• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI (SMU PANGUDILUHUR YOGYAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI (SMU PANGUDILUHUR YOGYAKARTA)"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PADA REMAJA PUTRI

(SMU PANGUDILUHUR YOGYAKARTA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

STEFANUS ANDITYO PUTRANTO

NIM : 059114115

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH

REMAJA DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF

PADA REMAJA PUTRI

(SMU PANGUDILUHUR YOGYAKARTA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

STEFANUS ANDITYO PUTRANTO

NIM : 059114115

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Walau terjatuh terus menerus, tapi

perlahan namun pasti

aku akan Berusaha untuk Bangkit untuk

Mengejar Ketertinggalan dan

Memberikan yang Terbaik, untuk

Meraih Cita-Cita dan Kesuksesan,

hingga bisa

Membahagiakan Diri Sendiri dan

Membahagiakan Oranglain

Terutama Orang-Orang yang Kusayang

(6)

v

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK ;

1. TUHAN YESUS KRISTUS dan BUNDA MARIA…..

Terima Kasih untuk Berkat, Karunia, dan Rahmat yang selalu Engkau berikan dari awal aku hidup hingga saat ini dan detik ini.

2. PAPA dan MAMA serta KAKAKKU…..

Hanya karya tulis sederhana inilah yang mampu kupersembahkan sebagai tanda cinta, bakti, dan pengabdianku kepada orang yang sangat kukasihi dan kucintai

Semoga ikatan suci ini akan terus terjalin dalam Kasih dan Karunia Tuhan

3. ORANG-ORANG TERDEKATku…..yang kuCINTAI dan telah

MENCINTAIku.

Terimakasih atas cinta kalian selama ini. Cinta kalian adalah kekuatan bagiku untuk menjalankan kehidupan ini. Hanya inilah yang mampu

(7)
(8)

vii

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA MAJALAH REMAJA DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF

PADA REMAJA PUTRI

Studi pada Siswi SMU Pangudi Luhur Yogyakarta

Stefanus Andityo Putranto (2005)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri. Dengan demikian peneliti menarik asumsi bahwa apabila remaja memiliki keyakinan untuk membaca majalah remaja, maka gaya hidupnya akan cenderung konsumtif. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri. Subyek penelitian adalah siswi Putri dari SMU Pangudi Luhur Yogyakarta sebanyak 179 orang. Alat pengumpul data yang digunakan berupa skala yang terdiri atas 42 aitem skala minat membaca dan 40 aitem skala gaya hidup konsumtif remaja putri. Metode statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan ini adalah Spearman’s correlation. Proses pengambilan data menggunakan model try out terpakai, sehingga pengambilan data hanya satu kali. Dari hasil penelitian ini diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,583 dengan signifikasi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif. Hal ini juga menandakan bahwa hipotesis awal penelitian, yaitu ada hubungan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada siswi SMU Pangudi Luhur Yogyakarta dapat diterima.

(9)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN TEENAGE MAGAZINE READING INTEREST AND CONSUMPTIVE LIFESTYLE

IN FEMALE TEENAGERS

Study on Female Students of

Pangudi Luhur Senior High School of Yogyakarta

Stefanus Andityo Putranto (2005)

ABSTRACT

This research intended to study whether there any relationship between teenage magazine reading interest and consumptive lifestyle in female teenagers. Thus, the author drew assumption if the teenagers have reliability to read teenage magazine, their lifestyle will tend to be consumptive. The hypothesis in this research was there is a significant relationship between teenage magazine reading interest and consumptive lifestyle in female teenagers. The subject of this research was the female students in Pangudi Luhur Senior High School of Yogyakarta totaled 179 students. The instrument of data collection used was a scale comprised of 42 scale items of reading interest and 40 scale items of consumptive lifestyle of female teenagers. The statistic method used to know the existence of such relationship was Spearman’s correlation. The process of data collection used try out model, thus the data collection was mere conducted once. From the result of this research it gained correlation coefficient of 0,583 by significance of 0,000. It means there is positive and significant relationship between the variable of teenage magazine reading interest of teenagers and consumptive lifestyle. It also signed that the hypothesis in early research, i.e. the relationship between teenage magazine reading interest of teenagers and consumptive lifestyle in female students of Pangudi Luhur Senior High School of Yogyakarta is accepted.

(10)

ix

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia yang telah diberikan-Nya. Karena uluran kasih dan pertolongan-Nya yang

sungguh luar biasa jugalah, perjuangan yang sangat panjang dan sangat

melelahkan untuk menyusun skripsi ini dapat selesai.

Selama proses penyusunan skrisi ini penulis mendapatkan banyak bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang

membahagiakan ini pula, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada

semua pihak atas segala pengorbanan waktu, tenaga, maupun pikiran di dalam

membantu dan membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu kelancaran

selama proses penelitian ini.

2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dengan sabar dan tulus hati

serta selalu menyediakan diri dan waktu untuk membantu segala kesulitan

dalam mengerjakan penelitian ini.

3. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing

akademik yang dari awal selalu senantiasa memberikan bimbingan, semangat,

(12)

xi

4. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si. dan Minta Istono, S.Psi.,M.Si. selaku

dosen penguji skripsi. Terima Kasih atas saran dan masukannya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah

membantu dan memberikan pengetahuan dan masukan yang baik dalam

memberikan pengajaran dikelas serta dalam tata cara penulisan skripsi.

6. Ibu Sylvia Carolina MYM S.Psi., M.Si, dosen pembimbing yang dengan sabar

dan penuh pengertian mau membantu penulis ketika penulis memerlukan

bantuan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan pengetahuan dan wawasan yang sangat berharga, dan juga

dengan sabar selalu membimbing penulis.

8. Seluruh Staff Karyawan dilingkungan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma, dan Karyawan Perpustakaan yang telah banyak membantu,

memfasilitasi dan memberikan informasi selama masa kuliah.

9. Pimpinan SMU Pangudi Luhur Yogyakarta Drs. Bruder Herman, F.I.C. yang

telah membantu dan memberikan izin penelitian.

10.Segenap guru dan karyawan SMU Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah

membantu selama penulis mengadakan penelitian.

11.Orangtuaku yang telah memberikan kesempatan padaku untuk hidup dan

merawatku sejak kecil hingga saat ini, memberikan arti hidup dalam diriku

sehingga membuatku semakin dewasa dan bertanggung jawab, bantuan doa,

(13)

xii

yang luar biasa untuk diriku menyelesaikan kuliahku, Terima Kasih Mama

dan Papaku terCinta.

12.Kakakku yang dengan sabar selalu membantu memberikan dorongan,

semangat, perhatian, kasih sayang serta melindungi. Adek tidak akan menjadi

seperti sekarang tanpa adanya dorongan dari kakakku, Terima Kasih kakakku

terCinta.

13.Seorang gadis yang sejak 6 tahun lalu menerimaku dengan segala kelebihan

dan kekuranganku dan dengan sabar setia menunggu dan memberiku

semangat hidup untuk menyelesaikan skripsi serta kembali melangkah. My

honey bunnyku, semoga kelak Tuhan masih berkenan untuk kita bisa bersama.

Thanks my beby.

14.Semua Keluarga Besarku dan Sodara-Sodaraku disini maupun yang berada

diluar kota (Pakde, Bude, Om, Tante, Mas, Mbak, Eyang, Adek-adek dan

Ponakan-ponakanku yang amat lucu) yang juga selalu membantu memberikan

dorongan semangat dan doa kepada penulis.

15.Semua sahabat-sahabatku Om Anes yang selalu memberikan pelajaran hidup,

kedewasaan kepadaku, dan Anita yang selalu menjadi tempat berkeluh

kesahku, gokil, serta terimakasih telah setia membantu penulis.

