• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komplemen dalam Bahasa Jepang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komplemen dalam Bahasa Jepang."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU VII

“Pemberdayaan Bahasa-Bahasa Lokal sebagai Bahasa Ibu dalam

Rangka Pembentukan Karakter Bangsa yang Majemuk”

P R O S I D I N G

Penyunting Ahli

Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum. Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A.

Dr. Made Sri Satyawati, S.S.,M.Hum. Dr. Anak Agung Putu Putra, M.Hum. Dr. I Gst Ayu Gde Sosiowati, M.A.

Dr. I Ketut Sudewa, M.Hum. Penyunting Pelaksana Dr. Ni Made Suryati, M.Hum.

I Putu Eka Guna Yasa, S.S. Made Reland Udayana Tangkas, S.S.

Luh Yesi Candrika, S.S. A.A. Putu Suari, S.S.

UDAYANA UNIVERSITY PRESS

(4)

ii

PEMBERDAYAAN BAHASA-BAHASA LOKAL SEBAGAI

BAHASA IBU DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KARAKTER

BANGSA YANG MAJEMUK

Program Magister dan Doktor Linguistik

Pascasarjana Universitas Udayana

Denpasar

2014

ISBN 978-602-7776-98-0

UDAYANA UNIVERSITY PRESS

Hak Cipta ada pada Tim Penyunting Buku dan dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang

memperbanyak buku ini kecuali dengan menyebutkan sumbernya. Para pembaca dapat mengutip

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Tiada terasa, Seminar Nasional Bahasa Ibu yang untuk pertama kalinya dilaksanakan secara sangat sederhana dan terbatas jumlah pesertanya di Ruang Sidang Fakultas Sastra Universitas Udayana (di lantai II Gedung Gorys) 21 Februari 2007, sudah memasuki tahun ke-7. Bermula dari kegalauan, kegetiran, dan keprihatinan para dosen dan pengelola Program Magister dan Doktor Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana, seminar perdana tujuh tahun silam itu dilaksanakan dengan menyajikan beberapa makalah saja.

Gayung bersambut dan gaung keprihatinan bahasa Ibu yang tentunya berkaitan dengan “nasib” bahasa-bahasa lokal atau bahasa-bahasa daerah di Indonesia itu, kian meluas sehingga Seminar Nasional Bahasa Ibu VII 2014 ini dapat dilaksanakan kendati waktu persiapan bagi panitia pelaksana harus diakui sangat singkat. Sungguh singkat persiapan kali ini karena menjelang akhir 2013 yang lalu, tepatnya awal Novermber 2013 silam, Program Magister dan Doktor Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana menyelenggarakan Seminar Internasional Bahasa Austronesia-NonAustronesia. Pengalaman mengelola ajang akademik tahunan ini telah menjadi denyutan nafas akademik para linguis muda Indonesia dari pelbagai daerah bertemu untuk berbagi pengalaman kelinguistikan.

Tajuk-tajuk makalah, baik yang bergayut kuat dengan tema Seminar Nasional Bahasa Ibu VII maupun tajuk-tajuk kebahasaan lainnya merupakan khazanah kelinguistikan yang diharapkan membuka pikiran dan kepedulian akademik semua pihak untuk senantiasa merefleksikan, mengkaji, dan mendeskripsikan banyak segi kebahasaan bahasa-bahasa lokal. Disadari oleh penyelenggara ajang kelinguistikan ini betapa kompleksnya persoalan kebahasaan, khususnya bahasa-bahasa daerah di negeri yang anekabahasa ini. Dengan demikian, segi-segi mikrolinguistik dan makrolinguistik, termasuk linguistik terapan terjemahan dan pembelajaran bahasa-bahasa (Indonesia, asing, dan daerah) yang tentunya memengaruhi kehidupan bahasa-bahasa daerah di Indonesia, “meramaikan” Seminar Nasional Bahasa Ibu VII ini. Termasuk di dalamnya adalah tradisi lisan dan sastra daerah penunjang kehidupan bahasa-bahasa daerah, turut megisi seminar ini.

