PEMERIKSAAN SENYAWA HALOGEN DALAM AIR BAKU
DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI
IPA SUNGGAL
TUGAS AKHIR
OLEH:
SITI SALIMAH HARAHAP NIM 102410003
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASIDAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “PemeriksaanSenyawa Halogen
dalam Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program
StudiDiploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
ayahandaH.MursalHarahap dan ibunda tercintaHj.NurimahSiregar yang
telahmembesarkandanmendidik, memberikandukunganmoril, materildando’aserta
kepadasuamitercintaHabibisiregar, kakakdanabangpenulis yang selalumemotivasi.
Ucapanterimakasihjugapenulissampaikankepadaberbagaipihak, terutamakepada:
1. Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Koordinator Program
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
3. Drs.SaifulBahri, M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu,memberikanbimbingan dan saran hingga selesainya
Tugas Akhir ini.
4. Drs. ChairulAzharDalimunthe, M.Sc., Apt., selakuDosen Penasehat
Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis
5. Ir.Mawardiselaku Kepala Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi IPA
Sunggal.
6. BapakIwanSetiawan selaku Kepala Bagian PengendalianMutu dan
IbuCempakaselaku asisten IsertaBapakAdiselakuPegawai di PDAM
TIRTANADI IPA Sunggal.
7. Dosen – dosen Fakultas Farmasi beserta stafnya yang telah banyak
membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan di Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan.
8. Rekan - rekan angkatan 2010 Diploma III Analis Farmasi dan
Makananyang telah memberikan dorongan dan masukan dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak guna kesempurnaan Tugas Akhir inidansemogadapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukan.
Medan, Mei 2013
Penulis,
Examination of Halogen Compounds In Water and Raw Water Reservoir in IPA Tirtanadi Sunggal
Abstract
Water treatment is a process to produce drinking water that meets the requirements, so it is safe for consumption. Halogen compounds are chloride and residual chlorine in the chlorine gas is a chemical used in the disinfection process in water treatment. The purpose of this test is to determine the rate of chlorchlorida and waste found in the raw water reservoir and water taps Tirtanadi examined SUNGGAL IPA, and to determine whether the water reservoir to meet the requirements of the Regulation of the Minister of Health No.492/MENKES/PER/IV/2010 Date 19 April 2010 on Drinking Water Quality Requirements. Chloride content of the examination conducted by titrimetric method using pentiter 0.0141 N AgNO3 and K2CrO4 indicator 5%, while the examination of residual chlorine using a chlorine comparator and disks with Tetra Methyl Benzidine indicator.
Workup chloride and residual chlorine levels were performed on 27 February 2013 showed that the chloride levels in the raw water is 5.49 mg / l, while the chloride levels in the water reservoir R1 is 8.49 mg / l and R2 7.99 mg / l. Residual chlorine in the raw water was 0:15 mg / l, while the water reservoir R1 is 12:40 mg / l and R2 is 12:50 mg / l. The results obtained do not exceed the maximum limit of the requirements, so the drinking water were examined in Tirtanadi IPA No. Sunggal PERMENKES eligible.492 in 2010.
Pemeriksaan Senyawa Halogen Dalam Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
Abstrak
Pengolahan air merupakan suatu proses untuk menghasilkan air minum yang memenuhi peryaratan, sehingga aman untuk dikonsumsi. Senyawa Halogen yaitu chlorida dan sisa chlor pada gas klorin adalah bahan kimia yang digunakan pada proses desinfeksi pada pengolahan air. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar chlorida dan sisa chlor yang terdapat pada air baku dan air reservoir yang diperiksa di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal, dan untuk mengetahui apakah air reservoir memenuhi persyaratan pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pemeriksaan kadar chlorida dilakukan dengan metode titrimetri yang menggunakan pentiter AgNO3 0.0141 N dan indikator K2CrO4 5%, sedangkan pada pemeriksaan sisa chlor menggunakan alat komparator dan disk chlor dengan indikator Tetra Methyl Benzidine.
