PADA REMAJA PUTRI
(SMU PANGUDILUHUR YOGYAKARTA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
STEFANUS ANDITYO PUTRANTO
NIM : 059114115
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH
REMAJA DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF
PADA REMAJA PUTRI
(SMU PANGUDILUHUR YOGYAKARTA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
STEFANUS ANDITYO PUTRANTO
NIM : 059114115
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Walau terjatuh terus menerus, tapi
perlahan namun pasti
aku akan Berusaha untuk Bangkit untuk
Mengejar Ketertinggalan dan
Memberikan yang Terbaik, untuk
↓
Meraih Cita-Cita dan Kesuksesan,
hingga bisa
↓
Membahagiakan Diri Sendiri dan
Membahagiakan Oranglain
Terutama Orang-Orang yang Kusayang
v
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK ;
1. TUHAN YESUS KRISTUS dan BUNDA MARIA…..
Terima Kasih untuk Berkat, Karunia, dan Rahmat yang selalu Engkau berikan dari awal aku hidup hingga saat ini dan detik ini.
2. PAPA dan MAMA serta KAKAKKU…..
Hanya karya tulis sederhana inilah yang mampu kupersembahkan sebagai tanda cinta, bakti, dan pengabdianku kepada orang yang sangat kukasihi dan kucintai
Semoga ikatan suci ini akan terus terjalin dalam Kasih dan Karunia Tuhan
3. ORANG-ORANG TERDEKATku…..yang kuCINTAI dan telah
MENCINTAIku.
Terimakasih atas cinta kalian selama ini. Cinta kalian adalah kekuatan bagiku untuk menjalankan kehidupan ini. Hanya inilah yang mampu
vii
HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF
PADA REMAJA PUTRI
Studi pada Siswi SMU Pangudi Luhur Yogyakarta
Stefanus Andityo Putranto (2005)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri. Dengan demikian peneliti menarik asumsi bahwa apabila remaja memiliki keyakinan untuk membaca majalah remaja, maka gaya hidupnya akan cenderung konsumtif. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri. Subyek penelitian adalah siswi Putri dari SMU Pangudi Luhur Yogyakarta sebanyak 179 orang. Alat pengumpul data yang digunakan berupa skala yang terdiri atas 42 aitem skala minat membaca dan 40 aitem skala gaya hidup konsumtif remaja putri. Metode statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan ini adalah Spearman’s correlation. Proses pengambilan data menggunakan model try out terpakai, sehingga pengambilan data hanya satu kali. Dari hasil penelitian ini diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,583 dengan signifikasi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif. Hal ini juga menandakan bahwa hipotesis awal penelitian, yaitu ada hubungan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada siswi SMU Pangudi Luhur Yogyakarta dapat diterima.
viii
RELATIONSHIP BETWEEN TEENAGE MAGAZINE READING INTEREST AND CONSUMPTIVE LIFESTYLE
IN FEMALE TEENAGERS
Study on Female Students of
Pangudi Luhur Senior High School of Yogyakarta
Stefanus Andityo Putranto (2005)
ABSTRACT
This research intended to study whether there any relationship between teenage magazine reading interest and consumptive lifestyle in female teenagers. Thus, the author drew assumption if the teenagers have reliability to read teenage magazine, their lifestyle will tend to be consumptive. The hypothesis in this research was there is a significant relationship between teenage magazine reading interest and consumptive lifestyle in female teenagers. The subject of this research was the female students in Pangudi Luhur Senior High School of Yogyakarta totaled 179 students. The instrument of data collection used was a scale comprised of 42 scale items of reading interest and 40 scale items of consumptive lifestyle of female teenagers. The statistic method used to know the existence of such relationship was Spearman’s correlation. The process of data collection used try out model, thus the data collection was mere conducted once. From the result of this research it gained correlation coefficient of 0,583 by significance of 0,000. It means there is positive and significant relationship between the variable of teenage magazine reading interest of teenagers and consumptive lifestyle. It also signed that the hypothesis in early research, i.e. the relationship between teenage magazine reading interest of teenagers and consumptive lifestyle in female students of Pangudi Luhur Senior High School of Yogyakarta is accepted.
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia yang telah diberikan-Nya. Karena uluran kasih dan pertolongan-Nya yang
sungguh luar biasa jugalah, perjuangan yang sangat panjang dan sangat
melelahkan untuk menyusun skripsi ini dapat selesai.
Selama proses penyusunan skrisi ini penulis mendapatkan banyak bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang
membahagiakan ini pula, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak atas segala pengorbanan waktu, tenaga, maupun pikiran di dalam
membantu dan membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini, yaitu :
1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu kelancaran
selama proses penelitian ini.
2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dengan sabar dan tulus hati
serta selalu menyediakan diri dan waktu untuk membantu segala kesulitan
dalam mengerjakan penelitian ini.
3. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing
akademik yang dari awal selalu senantiasa memberikan bimbingan, semangat,
xi
4. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si. dan Minta Istono, S.Psi.,M.Si. selaku
dosen penguji skripsi. Terima Kasih atas saran dan masukannya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah
membantu dan memberikan pengetahuan dan masukan yang baik dalam
memberikan pengajaran dikelas serta dalam tata cara penulisan skripsi.
6. Ibu Sylvia Carolina MYM S.Psi., M.Si, dosen pembimbing yang dengan sabar
dan penuh pengertian mau membantu penulis ketika penulis memerlukan
bantuan.
7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pengetahuan dan wawasan yang sangat berharga, dan juga
dengan sabar selalu membimbing penulis.
8. Seluruh Staff Karyawan dilingkungan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma, dan Karyawan Perpustakaan yang telah banyak membantu,
memfasilitasi dan memberikan informasi selama masa kuliah.
9. Pimpinan SMU Pangudi Luhur Yogyakarta Drs. Bruder Herman, F.I.C. yang
telah membantu dan memberikan izin penelitian.
10.Segenap guru dan karyawan SMU Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah
membantu selama penulis mengadakan penelitian.
11.Orangtuaku yang telah memberikan kesempatan padaku untuk hidup dan
merawatku sejak kecil hingga saat ini, memberikan arti hidup dalam diriku
sehingga membuatku semakin dewasa dan bertanggung jawab, bantuan doa,
xii
yang luar biasa untuk diriku menyelesaikan kuliahku, Terima Kasih Mama
dan Papaku terCinta.
12.Kakakku yang dengan sabar selalu membantu memberikan dorongan,
semangat, perhatian, kasih sayang serta melindungi. Adek tidak akan menjadi
seperti sekarang tanpa adanya dorongan dari kakakku, Terima Kasih kakakku
terCinta.
13.Seorang gadis yang sejak 6 tahun lalu menerimaku dengan segala kelebihan
dan kekuranganku dan dengan sabar setia menunggu dan memberiku
semangat hidup untuk menyelesaikan skripsi serta kembali melangkah. My
honey bunnyku, semoga kelak Tuhan masih berkenan untuk kita bisa bersama.
Thanks my beby.
14.Semua Keluarga Besarku dan Sodara-Sodaraku disini maupun yang berada
diluar kota (Pakde, Bude, Om, Tante, Mas, Mbak, Eyang, Adek-adek dan
Ponakan-ponakanku yang amat lucu) yang juga selalu membantu memberikan
dorongan semangat dan doa kepada penulis.
15.Semua sahabat-sahabatku Om Anes yang selalu memberikan pelajaran hidup,
kedewasaan kepadaku, dan Anita yang selalu menjadi tempat berkeluh
kesahku, gokil, serta terimakasih telah setia membantu penulis.