Mutu makalah-makalah, yang menjamin mutu Seminar Nasional Bahasa Ibu VII ini, senantiasa diupayakan oleh Panitia Penyelenggara. Untuk kali ini, makalah-makalah utama bertajuk “Kekayaan Makna dan Nilai Bahasa Lokal dalam Rangka Pembentukan Karakter Bangsa yang Majemuk” yang disajikan oleh Prof. Tengku Silvana Sinar, Ph.D. dari Universitas Sumatera Utara, “Dominasi Bahasa Asing dan Resistensi Bahasa Nasional dan Lokal: Kasus Nama-nama Badan Usaha di DIY” oleh Prof. Dr. Dewa Putu Wijana, M.A. dari Universitas Gadjah Mada, “Menuju ke Arah Manakah Bahasa Ibu?” yang disajikan oleh Prof. Drs. I Ketut Artawa, M.A., Ph.D., “Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu” oleh Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum., Pemberdayaan Folklor sebagai Sumber Ekonomi Kreatif di Daerah Tujuan Wisata di Bali” oleh Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., dan “Membangun Citra Budaya Bangsa melalui Penerjemahan” oleh Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. dari Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, “Komplementer Penanda Gramatikal Verba (PGV) dalam Bahasa Wuna” oleh Prof. La Ode Sidu Marafad dari Universitas Halouleo Kendari, dan “Peran Agrolinguistik dan Linguistik Forensik untuk Perkembangan Studi dan Wisata Museum” oleh Dr. Sawirman, M.A. dari Universitas Andalas Padang, menjadi jaminan mutu ajang akademik kali ini. Sudah tentu sejumlah makalah kelinguistikan dan tentunya juga makalah kesastraan daerah Nusantara lainnya yang disajikan dalam bentuk presentasi langsung maupun tidak langsung dalam wujud poster, tidak hanya menghiasi forum kelinguistikan ini namun menjadi bukti kepedulian akademis anak bangsa akan warisan pusaka leluhur bangsa yang majemuk ini.

(6)

iv

peduli terhadap bahasa-bahasa lokal atau bahasa ibu mereka. Harus disampaikan pula bahwa cukup banyak abstrak dan makalah yang diterima oleh panitia. Namun, karena keterbatasan ruang dan waktu pula, sejumlah makalah terpaksa ditolak. Untuk itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kiranya kesempatan dalam Seminar Nasional Bahasa Ibu VIII 2015, tetap membuka pintu bagi para pecinta

Bahasa-bahasa Ibu.

Akhirnya, atas perhatian, terutama keterlibatan para Pemakalah Utama, Para Pemakalah Pendamping, dan juga Para Peserta Seminar Nasional Bahasa Ibu VII, kami ucapkan “Selamat Berseminar”. Harapan kami, semoga seminar ini kita jadikan ajang pembelajaran sungguh-sungguh, ajang membangun kebersamaan dan utamanya jejaring akademik serta perwujudan iklim akademik yang berarti bagi pengembangan linguistik dalam pelbagai segi, dan secara khusus demi pelestarian bahasa-bahasa lokal warisan budaya leluhur dalam rangka penguatan karakter dan jati diri bangsa Indonesia.

Denpasar, 27 Februari 2014

(7)

v

DAFTAR ISI

PEMAKALAH UTAMA

Bahasa Ibu di Sumatera Utara: Cermin Kearifan Masyarakat Lokal

1

Prof. T. Silvana Sinar

Bahasa Bali sebagai Bahasa Ibu: Status dan Perkembangannya

12

Prof. Drs. I Ketut Artawa, M.A., Ph.D.

Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu

22

Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.

Pemberdayaan Folklor

sebagai Sumber Ekonomi Kreatif di Daerah Tujuan Wisata di Bali

27

Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.

Komplementer Penanda Gramatikal Verba (PGV) dalam Bahasa Wuna

33

Prof. La Ode Sidu Marafad

Peran Agrolinguistik dan Linguistik Forensik Untuk Perkembangan

Studi dan Wisata Museum

39

Dr. Sawirman, M.A

Bahasa, Kekuasaan, dan Resistensinya : Studi tentang Nama-Nama

Badan Usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta

47

Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, M.A.

Membangun Citra Budaya Bangsa melalui Penerjemahan

54

Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A

PEMAKALAH PENDAMPING

Struktur Sintaksis Bahasa Jawa Banyumas

63

Restu Sukesti

Serial Verb found in Tapaleuk Rublic and The Sketch of Translating It:

