• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan usaha guna mendapatkan keuntungan. Adanya keuntungan atau kerugian dapat diketahui apabila perusahaan mempunyai pencatatan keuangan yang baik. Akuntansi menjadi mempunyai peranan penting dalam hal ini. Sesuai dengan pengertiannya menurut Paul Gardy dalam ARS No.7 AICPA, 1965, akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi yang secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisi, menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta kerakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawabanatas kepercayaan yang diterimanya.

Definisi lain menurut Accounting Principle Board (APB) dalam statement No.4, akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan-pilihan logis di antara tindakan-tindakan alternatif.

(2)

2

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu kegiatan pencatatan yang menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan, yang berisi informasi-informasi yang dibutuhkan manajemen dan berguna dalam pengambilan keputusan. Informasi-informasi keuangan tersebut disajikan dalam sebuah laporan keuangan.

Menurut Wiwin Yadiati (2007) Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggung jawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu untuk menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000. Dengan adanya pertumbuhan pembangunan di Indonesia maka semakin meningkat juga jumlah pelanggan dan kebutuhan listrik di Indonesia. Dewasa ini PLN sendiri terus melakukan pembangunan infrastruktur sebagai persiapan dalam menyambut era baru pengembangan ketenaga listrikan dimasa yang akan datang. Meningkatnya jumlah pelanggan tentu akan meningkatkan penjualan tenaga listrik seperti dalam grafik berikut ini :

(3)

3

Grafik 1.1

Grafik Penjualan Tenaga Listrik

Penjualan tenaga listrik yang dilakukan oleh PLN menggunakan tarif yang diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tentang tarif tenaga listrik yang disediakan oleh perusahaan perseroan (Persero) Perusahaan Listrik Negara. Tarif tenaga listrik terdiri atas tarif tenaga listrik reguler dan tarif tenaga listrik prabayar. Tarif tenaga listrik reguler merupakan tarif tenaga listrik yang dibayarkan setelah pemakaian tenaga listrik oleh konsumen. Sedangkan tarif tenaga listrik prabayar merupakan tarif tenaga listrik yang dibayarkan sebelum pemakaian tenaga listrik oleh kunsumen.

Pada tahun 2013 tarif tenaga listrik mengalami kenaikan secara bertahap, di beberapa golongan pelanggan listrik yang terkena kenaikan TTL. Yang pertama, golongan I3 (tarif tenaga listrik untuk keperluan industri diatas 200kVA)

(4)

4

yang tarifnya naik 8,6% dan I4 (tarif tenaga listrik untuk keperluan industri diatas 30.000kVA) yang naik 13,3% setiap dua bulan. Sementara itu, ada enam golongan listrik yang naik di tahap kedua per dua bulan sampai November. Mereka adalah golongan I3 non listed yang kenaikannya bertahap 11,57%, golongan R3 kapasitas 3.500-5.000 VA yang naik bertahap 5,7%, golongan P2 dengan daya di atas 200 kVA yang naik 5,36%. Tak hanya tiga golongan listrik di atas yang mengalami kenaikan listrik bertahap per dua bulan, golongan R1 dan P3 pun juga mengalami hal serupa. Golongan RI yang berdaya 2.200 VA pun tarifnya naik 10,43% per dua bulan, golongan P3 naik 10,69% per dua bulan, dan golongan R1 dengan daya 1.300 kVA mengalami kenaikan bertahap 11,36%. Berikut tarif tenaga listrik pada tahun 2013 :

(5)

5

Tabel 1.1

Tarif Tenaga Listrik Rata-rata Menurut Golongan Tahun 2013 Golongan Tarif TTL 2013 S1 – 2013 314,50 S2 – 2013 682,08 S3 – 2013 863,20 R1 – 2013 711,48 R2 – 2013 1.058,80 R3 – 2013 1.327,40 B1 – 2013 769,73 B2 – 2013 1.351,70 B3 – 2013 1.049,60 I1 – 2013 788,72 I2 – 2013 1.032,50 I3 – 2013 826,30 I4 – 2013 679,30 P1 – 2013 967,24 P2 – 2013 966,50 P3 – 2013 926,60 T – 2013 737,50 L – 2013 1.169,70

Sumber : Diolah dari data PT PLN (Persero)

Harga jual rata-rata tarif listrik tahun 2013 meningkat dari Rp728,32/kWh tahun 2012 menjadi Rp818,41/kWh di tahun 2013 sebagai konsekuensi dilaksanakannya kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara bertahap pada tahun 2013, namun harga jual rata-rata tarif listrik ini masih di bawah Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tahun 2013 sebesar Rp1.380/kWh sehingga masih diperlukan subsidi listrik.

