1 Terbit Online pada laman webjurnal:https://jurnal.stairahmaniyah.ac.id/index.php/alulum
Vol. 1 No. 1 (2021) ISSN Media Elektronik: xxxx-xxxx
METODE PENDIDIKAN RASULULLAH SAW DAN RELEVANSINYA DENGAN METODE PENDIDIKAN ISLAM MASA KINI
Oleh: Sonin
Abstrak: Metode sebagai jalan untuk mencapai suatu tujuan tidak terkecuali dalam proses pembeajaran, maka menunjukkan bahwasanya metode mempunyai peranaan penting dalam upaya menjamin kelangsungan proses belajar mengajar. Karena itu seorang guru sebelum menyampaikan materi pelajaran seorang guru di tuntut untuk menentukan terlebih dahulu metode yang akan digunakan, mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode itu sendiri, kesesuain metode dengan materi, tingkat perkembangan anak didik, sarana dan prasarana pendukung dan kemampuan guru dalam penggunaan metode yang akan dipakai.
Beberapa metode yang sering diterapkan Rasulullah SAW dalam membentuk akhlak dan kepribadian Islami adalah “metode keteladanan, metode pembiasaan dan metode targhib wa tarhib (pemberian motivasi), metode dialog (tanya jawab), metode ceramah, metode perumpamaan, metode nasihat, dan metode demonstrasi”. Sedangkan metode pendidikan Islam yang sangat terkenal saat ini adalah “Metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi dan pengembangan dari metode-metode yang diterapkan oleh Rasulullah”.1
Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman bermunculan metode-metode baru dalam dunia pendidikan sehingga metode-metode lama dianggap usang dan tidak relevan lagi dengan pendidikan masa kini.
Sedangkan krakteristik methodologi pembelajaran dalam pendidikan Islam itu sendiri secara umum yang paling menonjol adalah sebagai berikut:
1. Berpadunya antara metode dan cara-cara pengajaran dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ahlak Islam yang mulia.2
2. Metode hendaklah bersifat luwes, dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan keadaan dan suasana serta sifat peserta pendidik.3
3. Metode hendaknya sungguh-sungguh mengaitkan antara teori dan praktek, proses belajar dan amal, memelihara hafalan dan kemampuan berpikir.
4. Menekankan kebebasan kepada peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan berdialog dalam batas-batas kesopanan dan hormat menghormati.4
Melihat dari karakteristik methodologi pembelajaran pendidikan Islam di atas dan keberhasilan Rasullah Saw dalam mendidik para sahabat maka penulis berhipotesa bahwa metode pendidikan Rasulullah Saw masih relevan dengan metode pendikan masa kini.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa metode-metode yang diterapkan Rasulullah SAW bersifat fleksibel dan masih sangat relevan dengan metode pendidikan masa kini yaitu: Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi dan metode lain yang merupakan hasil dari pengembangan metode-metode disebut.
Diterima Redaksi: 21-06-2021 Selesai Revisi: 23-06-2021 Diterbitkan Online: 27-06-2021
Kata Kunci: Metode Pendidikan Rasulullah SAW, Relevansi, Pendidikan Masa Kini
1 Zuhairini Abdul Ghofur dan Slamet AS Yusuf, Metodik khusus Pendidikan Agama,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hal. 82
2Oemar Muhammad al Thoumy al Sayibany, Op. Cit., hal. 83.
3 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta :Rajawali press, 1986), hal, 21 4 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1982 ), hal, 33
1
Pendahuluan
Dari segi bahasa metode berasal
dari dua suku kata yaitu, meta dan hodos.
Meta berarti “melalui” dan hodos berarti
”jalan atau cara”.
5Dengan demikian
metode dapat berarti cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Selain itu ada pula yang mengatakan
bahwa metode adalah “suatu sarana untuk
menemukan, menguji dan menyusun data
yang diperlukan bagi pengembangan
ilmu”.
Ada
lagi
pendapat
yang
mengatakan bahwa “metode sebenarnya
jalan untuk mencapai suatu tujuan”.
6Jalan
untuk mencapai suatu tujuan itu bermakna
cara untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan
ilmu
atau
tersistematisasikannya suatu pemikiran.
Dalam kegiatan belajar mengajar metode
diperlukan oleh guru dan penggunaanya
bervariasi sesuai dengan materi yang akan
disampaikan serta tujuan yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.
Metode mempunyai peranaan
penting
dalam
upaya
menjamin
kelangsungan proses belajar mengajar
lebih–lebih lagi bagi seorang guru yang
akan menyampaikan materi pelajaran.
Sebelum menyampaikan materi pelajaran
5 Zuhairini Abdul Ghofur dan Slamet AS.
Yusuf, metodik khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional 1983), hal. 82
6 M. Athiyah Al-Abrassyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
1970), hal.10.
seorang guru di tuntut untuk mengetahui
apa dulu pengertian metode, kelebihan
dan kekurangan dari metode itu sendiri.
Dengan menguasai metode mengajar
merupakan keniscayaan, sebab seorang
guru tidak akan dapat mengajar dengan
baik apabila tidak menguasai metode
secara tepat. Makin tepat metode yang
digunakan oleh seoarang guru dalam
kegiatan belajar mengajar, diharapkan
makin efektif pula pencapaian tujuan
pembelajaran. Pada dasarnya pendidikan
Islam
menganut
“prinsip-prinsip
demokrasi, kebebasan, persamaan dan
kesempatan yang sama buat belajar tanpa
diskriminasi antara sikaya dan simiskin”.
7Artinya semuanya berhak mendapatkan
pendidikan yang layak baik pada keluarga
dan para sahabat serta kaum muslimin.
Keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW karena disebabkan oleh beberapa faktor. Dimana salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pendidikannya adalah “metode yang beliau gunakan, tanpa sebuah metode, maka pikiran, pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sikap tidak akan berpindah dari pendidik kepeserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan”. Bagaimanapun baiknya materi pengajaran yang disampaikan tanpa menggunakan metode yang baik semuanya itu tidak akan berhasil dengan memuaskan. Oleh
7 Oemar Muhammad Al-Tomy Al-Saibany, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan
2 karena pentingnya kedudukan yang dimiliki
oleh metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, maka para pendidik dalam berbagai zaman menaruh perhatian besar untuk mengangkat derajat metode pendidikan. Para pakar pendidikan Islam telah mengakui bahwa “Rasulullah adalah pendidik yang agung yang selalu memperhatikan penggunaan metode yang baik dalam mendidik dan membimbing umatnya. Abdurrahman an- Nahwi dalam bukunya “Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam” mengatakan bahwa:
Orang yang mengkaji kepribadian Rasulullah SAW akan mengetahui bahwa beliau adalah benar-benar pendidik yang agung, mempunyaai metode pendidikan yang luar biasa dan memperhatikan segala kebutuhan dan tabiat anak. Beliau memerintahkan agar pembicaraan yang diarahkan kepada orang lain hendaknya disesuaikan dengan tarap berfikir mereka. Disamping itu beliau tidak pernah lalai untuk menyeru agar mereka beribadah kepada Allah SWT, guna menyempurnakan fitrah dan mendidik jiwa secara perlahan serta menyatukan hati mereka.8
Dari beberapa metode yang diterapkan Rasulullah SAW dalam membentuk akhlak dan kepribadian Islami adalah “metode keteladanan, metode pembiasaan dan metode targhib wa tarhib (pemberian motivasi), metode dialog (tanya jawab), metode ceramah, metode
8 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pedidikan Islam, (Bandung :
1989), hal. 47
perumpamaan, metode nasihat, dan metode demonstrasi”. Sedangkan metode pendidikan Islam yang sangat terkenal saat ini adalah “Metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi dan pengembangan dari metode-metode yang diterapkan oleh Rasulullah”.9 Sebagaimana dengan latar belakang diatas, maka peneliti akan mengadakan penelitian yang berjudul “Metode Pendidikan Rasulullah SAW dan Relevansinya dengan Metode Pendidikan Masa Kini”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW ?
2. Bagaimana relevansi metode-metode tersebut dalam konteks pendidikan Islam masa kini?
Deskripsi Teoritis
Dalam penelitian ini ada beberapa pendapat Menurut Para ahli yang berkaitan dengan kerangka teori penelitian ini. Menurut Barnadib dalam buku Ta’dib menyebutkan bahwa metode ialah “suatu jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.10
Adapun menurut Knox dalam buku dasar-dasar pendidikan sains menyebutkan
9 Zuhairini Abdul Ghofur dan Slamet AS
Yusuf, Metodik khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hal. 82
10 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Islam(Jakarta:Kalam Mulia 1994), hal. 103
3 bahwa metode adalah “suatu cara untuk
melangkah maju dengan terencana dan teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang dengan sadar mempergunakan pengetahuan-pengetahuan sistematis untuk keadaan yang berbeda-beda”.11 Adapun bagian – bagian dari metode adalah :
1.
Guru yaitu semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid, baik
secara individual atau klasikal, baik
disekolah maupun luar sekolah.
2.
Materi pembelajaran atau materi
ajar (instructional materials) adalah
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah
ditentukan.
Materi
pelajaran
diartikan
pula
sebagai
bahan
pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran
pada
hakekatnya
merupakan
pengetahuan,
nilai-nilai
dan
keterampilan sebagai isi dari suatu
mata pelajaran yang diarahkan
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran.
Sehingga
dapat
dikatakan bahwa materi pelajaran
adalah berbagai pengalaman yang
akan diberikan kepada siswa selama
11 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (
Palembang :Rafah Press 2009),hal. 32.
mengikuti proses pendidikan atau
proses pembelajaran.
Prinsip-Prinsip
Dasar
Metode
Mengajar Dalam Pendidikan Islam.
Semua orang mengakui adanya hubungan yang erat antara metode dan proses belajar mengajar. tujuan akhir metode mengajar adalah berhasilnya proses belajar mengajar dengan baik. Karena adanya hubungan yang erat antara metode mengajat dan proses belajar mengajar, maka sudah menjadi kewajiban pendidik untuk memahami proses belajar mengajar dan metode yang digunakannya. Ia juga harus memahami prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar bagi metode pendidikan.Adapun beberapa prinsip yang menjadi dasar metode mengajar dalam pendidikan Islam, yaitu:
1. Pentingnya menjaga motivasi, kebutuhan, minat dan keinginan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Sebab dengan menggerakkan motivasi yang ada pada peserta didik akan menjadikan peserta didik belajar lebih efektif. Siapapun orangnya jika bekerja dengan landasan motivasi yang kuat, maka ia tidak akan cepat lelah. Oleh sebab itu seorang pendidik harus mampu memelihara motivasi peserta didiknya termasuk kebutuhan, keinginan dan minatnya. Sehingga para peserta didik dapat lebih aktip dan bergairah dalam belajar. Sehubungan dengan hal ini Hadirja Paraba mengatakan bahwa ”memberikan
4 petunjuk, tuntunan dan keteladanan
merupakan salah satu cara mencapai keberhasilan dalam pendidikan Islam.12 2. Pentingnya menjaga tujuan belajar dan
membantu peserta didik untuk mengembangkan tujuan tersebut. Sebab dengan tujuan yang jelas dalam proses belajar akan sangat membantu peserta didik untuk menentukan tujuannya dalam belajar dan menjaga tujuan tersebut dalam proses belajar mengajar. Menjaga dan membantu murid tidaklah bertentangan dengan falsafah pendidikan Islam. Malah sebaliknya, keduanya sesuai dengan jiwa pendidikan Islam yang selalu menjaga kemaslahatan dan tujuan-tujuan yang baik.13
3. Memperhatikan tahap perkembangan dan kematangan peserta didik dalam menyerap dan menerima materi pelajaran. Seorang pendidik harus menjaga tahap perkembangan kematangan peserta didik dan pengalaman-pengalaman dalam proses belajar mengajarnya. Termasuk menyesuaikan materi yang diberikan kepada peserta didik dengan tahap perkembangan berpikir mereka. Oleh karena itu pendidik yang baik adalah pendidik yang mengajarkan kepada peserta didiknya sesuai dengan tahap kematangan jasmani, akal dan emosi mereka, dan memulai dari yang telah
12 Oemar Muhammad al Sayibany, Op Cit, hal. 594
13
Hadirja Paraba, Op. Cit., hal.15.