Hasil pemeriksaan kadar chlorida dan sisa chlor yang dilakukan pada tanggal 27 februari 2013 menunjukkan bahwa kadar chlorida pada air baku adalah 5.49 mg/l, sedangkan kadar chlorida pada air reservoir R1 adalah 8.49 mg/l dan R2 7.99 mg/l. Sisa chlor pada air baku adalah 0.15 mg/l, sedangkan pada air reservoir R1 adalah 0.40 mg/l dan R2 adalah 0.50 mg/l. Hasil yang diperoleh ini tidak melebihi ambang batas maksimal dari persyaratan, sehingga air minum yang diperiksa di PDAM Tirtanadi IPA sunggal memenuhi persyaratan PERMENKES No. 492 tahun 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
1.2.1 Tujuan ... 2
1.2.2 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Air ... 4
2.2 Sumber Air ... 5
2.2.1 Air Laut ... 5
2.2.2 Air Atmosfir, air materiologik ... 5
2.2.3 Air Permukaan ... 5
2.2.4 Air Tanah ... 6
2.3 Parameter Pemeriksaan Air Minum ... 7
2.3.2 Parameter Kimia ... 9
2.3.3 Parameter Mikrobiologi ... 11
2.3.4 Parameter Radioaktivitas ... 11
2.4 Pencemaran Air ... 12
2.5 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ... 15
2.6 Senyawa Halogen ... 19
2.6.1 Chlorida ... 19
2.6.2 SisaChlor ... 20
BAB III METODE PERCOBAAN ... 22
3.1 Tempat ... 22
3.2 Alat dan Bahan ... 22
3.2.1 Alat ... 22
3.2.2 Bahan ... 22
3.3 Prosedur ... 22
3.3.1 Analisis Sisa Chlor ... 22
3.3.2 Analisis Chlorida ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
4.1 Hasil ... 25
4.2 Pembahasan ... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. DataHasilPemeriksaanSisaChlor ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. PeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2011 ... 30
Lampiran 2. Perhitungan ... 31
Lampiran 3. Data Pemeriksaan Sisa Chlor ... 32
Examination of Halogen Compounds In Water and Raw Water Reservoir in IPA Tirtanadi Sunggal
Abstract
Water treatment is a process to produce drinking water that meets the requirements, so it is safe for consumption. Halogen compounds are chloride and residual chlorine in the chlorine gas is a chemical used in the disinfection process in water treatment. The purpose of this test is to determine the rate of chlorchlorida and waste found in the raw water reservoir and water taps Tirtanadi examined SUNGGAL IPA, and to determine whether the water reservoir to meet the requirements of the Regulation of the Minister of Health No.492/MENKES/PER/IV/2010 Date 19 April 2010 on Drinking Water Quality Requirements. Chloride content of the examination conducted by titrimetric method using pentiter 0.0141 N AgNO3 and K2CrO4 indicator 5%, while the examination of residual chlorine using a chlorine comparator and disks with Tetra Methyl Benzidine indicator.
Workup chloride and residual chlorine levels were performed on 27 February 2013 showed that the chloride levels in the raw water is 5.49 mg / l, while the chloride levels in the water reservoir R1 is 8.49 mg / l and R2 7.99 mg / l. Residual chlorine in the raw water was 0:15 mg / l, while the water reservoir R1 is 12:40 mg / l and R2 is 12:50 mg / l. The results obtained do not exceed the maximum limit of the requirements, so the drinking water were examined in Tirtanadi IPA No. Sunggal PERMENKES eligible.492 in 2010.
Pemeriksaan Senyawa Halogen Dalam Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
Abstrak
Pengolahan air merupakan suatu proses untuk menghasilkan air minum yang memenuhi peryaratan, sehingga aman untuk dikonsumsi. Senyawa Halogen yaitu chlorida dan sisa chlor pada gas klorin adalah bahan kimia yang digunakan pada proses desinfeksi pada pengolahan air. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar chlorida dan sisa chlor yang terdapat pada air baku dan air reservoir yang diperiksa di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal, dan untuk mengetahui apakah air reservoir memenuhi persyaratan pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pemeriksaan kadar chlorida dilakukan dengan metode titrimetri yang menggunakan pentiter AgNO3 0.0141 N dan indikator K2CrO4 5%, sedangkan pada pemeriksaan sisa chlor menggunakan alat komparator dan disk chlor dengan indikator Tetra Methyl Benzidine.
