PATOFISIOLOGI DAN PATOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UHAMKA 2021
Tujuan Pembelajaran
Memahami patofisiologi system saraf (macam-macam gangguan saraf)
mulai dari etiologi, perjalanan penyakit, gejala yang muncul, dan
BAHAN KAJIAN
• Perbedaan gangguan psikiatri dan neurologi
• Macam-macam gangguan saraf beserta gejala dan diagnosanya.
• Ansietas/gangguan kecemasan • Depresi • Epilepsi • Nyeri • Parkinson • Skizofrenia
Referensi yang Bisa Digunakan
Buku Teks:
1. Greene, R.J., Haris, N.D., and Goodyer, L.I., 2000, Pathology and Therapeutics
for Pharmacists : A Basic for Clinic Pharmacy, 2nd Ed., Pharm. Press, London.
2. Kaplan, A. and L.L. Szabo., Clinical Chemistry Interpretation and Techniques, Lea and febiger, Philadelphia.
3. Kumar, V., Cotran, R.S., and Robin, S.L., 1997, Basic Pathology, 6th Ed., W.B.
Sounders, Philadelphia.
4. Price, S., Wilson, L., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta.
5. Frizzell, Handbook of Pathophysiology (2001)
6. Kumar, V., et.al., Robbins and Cotran Pathologic Basis Of Disease , 7th ed (2005)
7. Alldredge, et al., Koda Kimble, Applied Therapeutics, the Clinical Use of Drugs (2013)
8. Gagle, 2019
1. Perbedaan Gangguan Psikiatri dan
Neurologi
• Psikiatri dan neurologi sama-sama melibatkan saraf.
• Psikiatri berhubungan dengan gangguan pikiran, keyakinan, persepsi, dan mood, atau dapat dikatakan gangguan yang melibatkan pikiran.
• Neurologi berhubungan dengan gangguan pergerakan tubuh, sensasi, dan intelektual, artinya gangguan
neurologi berhubungan dengan cedera pada otak. Neurologi dikaitkan dengan penyebab organic, artinya adanya lesi atau kerusakan anatomis otak. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada table berikut.
2. Gangguan pada Sistem Saraf
A. Kecemasan (Anxiety/Ansietas)
• Cemas adalah hal yang normal dan merupakan respon yang alami saat ada stres, tubuh kita dapat menoleransi respon tersebut.
• Namun, ada beberapa orang yang memiliki toleransi rendah terhadap kecemasan, sehingga mudah kuatir dan mudah panik, walaupun level stresnya rendah. Kasus ini disebut gangguan kecemasan dan memerlukan penanganan/terapi.
• Gangguan kecemasan ditandai dengan mulut kering, jantung berdebar sangat kencang, gangguan di perut, takut, dan panik.
• Hal ini terjadi saat menghadapi suatu ancaman atau hal yang menakutkan, disebabkan karena meningkatnya adrenalin (efinefrin).
• Secara patofisiologi, saat ada stress/ancaman, korteks akan menghasilkan respon endokrin dan otonom pada system limbik, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
• Panik atau kecemasan terjadi dalam 3 kondisi, yaitu fight (saat bertarung), fright (saat ada sesuatu yang membuat takut), dan flight (saat penerbangan).
• Penyebab genetic dan masalah dalam perkembangan pada masa kanak-kanak. Lingkungan yang membuat stres dan adanya masalah sehari-hari akan memperpanjang durasi dari kecemasan.
• Bentuk-bentuk dari gangguan kecemasan: • Reaksi stress
• stress akut biasanya bentuknya ringan dan dapat diatasi sendiri. Misalnya stress saat akan ujian, atau demam panggung.
• adjustment tingkat keparahannya sedang hingga berat, merupakan reaksi kecemasan terhadap stress jangka Panjang, misal, tidak punya pekerjaan dalam waktu yang lama, sakit menahun. Umumnya dapat disembuhkan. • Gangguan Kecemasan Umum suatu kondisi kecemasan di mana penderita mengalami khayalan dan panik
berlebihan, takut yang sangat dalam terhadap suatu ancaman. Bahkan ancaman ini sudah dibayangkan sebelumnya dengan bayangan yang tidak realistis.
• Serangan panik tingkat keparahannya sangat parah, serangan panik menyebabkan fisik dan mental langsung tidak berfungsi dengan baik. Serangan terjadi secara tiba-tiba.
• Post traumatic stress disorder respon terhadap kejadian luar biasa yang sudah berlalu, seperti kilas balik dan mimpi buruk.
• Fobia respon ketakutan berlebihan terhadap suatu objek atau situasi tertentu.
