PENETAPAN KADAR ALUMINIUM SECARA KOLORIMETRI PADA AIR BAKU, RESERVOIR, DAN LAGOON DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL
TUGAS AKHIR
OLEH:
MUHAMMAD FARDIANSYAH NIM 082410034
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR ALUMINIUM SECARA KOLORIMETRI PADA AIR BAKU, RESERVOIR, DAN LAGOON DI PDAM TIRTANADI
INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya
Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
MUHAMMAD FARDIANSYAH NIM 082410034
Medan, Juni 2011
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.
NIP 1954506281983031002
Disahkan Oleh:
Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Analis Farmasi dan Makanan dan
disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan oleh penulis di
PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal,
Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, memberikan petunjuk dan saran sampai selesainya Tugas Akhir
ini
2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.AppSc., Apt., selaku koordinator program
studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Bapak Ir. Mawardi selaku Kepala PDAM Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Sunggal yang telah menyediakan tempat kepada penulis untuk melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
5. Bapak Iwan Setiawan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Mutu dan
yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan nasihat selama penulis
melakukan Praktek Kerja Lapangan di PDAM IPA Sunggal.
6. Serta seluruh teman-teman mahasiswa/mahasiswi Analis Farmasi dan
Makanan angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL………...i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Air ... 4
2.2. Pembagian Air Berdasarkan Sumbernya ... 4
2.2.1. Air Laut ... 5
2.2.2. Air Atmosfer... 5
2.2.3. Air Permukaan ... 6
2.2.4. Air Tanah ... 7
2.3. Pembagian Air Berdasarkan Analisis ... 8
2.4. Karakteristik Air ... 9
2.4.1. Karateristik Fisika Air... 9
2.4.2. Karakteristik Kimia Air ... 10
2.4.3. Karakteristik Biologis Air ... 11
2.5.1. Bendungan ... 13
2.5.2. Intake... 13
2.5.3. Raw Water Tank (Bak Air Baku) ... 14
2.5.4. Raw Water Pump (Pompa Air Baku) ... 14
2.5.5. Clarifier (Bak Penjernih) ... 14
2.5.6. Filter ... 15
2.5.7. Reservoir ... 16
2.5.8. Finish Water Pump (Pompa Air Bersih) ... 17
2.5.9. Lagoon ... 17
2.6. Aluminium ... 17
2.7. Kolorimetri ... 18
2.8. Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri ... 19
BAB III METODOLOGI ... 21
3.1. Alat ... 21
3.2. Bahan ... 21
3.3. Prosedur Kerja ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 23
4.1. Hasil ... 23
4.2. Pembahasan ... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25
5.1. Kesimpulan ... 25
5.2. Saran ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan dan sangat penting bagi kehidupan
manusia. Didalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, tubuh orang
dewasa sekitar 55-60% dari berat badan merupakan air, sedangkan anak-anak
sekitar 65 % dan bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks,
antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Dengan
demikian untuk kelangsungan hidup, air harus tersedia dalam jumlah yang cukup
dan berkualitas yang memadai. (Yayan Sunarya, 2001)
Air yang tersedia tidak terlepas dari pengaruh pencemaran karena
fenomena alam (seperti debu vulkanik dari letusan gunung berapi) ataupun yang
diakibatkan oleh ulah manusia. Beberapa bahan pencemar seperti bahan
mikrobiologi (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen), dan
beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia
lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan. Air yang sudah
tercemar tersebut disamping terasa tidak enak kalau diminum juga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang yang meminumnya. (Darmono,
2001)
Air yang bersih mutlak diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya,
oleh karena itu pengolahan sumber daya air yang baik sangat penting agar
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang bergerak
dibidang pengolahan sumber daya air sehingga menghasilkan air yang memenuhi
persyaratan kesehatan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. PDAM
dalam aktivitas pengolahan air umumnya menggunakan berbagai bahan kimia,
seperti tawas (Al2(SO4)3) atau poly aluminium chloride (PAC) sebagai koagulan
dan bahan kaporit sebagai desinfektan dengan tujuan memperoleh air bersih untuk
keperluan rumah tangga. Akan tetapi bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
pengolahan air tersebut bila tidak tepat akan dapat mengkontaminasi dan
mempengaruhi kualitas air hasil olahan sehingga dapat mengganggu kesehatan
apabila digunakan sebagai air minum. Oleh karena itu setiap komponen yang
terkandung dalam air khususnya air minum, harus sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.