16.Sahabat-sahabatku yang berada di facebook maupun twitter serta
sahabat-sahabatku yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, Terimakasih untuk doa dan
xiii
17.Sahabat-sahabatku di kampus Silvi, Andien, Mena, Alit, dan Spy yang selalu
menemani, membantu saat di kampus. Walau sekarang kita jarang bertemu,
tapi kenangan persahabatan kita akan selalu kusimpan dihatiku.
18.Seluruh temen-temen angkatan 2005 yang telah banyak membantuku dalam
proses studi. Thanks Guys, semoga kita tidak saling melupakan !
19.Seluruh Angkatan Fakultas Psikologi. Terimakasih untuk pertemanannya.
20.Seluruh temen-temen KKN angkatan 36 terutama kelompokku yang tercinta.
Makasih buat pelajaran berharga untuk hidup dalam satu atap dari latar
belakang kita yang berbeda.
21.Mba Ismi, Mba Lilis dan Anita yang selalu membantuku untuk mengeditkan
tugas maupun skripsiku hingga menjadi bagus, meminjamkan printnya untuk
digunakan penulis serta telah membantu memberikan dorongan semangat, dan
doa kepada penulis.
22.Temen-temen mainku. Makasih sudah menemaniku ketika aku sedang sedih
dan membutuhkan teman jalan kalian pasti selalu ada.
23.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu disini, yang telah turut
membantu selesainya penelitian ini.
Ada sebuah pepatah menyebutkan bahwa “tidak ada gading yang tak
retak”. Sama halnya dengan penulisan skripsi ini banyak sekali kekurangan yang
ada didalamnya. Oleh karena itu, kritik, saran, dan segala macam petunjuk serta
xiv
Kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih melimpahkan karuniaNya kepada
semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini. Mudah-mudahan
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta 4 Januari 2011
Penulis
xv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Permasalahan ... 1
B. Rumusan Permasalahan ... 10
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Manfaat Penelitian ... 10
xvi
2. Manfaat Praktis ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A.Gaya Hidup Pada Remaja Putri ... 12
1. Pengertian Gaya Hidup ... 12
2. Pengukuran Gaya Hidup ... 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup ... 14
B. Gaya Hidup Konsumtif ... 18
1. Pengertian Konsumtivisme ... 18
2. Gaya Hidup Konsumtif ... 20
C.Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri ... 23
1. Pengertian Remaja ... 23
2. Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri dan Remaja Putra ... 25
D.Minat Membaca Majalah Remaja... 26
1. Pengertian Minat ... 31
2. Minat pada Remaja ... 26
3. Minat Membaca Majalah Remaja ... 33
E. Hubungan Minat Membaca Majalah Remaja Dengan Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri ... 40
F. Hipotesis ... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 45
A.Jenis Penelitian ... 45
xvii
C.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45
D.Subyek Penelitian ... 46
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 47
F. Validitas dan Reliabilitas ... 51
G.Metode Analisis Data ... 56
BAB IV PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 58
A.Persiapan Penelitian ... 58
1. Persiapan Kancah Penelitian ... 58
2. Persiapan Pengambilan Data Penelitian ... 58
3. Deskripsi Data Penelitian ... 60
4. Analisis Data Penelitian ... 62
5. Pembahasan ... 65
BAB V PENUTUP ... 71
A.Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Gaya Hidup pada Remaja Putri Sebelum Uji Coba 49 Tabel 2. Blue Print Skala Minat Membaca Majalah Remaja
Sebelum Uji Coba ... 50
Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Minat Membaca Remaja (Setelah Uji Coba) . 53 Tabel 4. Sebaran Aitem Skala Minat Membaca Majalah Remaja (Setelah Item Digugurkan) ... 54
Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Gaya Hidup Konsumtif (Setelah Uji Coba) ... 54
Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Gaya Hidup Konsumtif (Setelah Item Digugurkan) ... 55
Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian ... 61
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 63
Tabel 9. Linearitas ANOVA ... 64
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala ... 82
1.1. Skala gaya hidup konsumtif ... 84
1.2. Skala minat membaca ... 87
Lampiran 2. Tabulasi data ... 90
2.1. Tabulasi data skala minat membaca ... 90
2.2. Tabulasi data gaya hidup ... 106
Lampiran 3. Hasil Analisis Item (Validitas dan Reliabilitas) ... 122
3.1. Reliabilitas Skala minat membaca ... 122
3.2. Reliabilitas Skala gaya hidup konsumtif ... 125
Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi Dan Tambahan ... 128
4.1. Uji Normalitas ... 128
4.2. Uji Linearitas ... 129
4.3. Statistik non parametrik ... 131
4.4. Gambar Grafik Scatter Plot ... 131
Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis ... 132
5.1. Uji Hipotesis ... 132
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja memang merupakan bahasan yang menarik untuk
diperbincangkan. Banyak hal baru terjadi pada masa ini. Masa remaja diibaratkan
sebagai masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai adanya
perubahan aspek-aspek fisik, psikis dan psikososial yang menuntut mereka
menuju kematangan atau kedewasaan secara emosional (Monks, Knoer, &
Haditono, S.R. 2004). Kurt Lewin dalam (Hidayati, 2001) menyatakan bahwa
remaja berada dalam posisi marginal, yang merupakan batas akhir masa
kanak-kanak dan batas awal masa dewasa. Kondisi ini menyebabkan remaja masuk
dalam situasi yang penuh dengan kebingungan akan identitas diri mereka yang
tidak pasti.
Munandar (2001) menyebutkan bahwa ada beberapa ciri yang tampak pada
konsumen remaja. Ciri-ciri tersebut adalah mudah terpengaruh rayuan penjual,
mudah terbujuk iklan, terutama pada penampilan produk (kemasan), kurang dapat
berfikir hemat, dan kurang realistis. Ciri-ciri konsumen remaja yang lain yaitu
aktif, cepat berubah, mudah dipengaruhi, konformitas tinggi, rasa ingin tahu
besar, bebas dan selalu ingin mencoba sesuatu yang baru (Fakhrudi, 1999).
mereka bisa membeli suatu barang hanya karena tertarik dengan bentuknya yang
lucu, atau karena barang tersebut sedang mode dan semua teman memilikinya.
Sebuah survei menyebutkan bahwa mereka yang kini berada dalam usia
remaja memiliki beberapa ciri yang dominan yaitu mengenyam pendidikan yang
lebih baik, tumbuh dalam masyarakat yang lebih modern, membelanjakan uang
lebih banyak untuk kesenangan dan hiburan, senang jalan-jalan di mall,
kumpul-kumpul di kafe, dan mengeluarkan banyak uang untuk traveling dan musik.
Melihat keadaan diatas dapat disimpulkan bahwa remaja sekarang mulai
menunjukan perilaku konsumtif dalam kesehariannya (Media Interaktif
“Cakram”, 2000). Tambunan (2001) mengatakan bahwa mall sudah menjadi
rumah kedua bagi remaja. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat
mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah
sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.
Profil remaja yang seperti ini menunjukkan potensi mereka sebagai pasar
yang signifikan. Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar
yang potensial karena pola konsumsi sosial seseorang terbentuk pada usia remaja.