16.Sahabat-sahabatku yang berada di facebook maupun twitter serta

sahabat-sahabatku yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, Terimakasih untuk doa dan

(14)

xiii

17.Sahabat-sahabatku di kampus Silvi, Andien, Mena, Alit, dan Spy yang selalu

menemani, membantu saat di kampus. Walau sekarang kita jarang bertemu,

tapi kenangan persahabatan kita akan selalu kusimpan dihatiku.

18.Seluruh temen-temen angkatan 2005 yang telah banyak membantuku dalam

proses studi. Thanks Guys, semoga kita tidak saling melupakan !

19.Seluruh Angkatan Fakultas Psikologi. Terimakasih untuk pertemanannya.

20.Seluruh temen-temen KKN angkatan 36 terutama kelompokku yang tercinta.

Makasih buat pelajaran berharga untuk hidup dalam satu atap dari latar

belakang kita yang berbeda.

21.Mba Ismi, Mba Lilis dan Anita yang selalu membantuku untuk mengeditkan

tugas maupun skripsiku hingga menjadi bagus, meminjamkan printnya untuk

digunakan penulis serta telah membantu memberikan dorongan semangat, dan

doa kepada penulis.

22.Temen-temen mainku. Makasih sudah menemaniku ketika aku sedang sedih

dan membutuhkan teman jalan kalian pasti selalu ada.

23.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu disini, yang telah turut

membantu selesainya penelitian ini.

Ada sebuah pepatah menyebutkan bahwa “tidak ada gading yang tak

retak”. Sama halnya dengan penulisan skripsi ini banyak sekali kekurangan yang

ada didalamnya. Oleh karena itu, kritik, saran, dan segala macam petunjuk serta

(15)

xiv

Kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih melimpahkan karuniaNya kepada

semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini. Mudah-mudahan

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta 4 Januari 2011

Penulis

(16)

xv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 10

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 10

(17)

xvi

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A.Gaya Hidup Pada Remaja Putri ... 12

1. Pengertian Gaya Hidup ... 12

2. Pengukuran Gaya Hidup ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup ... 14

B. Gaya Hidup Konsumtif ... 18

1. Pengertian Konsumtivisme ... 18

2. Gaya Hidup Konsumtif ... 20

C.Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri ... 23

1. Pengertian Remaja ... 23

2. Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri dan Remaja Putra ... 25

D.Minat Membaca Majalah Remaja... 26

1. Pengertian Minat ... 31

2. Minat pada Remaja ... 26

3. Minat Membaca Majalah Remaja ... 33

E. Hubungan Minat Membaca Majalah Remaja Dengan Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri ... 40

F. Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A.Jenis Penelitian ... 45

(18)

xvii

C.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 45

D.Subyek Penelitian ... 46

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 47

F. Validitas dan Reliabilitas ... 51

G.Metode Analisis Data ... 56

BAB IV PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 58

A.Persiapan Penelitian ... 58

1. Persiapan Kancah Penelitian ... 58

2. Persiapan Pengambilan Data Penelitian ... 58

3. Deskripsi Data Penelitian ... 60

4. Analisis Data Penelitian ... 62

5. Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP ... 71

A.Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Gaya Hidup pada Remaja Putri Sebelum Uji Coba 49 Tabel 2. Blue Print Skala Minat Membaca Majalah Remaja

Sebelum Uji Coba ... 50

Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Minat Membaca Remaja (Setelah Uji Coba) . 53 Tabel 4. Sebaran Aitem Skala Minat Membaca Majalah Remaja (Setelah Item Digugurkan) ... 54

Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Gaya Hidup Konsumtif (Setelah Uji Coba) ... 54

Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Gaya Hidup Konsumtif (Setelah Item Digugurkan) ... 55

Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian ... 61

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 63

Tabel 9. Linearitas ANOVA ... 64

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala ... 82

1.1. Skala gaya hidup konsumtif ... 84

1.2. Skala minat membaca ... 87

Lampiran 2. Tabulasi data ... 90

2.1. Tabulasi data skala minat membaca ... 90

2.2. Tabulasi data gaya hidup ... 106

Lampiran 3. Hasil Analisis Item (Validitas dan Reliabilitas) ... 122

3.1. Reliabilitas Skala minat membaca ... 122

3.2. Reliabilitas Skala gaya hidup konsumtif ... 125

Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi Dan Tambahan ... 128

4.1. Uji Normalitas ... 128

4.2. Uji Linearitas ... 129

4.3. Statistik non parametrik ... 131

4.4. Gambar Grafik Scatter Plot ... 131

Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis ... 132

5.1. Uji Hipotesis ... 132

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 133

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja memang merupakan bahasan yang menarik untuk

diperbincangkan. Banyak hal baru terjadi pada masa ini. Masa remaja diibaratkan

sebagai masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai adanya

perubahan aspek-aspek fisik, psikis dan psikososial yang menuntut mereka

menuju kematangan atau kedewasaan secara emosional (Monks, Knoer, &

Haditono, S.R. 2004). Kurt Lewin dalam (Hidayati, 2001) menyatakan bahwa

remaja berada dalam posisi marginal, yang merupakan batas akhir masa

kanak-kanak dan batas awal masa dewasa. Kondisi ini menyebabkan remaja masuk

dalam situasi yang penuh dengan kebingungan akan identitas diri mereka yang

tidak pasti.

Munandar (2001) menyebutkan bahwa ada beberapa ciri yang tampak pada

konsumen remaja. Ciri-ciri tersebut adalah mudah terpengaruh rayuan penjual,

mudah terbujuk iklan, terutama pada penampilan produk (kemasan), kurang dapat

berfikir hemat, dan kurang realistis. Ciri-ciri konsumen remaja yang lain yaitu

aktif, cepat berubah, mudah dipengaruhi, konformitas tinggi, rasa ingin tahu

besar, bebas dan selalu ingin mencoba sesuatu yang baru (Fakhrudi, 1999).

(23)

mereka bisa membeli suatu barang hanya karena tertarik dengan bentuknya yang

lucu, atau karena barang tersebut sedang mode dan semua teman memilikinya.

Sebuah survei menyebutkan bahwa mereka yang kini berada dalam usia

remaja memiliki beberapa ciri yang dominan yaitu mengenyam pendidikan yang

lebih baik, tumbuh dalam masyarakat yang lebih modern, membelanjakan uang

lebih banyak untuk kesenangan dan hiburan, senang jalan-jalan di mall,

kumpul-kumpul di kafe, dan mengeluarkan banyak uang untuk traveling dan musik.

Melihat keadaan diatas dapat disimpulkan bahwa remaja sekarang mulai

menunjukan perilaku konsumtif dalam kesehariannya (Media Interaktif

“Cakram”, 2000). Tambunan (2001) mengatakan bahwa mall sudah menjadi

rumah kedua bagi remaja. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat

mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah

sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.

Profil remaja yang seperti ini menunjukkan potensi mereka sebagai pasar

yang signifikan. Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar

yang potensial karena pola konsumsi sosial seseorang terbentuk pada usia remaja.

Disamping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan

teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya dan

sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk

memasuki pasar remaja (Mangkunegara, 2005). Husna (1990) juga mengatakan

bahwa, remaja dapat menjadi pangsa pasar yang potensial bagi produsen karena

(24)

pun dengan sigap dapat mencium adanya peluang. Selain karena karakteristik

psikologisnya, dari segi kuantitas pun pasar remaja sangat menjanjikan. Data dari

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun 2000 populasi penduduk

berusia 15 tahun hingga 29 tahun mencapai 62 juta jiwa atau 29,5 % dari total

penduduk yang berjumlah 210,4 juta jiwa. Rinciannya, sebanyak 22,3 juta jiwa

berusia 15 tahun hingga 19 tahun, sedangkan 39,7 juta jiwa sisanya berusia 20

tahun hingga 29 tahun (Media Interaktif “Cakram”, 2000).