492/MENKES/PER/IV/2010.
Pada penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar aluminium pada
beberapa sampel air PDAM Tirtanadi IPA Sunggal secara Kolorimetri.
1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui kadar aluminium dalam air baku, reservoir, dan lagoon
PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.
- Untuk mengetahui kesesuaian kadar aluminium dalam air hasil olahan
(reservoir) dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI no.
1.3. Manfaat
Dapat mengetahui apakah kadar aluminium dalam air hasil olahan PDAM
Tirtanadi IPA Sunggal telah memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah substansi kimia dengan
tersusun atas du
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti
beberapa jenis
(http://id.wikipedia.org-Air)
Manusia dalam kehidupan sehari-hari akan selalu membutuhkan air namun
ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit
karena dibatasi oleh berbagai faktor. Hampir 97% air dimuka ini merupakan air
laut dan tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% yang
tersisa, 2% diantaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub yang juga
tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi
keperluan manusia hanya 0.62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan
air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas air yang memadai bagi konsumsi manusia
hanya sekitar 0.03%. (Effendy, 2003)
2.2. Pembagian Air Berdasarkan Sumbernya
Menurut (Sutrisno, 2004), sumber-sumber air meliputi:
1. Air Laut
2. Air Atmosfir
4. Air Tanah
2.2.1. Air Laut
Lebih dari 80% air yang yang berada di alam merupakan air laut. Air laut
menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Kadar dan komponen unsur di dalam
air laut ditentukan sejumlah reaksi kimia, fisika dan biologi yang terjadi di laut.
(Gabriel, 2001)
Air laut mempunyai rasa asin, karena mengandung garam NaCl, kadar
NaCl dalam air laut sekitar 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak dapat
untuk digunakan secara langsung. (Sutrisno, 2004).
2.2.2. Air Atmosfer
Air di atmosfer tersedia dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari proses
evaporasi (penguapan), baik yang berasal dari laut, danau, sungai, tanah, bahkan
dari permukaan tubuh makhluk hidup atau permukaan daun tumbuhan. Namun
yang paling utama berasal dari laut. Setelah itu uap-uap air ini akan terkumpul dan
membentuk awan. Pada saat awan-awan ini bergerak mengikuti pola angin,
kelembapan udara menyebabkan suhu menjadi dingin selanjutnya uap-uap air
akan terkondensasi menjadi tetes-tetes air dan jatuh sebagai air hujan atau salju.
(http://rengkiik08.blogspot.com/2011/01/peranan-mikroorganisme-air)
Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi karena adanya
pengotoran yang disebabkan oleh asap industri dan debu vulkanik, air hujan dapat
bersifat korosif atau karat. (Riyadi, 1984)
Selain itu menurut (Sutrisno, 2004), air hujan juga mempunyai sifat lunak
2.2.3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir atau yang terkumpul di cekungan
di permukaan bumi yang berasal dari mata air, air hujan, atau lelehan salju yang
mencair. Air permukaan banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara
lain untuk diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, pembangkit listrik, industri,
dan sebagainya. Pada umumnya terdapat berbagai pengotoran pada air permukaan
selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, pelapukan batang-batang kayu,
daun-daun, limbah industri perkotaan dan sebagainya.
Beberapa pencemaran ini, untuk masing-masing air permukaan
berbeda-beda, tergantung pada daerah yang menjadi tempat mengalirnya air permukaan
ini. Jenis pencemarannya dapat berupa pengotoran kimia, fisika, dan bakteri.
