi UMKM

Untuk membantu mencari solusi dalam membangkitkan kembali UMKM yang saat ini sedang lesu akibat terdampak pandemi covid-19.

2) Bagi Pemerintah

Membantu program pemerintah dalam hal penguatan daya saing UMKM dan pembangkitan kembali UMKM.

3) Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang sistem penjualan konsinyasi di UMKM.

1.5 Luaran Penelitian

No Jenis Luaran Indikator (Capaian)

Luaran Wajib

1 Artikel untuk dipublikasikan di jurnal nasional terakreditasi dan ber ISSN

2 Metode atau sistem penjualan konsinyasi yang dapat diterapkan pada UMKM yang bergerak di bidang penjualan makanan dan minuman Luaran Tambahan

1 Prosiding Seminar Nasional

Accepted

Siap Diimplementasikan

Accepted

(15)

2.1 Roadmap Penelitian

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Teori 2.2.1 Sistem

Gambar 2.1 Roadmap Penelitian

2.2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Jogiyanto (2005) “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan, definisi sistem menurut Mulyadi (2016:5), Sistem adalah “suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan”

Pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart (2015:3) “Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.Sebagian besar sistem terdiridari subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar”.

Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem merpakan sebuah kesatuan dari sub sistem atau komponen-komponen yang saling berhubungan untuk mencapai sebuah tujuan.

2.2.2 Bagan Alir Sistem

Menurut Romney dan Steinbart (2015:67) bagan alir (flowchart) merupakan: “Teknik analitis bergambar yang digunakan untuk menjelaskan beberapa aspek dari sistem informasi secara jelas, ringkas, dan logis. Bagan alir

5

2018 Analisis sistem penjualan konsinyasi untuk meningkatkan kelancaran pembayaran pada UMKM

2019

Melakukan evaluasi dari sistem penjualan konsinyasi pada UMKM untuk meningkatkan daya saing UMKM

2021 Merancang metode pengembangan sistem penjualan konsinyasi pada UMKM di Kota Malang

(16)

mencatat cara proses bisnis dan dilakukan dengan cara dokumen mengalir melalui organisasi”. Simbol bagan alir dibagi ke dalam empat kategori seperti simbol input/output, simbol pemrosesan, simbol penyimpanan, simbol arus dan lain lain.

Tabel 2.1 Bagan Alur Sistem

Simbol Nama Penjelasan

Simbol Input/Output

Dokumen Dokumen atau laporan

elektronik atau kertas.

Berbagai salinan dokumen kertas

Diilustrasikan dengan melebihi simbol

dokumen dan mencetak nomor dokumen pada muka dokumen di sudut kanan atas.

Entri data elektronik Alat entri data elektronik seperti komputer,

terminal, tablet atau telepon.

Simbol pemrosesan

Pemrosesan komputer Fungsi pemrosesan yang dilakukan oleh

komputer, biasanya menghasilkan perubahan data atau informasi.

Operasi manual Operasi pemrosesan yang dilakukan secara manual.

Simbol penyimpanan

Database Data yang disimpan

secara elektronik dalam database.

Pita magnetis Data yang disimpan dalam pita magnetis: pita yang merupakan media penyimpanan backup yang populer.

File dokumen kertas File dokumen kertas;

huruf mengindikasikan file urutan pemesanan, N

= secara numerik, A = secara alfabet, D = berdasarkan tanggal.

(17)

Jurnal/buku besar Jurnal atau buku besar akuntansi berbasis kertas.

Simbol arus dan lain – lain

Arus dokumen atau pemrosesan

Mengarahkan arus pemrosesan atau dokumen; arus normal kebawah dan kekanan.

Konektor dalam halaman Menghubungkan arus pemrosesan pada halaman yang sama;

Konektor luar halaman Entri dari, atau keluar ke, halaman lain.

Terminal Awal, akhir, atau titik interupsi dalam proses;

juga untuk

mengindikasikan pihak luar.

Keputusan Langkah pembuatan

keputusan.

Sumber: Romney & Steinbart (2015) 2.2.3. Penjualan

2.2.3.1 Pengertian Penjualan

Sujarweni (2015: 79) berpendapat “Penjualan adalah suatu sistem kegiatan pokok perusahaan untuk memperjual-belikan barang dan jasa yang perusahaan hasilkan”. Sedangkan Pendapat Mulyadi (2013: 202) “Penjualan adalah kegiatan berupa menjual barang dan jasa, baik secara kredit maupun secara tunai”.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli menggunakan alat pembayaran yang sah dengan keterangan harga yang telah disepakati.

2.2.4 Konsinyasi

2.2.4.1 Pengertian Konsinyasi

Ada beberapa pendapat mengenai konsinyasi, diantaranya “Konsinyasi merupakan penyerahan barang oleh pihak yang memiliki barang kepada pihak lain, yang bertindak sebagai agen penjual dengan persetujuan bahwa hak barang barang tersebut tetap berada di tangan pemilik selama barang barang tersebut

(18)

belum terjual” (Jati, 2004:120). Pendapat yang lainnya yaitu menurut Darmadji dan Yuliawati (2005:47) menyatakan “Konsinyasi merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh oleh pihak penjual untuk memberikan stimuli bagi pembeli atau konsumen untuk membeli barang yang ditawarkannya, karena dengan metode ini pembeli atau konsumen sangat diuntungkan”.

Yendrawati (2003:83) menyatakan bahwa pengertian penjualan konsinyasi yaitu “Penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian.

Berdasarkan teori dari beberapa ahli yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsinyasi adalah penjualan dengan cara menitipkan barang oleh pemilik barang kepada pemilik toko. Dimana dalam kegiatan penitipan tersebut terdapat perjanjian yang disebut dengan perjanjian konsinyasi.

2.2.4.2 Karakteristik Konsinyasi

Menurut Jati (2004:120) yang membedakan perlakuan akuntansi terhadap penjualan konsinyasi dengan penjualan – penjualan yang lain adalah:

1) Hak kepemilikan terhadap barang – barang tersebut masih berada di tangan consignor, barang tersebut masih dilaporkan sebagai persediaan dalam laporan.

2) Selama barang – barang tersebut belum terjual, baik oleh pihak consignor maupun consignee belum dapat diakui pendapatannya.

3) Pihak consignor tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang – barang konsinyasi sejak pengiriman sampai barang tersebut terjual, kecuali ada perjanjian lain.

4) Komisioner bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang barang yang ditetapkan tersebut.

5) Harga jual kepada konsumen tetap terkontrol.

