PENETAPAN KADAR BESI (Fe) DAN SENG (Zn) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI DELI TUA
SECARA SPEKTROFOTOMETRI
TUGAS AKHIR
Oleh:
MILVA MAHRINA NIM 072410006
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR BESI (Fe) DAN SENG (Zn) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI DELI TUA
SECARA SPEKTROFOTOMETRI
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
MILVA MAHRINA NIM 072410006
Medan, Juni 2010 Disetujui Oleh Dosen Pembimbing,
Dra. Salbiah, M.Si., Apt. NIP.194810031987012001
Disahkan Oleh Dekan,
KATA PENGANTAR
Subhanallah walhamdulilah, segala puji syukur yang tak terhingga penulis
ucapkan tak henti-hentinya pada Sang Pencipta Alam, Allahu ya Rahman ya Rahim.
Hanya beserta izin dan kehendak-Nya segala sesuatu dapat terlaksana, termasuk juga
penyusunan tulisan ilmiah berupa Tugas Akhir ini yang berjudul: PENETAPAN
KADAR BESI (Fe) DAN SENG (Zn) PADA AIR RESERVOIR PDAM
TIRTANADI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat guna untuk memperoleh
gelar Ahli madya pada Program Diploma III Jurusan Analis Farmasi dan Makanan di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang
terkasih yang selalu menjadi bagian dari inspirasi: Ayahanda Mahjaruddin Tanjung,
Ibunda Nurhana Nasution, Kakanda Irfan dan Adinda Kiki yang penuh kesabaran
memberikan dukungan, nasehat, serta do’a hingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.
Hambatan dan rintangan dalam menyelesaikan penulisan ini banyak penulis
temui. Namun, alhamdulillah penulis berupaya menghadapinya dengan penuh
kesabaran dan semangat. Dengan keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki.
Penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan masukan
berbagai pihak, baik moril maupun materil.
Oleh karena itu pada kesempatan ini selayaknya penulis mengucapkan terima
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Koordinator Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
3. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan nasehat, petunjuk dan saran sampai selesainya
Tugas Akhir ini.
4. Ibu Lely, selaku Kepala bagian Umum dan Personalia di Instalasi PDAM
Tirtanadi Deli Tua.
5. Bapak Subhandi, S.E., selaku Pelaksana Tugas Kepala Bagian Pengendalian
Mutu di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua.
6. Ibu Bunga Intan Damanik, selaku Analis Laboratorium di Instalasi PDAM
Tirtanadi Deli Tua yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM
Tirtanadi.
7. Dosen-dosen Farmasi beserta stafnya yang telah banyak membimbing dan
membantu penulis selama perkuliahan di Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan.
8. Sahabat-sahabat terbaikku Dusky, Vany, Tya, Nia, Adiez, Windy dan Maya
yang telah memberi dorongan, perubahan, semangat dan warna dalam hidupku
(mudah-mudahan sukses bersama, amin) serta buat kakanda Tati’ yang sudah
rela hujan-hujanan dan semua teman-teman stambuk 2007 Analis Farmasi dan
Makanan.
Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Amin.
Medan, Juni 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
1.2.1 Tujuan ... 2
1.2.2 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Air ... 3
2.2 Sumber-sumber Air ... 3
2.3 Pengelompokan Air ... 4
2.4 Peranan Air Dalam Tubuh ... 5
2.5 Pengolahan Air ... 6
2.6 Besi ... 8
2.7 Seng ... 9
2.8 Teori Umum Spektrofotometri ... 9
BAB III METODOLOGI ... 12
3.1 Peralatan ... 12
3.2 Bahan ... 12
3.3.1 Untuk Analisa Besi ... 13
3.3.2 Untuk Analisa Seng ... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15
4.1 Pemeriksaan Kadar Besi ... 15
4.2 Pemeriksaan Kadar Seng ... 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
5.1 Kesimpulan ... 18
5.2 Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan. Air juga
merupakan bahan pelarut paling baik karena air adalah pelarut yang universal, hampir
semua jenis zat dapat larut dalam air. Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun
1992 menyatakan bahwa air sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi. Di
dalam badan air terdapat benda-benda hidup yang sangat menentukan karakteristik air
tersebut, baik secara kimia, fisika, maupun biologis. Karena itu pengelolaan sumber
daya air menjadi sangat penting. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa
oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama
penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit yang
disebabkan oleh air (Slamet, 1994).