diketahui kepada yang belum diketahui, dari yang kongkrit kepada yang abstrak, dari yang sederhana kepada yang komplek dan dari yang mudah kepada yang susah, serta menjaga dan memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Seorang pendidik harus mengetahui bahwa diantara peserta didik ada kelainan dan perbedaan dalam segala aspek.14
Adapun menurut Tabrani Rusyan dkk dalam bukunya yaitu pendekatan dalam proses belajar mengajar dalam hal ini menjelaskan bahwa:
Perbedaan individu dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi horizontal dan segi vertikal. Dari segi horizontal, setiap individu berbeda satu sama lain dalam bidang mentalnya seperti tingkat kecerdasan emosi, minat, ingatan dan sebagainya. Dari segi vertikal tidak ada dua individu yang sama dalam hal bentuk, tinggi, besar badannya dan berbeda-beda dalam segi jasmaniyah.15
Jadi berdasarkan dari penjelasan diatas, prinsip-prinsip dasar metode mengajar dalam pendidikan Islam yaitu harus memperhatikan tahap perkembangan dan kematangan peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan oleh pendidik, serta memberi motipasi kepada peserta didik dalam proses belajar agar dapat menjadikan peserta didik
14
Tabrani Rosyan, et.al, Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1994), hal 31
15
Thabrani Rusyan, et, al,
Pendekatan dalam proses belajar
mengajar, (Bandung: Remaja
5 belajar lebih efektif. Untuk itu hendaklah
seorang guru menyadari pentingnya menjaga perbedaan dan kelainan yang ada pada peserta didik dalam segala bentuk. Oleh karena itu pendekatan mutlak diperlukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar termasuk dalam pemilihan dan penggunaan metode agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Ciri-Ciri Metode Mengajar dalam
pendidikan Islam.
Walaupun methodologi pembelajaran dalam pendidikan Islam berbeda, tetapi terdapat ciri-ciri dan tujuan-tujuan umum tersebut tidak keluar dari ciri-ciri dan sifat-sifat serta prinsip-prinsip umum yang terdapat pada tujuan-tujuan, kurikulum dan metode mengajar, karena semuanya merupakan bagian dan aspek-aspek dari proses pendidikan. Diantara ciri-ciri umum metode mengajar yang paling menonjol adalah sebagai berikut:
1. Berpadunya antara metode dan
cara-cara pengajaran dari segi tujuan dan
alat dengan jiwa dan ahlak Islam
yang
mulia.
Pendidik
muslim
hendaknya mengambil tujuan-tujuan
pengajaran dari akhlak Islam.Ia
melaksanakannya
dalam
suasana
keislaman yang sempurna. Misalnya
seorang guru memulai pelajarannya
dengan menyebut asma Allah SWT
dan shalawat kepada Rasulullah
SAW, dengan tujuan mendapat ridho
atas apa yang telah dilakukan.
162. Metode hendaklah bersifat luwes,
dapat
menerima
perubahan
dan
penyesuaian dengan keadaan dan
suasana serta sifat peserta pendidik.
Dengan
demikian
metode
yang
digunakan
oleh
seorang
guru
hendaknya
disesuaikan
dengan
materi, tujuan pelajaran dan keadaan
peserta didik serta tahap kematangan
mereka. Oleh karena itu kompetensi
guru
dalam
memilih
dan
menggunakan
metode
mengajar
sangat diperlukan demi tercapainya
proses belajar mengajar yang baik.
173. Metode hendaknya sungguh-sungguh
mengaitkan antara teori dan praktek,
proses belajar dan amal, memelihara
hafalan dan kemampuan berpikir.
karena itu seorang pendidik harus
selalu membimbing peserta didiknya
untuk menerapkan teori-teori yang
telah di dapatnya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga apa yang telah
disampaikan oleh pendidik akan
selalu melekat dan menyatu dengan
jiwa dan pikirannya. Hal ini harus
disertai keteladanan seorang guru
16 Oemar Muhammad al
Thoumy al Sayibany, Op. Cit., hal. 83. 17
Sardiman, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta
6
dalam
proses
pendidikan.
Jadi
metode - metode pendidikan Islam
berusaha
memadukan
dan
mengaitkan antara semua perkara
yang berlawanan tersebut.
4. Menekankan
kebebasan
kepada
peserta
didik
untuk
berdiskusi,
berdebat dan berdialog dalam
batas-batas
kesopanan
dan
hormat
menghormati. Para peserta didik
mempunyai kebebasan mutlak untuk
menyatakan
pendapat
di
depan
gurunya dan untuk berbeda dalam
berpendapat.
Beranjak
dari
hal
tersebut maka dapat dilihat bahwa
konsep demokrasi dalam pendidikan
sangat
diperhatikan
oleh
Islam.
Dengan adanya kelonggaran yang
diberikan kepada anak didik dalam
beragumen akan dapat membantu
merangsang cara berpikir mereka.
18Dari penjelasan tentang ciri-ciri
metode mengajar dalam pendidikan Islam
di atas dapat disimpulkan bahwasanya
penggunaan metode harus tepat dengan
materi yang akan disampaikan oleh
pendidik serta memberi kebebasan kepada
peserta
didik
untuk
berdiskusi
18
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1982 ),
hal, 33
mengeluarkan pendapat mereka didepan
guru maupun peserta didik yang lain.
Macam-Macam
Metode
Dalam
Pendidikan.
Macam-macam metode mengajar dalam proses pendidikan secara global sudah sangat terkenal dalam dunia pendidikan. Diantara metode-metode tersebut adalah: 1. Metode ceramah.