2.2.4.3 Hak dan Kewajiban yang Berhubungan dengan Perjanjian Kosinyasi Hak – hak dan kewajiban pihak komisioner yang ditetapkan dalam undang – undang penitipan barang dagangan dan undang – undang keagenan menurut Jati (2004:122) adalah sebagai berikut:

1. Hak – hak Komisioner:

a. Komisioner berhak untuk mendapatkan komisi dan peenggantiaan biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian kedua belah pihak. Komisi dan

(19)

biaya – biaya tersebut biasanya langsung dikurangkan dari hasil penjualan

b. Komisioner diberikan hak untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap kualitas barang yang dijualnya tersebut.Komisioner diberi hak penjualan barang – barang kepada langganannya, misalnya tentang syarat penjualan.

2. Kewajiban komisioner:

a. Komisioner wajib menjaga keamanan dan keselamatan barang – barang yang diterima dari pengamanat

b. Komisioner wajib mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang – barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang–undang.

c. Komisioner wajib memisahkan barang–barang konsinyasi dengan barang–

barang lainnya, baik dari segi fisik maupun administratif terhadap barang–

barang milik pengamanat, sehingga identitas barang–barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat.

d. Komisioner wajib membuat laporan secara periodik tentang barang – barang yang diterima, barang – barang yang berhasil dijual, barang – barang yang dikembalikan dan barang – barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan sesuai dengan perjanjian.

Berdasarkan uraian teori tentang hak dan kewajiban yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi, dapat disimpulkan bahwa komisioner memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan agar prosedur penjualan konsinyasi dapat berjalan dengan lancar.

2.2.4.4 Manfaat Konsinyasi

Menurut Darmadji dan Yulianti (2005) manfaat penjualan konsinyasi bagi pihak pemilik barang atau pengamanat yaitu:

1) Memperluas area pemasaran 2) Mengendalikan harga jual produk

3) Menurunkan biaya penyimpanan dan pengiriman produk Sedangkan manfaat penjualan konsinyasi bagi komisioner yaitu:

1) Menghindari risiko atas kepemilikan barang 2) Memperkecil modal kerja

Berdasarkan teori yang telah diuraikan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika kedua pihak yaitu pemilik toko dan pemilik barang melakukan penjualan konsinyasi, maka terdapat manfaat yang saling menguntungkan antara kedua pihak baik pengamanat maupun komisioner selama prosedur penjualan konsinyasi berjalan sesuai dengan perjanjian.

(20)

2.2.4.5 Prosedur Penjualan Konsinyasi

Menurut Saftaji (2012:11), prosedur penjualan konsinyasi memiliki tahapan sebagai berikut:

1) Melakukan perjanjian penjualan konsinyasi dimana perjanjian tersebut yaitu berhubungan dengan komisi antar pihak, juga berisi hak dan kewajiban yang harus ditanggung oleh masing – masing pihak.

2) Menerima barang konsinyasi yang dikirimkan oleh pengamanat yang selanjutnya diperiksa oleh bagian gudang.

3) Melakukan kegiatan penjualan barang konsinyasi kepada konsumen.

4) Memberikan informasi mengenai jumlah barang konsinyasi yang terjual, serta melakukan pembayaran hasil penjualan berdasarkan laporan penjualan bulanan.

2.2.5 UMKM

2.2.5.1 Definisi UMKM

Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

1) Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2.2.5.2 Kriteria UMKM

Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro yaitu:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

(21)

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.6 Kajian Empiris

Tabel 2.2 Kajian Empiris

No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 Handayani (2018) Analisis Potensi Hasil Penjualan Terhadap Kelancaran Pembayaran Barang Konsinyasi Pada Toko Pakaian PD. Pasar Tingkat Lamongan

Pelaku usaha toko pakaian pada PD. Pasar tingkat Lamongan

mengembangkan usaha melalui penjualan barang konsinyasi yang banyak ditawarkan oleh berbagai pihak pemasok. Namun dalam pelaksanaan penjualan barang konsinyasi ditemukan beberapa masalah yang terakait dengan kualitas barang konsinyasi yang dipasarkan. Masalah tersebut menjadi pengaruh bagi pelaku usaha yakni sulit mengembangkan usahanya secara maksimal.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui apakah kualitas barang konsinyasi yang dipasarkan di toko pakaian PD. Pasar Tingkat Lamongan mempunyai pengaruh pada hasil penjulan dan kelancaran pembayaran barang konsinyasi kepada

(22)

pihak pemasok barang (consignor).

2 Pinti, (2013) Pelaksanaan Penjualan Konsinyasi Dalam Mengembangkan Usaha Pada Industri Kecil Dan Menengah

(Ikm) Pangan Kota Pekanbaru Ditinjau Menurut

Ekonomi Islam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan penjualan konsinyasi pada IKM Pangan Kota Pekanbaru terdiri atas beberapa tahapan, yaitu tahap

penawaran produk, tahap pembuatan perjanjian, tahap penyerahan produk, tahap realisasi penjualan, tahap pelaksanaan retur produk, dan tahap pembayaran hasil

penjualan produk. Dalam penelitian ini ditemukan kenyataan bahwa penjualan konsinyasi tidak dapat mendorong IKM Pangan Kota Pekanbaru untuk mengembangkan usahanya secara optimal karena terhambat oleh beberapa faktor,

antara lain, penundaan pembayaran hasil penjualan produk oleh komisioner,

adanya persaingan dengan produk sejenis, letak atau posisi pemajangan produk yang tidak strategis, serta

adanya dominasi

komisioner dalam penentuan harga

jual produk. Apabila ditinjau menurut ekonomi Islam, maka dapat disimpulkan

bahwa penjualan

konsinyasi pada IKM Pangan Kota Pekanbaru merupakan

bentuk penerapan dari akad wakalah bil ujrah, yakni salah satu akad yang

(23)

diperbolehkan oleh syariat Islam. Meskipun akad yang yang diterapkan dalam penjualan konsinyasi telah sesuai dengan syariat Islam, namun, pelaksanaan penjualan konsinyasi pada IKM Pangan Kota

Pekanbaru belum

sepenuhnya

sempurna sesuai dengan syariat Islam. Hal ini disebabkan karena dalam realisasi

akad atau perjanjian tersebut, pihak komisioner telah melakukan tindakan wan

prestasi, yaitu berupa tindakan penundaan pembayaran hasil penjualan produk

dari waktu yang diperjanjikan. Tindakan tersebut menimbulkan kerugian bagi pengusaha IKM Pangan Kota

Pekanbaru selaku pemilik produk.