Berdasarkan UU nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, Pemerintah harus memberikan subsidinya untuk menutupi melonjaknya biaya produksi listrik sehingga tidak merugikan PLN. Pemerintah juga harus memantau PLN agar melakukan efisiensi dalam produksi baik dengan mengurangi pemakaian BBM

(6)

6

atau mencari bahan bakar alternatif misalnya dengan batubara, gas bumi dan tenaga surya, mengingat harga BBM semakin meningkat sehingga biaya produksi semakin bertambah dan tarif tenaga listrik yang sebenarnya (tanpa subsidi pemerintah) tentu akan meningkat juga.

Kenaikan tarif tenaga listrik yang diberlakukan oleh pemerintah beralasan bahwa beban subsidi semakin meningkat bila tarif listrik tidak dinaikan. Sebaliknya jika pemerintah menaikan tarif tenaga listrik maka terjadi penghematan anggaran. Pemerintah juga berharap dengan kenaikan tarif tenaga listrik dapat menjaga kesinambungan fiskal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kebijakan pemerintah dalam menaikan tarif tenaga listrik dinilai baik, Avliliani (2014) menyatakan bahwa pencabutan subsidi lisrik berdampak pada kenaikan inflasi 0,1% - 0,2% mampu menghemat pengeluaran sebesar Rp. 8,51 triliyun. Dari sisi konsumen, terutama kalangan industri, akan mendorong mereka untuk lebih efisien dalam kegiatan produksinya. Selama ini, banyak industri yang masih menikmati subsidi sehingga harga listrik yang dijual bukan merupakan harga yang sebenarnya. Untuk kelompok rumah tangga, pemerintah telah menghitung beban yang harus dibayar konsumen setiap bulannya, terutama konsumen yang dinilai mampu masih dalam batas keterjangkauan mereka. Aviliani (2014) juga menyatakan bahwa, yang pasti penghapusan subsidi dengan penyesuaian TTL ini tidak berimbas pada pelanggan kecil dengan daya 450 VA dan 900 VA (http://www.tribunnews.com).

(7)

7

Subsidi listrik dihitung dari selisih negatif antara harga jual tenaga listrik rata-rata (Rp/kWh) dari masing-masing golongan tarif dikurangi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik (Rp/kWh) pada tegangan di masing-masing golongan tarif dikalikan volume penjualan (kWh) untuk setiap golongan tarif. Akumulasi besaran subsidi yang diperlukan oleh Perseroan tersebut ditentukan oleh Pemerintah dengan persetujuan DPR, diputuskan untuk masing-masing tahun operasional dan dibayarkan oleh Pemerintah sesuai jadwal realisasi APBN tahun berjalan.

Subsidi listrik yang dianggarkan dalam APBN Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp80,94 triliun yang telah disetujui dan disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI serta telah diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013. Berikut besaran subsidi selama 5 tahun terakhir :

Tabel 1.2

Besaran Subsidi Listrik

Sumber : diolah dari PT PLN (Persero)

Selama beberapa periode, neraca keuangan produsen listrik milik negara ini selalu merah karena berbagai sebab, salah satunya karena kurs rupiah yang melemah. Seperti yang disebutkan dalam beberapa media eletronik, diantarnya Ananda Putri (2014) menyatakan bahwa Rugi seolah tidak lepas membayangi Perusahaan Listrik Negara ini, kemudian oleh Ayu Prima Sandi (2014)

(8)

8

menyatakan bahwa kinerja keuangan Listrik Negara sepanjang 2013 tak cemerlang (http://www.tempo.com)

Berdasarkan laporan keuangan PLN, kerugian terbesar perusahaan itu terjadi pada 2013 sebesar Rp 39,2 triliun. Nilai kerugian terbesar berikutnya pada 2000 sebesar Rp 24,61 triliun. Adapun pada 1998 PLN merugi Rp 9,2 triliun, dan pada 1999 PLN rugi sebesar Rp 11,37 triliun. Berikut grafik yang menunjukan tingkat laba atau rugi PT PLN (Persero) selama 3 tahun terakhir.

