BAB II
KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA, KATA KETERANGAN
BAHASA JEPANG, SINTAKSIS DAN TOUGORON
2.1 Kata Keterangan Bahasa Indonesia
2.1.1 Pengertian Kata Keterangan Bahasa Indonesia
Kata keterangan dalam bahasa Indonesia disebut juga adverbia. Kata keterangan adalah kata – kata yang digunakan untuk memberi penjelasan pada kata – kata kalimat lain yang sifatnya tidak menerangkan keadaan atau sifat. (Abdul Chaer, 1994 : 202).
Kata keterangan di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat, misalnya sangat, lebih, tidak.
2.1.2 Jenis – Jenis Kata Keterangan Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indonesia ada 2 jenis/ macam kata keterangan, yaitu :
(1) Kata Keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini, karena menerangkan keseluruhan kalimat, letaknya dapat dipindah – pindahkan. Misalnya kata barangkali
pada kalimat berikut :
• Barangkali hujan akan turun pagi ini.
• Hujan akan turun pagi ini barangkali. • Hujan akan turun barangkali pagi ini.
(a) Kepastian, yaitu kata – kata memang, pasti dan tentu.
(b) Keraguan atau kesangsian, yaitu kata – kata barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.
(c) Harapan yaitu, kata – kata semoga, moga – moga, mudah – mudahan dan hendaknya.
(d) Pengakuan, yaitu kata – kata seringkali, sekali – kali, sesekali.
(2) Kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini karena hanya menerangkan salah satu unsur kalimat maka kedudukannya terikat pada unsur kalimatyang diterangkannya itu. Misalnya kata baru yang selalu terikat dengan kata
kamus dalam kalimat berikut :
• Ayah membeli kamus baru untuk adik.
• Kamus baru dibeli ayah untuk adik.
• Untuk adik ayah membeli kamus baru.
Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini berfungsi untuk menyatakan : (a) Waktu, yaitu kata – kata : sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, belum,
masih, baru, pernah dan sempat.
(b) Sikap batin, yaitu kata – kata : ingin, mau, hendak, suka dan segan.
(c) Perkenan, yaitu kata – kata : boleh, wajib, mesti, harus, jangan dan dilarang.
(d) Kekerapan, yaitu kata – kata : jarang, sering, sekali, dua kali.
(e) Kualitas, yaitu kata – kata : sangat, amat, sekali, lebih, paling, kurang dan cukup.
(f) Kuantitas dan jumlah, yaitu kata – kata : banyak, sedikit, kurang, cukup, semua, beberapa, seluruh, sejumlah, sebagian, separuh, kira – kira sekitar, kurang lebih dan sementara.
(g) Penyangkalan, yaitu kata – kata : tidak, tak, tiada dan bukan.
Kata – kata yang digunakan untuk menyangkal atau mengingkari terjadinya suatu peristiwa atau adanya suatu hal.
2.1.3 Fungsi Kata Keterangan Bahasa Indonesia
Fungsi kata keterangan bahasa Indonesia sesuai dengan defenisi adalah memberikan penjelasan pada kata – kata, yaitu : kata kerja, kata sifat, kata bilangan dan seluruh kalimat (Gorys Keraf 1984 : 72).
Contoh kata keterangan yang menerangkan kata kerja:
• Kami sudah membayar rekening listrik bulan ini. Contoh kata keterangan yang menerangkan kata sifat:
• Saya akan takut berada pada kegelapan.
Contoh kata keterangan yang menerangkan kata bilangan:
• Harga novel itu kira – kira lima puluh ribu rupiah. Contoh kata keterangan yang menerangkan seluruh kalimat:
2.2 Kata Keterangan Bahasa Jepang (Fukushi)
2.2.1 Pengertian Kata Keterangan Bahasa Jepang
品詞の一つ。自立語で活用がなく、主語になることがない語うち、主とし て連用修飾語として用いられるもの。( hinshi no hitotsu. Jiritsugo de
katsuyou ga naku, shuugo ni naru koto ga nai go no uchi, shuu toshite
renyoushuushoukugo toshite mochiirarerumono no: salah satu jenis kata.