Berdasarkan data diatas, tampak bahwa sebanyak 22,3 juta remaja yang

berusia 15 tahun hingga 29 tahun merupakan pangsa pasar yang potensial, maka

produsen mulai mengarahkan sasaran pada kelompok remaja tersebut. Banyak

produk yang dibuat khusus untuk remaja, atau produk netral yang menggunakan

positioning yang berbau remaja untuk menggaet kelompok umur remaja ini. Para produsen juga sering menciptakan trend yang dapat mempengaruhi remaja untuk membeli produknya agar tidak ketinggalan jaman.

Majalah merupakan salah satu jenis media massa cetak. Media massa

memiliki kelebihan dibandingkan dengan institusi sosial lainnya, yaitu

kemampuannya untuk menyampaikan pesan yang mengandung ide, nilai, dan

pengertian baru kepada masyarakat secara cepat, serempak, dan dalam kualitas

yang lebih tinggi (Adiputra, 1997). Kelebihan pada pesan yang disampaikan

bukan hanya dari segi keberagaman pesannya saja melainkan juga pada

(25)

dinamis. Hal ini disebabkan karena media massa terus berkembang mengikuti

dinamika masyarakat.

Akhir-akhir ini banyak majalah remaja yang beredar di Indonesia,

khususnya majalah remaja putri. Majalah-majalah ini ikut menanamkan nilai-nilai

dan gaya hidup konsumtif di kalangan remaja. Banyak majalah remaja yang

menyajikan gaya hidup mewah dan glamour yang membuat remaja cenderung

menirunya. Hal ini menyebabkan remaja akan berusaha memiliki suatu barang

karena alasan sedang mode menurut Tambunan (2001), dan bukan karena ia

memang membutuhkannya.

Dari segi isi, majalah-majalah remaja yang beredar banyak memiliki

kesamaan. Rata-rata mereka menyajikan hal-hal yang notabene merupakan

budaya adaptasi dari barat. Dengan kian pesatnya arus informasi menyebabkan

apa yang terjadi di belahan bumi lain dapat diketahui dengan segera. Demikian

halnya dengan perkembangan mode dan gaya hidup. Ditambah dengan anggapan

umum yang beredar di kalangan remaja, bahwa gaya hidup yang berasal dari luar

negeri pasti bagus dan dianggap trendi, sehingga mereka cenderung berusaha

mengikuti walaupun terkadang tidak ada manfaat riil yang dapat diperoleh.

Perkembangan majalah remaja ini dari tahun ke tahun selain dari segi

jumlahnya yang semakin beragam, juga terlihat dari isinya yang semakin

menjurus kearah gaya hidup konsumtif. Majalah-majalah ini banyak mengulas

(26)

yang asyik, bahkan sepak terjang dan gosip terbaru bintang-bintang idola. Demi

idola mereka tersebut tak jarang remaja mengikuti gaya berpakaian, penampilan,

serta tingkah laku mereka (Tambunan, 2001). Selain itu, majalah-majalah remaja

ini sering mengadakan acara-acara outdoor seperti pemilihan top model dan

berbagai macam pesta seperti pesta tahun baru, Valentine, Hallowen, yang dapat memicu munculnya gaya hidup glamour dan perilaku konsumtif pada remaja.

Majalah-majalah remaja ini juga sering dimanfaatkan oleh produsen untuk

mengiklankan produknya (“Konsumersime dan Gaya Hidup Remaja”, 2005).

Dengan memanfaatkan fungsi majalah remaja sebagai “teman” remaja, produsen

berusaha mempengaruhi dan membangun persepsi positif remaja terhadap

produknya. Produsen juga sering menciptakan trend tertentu yang memaksa

remaja untuk mengikutinya agar tidak dianggap ketinggalan jaman.

Dengan demikian apabila seorang remaja memiliki minat untuk membaca

majalah remaja, dikhawatirkan ia akan terpengaruh gaya hidup konsumtif yang

banyak dipertontonkan di dalam majalah remaja tersebut seperti meniru gaya

berpakaian artis idolanya salah satu contohnya. Menurut Hurlock (1993) minat

merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan

apa yang mereka ingin lakukan bila diberi kebebasan untuk memilih. Seseorang

cenderung mengulang-ulang tindakan yang sesuai dengan minatnya karena

kepuasan yang didapatkannya. Seorang psikolog terkemuka Guilford dalam surat

kabar harian (Kedaulatan Rakyat, 21 November 1988) pernah mendiskripsikan

(27)

ketertarikannya pada suatu objek atau aktivitas tertentu. Sementara itu psikolog

lainnya Crites dalam surat kabar harian (Kedaulatan Rakyat, 21 November 1988)

mengemukakan bahwa minat seseorang akan nampak nyata bila orang tersebut

menyukai objek atau aktivitas tertentu. Mengacu pada teori minat tersebut bila

seorang remaja berminat pada majalah remaja, ia akan melakukan aktivitas

membaca majalah remaja dengan frekuensi yang tinggi. Hal ini dapat

mempengaruhi nilai dan sikapnya, karena seperti yang telah disebutkan diatas,

karakteristik psikologis remaja masih labil dan mudah dipengaruhi stimulasi dari

lingkungannya, sehingga menyebabkan siswa cenderung untuk selalu mengikuti

trend terbaru dari artis idolanya.

Gaya hidup merupakan sebuah pola kehidupan seseorang yang tercermin

dari aktivitas, minat dan opini (Kotler, 2002). Kotler (2002), gaya hidup

seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini

sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup

mencerminkan “keseluruhan orang itu” dalam interaksinya dengan lingkungannya

dan juga menggambarkan seluruh pola sesorang dalam berinteraksi dan beraksi di

dunia.

Mengenai perilaku konsumtif sendiri, ada beberapa definisi yang

dikemukakan oleh para ahli. Amstrong (2008) mengatakan bahwa konsumtivisme

merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif

dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika

(28)

tersebut. Lebih dahulu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Lina &

Rosyid, 1997) memberikan batasan konsumtivisme yaitu kecenderungan manusia

untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan

faktor keinginan daripada faktor kebutuhan. Selain hanya memikirkan kesenangan

semata, individu yang konsumtif biasanya tidak dapat menahan diri untuk segera

membeli barang yang diinginkannya walaupun sebenarnya bukan merupakan

suatu kebutuhan yang harus diprioritaskan.

Perilaku konsumtif mempunyai beberapa dampak yang negatif yaitu

menimbulkan pemborosan dan efisiensi biaya. Secara psikologis, perilaku

konsumtif menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan rasa tidak aman

(Zebua & Nurdjayadi, 2001). Pemborosan terjadi disebabkan perilaku membeli

tidak lagi menempati fungsi yang sesungguhnya, yaitu memenuhi kebutuhan

tetapi untuk memenuhi kesenangan sesaat. Pembelian barang dilakukan hanya

dikarenakan untuk mengikuti mode dan berdasarkan keinginan. Dana yang

seharusnya digunakan untuk membeli barang yang dibutuhkan, dialihkan ke

pembelian barang yang tidak bermanfaat sehingga menimbulkan inefisiensi biaya

(Fransisca & P. Suyasa, 2005).

Rofiq (1999) mengatakan konsumtivisme (perilaku konsumtif) telah ada di

tengah-tengah masyarakat baik itu di kalangan menengah ke atas maupun

kalangan ke bawah karena hedon itu telah berkembang pada semua level

masyarakat. Disini peneliti hanya membatasi penelitiannya pada konsumtivisme,

(29)

yang saat ini lebih mengemuka yaitu konsumtivisme. Hal ini dapat dilihat dari

semakin banyaknya remaja yang memanfaatkan waktu luangnya dengan belanja,

pesiar, pesta-pesta, diskotik, kafe, minum-minuman keras, shopping, mall, XTC, telepon seluler, atau perkara-perkara lainnya yang menjadi simbol kalangan

“menengah-ke-atas” dan juga dalam hal-hal yang kecil dan sepele dimana kita

terus-menerus hanya mencari kesenangan dan kenikmatan saja (Kasali, 1998;

Basoeki, 1999). Hal yang menjadi penekanan disini adalah ciri-ciri dari gaya

hidup konsumtif dengan pola perilaku yang cenderung pada kesenangan hidup

yang dapat dilihat dari jenis aktivitas, minat maupun opini yang tertuju pada

kecenderungan untuk memperoleh kesenangan.