Grafik 1.2

Grafik Tingkat Laba 2011-2013

Sumber : Diolah dari data PT PLN (Persero)

Grafik diatas menunjukan bahwa laba PLN pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 7,872 triliun, kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp. 6,859 triliun menjadi Rp. 1,013 triliun. Sedangkan, pada tahun 2013

7.872 1.013 (39.200) (50.000) (40.000) (30.000) (20.000) (10.000) - 10.000 20.000 2011 2012 2013

(9)

9

PLN mengalami kerugian sebesar Rp. 39,2 Triliun. Sebagai dampak terdepresiasinya nilai tukar rupiah hingga sebesar 20,8% (kurs tengah tahun 2013), perusahaan mengalami kerugian akibat selisih kurs sebesar Rp. 48,10 triliun. Setelah ditambah dengan bunga dan lain-lain maka jumlah bebar diluar usaha menjadi sebesar Rp. 75,72 triliun, sehingga pada tahun 2013 perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp. 29,57 triliun.

Direktur Keuangan PLN, Setio Anggoro Dewo, mengatakan perseroan merugi sepanjang tahun lalu. "Ini karena terjadi rugi kurs akibat utang PLN didominasi oleh valas," kata Dewo dalam rapat kerja dengan Komisi Energi DPR, Senin, 10 Februari 2014. Menurut dia, keuntungan perusahaan sedikit karena 30 persen dari total utang PLN didominasi oleh utang valuta asing. "Utang valas tersebut misalnya pinjaman dari ADB, World Bank, lembaga lain dari satu negara seperti JICA, JBIC, dan bank dari Prancis AFD, termasuk global bond. Itu semua tergantung dinamika kurs," ujarnya (htttp://tempo.co.id).

Pada Semester I tahun 2014, PT PLN (Persero) meraup laba bersih Rp 12,3 triliun, melonjak 158% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Direktur Utama PLN, Nur Pamudji menjelaskan "Itu pendapatan semester I-2014 dibandingkan semester I-2013. Kan tahun lalu kita rugi kurs, ruginya hingga Rp 48 triliun, tahun ini kita ada untung dari kurs”. Seperti yang diketahui PLN mengalami kerugian yang sangat besar pada tahun 2013 “Ruginya itu cuma di catatan doang, tidak ada uang fisiknya hanya di neraca keuangan saja, Memang ada (pemasukan dari TTL), cuma itu hanya sebagian kecil, yang lebih besar itu dari konsumsi listrik pelanggan dan pertumbuhan konsumsi listrik. Konsumsi

(10)

10

listrik kita terus tumbuh pesat," katanya ketika ditemui di acara Halal Bihalal di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin 04 Agustus 2014 (http://finance.detik.com).

Pengakuan selisih kurs yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara ini sudah sesuai dengan yang dijelaskan dalam PSAK No. 10, mengenai pengakuan selisih kurs (recognation of exchange differences) Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

Salah satu sumber keuntungan PLN pada semester 1 2014 adalah laba selisih kurs sekitar Rp 4,4 triliun. Selain dari untung selisih kurs, peningkatan laba bersih ini antara lain terdorong kenaikan pendapatan dari penjualan listrik. Kenaikan pendapatan dan laba usaha berasal dari peningkatan volume penjualan listrik. Selain jumlah pelanggan bertambah, PLN menikmati tambahan pendapatan dari kenaikan bertahap Tarif tenaga Listrik yang juga naik beberapa kali tahun ini.

Bambang Dwiyanto (2014) mengemukakan bahwa Laporan keuangan PT PLN (Persero) per 30 Juni 2014 unaudited menunjukkan angka yang signifikan

(11)

11

terhadap pertumbuhan pendapatan usaha yakni Rp. 145,1 triliun dibandingkan dengan periode yang sama 30 Juni 2013 yakni Rp. 116,7 triliun, naik Rp. 28,4 triliun atau 24,3%. Meningkatnya pendapatan usaha di Semester I 2014 ini disebabkan kenaikan volume penjualan kWh tenaga listrik menjadi sebesar 96,560 Tera Watt hour (TWh) atau naik 6,7% dibanding dengan periode yang sama tahun 2013.

Kenaikan volume penjualan merupakan bukti nyata bahwa PLN telah memberikan dukungan serta kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai upaya untuk terus meningkatkan angka rasio elektrifikasi. Bambang Dwiyanto (2014) mengemukakan bahwa PLN terus menyambung listrik ke pelanggan dan hingga Juni 2014 jumlah pelanggan Perseroan mencapai 55,74 juta pelanggan. Disisi lain, beban usaha pada Semester I 2014 tercatat sebesar Rp. 118,5 triliun, meningkat 20,5% dibandingkan Semester I 2013 sebesar Rp. 98,3 triliun.