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional. Karena metode ini sudah sejak dulu dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pendidik dengan peserta didik dalm proses belajar mengajar. Metode ini lebih banyak menuntut keaktifan pendidik daripada peserta didik, Jadi metode ceramah adalah ”cara penyajian pelajaran yang dilakukan pendidik dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik”.19
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah ”cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari pendidik kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada pendidik. Metode ini sudah lama dikenal dan dipakai orang semenjak zaman Yunani. Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh
19 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hal. 109.
7 pendidikan modern berasal dari
socrates seorang filosof Yunani 3. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah ”cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari dan sering disertai dengan penjelasan lisan”.20
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran, dimana para guru memberikan kesempatan pada para siswa membentuk kelompok untuk membicarakan suatu pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan dan menyusun berbagai alternatip pemecahan atas suatu masalah. Dalam metode diskusi yang perlu mendapat perhatian hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dalam menyumbangkan pikirannya, akan semakin banyak pula yang mereka pelajari.
Penjelasan di atas sudah tergambarkan secara global tentang sebagian metode yang digunakan dalam proses pendidikan dewasa ini. Tetapi perlu diketahui, bahwa metode-metode pendidikan modern
20
Pohan , James.W. dan Baker, Eva.L., Teknik mengajar secara sistematis, (Jakarta: Penerbit. Rineka
Cipta, 2005), hal, 11
pada umumnya berorientasi pada pengembangan aspek kognetif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan) peserta didik, sedangkan pengembangan aspek afektif (mental dan keimanan) kurang mendapat perhatian.
Metode pendidikan Islam berusaha untuk menyempurnakan dan menutupi sebagian kekurangan dari metode pendidikan modern yang banyak berasal dari barat dengan memperhatikan pengembangan aspek afektif menuju kepada terbentuknya pribadi muslim. Metode-metode pendidikan Islam yang banyak dipergunakan oleh para pendidik Islam dari berbagai zaman, dalam pembentukan pribadi muslim diantaranya adalah :
a. Metode Teladan
Pendidikan dengan metode teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, cara berpikir dan lain-lain. Keteladanan dalam metode pendidikan adalah ”metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam meyakinkan dan membentuk moral spritual dan sosial anak”.21
Hal ini disebabkan karena keteladanan merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak yang tanpa disadari atau tidak akan terpatri dalam jiwa dan perasaannya. Mengenai metode ini Alla Swt Berfiman:
Artinya : “Sesungguhnya dalam diri Rasullullah itu kamu dapat
21
8 menemukan teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dari ayat diatas Al-Baidhawi memberi makna uswatun hasanah pada ayat di atas adalah perbuatan baik yang dapat dicontoh. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
b. Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak.22 Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi peserta didik. Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah SAW memerintahkan kepada pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mereka mengerjakan sholat tatkala berumur tujuh tahun.
c. Metode Nasihat
Dimaksud dengan nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan
22
Ibid, hal. 99.
kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasehati dari bahaya, serta menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.23 Metode nasihat merupakan salah satu metode yang penting dalam pendidikan Islam. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode nasihat, pendidik hendaknya berusaha menghindari perintah dan larangan langsung. Sebaiknya pendidik menggunakan teknik-teknik tidak langsung, seperti bercerita dan membuat perumpamaan.
d. Metode Targhib wa tarhib (motivasi) Metode targhib wa tarhib adalah cara memberi pelajaran dengan memberi dorongan (motivasi) untuk memperoleh kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan, sebaliknya bila tidak sukses karena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar akan mendapat kesusahan.24 Jadi tekanannya adalah ”targhib” agar orang melakukan kebaikan, sedangkan ”tarhib” agar orang menjauhi kejahatan dan kemaksiatan. Metode ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an seperti dalam surat Al-Waqi’ah, disebutkan tentang balasan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh berupa kebahagiaan hidup di surga, dan
23 Abdurrahman An Nahlawi, Op. Cit., hal. 253.
24 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit.,
9 sebaliknya orang sesat yang tidak
mentaati perintah Allah SWT mendapatkan balasan hidup yang sengsara di neraka. Metode ini sangat efektip bila mana diikuti dengan hadiah atau pemberian hukuman yang bersifat mendidik kalau diperlukan.
Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Berdasarkan sumber data, jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan ( library research ) berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu dengan jalan menguraikan data dan mencari hubungan-hubungan masalah yang telah ditelaah, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif yaitu “menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersipat dari umum ke khusus, sehingga penyajian hasil penelitian dapat dipahami dengan mudah”.25
2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yakni data yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu metode pendidikan Rasulullah SAW dan relevansinya dengan pendidikan masa kini.
b. Sumber Data
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2007), Hal. 18
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang di ambil dari Al-Qur’an dan hadits-hadist Rasulullah SAW. 2. Sumber data sekunder yaitu
sumber data penunjang dari data primer seperti buletin, majalah, buku-buku, dan sebagainya yang mempunyai hubungan dengan penelitian tersebut.
3. Metode Pengumpulan Data.
Dalam metode pengumpulan data digunakan metode dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal–hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain sebagainya”.26 Jadi metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang berupa catatan yang dapat dijadikan sebagai bukti dan mengumpulkan data dari bahan–bahan tertulis. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu, metode ini digunakan untuk menghimpun data tertentu melalui catatan dokumentasi yang ada pada objek yang diteliti. 4. Teknik Analisa Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dihimpun dan diklasifikasikan, untuk selanjutnya dianalisa secara deskriptif kualitatif yaitu dengan jalan menguraikan data dan mencari hubungan-hubungan
26 Akmal Hawi. Kompetensi Guru PAI, (Palembang : Rafah Press,
10 masalah yang telah ditelaah, kemudian
ditarik kesimpulan secara deduktif yaitu menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersipat dari umum ke khusus, sehingga penyajian hasil penelitian dapat dipahami dengan mudah. Adapun langkah-langkah analisisnya menurut Miles & Huberman adalah:
a.
Reduksi
data
merupakan
bagian dari analisis. Reduksi
data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan,
membuang
yang
tidak
perlu,
dan
mengorganisasi data dengan
cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
b.