Gaya hidup konsumtif ini sangat menarik khususnya bagi kaum muda yang

sangat antusias terhadap hal-hal baru sehingga gaya hidup ini banyak diikuti,

termasuk oleh para siswa yang merupakan masyarakat terdidik (Kuswandono,

2003). Dalam sejarah Indonesia, siswa memiliki peran yang tidak bisa dianggap

remeh. Sebagai contoh adalah munculnya pergerakan nasional tahun 1945 dan

1966 dimana siswa berperan dalam menghasilkan kemerdekaan Indonesia dan

munculnya Orde Baru. Pergerakan yang paling akhir adalah Reformasi 1998 yang

berhasil menjatuhkan rezim Orde Baru (Immanuddin, 2003).

Gaya hidup konsumtif pada siswi lebih mudah diamati pada siswi yang

tinggal di kota-kota besar karena fasilitas untuk memperoleh kesenangan banyak

tersedia. Di kota Yogyakarta yang merupakan kota pelajar, tersedia banyak

(30)

diskotik, restoran fast food dan juga fasilitas yang lain. Predikat Yogyakarta sebagai kota pelajar berimbas positif terhadap menjamurnya bisnis berkaitan

dengan kebutuhan anak muda. Hal ini disebabkan karena ratusan ribu pelajar dan

siswa rantau menjadi pasar potensial bagi berbagai produk termasuk bisnis

hiburan (Bernas, 2005).

Menjadi suatu hal yang menarik bagi peneliti untuk menuliskan dan

meneliti mengenai fenomena gaya hidup konsumtif pada siswi di Yogyakarta.

Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gaya hidup pada siswi karena siswi yang

termasuk pada kategori dewasa dini akan mencoba berbagai jenis gaya hidup

sebelum pada akhirnya akan membuat keputusan mengenai gaya hidup yang

cocok. Pada masa dewasa dini seseorang akan mencoba banyak peran yang

berbeda, berpikir tentang berbagai gaya hidup dan mempertimbangkan berbagai

hubungan yang ada. Setelah itu individu akan membuat keputusan tentang

berbagai hal khususnya dalam bidang karir dan gaya hidup (Santrock, 2003). Hal

ini sesuai dengan pendapat peneliti yang pada awal tadi menyebutkan bahwa

remaja masuk dalam situasi yang penuh dengan kebingungan akan identitas diri

mereka yang tidak pasti.

Adanya keinginan untuk mencoba berbagai gaya hidup dan pengaruh

kelompok sosial yang semakin meningkat dalam pemilihan suatu gaya hidup turut

mempengaruhi siswi untuk memilih suatu gaya hidup tertentu, tidak terkecuali

gaya hidup yang menawarkan banyak kesenangan atau gaya hidup konsumtif

(31)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

hubungan antara minat membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif

pada siswi SMU Pangudi Luhur Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

pengertian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara minat

membaca majalah remaja dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui hubungan antara minat

membaca majalah remaja dengan terbentuknya gaya hidup konsumtif pada remaja

putri.

D. Manfaat Penelitian

Setelah mengetahui hubungan antara minat membaca majalah remaja

dengan gaya hidup konsumtif pada remaja putri, manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang psikologi,

(32)

2. Manfaat praktis

Diharapkan dapat berguna sebagai masukan untuk remaja agar lebih selektif

terhadap pengaruh-pengaruh yang diterimanya, sehingga tidak mudah

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gaya Hidup Pada Remaja Putri

1. Pengertian Gaya Hidup

Susanto (1993), mendefinisikan gaya hidup sebagai suatu cara

bagaimana seorang mengekspresikan dirinya agar sesuai dengan “seperti

apa seseorang ingin dipersepsikan” sehingga dia dapat diterima dalam

kelompok sosial tertentu. Menurut Hawkins dkk (1998), gaya hidup adalah

bagaimana cara seseorang hidup yang dapat dilihat dari aktivitas, minat,

kesukaan, sikap, konsumsi, harapan dan perasaan.

Gaya hidup menurut Rasyid (1997) adalah tingkah laku atau tata

cara yang tampak khas di kalangan warga suatu masyarakat, suatu

kelompok atau lapisan sosial. Gaya hidup lahir dari suatu kebudayaan

yang merupakan pencerminan nilai sosial. Gaya hidup suatu masyarakat

dapat diubah melalui kontak dengan warga lain atau melalui pengaruh dari

media komunikasi seperti televise, surat kabar, radio atau internet.

Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan

menghabiskan waktu serta uang (Engel, Blakcwell & Miniard, 1994).

Menurut Kotler (2002), gaya hidup seseorang menunjukkan pola

kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin

dalam kegiatan, minat dan pendapatnya. Gaya hidup mencerminkan

“keseluruhan orang itu” dalam interaksinya dengan lingkungannya dan

(34)

juga menggambarkan seluruh pola sesorang dalam berinteraksi dan beraksi

di dunia.

Menurut Plumer (dalam Kasali, 1998) gaya hidup meliputi a)

aktivitas manusia dalam hal bagaimana menghabiskan waktu yang dapat

dilihat dari hobi, liburan, belanja atau hiburan; b) minat mereka atau apa

saja yang dianggap penting yang dapat dilihat dari minat terhadap

pekerjaan, rumah, makanan, mode, dan media; c) pandangan atau pendapat

terhadap diri sendiri, produk, masa depan atau isu-isu sosial dan d)

demografis seperti tahap yang telah mereka lalui dalam kehidupan,

penghasilan dan dimana mereka tinggal.

2. Pengukuran Gaya Hidup

Teknik untuk mengukur gaya hidup dikenal sebagai psikografi.

Psikografi adalah teknik utama yang digunakan oleh peneliti sebagai

ukuran operasional dari gaya hidup. Psikografi mengacu pada pengukuran

dimensi-dimensi gaya hidup yang mencakup sistem AIO (Activities,

Interest & Opinions) dari Reynold & Darden (dalam Engel, dkk, 1994) yang meliputi 3 aspek yaitu:

a. Aktivitas yaitu cara individu menggunakan waktunya yang berwujud

pada tindakan nyata yang dapat dilihat.

b. Interest atau minat terhadap suatu objek, peristiwa atau topik yang

disertai perhatian khusus maupun perhatian yang terus menerus

(35)

c. Opini yaitu pendapat baik yang lisan atau tertulis yang diberikan

individu dalam merespon situasi dimana muncul pertanyaan dalam hal

isu-isu sosial tentang diri sendiri dan produk.

Berdasar uraian diatas maka gaya hidup adalah pola hidup

sehari-hari dari individu dalam menghabiskan waktu serta orang yang dapat

dilihat dari aktivitas, minat dan juga opini. Pertama, aktivitas meliputi cara

individu menghabiskan waktu yang dapat dilihat dari tindakan nyata

seperti hobi, liburan, gaya hidup konsumtif dan sebagainya. Kedua, minat

yaitu ketertarikan terhadap suatu objek, peristiwa atau topik seperti

keluarga, mode, media, pakaian dan makanan. Ketiga, opini yaitu

tanggapan yang diberikan oleh seseorang baik lisan maupun tulisan

tentang suatu hal.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Hawkins dkk (2004) memberi suatu gambaran tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri dan gaya hidup.

