• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT..."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

(2)

ii

2.1.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Teori Kebijakan Publik ... 16

2.2.2 Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik ... 20

2.2.3 Tipologi Kebijakan Publik ... 23

2.2.4 Implementasi Kebijakan ... 26

A. Model Implementasi Kebijakan ... 28

1. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn . 28 2. Model Mazmainandan Sabatier ... 29

3. Model George C. Edward III ... 31

4. Model Merille S. Grindle ... 35

2.3 Kerangka Konsep... 36

2.3.1 Konsep Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ... 36

2.3.2 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ... 38

2.3.3 Konsep Pendidikan Inklusif ... 42

A. Pengertian Pendidikan Inklusif ... 42

2.4 Kerangka Berpikir ... 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 49

3.1 Jenis Penelitian ... 49

3.2 Sumber Data ... 50

3.3 Unit Analisis ... 52

3.4 Teknik Pengumpulan Informasi ... 53

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.6 Teknis Analisis Data ... 56

3.7 Teknik Penyajian Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Gambaran Umum Unit SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung ... 59

4.1.1 Visi, Misi, dan Tujuan SD No. 11 Jimbaran... 59

4.1.2 Struktur Guru dan Pegawai SD No. 11 Jimbaran ... 63

(3)

iii

4.2 Hasil Temuan & Analisi ... 64

4.2.1 Hasil Temuan di Lapangan ... 64

A. Keadaan Guru SD No. 11 Jimbaran ... 64

B. Keadaan Peserta Didik SD No. 11 Jimbaran ... 65

C. Kondisi sarana dan Prasarana ... 66

4.2.2 Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi di SD No. 11 Jimbaran ... 73

4.2.3 Faktor Penghambat Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi di SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung ... 94

BAB V PENUTUP ... 106

5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Daftar Informan Penelitian ... 51

(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.4 Kerangka Berpikir ... 46 3.2 Model Analisis Deskripsi ... 57 4.1 Struktur Guru & Pegawai di SD No. 11 Jimbaran ... 63

(6)

vi

DAFTAR SINGKATAN

ADHD : Attetion Deficit Hyperactivity Disorder

ABK : Anak Berkebutuhan Khusus

SLB : Sekolah Luar Biasa

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : sekolah Menengah Kejuruan

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

UNESCO : United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization

PAD : Pendapatan Asli Daerah

GPK : Guru Pembimbing Khusus

GP : Guru Pendamping

GK : Guru Kunjungan

CIBI : Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa

IQ : Intelligence Quotient

CIPP : Context, Input, Process, dan Product

SDM : Sumber Daya Manusia

Jateng : Jawa Tengah

SOPs : Standar Operating Prosedures

Disdikpora : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Porseni : Pekan Olahraga dan Seni

PSLB : Pendidikan Sekolah Luar Biasa

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. PedomanWawancara Lampiran 2. TranskripWawancara Lampiran 3. Foto di Lapangan

(8)

viii ABSTRAK

Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal. Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yyang menerima siswa Anak Berkebutuhan Khusus dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan untuk anak reguler dan Anak Berkebutuhan Khusus.

SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung menjadi sekolah reguler yang ditunjuk untuk menjalankan program pendidikan inklusif. Tujuan dari penelitian ini guna mengetahui implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi ABK di SD No. 11 Jimbaran dan hambatan dalam implementasi pendidikan inklusif ini. Studi ini menggunakan metodelogi penelitian kualitatif deskriptif. Dalam memperoleh data, penulis melakukan observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer yang terkait dan melakukan studi dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Selain itu peneliti menggunakan teknik berupa wawancara langsung dan tidak langsung yang berkaitan dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Implementasi Pendidikan Inklusif di SD No. 11 Jimbaran ini telah mampu menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di tingkat sekolah dasar, ini dapat dilihat dari jumlah siswa Anak Berkebutuhan Khusus yang terdaftar, sarana dan presarana yang sudah memadai sebagai akses untuk ABK, selain itu, penghargaan yang di dapat oleh SD No.11 Jimbaran juga menjadi bukti bahwa pendidikan inklusif sudah berjalan dengan baik. Namun, secara menyeluruh implementasi pendidikan inklusif ini belum berjalan efektif dan belum sesuai dengan standar pendidikan inklusif yang telah ditetapkan. Hambatan yang harus diatasi yaitu ketersediaan tenagak pendidik khusus, kurikulum yang sesuai dengan pendidikan inklusif untuk ABK.

Kata kunci : Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan Publik, Pendidikan Inklusif, Anak Berkebutuhan Khusus.