Disamping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan
teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya dan
sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk
memasuki pasar remaja (Mangkunegara, 2005). Husna (1990) juga mengatakan
bahwa, remaja dapat menjadi pangsa pasar yang potensial bagi produsen karena
pun dengan sigap dapat mencium adanya peluang. Selain karena karakteristik
psikologisnya, dari segi kuantitas pun pasar remaja sangat menjanjikan. Data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun 2000 populasi penduduk
berusia 15 tahun hingga 29 tahun mencapai 62 juta jiwa atau 29,5 % dari total
penduduk yang berjumlah 210,4 juta jiwa. Rinciannya, sebanyak 22,3 juta jiwa
berusia 15 tahun hingga 19 tahun, sedangkan 39,7 juta jiwa sisanya berusia 20
tahun hingga 29 tahun (Media Interaktif “Cakram”, 2000).
Berdasarkan data diatas, tampak bahwa sebanyak 22,3 juta remaja yang
berusia 15 tahun hingga 29 tahun merupakan pangsa pasar yang potensial, maka
produsen mulai mengarahkan sasaran pada kelompok remaja tersebut. Banyak
produk yang dibuat khusus untuk remaja, atau produk netral yang menggunakan
positioning yang berbau remaja untuk menggaet kelompok umur remaja ini. Para produsen juga sering menciptakan trend yang dapat mempengaruhi remaja untuk membeli produknya agar tidak ketinggalan jaman.
Majalah merupakan salah satu jenis media massa cetak. Media massa
memiliki kelebihan dibandingkan dengan institusi sosial lainnya, yaitu
kemampuannya untuk menyampaikan pesan yang mengandung ide, nilai, dan
pengertian baru kepada masyarakat secara cepat, serempak, dan dalam kualitas
yang lebih tinggi (Adiputra, 1997). Kelebihan pada pesan yang disampaikan
bukan hanya dari segi keberagaman pesannya saja melainkan juga pada
dinamis. Hal ini disebabkan karena media massa terus berkembang mengikuti
dinamika masyarakat.
Akhir-akhir ini banyak majalah remaja yang beredar di Indonesia,
khususnya majalah remaja putri. Majalah-majalah ini ikut menanamkan nilai-nilai
dan gaya hidup konsumtif di kalangan remaja. Banyak majalah remaja yang
menyajikan gaya hidup mewah dan glamour yang membuat remaja cenderung
menirunya. Hal ini menyebabkan remaja akan berusaha memiliki suatu barang
karena alasan sedang mode menurut Tambunan (2001), dan bukan karena ia
memang membutuhkannya.
Dari segi isi, majalah-majalah remaja yang beredar banyak memiliki
kesamaan. Rata-rata mereka menyajikan hal-hal yang notabene merupakan
budaya adaptasi dari barat. Dengan kian pesatnya arus informasi menyebabkan
apa yang terjadi di belahan bumi lain dapat diketahui dengan segera. Demikian
halnya dengan perkembangan mode dan gaya hidup. Ditambah dengan anggapan
umum yang beredar di kalangan remaja, bahwa gaya hidup yang berasal dari luar
negeri pasti bagus dan dianggap trendi, sehingga mereka cenderung berusaha
mengikuti walaupun terkadang tidak ada manfaat riil yang dapat diperoleh.
Perkembangan majalah remaja ini dari tahun ke tahun selain dari segi
jumlahnya yang semakin beragam, juga terlihat dari isinya yang semakin
menjurus kearah gaya hidup konsumtif. Majalah-majalah ini banyak mengulas
yang asyik, bahkan sepak terjang dan gosip terbaru bintang-bintang idola. Demi
idola mereka tersebut tak jarang remaja mengikuti gaya berpakaian, penampilan,
serta tingkah laku mereka (Tambunan, 2001). Selain itu, majalah-majalah remaja
ini sering mengadakan acara-acara outdoor seperti pemilihan top model dan
berbagai macam pesta seperti pesta tahun baru, Valentine, Hallowen, yang dapat memicu munculnya gaya hidup glamour dan perilaku konsumtif pada remaja.
Majalah-majalah remaja ini juga sering dimanfaatkan oleh produsen untuk
mengiklankan produknya (“Konsumersime dan Gaya Hidup Remaja”, 2005).
Dengan memanfaatkan fungsi majalah remaja sebagai “teman” remaja, produsen
berusaha mempengaruhi dan membangun persepsi positif remaja terhadap
produknya. Produsen juga sering menciptakan trend tertentu yang memaksa
remaja untuk mengikutinya agar tidak dianggap ketinggalan jaman.
Dengan demikian apabila seorang remaja memiliki minat untuk membaca
majalah remaja, dikhawatirkan ia akan terpengaruh gaya hidup konsumtif yang
banyak dipertontonkan di dalam majalah remaja tersebut seperti meniru gaya
berpakaian artis idolanya salah satu contohnya. Menurut Hurlock (1993) minat
merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan
apa yang mereka ingin lakukan bila diberi kebebasan untuk memilih. Seseorang
cenderung mengulang-ulang tindakan yang sesuai dengan minatnya karena
kepuasan yang didapatkannya. Seorang psikolog terkemuka Guilford dalam surat
kabar harian (Kedaulatan Rakyat, 21 November 1988) pernah mendiskripsikan
ketertarikannya pada suatu objek atau aktivitas tertentu. Sementara itu psikolog
lainnya Crites dalam surat kabar harian (Kedaulatan Rakyat, 21 November 1988)
mengemukakan bahwa minat seseorang akan nampak nyata bila orang tersebut
menyukai objek atau aktivitas tertentu. Mengacu pada teori minat tersebut bila
seorang remaja berminat pada majalah remaja, ia akan melakukan aktivitas
membaca majalah remaja dengan frekuensi yang tinggi. Hal ini dapat
mempengaruhi nilai dan sikapnya, karena seperti yang telah disebutkan diatas,
karakteristik psikologis remaja masih labil dan mudah dipengaruhi stimulasi dari
lingkungannya, sehingga menyebabkan siswa cenderung untuk selalu mengikuti
trend terbaru dari artis idolanya.
Gaya hidup merupakan sebuah pola kehidupan seseorang yang tercermin
dari aktivitas, minat dan opini (Kotler, 2002). Kotler (2002), gaya hidup
seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini
sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup
mencerminkan “keseluruhan orang itu” dalam interaksinya dengan lingkungannya
dan juga menggambarkan seluruh pola sesorang dalam berinteraksi dan beraksi di
dunia.
Mengenai perilaku konsumtif sendiri, ada beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para ahli. Amstrong (2008) mengatakan bahwa konsumtivisme
merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif
dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika
tersebut. Lebih dahulu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Lina &
Rosyid, 1997) memberikan batasan konsumtivisme yaitu kecenderungan manusia
untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan
faktor keinginan daripada faktor kebutuhan. Selain hanya memikirkan kesenangan
semata, individu yang konsumtif biasanya tidak dapat menahan diri untuk segera
membeli barang yang diinginkannya walaupun sebenarnya bukan merupakan
suatu kebutuhan yang harus diprioritaskan.
Perilaku konsumtif mempunyai beberapa dampak yang negatif yaitu
menimbulkan pemborosan dan efisiensi biaya. Secara psikologis, perilaku
konsumtif menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan rasa tidak aman
(Zebua & Nurdjayadi, 2001). Pemborosan terjadi disebabkan perilaku membeli
tidak lagi menempati fungsi yang sesungguhnya, yaitu memenuhi kebutuhan
tetapi untuk memenuhi kesenangan sesaat. Pembelian barang dilakukan hanya
dikarenakan untuk mengikuti mode dan berdasarkan keinginan. Dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli barang yang dibutuhkan, dialihkan ke
pembelian barang yang tidak bermanfaat sehingga menimbulkan inefisiensi biaya
(Fransisca & P. Suyasa, 2005).