(Sutrisno,2004)
Air permukaan yang mengalir disebut dengan air sungai. Air sungai akan
mengalir dari hulu (mata air) ke hilir (muara) karena pengaruh kemiringan
permukaan bumi. Secara fisik, air sungai terlihat berwarna cokelat dengan tingkat
kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan pasir, lumpur, pelapukan kayu,
dan pencemar lainnya. Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitar aliran sungai. Secara umum, kualitas air sungai di daerah hilir (muara)
lebih rendah dibandingkan di daerah hulu (mata air). Hal ini terjadi akibat limbah
industri dan limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai akan
terkumpul di muara sungai. Akibatnya secara kualitas fisika, kimia, maupun
biologi, air di daerah muara sungai sangat rendah dan tidak layak di jadikan bahan
Sementara air permukaan yang terkumpul pada cekungan di permukaan
bumi disebut air danau. Air danau dapat ditumbuhi berbagai macam alga,
tumbuhan seperti eceng gondok, dan berbagai ikan, terutama apabila air tersebut
mengandung banyak nutrient bagi pertumbuhannya, kesemuanya ini sangat
mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air danau juga terpengaruh oleh
cuaca, dan tergantung kedalamannya. (Slamet, 1994)
Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya
kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali
(anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air akan
tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2. (Effendy, 2003)
Untuk pengambilan air danau, sebaiknya pada kedalaman tertentu di
tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula
dengan lumut yang ada di permukaan air. (Sutrisno, 2004)
2.2.4. Air Tanah
Menurut (Sutrisno, 2004), air tanah terbagi atas:
1. Air tanah dangkal
2. Air tanah dalam
3. Mata air
2.2.4.1. Air Tanah Dangkal
Air tanah terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpur akan tertahan oleh penyaringan lapisan tanah, demikian pula dengan
sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah.
(Sutrisno, 2004)
Air tanah dangkal dapat berkualitas baik jika tanah di sekitarnya tidak
tercemar, oleh karenanya air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya karena
banyak zat yang terlarut ataupun tersuspensi di dalamnya. (Slamet, 1994)
2.2.4.2. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi
biologinya, karena selama pengalirannya air tanah mengalami penyaringan
alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di
dalamnya. (Slamet, 1994)
2.2.4.3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, tidak terpengaruhi oleh musim dan
kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam. (Sutrisno, 2004)
2.3. Pembagian Air Berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis air maka air digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Air kotor/air tercemar
Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan
disebut air kotor/tercemar.
2. Air bersih
Air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologinya
belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air
3. Air minum
Air minum ialah air yang sudah terpenuhi sifat fisik, kimia, maupun
bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi
maksimum meliputi kekeruhan, kandungan zat kimia organik/anorganik,
dan jumlah bakteri coliform.
2.4. Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat
mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu
kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak digunakan.
2.4.1. Karateristik Fisika Air
Karakter fisik air ialah karakter pada air yang dapat terlihat langsung
melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air
tersebut. Karakteristik fisik air meliputi:
1. Kekeruhan
Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh bahan buangan industri.
2. Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.
Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
3. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan
tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik
serta tumbuhan.
4. Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya mikroorganisme dalam air
seperti alga, senyawa H2S yang terbentuk dalam keadaan anaerobik, dan
oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
2.4.2. Karakteristik Kimia Air
Karakteristik kimia air meliputi banyaknya senyawa kimia yang terdapat
di dalam air, sebagian diantaranya berasal dari alam secara alamiah dan sebagian
lagi sebagai kontribusi aktivitas makhluk hidup. Karakteristik kimia air meliputi:
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air,
dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik
dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut
dipengaruhi pH.
2. DO (Dissolved Oxigen)
DO adalah jumlah oksigen terlarut yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air
semakin baik.
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di
dalam air secara biologi.
4. COD (Chemical Oxigen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan organik secara kimia.
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempersulit efektifitas pemakaian sabun,
namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam
pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya
kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa
disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
6. Senyawa-senyawa kimia yang racun
Kehadiran unsur arsen pada dosis yang rendah sudah merupakan racun
terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0.05
mg/l). Sementara kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan
bau ligan, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh
oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia. (Farida, 2002)
2.4.3. Karakteristik Biologis Air
Berbagai macam organisme hidup dalam air lebih banyak ditemukan pada
air permukaan daripada air tanah, karena proses penyaringan oleh lapisan tanah.
Jenis-jenis organisme yang terdapat dalam air meliputi organisme mikroskopik
Organisme mikroskopik seperti bakteri dan coliform dapat ditemukan
dalam air. Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak memiliki
klorofil, berkembangbiak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner,
sebagian besar (± 80%) berbentuk batang. Secara umum hidupnya saprofitik pada
sisa buangan hewan atau tanaman yang sudah mati, ada juga yang bersifat
parasitik pada hewan dan manusia sehingga dapat menyebabkan penyakit.