(9)

ix ABSTRACT

Inclusive education is an educational service system that provides opportunities for all children to study together in a public school with attention to diversity and individual needs, so that the potential of children can develop optimally. Inclusion schools are regular schools that receive students with Special Needs Children and provide an education service system tailored for regular children and Children with Special Needs. SD No. 11 Jimbaran Badung regency becomes a regular school appointed to run an inclusive education program. The purpose of this research is to know the implementation of inclusive education for crew in SD No.

11 Jimbaran and obstacles in the implementation of this inclusive education. This study uses descriptive qualitative research methodology. In obtaining the data, the authors make direct observations to the field to obtain the primary data related and conduct documentation studies to obtain secondary data. In addition, the researcher uses techniques such as direct and indirect interviews related to this research. The conclusion of this research is Implementation of Inclusive Education in SD No. 11 Jimbaran has been able to become a school of inclusive education at the primary school level, this can be seen from the number of students with the Special Needs Children registered, adequate facilities and precision as access for Special Needs Children, in addition, the awards are attained by SD No.11 Jimbaran also proves that inclusive education is going well.

However, the overall implementation of inclusive education has not been effective yet and is not in line with the established standard of inclusive education. The obstacles to be overcome are the availability of special educators, curricula appropriate to inclusive education for Special Needs Children.

Keywords: Public Policy, Public Policy Implementation, Inclusive Education, Children with Special Needs

(10)

x BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pendidikan yang memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, oleh karena itu setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk meraih pendidikan. Hal tersebut, tercantum pula dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satunya pada Pasal 5 Ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Keberadaan pendidikan tidak saja penting bagi anak normal, melainkan bermanfaat pula untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki keterbatasan dan kekurangan ketika harus berinteraksi dengan orang lain. ABK sering menerima perlakuan yang diskriminatif dari orang lain. Bahkan untuk menerima pendidikan saja mereka sulit. Beberapa sekolah regular tidak mau menerima mereka sebagai siswa. Alasannya guru di sekolah tersebut tidak

memiliki kualifikasi yang memadai untuk membimbing ABK. Terkadang sekolah khusus letaknya jauh dari rumah mereka, sehingga banyak ABK yang tidak mengenyam pendidikan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu disediakan berbagai layanan pendidikan atau sekolah bagi ABK, baik menyangkut sistem pembelajaran,

(11)

xi

fasilitas yang mendukung, maupun peran guru yang sangat penting untuk

memberikan motivasi dan arahan yang bersifat membangun. Di Indonesia, sejauh ini upaya pemerintah untuk memberi intervensi terhadap pelayanan

perkembangan dan pendidikan mereka paling banyak kita jumpai pada eksistensi Sekolah Luar Biasa (SLB). Bahkan delapan tahun terakhir pendidikan inklusi telah menjadi solusi alternatif mewujudkan pendidikan untuk semua (Education for All). Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang menerima siswa ABK dan

menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan untuk anak reguler dan ABK. Banyak penelitian yang membahas manfaat yang diperoleh ABK dari sekolah regular. Loiacono dan Valenti (2010) dalam Pratiwi (2015:239)

menyatakan bahwa ABK yang bersekolah di sekolah regular memiliki kompetensi sosial yang lebih baik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan cara ABK belajar berinteraksi dengan orang yang normal. Interaksi sosial mengajarkan peserta didik untuk meniru strategi, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, memperoleh kecakapan hidup yang lebih baik.

Bali sebagai salah satu Provinsi di Indonesia juga ikut ambil bagian dalam mewujudkan pendidikan inklusif tersebut, untuk mendukung program pendidikan inklusif. Surat Edaran Gubernur Nomor: 421/16251/Disdikpora, tertanggal 22 Oktober 2014 tentang Layanan Pendidikan Inklusif Provinsi Bali, serta dengan melakukan sosialisasi pendidikan inklusif tanggal 3 November 2014 di Gedung Wisma Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, merupakan bentuk pernyataan dari Gubernur Bali atas kesiapan pemerintah Provinsi Bali untuk menyelenggarakan Layanan Pendidikan Inklusif. Pernyataan tersebut, didukung pula dengan adanya

(12)

xii

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 yang telah meringankan Kabupaten/Kota terhadap Pendidikan Menengah Atas, karena nantinya pendidikan pada jenjang menengah atas/kejuruan (SMA/SMK) menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi sedangkan SD dan SMP masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dasar dilaksanakannya pendidikan inklusi di Bali adalah hukum Internasional dan hukum Nasional. Hukum Internasional di antaranya adalah Education For All yang menargetkan bahwa pada tahun 2015 semua anak di dunia

harus mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan dasar.

Salamanca Statement 1994 yang dikeluarkan oleh PBB merekomendasikan semua

negara untuk mengadopsi prinsip inklusi dalam semua kebijakan pendidikannya.