• Obsesif kompulsif disorder ketakutan berlebihan terhadap suatu hal yang menyebabkan sikap yang berlebihan dalam menanganinya. Misal, takut berlebohan terhadap kuman menimbulkan perilaku berlebihan terhadap
kebersihan.
• Gejala
• Gejala psikis:
• Perasaan khawatir, tegang, takut, panik atau teror, sedang 'gelisah'. • Perasaan yang berlebihan, ledakan suasana hati yang labil, insomnia.
• Pikiran berputar-putar, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mudah terganggu, kehilangan ingatan.
• Gejala fisik (somatic):
• Kardiovaskular: palpitasi, bradikardia, atau takikardia; tekanan darah tinggi; wajah kemerahan atau pucat.
• Pernapasan: pernapasan cepat dangkal (hiperventilasi), atau sesak napas (dispnea). • Pencernaan: diare, dispepsia, disfagia, perut mual.
• Muskuloskeletal: agitasi, gelisah, tremor, ketegangan otot. • SSP: insomnia awal, yaitu kesulitan untuk tidur.
• Metabolik: peningkatan glukosa darah dan glukokortikoid.
• B. Depresi
• Gangguan depresi mayor (MDD) adalah perjalanan klinis yang ditandai
dengan satu atau lebih episode depresi mayor tanpa riwayat episode manik atau hipomanik. Secara fisiologi, terjadi penurunan norepinephrine, serotonin (5 HT), dan dopamine di otak.
• Gejala klinis yang terjadi adalah:
• Gejala emosional berkurangnya kemampuan untuk mengalami kesenangan
kehilangan minat aktivitas biasa kesedihan pesimisme tangisan keputusasaan kecemasan rasa bersalah dan psikotik misalnya halusinasi dan delusi pendengaran.
• Gejala fisik kelelahan, nyeri (terutama sakit kepala), gangguan tidur, penurunan atau peningkatan nafsu makan, kehilangan minat seksual, dan gastrointestinal dan keluhan kardiovaskular (terutama jantung berdebar).
• Gejala intelektual atau kognitif penurunan kemampuan konsentrasi, daya ingat buruk kejadian baru baru ini, kebingungan, dan keraguan.
• Gangguan psikomotor retardasi psikomotor (gerakan fisik melambat, proses berpikir, dan ucapan) atau agitasi psikomotorik.
C. Epilepsi
• Epilepsi erat kaitannya dengan seizure/kejang. Kejang merupakan
letupan potensial aksi pada saraf dan menyebar ke bagian otak lain.
Kejang terbagi 2, yaitu: general (penyebaran terjadi pada ke dua
bagian otak hingga terjadi kehilangan kesadaran), dan parsial
(penyebaran hanya terjadi pada satu bagian otak dan tidak terjadi
kehilangan kesadaran).
• Epilepsi merupakan kejang yang berulang. Penyebabnya ada 2 yaitu:
primer (genetic), dan sekunder (hipoksemia, cedera kepala, infeksi,
• Kejang terjadi pada system saraf pusat disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak
di mana eksitasi lebih besar dibanding inhibisi sehingga menyebabkan
kejang/seizure yang bersifat spontan dan berkala.
• Kurangnya transmisi inhibitori, disebabkan oleh:
• Desensitisasi GABA penurunan efek inhibisi, misalnya: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori, disebabkan oleh:
• Pompa Na/K terganggu
• Kanal saluran Na+ terganggu
• Peningkatan aktivitas glutamate Na+ di dalam sel meningkat neuron
• Klasifikasi kejang ada 2, yaitu kejang parsial (sederhana dan kompleks)
dan kejang umum (tonik klonik umum/grand mal, absence/petit mal,
mioklonik, tonik, atonic).
• Grand mal:
• Serangan tonis, klonis (tonik = kontraksi otot otonom yang bertahan lama, klonik = gerakan yg tidak terkendali/kontraksi ritmis).
• Bercirikan kejang kaku (1 menit) bersamaan kejutan-kejutan ritmis dari anggota badan dan hilangnya kesadaran sementara. Biasanya diawali kejang hebat, kadang pasien
menggigit lidahnya sendiri, jeritan, mulut berbusa, mata membelalak, dan lain-lain.
• Petit mal:
• Bercirikan serangan yang hanya singkat sekali, antara beberapa detik sampai setengah menit dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang.
• Gejalanya pikiran kosong, hilang respon sesaat, berbicara terbata-bata dan mendadak berhenti bergerak.
• Komplikasi dari epilepsy adalah:
• Hipoksia atau anoksia akibat oklusi jalan nafas dan kebutuhan metabolik otak atas oksigen meningkat secara tajam selama seizure.