Penyajian data merupakan
salah satu kegiatan dalam
pembuatan
laporan
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan
agar
dapat
dipahami dan dianalisis sesuai
dengan
tujuan
yang
di
inginkan. Data yang disajikan
harus sederhana agar mudah
dibaca. Penyajian data juga
dimaksudkan
agar
para
pengamat
dapat
dengan
mudah memahami apa yang
kita ajukan untuk selanjutnya
dilakukan
penelitian
atau
perbandingan dan lain-lain.
c.
Verifikasi data merupakan
pemeriksaan
tentang
kebenaran
sesuatu,
baik
berupa laporan atau suatu
informasi.
Sementara
data
merupakan satuan terkecil
yang
diwujudkan
dalam
bentuk angka atau huruf yang
menggambarkan tentang nilai
dari suatu variabel. Dengan
demikian, teknis verifikasi
data adalah suatu cara untuk
melakukan
pemeriksaan
tentang kebenaran nilai dari
suatu variabel. Verifikasi data
sangat diperlukan sehingga
hasil
analisis
data
akan
bermanfaat bagi pembuatan
keputusan bila data yang ada
adalah data yang baik dan
benar.
Pembahasan Hasil Penelitian
A.
Relevansi
Metode
Pendidikan
Rasulullah SAW Dengan Metode
Pendidikan Islam Masa Kini
Sebagaimana telah diuraikan pada teori sebelumnya, bahwa ada beberapa metode pendidikan yang digunakan oleh Rasulullah SAW yaitu metode keteladanan, metode
11 pembiasaan dan metode targhib wa
tarhib dan lain-lain. Maka dari itu pada bab ini akan dianalisis tentang relevansinya masing-masing metode tersebut dengan metode Pendidikan Islam Masa Kini.
1. Metode Keteladanan.
Pemilihan metode yang tepat adalah suatu hal yang mutlak dalam setiap kegiatan pembelajaran. Penerapan metode harus memperhatikan baik faktor pendidik, anak didik, tujuan maupun faktor-faktor lain. Sutu metode yang bagus ditangan pendidik yang satu, mungkin kurang baik di tangan pendidik yang lain. Demikian halnya metode yang sesuai dengan tujuan yang satu belum tentu sesuai dengan tujuan yang lain. Dengan demikian penerapan metode keteladanan tapatnya digunakan dalam bidang studi Akidah Akhlak, dikarenakan metode keteladanan merupakan sarana pendidikan yang peling tinggi. Hal ini terjadi karena secara Naluriah dalam diri anak ada potensi untuk meniru hal-hal yang ada disekitar . keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik dan membina akhlak anak didik, kalau pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga berahklak baik karena murid meniru gurunya, begitu sebaliknya
jika pendidik berahklak buruk maka ada kemungkinan murid berahklak buruk juga.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dalam aspek moral spiritual anak dalam hal keagamaan sesuai dengan sifat agama pada anak, maka kegiatan yang paling dominan dalam keberagaman anak adalah proses peniruan, kecenderungan guru sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak. Oleh karena itu baik buruknya pribadi anak, taat tidaknya anak pada ajaran Agama akan sangat bergantung pada contoh dan keteladanan yang dilihatnya dari keseharian orang tua. Dengan demikian keteladanan guru adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang baik yang patut ditiru oleh anak didik yang dilakukan oleh seorang guru didalam tugasnya sebagai pendidik, baik tutur kata ataupun perbuatannya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.27 Disamping itu metode keteladanan sangat penting, karena dalam belajar orang pada umumnya lebih muda menangkap yang kongkrit dari pada yang abstrak. Abdullah Nashih Ulwan, sebagaimana
27
12 dikutip oleh Heri Noer Aly
mengatakan: ”Pendidik barangkali merasa mudah mengkonsumsikan pesannya secara lisan, namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila ia melihat pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya”.28
Denagan demikian jelaslah bahwa penggunaan metode keteladanan dalam pendidikan, khususnya pendidikan yang berhubungan dengan aspek moral spiritual itu sangat penting. Karena moral atau ahlak itu dipelajari oleh peserta didik bukan semata-mata melalui pemahaman tetapi melalui peniruan dan kebiasaan.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan tindakan keagamaan yang dilakukan anak-anak yang pada dasarnya mereka peroleh dari meniru. Berdo’a ketika habis shalat dapat dilakukan anak-anak karena melihat perbuatan dilingkungannya, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran yang intensif. Para ahli psikologi menganggap bahwa ”dalam segala hal anak merupakan peniru yang ulung, Sifat meniru ini merupakan metode yang positif dalam pendidikan moral dan
28 Heri Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 178
keagamaan pada anak”.29 Hal senada juga diungkapkan oleh Charles Bird sebagaimana dikutip oleh H. M. Arifinmengatakan bahwa ”peniruan (imitasi) terhadap perbuatan orang lain adalah merupakan salah satu aspek dari kegiatan belajar manusia”.30
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling baik diterapkan dalam proses pengajaran ketika kita menyajikan materi yang berkenaan dengan praktek atau kerja fisik. Artinya dengan melalui metode demonstrasi keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik diikut sertakan. Contohnya pada saat materi tentang ibadah haji dan umrah, peserta didik mendemonstrasikan kedepan bagaimana cara-cara mengelilingi ka’bah disertakan bacaannya, dengan menggunakan alat media yang telah mereka siapkan. Dengan demikian pengalaman peserta didik akan bertambah karena peserta didik terlibat secara langsung dalam mempraktekkan materi yang disajikan. Sehingga ia dapat menerima pengalaman yang bisa
29 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam
Mulia,1989), hal. 30
30 H. M. Arifin, Psikologi Da’wah,
13 menambah wawasan dan
mengembangkan kecakapannya,
dalam ssuatu metode
demonstrasipeserta didik bukan hanya mendengar materi yang disajikan tetapi juga memperhatikan dengan seksama.
Dengan metode
demonstrasi pengertian tentang materi yang disampaikan lebih cepat tercapai, karena peserta didik dalam menanggapi suatu proses pembelajaran dengan menggunakan alat pendengar, penglihat dan bahkan dengan perbuatannya, sehingga mempermudah dalam pemahaman materi yang disajikan. Melalui mertode demonstrasi perhatian peserta didik akan dapat dipusatkan dan titik yang dianggap sangat penting oleh pendidik dapat diamati oleh peserta didik seperlunya, karena sewaktu demonstrasi, perhatian peserta didik hanya tertuju kepada sesuatu yang didemonstrasikan.
