• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan teknologi informasi memiliki peran yang penting tidak hanya dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang dari kesuksesan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam rangka menuju pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance). Teknologi dalam bidang pemerintahan disebut dengan e-government.

Menurut Laudon dan Laudon (2008), e-government mengacu pada aplikasi internet dan teknologi jaringan untuk secara digital memungkinkan hubungan pemerintah dan agen sektor publik dengan masyarakat, bisnis, dan pihak pemerintah lainnya. Selain untuk meningkatkan penyampaian pelayanan pemerintah, e-government dapat membuat kegiatan operasional pemerintah lebih efisien dan juga memberdayakan masyarakat dengan memberikan mereka akses yang lebih mudah ke informasi dan kemampuan untuk berhubungan secara elektronik dengan masyarakat lainnya.

Sejumlah organisasi sektor publik saat ini sedang memprioritaskan proses pengimplementasian pengadaan secara elektronik atau e-procurement menjadi agenda utama dari pengembangan e-government. E-procurement diterapkan dalam proses pembelian dan penjualan secara online supaya lebih efektif dan efisien. E-procurement memiliki kontribusi besar dalam menurunkan biaya transaksi dan harga yang dibayar untuk barang dan jasa. Menurut data Komisi

(2)

Pemberantas Korupsi (KPK), efisiensi terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berkisar 23.5 persen dengan menggunakan sistem pengadaan secara elektronik dibandingkan dengan cara konvensional.

Di samping itu, pengadaan barang dan jasa merupakan kegiatan yang paling rawan akan terjadinya korupsi. Menurut Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP), pada tahun 2004-2010, korupsi terkait pengadaan barang dan jasa yang ditangani KPK mencapai 44%. Besarnya anggaran untuk pengadaan barang dan jasa yang mencapai 30% dari total APBN menjadikannya ladang subur praktek korupsi. Selain itu, tertutupnya kontak antara penyedia jasa dan panitia lelang serta banyaknya prosedur lelang yang harus diikuti juga meningkatkan praktek korupsi maupun suap. Hal ini penting untuk menciptakan sistem pengadaan yang efektif dan efisien yang menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas. E-procurement menjadi alternatif yang menjamin transparansi dan akuntabilitas tersebut.

Sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik di Indonesia diciptakan berlandaskan Keputusan Pesiden No. 80 Tahun 2003 yang mengatur tentang tata cara pelelangan barang/jasa. Proses secara elektronik adalah kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan berbasis web atau internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.

54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah menyatakan bahwa pengadaan barang/jasa yang efisien, efektif, terbuka, dan kompetitif sangat

(3)

diperlukan dalam rangka menyediakan barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik.

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mulai mempersiapkan lembaga pengadaan barang/jasa secara elektronik dan pada bulan Januari tahun 2010, sistem pengadaan barang dan jasa mulai diimplementasikan. LKPP merupakan lembaga yang ditunjuk di Indonesia untuk mengembangkan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Sistem tersebut dioperasionalkan dan dikelola oleh sebuah unit organisasi bernama Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

Pada tahun 2013, terdapat 573 K/L/D/I (kementerian/lembaga/daerah/instansi) yang memiliki LPSE.

Implementasi suatu sistem informasi memerlukan evaluasi untuk menentukan keberhasilan dari implementasi sistem tersebut. DeLone dan McLean merupakan peneliti yang mengembangkan model kesuksesan sistem informasi dan penelitiannya dijadikan acuan bagi banyak peneliti lainnya karena terbukti valid dan terpercaya. DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa terdapat enam faktor yang menjadi dasar pengukuran keberhasilan sistem informasi, yaitu kualitas informasi (information quality), kualitas sistem (system quality), intensitas penggunaan (system use), kepuasan pengguna akhir (end user satisfaction), dampak individual (individual impact), dan dampak organisasional (organizational impact) dari sistem informasi tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Istianingsih dan Wijanto (2008) dalam mengukur kepuasan pengguna akhir dilakukan dengan menggunakan objek penelitian pengguna produk sistem informasi akuntansi di beberapa perusahaan

(4)

seluruh Indonesia. Hasil dalam penelitian tersebut mendukung model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (1992) dengan menunjukkan hasil yang positif signifikan pada hubungan antara kualitas informasi dan kualitas sistem terhadap kepuasan pengguna sistem tersebut.

Radityo dan Zulaikha (2007) yang melakukan penelitian empiris terhadap kesuksesan sistem informasi manajemen berbasis website (SIMAWEB) menunjukkan hasil yang berbeda. Kualitas sistem dan kualitas informasi dalam pengembangan sistem informasi yang sifatnya mandatory tersebut tidak menunjukkan hasil yang signifikan antara kualitas sistem dan kualitas informasi terhadap kepuasan penggunanya. Hasil kedua penelitian ini mengindikasikan adanya perbedaan yang mempengaruhi kepuasan pengguna sistem informasi berbasis software akuntansi dengan sistem informasi berbasis website.