Air reservoir adalah air hasil olahan yang telah memenuhi syarat kualitas air
yang ditampung di bak penampungan akhir untuk didistribusikan kepada konsumen.
Kualitas mutu pada air dapat dijamin dengan dilakukannya pengendalian mutu yang
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/MENKES/SK/VII/2002 (Sutrisno, 1987).
Salah satu mineral yang sering terdapat dalam air adalah kandungan Fe,
apabila kadar Fe tersebut terdapat dalam jumlah yang besar akan menimbulkan efek
toksik yaitu dapat merusak dinding usus. Menurut Menkes RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, air reservoir yang
didistribusikan kepada konsumen mengandung kadar besi tidak lebih dari 0,3 mg/L
Adanya Zn di dalam air dimungkinkan berasal dari air baku yang sudah
tercemar. Zn dalam air berada dalam keadaan terlarut. Apabila kadar Zn tersebut
terdapat dalam jumlah yang besar maka dapat menimbulkan gejala muntaber.
Menurut Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, air
reservoir yang didistribusikan kepada konsumen mengandung kadar seng tidak lebih
dari 3,0 mg/L (Slamet, 1994).
Mengingat pentingnya penetapan kadar besi dan seng pada air reservoir maka
penulis tertarik melakukan penetapan kadar besi dan seng pada air reservoir PDAM
Tirtanadi Deli tua secara Spektrofotometri Sinar Tampak.
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui kadar besi (Fe) dan seng (Zn) pada air reservoir PDAM
Tirtanadi Deli tua secara Spektrofotometri Sinar Tampak.
1.2.2 Manfaat
Dapat dijadikan informasi kepada masyarat sebagai pengguna air bersih
bahwa air yang dikonsumsi telah memenuhi persyaratan sesuai yang ditetapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak
akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih
sangat didambakan oleh manusia, untuk dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci,
keperluan industri, kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan
lain sebagainya. Air dalam keadaan normal tidak akan berwarna, sehingga tampak
bening dan bersih (Wardhana, 2001).
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, berasa, dan berbau.
Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang membahayakan
kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang mengubah fungsi tubuh, tidak
dapat diterima secara estesis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Pada
hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan
oleh air. Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan
yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya
diperbolehkan ada di dalam air minum (Slamet, 1994).
2.2 Sumber-Sumber Air
Sumber- sumber air menurut Slamet (1994), adalah sebagai berikut:
1. Air permukaan
Air permukaan adalah air sungai dan air danau. Air permukaan yang
tertampung di danau-danau atau bak penampungan air buatan manusia dapat
ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti eceng gondok, dan
partumbuhannya. Air permukaan banyak mengandung zat organik yang
merupakan makanan bagi bakteri. Kesemuanya ini sangat mempengaruhi
kualitas air tersebut.
2. Air tanah
Air tanah dapat berkualitas baik jika tanah sekitarnya tidak tercemar. Pada
proses pengalirannya air tanah mengalami penyaringan alamiah, oleh karena itu
kadar kimia air tanah tergantung sekali dari formasi litosfir yang dilaluinya
dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut.
3. Air angkasa
Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju.
Kualitas air angkasa tergantung sekali pada kualitas udara yang dilaluinya
sewaktu turun kembali kepermukaan bumi. Air angkasa sedemikian tercemar.
Keadaan seperti ini sering ditemukan di daerah tertentu yang terdapat banyak
industri.
2.3 Pengelompokan Air
Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup KEP-02/MENKLH/I/1998 Tanggal 19 Januari 1998, air dikelompokkan
menjadi empat golongan menurut peruntukannya, yaitu:
Golongan A : Air yang digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air
minum dan keperluan rumah tangga.
Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
2.4 Peranan air dalam Tubuh
Menurut Almatsier (2004), air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital
tubuh, yaitu:
1. Sebagai pelarut dan alat angkut
Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, dan mineral serta bahan-bahan lain yang
diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon. Di samping itu air, sebagai
pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme, termasuk karbon dioksida dan ureum
untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal.
2. Sebagai katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,
termasuk di dalam saluran cerna.
3. Sebagai pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
4. Sebagai fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam hal
ini air berperan sebagai zat pembangun.
5. Sebagai pengatur suhu
Air memegang peranan untuk menyalurkan panas di dalam tubuh. Sebagian
panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan
suhu tubuh pada 37OC. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di
dalam tubuh.