A Semantic Analysis

72

Theofilus Manu

Leksem Pengungkap Konsep ‘Aktivitas Memasukkan Makanan

(8)

vi

Balinese Middle Constructions and Agentivity

85

I Nyoman Udayana

Pelesapan Fungsi Sintaksis pada Novelet Biyar-biyur ring Pasisi Sanur

Karya Nyoman Manda

92

I Wayan Mandra

Konstruksi Pasif Bahasa Kemak

100

I Wayan Budiarta

Objek Ganda dalam Bahasa Indonesia

109

Vinsensius Gande

Morphological Study of Verb Constructions in Elopada Dialect

of Sumbanese Language

126

Yohanes Leonardo Ate

A Comparative Study on the Lexicon in Terms of Form and Meaning

of Usapi Sonbai Dialect and Taloetan Dialect of Uab Meto Language

131

Oktaviana Takene

Verba Tindakan Bahasa Bali Berbentuk Reduplikasi Parsial

Tinjauan Metabahasa

138

I Nengah Sudipa

Bentuk, Fungsi, dan Makna Kontekstual Verba “Memotong” dalam

Bahasa Jawa

149

Setyarti

Demonstrative Pronouns in Ba’a Dialect

157

Polce Aryanto Bessie

The Study of Affixation Process Found in Dawan Language

161

Selvi Merlin Otemusu

Worl Classes in Dela: A Morphosyntactic Study on Verbs,

Nouns, and Adjective

166

Theresia M. Tamelan

Klausa Relatif Bahasa Sumba Dialek Waijewa (BSDW)

175

Ni Wayan Kasni

(9)

vii

Realisasi Bunyi Bahasa Bali Pada Penutur Non- Asli Bali

193

Ni Ketut Widhiarcani Matradewi

Komplemen dalam Bahasa Jepang

194

Made Ratna Dian Aryani dan I Gede Oeinada

Ideologi Penamaan Diri Khusus pada Masyarakat Suku Bali

198

Ni Made Suryati dan I Nyoman Darsana

Analisis Makna Verba Bantu – Youda, dan – Metaida dalam

Kalimat Bahasa Jepang Berdasarkan Tinjauan Semantik

207

I Nyoman Rauh Artana

A Thescriptive Study on Word Coinage in Amarasi Dialect

220

Yetrolin Bani

Struktur Semantik Tindakan Bahasa Bali:

Suatu Kajian Semantik Metabahasa Bali

226

Ni Putu Candra Gunasari

Proses Penurunan Verba Bahasa Donggo

234

A.A. Dewi Sunihati

Pemajemukan Bahasa Rote Dialek Dengka

242

Efron E.Y Loe

Bahasa Bali: Suatu Kajian Konstruksi Posesif

251

I Wayan Teguh

Kala dan Aspek dalam Bahasa Jepang

sebagai Cerminan Sikap Orang Jepang terhadap Waktu

256

Ketut Widya Purnawati

Konjungsi sebagai Pertalian Semantis Antarkalimat

dalam Wacana Narasi Bahasa Bali

264

Ni Luh Komang Candrawati

Dayak Laju Language: Canonical Patterns and Phonotatics

273

Ristati

Campur Kode dalam Lirik Lagu Bali JPDA

287

I Gede Pariasa

(10)

viii

Menelusuri Jejak Evolusi Etimon Proto Austronesia *Babuy ‘Babi’

dalam Sejarah Perkembangan Bahasa Bali

301

I Ketut Paramarta

Cara Menolak Permintaan tanpa Mengatakan ‘Tidak’

314

Renny Anggraeny

Dari Strategi Linguistik menuju Strategi Kebudayaan;

Perspektif Pemertahanan Bahasa Lokal Indonesia

319

Putu Sutama, Maria A. Luardini, dan Natalina Asi

Analisis Sistemik Genre dan Struktur Potensi Generik Teks

dalam Bahasa Waijewa

328

Magdalena Ngongo

Kebocoran Diglosia dan Pemertahanan Bahasa Tana sebagai Bahasa Adat

di Kabupaten Maluku Tengah

342

Martha Maspaitella dan Falantino Eryk Latupapua

Tuturan Pranata Cara Perkawinan Adat Jawa:

Sebuah Perspektif Eko Pragmatik

353

Yohanes Kristianto

Bahasa Indonesia dalam Ruang Publik Bahasa Penguat Karakter Bangsa

367

Hugo Warami

Potret Ideologi Perjuangan Perempuan di Hutan Sagu :

Upaya Pelestarian dan Pemertahanan Bahasa (Kajian Ekolinguistik)

374

Quin Tulalessy

Kebergeseran dan Kebertahanan Leksikon Ruatan

Kampung Masyarakat Manganti Gresik (Kajian Lingusitik Kebudayaan)