3 Septianasari (2019)

Sistem Penjualan Titip

Jual Dalam

Meningkatkan Daya Saing Pada Home Industri Dwi Asih Roti Desa Kalimalang

Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo

Sistem penjualan titip jual pada home industri Dwi Asih Roti yaitu telah sesuai dengan perjanjian penjualan titip jual yang disepakati oleh kedua belah pihak, seperti

penentuan harga, jumlah komisi yang diberikan, pelaporan hasil penjualan dan

retur penjualan. Namun ada satu yang tidak sesuai yaitu pada pemberian

komisi kepada pihak yang dititipi. Meskipun begitu, sistem penjualan titip jual memberi dampak positif pada peningkatan daya

(24)

saing, yaitu meluasnya daerah

pemasaran, eningkatnya omzet, meningkatnya euntungan (profit),

pendidikan pekerja yang tinggi, teknologi yang semakin modern serta peningkatan produktivitas pekerja

2.6.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Peneliti Sebelumnya Tabel 2. 3

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya No Nama dan

Tahun

Persamaan Perbedaan

1 Handayani (2018)

Sama-sama mengevaluasi Potensi Hasil Penjualan Terhadap Kelancaran Pembayaran Barang Konsinyasi

Penelitian

sebelumnya tidak mengembangkan model dari sistem penjualan

konsinyasi 2 Pinti, (2013) Sama-sama meneliti penjualan

konsinuasi di UKM

Penelitian sebelumnya membandingkan menurut teori ekonomi islam

dan tidak

mengembangkan model dari sistem penjualan

konsinyasi 3 Septianasari

(2019)

Sama-sama bertujuan untuk meningkatkan daya saing UMKM melalui sistem penjualan konsinyasi

Penelitian

sebelumnya tidak mengembangkan model dari sistem penjualan

konsinyasi

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penentuan jenis penelitian adalah soal yang penting dalam suatu penelitian. Arikunto (2013:3), menjelaskan bahwa “Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu”. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:15), pendekatan kualitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan adalah pada 5 UMKM yang berada di Kota Malang. Adapun nama dan lokasi UMKM tersebut adalah sebagai berikut:

1) UMKM Es Teh Jelly: JL Simpang Sulfat Utara No 36 Pandanwangi Malang

2) UMKM Nutrajaya : Perum Tirtasani Royal Resort Blok A No. 12 3) UMKM SS Iqbal: Kec. Jabung Malang

4) UMKM Roti Belle Bread: Puncak Trikora U1 No 3 5) UMKM Ow Dear Patisserie, Jl Ikan Tombro Barat No 14

3.3 Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan pada pengembangan sistem penjualan konsinyasi pada UMKM di Kota Malang yang bergerak di bidang makanan dan minuman.

Penelitian dilakukan pada 5 UMKM yang bisnisnya bergerak dibidang produksi makanan dan atau minuman, Adapun 5 UMKM tersebut adalah:

1) UMKM Es Teh Jelly

15

(26)

2) UMKM Nutrajaya 3) UMKM SS Iqbal Jaya 4) UMKM Roti Belle Bread 5) UMKM Oww Donut 3.4. Sumber Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah “data dalam bentuk verbal atau kata – kata yang diucapkan secara lisan, gerak – gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti” (Arikunto, 2013: 22). Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi secara langsung dari pemilik UMKM yang bergerak di bidang makanan dan minuman.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah “data yang diperoleh dari dokumen – dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain – lain” (Arikunto, 2013: 22).

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah catatan tentang administrasi keuangan pada penjualan konsinyasi UMKM yang bergerak di bidang makanan dan minuman.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Wawancara

“Interview atau yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara” (Arikunto, 2013: 198). Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung kepada narasumber yang merupakan pemilik UMKM.

2) Dokumentasi

“Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang – barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda–benda tertulis seperti buku – buku, majalah, dokumen, peraturan –

(27)

peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya” (Arikunto, 2013:

201). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari dokumen administrasi penjualan konsinyasi yang dimiliki oleh UMKM.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan tahapan yang digunakan oleh peneliti dalam mengolah data penelitian sampai dengan membuat kesimpulan. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Mencari dan menemukan data

Melakukan pencarian data dari metode dokumentasi, sehingga peneliti mendapatkan data yang nantinya dijadikan bahan untuk diolah

2. Melakukan eliminasi atau reduksi data.

Data yang terkumpul tidak serta merta dimasukkan seluruhnya untuk kemudian diolah dan dianalisis, akan tetapi peneliti harus mengevaluasi terlebih dahulu data yang relevan dan data yang kurang relevan sehingga nantinya akan didapatkan data yang relevan untuk bahan penelitian

3. Mengolah data

Data hasil penjualan konsinyasi selanjutnya dievaluasi dengan cara diolah dengan rumus

Hasil penjualan aktual x 100%

Target Penjualan

Jika sistem lama yang dipakai hasilnya ≥ 100% maka dapat dikatakan sistem penjualan konsinyasi yang diterapkan telah efektif tetapi jika ≤ 100% maka sistem penjualan belum efektif

4. Menganalisis data

Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah sehingga terbentuk suatu jawaban hasil dari analisis dari informasi yang didapatkan

5. Membuat kesimpulan dan saran

Kesimpulan adalah ringkasan dari hasil analisis penelitian, sedangkan saran berasal dari solusi dari pemecahan masalah yang ditemukan dari hasil analisis.

(28)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 UMKM Es Teh Jelly

UMKM Es Teh Jelly merupakan sebuah usaha yang bergerak dibidang produksi minuman yang dimiliki oleh Ibu Nurul Khotimah. Es Teh Jelly adalah sebuah minuman kekinian yang banyak diminati mulai dari kalangan anak kecil hingga dewasa. Lokasi rumah produksi ini terletak di jalan simpang LA Sucipto Kelurahan Pandanwangi Keccamatan Blimbing Kota Malang. UMKM Es Teh Jelly ini bekerjasama dengan toko-toko kecil yang ada di sekitar, dan hal ini biasa disebut dengan Penjualan Konsinyasi.

Penjualan Konsinyasi yang dilakukan oleh UMKM Es Teh Jelly ini yang salah satunya bekerja sama dengan Toko Kue Melati dapat memberikan contoh penerapan Penjualan Konsinyasi secara sederhana. Sebelum Pandemi Covid-19 proses pembuatan Es Teh Jelly dapat memproduksi 400 cups/hari. Namun setelah/ saat Pandemi Covid-19, UMKM ini hanya mampu memproduksi 250 cups/hari.