Sebagian besar, kata yang menerangkan secara terus – menerus, tidak mengalami perubahan, berdiri sendiri dan tidak dapat menjadi subjek).
Fukushi dalam bahasa Indonesia disebut kata keterangan. Fukushi adalah kata – kata yang digunakan untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva – i dan adjektiva – na), tidak dapat menjadi subjek dan tidak mengenal konjugasi/ deklanasi (Bunkacho dalam Sudjianto 2004 : 72).
Uehara Takeshi berpendapat hampir sama dengan defenisi Bunkacho tersebut. Ia menyatakan bahwa fukushi adalah kata yang menerangkan yougen, termasuk jenis kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi/ deklinasi. Fukushi di dalam kalimat dengan sendirinya dapat menjadi bunsetsu
(klausa) yang menerangkan kata lain (Takeshi dalam Sudjianto 2004 : 72).
2.2.2 Jenis – Jenis Kata Keterangan Bahasa Jepang
Terdapat berbagai pendapat tentang jenis – jenis fukushi. Murakami Motojiro 1986 : 93 – 96) di dalam Shoho no Kokubunpou membagi fukushi menjadi tiga macam yaitu jootai no fukushi, teido no fukushi dan tokubetsuna iikata o yookyuu suru fukushi. Begitu juga Hirai Masao (1989 : 155 – 156) di dalam Shinkokugo Handobukku mengklasifikasikan fukushi menjadi 3 macam
yaitu jootai fukushi, teido o arawasu fukushi, dan nobekata o shuushoku suru fukushi (dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2004 : 166).
1) Jootai no Fukushi
情態を表し、主として用言を修飾するものを情態副詞という。
( joutai wo hyoushi, shuu tushite yougen wo shuushoukusurumono wo
joutai fukushi to iu: disebut joutai fukushi apabila sebagian besar kata – katanya dapat menerangkan predikat, menyatakan keadaan).
Jootai no fukushi yaitu fukushi yang sering dipakai untuk
menerangkan verba, secara jelas menerangkan keadaan pekerjaan atau perbuatan itu (Isami, 1986 :146, dalam Sudjianto 2004 :74).
• 彼はときどき休みます。
Kare wa tokidoki yasumimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)
Dia kadang – kadang libur.
• 涼しい風がよそよそと吹います。
Suzushii kaze ga yoso – yoso to fuimasu. (Gramatika Bahasa
Jepang Modern)
Angin yang dingin berhembus sepoi – sepoi.
Jootai no fukushi juga banyak terdapat pada kata – kata giongo
yaitu kata yang menyatakan suara makhluk hidup atau bunyi yang keluar dari benda mati (Ogawa Yoshio, 1989 :302 dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2004 :115).
Contoh:
Selain giongo, gitaigo juga terdapat dalam fukushi. Gitaigo adalah kata – kata yang mengungkapkan aktifitas, keadaan dan sebagainya.
Contoh:
Kata ‘shitoshito’ ‘rintik – rintik’ pada kalimat :
Ame ga shitoshito furu, yang menyatakan keadaan hujan yang sedang
turun.
Jootai no fukushi dapat dibagi menjadi tiga (Hamzon Situmorang 2007 :41) yaitu :
a. Jootai no fukushi yang menunjukkan keadaan.
• ゆっくり話してください。
Yukkuri hanashite kudasai. (Minna no Nihongo I) Tolong bicara pelan - pelan.
b. Jootai no fukushi yang menunjukkan waktu.
• 眠いとき、車を止めて、しばらく寝ます。
Nemui toki, kuruma wo tomete, shibaraku nemasu. (Minna no Nihongo II)
Kalau mengantuk, saya menghentikan mobil dan tidur sebentar.
c. Jootai no fukushi yang menyatakan perintah atau petunjuk.