383

Dewanto

Pengetahuan Leksikon-Leksikon Lingkungan Kesungaian Katingan

Generasi Muda Katingan, Kalimantan Tengah

394

Santang

Bahasa Jawa Kuno: Bahasa Ibu yang Ditinggalkan

Pembentuk Karakter Bangsa dari Pramodern Hingga Postmodern

407

Made Reland Udayana Tangkas dan Putu Reland Dafincy Tangkas

Pendidikan Berbasis Lingkungan

dalam Rangka Pembentukan Jatidiri Keindonesiaan yang Multilingual

(11)

ix

Sawer Pengantin Sunda Kajian Tindak Tutur

425

Rita Maria Sahara dan Lien Darlina

Analisis Komponen Register dalam Artikel Berbahasa Bali

“Ngelestariang Tetamian Budaya Bali”

440

Desak Putu Eka Pratiwi dan I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini

Menurunnya Pemakaian Bahasa Halus di Kalangan Generasi Muda Bali

447

Yogi Marantika, Putu Galih Perdana Putra, dan Made Suardika Jaya

Pidiginization or Not: A Kiss Study on English Use by Comunity

of Gili Trawangan, Lombok

448

I Made Rai Jaya Widanta, Paul Suardi, Luh Nyoman Chandra Handayani,

dan Ni Ketut Suciani

Kemampuan Berbahasa Jawa pada Anak Jawa

di Kampung Jawa Kota Denpasar

458

Nina Ambarwati dan I Ketut Oka Ribawa

Bahasa Bali: Masihkah Dijaga oleh Penerusmu?

(Kajian Deskriptif tentang Sikap Mahasiswa Asal Bali

Jurusan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Bali)

466

Ni Putu Era Marsakawati

Bentuk, Fungsi, dan Makna Doa Bapa Kami Berbahasa Bali

dalam Perspektif Ekolinguistik

471

Putu Chrisma Dewi

Profil Bahasa Minangkabau sebagai Bahasa Mayor di Sumatra

Ni Putu N. Widarsini

476

Bahasa Indonesia dan Bahasa Perancis:

Bahasa Sexis atau Non–Sexis? (Studi Komparatif)

480

Putu Weddha Savitri

Struktur Referen sebagai Pembentuk Karakter Penutur

dalam Komunikasi Berbahasa Bali

488

I Gusti Ngurah Parthama

Karakteristik Sapaan Bahasa Jepang : Bentuk Pronomina Persona Pertama

494

Ni Made Andry Arnita Dewi

Variasi Respon Tuturan Pujian Bahasa Jepang

(12)

x

Analisis Makna Tembang “Bibi Anu” (Pendekatan

Antrophological Linguistics

) 511 Ni Made Ayu Widiastuti, Sang Ayu Isnu Maharani, dan Yana Qomariana

Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak

518

Ni Nyoman Ganing

Usia: Berperankah dalam Akuisisi Bahasa Kedua?

525

Anak Agung Sagung Shanti Sari Dewi

Kedwibahasaan pada Generasi Muda Sabu di Kota Seba Kabupaten Sabu Raijua

527

Lanny I. D. Koroh dan Simon Sabon Ola

Kajian Humor Berbahasa Bali dalam Pertunjukan Wayang Cenk Blonk

543

Putu Nur Ayomi

Ritual Koe Toko Embu Kajo

Tradisi Masyarakat Roworeke Kabupaten Ende NTT.

551

Veronika Genua

Khazanah dan Representasi Ketergeseran Leksikon

Kesungaian Tukad Badung: Pendekatan Ekolinguistik 559 Gek Wulan Novi Utami, Gede Doddi R. Diputra, dan Putu Eka Guna Yasa

Interferensi Morfologis Bahasa Kutai dalam Bahasa Indonesia 583 H. Mursalim

Bahasa Bali semakin Dimengerti semakin Menyenangkan

dan semakin Mengasyikkan

595

I Ketut Redjasa

Aksara Suci Umat Hindu (Suatu Kajian Scriptography)

611

I Wayan Mulyawan

Pemaknaan Simbol Budaya Etnik sebagai Pembentuk Karakter Bangsa 618 I Wayan Simpen

Pemberdayaan Bahasa Modebur sebagai Bahasa Ibu

di Pulau Pantar Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

625

La Ino dan Mirsa Umiyati

Tata Krama Berbahasa Bali sangat Mencerminkan Identitas

dan Status Sosial di antara Mereka sebagai Pembicara dan Lawan Bicara 639 Made Sudiarta dan Wayan Sudinata

Gegirang sebagai Program Televisi Interaktif

(13)

xi

Kunci Sukses Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Bali

adalah dengan Penerapan Unda-Usuk Basa Bali dengan Baik dan Benar

657

Ni Made Rai Sukmawati dan I Made Abdi Sucipta

Pasif ‘Gangguan’ dalam Bahasa Jepang: Kajian Sosiolinguistik

665

Ni Made Wiriani

Analisis Makna dalam Iklan Rokok Sampoerna Hijau

“Teman Bisa Menyejukan Hati”