Gambar 4.1 Produk dari Es Teh Jelly (Pihak Konsinyor)

(29)

Gambar 4.2

Proses Pembuatan Es Teh Jelly di Rumah Produksi

4.1.2 UMKM Nutra Jaya

UMKM Nutra Jaya merupakan sebuah milik couplepreneur yakni Bapak Anwar Permodjo dan Ibu Inarwaningsih yang beralamat di Perum Tirtasani Royal Resort Blok A No.

12. Usaha ini bergerak dibidang produksi minuman yang berbahan dasar susu. Barang yang kami jual di KUD ada 3 jenis yaitu yogurt, susu, dan es cream. Hasil produksi UMKM Nutra Jaya selanjutnya didistribusikan ke beberapa kota, yakni:

Jawa : Blitar, Batu, Pasuruan, Surabaya, Bandung, Jakarta Sumatra : Medan, Padang

NTT : Atambua

Pengiriman yang jauh biasanya dalam bentuk produk kemasan karena lebih tahan lama dan sudah dikemas sedemikian rupa untuk tahan berminggu-minggu dan rata-rata barang yang dikirimkan itu barang yang tidak mudah basi seperti yogurt dan susu yang ada rasa bukan yang original karena rasa dari susu itu juga membantu proses pengawetan.

(30)

Gambar 4.3

Produk Hasil Produksi UMKM Nutra Jaya

Gambar 4.4

Produk Hasil Produksi UMKM Nutra Jaya

4.1.3 UMKM SS Iqbal Jaya

Usaha yang bergerak dibidang produksi kripik ini dimiliki oleh Bapak Jumari yang beralamat di Kelurahan Jabung Kabupaten Malang. UMKM ini memproduksi kripik singkong, dengan brand/merk SS IQBAL JAYA. Kripik singkong tersebut memiliki 4 varian rasa yaitu rasa tumbar, bawang, manis dan pedas manis. Harga jual dibandrol sebesar Rp 1800,-/bungkus dengan ukuran paling kecil dan ukuran sedang dengan harga Rp 7000,-/bungkus. Biasanya kripik yang dititipkan di toko toko (pihak konsinyi) menggunakan kemasan kecil (harga Rp 1800,- /bungkus) dengan isi per pack nya sebanyak 10 bungkus.

(31)

Penitipan barang kepada konsinyi dilakukan ke kurang lebih 50 toko mulai wilayah Ngadipuro, Lesanpuro, Kedungkandang, Sawojajar, Bunul, Jambangan, Mendit, Lokpadas, Blimbing, Glintung dan Sanan.

Gambar 4.5

Produk Hasil Produksi UMKM SS Iqbal Jaya

4.1.4 UMKM Roti Belle Bread

UMKM Roti Belle Bread merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang produksi roti yang beralamat di Jalan Puncak Trikora U1 No 3 Tidar Kota Malang. Pemasaran dari produk roti belle bread di pasarkan sendiri dan dijual melalui sistem penjualan konsinyasi. Adapun harga yang dipatok dari penjualan roti ini cukup murah yakni berkisar antara Rp.2.000,00-3.000,00.

Gambar 4.6

Produk Logo Produk UMKM Roti Belle Bread

(32)

Gambar 4.7

Produk Outlet Sekaligus Rumah Produksi UMKM Roti Belle Bread

Gambar 4.8

Produk Hasil Produksi UMKM Roti Belle Bread

4.1.5 Ow Dear Patisserie

Ow Dear Patisserie merupakan salah satu UMKM yang bergerak dibidang produksi makanan yakni roti yang terletak di Jalan Ikan Tombro Barat No 14. Produk unggulan dari UMKM Ow Dear Patisserie adalah donat. Produk dari UMKM ini dijual secara online, made by order, dan melalui sistem penjualan konsinyasi. Roti yang dipesan oleh konsumen pada Ow Dear Patisserie ini dapat dilakukan minimal H-1. Mitra dagang dari UMKM Ow Dear Patisserie adalah Cafe Doro Putih.

(33)

Adapun gambaran Produk dari UMKM Ow Dear Patisserie adalah sebagai berikut:

Gambar 4.9

Produk Donat Hasil Produksi Ow Dear Patisserie

Gambar 4.9

Produk Pie Brownis Hasil Produksi Ow Dear Patisserie

Gambar 4.10

Produk Roti Hasil Produksi Ow Dear Patisserie

(34)

4.2 Data Pendukung 4.2.1 UMKM Es Teh Jelly

UMKM Es Teh Jelly merupakan produsen minuman yang meintipkan barang dagangnya melalui perjanjian dagang konsinyasi kepada para komisionernya. Adapun komisioner yang dimaksudkan adalah toko kue di sekitar tempat produksi. Pihak UMKM mendapatkan calon toko kue, maka diajukanlah permintaan barang konsinyasi. Kemudian pihak konsinyor memberikan kesepakatan dengan pihak konsinyi dengan perhitungan persen dari penjualan. Setelah sepakat dengan pihak umkm Es Teh Jelly maka pelaksanaan titip barang kepada toko kue berjalan.

Pihak umkm mendapatkan calon toko kue melati, maka diajukanlah permintaan barang konsinyasi. Kemudian pihak konsinyor memberikan kesepakatan dengan pihak konsinyi dengan perhitungan persen dari penjualan. Setelah sepakat dengan pihak umkm Es Teh Jelly maka pelaksanaan titip barang kepada toko kue melati berjalan. Dan pihak konsinyi mendapat keuntungan 12.5% dari pihak Konsinyor.

4.2.2 UMKM Nutra Jaya

Untuk Prosedur Konsinyasi di setiap outlet itu berbeda beda prosedurnya sesuai dengan permintaan outlet atau toko tersebut. Beberapa outlet yang dititipi ada yang melakukan pre-order terlebih dahulu, Baru bisa mengirimkan barang apabila tempat oleh-oleh sudah melakukan pesanan kepada kami. Ada juga outlet yang rutin untuk dikirimkan sejumlah barang yang sudah disepakati misalnya seminggu 100 produk dalam 1 jenis.

Prosedur administrasi dalam penjualan konsinyasi dilakukan pencatatan seperti berapa jumlah yang akan diorder, serta jumlah barang yang akan dikirimkan. Setelah mendapatkan berapa jumlah barang yang akan dikirim, selanjutnya menyampaikan informasi kepada bagian produksi untuk memproduksi barang tersebut. Nantinya akan diberikan jumlah catatan barang ready dan barang yang masih harus di cetak atau dibuat. Setelah semua barang sudah siap baru

dari distribusi mengecek kembali tujuan dan jumlah barang sesuai dengan pesanan outlet atau toko tersebut.