• どう泳ぎますか。
Doo oyogimasuka. (Skripsi Ade Iriani) Bagaimana caranya berenang?
2) Teido no Fukushi
主として、情態を表す語修飾して、その情態の程度を限定するもの を 程 度 副 詞 と い う 。 ( shu toshite, jootai wo arawasu go wo shuushoukushite, sono joutai no teido wo genteisuru mono wo teido
fukushi to iu: sebagian besar, menerangkan kata yang menunjukkan
keadaan, dari defenisi derajat keadaan itulah disebut sebagai teido fukushi ).
Murakami Motojiro menjelaskan bahwa teido no fukushi adalah
fukushi yang menerangkan yoogen (verba, adjektiva – i, adjektiva – na), menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu perbuatan (Motojiro 1986 : 95 dalam Sudjianto 2004 :79). Pada dasarnya kata – kata yang diterangkan oleh teido no fukushi adalah adjektiva – i dan adjektiva – na.
Contoh:
a) Menerangkan adjektiva – i
• 今年はたいへん寒いです。
Kotoshi wa taihen samui desu. (Gramatika Bahasa Jepang
Modern)
Tahun ini sangat dingin. b) Menerangkan adjektiva- na
• あの人はまったく親切です。
Ano hito wa mattaku shinsetsu desu. (Gramatika Bahasa
Orang itu benar – benar ramah. c) Menerangkan verba
• あの子は英語がかなりできます。
Ano ko wa ei go ga kanari dekimasu. (Gramatika Bahasa
Jepang Modern)
Anak perempuan itu lumayan bisa bahasa Inggris.
3) Jojutsu no Fukushi/ Chinjutsu no Fukushi
普通、文頭に現れて、文末の陳述の質を予告する働きをするものを 陳述副詞 (文法説では、誘導副詞ともという。( futsu, buntou ni arawarete, bunmatsu no chinjutsu no shitsu wo yokokusuru hataraki wo suru mono wo chinjutsu fukushi ( bunpouzei dewa, ( yuudou fukushi ) tomo) to iu: umumnya, disebut chinjutsu fukushi yaitu kata keterangan yang menjelaskan dengan bentuk kepala kalimat, atau kata keterangan pernyataan yang menjelaskan sifat pernyataan pada akhir kalimat ( dalam teori tata bahasa disebut kata keterangan yang menyampaikan pernyataan)).
Chinjutsu no fukushi berbeda dengan jootai no fukushi dan teido no
fukushi. Kalau jootai no fukushi dan teido no fukushi digunakan
berdasarkan bagaimana kaitannya dengan yoogen atau taigen dan digunakan berdasarkan bagaimana hubungannya antara fukushi itu dengan kelas kata yang diterangkannya, sedangkan chinjutsu no fukushi digunakan berdasarkan bentuk kalimatnya.
Contoh:
• ちっとも勉強しません。
Sedikitpun tidak belajar.
Berikut ini chinjutsu no fukushi lainnya :
(a) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif (uchikeshi).
• けっして失敗しません。
Kesshite shippai shimasen. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)
Sama sekali tidak gagal.
(b) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan atau perintah (ganmou/ kibou).
• ぜひ僕に教えてください。
Zehi boku ni oshiete kudasai. (Gramatika Bahasa Jepang
Modern)
Benar – benar tolong ajari saya.
(c) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan denga peryataaan larangan (kinshi).
• だんじてうそは言いません。
Danjite uso wa iimasen.(Gramatika Bahasa Jepang Modern) Pasti yang dikatakannya itu bohong.
(d) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan
perkiraan atau sangkaan (suiryou).
Kare wa tabun konai deshou. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)
Dia mungkin tidak datang.
(e) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan
perumpamaan (tatoe).
• ちょうどダルマさんのようです。
Choudo daruma san no youdesu. (Gramatika Bahasa Jepang
Modern)
Persis seperti nona Darma.