Dengan demikian diharapkan kepada para pendidik, hendaknya dalam mempersiapkan demonstrasi benar-benar teliti dan penuh kecermatan dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk perumusan tujuan instruksional khusus yang jelas, yang meliputi berbagai aspek, sehingga diharapkan peserta didik
dapat melaksanakan dan menetapkan garis besar lngkah-langkah denstrasi serta mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan. Kiranya nilai-nilai yang terkandung dalam metode demonstrasi itulah yang menyebabkan metode demonstrasi masih tetap diterapkan sebagai salah satu metode dalam pendidikan masa kini.
3. Metode Pembiasaan.
Para pakar pendidikan moderen berpendapat bahwa metode pembiasaan merupakan metode yang sangat penting dalam pembentukan moral, terutama karena pembiasaan itu berpengaruh baik terhadap jiwa manusia yang memberikan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan moral atau ahlaq yang telah terbentuk dalam dirinya. Ahli pendidikan Amerika Serikat, John Dewey pernah mengatakan bahwa: Pendidikan moral itu terbentuk dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara terus menerus. Sama halnya dengan metode keteladanan, metode pembiasaan juga tepat digunakan dalam bidang studi Akidah Akhlak, karena ahlaq tidak dapat diajarkan melaui cara lain kecuali pembiasaan melakukan perbuatan
14 yang berproses, yang mengandung
keutamaan-keutamaan. Dalam hubungan ini hendaknya kita tidak melupakan bahwa sesungguhnya nilai ajaran agama kita mengandung watak sosial, yang dengan watak ini jika peserta didik membiasakan berbuat demikian niscaya perbuatan itu akan
menjadi salah satu
kepribadiannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ahlaq baik tidak akan terbentuk kecuali dengan membiasakan suatu perbuatan yang sesuai dengan sifat ahlaq itu. Metode pembiasaan sangat diperlukan terutama bagi anak-anak. Hal ini disebabkan karena mereka belum menginsafi apa yang disebut dengan baik dan buruk dalam arti susila. Selain itu mereka belum memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti halnya orang dewas. Ingatan mereka belum kuat dan akan dengan mudah melupakan sesuatu yang barui terjadi. Apabila pada anak-anak yang baru lahir, semua itu belum ada sama sekali . Dalam kondisi seperti ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan pola pikir tertentu. Sehubungan dengan hal ini hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, mengatakan "jikalau sejak tumbuh anak itu tumbuhnya sudah
diajarkan dan dibiasakan yang baik-baik, maka nantinya setelah ia mencapai usia hampir baligh, tentulah ia akan mendapat mengetahui rahasianya yakni mengapa perbuatan-perbuatan yang tidak baik itu dilarang oleh orang tuanya”.31
4. Metode Targhib wa tarhib.
Penggunaan metode targhib wa tarhib (motivasi) dalam proses pendidikan sangat diperlukan. Oleh karena itu seorang guru harus mampu memberikan motivasi dengan beraneka macam cara, serta menciptakan suasana yang kondusif sehingga peserta didik dapat belajar dengan perasaan bahagia dan bergairah. Hal ini akan membantu kelancaran dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya akan dapat mempermudah jalan menuju kepada pendidikan yang diharapkan. Metode targhib wa tarhib dalam pendidikan modern dikenal dengan metode motivasi. Metode targhib wa tarhib ( motipasi ) ini cocok digunakan dalam bidang studi apapun, karena motipasi merupakan hal yang sangat penting dalam setiap proses
31 Zainuddin, et., al, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi
15 pembelajaran. Contohnya
”memotipasi agar siswa lebih giat lagi dalam belajar, supaya mendapatkan nilai yang sesuai dengan apa yang diharapkan ”.
Rasulullah SAW selalu berusaha memotivasi dan memberi sugersti kepada peserta didiknya untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan kemungkaran. Semua itu beliau lakukan agar peserta didiknya lebih bergairah dan lebih bersemangat dalam melakukan suatu amal perbuatan. Karena tanpa adanya motivasi yang tinggi maka semua perbuatan yang dilakukan seseorang tidak akan membuahkan hasil yang baik. Bahkan para pakar pendidikan modern telah sepakat bahwa motivasi mutlak diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Beberapa eksperimen
membuktikan adanya peranan motivasi yang sangat besar untuk membangkitkan aktivitas dan gairah belajar. Richard A. Fear, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis menyatakan bahwa ”motivasi yang dimiliki seseorang akan menentukan keberhasilan suatu pekerjaan”.32
Perlu diketahui bahwa ada dua jenis motivasi, yang kedua jenis motivasi tersebut sangat
32
Ramayulis, Op. Cit.,hal. 85.
berperan besar dalam pencapaian hasil proses belajar mengajar, yaitu:
a.
Motivasi
intrinsik
adalah suatu cita-cita
atau daya yang telah
ada dalam diri individu
yang
mendorong
seseorang
untuk
melakukan sesuatu
b. Motivasi
ekstrinsik
adalah segala sesutau
yang datang dari luar
yang
menjadi
pendorong bagi peserta
didik untuk berbuat
lebih giat.
Dengan demikian jelaslah bahwa seorang pendidik haruslah dapat memainkan peranan yang tepat, guna mencapai pendidikan yang tepat, guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Salah satu diantara alat untuk memotivasi peserta didik adalah pujian. Dalam melaksanakan proses pengajaran kepada umatnya Rasulullah SAW sering menggunakan cara ini. Cara yang digunakan Rasulullah SAW sampai sekarang masih digunakan oleh pendidik dalam rangka memotivasi peserta didiknya. Dan memang secara psikologis setiap
16 individu membutuhkan akan
pujian dari orang lain.
5.
Metode Nasihat.