Rofiq (1999) mengatakan konsumtivisme (perilaku konsumtif) telah ada di
tengah-tengah masyarakat baik itu di kalangan menengah ke atas maupun
kalangan ke bawah karena hedon itu telah berkembang pada semua level
masyarakat. Disini peneliti hanya membatasi penelitiannya pada konsumtivisme,
yang saat ini lebih mengemuka yaitu konsumtivisme. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya remaja yang memanfaatkan waktu luangnya dengan belanja,
pesiar, pesta-pesta, diskotik, kafe, minum-minuman keras, shopping, mall, XTC, telepon seluler, atau perkara-perkara lainnya yang menjadi simbol kalangan
“menengah-ke-atas” dan juga dalam hal-hal yang kecil dan sepele dimana kita
terus-menerus hanya mencari kesenangan dan kenikmatan saja (Kasali, 1998;
Basoeki, 1999). Hal yang menjadi penekanan disini adalah ciri-ciri dari gaya
hidup konsumtif dengan pola perilaku yang cenderung pada kesenangan hidup
yang dapat dilihat dari jenis aktivitas, minat maupun opini yang tertuju pada
kecenderungan untuk memperoleh kesenangan.
Gaya hidup konsumtif ini sangat menarik khususnya bagi kaum muda yang
sangat antusias terhadap hal-hal baru sehingga gaya hidup ini banyak diikuti,
termasuk oleh para siswa yang merupakan masyarakat terdidik (Kuswandono,
2003). Dalam sejarah Indonesia, siswa memiliki peran yang tidak bisa dianggap
remeh. Sebagai contoh adalah munculnya pergerakan nasional tahun 1945 dan
1966 dimana siswa berperan dalam menghasilkan kemerdekaan Indonesia dan
munculnya Orde Baru. Pergerakan yang paling akhir adalah Reformasi 1998 yang
berhasil menjatuhkan rezim Orde Baru (Immanuddin, 2003).
Gaya hidup konsumtif pada siswi lebih mudah diamati pada siswi yang
tinggal di kota-kota besar karena fasilitas untuk memperoleh kesenangan banyak
tersedia. Di kota Yogyakarta yang merupakan kota pelajar, tersedia banyak
diskotik, restoran fast food dan juga fasilitas yang lain. Predikat Yogyakarta sebagai kota pelajar berimbas positif terhadap menjamurnya bisnis berkaitan
dengan kebutuhan anak muda. Hal ini disebabkan karena ratusan ribu pelajar dan
siswa rantau menjadi pasar potensial bagi berbagai produk termasuk bisnis
hiburan (Bernas, 2005).
Menjadi suatu hal yang menarik bagi peneliti untuk menuliskan dan
meneliti mengenai fenomena gaya hidup konsumtif pada siswi di Yogyakarta.
Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gaya hidup pada siswi karena siswi yang
termasuk pada kategori dewasa dini akan mencoba berbagai jenis gaya hidup
sebelum pada akhirnya akan membuat keputusan mengenai gaya hidup yang
cocok. Pada masa dewasa dini seseorang akan mencoba banyak peran yang
berbeda, berpikir tentang berbagai gaya hidup dan mempertimbangkan berbagai
hubungan yang ada. Setelah itu individu akan membuat keputusan tentang
berbagai hal khususnya dalam bidang karir dan gaya hidup (Santrock, 2003). Hal
ini sesuai dengan pendapat peneliti yang pada awal tadi menyebutkan bahwa
remaja masuk dalam situasi yang penuh dengan kebingungan akan identitas diri
mereka yang tidak pasti.
Adanya keinginan untuk mencoba berbagai gaya hidup dan pengaruh
kelompok sosial yang semakin meningkat dalam pemilihan suatu gaya hidup turut
mempengaruhi siswi untuk memilih suatu gaya hidup tertentu, tidak terkecuali
gaya hidup yang menawarkan banyak kesenangan atau gaya hidup konsumtif
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
hubungan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif
pada siswi SMU Pangudi Luhur Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
pengertian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara minat
membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui hubungan antara minat
membaca majalah remaja dengan terbentuknya gaya hidup konsumtif pada remaja
putri.
D. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui hubungan antara minat membaca majalah remaja
dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri, manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang psikologi,
2. Manfaat praktis
Diharapkan dapat berguna sebagai masukan untuk remaja agar lebih selektif
terhadap pengaruh-pengaruh yang diterimanya, sehingga tidak mudah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gaya Hidup Pada Remaja Putri
1. Pengertian Gaya Hidup
Susanto (1993), mendefinisikan gaya hidup sebagai suatu cara
bagaimana seorang mengekspresikan dirinya agar sesuai dengan “seperti
apa seseorang ingin dipersepsikan” sehingga dia dapat diterima dalam
kelompok sosial tertentu. Menurut Hawkins dkk (1998), gaya hidup adalah
bagaimana cara seseorang hidup yang dapat dilihat dari aktivitas, minat,
kesukaan, sikap, konsumsi, harapan dan perasaan.
Gaya hidup menurut Rasyid (1997) adalah tingkah laku atau tata
cara yang tampak khas di kalangan warga suatu masyarakat, suatu
kelompok atau lapisan sosial. Gaya hidup lahir dari suatu kebudayaan
yang merupakan pencerminan nilai sosial. Gaya hidup suatu masyarakat
dapat diubah melalui kontak dengan warga lain atau melalui pengaruh dari
media komunikasi seperti televise, surat kabar, radio atau internet.
Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan
menghabiskan waktu serta uang (Engel, Blakcwell & Miniard, 1994).
Menurut Kotler (2002), gaya hidup seseorang menunjukkan pola
kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup mencerminkan
“keseluruhan orang itu” dalam interaksinya dengan lingkungannya dan
juga menggambarkan seluruh pola sesorang dalam berinteraksi dan beraksi
di dunia.
Menurut Plumer (dalam Kasali, 1998) gaya hidup meliputi a)
aktivitas manusia dalam hal bagaimana menghabiskan waktu yang dapat
dilihat dari hobi, liburan, belanja atau hiburan; b) minat mereka atau apa
saja yang dianggap penting yang dapat dilihat dari minat terhadap
pekerjaan, rumah, makanan, mode, dan media; c) pandangan atau pendapat
terhadap diri sendiri, produk, masa depan atau isu-isu sosial dan d)
demografis seperti tahap yang telah mereka lalui dalam kehidupan,
penghasilan dan dimana mereka tinggal.
2. Pengukuran Gaya Hidup
Teknik untuk mengukur gaya hidup dikenal sebagai psikografi.
Psikografi adalah teknik utama yang digunakan oleh peneliti sebagai
ukuran operasional dari gaya hidup. Psikografi mengacu pada pengukuran
dimensi-dimensi gaya hidup yang mencakup sistem AIO (Activities,
Interest & Opinions) dari Reynold & Darden (dalam Engel, dkk, 1994) yang meliputi 3 aspek yaitu:
a. Aktivitas yaitu cara individu menggunakan waktunya yang berwujud
pada tindakan nyata yang dapat dilihat.
b. Interest atau minat terhadap suatu objek, peristiwa atau topik yang
disertai perhatian khusus maupun perhatian yang terus menerus
c. Opini yaitu pendapat baik yang lisan atau tertulis yang diberikan
individu dalam merespon situasi dimana muncul pertanyaan dalam hal
isu-isu sosial tentang diri sendiri dan produk.