2.5 Pengolahan Air
Di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli tua proses pengolahan air dilakukan dalam
1. Proses Penyaringan
Air baku yang bersumber dari aliran Sungai Deli tertampung di bendungan
yang selanjutnya masuk melalui intake yang dilengkapi dengan saluran kasar dan
saluran halus untuk disaring terlebih dahulu dari sampah/kotoran kasar.
2. Proses Fisika
Selanjutnya air akan tertampung di Raw Water Tank. Disini terjadi proses
fisika dan biokimia. Proses fisika yang terjadi adalah pengendapan lumpur-lumpur
sehingga dihasilkan air dengan turbidity yang lebih rendah.
3. Proses Pembentukan Flok, Flokulasi, dan Pengendapan
Selanjutnya air akan dipompakan melalui RWP (pompa air baku) dari RWT
ke splitter box, lalu ditambahkan koagulan beupa tawas kemudian air didistribusikan
ke masing-masing clearator. Fungsi dari penambahan tawas untuk mengikat
partikel-partikel halus yang melayang agar membentuk flok. Di clearator, terjadi proses
koagulasi (proses bercampurnya koagulan dari air baku dengan cepat dan merata)
menggunakan koagulan tawas dan proses flokulasi (proses penggumpalan flok-flok)
akibat adanya pengaduk lambat. Kemudian karena adanya pengaruh gaya gravitasi
flok-flok akan mengendap pada dasar clarifier. Untuk itu, perlu dipertahankan
kandungan flok-flok dalam clarifier dengan memantau kekeruhan sehingga
diharapkan turbidity pada air kumpulan dapat serendah mungkin.
4. Proses Filtrasi
Selanjutnya, air kumpulan difiltrasi di filter sehingga diperoleh air yang
jernih. Filter berfungsi untuk menyaring flok-flok halus yang lolos dari clearator.
5. Proses Desinfeksi dan Penetralan pH
Sebelum air proses filtrasi masuk ke reservoir, ditambahkan terlebih dahulu
larutan kapur jenuh untuk menetralisir pH air olahan (6,8 – 7,3) karena penambahan
tawas di clearator cukup membuat pH air bersifat asam, sehingga harus dinetralkan.
Setelah seluruh proses pengolahan air tersebut berlangsung, air hasil olahan
ditampung di bak penampungan akhir yang disebut dengan reservoir untuk
didistribusikan melalui FWP (alat untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir
utama di instalasi ke reservoir-reservoir di cabang). Air hasil olahan tersebut dapat
didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air sesuai dengan Keputusan
Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 yang meliputi aspek fisika, kimia, dan
biologis.
2.6 Besi
Karakteristik besi adalah berwarna metal keperakan, liat, dan dapat dibentuk.
Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi diperlukan oleh tubuh
dalam pembentukan hemoglobin. Tubuh manusia tidak dapat mengexkresikan Fe.
Karenanya mereka yang sering dapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam
karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang
besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya
dinding usus ini (Slamet, 1994).
Besi merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan
oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh
1.5380C, dan titik didih 2.8610C (Widowati, dkk., 2008).
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel,
dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier,
Fe bersifat toksis bila jumlah transferin melebihi kebutuhan sehingga
mengikat Fe bebas. Konsumsi Fe dosis besar akan merusak sel alat pencernaan secara
langsung, lalu Fe akan mengikuti peredaran darah. Kerusakan sel juga meluas pada
hati, jantung dan organ lain, bahkan bias berakhir pada kematian. Toksisitas kronis Fe
pada tingkat sel akan meningkatkan gangguan fungsi hati, gangguan fungsi endokrin,
dan penyakit kardiovaskuler (Widowati, dkk., 2008).
2.7 Seng
Seng (Zn) adalah komponen alam yang terdapat di kerak bumi. Karakteristik
Zn cukup reaktif yaitu, berwarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara, dan
terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang. Zn memiliki nomor atom 30 dan
memiliki titik lebur 419,730C (Widowati, dkk., 2008).
Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses
metabolisme, tetapi jika kadar Zn yang kita konsumsi lebih dari 2 g atau lebih dapat
bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat
menimbulkan gejala muntaber. Seng apabila dimasak akan timbul endapan seperti
pasir (Slamet, 1994).
Seng memegang peranan essensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai
bagian dari enzim, aspek metabolisme, berperan dalam pembentukan kulit,
metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka, pengembangan reproduksi
laki-laki dan pembentukan sperma (Almatsier, 2004).