Untuk barang yang dijual di KUD ada 3 jenis yaitu yogurt, susu, dan es cream.

Sedangkan, distribusi hasil produksi UMKM Nutra Jaya adalah sebagai berikut:

(35)

1. Jawa : Blitar, Batu, Pasuruan, Surabaya, Bandung, Jakarta 2. Sumatra : Medan, Padang

3. NTT : Atambua (menitip di saudara)

Pengiriman yang jauh biasanya dalam bentuk produk kemasan karena lebih tahan lama dan sudah dikemas sedemikian rupa untuk tahan berminggu-minggu dan rata-rata barang yang dikirimkan itu barang yang tidak mudah basi seperti yogurt dan susu yang ada rasa bukan yang original karena rasa dari susu itu juga membantu proses pengawetan.

Untuk konsinyasi pasti ada perjanjiannya. Apalagi melakukan konsinyasi dengan toko yang sudah berskala besar seperti KUD ini.

1) Pemilik barang harus memenuhi orderan barang di KUD sebesar yang sudah ditentukan.

2) Kemasan produk tidak boleh ada yang rusak dan bocor. Untuk toleransi kerusakan yaitu maksimal 10 % dari jumlah total barang yang dikirim dan harus secepatnya diganti jika lebih dari 10% maka semua barang dikembalikan dan diganti dengan barang yang baru

3) Apabila pemilik barang tidak lagi melakukan pengisian barang kembali dalam kurun waktu yang sudah melebihi batas di KUD maka akan di blacklist/dicabut haknya serta pengiriman terakhir seluruh pendapatan bagi KUD.

4) Barang yang dikirim harus memiliki kadaluarsa dan harus memiliki segel.

5) Keuntungan consignee diambil 10 % dari harga awal dari konsinyor

6) Barang yang sudah diajukan, dikirimkan oleh pemilik barang dan sudah diterima dengan pihak consignee dengan rincian.

Untuk penentuan harga dan komisi dilakukan dengan cara pengajuan pemilik barang melakukan penjelasan barang-barang yang akan dikirimkan, tentang macam barangnya, beratnya,

kemasannya. dll.

(36)

Pihak pengirim barang mengajukan barangnya, jika pihak consignee keberatan maka dapat dilakukan negosiasi dengan memberikan saran-saran, seperti contoh: Menambahkan berat dari kemasannya, mengurangi berat kemasannya, dan mengubah harga sesuai kesepakatan bersama. Untuk komisi perlakuannya sama atas semua barang yaitu sebesar 10%. Jadi, pihak consignee mendapatkan komisi atas penitipan barang sebesar 10% atas apapun barang yang sudah dititipkan oleh pihak pengirim barang.

4.2.3 UMKM SS Iqbal Jaya

SS Iqbal Jaya merupakan produsen makanan ringan yakni keripik yang terbuat dari bahan dasar singkong. Kripik singkong ini merupakan barang dagang titipan dari pihak konsinyor yaitu Pak Jumari. Sistem yang digunakan dalam melakukan proses penjualan konsinyasi dari pihak konsinyor dan konsinyi ini bisa dikatakan relatif tidak rumit, karena dari pihak konsinyor tidak ada catatan atau sistem khusus, hanya melakukan sistem meloby ke pihak konsinyi. Kemudian jika pihak konsinyi mau dititipi barang dagangannya, maka pihak konsinyor akan memberikan barang dagangan tersebut, kemudian dari pihak konsinyi akan melakukan pencatatan sejumlah barang yang masuk di buku khusus, seperti buku pencatatan jumlah barang. Kripik singkong ini di display di Toko Sumber Jaya selayaknya menata barang (makanan) di warung seperti biasanya, yaitu dengan ditata di rak jajan.

Prosedur penjualan kripik singkong di toko milik komisioner ini dilakukan dengan cara tunai.

Sederhana saja, jika ada pembeli yang ingin membeli kripik singkong, pembeli hanya mengatakan berapa jumlah kripik yang akan dibeli, kemudian penjual akan mengambilkan kripik singkongnya dan menyebutkan jumlah harga yang harus dibayarkan oleh pembeli. Lalu pembeli memberikan uangnya dan akan diterima oleh penjual. Harga kripik singkong yang dijual dibandrol dengan harga Rp 2000,-/ bungkus, dengan rincian harga dari pihak konsinyor sebesar Rp 1.800,-/ bungkus. Jadi, jika diakumulasikan, keuntungan per bungkus yang didapat oleh Toko Sumber Jaya adalah sebesar Rp 200,-/ bungkus. Jika kripik singkong tersebut mengalami kerusakan, maka yang bertanggung jawab adalah pihak konsinyor (Pak Jumari) bukan pihak

(37)

konsinyi, dan barang yang rusak tersebut akan dikembalikan lagi kepada pihak konsinyor pada saat pihak konsinyor melakukan penarikan barang.

4.2.4 UMKM Roti Belle Bread

Dalam hasil wawancara dengan pemilik Toko Roti Belle Bread Malang yaitu awal mula menggunakan sistem penjualan titip jual adalah dengan bekerja sama dengan tiga pedagang.

Dimana ketiga pedagang tersebut berjualan di pasar tradisional. Semakin lama jumlah bakul yang bertambah semakin banyak dan berkembang di banyak toko roti di Malang. Tahap atau prosedur penjualan konsinyasinya adalah :

1. Toko Belle Bread menawarkan rotinya kepada toko lain yang menerima titipan barang.

2. Jika toko lain itu setuju maka harus melengkapi dokumen atau persyaratan yang sudah ditetapkan.

3. Melakukan perjanjian konsinyasi dimana perjanjian tersebut yaitu berhubungan dengan harga yang diberikan, komisi serta diskon yang didapatkan oleh pihak penerima barang.

4. Melakukan pengiriman roti yaitu proses pemindahan barang dari gudang Toko Belle Bread ke toko toko lain (pihak yang menerima titipan barang).

5. Menitipkan roti melalui proses penjualan.

6. Sebagian roti yang tak terjual oleh pihak yang yang menerima titipan barang akan dikembalikan melalui proses retur penjualan.

7. Roti yang terjual akan di setor toko-toko lain (pihak yang menerima titipan barang atau bagi hasil) melalui proses pembayaran piutang.

8. Toko Belle Bread menerima laporan barang-barang yang terjual dari pihak penerima barang dimana berapa saja roti yang telah terjual.