Sejalan dengan hal tersebut, UNESCO mencetuskan prinsip “pendidikan untuk semua” atau Educational for All. Prinsip Educational for All tersebut mengandung makna bahwa pendidikan tersedia untuk semua tanpa memandang perbedaan, atau wajib mengakomodasi keberagaman kebutuhan siswa yang normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Filosofi Educational for All lahir sebagai konsekuensi logis dari adanya pernyataan Salamanca yang menegaskan perlu adanya penyelenggaraan pendidikan yang inklusif dan tidak diskriminatif.

Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali yang sejak tahun 2010 telah menyiapkan sekolah regular untuk menerima anak yang berkebutuhan khusus menjadi satu kesatuan dengan anak normal lainnya. Adapun maksud dan tujuan Gubernur Bali mengeluarkan surat edaran gubernur serta melakukan

(13)

xiii

sosialisasi mengenai pendidikan inklusif yakni, agar seluruh pemerintah Kabupaten/Kota di Bali dapat mengimplementasikan pendidikan inklusif di masing-masing daerah tidak terkecuali Kabupaten Badung. Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten dengan Penghasilan Asli Daerah (PAD) yang tinggi di Provinsi Bali. Dengan Penghasilan Asli Daerah yang tinggi ini, Kabupaten Badung dapat melakukan pembangunan di segala sektor. Salah satunya pembangunan pada sektor pendidikan, yang memang penting dilakukan demi perubahan dan kemajuan yang lebih baik untuk Kabupaten Badung.

Pembangunan pada sektor pendidikan salah satunya dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kabupaten Badung yang sekaligus sebagai bentuk implementasi terhadap Keputusan Gubernur Bali yang disampaikan melalui Surat Edaran Gubernur Nomor: 421/16251/Disdikpora, tertanggal 22 Oktober 2014 tentang layanan Pendidikan Inklusif Provinsi Bali.

Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Badung menyatakan SD No.

11 Jimbaran sebagai sekolah formal penyelenggara layanan pendidikan inklusif di Kabupaten Badung. Sejak SD No. 11 Jimbaran dinyatakan sebagai sekolah

inklusi, beragam masalah pun muncul terkait dengan penyelenggaraan layanan pendidikan inklusif di sekolah tersebut, mengingat SD No. 11 Jimbaran ini merupakan sekolah formal pertama yang dinyatakan sebagai sekolah inklusi oleh pemerintah Kabupaten Badung. Dengan predikat seperti ini maka sudah menjadi kewajiban bagi Pemerintah Kabupaten Badung untuk meningkatkan perhatiannya terhadap sektor pendidikan inklusif. Hal tersebut salah satunya dibuktikan dengan

(14)

xiv

dialokasikannya sekitar 20% dari total anggaran sektor pendidikan daerah Kabupaten Badung pada tahun 2013, ke dalam pengembangan pendidikan inklusif, termasuk di dalamnya pengadaan bantuan fasilitas dan sumber daya penunjang bagi sekolah-sekolah yang telah ditunjuk sebagai penyelenggara pendidikan inklusif.

SD No. 11 Jimbaran sebagai penyelenggara pendidikan inklusif sejak tahun pelajaran 2009/2010 menerima anak berkebutuhan khusus jenis tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, dan lamban belajar. Pada Tahun pelajaran 2014/2015 memiliki ABK sebanyak 20 anak yang terdiri dari kelas 1 = 2 anak, kelas II = 3 anak, kelas III = 4 anak, kelas IV = 3 anak, kelas V = 4 anak, dan kelas VI = 3 anak dengan jenis ketunaan 10 anak lamban belajar, 4 anak berkesulitan belajar, 4 anak tunarungu, dan 1 anak lumpuh layu. Pembelajaran inklusi di SD No. 11 Jimbaran menggunakan kurikulum sekolah reguler umum, dengan tenaga pendidik 7 orang guru kelas yang mendapat bimbingan teknik inklusif, 1 orang Guru Pembimbing Khusus (GPK) yang dihadirkan dari Sekolah Luar biasa, 1 orang Guru Pendamping (GP) yang dilatih melalui bimbingan teknik, dan dibantu oleh 1 orang Guru Kunjung (GK) yang mempunyai dasar keterampilan.