Meskipun Zn merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi
Zn dapat berbahaya dan bersifat toksis. Toksisitas Zn dapat bersifat akut dan kronis.
Intake Zn 150 – 450 mg/hari mengakibatkan penurunan kadar Cu, pengubahan fungsi
sebesar 2 g atau lebih akan mengakibatkan mual, muntah, dan demam (Widowati,
dkk., 2008).
2.7 Teori Umum Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu
molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan
kuantitatif. Spektrofometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 750
nm (Rohman, 2007).
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang
menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih
panjang-panjang gelombang tertentu. Instrument ini digunakan adalah
spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrument ini sebenarnya
terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrofotometer dan sebuah
fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil
(Bassett, dkk., 1994).
Menurut Rohman (2007), hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis
spektrofotometri UV-Vis adalah:
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah
tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau
direaksikan dengan pereaksi tertentu.
2. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna.
operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan
absorbansi larutan.
3. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang
gelombang yang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu.
4. Pembuatan kurva baku
Kurva baku merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum
Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus.
5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau
15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan
BAB III METODOLOGI
3.1 Peralatan
- Spektrofotometer DR 2800
- Beaker glass 500 ml
- Kuvet 25 ml
- Pipet volume 10 ml dan 20 ml
- Batang pengaduk
- Botol semprot
- Mikro pipet 1 ml
3.2 Bahan
- Sampel: Air Reservoir Sungai Deli
- TPTZ Iron powder pillow, yang berisikan:
1. Sodium thiosulfate
2. Monosodium salt
3. Sodium hydrosulfite
4. Sodium metabisulfate
5. Citric acid
- Zincover 5 reagen powder pillow, yang berisikan:
1. Boron oxide
2. Sodium ascorbate
3. Potassium cyanide
4. Potassium borate
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Untuk analisa besi (Fe)
- Pastikan telah memakai sarung tangan dan masker - Tekan “PRGM” dan tekan “270” untuk analisa besi
- Tekan “ENTER”, layar akan menunjukkan mg/L Fe
- Isi kuvet pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel) dengan 10
ml sample air reservoir
- Tambahkan satu bungkus TPTZ Iron powder pillow ke dalam kuvet kedua,
aduk hingga larut sampai terbentuk warna biru-ungu
- Tekan “Timer” dan Enter”, tunggu selama 3 menit
- Masukkan blanko ke alat spektrofotometer
- Tekan “Zero” kemudian monitor akan menunjukkan 0,000 mg/L Fe
- Masukkan kuvet kedua ke tempat alat spektrofotometer
- Tekan “Read”, catat hasil analisa besi yang ditunjukkan monitor
3.3.2 Untuk analisa seng (Zn)
- Pastikan telah memakai alat sarung tangan dan masker
- Tekan “PRGM” dan “97” untuk analisa seng
- Tekan “Enter”, layar akan menunjukkan mg/L Zn
- Pipet 20 ml air reservoir, masukkan ke dalam kuvet pertama
- Tambahkan 1 bungkus Zinco Ver 5 powder pillow, aduk hingga larut
sampai terbentuk warna orange
- Pipet 10 ml larutan dari kuvet pertama, masukkan ke dalam kuvet kedua
(sebagai blanko)
- Tambahkan 0,5 Cyclohexanone ke dalam kuvet pertama, aduk hingga larut
- Tekan “Timer” dan “Enter”, tunggu selama 3 menit
- Masukkan blanko ke alat spektrofotometer
- Tekan “Zero”, layar akan menunjukkan 0,00 mg/L Zn
- Masukkan sampel ke alat spektrofotometer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan kadar besi
Hasil pemeriksaan kadar besi pada air baku dan air reservoir Sungai Deli di
Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang dilakukan setiap seminggu
sekali yaitu pada tanggal 15, 20, 25 Januari dan 03, 08 Februari 2010 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1: Hasil Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua
No Tanggal Pemeriksaan Kadar Besi yang Diperoleh (mg/L)
Air Baku Air Reservoir
1 15 Januari 2010 0,860 0,028
2 20 Januari 2010 0,957 0,074
3 25 Januari 2010 1,384 0,029
4 03 Februari 2010 0,861 0,091
5 08 Februari 2010 0,610 0,043
Untuk pemeriksaan kadar besi pada air reservoir Sungai Deli telah dilakukan
pengujian dengan menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang
gelombang 590 nm. Besi dalam sampel bereaksi dengan penambahan TPTZ iron
reagen powder pillow yang berisikan sodium metabisulfite, citric acid, monosodium
salt, sodium hydrosulfite, dan sodium thiosulfate, lalu didiamkan selama 3 menit.