(f) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan
perkiraan negatif (uchikeshi suiryou).
• まさか僕がしたとは思うまいです。
Masaka boku ga shita to wa omou mai desu. (Gramatika Bahasa
Jepang Modern)
Saya pikir lebih baik jangansaya yang melakukan.
(g) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan
keputusan, kesimpulan atau kepastian (dantei).
• 彼はかならず来ます。
Kare wa kanarazu kimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)
Dia pasti datang.
(h) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan pertanyaan (gimon).
Kinou wa doushite gakkou wo yasumimashita ka? (Gramatika Bahasa Jepang Modern)
Kenapa kemarin sekolah libur?
(i) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan
pengandaian (katei).
• もし雨が降ったらやめます。
Moshi ame ga futtara yamemasu. (Gramatika Bahasa Jepang
Modern)
Seandainya hujan berhenti.
2.2.3 Fungsi Kata Keterangan Bahasa Jepang
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II (pengertian fukushi) yaitu diterangkan untuk menerangkan kata yang ada di depannya, yaitu verba, adjektiva, nomina dan adverb lain.
Contoh:
1) Menerangkan verba (dooshi)
• 熊がのそのそ歩きます。
Kuma ga nosonoso arukimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)
Seekor Kumbang berjalan dengan pelan - pelan. 2) Menerangkan adjektiva (keiyoushi)
• この部屋はとても静かです。
Kono heya wa totemo shizuka desu. (Gramatika Bahasa Jepang
Kamar itu sangat sejuk.
3) Menerangkan adverbia (fukushi) lain.
• いくぶんはっきり見えた。
Ikubun hakkiri mieta. (Skripsi Ade Iriani) Sebagian terlihat dengan nyata.
2.3 Sintaksis
Sintaksis adalah ilmu yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur – unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Hal ini sesuai dengan asal – usul kata sintaksis itu sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti : menempatkan bersama – sama kata – kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Abdul, Chaer : 206).
Hal – hal yang dibahas dalam sintaksis adalah : 1) Stuktur sintaksis
Struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori dan peran sintaksis; serta alat – alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. Contoh:
• Ibu mencium adik tadi pagi
Fungsi dan kategori sintaksis dari contoh kalimat di atas, yaitu:
Ibu : berfungsi sebagai subjek dan berkategori nomina. Mencium : berfungsi sebagai predikat dan berkategori verba. Adik : berfungsi sebagai objek dan berkategori nomina.
Tadi pagi = frase :berfungsi sebagai keterangan dan berkategori nomina.
Kata ibu pada contoh di atas memiliki peran ‘pelaku’, melirik
memiliki peran ‘aktif’, adik memiliki peran ‘sasaran’ dan tadi pagi
memiliki peran ‘waktu’. Apabila contoh kalimat di atas diubah menjadi bentuk pasif maka dengan sendirinya fungsi dan peran sintaksis tersebut akan berubah.
Banyak pakar yang mengatakan bahwa suatu struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi subjek dan fungsi predikat. Tanpa fungsi subjek dan predikat konstruksi itu belum dapat disebut sebuah struktur sintaksis. Ada pakar lain, yaitu Chafe (1970) yang menyatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah fungsi predikat (Abdul, Chaer: 209).
Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata dan intonasi. Peranan ketiga alat sintaksis itu (yaitu urutan kata, bentuk kata dan intonasi) tampaknya tidaklah sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.
2) Satuan – satuan sintaksis a) Kata
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar, tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperanan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis dan
sebagai perangkai dalam penyatuan satuan – satuan atau bagian – bagian dari satuan sintaksis.
b) Frase
Frase lazim didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa frase terdiri lebih dari sebuah kata. Ini berarti, hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek - predikat atau berstruktur predikat – objek. Contoh:
Konstruksi seperti adik tidur dan menjual mobil bukan frase. Konstruksi seperti kamar tidur dan bukan mobil merupakan frase.