9. Melakukan pengecekan stock roti dan mengurangi stock yang ada di gudang Toko Belle Bread.

10. Memberikan tagihan hasil penjualan dengan memberikan faktur penaighan atas roti-roti yang telah terjual dan jumlah tagihan tersebut telah dikurangi dengan diskon yang telah

disepakati antara kedua belah pihak.

(38)

4.2.5 Ow Dear Patisserie

Donat Ow Dear dijual di etalase bar Doro Putih, setiap jam 10.00 – 12.00 customer yang datang akan diberikan free donat, lalu diatas jam 12 harga normal. Stok terbatas jadi jika stok sudah habis maka tidak ada penjualan lagi, jika stok masih ada maka bisa dikembalikan ke mas oddy (pemilik donat ow dear). Kalau café lain biasanya aku kasih minimal 10 pcs, jam 13.00 aku anter, tapi juga bisa request mau dianter jam berapa. Kalau di Doro Putih karena disediakan bar, ya jadi aku bisa langsung bikin donatnya di bar dan kerjanya langsung dari sini. Dan ada free donat setiap paginya dari pihak Doro Putih. Keuntungannya ya banyak relasi karena menjadi konsinyor di beberapa kafe di malang, kadang pihak konsinyi juga mempromosikan donat saya ke beberapa owner malang lain untuk dititipi donat. Untuk kerugiannya ya mungkin kalau donat tidak habis, karena kan donat tidak bisa di jual lebih dua hari ya, kalaupun bisa itu rasanya akan berbeda

4.3 Hasil Analisis Data dan Pembahasan 4.3.1 Hasil Analisis Data

4.3.1.1 Masalah yang Dihadapi dari Pelaksanaan Sistem Penjualan Konsinyasi pada UMKM di Kota Malang

Pelaksanaan dari sistem penjualan konsinyasi pada dasarnya tidaklah sama antara satu pelaku usaha dengan pelaku usaha yang lain. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh UMKM tersebut antara lain:

1. UKM Es Teh Jelly

Pihak UMKM mendapatkan calon toko kue, maka diajukanlah permintaan barang konsinyasi.

Kemudian pihak konsinyor memberikan kesepakatan dengan pihak konsinyi dengan perhitungan persen dari penjualan. Setelah sepakat dengan pihak UMKM Es Teh Jelly maka pelaksanaan titip barang kepada toko kue dapat berjalan.

(39)
(40)

Pihak konsinyi mendapat keuntungan 12.5% dari pihak Konsinyor. Barang komisi yang tidak laku terjual oleh komisioner akan dikembalikan kepada konsinyor.

Permasalahan yang terjadi dari sistem penjualan konsinyasi ini adalah:

1) Belum adanya perjanjian tertulis sehingga memungkinkan salah satu pihak melakukan wanprestasi dalam hal perjanjian dagang konsinyasi, baik dalam hal pembayaran ataupun pembagian keuntungan, perlakuan barang, dan lain sebagainya.

2) Barang yang tidak laku dikembalikan kepada konsinyor, sehingga apabila dijual esok hari menjadi tidak fresh. Oleh karenanya barang yang sudah tidak laku tidak dijual dikemudian hari, sehingga mengurangi keuntungan konsinyor apabila terdapat banyak sisa barang komisi yang tidak laku

3) Pembayaran dilakukan secara tunai dengan mengandalkan pencatatan yang sederhana tanpa adanya nota

4) Permasalahan dalam penjualan konsinyasi sebelum pandemi Covid-19 banyak anak sekolah yang membeli Es Teh Jelly apalagi pada musim panas, yang biasanya satu hari bisa memproduksi Es Teh Jelly 400 cups.

5) Setelah/ saat Pandemi Covid-19 peminatnya menjadi sedikit hanya 250 cups per hari 6) Display barang dan penyimpanan barang diletakan ditempat yang mudah dilihat oleh

pembeli, dan pihak konsinyor sudah menyediakan Styrofoam Box jadi pihak konsinyi lebih mudah untuk menjual kepada pembeli

7) Dalam proses pembuatan Es Teh Jelly dapat memproduksi 400 cups/hari, banyak yang minta diantarkan es tehnya jika sudah habis.

2. UMKM Nutra Jaya

Prosedur penjualan konsinyasi yang pertama yaitu mengambil form penitipan produk kemudian diisi apakah telah memenuhi persyaratan yang telah dicantumkan dalam form tersebut.

Mereka juga harus sudah membawa produk yang akan dititipkan dengan berat yang sesuai dengan produk yang akan dititipkan atau biasa disebut dengan tester. Serta melengkapi berkas-

(41)

berkas seperti BPOM untuk minuman karena setiap bulan akan ada pengecekan untuk mengecek apakah produk-produk sudah legal dan layak untuk dijual.

Setelah berkas-berkas sudah terpenuhi akan mengajukan barang tersebut serta harganya.

Namun, saat pengajuan barang dan harga akan terjadi penawaran apabila harga yang ditentukan terlalu mahal maka akan terjadi penawaran harga sesuai dengan pasar. Apabila supplier baru maka perlu untuk mencantumkan KTP dan menyertakan akan ditransfer ke bank mana serta nomor rekeningnya. Serta mewajibkan untuk membuka rekening baru yaitu Bank BCA untuk mempermudah proses pembayaran. Setelah dilakukan pre-order konsinyor harus mengirimkan barang sesuai dengan yang diminta, apabila jumlah tidak sama maka barang bisa dikirimkan sesuai kemampuan dengan melakukan konfirmasi terlebih dahulu, kemudian mereka bisa mengirimkan barang sisanya pada tanggal yang telah ditentukan. Dari prosedur penjualan konsinyasi tersebut, permasalahan yang ditemui antara lain:

1) Barang konsinyasi yang diperdagangkan merupakan barang konsinyasi yang memerlukan perlakuan khusus karena harus disimpan dalam suhu tertentu agar tidak mudah rusak.

Oleh karenanya, diperlukan biaya tambahan dalam penyimpanan barang konsinyasi seperti halnya biaya listrik, biaya untuk pembelian peralatan dan perlengkapan dalam penyimpanan.

2) Syarat yang diberlakukan oleh distributor atau dalam hal ini komisioner adalah berbeda- beda.

3) Sewaktu pandemi permasalahan yang di hadapi lebih rumit lagi yaitu peminat banyak berkurang karena para wisatawan yang menuju ke Malang sangat sedikit dibandingkan dulu sehingga omset menurun dan mereka mengubah metode penjualan nya agar tidak rugi terlalu banyak.