Berdasar uraian diatas maka gaya hidup adalah pola hidup
sehari-hari dari individu dalam menghabiskan waktu serta orang yang dapat
dilihat dari aktivitas, minat dan juga opini. Pertama, aktivitas meliputi cara
individu menghabiskan waktu yang dapat dilihat dari tindakan nyata
seperti hobi, liburan, gaya hidup konsumtif dan sebagainya. Kedua, minat
yaitu ketertarikan terhadap suatu objek, peristiwa atau topik seperti
keluarga, mode, media, pakaian dan makanan. Ketiga, opini yaitu
tanggapan yang diberikan oleh seseorang baik lisan maupun tulisan
tentang suatu hal.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Hawkins dkk (2004) memberi suatu gambaran tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri dan gaya hidup.
Setiap orang memiliki pandangan terhadap diri sendiri (konsep diri) dan
mencoba untuk hidup dalam suatu cara tertentu yang sesuai dengan
pandangannya (gaya hidup). Cara kita memandang diri sendiri dan cara
kita untuk hidup dalam suatu pola tertentu dipengaruhi oleh faktor yang
ada dalam diri individu (faktor internal) dan faktor yang ada di luar
a. Faktor internal
1) Motif
Motif seringkali diartikan sebagai dorongan. Motif adalah
suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar
kepuasan (Kotler, 1992). Motif-motif yang berada dalam diri
individu akan mengarahkan individu untuk berperilaku dan
melandasi setiap perilaku individu. Dalam hal gaya hidup, terdapat
berbagai alasan dari dalam diri individu yang mendorong seseorang
untuk memilih suatu gaya hidup tertentu (Kotler, 1992).
2) Pengalaman masa lalu
Setiap hari individu akan menemui berbagai situasi yang
berbeda-beda dalam hidupnya. Situasi-situasi tersebut akan
menyebabkan individu memperoleh banyak pengalaman. Hasil dari
pengalaman ini akan membentuk suatu pandangan tertentu. Apabila
ada pengalaman masa lalu yang menyenangkan maka akan
menentukan untuk dilakukan lagi di masa yang akan datang.
Pengalaman yang diperoleh individu pada masa lalu dapat
mempengaruhi tindakannya termasuk dalam konsep diri dan gaya
hidup (Hawkins dkk., 2004).
3) Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Hawkins
dkk (2004) mendefinisikan kepribadian sebagai ciri-ciri atau
bagaimana indivdidu tampil atau memberi kesan di depan umum.
Ciri-ciri yang menonjol ini akan membentuk menjadi perilaku yang
khas yang dimiliki individu dalam bereaksi terhadap
masalah-masalah hidup termasuk tujuan hidup dan pemilihan gaya hidup.
4) Sikap
Hawkins dkk (2004) mendefinisikan sikap sebagai cara
individu berpikir, berafeksi dan berperilaku terhadap beberapa hal
yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Sikap terbentuk dari organisasi motif, emosi, persepsi dan
proses belajar yang merupakan faktor-faktor penting dalam
pembentukan gaya hidup seseorang. Sikap individu terhadap apa
yang terjadi di sekitar lingkungannya dapat mendorong individu
untuk berperilaku tertentu termasuk perilaku yang menggambarkan
gaya hidup seseorang (Hawkins dkk, 2004).
b. Faktor eksternal
1) Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang merupakan titik
perbandingan atau rujukan langsung atau tak langsung dalam
pembentukan sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi
memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
pada sikap dan perilaku seseorang yang pada akhirnya akan
mengarahkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu
2) Keluarga
Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan
tinggal bersama (Engel dkk, 1994). Keluarga memegang peranan
terpenting dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.
Pengaruh keluarga khususnya orangtua terhadap seorang anak
sangat besar bagi perkembangan sikap moral, intelektual dan
perilaku anak karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang
pertama bagi anak. Pada tahun-tahun pertama perkembangannya
anak sepenuhnya tergantung pada orangtua dan ia akan belajar
merespon sesuatu berdasar kebiasaan, nilai-nilai dan pola asuh yang
diterimanya. Pola asuh orangtua ini secara tidak langsung akan
membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung merupakan
pola hidupnya (Kotler, 1992).
3) Kelompok sosial
Kelompok sosial merupakan orang-orang yang berhubungan
relatif akrab atau dasar saling bertemu dan ada kesamaan minat,
perhatian, dan bukan juga atas dasar hubungan darah, ketetanggaan
atau cinta serta bertujuan untuk mempererat persaudaraan,
memperkokoh semangat kebersamaan dan menumbuhkan rasa
kekeluargaan (Gunakaya, 1988). Pada kelompok sosial ini, individu
berinteraksi dan memiliki tujuan yang sama sehingga dapat
4) Kebudayaan
Peter & Olson (1999) mengartikan budaya sebagai sebentuk
makna, nilai dan pola perilaku yang dianut bersama oleh sebuah
masyarakat. Setiap masyarakat menetapkan visinya masing-masing
terhadap dunia dan mengisi atau membangun dunia budaya tersebut
dengan menciptakan atau menggunakan simbol-simbol tertentu.
Simbol-simbol atau makna yang terkandung dalam suatu budaya
meliputi kepercayaan, sikap, tujuan dan nilai-nilai yang dipegang
oleh sebagian besar masyarakat dalam suatu lingkungan, disamping
arti dari perilaku, aturan, kebiasaan, dan norma yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat.
Ketika tumbuh dalam masyarakat, seorang anak akan
mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari dari keluarga dan institusi sosial lainnya. Hal tersebut
akan mempengaruhi proses berpikir dan berperilaku seseorang
termasuk dalam hal gaya hidup (Kotler, 1992).
B. Gaya Hidup Konsumtif
1. Pengertian Konsumtivisme
Banyak ahli yang memberikan definisi mengenai perilaku
konsumtif. Grinder (1978) menyebutkan bahwa perilaku konsumtif
menunjuk pada pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh
keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata, sehingga kebutuhan
dikatakan tidak sehat atau konsumtif apabila bersifat berlebihan, mewah,
dan tidak rasional. Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) konsumtif adalah kecenderungan manusia melakukan konsumsi
tanpa batas dan lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan
(Magdalena, 1995). Dahlan (1978) meyakinkan bahwa pada dasarnya
perilaku konsumtif diartikan sebagai kehidupan mewah dan berlebihan
yang menganggap kepuasan dan kenyamanan fisik dapat diperoleh dari
penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal.
Menurut Hermanu (dalam Magdalena, 1995) konsumtif
menekankan pada hal-hal yang bersifat material semata-mata, daripada
hal-hal yang bersifat pandangan ke masa depan. Stanton (dalam Lumarto,
1985) mengartikan konsumtif sebagai pola konsumen yang bersifat
pemborosan, foya-foya, yang mengubah kepuasan yang dapat ditunda
menjadi kepuasan yang harus segera dipenuhi. Suprana (1991)
menyatakan bahwa konsumtif merupakan gejala konsumsi berlebihan dan
dalam mengkonsumsi barang atau jasa tidak sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, situasi, dan kondisi sebenarnya.
Amstrong (2008) mengatakan bahwa konsumtivisme merupakan
paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif
dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika
membeli barang tapi mempertimbangkan prestige yang melekat pada barang tersebut. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Lina & Rosyid (1997)
seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu diluar kebutuhan yang
rasional, sebab pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan,
tetapi sudah pada taraf keinginan yang berlebihan. Sedangkan Anggarasari
(1997) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan membeli
barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya
menjadi berlebihan. Serviam (1983) menyatakan bahwa perilaku
konsumtif disebabkan karena perasaan yang selalu tidak puas karena
berusaha memenuhi hasrat keinginan yang tidak ada batasnya, sehingga
ketika keinginan satu terpenuhi muncul keinginan lain yang tingkat
tuntutannya lebih tinggi.