Setiap orang memiliki pandangan terhadap diri sendiri (konsep diri) dan

mencoba untuk hidup dalam suatu cara tertentu yang sesuai dengan

pandangannya (gaya hidup). Cara kita memandang diri sendiri dan cara

kita untuk hidup dalam suatu pola tertentu dipengaruhi oleh faktor yang

ada dalam diri individu (faktor internal) dan faktor yang ada di luar

(36)

a. Faktor internal

1) Motif

Motif seringkali diartikan sebagai dorongan. Motif adalah

suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar

kepuasan (Kotler, 1992). Motif-motif yang berada dalam diri

individu akan mengarahkan individu untuk berperilaku dan

melandasi setiap perilaku individu. Dalam hal gaya hidup, terdapat

berbagai alasan dari dalam diri individu yang mendorong seseorang

untuk memilih suatu gaya hidup tertentu (Kotler, 1992).

2) Pengalaman masa lalu

Setiap hari individu akan menemui berbagai situasi yang

berbeda-beda dalam hidupnya. Situasi-situasi tersebut akan

menyebabkan individu memperoleh banyak pengalaman. Hasil dari

pengalaman ini akan membentuk suatu pandangan tertentu. Apabila

ada pengalaman masa lalu yang menyenangkan maka akan

menentukan untuk dilakukan lagi di masa yang akan datang.

Pengalaman yang diperoleh individu pada masa lalu dapat

mempengaruhi tindakannya termasuk dalam konsep diri dan gaya

hidup (Hawkins dkk., 2004).

3) Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Hawkins

dkk (2004) mendefinisikan kepribadian sebagai ciri-ciri atau

(37)

bagaimana indivdidu tampil atau memberi kesan di depan umum.

Ciri-ciri yang menonjol ini akan membentuk menjadi perilaku yang

khas yang dimiliki individu dalam bereaksi terhadap

masalah-masalah hidup termasuk tujuan hidup dan pemilihan gaya hidup.

4) Sikap

Hawkins dkk (2004) mendefinisikan sikap sebagai cara

individu berpikir, berafeksi dan berperilaku terhadap beberapa hal

yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Sikap terbentuk dari organisasi motif, emosi, persepsi dan

proses belajar yang merupakan faktor-faktor penting dalam

pembentukan gaya hidup seseorang. Sikap individu terhadap apa

yang terjadi di sekitar lingkungannya dapat mendorong individu

untuk berperilaku tertentu termasuk perilaku yang menggambarkan

gaya hidup seseorang (Hawkins dkk, 2004).

b. Faktor eksternal

1) Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang merupakan titik

perbandingan atau rujukan langsung atau tak langsung dalam

pembentukan sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi

memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung

pada sikap dan perilaku seseorang yang pada akhirnya akan

mengarahkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu

(38)

2) Keluarga

Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari dua

orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan

tinggal bersama (Engel dkk, 1994). Keluarga memegang peranan

terpenting dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.

Pengaruh keluarga khususnya orangtua terhadap seorang anak

sangat besar bagi perkembangan sikap moral, intelektual dan

perilaku anak karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang

pertama bagi anak. Pada tahun-tahun pertama perkembangannya

anak sepenuhnya tergantung pada orangtua dan ia akan belajar

merespon sesuatu berdasar kebiasaan, nilai-nilai dan pola asuh yang

diterimanya. Pola asuh orangtua ini secara tidak langsung akan

membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung merupakan

pola hidupnya (Kotler, 1992).

3) Kelompok sosial

Kelompok sosial merupakan orang-orang yang berhubungan

relatif akrab atau dasar saling bertemu dan ada kesamaan minat,

perhatian, dan bukan juga atas dasar hubungan darah, ketetanggaan

atau cinta serta bertujuan untuk mempererat persaudaraan,

memperkokoh semangat kebersamaan dan menumbuhkan rasa

kekeluargaan (Gunakaya, 1988). Pada kelompok sosial ini, individu

berinteraksi dan memiliki tujuan yang sama sehingga dapat

(39)

4) Kebudayaan

Peter & Olson (1999) mengartikan budaya sebagai sebentuk

makna, nilai dan pola perilaku yang dianut bersama oleh sebuah

masyarakat. Setiap masyarakat menetapkan visinya masing-masing

terhadap dunia dan mengisi atau membangun dunia budaya tersebut

dengan menciptakan atau menggunakan simbol-simbol tertentu.

Simbol-simbol atau makna yang terkandung dalam suatu budaya

meliputi kepercayaan, sikap, tujuan dan nilai-nilai yang dipegang

oleh sebagian besar masyarakat dalam suatu lingkungan, disamping

arti dari perilaku, aturan, kebiasaan, dan norma yang dianut oleh

sebagian besar masyarakat.

Ketika tumbuh dalam masyarakat, seorang anak akan

mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang

dipelajari dari keluarga dan institusi sosial lainnya. Hal tersebut

akan mempengaruhi proses berpikir dan berperilaku seseorang

termasuk dalam hal gaya hidup (Kotler, 1992).

B. Gaya Hidup Konsumtif

1. Pengertian Konsumtivisme

Banyak ahli yang memberikan definisi mengenai perilaku

konsumtif. Grinder (1978) menyebutkan bahwa perilaku konsumtif

menunjuk pada pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh

keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata, sehingga kebutuhan

(40)

dikatakan tidak sehat atau konsumtif apabila bersifat berlebihan, mewah,

dan tidak rasional. Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI) konsumtif adalah kecenderungan manusia melakukan konsumsi

tanpa batas dan lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan

(Magdalena, 1995). Dahlan (1978) meyakinkan bahwa pada dasarnya

perilaku konsumtif diartikan sebagai kehidupan mewah dan berlebihan

yang menganggap kepuasan dan kenyamanan fisik dapat diperoleh dari

penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal.

Menurut Hermanu (dalam Magdalena, 1995) konsumtif

menekankan pada hal-hal yang bersifat material semata-mata, daripada

hal-hal yang bersifat pandangan ke masa depan. Stanton (dalam Lumarto,

1985) mengartikan konsumtif sebagai pola konsumen yang bersifat

pemborosan, foya-foya, yang mengubah kepuasan yang dapat ditunda

menjadi kepuasan yang harus segera dipenuhi. Suprana (1991)

menyatakan bahwa konsumtif merupakan gejala konsumsi berlebihan dan

dalam mengkonsumsi barang atau jasa tidak sesuai dengan kebutuhan,

kemampuan, situasi, dan kondisi sebenarnya.

Amstrong (2008) mengatakan bahwa konsumtivisme merupakan

paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif

dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika

membeli barang tapi mempertimbangkan prestige yang melekat pada barang tersebut. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Lina & Rosyid (1997)

(41)

seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu diluar kebutuhan yang

rasional, sebab pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan,

tetapi sudah pada taraf keinginan yang berlebihan. Sedangkan Anggarasari

(1997) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan membeli

barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya

menjadi berlebihan. Serviam (1983) menyatakan bahwa perilaku

konsumtif disebabkan karena perasaan yang selalu tidak puas karena

berusaha memenuhi hasrat keinginan yang tidak ada batasnya, sehingga

ketika keinginan satu terpenuhi muncul keinginan lain yang tingkat

tuntutannya lebih tinggi.

Dari uraian teoritis diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa

perilaku konsumtif adalah kebulatan tekad dan kompetensi diri individu

yang mengacu pada keinginan untuk melakukan perilaku konsumsi yang

berlebihan, menjurus pada pemborosan, tidak rasional, lebih

mementingkan kesenangan daripada kebutuhan, serta tidak sesuai

kemampuan dan kondisi sebenarnya.