4) Jika barang yang dipesan oleh toko terlalu banyak sehingga banyak barang yang kembali dan banyak yang tidak terjual sehingga menghambat dana untuk produksi.

(42)

Mereka terpaksa menutup outlet karena diberlakukannya PSBB dan mereka perlu melakukan retur barang dari konsinyor dalam jumlah banyak. Penjualan yang terjadi selama pandemic COVID-19 ini mengalami penurunan yang cukup besar apalagi KUD ini banyak customer yang berasal dari luar kota.

3. SS Iqbal Jaya

Prosedur penjualan konsinyasi yang dilakukan oleh UMKM SS Iqbal Jaya pertama adalah menawarkan kepada calon komisioner mengenai produknya dan memberikan sampel produk. Selanjutnya jika komisioner setuju dan cocok dengan harga yang ditawarkan selanjutnya terjadilah perjanjian konsinyasi secara lisan. Konsinyi mencatat ke dalam nota jumlah barang yang dititipkan kepada komisioner. Apabila ada barang yang tidak laku terjual, maka konsinyor akan mengganti dengan barang baru. Berdasarkan prosedur penjualan konsinyasi tersebut, maka masih ditemui hambatan berupa:

1) Belum adanya perjanjian tertulis mengenai sistem penjualan konsinyasi menyangkut pembagian komisi, perlakuan barang, pembayaran barang, dan lain sebagainya sehingga rawan wanprestasi

2) Masih sederhananya skala komisioner yakni toko dan warung 3) Dokumen yang digunakan masih sangat sederhana hanya nota

4) Kemasan sangat sederhana, terbuat dari plastik bening yang sangat rawan rusak karena udara mudah masuk

5) Belum memiliki kemasan yang dapat meingkatkan nilai tambah barang tersebut

6) Tidak tertulis PIRT dalam kemasan sehingga keamanan konsumsinya masih diragukan 7) Sebelum pandemi, komisioner mampu menjual maksimal 4 hari, namun pada saat

pandemi bisa lebih dari 1 minggu. Jadi, penjualan tidak menentu setiap minggunya 4. Roti Belle Bread

Toko Belle Bread Malang menetapkan penyerahan hak atas barang (roti) juga dengan hasil penjualan barang sampai barang tersebut terjual kepada pihak ketiga. Empat hal pokok dalam administrasi penjualan konsinyasi di Toko Belle Bread Malang adalah :

(43)

1) Karena hak milik atas barang yang berada pada Toko Belle Bread, maka barang konsinyasi harus dilaporkan. Barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan komisioner.

2) Pada saat pengiriman barang konsinyasi tidak menimbulkan pendapatan dan tidak dipakai sebagai kriteria untuk mengetahui atau mengakui pendapatan, baik bagi Toko Belle Bread maupun bagi toko lain sampai dengan saat barang terjual pada pihak ketiga.

3) Pihak Toko Belle Bread Malang sebagai pemilik tetap bertanggungjawab sepenunya terhadap semua biaya berhubungan dengan barang konsinyasi. Toko toko lain itu hanya berhak sebagai penitipan sampai berhasil menjualkannya kepada pihak ketiga.

4) Toko Belle Bread Malang dalam batas kemampuan mempunyai menjaga keamanan dan keselamatan barang yang diterima. Oleh sebab itu administrasi penjualan yang tertib harus diselenggarakan sampai dengan saat toko lain sebagai komisioner berhasil menjual roti-roti tersebut kepada pihak ketiga.

5) Untuk penyimpanan barang terdapat di gudang Toko Belle Bread Malang terlebih dahulu lalu jika barang sudah dikirimkan kepada pihak toko lain (komisioner) maka penyimpanan akan berpindah. Dan juga untuk display barang sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati bersama.

Sebelum pandemi covid-19 penjualan konsinyasi berjalan dengan lancar dan omset penjualan sangat tinggi. Serta pihak-pihak komisioner juga semakin bertambah. Hasil yang didapat dari penjualan konsinyasi juga sangat menguntungkan antara kedua belah pihak. Setelah menggunakan sistem titip jual, Toko Belle Bread Malang bisa menjual 100 roti setiap harinya.

Dengan strategi pemasaran dalam mengembangkan toko roti miliknya, penjualan titip jual sendiri adalah salah satu dari strategi pemasaran toko ini. Dimana dapat memperluas jaringan pemasaran, serhingga tingkat omset pun semakin meningkat begitu juga dengan profit yang dihasilkan. Adapun masalah yang terjadi terkait penjualan konsinyasi adalah :

1) Belum adanya perjanjian konsinyasi secara tertulis

2) Pengemasan barang masih sangat sederhana dan belum mencantumkan kode kadaluarsa dan PIRT

(44)

3) Masih sederhananya skala konsinyasi yakni toko-toko dan warung makan

4) Setelah pandemi covid penjualan konsinyasi di Toko Belle Bread Malang sangat mengalami penurunan yang signifikan. Hilangnya daya beli pihak ketiga dikarenakan masa pembatasan sosial di berbagai daerah dan pada saat itu di Kota Malang juga.

5) Bahkan beberapa toko lain harus terpaksa tutup dikarenakan kerugian karena pandemi.

Dimana awalnya bisa menjual 100 roti, saat pandemi hanya setengah dari penjualan sebelumnya.

6) Kerugian yang pernah dirasakan oleh Toko Belle Bread adalah salah dalam pemilihan penjual, dimana penjual lain atau toko lain tidak menjual produk dengan baik atau harga yang dijualkan berbeda atau juga bisa laku produk sangat lama sehingga dapat mengalami kerugian.

7) Pembayaran yang tidak langsung atau uang tidak dapat diterima setelah roti-roti ini terjual. Dikarenakan sistem pembayaran biasanya per minggu atau per bulan.