Dari uraian teoritis diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
perilaku konsumtif adalah kebulatan tekad dan kompetensi diri individu
yang mengacu pada keinginan untuk melakukan perilaku konsumsi yang
berlebihan, menjurus pada pemborosan, tidak rasional, lebih
mementingkan kesenangan daripada kebutuhan, serta tidak sesuai
kemampuan dan kondisi sebenarnya.
2. Gaya Hidup Konsumtif
Menurut Sulistami, dkk. (2008) gaya hidup hedonis adalah gaya
hidup konsumtif yang tidak kenal puas dan henti bagaikan mesin yang
bekerja mekanistis. Gaya hidup seperti ini tidak akan mengenal rasa
syukur dan selalu merasa kurang sehingga meskipun depositonya miliaran,
Menurut Sussianto (dalam Astuti, 2004), gaya hidup konsumtif
adalah pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari
kesenangan hidup seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang
membeli barang-barang mahal untuk memenuhi kesenangan dan selalu
menjadi pusat perhatian. Hal ini didukung pula oleh gambaran Mars
(dalam Astuti, 2004) mengenai gaya hidup konsumtif anak muda yaitu
senang bepergian, senang berkumpul dengan teman-teman untuk
berhura-hura, berpandangan ke luar, senang keluyuran untuk memperoleh banyak
teman, senang menghabiskan waktu di mall untuk berbelanja, berbusana
kasual, eksentrik dan menyukai junk food dan fast food dari luar negeri. Menurut Damayanti (2003), gaya hidup konsumtif memiliki
ciri-ciri seperti keterlibatan yang tinggi dengan orang lain, lebih menyukai
kegiatan yang sifatnya hura-hura dibandingkan kegiatan sosial, tidak
terlalu serius dan senang pada keramaian. Kelompok ini mengarahkan
aktivitasnya untuk mencapai kenikmatan hidup, sebagian besar
perhatiannya diarahkan keluar rumah, memiliki orientasi eksternal, merasa
mudah berteman walau memilih-milih, ingin menjadi pusat perhatian dan
saat luang hanya untuk bermain.
Rofiq (1999) mengatakan gaya hidup konsumtif menjadi sebuah
perilaku yang mendasari tindakan manusia dalam memenuhi
kebutuhan-nya. Perilaku ini merupakan suatu hal yang biasa dan menjadi kebiasaan
secara berlebihan walaupun yang dibelanjakan bukan merupakan
kebutuhan pokok.
Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Rosyid,
1997) gaya hidup konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk
menggunakan konsumsi tanpa batas dan lebih mementingkan faktor
keinginan daripada kebutuhan. Sedangkan Dahlan (dalam Rosyid, 1997)
mendefinisikan gaya hidup konsumtif sebagai kehidupan mewah dan
berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya. Selain itu,
gaya hidup konsumtif juga identik dengan pesta (Basoeki, 1999).
Berdasar uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup
konsumtif adalah pola perilaku sehari-hari yang khas dari individu dalam
menggunakan waktu dan uang yang meliputi aktivitas, minat dan opini
yang selalu berorientasi ke arah memperoleh kesenangan hidup dan
prestige. Hal yang diamati penulis yang membuat penulis berkata bahwa perilaku remaja saat ini cenderung kearah konsumtif yaitu tampak pada
pembelian barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan, namun pembelian
barang dilakukan hanya karena mengikuti kesenangan atau trend mode
yang sedang berkembang saat ini. Remaja mengetahui trend mode terbaru
seputar gaya hidup biasanya melalui berbagai media cetak maupun
elektronik, salah satunya adalah majalah remaja.
C. Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri
1. Pengertian remaja
Remaja merupakan suatu periode transisi dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan
secara fisik, psikologis, dan sosial (Hurlock, 1993). Ada perbedaan
pendapat di kalangan para ahli dalam menentukan batasan-batasan usia
remaja, tetapi pada umumnya usia remaja berkisar antara 11 sampai
dengan 21 tahun dengan perincian:
a. usia 11 sampai dengan 14 tahun : remaja awal.
b. usia 15 sampai dengan 18 tahun : remaja pertengahan.
c. usia 19 sampai dengan 21 tahun : remaja akhir.
Remaja mengalami apa yang disebut kondisi storm dan stress.
Periode transisi ini menyebabkan ketidakjelasan status remaja karena di
satu sisi mereka bukan anak-anak lagi, tetapi di sisi lain juga bisa disebut
sebagai orang dewasa. Kondisi semacam ini menyebabkan krisis identitas
yang membuat mereka akan melakukan segala cara untuk menentukan
identitas diri dan peran yang diinginkannya. Monks, dkk (1994)
menyatakan bahwa remaja memiliki kontrol eksternal yang lebih tinggi
daripada kontrol internal. Karena itu remaja lebih rentan terhadap
pengaruh negatif lingkungan sekitarnya. Hal ini juga didukung oleh
pendapat Solomon (1992) yang menyatakan bahwa konsep diri remaja
cenderung tidak stabil dan mudah berubah karena pengaruh dari luar
Jonstone (dalam Hastuti, 1992) menyebutkan bahwa ada beberapa
ciri yang tampak pada konsumen remaja, ciri-ciri tersebut adalah mudah
terbujuk rayuan penjual, mudah terbujuk iklan terutama pada penampilan
produk, kurang dapat berpikir hemat, kurang realistis, romantis, dan
impulsif. Sedangkan ciri-ciri konsumen remaja yang lain adalah aktif,
cepat berubah, mudah dipengaruhi, konformitas tinggi, rasa ingin tahu
besar, bebas, dan selalu mencoba sesuatu yang baru (Fakhrudi, 1999).
Remaja merupakan pangsa pasar yang potensial bagi produsen (Husna,
1998), hal ini disebabkan karena remaja mudah dipengaruhi untuk
melakukan transaksi pembelian.
Menurut Jatman (Lina & Rosyid, 1997) remaja Indonesia
merupakan kelompok sasaran yang potensial untuk memasarkan
produk-produk industri, bukan hanya karena mereka mempunyai daya beli tinggi
tapi juga karena perkembangan yang dialami oleh remaja. Susanto (dalam
Hidayati, 2001) menjelaskan dengan lebih terperinci mengapa remaja
menjadi sasaran pasar yang menguntungkan, alasan tersebut adalah:
a. Remaja dipandang sebagai konsumen langsung, dalam pengertian
remaja memiliki sejumlah uang yang dapat dibelanjakan untuk
kebutuhannya sehari-hari.
b. Remaja dipandang sebagai pembujuk orang tua, dimana di era yang
semakin demokratis anak dalam keluarga ikut berperan dalam
c. Remaja dipandang sebagai konsumen masa depan, dimana pada
saatnya nanti remaja akan mandiri dan memiliki penghasilan sendiri.
Dengan uangnya tersebut remaja akan menjadi konsumen di masa
yang akan datang.
Dengan alasan tersebut, wajar saja apabila kelompok usia remaja dianggap
sebagai segmen pasar yang sangat menguntungkan bagi produsen.
2. Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri dan Remaja
Putra
Adanya gaya hidup konsumtif pada remaja terutama disebabkan
karena pada saat ini remaja sedang mengalami krisis identitas yang
menyebabkan mereka mudah terpengaruh stimulasi lingkungannya
(Erikson, 1968). Ada kecenderungan remaja untuk menunjukkan ciri
originalitasnya dalam berpakaian, berpenampilan, dan berperilaku. Sikap
konsumtif menyebabkan remaja selalu merasa tidak puas dan tidak peduli
lagi bagaimana caranya mendapatkan barang-barang konsumsinya
(Serviam, 1983). Gaya hidup konsumtif terutama dilakukan remaja yang
tinggal di kota besar (Magdalena, 1995).