671

Putu Evi Wahyu Citrawati

An Effective and Efficient Way to Teach

Two or More Different Registers in the Javanese Language at the Same Time

685

Erna Zulaeni Wiles

Pemerolehan Fonosintaktik pada Bilingualisme:

Sebuah Studi Kasus Bahasa Sasak – Indonesia pada Anak Usia Tiga Tahun

694

Irma Setiawan

Dinamika Leksikon Persawahan di Desa Jatiluwih, Tabanan

710

Sri Darmayani dan Sri Ramayanti

Situasi Kebahasaan Masyarakat Bali di Surabaya Jawa Timur

726

Ni Wayan Sartini

Budaya Kritik di Ranah Tradisi Lewat Media Modern:

Studi Seni Magegitan Melalui Radio di Bali

732

I Wayan Suardiana

Estetika Syair Danding pada Masyarakat Manggarai Timur

739

Imelda Olivia Wisang

Kecantikan Dewi Bharali Prajna Paramita

dalam Kakawin Jinārthi Prakreti Koleksi Gria Pidada Klungkung

748

Ida Bagus Rai Putra

Lopo

757

Roby Nitbani

Sikap Religius dalam Novel “The Scarlet Letter” Karya Nahaniel Hawthorne

761

Ni Nyoman Tri Sukarsih dan Komang Tri Sutrisna Agustia

Simbol Rumah Adat Khowa Dhawe

(14)

xii

Kisah Persahabatan Angsa dengan Kura-Kura: Refleksi Pengendalian Emosi

784

I Ketut Ngurah Sulibra dan I Wayan Suteja

Warna Lokal Kumpulan Cerpen Mandi Api:

Upaya Regulasi Budaya Bali Di Tengah Arus Globalisasi

793

Puji Retno Hardiningtyas

Pembentukan Karakter Anak Jepang melalui Puisi

812

Silvia Damayanti dan Ni Putu Luhur Wedayanti

Gaya Bahasa Dongeng Jepang “Momotarō”

826

Ida Ayu Laksmita Sari

Nilai Budaya Jepang dalam Mukashi Banashi “Tanishi Chouja”

1

837

Ni Luh Putu Ari Sulatri

Penguatan Identitas Kehinduan melalui Ritual Otonan

845

A.A. Kade Sri Yudari

Basa dan Base: Menelusuri Makna Sirih (Piper Betel)

dalam Kehidupan Masyarakat Bali

853

Dian Rahmani Putri

Bahasa Lisan Melayu Brunei Darussalam: Sekilas –Lintas

I Ketut Riana

861

Gaya Bahasa Komunitas Waria di Kota Sebuah Deskripsi Awal Gaya Bahasa

871

Merry C. Rumainum

Potensi dan Tantangan Dongeng dalam Pemertahan Bahasa Ibu

dan sebagai Wadah Pendidikan Karakter

878

Ni Nyoman Padmadewi

Pelestarian Kabhanti sebagai Bentuk Pemertahanan Bahasa Muna

sebagai Bahasa Ibu (Lokal) di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

886

Rasiah, La Bilu, dan I Ketut Swardika

Model Application Learning Ajel Aidedd Media Images

To Improve Motivation and Learning Japanese Language Class X

Catholic High School Soverdi Tuban Bali Academic Year 2013/2014

895

I Gusti Ayu Niken Launingtia

(15)

xiii

Kajian Nilai Pendidikan Karakter

Cerpen Bahasa Bali “Niaoi Sutiko” Karya Agung Wiyat S. Ardi

901

I Nyoman Suwija

Mengajarkan Kesantunan Berbahasa Bali melalui Teks Sastra

I Gusti Ayu Gde Sosiowati & Ni Wayan Sukarini 911

Stilistika Penerjemahan Puisi di Depan Arca Saraswati

dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris

917

Ni Ketut Dewi Yulianti, Ni Made Diana Erfiani, dan Putu Agus Bratayadnya

Kesepadanan Makna Bahasa Inggris

pada Papan Informasi di Wilayah Pura di Bali

928

Putu Ayu Asty Senja Pratiwi, Ni Luh Putu Krisnawati,

Yana Qomariana, I Komang Sumaryana Putra, Putu Weddha Savitri

Methodologies for Translation in The Legendary Story “Romeo and Juliet”