Metode nasihat ini mengarah kepada pembentukan iman, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak. Nasihat akan dapat membukakan mata peserta didik pada hakikat sesuatu dan mendorongnya serta menghiasinya dengan ahlaq yang mulia. Oleh karena itulah Rasulullah SAW sering memberikan nasihat kepada para sahabatnya dalam mengajarkan nilai-nilai luhur Islam. Sudah menjadi kata sepakat bahwa nasihat yang tulus akan berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang hening, hati terbuka, akal yamg bijak dalam berpikir.
Di samping itu dengan metode nasihat pendidik akan dapat menanamkan pengaruh yang baik apabila digunakan dengansebaik mungkin. Bahkan dengan metode nasihat ini pendidik mempunyai kesempatan luas untuk mengarahkan peserta didik pada berbagai kabaikan dan kemaslahatan. Untuk itu kepada pendidik hendaknya dalam memberikan mnasihat harus dialndasi dengan ketulusan dan keikhlasan sekaligus bertanggung jawab.
Dalam interaksi antara pihak yang memberi nasihat dan yang diberi nasihat seringkali terjadi kesalahpahaman yang disebabkan ketika pihak yang diberi nasihat merasa direndahkan dan karenanya nasihat terasa membosan. Oleh sebab itu dalam menggunakan metode nasihat, pendidik hendaknya menghindari perintah dan larangan langsung, sehingga peserta didik tidak merasa diremehkan.
6.
Metode Ceramah.
Metode ceramah
merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada peserta didik dan dilakukan secara lisan. Isinya mudah dipahami dan mampu menstimulasi pendengar (peserta didik) untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar dari isi ceramah yang disampaikan. Metode ceramah ini lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan aspek keimanan dan akidah. Sebagaimana gambaran Nabi Musa menyampaikan risalah dan mengajak Fir’aun yang bertindak melampau batas untuk beriman kepada Allah swt. Namun, dalam situasi tertekan Nabi Musa memohon kepada Allah swt. agar pembicaraan yang disampaikan
17 mempunyai bobot, logis, fasih,
dan jelas, sehingga materi ceramah yang disampaikan dapat dipahami, dimengerti, dan dapat diterima dengan baik. Dengan demikian banyak manfaat yang dapat diambil dari penggunaan metode ceramah ini, walaupun masih ada kelemahan pada metode ceramah. Manfaat dari metode ceramah itu sendiri antara lain:
a. Tidak
membutuhkan
tenaga yang banyak dan
waktu yang lama
b. Dapat diikuti oleh peserta
didik yang jumlahnya besar
c. Melatih peserta didik untuk
menggunakan
pandangannya
dengan
baik, sehingga mereka bisa
menagkap
dan
menyimpulkan.
Dengan metode ceramah pendidik akan dapat menguasai keadaan, karena pendidik akan dapat mengamati gerak-gerik peserta didik setiap saat. Dengan ceramah juga seorang pendidik akan dapat menyampaikan materi dalam jumlah yang agak banyak. Perlu diketahui oleh pendidik bahwa isi ceramah harus disesuaikan dengan tingkat kesanggupan para peserta didik yang menjadi sasaran ceramah, sebagaimana yang telah diterapkan
oleh Rasulullah SAW, karena tanpa adanya penyesuaian antara materi dan kemampuan peserta didik tujuan yang diharapkan dari metode ceramah tidak akan mungkin tercapai. Dalam ceramahpun seorang pendidik harus dapat menggunakan bahasa yang indah, tutur kata terperinci, jelas dan tidak terburu-buru serta sesekali diselingi dengan canda tawa sehingga peserta didik tidak lekas bosan. Oleh karena itu daya tarik ceramah bisa berbeda-beda tergantung pada siapa pembicaranya dan bagaimana pribadi si pembicara. Beberapa hal tersebut bisa menjadi faktor yang bisa membuat orang tertarik atau tidak untuk mendengarnya, maka dari itu seorang pendidik haruslah oranng yang memiliki kualitas yang baik, baik dari segi ilmu mapun ahlaqnya. .
7. Metode Perumpamaan.
Para pakar pendidikanpun mengakui akan pentingnya metode perumpamaan dalam pendidikan terutama mengenai pendidikan moral dan keimanan, karena “perumpamaan akan memberi kesan pengaruh yang dalam pada diri anak dan sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari dalam membentuk sikap dan
18 tingkah lakunya”.33
Metode perumpamaan dapat mempertajam nalar dan mengembangkan potensi berpikir untuk meningkatkan kecerdasan. Perumpamaan biasanya hanya dapat dipahami oleh peserta didik yang memiliki penalaran yang kuat serta tajam, karena pada dasarnya untuk menelaah sebuah perumpamaan dibutuhkan konsentrasi yang matang. Untuk itu seorang pendidik diharapkan mampu menjelaskan materi secara terperwinci, sehingga mudah dipahami.
Perumpamaan yang baik adalah perumpamaan yang mampu menerangkan tentang sesuatu, bukan Cuma sekedar basa-basi, sehingga perumpamaan yang digunakan mampu menyentuh perasaan dan pemikiran peserta didik..
Demikianlah relevansi beberapa metode Rasulullah SAW dengan metode pendidikan kontemporer, Apabila dianalisis secara mendalam maka akan ditemukan nialai-nilai penting yang terdapat dalam metode pendidikan yang digunakan oleh Rasululullah SAW yang sampai saat ini masih sesuai dan sangat
33
Asnelly Ilyas, Op. Cit. Hal. 42
diperlukan dalam dunia pendidikan.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa penelitian
ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam memberikan pendidikan
dan pengajaran kepada peserta
didiknya (kelurga, para sahabat
dan umatnya) Rasulullah SAW
selalu menggunakan metode yang
baik dan fleksibel. Sehingga apa
yang beliau sampaikan mudah
diterima dan dilaksanakan oleh
peserta didiknya. Diantara
metode-metode Rasulullah SAW dalam
rangka membentuk pribadi yang
beriman dan bertakwa adalah:
metode
keteladanan,
metode
dialog, metode nasihat, metode
ceramah, metode perumpamaan
dan metode demonstrasi. Semua
metode
tersebut
saling
berhubungan
dan
saling
mendukung antara satu metode
dengan metode lainnya.