Meningkatnya beban usaha ini terutama dikarenakan peningkatan konsumsi listrik nasional dan adanya kenaikan harga bahan bakar, pelumas untuk melayani peningkatan permintaan tenaga listrik para pelanggan dan pengguna listrik yang tersebar diseluruh wilayah di Indonesia. Dengan demikian laba usaha Perseroan pada Semester I 2014 adalah Rp. 26,6 triliun, naik sebesar Rp.8,2 triliun atau 44,8% dibanding dengan periode yang sama tahun 2013 Rp. 18,4 triliun. Persentase kenaikan beban usaha terlihat lebih rendah dibanding persentase kenaikan pendapatan usaha. Hal ini menunjukkan upaya efisiensi yang terus dijaga oleh PLN. Perseroan terus melakukan kontrol terhadap pengeluaran

(12)

12

untuk beban usaha, khususnya untuk biaya kepegawaian dan pemeliharaan yang merupakan controllable cost bagi Perseroan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul : “PENGARUH SUBSIDI DAN TARIF TENAGA LISTRIK TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT PLN (PERSERO) PERIODE TAHUN 2012-2013”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini :

1. Apakah subsidi berpengaruh terhadap tingkat laba PT PLN (Persero) 2. Apakah tarif tenaga listrik berpengaruh terhadap tingkat laba PT PLN

(Persero)

C. Pembatasan Masalah

Dalam perhitungan subsidi listrik yang ditetapkan dalam APBN sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia terdapat variable margin. Yang dimaksud margin disini adalah margin keuntungan yang ditetapkan pemerintah untuk PLN pada tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar 7%. Walapun terdapat margin keuntungan yang sudah ditetapkan pemerintah untuk PLN, tetapi PLN tetap saja mengalami kerugian. Kerugian yang dialami PLN pada tahun 2013 tersebut disebabkan oleh besarnya kerugian selisih kurs mata uang asing pada

(13)

13

periode tersebut. Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas, maka peneliti membatasi penelitian mengenai laba yaitu pada laba sebelum pos keuangan dan lain-lain.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapat dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh subsidi listrik terhadap tingkat laba PT PLN (Persero)

2. Untuk mengetahui pengaruh tarif tenaga listrik (TTL) terhadap tingkat laba PT PLN (Persero)

E. Kontribusi Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik itu kontribusi praktik maupun kontribusi kebijakan PT PLN (Persero), diantaranya sebagai berikut :

1. Kontribusi Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai korelasi antara beberapa variabel yang terdapat dalam laporan laba rugi diantaranya adalah mengenai tarif tenaga listrik, subsidi dan tingkat laba. Dengan meneliti beberapa variabel yang dianggap penting dalam laporan keuangan diharapkan penelitian ini dapat menjadi

(14)

14

bagian dari annual report tahunan dalam rangka peningkatan kualiatas tata kelola dan inovasi operasional.

2. Kontribusi Kebijakan

Memberikan informasi kepada Manajemen mengenai seberapa besar pengaruh subsidi dan tarif tenaga listrik terhadap tingkat laba yang dicapai selama periode tahun 2012 - 2013, serta mengetahui apakah ada faktor lain yang sangat mempengaruhi tingkat laba. Manfaat lain yaitu membantu manajemen PT PLN (Persero) dalam menyajikan data yang digunakan sebagai dasar usulan tarif tenaga listrik (TTL) kepada pemerintah. Dengan tarif tenaga listrik yang sesuai diharapkan stabilitas ekonomi di Indonesia dapat terus dijaga dan terus berkembang. Diharapkan data ini juga dapat membantu para manajemen PT PLN (Persero) dalam menjaga keandalan PT PLN (Persero) sebagai perusahaan perseroan yang berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan.

Referensi

Dokumen terkait

Pembacaan akan dapat dilakukan jika salah satu sisi kristal sejajar dengan benang silang kanan-kiri, selanjutnya meja obyektif diputar sampai benang silang yang lain

Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida

Senile lentigo atau age spots merupakan makula hiperpigmentasi kulit yang terjadi dalam bentuk tidak teratur yang muncul paling sering di daerah kulit terkena sinar

Penampilan wanita tomboy memang sangat kasual, namun untuk memberikan daya tarik tersendiri tips-tips berikut ini bisa Anda coba, jika Anda wanita tomboy yang juga ingin

Tesis yang berjudul “OPTIMALISASI MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KUDUS” disusun untuk guna melengkapi sebagian dari tugas yang

Tren apresiasi nilai tukar Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk meredam tekanan inflasi, khususnya dari imported inflation, dengan tetap mempertimbangkan

Jelaskan rencana mendapatkan umpan balik guna memperbaiki tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu dalam rangka peningkatan kualitas program

Berdasarkan tabel 4.4 hasil respon siswa pada uji coba kelompok kecil media komputer pembelajaran (CAI) telah memenuhi kriteria daya tarik dengan persentase