935

Ni Komang Lilik Arikusuma

Pelestarian Bahasa Ibu melalui Teknik Penerjemahan Adaptasi

939

Frans I Made Brata

Indonesian Language Interference in English Speech Text

by Junior Haigh School Student

949

Ni Made Arnita Yanti

Makna “Bonet” pada Kalangan Masyarakat Timor Tengah Selatan;

Sebuah Kajian Semantik

956

Mesron Nome

Meaning and Value Behind the Rituals Dab’a Ana

in Jingitiu Belief on Sabu Island 960

Linda R Tagie

Multikulturalisme di Kota Medan dan

Dampaknya terhadap Penggunaan Bahasa Ibu 966

Nurlela Dan Siti Norma Nasution

(16)

Prosiding

Seminar Nasional Bahasa Ibu VII. ISBN ; 978-602-7776-89-0.

194

KOMPLEMEN DALAM BAHASA JEPANG

Made Ratna Dian Aryani I Gede Oeinada

Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana

Abstract

Complement is a constituent that complete and has the same position as a subject. The existence of object and complement is depending on the type of the verb. Verbs that are followed by complement are called intensive verbs. Other verbs are called extensive verbs. This analysis is focused on Japanese complement. The core of Japanese sentence is on the predicate which is located at the end of the sentence. There are three categories which can function as predicate, namely verb, adjective, and nominal. The findings from the analysis are (1) there are subject and object complement, (2) word construction with nominal, verb, adjective, and numeral categories.

Keywords: complement, construction, meaning, Japanese language

Abstrak

Komplemen adalah unsur yang melengkapi dan menempati posisi yang sama dengan subjek. Sementara itu, kehadiran objek dan komplemen tergantung pada jenis verbanya. Verba yang diikuti oleh komplemen disebut verba intensif, sedangkan verba yang lainnya disebut verba ekstensif. Dari pengertian tersebut, analisis ini berfokus pada komplemen bahasa Jepang. Inti kalimat bahasa Jepang adalah predikat yang selalu ditempatkan di akhir kalimat. Ada tiga kategori yang bisa berfungsi sebagai predikat yaitu verba, adjektiva, dan nomina. Beberapa temuan analisis, antara lain (1) adanya komplemen subjek dan objek (2) dari konstruksi ditemukan (a) komplemen konstruksi kata dengan kategori nomina, verba, adjektiva, dan numeralia.

Kata kunci:komplemen, konstruksi, makna, bahasa Jepang

PENDAHULUAN

Para ahli tipologi bahasa menekankan pentingnya studi lintas bahasa. Comrie (1983:15) menyatakan bahwa studi lintas bahasa perlu dilakukan untuk meningkatkan pengkajian ciri-ciri universal unsur bahasa, menemukan bentuk yang unik dan mengagumkan, yang mungkin hanya dimiliki oleh bahasa-bahasa tertentu, dan mengungkapkan fenomena yang mungkin lazim dalam suatu bahasa, tetapi tidak lazim dalam bahasa lain. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa daerah dan bahasa nasional negara Jepang.

Menurut Mallinson dan Blake (1981:3) bahasa dapat dikelompokkan dalam batasan-batasan ciri khas strukturnya. Tipologi Linguistik adalah kajian linguistik yang berusaha mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan perilaku struktural bahasa tersebut.

Secara tipologis bahasa Jepang berbeda dengan bahasa lainnya, dari segi struktur frasa nomina bahasa Jepang mengikuti urutan MD, sedangkan pola tata urutan kalimatnya adalah Subjek-Objek-Predikat (SOP). Dalam bahasa Jepang setiap konstituen memiliki pemarkah untuk memperjelas fungsinya, yaitu pemarkah subjek (topik) yaitu wa/ga, pemarkah objek o/wo, pemarkah keterangan ni, pemarkah pelengkap to.

Penelitian ini membahas mengenai bahasa Jepang dalam tataran sintaksis, khususnya fungsi sintaksis, yang bertujuan membedakan antara komplemen dengan objek. Hal itu disebabkan karena antara komplemen dengan objek memiliki tempat yang sama.

Pengertian Komplemen

(17)

Prosiding

Seminar Nasional Bahasa Ibu VII. ISBN ; 978-602-7776-89-0.

195

sedangkan verba yang lainnya disebut verba ekstensif. Verba ekstensif ini dapat dibedakan menjadi verba transitif yaitu verba yang diikuti objek, dan verba intransitif merupakan verba yang tidak diikuti oleh objek, dan verba transitif komplek adalah verba yang diikuti oleh sebuah objek dan sebuah komplemen. Itu berarti komplemen di sini adala dua macam, yaitu komplemen yang mengikuti verba intensif disebut komplemen subjek, dan komplemen yang mengikuti verba transitif komplek disebut komplemen objek. Namun, hal ini akan dibahas tersendiri.