Beberapa data yang telah diungkapkan sebelumnya menunjukkan bahwa SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung telah cukup berhasil dalam implementasi kebijakan pendidikan inklusif ini, salah satunya dengan menjadi satu-satunya Kabupaten yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Provinsi Bali dan juga menjadi sekolah percontohan dalam pendidikan ABK. Hal tersebut memunculkan ketertarikan bagi penulis untuk menganalisis bagaimana implementasi layanan

(15)

xv

pendidikan inklusif di SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung, serta faktor-faktor yang berpengaruh di dalam proses implementasi tersebut. Penelitian ini

memandang layanan pendidikan inklusif sebagai sebuah kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Badung, dan memfokuskan diri untuk mengkaji bagaimana jalannya implementasi kebijakan tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis lebih lanjut berkaitan dengan “Implementasi

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung)”.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk menemukan solusi yang tepat dalam suatu permasalahan, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis dan mengolahnya secara sistematis. Adapun rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu: “Bagaimana Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung)?”

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan penelitian pada skripsi yang berjudul “Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten

(16)

xvi

Badung)” yaitu, penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2016 bertempat di Sekolah Inklusi SD No 11 Jimbaran Kabupaten Badung. Penelitian ini lebih fokus terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu, profil tenaga pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana di sekolah inklusi. Penulis akan mengambil data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Badung dan sekolah inklusi SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung, sebagai bentuk pihak yang paling mengetahui berkaitan dengan sekolah inklusi, administrasi

pendidikan untuk sekolah inklusi dan aksesibilitas untuk ABK dalam lingkup pendidikan di Kabupaten Badung.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang memuat kombinasi tujuan yakni tujuan eksplorasi dan tujuan deskripsi. Penelitian dengan tujuan eksplorasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan pengertian atau

pemahaman tentang suatu fenomena dan tujuan deskripsi adalah penelitian yang mengambarkan detail spesifik dari suatu situasi, keadaan sosial atau suatu relationship. Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk ABK di SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung dari segi tenaga pendidik, kurikulum pembelajaran, dan sarana dan prasarana sekolah.

(17)

xvii 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan inklusif untuk ABK di sekolah inklusi.

2. Bagi Pemerintah

Sebagai gambaran dan bahan evaluasi apabila ada kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk ABK di sekolah inklusi.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan inklusif secara lebih luas, mengetahui administrasi pendidikan untuk sekolah inklusi untuk ABK sehingga mengetahui kekurangannya serta solusi yang harus dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan 1. BAB I Pendahuluan

Pada penulisan skripsi ini didalam Bab I Pendahuluan menguraikan mengenai latar belakang dari pemilihan judul yaitu “Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dalam Lingkup Sekolah Inklusi (Studi Kasus SD No. 11 Jimbaran Kabupaten Badung)” dan alasan ketertarikan penulis melakukan penelitian di sekolah inklusi yang ada di Kabupaten Badung. Dalam Bab I Pendahuluan ini juga memaparkan batasan masalah yang diambil oleh penulis, tujuan penelitian, dan manfaat dari dilakukannya penulisan skripsi ini.

(18)

xviii 2. BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam Bab II ini penulis akan memaparkan tentang teori dan konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, dan juga penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam penulisan skripsi ini. Adapun teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu teori implementasi kebijakan, sedangkan untuk konsep yang digunakan adalah administrasi pendidikan dalam sekolah inklusi untuk ABK dan faktor yang berpengaruh pada pendidikan ABK.

3. BAB III Metodologi Penelitian

Pada Bab III penelitian ini menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data dan mengolahnya sehingga

menemukan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif yang mana penulis nantinya akan menjelaskan fenomena yang terjadi dan menganalisis temuan dari penelitian ini dengan menggunakan Teknik Purposive Sampling dan Snow Ball Sampling.

4. BAB IV Pembahasan

Dalam Bab ini akan dijelaskan gambaran secara umum dari SD No. 11 Jimbaran sebagai sekolah inklusi di Kabupaten Badung. Selanjutnya penulis menjelaskan hasil temuan penelitian dan dilakukan analisis dan diolah dengan teori dan konsep yang telah dipilih oleh penulis.

5. BAB V Penutup

Penulis akan menjelaskan secara singkat dari hasil penelitian yang akan menjadi kesimpulan dari penelitian dan memberikan saran yang berguna

(19)

xix

sebagai rekomendasi untuk masyarakat yang memiliki ABK sehingga dapat meraih pendidikan sama seperti orang normal.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengaruh Keterampilan Mengelola Kelas Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran Kelas X Di Smk Pasundan 3 Bandung Universitas

Subjek terdiri dari 6 siswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria 1) siswa kelas XI 2) siswa yang telah melaksanakan tes penyelesaian soal;

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001:64), metode deskriptif merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadan yang terjadi

Demikian halnya jika ada anggota masyarakat yang pernah meminta kepada seorang Notaris untuk dibuatkan Akta Otentik namun Notaris yang bersangkutan kemudian meninggal dunia,

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

[r]

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,