Ada perbedaan minat dan aktivitas antara remaja putra dan remaja
putri. Pada remaja putra minat dan aktivitasnya lebih mengarah pada olah
raga, otomotif, dan kegiatan yang penuh dengan tantangan fisik,
sedangkan pada remaja putri lebih tertarik pada kecantikan dan
penampilan yang atraktif (Grinder, 1978). Dari perbedaan diatas dapat
remaja putra. Fakta lain yang dapat menunjang pernyatan diatas
dikemukakan oleh Santosa (1998) bahwa remaja putri memiliki pola
perilaku yang cenderung lebih konsumtif dapat diamati dari banyaknya
remaja putri yang memenuhi pusat-pusat perbelanjaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Reynolds (1977) remaja
putri menggunakan uangnya lebih banyak daripada remaja putra,
meskipun uang saku mereka sama banyaknya. Bahkan menurut data YLKI
(dalam Priyono, 1997) barang-barang yang menunjang penampilan wanita
mempunyai prosentase yang sangat besar diantara barang-barang
konsumsi yang diimport. Hal ini menunjukkan betapa besarnya
permintaan terhadap barang-barang tersebut. Karena itu berdasarkan
data-data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa remaja putri lebih bergaya
hidup konsumtif daripada remaja putra.
D. Minat Membaca Majalah Remaja
1. Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu aspek psikologi yang mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan perilaku individu. Menurut
Hurlock (1991) minat merupakan sumber motivasi yang akan
mengarahkan individu untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan
bila diberi kebebasan untuk memilih. Dalam hal ini berarti sesuatu yang
diminati oleh seseorang merupakan sesuatu yang disenanginya, sehingga
dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut tidak ada
Menurut Harriman (1951) minat adalah suatu sikap emosional
yang disertai dengan perhatian terhadap obyek minat. Bila seseorang
menaruh minat pada suatu hal, ia akan memberikan perhatian lebih pada
hal tersebut. Tetapi tidak berarti minat dan perhatian memiliki pengertian
yang sama. Walaupun minat dan perhatian memiliki pengertian yang
hampir sama, tetapi minat lebih intensif daripada perhatian. Minat
merupakan salah satu faktor internal yang dapat menentukan apakah suatu
stimulus mampu menarik perhatian seseorang atau tidak. Menurut
Witherington (1978) seseorang akan menaruh perhatian pada apa yang
sejalan dengan minatnya saat itu. Apabila seseorang mempunyai minat
terhadap suatu tujuan, maka ia akan lebih aktif mencapai tujuan yang
menjad minatnya tersebut (Woodworth & Marquis, 1947).
Menurut Skinner (1959) minat merupakan suatu motif yang
menunjukkan arah perhatian individu pada obyek, situasi, ide-ide tertentu
yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk
mencari obyek yang menarik perhatiannya. Sedangkan pengertian minat
menurut Chaplin (1999) mengandung beberapa hal penting, yaitu:
a. Satu sikap yang berlangsung terus menerus dan memolakan perhatian
seseorang, sehingga membuat dirinya menjadi selektif terhadap obyek
minatnya.
b. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau obyek
c. Motivasi yang menuntun tingkah laku menuju satu arah atau sasaran
tertentu.
Dengan adanya minat membuat individu merasa senang terhadap
obyek, situasi, ataupun ide-ide tertentu, sehingga individu cenderung
mencari obyek tersebut. Minat merupakan kekuasaan yang bersifat
intrinsik yang mampu mendorong, mempengaruhi, atau menyebabkan
individu menaruh perhatian atau tertarik pada sesuatu di luar dirinya
secara sadar dan disertai dengan perasaan senang. Jones (dalam
Kharismawan, 1993) menyatakan bahwa minat merupakan perasaan
senang terhadap suatu obyek berupa benda atau situasi tertentu dan
perasaan senang ini dimanifestasikan dalam bentuk reaksi nyata atau
angan-angan saja. Dalam minat terkandung unsur kognitif, emosi (afektif),
dan kemauan (konatif) untuk mencari suatu obyek tertentu (Hastuti, 1993).
Crow & Crow (1973) menyatakan bahwa minat ditentukan
kepribadian seseorang. Hal ini diperkuat oleh pendapat McDonough
(1981) bahwa minat berhubungan dengan sistem nilai personal, seperti
sikap, perilaku sosial, keyakinan, dan reaksi emosional. Sedangkan
menurut Super & Crites (1962) minat dipengaruhi faktor-faktor seperti
latar belakang sosial ekonomi, bakat, usia, jenis kelamin, pengalaman,
kepribadian, dan lingkungan. Sejalan dengan pendapat tersebut Fryer
(dalam Blum & Babinsky, 1970) menyatakan minat dipengaruhi oleh
lingkungan dimana individu berada, karena pada dasarnya minat berasal
Hurlock (1993) menyatakan bahwa pada dasarnya minat memiliki
dua aspek, yaitu:
a. Kognitif
Aspek kognitif berisi konsep positif terhadap sesuatu yang
berhubungan dengan minat seseorang dan berpusat pada manfaat serta
kepuasan pribadi yang diperoleh. Dalam hal ini individu menyadari
bahwa suatu hal atau kegiatan tersebut memiliki manfaat baginya
sehingga akan mendatangkan kepuasan bila dikerjakan.
b. Afektif
Aspek afektif berisi bobot perasaan yang diekspresikan dalam situasi
terhadap aktivitas yang diminatinya. Disini individu menyukai sesuatu
atau kegiatan tertentu tanpa melihat segi manfaat bagi dirinya, yang
penting hal tersebut dapat mendatangkan kesenangan baginya.
Dari kedua aspek diatas dapat diambil kesimpulan bahwa minat dapat
timbul karena individu menyadari manfaat dari obyek minatnya, atau
karena obyek minatnya tersebut dapat mendatangkan kesenangan baginya.
Hurlock (1993) juga menyampaikan bahwa minat memiliki
beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut adalah:
a. Minat tumbuh bersama perkembangan fisik dan mental. Perkembangan
tersebut tergantung pada kesiapan belajar individu dan kesempatan
belajar, jika lingkungan sosial memberikan pengaruh positif pada suatu
b. Perkembangan minat mungkin terbatas, contohnya pada penderita
cacat tubuh.
c. Minat berbobot emosional, artinya aktivitas yang menimbulkan rasa
senang cenderung untuk diulangi dan hal ini bahkan dapat memperkuat
minat.
d. Minat dipengaruhi oleh budaya dimana individu tinggal.
e. Minat bersifat egosentrik, tergantung pada keadaan orang yang
bersangkutan, sehingga orang yang berbeda akan memiliki minat yang
berbeda pula.
Crow & Crow (dalam Widyawati, 2000) menyatakan bahwa minat
dapat terbentuk karena beberapa faktor:
a. Faktor internal, yaitu dorongan-dorongan dari dalam individu yang
mengarah pada kebutuhan-kebutuhan yang muncul dari dalam
individu.
b. Motif sosial, berkaitan dengan penyesuaian diri dengan lingkungan
agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan.
c. Faktor emosional, berhubungan dengan perasaan atau emosi.