Inti kalimat bahasa Jepang adalah predikat yang selalu ditempatkan di akhir kalimat. Ada tiga kategori yang bisa berfungsi sebagai predikat yaitu verba, adjektiva, dan nomina. Kalimat bahasa Jepang terbentuk dari perpaduan beberapa jenis kata pembentuk kalimat terdiri atas: (a) nomina (meishi), (b) verba (doushi), (c) adjektiva (keiyoushi), (d) kopula (jodoushi), (e) partikel (joshi), (f) konjungsi (setsuzokushi), (g) adverbial (fukushi). Unsur kalimat dalam bahasa Jepang secara garis besarnya terdiri atas: (1) subjek, (2) predikat, (3) objek, (4) keterangan, (5) modifikator, dan (6) penyambung.

Unsur subjek dan objek diisi denga nomina, sedangkan unsur predikat biasanya diisi dengan verba, adjektiva, nomina ditambah dengan kopula. Unsur keterangan mencakup keterangan tempat, waktu, alat dan penyerta, sedangkan modifikator digunakan untuk memperluas atau menerangkan subjek, objek, penyerta atau yang lainnya. Sebagai contoh:

(a) Taro wa daidokoro deyogoretete wo kirei ni aratta.

1 4 5 3 5 2

Taro-Nom dapur-Lok kotor tangan-Dat bersih cuci-Lampau

‘Taro telah mencuci dengan bersih tangannya yang kotor di dapur’

(b) Shikashi, Hanako wa jibun noheya de haha ni

6 1 5 4 5

Tetapi, Hanako-Nom sendiri kamar-Lok ibu

katte kureta shousetsu woyonde iru.

3 2

membeli menerima novel-Dat membaca-Kini(sedang)

‘Akan tetapi, Hanako sedang membaca novel yang dibelikan oleh ibunya di kamarnya’

Angka-angka pada contoh di atas menunjukkan: (1) subjek, (2) predikat, (3) objek, keterangan, (5) modifikator, dan (6) penyambung.Komplemen dan objek dalam bahasa Jepang berkategori nomina.

Klasifikasi Komplemen

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa komplemen dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi verbanya secara sintaksis.Komplemen ialah kata atau frase yang melengkapi kata atau frase yang lain.Komplemen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komplemen subjek dan komplemen objek. Kedua hal itu akan diuraikan berikut ini.

1) Komplemen subjek adalah komplemen yang menjelaskan atau melengkapi subjek.Hal ini

dapat dijelaskan berdasarkan contoh di bawah ini:

(c) Ary san ga sono kaisha no sachou ni natte imasu.

Ary-Nom itu perusahaan direktur menjadi-Kini (sedang) ‘Ary (saat ini) menjadidirektur perusahaan itu.’

(d) Musume-san wa tetsudaisan ni narimashita.

Anak perempuannya-Nom pembantu menjadi-Telah (lampau) ‘Anak perempuannya telah menjadi pembantu.’

Kalau diperhatikan contoh kalimat (c-d) maka fungsi fungsi yang membangun kalimat-kalimat tersebut sebagai berikut. Kalimat (c) dibentuk oleh Ary san wa ‘nama’ adalah subjek, sono kaisha no

(18)

Prosiding

Seminar Nasional Bahasa Ibu VII. ISBN ; 978-602-7776-89-0.

196

subjek, tetsudaisan ni ‘pembantu’ adalah komplemen, dan narimashita ‘telah menjadi’ adalah predikat.

2) Komplemen Objek adalah komplemen yang melengkapi atau hubungannya lebih dekat

dengan objek.

(e) Haha wa musume wo Piya no namae to nazukeru. Ibu-Nom anak perempuan-Dat Piya-Pem nama dengan menamai. ‘Ibu menamai anak perempuannya dengan nama Piya.’

(f) Uma wa yon hon no ashi wo motte iru.

Kuda-Nom empat-Pem kaki-Dat memiliki. ‘Kuda memiliki empat kaki.’