Jenis Frase
9 Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen – komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh:
• Frase di pasar
Terdiri dari komponen di dan pasar. Secara keseluruhan frase ini dapat mengisi fungsi keterangan. Tetapi pada contoh di bawah ini, baik komponen di atau pasar tidak dapat mengisi fungsi keterangan.
• Ibu berbelanja di • Ibu berbelanja pasar 9 Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya.
Contoh:
• Frase sedang membaca
Frase sedang membaca dapat diganti dengan ‘membaca’, seperti dalam contoh kalimat berikut:
• Ayah sedang membaca komik di kamar
• Ayah membaca komik di kamar
Frase endosentrik ini lazim juga disebut frase subordinatif
karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.
9 Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun
konjungsi terbagi seperti baik...baik, makin...makin, dan
baik...maupun...
Contoh:
• Sehat dan kuat, buruh atau majikan, dan makin terang makin baik.
9 Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya; oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Contoh:
• Frase pak Ahmad, guru saya
Dapat diubah urutannya atau susunannya seperti pada kalimat berikut:
• Pak Ahmad, guru saya, ganteng sekali
• Guru saya, pak Ahmad, ganteng sekali c) Klausa
Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata – kata berkontruksi predikatif. Artinya, di dalam kontruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, fungsi subjek
boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.
Contoh:
• Kontruksi adik mandi
Kontruksi adik mandi adalah sebuah klausa karena hubungan komponen
adik dan komponen mandi bresifat predikatif; adik adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi fungsi predikat.
Jenis Klausa
a. Klausa berdasarkan struktur
9 Klausa bebas, yaitu klausa yang mempunyai unsur – unsur lengkap, sekurang – kurangnya mempunyai subjek dan predikat.
9 Klausa terikat, yaitu klausa yang memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin hanya objeknya saja, atau juga hanya berupa keterangan saja.
b. Klausa berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya.
9 Klausa verbal, yaitu klausa yang predikatnya berkategori verba. Contohnya, klausa adik mandi, sapi itu berlari dan matahari terbit.
9 Klausa nominal, yaitu klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina. Contohnya, pedagang, pegawai bank dan dosen matematika.
9 Klausa adjektival, yaitu klausa yang predikatnya berkategori adjektiva, baik berupa kata maupun frase. Contonya klausa – klausa berikut:
1. Bumi ini sangat luas. 2. Ibu dosen itu cantik sekali.
9 Klausa adverbial, yaitu klausa yang predikatnya berupa adverbia. Contohnya, klausa bandelnya teramat sangat.
9 Klausa preposional, yaitu klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi. Contohnya, dia dari Belanda, dan Ayah pergi ke kantor.
d) Kalimat
Berbagai defenisi banyak dikemukakan mengenai kalimat. Diantaranya ‘kalimat adalah susunan kata – kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap’ merupakan defenisi umum yang biasa kita jumpai. Disini dalam kaitannya dengan satuan – satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase dan klausa) kita akan mengikuti konsep bahwa kalimat adalah susunan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Abdul Chaer 2003 : 240).
Jenis Kalimat
a. Kalimat Inti dan Kalimat Non Inti
Kalimat inti sering juga disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non inti dengan berbagai proses.
Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu klausa. Sedangkan kalimat majemuk ialah kalimat yang memiliki klausa lebih dari satu.
c. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat mayor adalah kalimat yang memiliki klausa yang lengkap, sekurang – kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Sedangkan kalimat minor ialah kalimat yang klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja ataukah keterangan saja.
d. Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal
Kalimat verbal ialah kalimat yang dibentuk dengan klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat non verbal ialah kalimat yang kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa nominal, adjektival, adverbial atau juga numeralia.
e. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas ialah kalimat yang berpotensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat ialah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks.
Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut 「統語論’tougoron’」atau
「シンタクス’sintakusu’」. Sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur – unsur pembentuk kalimat. Nita dalam Dedi Sutedi (2003:61) menjelaskan bahwa bidang garapan sintaksis adalah kalimat yang mencakup: jenis dan fungsinya, unsur – unsur pembentuknya, serta struktur dan maknanya. Dengan demikian, berbagai unsur pembentuk struktur kalimat pun merupakan garapan dari sintaksis. Struktur yang dimaksud mencakup struktur frase, klausa dan kalimat itu sendiri.
Nita dalam Dedi Sutedi (2003:61) menggolongkan jenis kalimat dalam bahasa Jepang dua macam, yaitu kalimat berdasarkan struktur 「構造上
’kouzou-jou’」dan berdasarkan pada makna「意味上’imi-jou’」.
Kalimat berdasarkan pada struktur pembentukannya terbagi atas:
1. Dokuritsugobun (独立語文)
Dokuritsugobun adalah kalimat yang tidak memiliki unsur predikat
disebut juga kalimat minim. Dalam dokuritsugobun ada dua macam, yaitu:
a. yang menggunakan kandoshi (kata seru)
Menurut Shimizu Yoshiaki dalam Sudjianto (2004:169) di dalam
kandoshi terkandung kata – kata yang mengungkapkan perasaan
seperti rasa terkejut dan rasa gembira.
• 「雪!」 ”yuki” <”Salju!”> b. yang menggunakan meishi (kata benda)
Kalimat ini terbentuk dari kata benda, dan masih bisa diperluas dengan memberi keterangan lainnya.
• 「田中!」 “Tanaka” <”Tanaka”>
• 「火事!」 “Kaji” <”Kebakaran”>
2. Jutsugobun (述語文)
Jutsugobun adalah kalimat yang berkontruksi predikatif. Jutsugobun
digolongkan berdasarkan jenis kata yang digunakan dalam predikatnya.
a. Berdasarkan jenis kata yang menjadi predikatnya 1) Doushibun (kalimat verbal)
a) Tadoushibun (kalimat transitif)
• リディアさんはBakso を食べます。
Lidia san wa bakso o tabemasu.
Nona Lidia makan bakso. b) Jidoushibun (kalimat intransitif)
• 雨が降ります。 Ame ga furimasu.
Hujan turun.
a) I – keiyoushi (adjektive – I)
• このかばんが重いです。 Kono kaban ga omoi desu.
Tas itu berat.
b) Na – keiyoushi (adjektive – Na)
• あの人はハンサムです。 Ano hito wa hansamu desu.
Orang itu ganteng. 3) Meishibun (kalimat nomina)
• Toba湖はとてもきれいです。
Toba ko wa totemo kirei desu.
Danau Toba sangat indah. b. Berdasarkan pada jumlah klausanya
1) Tanbun (kalimat tunggal)
• 私は北スマトラ大学で日本語を勉強します。
Watashi wa kita sumatora daigaku de nihon go o benkyoushimasu.
Saya belajar bahasa Jepang di Universitas Sumatera Utara. 2) Fukubun (kalimat majemuk), di dalamnya terdapat:
a) Shusetsu (klausa utama)
• 頭が痛いですから、どこへ行きません。 Atama ga itai desukara, doko e ikimasen.
Karena sakit kepala, tidak pergi kemana – mana.
b) Juusetsu (klausa tambahan)
• 頭が痛いですから、どこへ行きません。 Atama ga itai desukara, doko e ikimasen.
Karena sakit kepala, tidak pergi kemana – mana. c) Seibunsetsu (klausa pelengkap)
• 私は、先週、グラメディアでラマーさんがめがね
をかけていたのを見ました。
Watashi wa senshuu Gramedia de Ramah san ga megane o kaketeita no wo mimashita.
Minggu lalu saya melihat ramah yang memakai kaca mata di Gramedia.