Untuk dapat mengungkap apa yang menjadi minat seseorang dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Bertanya langsung pada individu yang bersangkutan tentang apa yang
disukainya. Metode ini mempunyai kelemahan, karena jawaban
penanya, atau karena anggapan bahwa minat yang dinyatakan bernilai
tinggi dimata masyarakat.
b. Menganalisa aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu. Kelemahan
metode ini adalah sulit untuk membedakan antara aktivitas yang
dilakukan karena minat sebenarnya atau semata-mata untuk nafkah
sehari-hari.
c. Melakukan pengukuran dengan inventory dan tes minat.
2. Minat pada Remaja
Minat sifatnya berkembang seiring dengan perkembangan individu
yang bersangkutan. Minat remaja memainkan peranan penting dalam
perkembangan tingkah laku dan kepribadiannya. Menurut Chauhan (dalam
Salindri, 1996) minat pada remaja memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
a. Minat pada remaja sifatnya tidak stabil, terutama pada remaja awal,
setelah mencapai masa remaja akhir sifatnya menjadi lebih stabil
karena pada masa ini remaja sudah mampu memusatkan perhatian
pada minat tertentu saja.
b. Minat pada remaja berkembang bersama perkembangan intelektual dan
sosial.
c. Ada perubahan nilai atau arti dari perhatian pada minat remaja. Minat
yang pada masa anak memiliki arti besar mungkin akan menurun dan
Ada beberapa minat yang berkembang selama masa remaja, yaitu:
a. Social Interest
Minat sosial berkembang seiring dengan adanya dorongan untuk
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Manifestasi dari
minat ini adalah tingkah laku berkelompok remaja dengan
teman-teman di luar rumahnya, dimana ia dapat bertukar pikiran dan
mengidentifikasi dirinya.
b. Recreatioal Interest
Minat ini berguna bagi kesehatan mental remaja karena memberikan
kesempatan untuk mengekspresikan dirinya, menyalurkan emosi yang
terpendam, serta melepaskan ketegangan.
c. Personal Interest
Manifestasi dari minat ini adalah perhatian remaja terhadap
penampilan dirinya dihadapan orang lain dan perhatian pada kesehatan
tubuhnya.
d. VocationalInterest
Minat terhadap pekerjaan ini mulai timbul pada usia remaja awal, dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal, jenis kelamin,
pekerjaan orangtua, khususnya ayah, serta daya tarik pekerjaan itu
3. Minat Membaca Majalah Remaja
a. Minat Membaca
Minat merupakan salah satu aspek psikologi yang mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan perilaku individu.
Menurut Hurlock (1991) minat merupakan sumber motivasi yang akan
mengarahkan individu untuk melakukan apa yang ingin mereka
lakukan bila diberi kebebasan untuk memilih. Dalam hal ini berarti
sesuatu yang diminati oleh seseorang merupakan sesuatu yang
disenanginya, sehingga dalam melakukan hal-hal yang berkaitan
dengan hal tersebut tidak ada unsur keterpaksaan.
Membaca adalah mengartikan simbol verbal yang tertulis
(Glover & Burning, 1989). Menurut Petty & Jansen (1980) membaca
merupakan suatu proses mental yang menurut kemampuan untuk
mengenal kata, mengartikannya, dan mengekspresikan kembali arti
kata-kata tersebut. Sedangkan Nurhadi (1990) mengutip pendapat
Thorndike yang menyebutkan bahwa membaca pada hakekatnya
adalah proses berpikir dan bernalar dimana didalamnya terlihat
aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membedakan,
membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan
menerapkan hal yang terkandung dalam bacaan. Hal ini melibatkan
proses berpikir divergen dan konvergen serta berpikir abstrak, yang
Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap
positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas
membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Minat membaca
merupakan salah satu aspek psikologi yang mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap sikap dan perilaku individu dalam mengartikan
simbol verbal yang tertulis. Minat membaca tidak terbentuk dengan
sendirinya, tetapi melalui suatu proses. Minat membaca dapat
ditumbuhkan melalui pengalaman membaca yang terjadi secara
kebetulan, melalui proses identifikasi terhadap orang dewasa yang
berada di sekitarnya, dan juga melalui proses bimbingan yang
dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lainnya.
Menurut Erryanti (2001) minat membaca memiliki empat
aspek yaitu :
1) Kesadaran akan manfaat membaca majalah remaja
Menunjukkan sejauh mana subyek menyadari bahwa dengan
membaca majalah remaja akan memberikan manfaat bagi dirinya.
2) Perhatian terhadap majalah remaja
Menunjukkan sejauh mana subyek memberikan perhatian terhadap
majalah remaja, ditunjukkan dari apakah subyek mengetahui
hal-hal terbaru mengenai majalah remaja, perkembangan majalah
remaja dari waktu ke waktu, serta kapan edisi majalah remaja yang
3) Rasa senang membaca majalah remaja
Menunjukkan sejauh mana subyek menikmati aktivitas membaca
majalah remaja dan persepsi subyek mengenai aktivitas membaca
majalah remaja dibandingkan dengan aktivitas yang lain.
4) Frekuensi membaca majalah remaja
Menunjukkan seberapa sering subyek melakukan aktivitas
membaca majalah remaja dalam kehidupannya sehari-hari.
Dalam pengamatannya peneliti melihat bahwa apabila remaja
memiliki minat membaca majalah remaja yang cukup tinggi, maka
dikhawatirkan perilakunya akan cenderung konsumtif. Seperti yang
bisa kita lihat bahwa efek konsumtif dalam kehidupannya sehari-hari
akan diliputi dengan kegiatan yang secara continiu menjurus kearah
konsumtivisme seperti, jalan-jalan ke mall, membeli barang-barang dan pakaian yang selalu mengikuti trend mode terbaru. Selain itu
ketika para remaja memiliki waktu luang, mereka mereka cendrung
sering memanfaatkan waktu luangnya dengan pergi ke mall atau
ketempat hiburan, daripada memanfaatkan waktu luangnya untuk
belajar. Hal ini merupakan efek yang boleh dibilang negatif bila
dipelihara dan dijadikan sebagai gaya hidup. Selain itu, remaja ABG
(Anak Baru Gede) pada usia 15-17 tahun, masih memiliki
kecenderungan perilaku yang tidak menentu. Setelah melewati proses
meniru, mengidentifikasi, dan mengembangkan perilaku pada usia
tertanam sedikit demi sedikit. Selain efek membentuk budaya
konsumerisme yang menggila di kalangan remaja, efek dari nilai-nilai
yang terkandung dalam tayangan remaja saat ini bisa dibilang penuh
dengan kesemrawutan global (”Pengaruh Minat Baca Terhadap
Remaja, 2009).
Secara psikologis, masa remaja merupakan fase pertengahan
yang banyak didominir proses pencarian jati diri. Emosi remaja yang
meluap-luap, ekspresif, dan labil sangat rentan terpengaruh faktor
eksternal seperti kelompok referensi (teman pergaulan mereka salah
satunya). Budaya pergaulan yang sarat dengan nilai-nilai solidaritas
dalam lingkungan pergaulan remaja juga menjadi alasan seorang
remaja melakukan aktivitas yang dilakukan oleh temannya, seperti
mengukuti trend gaya hidup yang selalu up to date hingga mengikuti untuk membaca majalah remaja (Muktiono, 2003). Perilaku remaja
yang konsumtif jelas dapat membawa dampak yang kurang baik,
karena efeknya mereka akan cenderung boros dan selalu berusaha
mengikuti trend dan gaya hidup terbaru yang terus berkembang.
Remaja yang dikatakan memiliki gaya hidup konsumtif biasanya
perilakunya cenderung senang untuk pergi ke mall untuk berbelanja
atau shopping dalam kesehariannya. Sedangkan remaja yang tidak konsumtif biasanya tidak tergoda arus mode trend yang sedang terkini