Kalimat-kalimat (e-f) di atas dibentuk oleh fungsi-fungsi sebagai berikut: Kalimat (e) dibentuk oleh Haha wa ‘ibu’ adalah subjek, musume wo ‘anak perempuan (sendiri)’ adalah objek, Piya no namae to ‘dengan nama Piya’ adalah komplemen, dan nazukeru ‘menamai’ adalah predikat. Selanjutnya kalimat (f) dibentuk oleh Uma wa ‘kuda’ adalah subjek, yon hon no ‘empat batang’ adalah komplemen, ashi wo ‘kaki’ adalah objek, dan motte iru ‘memiliki’ adalah predikat.

Selain kalimat-kalimat tersebut di atas, dalam bahasa Jepang, pembentukan kalimat yang mengandung komplemen juga dapat berasal dari kopula. Seperti contoh di bawah ini:

(g) Sobo wa 91 sai deshita.

Nenek (sendiri)-Nom 91 tahun telah-Kop ‘Nenek saya telah berusia 91 tahun.’

(h) Kyou wa atsui desu. Hari ini-Nom panas kini-Kop ‘Hari ini panas.’

Penjelasan dari kalimat-kalimat (g-h) adalah sebagai berikut. Kalimat (g) dibentuk dari Sobo wa ‘nenek saya’ adalah subjek, 91 sai ’91 tahun’ adalah predikat, dan deshita ‘kopula’ adalah komplemen. Selanjutnya kalimat (h) dibentuk dari Kyou wa ‘hari ini’ adalah subjek, atsui ‘panas’ adalah predikat, dan desu ‘kopula’ adalah komplemen.

Berdasarkan tataran sintaksis bahasa Jepang, kalimat bahasa Jepang dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Kalimat non verbal adalah kalimat yang dibentuk dari kategori nomina atau adjektiva. Kalimat non verbal seperti ini selalu menggunakan kopula sebagai komplemen kalimat, dan (2) Kalimat verbal kalimat yang dibentuk dari kategori verba.

SIMPULAN

Dari contoh analisis di atas, terlihat bahwa ada tiga kategori yang bisa berfungsi sebagai predikat yaitu verba, adjektiva, dan nomina. Selain itu, berdasarkan fungsinya terdapat komplemen subjek, yakni komplemen yang berfungsi melengkapi subjek dan komplemen objek, yakni komplemen yang berfungsi melengkapi objek.Dari konstruksi kalimat yang dianalisis ditemukan adanya komplemen yang memiliki konstruksi kata dengan kategori nomina, verba, adjektiva, dan numeralia.

DAFTAR PUSTAKA

Comrie,B .1983. Language Universals and Linguistic Typology Syntax and Morphology. Oxford: Basil Blackwell

(19)

Prosiding

Seminar Nasional Bahasa Ibu VII. ISBN ; 978-602-7776-89-0.

197

Mallinson, G. dan Barry J. B. 1981. Language Typology: Cross Linguistic Studies in Syntax. Amsterdam: Holland Publishng Company

Moeliono, Anton M. dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Departemen Pendidikan dan Kebudyaaan.

O’Grady, William. 1989. Contemporary Linguistics an Introduction. Canada: Copp Clerk Pitman Ltd.

Quirk dkk. 1978. A Grammar of Contemporary English. London: Longman

Referensi

Dokumen terkait

Tata bahasa Jepang sangat berbeda dengan tata bahasa Indonesia, contohnya pada bentuk struktur kalimat bahasa Jepang yang menggunakan pola Subjek (S) Objek (O)

ini berisi tentang penelitian mengenai reduplikasi bentuk dasar adjektiva bahasa. Jepang dan bahasa

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipikal adjektiva Bahasa Jepang apa saja yang bisa dibubuhi sufiks -sa dan -mi, makna kata yang telah

Konstruksi kano[ik dalam tataran sintaksis berhubungan do1g:rn rrrrrtan kata suaiu bahasa (Crystal, 2008: 65) Misalnya, kalimat kanonik dalarn bahasa lndoncsia

Memiliki struktur yang sama antara adjektiva kiriei dalam bahasa Jepang dan adjektiva cantik dalam bahasa Indonesia yaitu adjektiva dapat berfungsi sebagai

Selain pergeseran dalam tataran sintaksis, dalam penelitian ini terdapat pergeseran kategori kata, terdiri dari: (1) Pergeseran dari nomina (berupa ism maka>n)

Kategori kata yang dapat mengikuti kon- stituen dika pada kalimat negatif imperatif bahasa Mongondow dialek Mongondow yaitu verba, adjektiva, adverbial, dan

Definisi Kalimat Pasif Bahasa Jepang Beberapa pendapat ahli linguistik Jepang yang mendefinisikan kalimat pasif bahasa Jepang, di antaranya yaitu Kudoo Mayumi (1990:48)