2. Gaya Hidup Konsumtif

Menurut Sulistami, dkk. (2008) gaya hidup hedonis adalah gaya

hidup konsumtif yang tidak kenal puas dan henti bagaikan mesin yang

bekerja mekanistis. Gaya hidup seperti ini tidak akan mengenal rasa

syukur dan selalu merasa kurang sehingga meskipun depositonya miliaran,

(42)

Menurut Sussianto (dalam Astuti, 2004), gaya hidup konsumtif

adalah pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari

kesenangan hidup seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar

rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang

membeli barang-barang mahal untuk memenuhi kesenangan dan selalu

menjadi pusat perhatian. Hal ini didukung pula oleh gambaran Mars

(dalam Astuti, 2004) mengenai gaya hidup konsumtif anak muda yaitu

senang bepergian, senang berkumpul dengan teman-teman untuk

berhura-hura, berpandangan ke luar, senang keluyuran untuk memperoleh banyak

teman, senang menghabiskan waktu di mall untuk berbelanja, berbusana

kasual, eksentrik dan menyukai junk food dan fast food dari luar negeri. Menurut Damayanti (2003), gaya hidup konsumtif memiliki

ciri-ciri seperti keterlibatan yang tinggi dengan orang lain, lebih menyukai

kegiatan yang sifatnya hura-hura dibandingkan kegiatan sosial, tidak

terlalu serius dan senang pada keramaian. Kelompok ini mengarahkan

aktivitasnya untuk mencapai kenikmatan hidup, sebagian besar

perhatiannya diarahkan keluar rumah, memiliki orientasi eksternal, merasa

mudah berteman walau memilih-milih, ingin menjadi pusat perhatian dan

saat luang hanya untuk bermain.

Rofiq (1999) mengatakan gaya hidup konsumtif menjadi sebuah

perilaku yang mendasari tindakan manusia dalam memenuhi

kebutuhan-nya. Perilaku ini merupakan suatu hal yang biasa dan menjadi kebiasaan

(43)

secara berlebihan walaupun yang dibelanjakan bukan merupakan

kebutuhan pokok.

Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Rosyid,

1997) gaya hidup konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk

menggunakan konsumsi tanpa batas dan lebih mementingkan faktor

keinginan daripada kebutuhan. Sedangkan Dahlan (dalam Rosyid, 1997)

mendefinisikan gaya hidup konsumtif sebagai kehidupan mewah dan

berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang

memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya. Selain itu,

gaya hidup konsumtif juga identik dengan pesta (Basoeki, 1999).

Berdasar uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup

konsumtif adalah pola perilaku sehari-hari yang khas dari individu dalam

menggunakan waktu dan uang yang meliputi aktivitas, minat dan opini

yang selalu berorientasi ke arah memperoleh kesenangan hidup dan

prestige. Hal yang diamati penulis yang membuat penulis berkata bahwa perilaku remaja saat ini cenderung kearah konsumtif yaitu tampak pada

pembelian barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan, namun pembelian

barang dilakukan hanya karena mengikuti kesenangan atau trend mode

yang sedang berkembang saat ini. Remaja mengetahui trend mode terbaru

seputar gaya hidup biasanya melalui berbagai media cetak maupun

elektronik, salah satunya adalah majalah remaja.

(44)

C. Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri

1. Pengertian remaja

Remaja merupakan suatu periode transisi dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan

secara fisik, psikologis, dan sosial (Hurlock, 1993). Ada perbedaan

pendapat di kalangan para ahli dalam menentukan batasan-batasan usia

remaja, tetapi pada umumnya usia remaja berkisar antara 11 sampai

dengan 21 tahun dengan perincian:

a. usia 11 sampai dengan 14 tahun : remaja awal.

b. usia 15 sampai dengan 18 tahun : remaja pertengahan.

c. usia 19 sampai dengan 21 tahun : remaja akhir.

Remaja mengalami apa yang disebut kondisi storm dan stress.

Periode transisi ini menyebabkan ketidakjelasan status remaja karena di

satu sisi mereka bukan anak-anak lagi, tetapi di sisi lain juga bisa disebut

sebagai orang dewasa. Kondisi semacam ini menyebabkan krisis identitas

yang membuat mereka akan melakukan segala cara untuk menentukan

identitas diri dan peran yang diinginkannya. Monks, dkk (1994)

menyatakan bahwa remaja memiliki kontrol eksternal yang lebih tinggi

daripada kontrol internal. Karena itu remaja lebih rentan terhadap

pengaruh negatif lingkungan sekitarnya. Hal ini juga didukung oleh

pendapat Solomon (1992) yang menyatakan bahwa konsep diri remaja

cenderung tidak stabil dan mudah berubah karena pengaruh dari luar

(45)

Jonstone (dalam Hastuti, 1992) menyebutkan bahwa ada beberapa

ciri yang tampak pada konsumen remaja, ciri-ciri tersebut adalah mudah

terbujuk rayuan penjual, mudah terbujuk iklan terutama pada penampilan

produk, kurang dapat berpikir hemat, kurang realistis, romantis, dan

impulsif. Sedangkan ciri-ciri konsumen remaja yang lain adalah aktif,

cepat berubah, mudah dipengaruhi, konformitas tinggi, rasa ingin tahu

besar, bebas, dan selalu mencoba sesuatu yang baru (Fakhrudi, 1999).

Remaja merupakan pangsa pasar yang potensial bagi produsen (Husna,

1998), hal ini disebabkan karena remaja mudah dipengaruhi untuk

melakukan transaksi pembelian.

Menurut Jatman (Lina & Rosyid, 1997) remaja Indonesia

merupakan kelompok sasaran yang potensial untuk memasarkan

produk-produk industri, bukan hanya karena mereka mempunyai daya beli tinggi

tapi juga karena perkembangan yang dialami oleh remaja. Susanto (dalam

Hidayati, 2001) menjelaskan dengan lebih terperinci mengapa remaja

menjadi sasaran pasar yang menguntungkan, alasan tersebut adalah:

a. Remaja dipandang sebagai konsumen langsung, dalam pengertian

remaja memiliki sejumlah uang yang dapat dibelanjakan untuk

kebutuhannya sehari-hari.

b. Remaja dipandang sebagai pembujuk orang tua, dimana di era yang

semakin demokratis anak dalam keluarga ikut berperan dalam

(46)

c. Remaja dipandang sebagai konsumen masa depan, dimana pada

saatnya nanti remaja akan mandiri dan memiliki penghasilan sendiri.

Dengan uangnya tersebut remaja akan menjadi konsumen di masa

yang akan datang.

Dengan alasan tersebut, wajar saja apabila kelompok usia remaja dianggap

sebagai segmen pasar yang sangat menguntungkan bagi produsen.

2. Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif pada Remaja Putri dan Remaja

Putra

Adanya gaya hidup konsumtif pada remaja terutama disebabkan

karena pada saat ini remaja sedang mengalami krisis identitas yang

menyebabkan mereka mudah terpengaruh stimulasi lingkungannya

(Erikson, 1968). Ada kecenderungan remaja untuk menunjukkan ciri

originalitasnya dalam berpakaian, berpenampilan, dan berperilaku. Sikap

konsumtif menyebabkan remaja selalu merasa tidak puas dan tidak peduli

lagi bagaimana caranya mendapatkan barang-barang konsumsinya

(Serviam, 1983). Gaya hidup konsumtif terutama dilakukan remaja yang

tinggal di kota besar (Magdalena, 1995).

Ada perbedaan minat dan aktivitas antara remaja putra dan remaja

putri. Pada remaja putra minat dan aktivitasnya lebih mengarah pada olah

raga, otomotif, dan kegiatan yang penuh dengan tantangan fisik,

sedangkan pada remaja putri lebih tertarik pada kecantikan dan

penampilan yang atraktif (Grinder, 1978). Dari perbedaan diatas dapat

(47)

remaja putra. Fakta lain yang dapat menunjang pernyatan diatas

dikemukakan oleh Santosa (1998) bahwa remaja putri memiliki pola

perilaku yang cenderung lebih konsumtif dapat diamati dari banyaknya

remaja putri yang memenuhi pusat-pusat perbelanjaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Reynolds (1977) remaja

putri menggunakan uangnya lebih banyak daripada remaja putra,

meskipun uang saku mereka sama banyaknya. Bahkan menurut data YLKI

(dalam Priyono, 1997) barang-barang yang menunjang penampilan wanita

mempunyai prosentase yang sangat besar diantara barang-barang

konsumsi yang diimport. Hal ini menunjukkan betapa besarnya

permintaan terhadap barang-barang tersebut. Karena itu berdasarkan

data-data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa remaja putri lebih bergaya

hidup konsumtif daripada remaja putra.