Coliform tidak termasuk dalam
untuk menyebutkan kelompok mikroorganisme yang berada di air. Pada keadaan
normal, coliform terdapat di air dalam jumlah standar dan dapat diukur, namun
bila terjadi pencemaran air, jumlah coliform akan menjadi sangat banyak dan
dapat melebihi jumlah bakteri patogen lain. Oleh karena itu, coliform dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran air. Coliform memproduksi
bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila
jumlahnya berlebih dalam tubuh.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no. 492/MENKES/PER/2010, coliform
tidak boleh terdapat di dalam air minum.
Organisme mikroskopik lainnya seperti; jamur, alga, dan virus juga
terdapat di dalam air. Jamur adalah tanaman yang dapat tumbuh tanpa sinar
matahari dan pada waktu tertentu dapat merajalela pada pipa-pipa air, sehingga
menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. (Linsley, 1991). Sementara alga
adalah tumbuhan kecil yang hidup di air yang jika dalam jumlah yang besar dapat
dapat dikontrol dengan penambahan tembaga sulfat. Dan virus adalah
mikrooganisme penyebab infeksi dan ukurannya lebih kecil dari bakteri. Virus
dalam air biasanya dikendalikan dengan klorinasi dikombinasikan dengan proses
penonaktifan virus. (Suripin, 2002)
Organisme makroskopik seperti ganggang dan rumput laut dapat
menurunkan kualitas air dalam hal rasa, warna, dan bau, namun dapat dihilangkan
dalam proses purifikasi. Keberadaan ikan dalam air dapat mengendalikan
pertumbuhan organisme mikroskopik ataupun mikroskopik. (Suripin, 2002)
2.5. Proses Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
2.5.1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu
di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung
air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar
sungai) dan tinggi ± 4m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel)
berupa saluran penyadap lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur
ketinggian air masuk ke intake.
2.5.2. Intake
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan
kasar) berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan
fine screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya
kotoran-kotoran maupun sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing
penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan
secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.
2.5.3. Raw Water Tank (Bak Air Baku)
Raw water tank (bak air baku) merupakan bangunan yang dibangun
setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 50 m x 25 m,
tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlate gate,
sluice gate dan pintu bilas 2 buah.
Raw water tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel
kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi
(pengendapan alamiah). Di IPA Sunggal volume air baku pada 2 RWT ± 1.400
m3. Waktu pengendapan (detention time) untuk air baku yang akan diolah di RWT
IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbiditi
yang lebih rendah.
2.5.4. Raw Water Pump (Pompa Air Baku)
Raw water pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air dari
RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap
pompa air baku 110 liter/detik dengan rata-rata head 18 m memakai motor AC
nominal daya 75 KW. Pada Raw water pump (RWP) dilakukan prechlorination
yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik, anorganik, dan mengendalikan
pertumbuhan lumut (alga) juga menghilangkan polutan-polutan lainnya.
2.5.5. Clarifier (Bak Penjernih)
Bangunan clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing
bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Clearator dilengkapi dengan
agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan
flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara
otomatis.
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut
yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:
1. Primary Reaction Zone
2. Secondary Reaction Zone
3. Return Reaction Zone
4. Clarification Reaction Zone
5. Concentrator.
2.5.6. Filter
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
penyaringan flok–flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan (lolos)
dari clearator. Media filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya
berlangsung secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter)
berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0.75 KW. Filter
ini berfungsi untuk menyaring turbiditi melalui pelekatan pada media filter.
Dimensi tiap filter yaitu 8.25 m X 4 m X 6.25 m. Tinggi maksimum
permukaan air adalah 5.05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan
sebagi berikut :
1. Pasir kwarsa, diameter 0.5 mm – 1.5 mm dengan ketebalan 60 cm
3. Kerikil halus, diameter 4.57 mm – 6.3 mm dengan ketebalan 10 cm
4. Kerikil sedang, diameter 6.3 mm – 10 mm dengan ketebalan 10 cm
5. Kerikil sedang, diameter 10 mm – 20 mm dengan ketebalan 10 cm
6. Kerikil kasar, diameter 20 mm – 40 mm dengan ketebalan 20 cm
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok
yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas
media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media
filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian
media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air
yang di-supply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan
kembali fungsi filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk backwash untuk satu
buah filter adalah 200-300 m3 dan backwash dilakukan 1 x 24 – 72 jam,
tergantung pada lancar tidaknya penyaringan.