Menurut Ramdan et al. (2014), supaya aplikasi berbasis website dapat digunakan secara efektif dalam lingkungan e-government, pemahaman lebih mengenai faktor apa yang paling baik dalam mengukur e-government perlu dikembangkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian Ramdan et al. (2014) diadopsi dari model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean diperbarui (2003), yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, niat/penggunaan sistem, kepuasan pengguna, dan manfaat bersih. Penelitian tersebut menguji kesuksesan e-government pada tiga sistem informasi berbasis website terkemuka di Malaysia dari perspketif masyarakat umum. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil yang signifikan antar enam variabel kesuksesan sistem informasi kecuali hubungan kualitas sistem terhadap

(5)

penggunaan sistem informasi. Penelitian mengenai model kesuksesan sistem e- government dalam lingkungan penelitian relatif baru sehingga hasil penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasikan.

Kepuasan pengguna merupakan salah satu alat ukur yang paling penting dalam kesuksesan implementasi sistem informasi. Apabila dalam penerapan sistem informasi yang digunakan sifatnya voluntary, pengguna sistem informasi dapat mencari alternatif agar tidak menggunakan kembali sistem tersebut, tetapi apabila penggunaan sistem tersebut sifatnya mandatory, kepuasan pengguna sistem tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih. Melalui kepuasan pengguna dapat terlihat apakah implementasi sistem tersebut efektif atau tidak. Efektivitas dalam penggunaan sistem informasi pada organisasi sektor publik akan berdampak pada kinerja dan mutu pelayanan pada masyarakat. Semakin tinggi mutu pelayanan kepada masyarakat maka semakin tinggi kepercayaan masyarakat kepada pemerintah (Handayani, 2010).

Menurut Gupta et al. (2007), kepuasan pemakai dalam penggunaan sistem informasi digunakan sebagai suatu ukuran efektivitas sistem informasi. Pengguna sistem informasi lebih dipengaruhi oleh staff sistem informasi dan pihak internal organisasi dibandingkan pihak eksternal organisasi. Kepuasan pengguna sangat penting untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan ketelitian pembuatan laporan organisasi. Efektivitas sistem informasi organisasi secara positif dihubungkan dengan kepuasan pemakai.

Berdasarkan pemaparan di atas maka topik mengenai kepuasan pengguna sistem informasi e-procurement di Indonesia dengan pendekatan model DeLone

(6)

dan McLean diperbarui (2003) menjadi menarik untuk diteliti. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui faktor-faktor kualitas dari model DeLone dan McLean yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. Faktor kualitas dalam model tersebut adalah kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan. Selanjutnya, penelitian ini juga akan menguji dampak dari kepuasan pengguna akhir sistem informasi, yang dalam penelitian ini adalah website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE), terhadap efektivitas sistem inforrmasi tersebut. Objek dalam penelitian ini adalah pengguna website SPSE di Unit Layanan Pengadaan (ULP) beserta para penyedia barang/jasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya dan variabel-variabel kualitas yang terdapat pada model DeLone & Mclean yang diperbarui (2003), serta pengaruh kepuasan pengguna terhadap efektivitas sistem informasi berdasarkan penelitian Gupta et al. (2007), maka rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kualitas sistem berpengaruh terhadap kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)?

2. Apakah kualitas informasi berpengaruh terhadap kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)?

3. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)?

(7)

4. Apakah kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) berpengaruh terhadap efektivitas sistem informasi tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh antara kualitas sistem terhadap kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

2. Menganalisis pengaruh antara kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

3. Menganalisis pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

4. Menganalisis pengaruh antara kepuasan pengguna website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) terhadap efektivitas sistem informasi tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai dua manfaat yakni manfaat praktis dan akademis yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan masukan kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) mengenai efektivitas dari penggunaan sistem yang mereka

(8)

kembangkan, yaitu website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

2. Manfaat akademis dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai efektivitas sistem informasi e-procurement di organisasi sektor publik, yaitu website Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. Bab II Kajian Pustaka

Pada bab ini diuraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari penelitian ini dan didukung dengan berbagai hasil penelitian terdahulu. Selain itu, bab ini juga berisi penelitian terdahulu dan uraian mengenai hubungan antar variabel yang disertai dengan hipotesis- hipotesis serta model penelitian yang diajukan.

(9)

3. Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, dan teknik analisis data.

4. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan

Pada bab ini diuraikan mengenai hasil pengumpulan data, karakteristik responden, perhitungan validitas dan reliabilitas, analisis deskripsi variabel, evaluasi model struktural, ringkasan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang diberikan kepada pihak lain yang membutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

Lalu dipilihlah 2 soal yang mempunyai persentase rendah dari kedua indikator, yaitu soal no 2 untuk indikator mengidentifikasi unsur-unsur kecukupan data, dan merencanakan

analisis data diketahui bahwa terdapat 2 orang guru Biologi yang menjawab soal dengan benar tetapi memiliki nilai CRI yang rendah (lihat lampiran 1. Rekapitulasi

Perbandingan kriteria kolaborasi antar daerah pelayanan persampahan lintas batas daerah di kawasan perbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, dan pelayanan

Sensor suhu LM 35 mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian

Saya menyukai pekerjaan saya, tetapi jika ada pekerjaan yang lebih baik saya tidak ragu untuk pindah (Skor

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis faktor, variabel-variabel yang termasuk dalam faktor Earning merupakan variabel utama pembentuk kinerja perbankan

Kedua , upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat untuk melindungi Damar Mata Kucing ( shorea javanica ) sebagai wujud pelestarian kawasan hutan yakni

Berikut ini adalah grain yang ada dalam perancangan data warehouse PT S: (1) Penjualan – analisis yang dapat dilakukan pada proses penjualan adalah produk yang paling banyak