5. Ow Dear Patisserie

Sama seperti pedagang – pedagang lain, sebelum pandemi penjualan tentu lebih ramai jadi pemasukan banyak, karena target pasar adalah mahasiswa. Sejak pandemi ini dan semua sekolah libur dan mahasiswa banyak yang kembali kedaerah asal jadi untuk saat ini penghasilan tidak stabil. Permasalahan utama yang di hadapi saat ini adalah penjualan menurun. Selain penjualan menurun masalah lain yang dihadapi oleh UMKM Donat Ow Dear adalah:

1. Ketahanan donat yang kurang dari 1 hari dan harus dikonsumsi dalam keadaan hangat apabila tidak ingin rasanya keras. Oleh karenanya, diperlukan penyimpanan khusus untuk menjaga suhu donat agar tetap hangat dan empuk untuk dikonsumsi

2. Kurang luasnya distribusi pemasaran. Mitra dagang yakni konsinyi yang selama ini diandalkan adalah kafe Doro Putih, sehingga jika cafe Doro Putih mengalami penurunan kunjungan customer akibat pandemi, maka donut Ow Dear juga mengalami penurunan

(45)

3. Belum adanya perjanjian tertulis untuk melaksanakan penjualan konsinyasi sehingga rawan wanprestasi.

4. Dokumen penjualan konsinyasi yang digunakan masih sangat sederhana yakni hanya nota.

5. Jika ada barang yang tidak laku terjual maka akan dikembalikan oleh komisioner 4.4.1 Pembahasan

4.4.1 Permasalahan yang dialami oleh Es Teh Jelly

Belum adanya perjanjian tertulis pada penjualan konsinyasi disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari pihak UMKM akan kegunaan perjanjian tertulis dalam perjanjian konsinyasi.

Selain itu, perjanjian lisan dinilai lebih praktis dan efisien karena tidak terlalu banyak catatan yang simpan. Meskipun perjanjian secara lisan rawan akan kecurangan namun beberapa UMKM masih banyak yang menerapkan perjanjian lisan karena alasan lebih praktis. Solusi yang dapat disarankan pada UMKM Es Teh Jelly adalah mengubah perjanjian lisan menjadi perjanjian tertulis.

Apabila kepraktisan adalah alasan utama untuk melakukan perjanjian lisan, maka sebaiknya perjanjian tertulis tertuang pada nota konsinyasi, sehingga perlakukan atas perjanjian konsinyasi dapat seragam diterapkan kepada semua komisioner.

Perlakuan untuk barang yang tidak laku dan dikembalikan kepada konsinyor, karena apabila dijual esok hari menjadi tidak fresh, sebaiknya UMKM Es Teh Jelly mencari mitra dagang dalam hal ini adalah komisioner yang memiliki tempat penyimpanan khusus yakni kulkas ataupun lemari pendingin untuk menjaga kestabilan suhu sehingga barang dagang tidak mudah rusak karena jika hanya disimpan pada wadah sterofoam maka akan lebih mudah rusak karena suhu yang tidak stabil, sehingga sebaiknya memilih komisioner yang telah memiliki tempat penyimpanan khusus.

Pembayaran dilakukan secara tunai dengan mengandalkan pencatatan yang sederhana.

Setiap hari konsinyor melakukan pengiriman barang dagang kepada komisioner dan melakukan

(46)

pengambilan barang kembali di sore hari dan melakukan rekapitulasi. Meskipun masih sederhana dalam hal pencatatan, namun pencatatan harus dilakukan secara terperinci dan dibedakan antara penjualan sendiri dan penjualan dari hasil penjualan konsinyasi. Selain itu, menambahkan perjanjian tertulis pada nota dagang.

Efektivitas penjualan selama pandemi adalah Efektivitas: Hasil penjualan aktual x 100%

Target Penjualan

Efektivitas : 250 x 100 = 75%

400

Efektivitas penjualan saat ini mengalami penurunan yakni hanya 75% tidak seperti biasanya. Hal ini dikarenakan karena banyak orang yang takut untuk membeli makanan dan minuman karena takut tertular virus. Selain itu, karena tutupnya sekolah-sekolah dimana pembeli terbanyak biasanya adalah anak sekolah. Oleh karena itu strategi yang dapat diterapkan adalah dengan memperluas varian barang dagang dengan menjual produk minuman yang berupa serbuk dalam kemasan dan dikemas secara baik sehingga dapat meningkatkan nilai jual. Minuman tersebut dapat dititipkan di toko bahan pangan atau bahan kue.

4.4.2 UMKM Nutra Jaya

Diperlukan tempat penyimpanan khusus untuk barang konsinyai karena terbuat dari bahan yang mudak rusak yakni susu. Oleh karenanya, lemari pendingin atau kulkas yang diperlukan untuk penyimpanan bukan sekedar kulkas tetapi harus dalam kondisi layak dan terjaga stabilitas suhunya. Pada saat musim pandemi terjadi penurunan volume penjualan, sehingga banyak barang yang dari komisioner kembali. Oleh karenanya, dalam hal produksi perlu dilakukan ramalan penjualan pada musim pandemi.

Ramalan penjualan dihitung sesuai rata-rata penjualan masing-masing toko sehingga tidak akan banyak barang yang kembali karena jika terlalu banyak barang kembali maka akan mengurangi keuntungan meningat barang yang diperdagangkan adalah minuman yang tidak tahan lama. Efektivitas penjualan UMKM Nutra Jaya belum diketahui secara pasti mengingat UMKM ini sedang tutup sementara dikarenakan pemilik UMKM terpapar virus Covid 19 dan terpaksa menutup tempat usahanya.

4.4.3 UMKM SS Iqbal Jaya

Belum adanya perjanjian tertulis mengenai sistem penjualan konsinyasi menyangkut pembagian komisi, perlakuan barang, pembayaran barang, dan lain sebagainya sehingga rawan wanprestasi. Oleh karena itu, diperlukan perjanjian tertulis. Banyak UMKM yang tidak menjalankan perjanjian tertulis dalam melakukan perdagangan konsinyasi dikarenakan

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya subjek menggunakan metode yang pernah diajarkan oleh guru sebelumnya yaitu metode eliminasi untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal; (c) dalam tahap

- Setelah beberapa saat (sesuka anda) cobalah menarik kedua tangan anda agar menjauh, tetapi jangan terlalu lebar. - Lalu pertemukan kembali kedua telapak tangan anda di depan

probiotik penting karena diyakini bahwa probiotik sama seperti mikrobiota usus yang sehat, demonstrasi yang menunjukkan bahwa prebiotik dapat mengubah komposisi

Adapun hak-hak yang dimiliki buruh dalam hal terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah: jika PHK karena alasan berat memperoleh uang penggantian hak; Jika PHK karena

Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan

Before quantifying the data, strict rules were agreed on: (1) the primary and complex metaphors used; (2) one named metaphor could consist of more than one complex metaphor,

35 Tambah Ramasamy lagi, walaupun Tanah Melayu mencapai kemerdekaan, struktur sosial estet tidak mengalami sebarang perubahan malah bertambah kukuh dengan tindakan

Tidak semua ajaran dalam kitab al Hikam dapat diaplikasikan kepada santri atau jamaah pondok pesantren Bi Ba’a Fadlrah, namun ada beberapa ajaran yang sangat