Larutan blanko dan larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang maksimum 590 nm.
Kadar besi pada air reservoir yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Menurut peraturan Menkes RI
adalah 0,3 mg/L. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar besi dari air
reservoir memenuhui syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena
kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.
Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan. Dari data pada
Tabel 4.1 terlihat bahwa kadar besi yang diperoleh pada air baku lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar besi yang terdapat pada air reservoir. Kadar besi yang
terkandung pada air reservoir sudah memenuhi syarat dikarenakan telah melewati
proses pengolahan mulai dari proses penyaringan, fisika dan biokimia, pembentukan
flok, koagulasi, flokulasi, dan pengendapan, filtrasi, desinfeksi serta penetralan pH
yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih.
4.2 Pemeriksaan kadar seng
Hasil pemeriksaan kadar seng pada air baku dan air reservoir Sungai Deli di
Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang dilakukan setiap sebulan
sekali yaitu pada tanggal 20 Januari dan 08 Februari 2010 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.2: Hasil Pemeriksaan Kadar Seng (Zn) Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua
No Tanggal
Pemeriksaan
Kadar Seng yang Diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir
1 20 Januari 2010 0,02 0,03
2 08 Februari 2010 0,08 0,08
Untuk pemeriksaan kadar seng pada air reservoir Sungai Deli telah dilakukan
pengujian dengan menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang
gelombang 620 nm. Seng dalam sampel bereaksi dengan penambahan zincover 5
reagen powder pillow yang berisikan boron oxide, sodium ascorbate, potassium
cyanide, dan potassium borat dan ketika berikatan dengan sianida akan membentuk
seng. Seng bereaksi dengan benzena 2-carboxy-2’-hydroxy-5’-sulfoformazyl (zincon)
akan terbentuk warna biru, lalu diamkan selama 3 menit. Larutan blanko dan larutan
sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum 620 nm.
Kadar seng pada air reservoir yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.2. Dan menurut peraturan Menkes RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan kadar maksimum seng pada air
reservoir adalah 3,0 mg/L. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar seng dari
air reservoir memenuhui syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih
karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang
diperbolehkan.
Dari data pada Tabel 4.2 terlihat bahwa kadar seng yang diperoleh pada air
baku hampir sama dengan kadar seng yang diperoleh pada air reservoir. Jadi tidak
terdapat perbedaan kadar seng yang signifikan.
Menurut Sutrisno (1987), batas tertinggi konsentrasi seng menurut
persyaratan yang ditetapkan oleh Menkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal 29
Juli 2002 harus dibawah 3,0 mg/L, konsentrasi tersebut tidak dapat menimbulkan
rasa. Karena pada kadar lebih dari 3,0 mg/L, seng dapat menimbulkan rasa pahit dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Dari hasil pemeriksaan besi (Fe) yang diperoleh, menunjukkan bahwa air
reservoir Sungai Deli memenuhi persyaratan kadar besi dalam air minum
(Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002), dimana kadar
maksimum yang diijinkan adalah 0,3 mg/L.
- Dari hasil pemeriksaan seng (Zn) yang diperoleh, menunjukkan bahwa air
reservoir Sungai Deli memenuhi persyaratan kadar seng dalam air minum
(Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002), dimana kadar
maksimum yang diijinkan adalah 3,0 mg/L.
- Air reservoir Sungai Deli layak untuk dikonsumsi.
5.2 Saran
- Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan
kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.
- Diharapkan kepada pihak instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua untuk tetap
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan, serta menjaga
peralatan yang digunakan agar tetap bersih dan layak digunakan.
- Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua agar
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 221-222, 225, 259.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. (1994). Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal.
809.
Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Bogor: UI-Press. Hal. 153.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 251-256.
Slamet, J.S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: UGM-Press. Hal. 81-82, 108, 114, 117.
Supardi, I. (1985). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 174-175.
Suratmo, F.G. (1995). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hal. 219.
Sutrisno, C. T. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Hal. 13-19.
Wardhana, A.W. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 105.
Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Andi. Hal. 209, 227, 303,