D. Minat Membaca Majalah Remaja

1. Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu aspek psikologi yang mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan perilaku individu. Menurut

Hurlock (1991) minat merupakan sumber motivasi yang akan

mengarahkan individu untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan

bila diberi kebebasan untuk memilih. Dalam hal ini berarti sesuatu yang

diminati oleh seseorang merupakan sesuatu yang disenanginya, sehingga

dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut tidak ada

(48)

Menurut Harriman (1951) minat adalah suatu sikap emosional

yang disertai dengan perhatian terhadap obyek minat. Bila seseorang

menaruh minat pada suatu hal, ia akan memberikan perhatian lebih pada

hal tersebut. Tetapi tidak berarti minat dan perhatian memiliki pengertian

yang sama. Walaupun minat dan perhatian memiliki pengertian yang

hampir sama, tetapi minat lebih intensif daripada perhatian. Minat

merupakan salah satu faktor internal yang dapat menentukan apakah suatu

stimulus mampu menarik perhatian seseorang atau tidak. Menurut

Witherington (1978) seseorang akan menaruh perhatian pada apa yang

sejalan dengan minatnya saat itu. Apabila seseorang mempunyai minat

terhadap suatu tujuan, maka ia akan lebih aktif mencapai tujuan yang

menjad minatnya tersebut (Woodworth & Marquis, 1947).

Menurut Skinner (1959) minat merupakan suatu motif yang

menunjukkan arah perhatian individu pada obyek, situasi, ide-ide tertentu

yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk

mencari obyek yang menarik perhatiannya. Sedangkan pengertian minat

menurut Chaplin (1999) mengandung beberapa hal penting, yaitu:

a. Satu sikap yang berlangsung terus menerus dan memolakan perhatian

seseorang, sehingga membuat dirinya menjadi selektif terhadap obyek

minatnya.

b. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau obyek

(49)

c. Motivasi yang menuntun tingkah laku menuju satu arah atau sasaran

tertentu.

Dengan adanya minat membuat individu merasa senang terhadap

obyek, situasi, ataupun ide-ide tertentu, sehingga individu cenderung

mencari obyek tersebut. Minat merupakan kekuasaan yang bersifat

intrinsik yang mampu mendorong, mempengaruhi, atau menyebabkan

individu menaruh perhatian atau tertarik pada sesuatu di luar dirinya

secara sadar dan disertai dengan perasaan senang. Jones (dalam

Kharismawan, 1993) menyatakan bahwa minat merupakan perasaan

senang terhadap suatu obyek berupa benda atau situasi tertentu dan

perasaan senang ini dimanifestasikan dalam bentuk reaksi nyata atau

angan-angan saja. Dalam minat terkandung unsur kognitif, emosi (afektif),

dan kemauan (konatif) untuk mencari suatu obyek tertentu (Hastuti, 1993).

Crow & Crow (1973) menyatakan bahwa minat ditentukan

kepribadian seseorang. Hal ini diperkuat oleh pendapat McDonough

(1981) bahwa minat berhubungan dengan sistem nilai personal, seperti

sikap, perilaku sosial, keyakinan, dan reaksi emosional. Sedangkan

menurut Super & Crites (1962) minat dipengaruhi faktor-faktor seperti

latar belakang sosial ekonomi, bakat, usia, jenis kelamin, pengalaman,

kepribadian, dan lingkungan. Sejalan dengan pendapat tersebut Fryer

(dalam Blum & Babinsky, 1970) menyatakan minat dipengaruhi oleh

lingkungan dimana individu berada, karena pada dasarnya minat berasal

(50)

Hurlock (1993) menyatakan bahwa pada dasarnya minat memiliki

dua aspek, yaitu:

a. Kognitif

Aspek kognitif berisi konsep positif terhadap sesuatu yang

berhubungan dengan minat seseorang dan berpusat pada manfaat serta

kepuasan pribadi yang diperoleh. Dalam hal ini individu menyadari

bahwa suatu hal atau kegiatan tersebut memiliki manfaat baginya

sehingga akan mendatangkan kepuasan bila dikerjakan.

b. Afektif

Aspek afektif berisi bobot perasaan yang diekspresikan dalam situasi

terhadap aktivitas yang diminatinya. Disini individu menyukai sesuatu

atau kegiatan tertentu tanpa melihat segi manfaat bagi dirinya, yang

penting hal tersebut dapat mendatangkan kesenangan baginya.

Dari kedua aspek diatas dapat diambil kesimpulan bahwa minat dapat

timbul karena individu menyadari manfaat dari obyek minatnya, atau

karena obyek minatnya tersebut dapat mendatangkan kesenangan baginya.

Hurlock (1993) juga menyampaikan bahwa minat memiliki

beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut adalah:

a. Minat tumbuh bersama perkembangan fisik dan mental. Perkembangan

tersebut tergantung pada kesiapan belajar individu dan kesempatan

belajar, jika lingkungan sosial memberikan pengaruh positif pada suatu

(51)

b. Perkembangan minat mungkin terbatas, contohnya pada penderita

cacat tubuh.

c. Minat berbobot emosional, artinya aktivitas yang menimbulkan rasa

senang cenderung untuk diulangi dan hal ini bahkan dapat memperkuat

minat.

d. Minat dipengaruhi oleh budaya dimana individu tinggal.

e. Minat bersifat egosentrik, tergantung pada keadaan orang yang

bersangkutan, sehingga orang yang berbeda akan memiliki minat yang

berbeda pula.

Crow & Crow (dalam Widyawati, 2000) menyatakan bahwa minat

dapat terbentuk karena beberapa faktor:

a. Faktor internal, yaitu dorongan-dorongan dari dalam individu yang

mengarah pada kebutuhan-kebutuhan yang muncul dari dalam

individu.

b. Motif sosial, berkaitan dengan penyesuaian diri dengan lingkungan

agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan.

c. Faktor emosional, berhubungan dengan perasaan atau emosi.

Untuk dapat mengungkap apa yang menjadi minat seseorang dapat

dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Bertanya langsung pada individu yang bersangkutan tentang apa yang

disukainya. Metode ini mempunyai kelemahan, karena jawaban

(52)

penanya, atau karena anggapan bahwa minat yang dinyatakan bernilai

tinggi dimata masyarakat.

b. Menganalisa aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu. Kelemahan

metode ini adalah sulit untuk membedakan antara aktivitas yang

dilakukan karena minat sebenarnya atau semata-mata untuk nafkah

sehari-hari.

c. Melakukan pengukuran dengan inventory dan tes minat.

2. Minat pada Remaja

Minat sifatnya berkembang seiring dengan perkembangan individu

yang bersangkutan. Minat remaja memainkan peranan penting dalam

perkembangan tingkah laku dan kepribadiannya. Menurut Chauhan (dalam

Salindri, 1996) minat pada remaja memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:

a. Minat pada remaja sifatnya tidak stabil, terutama pada remaja awal,

setelah mencapai masa remaja akhir sifatnya menjadi lebih stabil

karena pada masa ini remaja sudah mampu memusatkan perhatian

pada minat tertentu saja.

b. Minat pada remaja berkembang bersama perkembangan intelektual dan

sosial.

c. Ada perubahan nilai atau arti dari perhatian pada minat remaja. Minat

yang pada masa anak memiliki arti besar mungkin akan menurun dan

(53)

Ada beberapa minat yang berkembang selama masa remaja, yaitu:

a. Social Interest

Minat sosial berkembang seiring dengan adanya dorongan untuk

berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Manifestasi dari

minat ini adalah tingkah laku berkelompok remaja dengan

teman-teman di luar rumahnya, dimana ia dapat bertukar pikiran dan

mengidentifikasi dirinya.

b. Recreatioal Interest

Minat ini berguna bagi kesehatan mental remaja karena memberikan

kesempatan untuk mengekspresikan dirinya, menyalurkan emosi yang

terpendam, serta melepaskan ketegangan.

c. Personal Interest

Manifestasi dari minat ini adalah perhatian remaja terhadap

penampilan dirinya dihadapan orang lain dan perhatian pada kesehatan

tubuhnya.

d. VocationalInterest

Minat terhadap pekerjaan ini mulai timbul pada usia remaja awal, dan

dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal, jenis kelamin,

pekerjaan orangtua, khususnya ayah, serta daya tarik pekerjaan itu

(54)

3. Minat Membaca Majalah Remaja

a. Minat Membaca

Minat merupakan salah satu aspek psikologi yang mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan perilaku individu.