2.5.7. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 4 m yang
berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga
berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke
reservoir dibubuhi chlor disebut post chlorination yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh
bertujuan untuk menetralisasi pH air. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1
2.5.8. Finish Water Pump (Pompa Air Bersih)
Finish Water Pump (pompa air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan
air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang
melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas 150
l/detik.
2.5.9. Lagoon
Lagoon berfungsi untuk menampung semua air buangan bekas pencucian
sistem pengolahan untuk di daur ulang, dan kemudian di alirkan kembali ke RWT
untuk diproses kembali.
2.6. Aluminium
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa. Titik lebur
aluminium sekitar 659°C. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam
ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer. Ion-ion
aluminium (Al3+) membentuk garam-garam yang tidak berwarna dengan
anion-anion yang tak berwarna. Garam-garam halida, nitrat, dan sulfat dari aluminium
larut dalam air. (Vogel, 1985)
Salah satu senyawa aluminium adalah tawas (Al2(SO4)3).
Perusahaan-perusahaan pengolahan air biasanya menggunakan tawas (Al2(SO4)3) sebagai
koagulan untuk menjernihkan air. Tawas sangat efektif untuk mengendapkan
partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi karena tawas
yang dilarutkan dalam air mampu mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan
Konsentrasi aluminium yang tinggi dalam air dapat mengendap sebagai
Al(OH)3 yang dapat mempengaruhi kehidupan dalam air. Aluminium juga
memungkinkan gangguan neurologis pada manusia seperti penyakit Alzheimer.
(W.H.O, 1993)
2.7. Kolorimetri
Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran yang berdasarkan
diabsorbsinya cahaya oleh zat berwarna baik warna yang berasal dari zat itu
sendiri maupun warna yang terbentuk akibat reaksi dengan zat lain. (Khopkar,
2007)
Kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni:
1. Kolorimetri visual, dan
2. Kolorimetri fotolistrik.
Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya
digunakan sebagai sumber cahaya. Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu
instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna,
dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata.
Sementara itu, dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan
untuk mengukur intensitas cahaya. Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi
dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya
putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari
kaca, gelatin, dan sebagainya.
Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini
Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang
ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%.
Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan:
1. Kespesifikan reaksi warna.
Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik
(hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).
2. Kestabilan warna
Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup
stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan
pengambilan pembacaan yang tepat. Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan
kondisi eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.
3. Kejernihan larutan
Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan
maupun menyerap cahaya.
4. Kepekaan tinggi.
Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan
ditetapkan sangat kecil. (Basset, 1994)
2.8. Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri
Pada penetapan kadar aluminium secara kolorimetri ini digunakan metode
aluminon untuk pembentukan warna.
Metode aluminon merupakan metode yang umum digunakan untuk
menganalisis aluminium yang terdapat dalam air. Dalam metode ini menggunakan
stabilitas dari pereaksi. Alu ver 3 merupakan pereaksi yang berisi aluminon
dikombinasikan dengan buffer pH. Aluminon akan bereaksi dengan aluminium
yang terdapat dalam sampel membentuk pewarnaan merah jingga. Intensitas
warna yang terbentuk tergantung pada jumlah aluminium yang terdapat dalam
sampel.
Ascorbic acid (asam askorbat) ditambahkan terlebih dahulu sebelum
penambahan alu ver 3 untuk menghilangkan besi, karena besi dapat mengganggu
dan tidak boleh ada. Setelah penambahan alu ver 3, sampel dibagi 2 bagian.
Kemudian pada salah satu bagian tersebut ditambahkan bleaching 3 reagent
powder pillow dan campuran ini merupakan blanko. (http://www.hach.com)
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat
Peralatan yang digunakan adalah:
- Colorimeter DR/890 (Hach)
- Kuvet Hach Colorimeter (Hach)
- Erlenmeyer 100 ml (Pyrex)
- Pipet volum (Pyrex)
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
- Sampel air baku
- Sampel air reservoir I dan II
- Sampel air lagoon
- Alu ver 3 reagent powder pillow (Hach)
- Bleaching 3 reagent powder pillow (Hach)
- Ascorbic acid powder pillow (Hach)
3.3. Prosedur Kerja
- Ditekan “PRGM” dan tekan “1“ pada instrumen colorimeter DR/890 untuk
analisa aluminium
- Ditekan “ENTER“ layar akan menunjukkan mg/l al
- Dipipet 50 ml sampel air kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 1 bungkus ascorbid acid powder pillow kemudian diaduk
- Ditambahkan 1 bungkus alu ver 3 reagent kemudian diaduk hingga larut
- Ditekan “TIMER” kemudian “ENTER“, tunggu selama 3 menit.