Kalimat berdasarkan pada makna terbagi atas:
1. Kalimat dari segi isi 「意味的内容’imiteki – naiyou’」terbagi atas:
a. Kalimat yang menyatakan keadaan「状態文’joutaibun’」
• 北スマトラ大学が大きい大学です。
Kita Sumatora daigaku ga ookii daigaku desu.
Universitas Sumatera Utara adalah universitas yang besar. b. Kalimat yang menyatakan aktivitas「動きの文‘ugoki no bun’」
Watashi wa ronbun o kaiteiru tokoro desu.
Saya sedang menulis skripsi.
2. Kalimat dari segi fungsi「伝達的機能 ‘dentatsuteki – naiyou’」
terbagi atas:
a. Kalimat perintah「働きかけの文‘hataraki – kake no bun’」
Kalimat perintah adalah kalimat yang berfungsi untuk menyampaikan keinginan kepada lawan bicara agar melakukan sesuatu. Di dalamnya terkandung kalimat yang berfungsi untuk menyatakan: 1) Perintah「命令‘meirei’」 • 立ってなさい! Tatte nasai! Silahkan berdiri! 2) Larangan「禁止‘kinshi’」 • 食べるな! Taberuna! Jangan makan! 3) Permohonan「依頼‘irai’」 • タバコを吸わないでください! Tabako o suwanai de kudasai!
Tolong jangan merokok! 4) Ajakan 「勧誘‘kannyuu’」
• 一緒に食べませんか。! Isshouni tabemasenka!
Mari makan bersama – sama.!
b. Kalimat yang menyatakan maksud/ keinginan「意思願望の表出
文‘ishi/ ganbou no hyoushutsubun’」
Kalimat yang menyatakan maksud/ keinginan adalah kalimat yang menyatakan harapan pembicara, tetapi diutarakan hanya kepada diri sendiri bukan orang lain. Di dalamnya terkandung kalimat yang menyatakan:
1) Maksud atau hasrat「意思‘ishi’」
• 今年も頑張ろう。 Kotoshi mo ganbarou.
Tahun ini saya harus bekerja keras. 2) Keinginan「希望‘kibou’」
• 去年、日本へ行きたいです。 Kyou nen, ni hon e ikitai desu.
Tahun ini ingin pergi ke Jepang. 3) Harapan 「願望‘ganbou’」
• あした試験を合格になります! Ashita shiken o gokaku ni narimasu!
Mudah – mudahan ujian besok lulus.
c. Kalimat berita「述べ立ての文‘nobetate no bun’」
Kalimat berita berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pembicara pada lawan bicara. Di dalamnya terkandung kalimat yang menyatakan:
1) Kalimat untuk menyampaikan informasi baru「現象描写文
‘genshou – byounshabun’」
• きのう、妹は新しい携帯電話を買いました。 Kinou, imouto wa atarashii keitai denwa o kaimashita.
Kemarin adik saya membeli HP baru.
2) Kalimat yang berisi suatu keputusan atau kepastian「判断文
‘handanbun’」
• いい尾先生は日本人です。 Iio sensei wa ni hon jin desu.
Bapak Iio adalah orang Jepang.
d. Kalimat tanya問いかけの文‘toikake no bun’」
Kalimat tanya adalah kalimat yang digunakan untuk meminta informasi dari lawan bicara tentang hal yang tidak atau belum
diketahui, untuk menghilangkan keraguan pembicara terhadap sesuatu hal. Di dalamnya terkandung kalimat yang menyatakan: 1) Pertanyaan「問いかけの文‘toikake no bun’」
• この赤いかばんはいくらですか。 Kono akai kaban wa ikura desuka?
Tas merah itu harganya berapa?
2) Keragu – raguan「疑いの文‘utagai no bun’」
• 先生は、来るかしらです。 Sensei wa, kurukashira desu.
Dosen datang ga ya?
3) Ekspresi emosi「感嘆を表す文‘kantan o arawasu bun’」
• うわ、ハンサムだ。! Uwa, hansamu da!