Metode-metode yang diterapkan Rasulullah SAW ternyata masih sangat relevan dengan metode pendidikan masa kini yaitu: Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi dan metode-metode lain yang merupakan hasil dari pengembangan metode-metode disebut di atas. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang
19 terkandung dalam metode pendidikan
Rasulullah SAW yang ternyata masih sesuai dan dinilai penting untuk diterapkan dalam metode pendidikan masa kini,sesuai dengan materi yang diberikan. Dan juga pemikiran para pakar pendidikan modern yang mengakui akan pentingnya penggunaan-penggunaan metode tersebut
3.
Peserta didik adalah komponen
pasukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam
proses
pendidikan,
sehingga
menjadi manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Sebagai suatu komponen
pendidikan.
34Metode Pendidikan Islam menurut Muhammad al Toumy al Syaibany adalah “suatu usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya dan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan”.35 Sedangkan Sholih Al Fauzan dan Syakir Ali Syalim menambahkan bahwa “Islam mewajibkan kepada orang tua untuk mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik dan benar sesuai dengan manhaj Islam”.36 Adapun Menurut Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa “metode pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
34 Satori Djam’an dkk.Profesi Keguruan, ( Jakarta : kalam mulia 2010 ), Hlm, 21
35 HM. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara 1987), hal. 13
36 Sholih Al Fauzan dan Syakir ali
Syalim Ad daulah, Pemuda Islam,( Surabaya: Risalah Gusti 1992), hal. 5
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.37 Jadi metode pendidikan Rasulullah SAW adalah suatu jalan atau cara yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam membimbing dan mendidik umatnya. Sedangkan Metode pendidikan masa kini adalah suatu jalan atau cara-cara pendidikan yang muncul dan diterapkan dalam pendidikan masa kini.
37 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif
2 DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid Al-Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah. (Jakarta Selatan, Pustaka Azzam, 2001 ) Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam ( Semarang, Asy Syifa,
1981 )
Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-teori pendidikan berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta, Gema Insani Press, 1990 )
Abdurrahman, An-NAHLAWI, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung, Diponegoro, 1989 )
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, ( Surabaya, Bina Ilmu, 1982 ) Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, ( Semarang, Asy- syifa, 1991 )
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung, Al-Ma’arif, 1989 ) Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, ( Jakarta Rineka Cipta, 1994 )
Al Qura’an dan Terjemahannya, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Depertemen Agama R.I ( Bandung, PT. Syamil Cipta Media 2005 )
AM. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta :Rajawali press, 1986 )
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Bandung, Rineka Cipta, 1993)
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh, ( Bandung, Mizan, 1997 )
Bambang Tri Cahyono Manajemen sumber Daya Manusia ( Yogyakarta, IPWI, 1996 ) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta, Proyek Penyelenggara
Terjemah Alqur’an, 1998 )
H. M. Arifin, Ilmu Pendidika Islam, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1994 )
Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta, Friska Agung Insani, 1999 )
Haekal, Sejarah Hidup Muhammad SAW, ( Jakarta, Tinta Mas, 1990 )
Hamza B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di bidang Pendidikan ( Jakarta, Bumi Aksara, 2009 )
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, ( Bandung, AL-Mu’arif, 1991 )
Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik, dan Riset pendidikan ( Jakarta, PT Bumi Aksara, 2006 )
Heri Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta, logos, 1999 )
Isbandi Rukmito Adi, Psikologi , Pekerjaan Sosial, dan dan Ilmu Kesehatan Sosioal : Dasar-dasar Pemikiran, ( Jakarta, Grafindo Persada, 1994 )
Jalaluddin, Ramayulis, Pengantar Ilmu dan Jiwa Agama, ( Jakarta, Kalam Mulia, 1989 ) Jalaluddin et.al, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1991 ) Khairiyah H. Thaha, Konsep Ibu Teladan, ( Surabaya, Risalah Gusti, 1992 )
M. Manullang dan Marihot Manullang, Manejemen Sumber daya Manusia ( Yogyakarta, BPFE, 2001)
M. Nur Ghufron , Teori – teori Psikologi ( Yogyakarta, Ar-Ruzzemedia, 2010 ) Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shaheh Bukhari, ( Bandung, Asy’ Syifa, 1993 )
Muhammad Ra’fat Sa’id, Rasulullah SAW, Profil Seorang Pendidik, ( Jakarta, Firdaus, 1994 )
Najib Khaliq Al-Amin, Tarbiyah Rasulullah, ( Jakarta, Gema Insani Press, 1996 )
Nana Syaudih Sukmadinata, Metodelogi pendidikan ( Bandung, Remaja Rosda Karya, 2007 ) Oemar Hamalik, Psikolagi Belajar dan Mengajar ( Bandung, Sinar Baru Algensido,
3 2009 )
Peter Salim dan Yeni Salim, kamus besar kontemporer (Jakarta, Modern English Press, 1991 ) Purwanto, M. Ngalim, Psikologi pendidikan (Bandung, Rajawali Rosdakarya, 1990 )
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi pendidikan( Bandung, Rajawali Rosdakarya, 1996 ) Ramayulis, Metodologi Pengajaran Islam, ( Jakarta, Kalam Mulia,1994 )
Sugono, Dendy, dkk, Kamus Bahasa Indonesia,( Jakarta, Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, 2008 )
Syaiful Bahri Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta, Rineka Cipta, 1997)
Tabrani Rosyan, et.al, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung, Remaja Rosda Karya, 1994 )
T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1974 ) Yahya Jaya, Sepritualisasi Islam, ( Bandung, Ruhama, 1994 )
Yusuf Qardhawi, Konsepsi Ilmu dalam Persepsi Rasulullah SAW, ( Jakarta, Firdaus, 1994 ) Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As Yusuf, Metodik Kusus Pendidikan Agama, ( Surabaya,
Usaha Nasional, 1983 )
Zuhairini, et.al, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1992 ) Wahosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi ( Jakarta, Ghalia Indonesia, 1992)