- Diisi kuvet pertama sebagai sampel dan kuvet kedua sebagai blanko
masing-masing dengan 25 mL campuran diatas
- Ditambahkan 1 bungkus bleaching 3 reagent powder pillow pada kuvet
kedua.
- Ditekan “ENTER“ dikocok selama 30 detik
- Ditekan “ENTER“, tunggu selama 15 menit.
- Dimasukkan kuvet blanko ketempat sel dan tutup.
- Ditekan “ZERO“, kemudian layar akan menunjukkan 0.00 mg/l al.
- Dimasukkan kuvet sampel ketempat sel dan tutup.
- Ditekan “READ“ catat hasil analisa aluminium yang ditunjukkan pada
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil analisa kadar aluminium dalam sampel air baku, reservoir, dan
lagoon yang dilakukan di laboratorium pengendalian mutu, PDAM Tirtanadi IPA
Sunggal pada tanggal 23 Februari 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:
No Sampel Satuan Hasil Analisa
1
2
3
4
Air baku
Air reservoir I
Air reservoir II
Air lagoon mg/l mg/l mg/l mg/l 0.045 0.103 0.188 3.35 4.2. Pembahasan
Dari hasil analisis kadar aluminium di atas dapat dilihat adanya perbedaan
kadar Aluminium dalam air baku, air reservoir I, II, dan air lagoon.
Adanya perbedaan kadar aluminium pada air Baku, reservoir, dan lagoon
dikarenakan di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal menggunakan tawas/Al2(SO4)3
sebagai koagulan untuk menjernihkan air. Pada air baku belum ada penambahan
Al2(SO4)3, sehingga kadar aluminiumn dalam air baku sangat kecil berbeda
dengan air reservoir yang telah melewati proses penjernihan dalam clarifier
dengan penambahan Al2(SO4)3. Aluminium yang terdapat dalam air reservoir ini
diakibatkan oleh tidak semuanya aluminium dalam tawas yang diinjeksikan di
sehingga masih ada aluminium yang tersisa dan terlarut dalam air kemudian
terbawa melewati filter dan akhirnya masuk ke dalam reservoir.
Namun juga terdapat perbedaan kadar aluminium pada air reservoir I
dengan reservoir II, hal ini bisa saja terjadi karena adanya kontaminasi aluminium
dari pipa yang digunakan untuk mengalirkan air menuju reservoir II, mengingat
aluminium juga merupakan bahan untuk pembuatan pipa selain besi dan
kromium. Pipa-pipa yang menuju reservoir juga sudah sangat lama digunakan
oleh pihak PDAM IPA Sunggal sehingga pada bagian dalam pipa tersebut
mungkin sudah mengalami korosi karena pengaruh dari keasaman air dan
kemudian mengkontaminasi air yang melewati pipa tersebut.
Sementara itu kadar aluminium pada air lagoon paling tinggi karena
flok-flok yang terbentuk dan mengendap di clarifier langsung dibuang ke lagoon.
Selain itu flok-flok yang tertahan di filter juga dialirkan ke lagoon setelah
dilakukan proses backwash terlebih dahulu, sehingga semua flok-flok yang
terbentuk dari pengikatan aluminium dengan partikel halus akan terkumpul di
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Kadar Aluminium dalam Air Baku = 0.045 mg/l, Reservoir I = 0.103,
Reservoir II = 0.188, dan Lagoon = 3.35
- Kadar aluminium dalam air hasil olahan (reservoir) PDAM Tirtanadi IPA
Sunggal telah memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI no.
492/MENKES/PER/IV/2010 (kadar maksimum aluminium dalam air
minum = 0.2 mg/L).
5.2. Saran
- Sebaiknya PDAM Tirtanadi IPA Sunggal melakukan pembersihan atau
penggantian bila memungkinkan, pada pipa yang menuju reservoir II
karena kadar aluminium dalam reservoir II yang hampir mencapai ambang
batas yang diizinkan pemerintah.