Menurut Hurlock (1991) minat merupakan sumber motivasi yang akan

mengarahkan individu untuk melakukan apa yang ingin mereka

lakukan bila diberi kebebasan untuk memilih. Dalam hal ini berarti

sesuatu yang diminati oleh seseorang merupakan sesuatu yang

disenanginya, sehingga dalam melakukan hal-hal yang berkaitan

dengan hal tersebut tidak ada unsur keterpaksaan.

Membaca adalah mengartikan simbol verbal yang tertulis

(Glover & Burning, 1989). Menurut Petty & Jansen (1980) membaca

merupakan suatu proses mental yang menurut kemampuan untuk

mengenal kata, mengartikannya, dan mengekspresikan kembali arti

kata-kata tersebut. Sedangkan Nurhadi (1990) mengutip pendapat

Thorndike yang menyebutkan bahwa membaca pada hakekatnya

adalah proses berpikir dan bernalar dimana didalamnya terlihat

aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membedakan,

membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan

menerapkan hal yang terkandung dalam bacaan. Hal ini melibatkan

proses berpikir divergen dan konvergen serta berpikir abstrak, yang

(55)

Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap

positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas

membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Minat membaca

merupakan salah satu aspek psikologi yang mempunyai pengaruh yang

cukup besar terhadap sikap dan perilaku individu dalam mengartikan

simbol verbal yang tertulis. Minat membaca tidak terbentuk dengan

sendirinya, tetapi melalui suatu proses. Minat membaca dapat

ditumbuhkan melalui pengalaman membaca yang terjadi secara

kebetulan, melalui proses identifikasi terhadap orang dewasa yang

berada di sekitarnya, dan juga melalui proses bimbingan yang

dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lainnya.

Menurut Erryanti (2001) minat membaca memiliki empat

aspek yaitu :

1) Kesadaran akan manfaat membaca majalah remaja

Menunjukkan sejauh mana subyek menyadari bahwa dengan

membaca majalah remaja akan memberikan manfaat bagi dirinya.

2) Perhatian terhadap majalah remaja

Menunjukkan sejauh mana subyek memberikan perhatian terhadap

majalah remaja, ditunjukkan dari apakah subyek mengetahui

hal-hal terbaru mengenai majalah remaja, perkembangan majalah

remaja dari waktu ke waktu, serta kapan edisi majalah remaja yang

(56)

3) Rasa senang membaca majalah remaja

Menunjukkan sejauh mana subyek menikmati aktivitas membaca

majalah remaja dan persepsi subyek mengenai aktivitas membaca

majalah remaja dibandingkan dengan aktivitas yang lain.

4) Frekuensi membaca majalah remaja

Menunjukkan seberapa sering subyek melakukan aktivitas

membaca majalah remaja dalam kehidupannya sehari-hari.

Dalam pengamatannya peneliti melihat bahwa apabila remaja

memiliki minat membaca majalah remaja yang cukup tinggi, maka

dikhawatirkan perilakunya akan cenderung konsumtif. Seperti yang

bisa kita lihat bahwa efek konsumtif dalam kehidupannya sehari-hari

akan diliputi dengan kegiatan yang secara continiu menjurus kearah

konsumtivisme seperti, jalan-jalan ke mall, membeli barang-barang dan pakaian yang selalu mengikuti trend mode terbaru. Selain itu

ketika para remaja memiliki waktu luang, mereka mereka cendrung

sering memanfaatkan waktu luangnya dengan pergi ke mall atau

ketempat hiburan, daripada memanfaatkan waktu luangnya untuk

belajar. Hal ini merupakan efek yang boleh dibilang negatif bila

dipelihara dan dijadikan sebagai gaya hidup. Selain itu, remaja ABG

(Anak Baru Gede) pada usia 15-17 tahun, masih memiliki

kecenderungan perilaku yang tidak menentu. Setelah melewati proses

meniru, mengidentifikasi, dan mengembangkan perilaku pada usia

(57)

tertanam sedikit demi sedikit. Selain efek membentuk budaya

konsumerisme yang menggila di kalangan remaja, efek dari nilai-nilai

yang terkandung dalam tayangan remaja saat ini bisa dibilang penuh

dengan kesemrawutan global (”Pengaruh Minat Baca Terhadap

Remaja, 2009).

Secara psikologis, masa remaja merupakan fase pertengahan

yang banyak didominir proses pencarian jati diri. Emosi remaja yang

meluap-luap, ekspresif, dan labil sangat rentan terpengaruh faktor

eksternal seperti kelompok referensi (teman pergaulan mereka salah

satunya). Budaya pergaulan yang sarat dengan nilai-nilai solidaritas

dalam lingkungan pergaulan remaja juga menjadi alasan seorang

remaja melakukan aktivitas yang dilakukan oleh temannya, seperti

mengukuti trend gaya hidup yang selalu up to date hingga mengikuti untuk membaca majalah remaja (Muktiono, 2003). Perilaku remaja

yang konsumtif jelas dapat membawa dampak yang kurang baik,

karena efeknya mereka akan cenderung boros dan selalu berusaha

mengikuti trend dan gaya hidup terbaru yang terus berkembang.

Remaja yang dikatakan memiliki gaya hidup konsumtif biasanya

perilakunya cenderung senang untuk pergi ke mall untuk berbelanja

atau shopping dalam kesehariannya. Sedangkan remaja yang tidak konsumtif biasanya tidak tergoda arus mode trend yang sedang terkini

Gambar

Gambar 1. Grafik Scatter Plot  ......................................................................
Blue PrintTabel 1.   Skala Gaya Hidup Konsumtif
Blue PrintTabel 2.   Skala Minat Membaca Majalah Remaja Sebelum Uji Coba
Tabel 3 Sebaran Aitem Skala Minat Membaca Majalah Remaja
+7

Referensi

Dokumen terkait

The researcher formulated the research problem in form of question, as follows: Does applying PBL significantly enhance the fifth semester students’ ability in

Penyelidikan ini penting untuk mengetahui adakah terdapat hubungan yang signifikan antara gaya komunikasi yang diamalkan oleh Guru Besar iaitu gaya komunikasi memberitahu, gaya

“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak- tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap- lengkapnya dari

telah Allah ajarakan kepada Nabi Adam pada saat di surge yang nantinya menjadi. pengetahuan bagi Adam ketika dia hidup di

Dengan m enyadar i posisi st r at egis di at as, per an yang akan diam bil oleh PSI F didasar kan pada visi sebagai ber ik ut : ( a) m enj adi salah sat u inst it usi ak adem ik

Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2013. bersama ini kami mengundang saudara untuk dapat hadir

"Refleksi Kritis Prestasi Olahraga Indonesia di Asian Games 2014 dan Tantangan MenghadapiAsian Games 2018. dalam Perspektif llmu

Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam mencakup kepala madrasah dan guru yang mempunyai peran yang sangat urgen dalam memberdayakan ummat. Tujuannya adalah untuk