• Kerusakan otak • Depresi
• Kecemasan
• Diagnosa dari epilepsy adalah:
• Fisik : munculnya kejang selama beberapa kali • CT scan dan MRI abnormalitas
• Pemeriksaan EEG (elektroensefalogram) abnormalitas paroksismal • Hematologi : hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit
D. Nyeri
• Nyeri merupakan pengalaman subjektif, tidak menyenangkan, terkait
sensoris, dan emosional, bisa berupa kerusakan jaringan atau fungsi saraf yang tidak normal. Ada nyeri akut, nyeri kronis, dan nyeri yang disebabkan oleh kanker.
• Nyeri terbagi atas nyeri nosiseptif, yaitu nyeri akibat menyentuh sesuatu yang dingin, panas, atau tajam, kemudian nyeri inflamasi yang disebabkan oleh
trauma dan pembedahan.
• Tahapan munculnya nyeri, yaitu:
• Transduksi stimulasi nosiseptors.
• Konduksi aktivasi reseptor menyebabkan potensial aksi, melewati saraf aferen menuju
spinal cord.
• Transmisi pengeluaran neurotransmitter eksitatori (glutamate dan substansi P). • Persepsi nyeri dirasakan saat sinyal mencapai struktur kortikal tertinggi.
• Nyeri yang dikatakan sebagai patologi disebut maladaptive nyeri
misalnya: neuralgia postherpetic (nyeri saat terinfeksi herpes),
neuropati diabetik (nyeri akibat diabetes), fibromyalgia (nyeri otot
yang menyebar), sindrom iritasi usus besar, dan sakit kepala kronis
(sering digambarkan sebagai nyeri kronis).
• Nyeri ini hasil dari kerusakan atau abnormalitas fungsi saraf di SSP
atau sistem saraf perifer.
• Gejala nyeri:
• Nyeri akut bisa tajam atau tumpul, terbakar, seperti guncangan, kesemutan, menusuk, memancar,
• intensitasnya fluktuatif, • lokasinya bervariasi, dan
E. Parkinson
• Parkinson adalah penyakit sistem ekstrapiramidal yang ditandai dengan resting tremor, bradikinesia, kekakuan otot, dan hilangnya refleks tubuh akibat ketidakseimbangan Ach (asetilkolin) dan dopamin di ekstrapiramidal otak (Greene, 2009). Dopamin bersama dengan GABA umumnya sebagai penghambat Ach (bersama dengan glutamat) sebagai pemacu aktivitas motorik dan striatum.
• Pada pasien Parkinson, kadar dopamine sangat rendah (defisiensi dopamine) akibat kehilangan neuron pada area sangat spesifik di otak yang disebut
substansia nigra pars compacta (area ini menghasilkan neurotransmitter dopamine). Penurunan dopamine akan menyebabkan peningkatan inhibisi thalamus dan aktifitas di korteks.
• Terdapat badan Lewy (badan inklusi intrasel yang mengandung αlfa sinuklein) di substansia nigra, namun kontribusinya terhadap penyakit Parkinson belum diketahui pasti.
• Gejala penyakit Parkinson
terbagi atas gejala motoric dan
gejala non motoric.
• Gejala motoric
• Tremor (bahkan saat istirahat) • Rigiditas otot
• Bradikinesia
• Instabilitas postural • Kesulitan berjalan • Perubahan suara
• Gejala non motoric
• Gangguan pada indera penciuman • Gangguan tidur
• Cemas dan depresi • Fatigue
• Gangguan Fungsi mental • Penurunan berat badan • Gangguan pada system
gastrointestinal (misalnya: konstipasi)
• Kelainan berkemih (sangat ingin berkemih dan sering)
• Masalah seksual • Berkeringat
• Diagnosa Parkinson
• Berdasarkan umur dan riwayat pasien (prevalensi tinggi pada laki-laki usia di atas 60 tahun)
• Gambaran karakteristik klinik berdasar gejala klinik • Urinalisis penurunan kadar dopamin
• Terapi : Dopaminergik (levodopa, bromokriptin), antihistamin dan antikolinergik, amantadin
E. Skizofrenia
• Skizofrenia ditandai dengan delusi, halusinasi, pemikiran tidak teratur dan ucapan, perilaku motorik abnormal, gejala negatif, dan gangguan fungsi psikososial.
• Gejala positif delusi, bicara tidak teratur gangguan asosiasi halusinasi, gangguan perilaku tidak teratur atau katatonik), dan ilusi.
• Gejala negatif alogia (sulit berbicara), avolition (ketidakmampuan untuk bertahan) dalam melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan), perasaan datar, anhedonia (tak lagi merasakan kesenangan saat melakukan hal hal yang biasanya disukai), dan isolasi social.
• Dapat juga terjadi disfungsi kognitif gangguan perhatian dan memori kerja. Penyebab penyakit ini belum diketahui secara jelas, namun ada asumsi bahwa