- Sebaiknya PDAM Tirtanadi IPA Sunggal melakukan pemeriksaan kadar
aluminium setidaknya sekali dalam seminggu agar kualitas air yang
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, S.S. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Darmono. 2001. Logam dan Sisitem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Effendy, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Gabriel, J. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates
Hanum, Farida. 2002. Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air Minum.
Medan: Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
html-pengaruh-mikroorganisme-air. Diakses tanggal 21 Mei 2011
tanggal 19 Mei 2011
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Indonesia University
Press
Linsley, R.K., Franzini, J.B. 1995. Teknik Sumber Daya Air. Jilid 2 edisi ke-3.
Jakarta: Erlangga
Riyadi, Slamet. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda
Slamet, J. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Sunarya, Yayan. 2001. Pencemaran Air, Udara, dan Tanah. Bandung: Grafindo
Media Pratama
Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air .Yogyakarta: Andi
Sutrisno. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi V.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
World Health Organizaion. 1993. Guidelines for Drinking-water Quality. 2nd
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
I. PARAMETER WAJIB
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang
diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung
dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli
Jumlah per 100 ml sampel
0
2) Total Bakteri Koliform
Jumlah per 100 ml sampel
0
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0.01
2) Florida mg/l 1.5
3) Total Kromium mg/l 0.05
4) Kadmium mg/l 0.003
5) Nitrit, sebagai (NO2-) mg/l 3
6) Nitrat, sebagai (NO3-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0.07
8) Selenium mg/l 0.01
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan
dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum
yang diperbolehkan
b. Parameter Kimiawi
1. Aluminium mg/l 0.02
2. Besi mg/l 0.03
3. Kesadahan mg/l 500
4. Khlorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0.4
6. pH mg/l 6.5-8.5
7. Seng mg/l 3
8. Sulfat mg/l 250
9. Tembaga mg/l 2
10.Amonia mg/l 1.5
II. PARAMETER TAMBAHAN
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang
diperbolehkan
1 Kimiawi
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/l 0.001
Antimon mg/l 0.02
Barium mg/l 0.7
Boron mg/l 0.5
Molybdenum mg/l 0.07
Nikel mg/l 0.07
Sodium mg/l 200
Timbal mg/l 0.01
Uranium mg/l 0.015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
Deterjen mg/l 0.05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/l 0.004
Dichloromethane mg/l 0.02
1,2-Dichloromethane mg/l 0.05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethene mg/l 0.05
Trichloroethene mg/l 0.02
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang
diperbolehkan Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/l 0.01
Toluene mg/l 0.7
Xylene mg/l 0.5
Ethylbenzene mg/l 0.3
Styrene mg/l 0.02
Chlorinated benzene
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/l 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/l 0.3
Lain-lain
Di(2-ethylhexylheptane)phthalate mg/l 0.008
Acrylamide mg/l 0.0005
Ephichlorohydrin mg/l 0.0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0.0006
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) mg/l 0.6
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0.2
c. Pestisida
Alachlor mg/l 0.02
Aldicarb mg/l 0.01
Aldrin dan dieldrin mg/l 0.00003
Atrazine mg/l 0.002
Carbofuran mg/l 0.007
Chlordane mg/l 0.002
Choloroturon mg/l 0.03
DDT mg/l 0.001
1,2-Dibromo-3-cholorpropane (DBCP) mg/l 0.001
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/l 0.03
1,2-Dichloropropane mg/l 0.04
Isoproturon mg/l 0.009
Lindane mg/l 0.002
MCPA mg/l 0.002
Metoxychlor mg/l 0.02
Metolachlor mg/l 0.01
Molinate mg/l 0.006
Pendimethaline mg/l 0.02
Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0.009
Permethrin mg/l 0.3
Simazine mg/l 0.002
Trifluralin mg/l 0.02
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang
diperbolehkan
2,4-DB mg/l 0.09
Dichlorprop mg/l 0.1
Fenoprop mg/l 0.009
Mecoprop mg/l 0.001
2,4,5-Trichlorophenoxyacetic mg/l 0.009
d. Desinfektan dan hasil sampingannya
Desinfektan
Chlorine mg/l 5
Hasil sampingan
Bromate mg/l 0.01
Chlorate mg/l 0.7
Chlorite mg/l 0.7
Chlorophenols
2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6,-TCP) mg/l 0.2
Bromoform mg/l 0.1
Dibromochloromethane (DBCM) mg/l 0.1
Bromodichloromethane (BDCM) mg/l 0.06