Hasil pemeriksaan kadar chlorida dan sisa chlor yang dilakukan pada tanggal 27 februari 2013 menunjukkan bahwa kadar chlorida pada air baku adalah 5.49 mg/l, sedangkan kadar chlorida pada air reservoir R1 adalah 8.49 mg/l dan R2 7.99 mg/l. Sisa chlor pada air baku adalah 0.15 mg/l, sedangkan pada air reservoir R1 adalah 0.40 mg/l dan R2 adalah 0.50 mg/l. Hasil yang diperoleh ini tidak melebihi ambang batas maksimal dari persyaratan, sehingga air minum yang diperiksa di PDAM Tirtanadi IPA sunggal memenuhi persyaratan PERMENKES No. 492 tahun 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak
akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih
sangat didambakan oleh manusia baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk
keperluan industri, untuk keberhasilan sanitasi kota, maupun untuk keperluan
pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 2001).
Fungsi air terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh
manusia itu sendiri. Sekitar 55-60% berat badan orang dewasa terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80% (Mulia, 2005).
Peningkatan kualitas air minum dengan cara mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai bahan baku air minum mutlak
diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan (Pandia,
2006).
Pengolahan air memiliki tiga tujuan yaitu untuk meningkatkan estetika
dari air agar dapat diterima oleh konsumen, untuk menghilangkan senyawa toksik
dan berbahaya dan untuk menghilangkan atau menonaktifkan organisme yang
menyebabkan penyakit yang ada di dalam air. Untuk mencapai tujuan tersebut,
PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal melakukan pengolahan
air yang air bakunya berasal dari sungai Belawan. Air sungai dapat mengandung
inorganik dan organik dimana salah satunya terdapat senyawa halogen seperti Cl-,
Br-, F- dan I-dimana senyawa halogen yang diperiksa di PDAM Tirtanadi IPA
sunggal adalah chlorida dan sisa chlor. pada proses pengolahan air dengan
menggunakan gas klorin sebagai desinfectan akan meninggalkan sisa chlor dan
ion klorida pada air reservoir yang jika melebihi ambang batas persyaratan dapat
menyebabkan air berasa asin dan dapat merusak pipa-pipa air.
Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan pengontrolan pemasukan
gas klorin pada tiap jam dengan memeriksa sisa chlor dan pada tiap bulannya
dilakukan pemeriksaan klorida sebagai quality control pada air reservoir yang
akan disalurkan pada konsumen.
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
- Untuk mengetahui kadar Chlorida dan Sisa Chlor yang terdapat pada air
baku dan air reservoir yang di periksa di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.
- Untuk mengetahui apakah air reservoir memenuhi persyaratan pada
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal
19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
1.2.2 Manfaat
- Dapat mengetahui kadar Chlorida dan Sisa Chlor yang terdapat pada air
- Dapat mengetahui apakah air reservoir memenuhi standart Peraturan
Menteri Kesehatan R.I No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010 Tanggal 19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air-per definsi ilmiah adalah senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumus
kimia H2O. Berdasarkan sifat fisiknya (secara fisika) terdapat tiga macam bentuk
air; yaitu air sebagai benda cair, air sebagai benda padat dan air sebagai benda gas
atau uap. Air berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya tergantung pada
waktu dan tempat serta temperaturnya (Kusnanto, 2001).
Ditinjau dari segi ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata–rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150–200 liter atau 35–40
galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).
Oleh karena itu, nilai air yang memenuhi syarat untuk kepentingan
kehidupan ditentukan berdasarkan syarat fisik, kimia dan biologis dari WHO,
APPHA (American Public Health Association) Amerika Serikat, atau Departemen
2.2 Sumber Air 2.2.1 Air Laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat
untuk air minum (Pandia, 2006).
2.2.2 Air Atmosfir, air materiologik
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran
udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya.
Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada
waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena
masih mengandung banyak kotoran (Sutrisno, 2010).
Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa
penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat
terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga
akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2010).
2.2.3 Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang – batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya
(Sutrisno, 2010).
1. Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno,
2010).
2. Air Rawa/Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat – zat
organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang
menyebabkan warna kuning cokelat. Dengan adanya pembusukan kadar zat
organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam
keadaaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur – unsur Fe dan Mn ini
akan larut. Pada permukaan air akan timbul algae (lumut) karena adanya sinar
matahari dan O2 (Sutrisno, 2010).
Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah –
tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan
lumut yang ada pada permukaan rawa / telaga (Sutrisno, 2010).
2.2.4 Air Tanah
1. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah
dangkal ini terdapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumber air minum, air
tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup dan
2. Air Tanah Dalam
Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam
tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara
100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapis air (Sutrisno, 2010).
3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim dan kualitas / kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno,
2010).
2.3. Parameter Pemeriksaan Air Minum
Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di
kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari
sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya
bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya
memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).
Persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia
dan parameter mikrobiologi yang terdapat dalam air minum tersebut.
2.3.1 Parameter Fisika 1. Warna
Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara visual
Kebanyakan metode yang dipakai pada pemeriksaan warna air di instalasi
pengolahan air menggunakan metode standar warna platina-cobalt dengan satuan
mg/l Pt-Co baik dilakukan dengan instrument colorimetri maupun yang lebih
sensitif yaitu spektrofotometri (Effendi, 2003).
2. Kekeruhan
Kekeruhan (turbidity) dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi,
seperti lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan
merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorbsi cahaya yang
melaluinya.
Ada 3 metode pengukuran kekeruhan :
a. Metode Nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik FTU atau N/TU)
b. Metode Hellige Turbidity (unit kekeruhan silika)
c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jackson)
Prinsip metode nefelometrik adalah perbandingan antara intensiti cahaya
yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensitas cahaya yang
dihamburkan oleh sesuatu larutan keruh standard pada kondisi yang sama. Makin
tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi pula kekeruhannya,
sebagai standar kekeruhan dipergunakan suspensi polimer formazin (Nainggolan,
2011).
3. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum dapat
melepaskan dahaga (Slamet, 2009).
4. Rasa dan Bau
Rasa air sering kali di hubungkan dengan bau air. Bau air dapat di
sebabkan oleh bahan – bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air
dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati (Nugroho, 2006).
2.3.2 Parameter Kimiawi 1. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa suatu larutan. pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar
dari 9,2 akan menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa
senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno,
2010).
2. Zat Padat Total (Total Solid)
Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu103-1050C (Joko, 2010).
3. Zat Organik
Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan
terjadinya perubahan sifat fisik dari air terutama dengan timbulnya warna, bau,
rasa dan kekeruhan yang dapat diketahui dengan menentukan angka
4. CO2 Agresif
CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil
dekomposisi zat organik yang dapat ditentukan dengan cara grafis dan analistis.
Penyimpangan terhadap standard konsentrasi maksimal CO2 agresif dalam air,
akan menyebabkan terjadinya korosifitas pada pipa-pipa logam (Sutrisno, 2010).
5. Kesadahan Total
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation)
logm valensi, misalnya Mg2+, Ca2+. Kesadahan total adalah kesadahan yang
disebabkan oleh adanya ion-ion Mg2+ dan Ca2+ secara bersama-sama. Air sadah
menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan mempunyai titik didih
lebih tinggi dibandingkan dengan air biasa (Joko, 2010).
6. Kandungan Logam
Arsenik, Barium, Cadmium, Chromium, Merkuri dan Selenium
merupakan logam beracun yang mempengaruhi organ bagian dalam manusia.
Timbal merusak sel darah merah, sistem saraf dan ginjal manusia. Tembaga
merupakan indikator terjadinya perkaratan. Konsentrasi Flour yang terlalu tinggi
dalam air minum dapat menimbulkan gangguan pada gigi. Nitrit dalam air minum
akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk Methemoglobin yang dapat
menyebabkan penyakit blue babis pada bayi (Mulia, 2005).
7. COD
COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik
sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen yang
terlarut dalam air. Pemeriksaan COD di perlukan untuk mengetahui kandungan
bahan organik yang terdapat dalam air (Alaerts, 1987).
8. BOD
BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis
(KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD
(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat
organik yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran yang terdapat dalam air (Alaerts, 1987).
2.3.3 Parameter Mikrobiologi
Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme
petunjuk (Indicator organism). Dalam laboratorium, istilah total coliform
(koliform tinja) menunjukkan bakteri coliform dari tinja, tanah atau sumber
alamiah lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk
mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum (Mulia, 2005).
2.3.4 Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan
kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan berupa kematian dan perubahan
Sinar Alpha, Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan menembus
jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus jaringan kulit dan Sinar Gamma
dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas
serta frekuensi dan luasnya pemaparan (Mulia, 2005).
2.4 Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 menyebutkan : “Pencemaran
air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya”.
Secara umum, pencemar air dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Mikroorganisme dalam air
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri,
virus, protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air
berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industry
peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya (Darmono, 2001).
2. Zat-zat Pengikat Oksigen
Oksigen terlarut ke air berasal dari proses difusi oksigen yang terdapat di
atmosfir dan dapat juga berasal dari proses fotosintesis tumbuhan hijau, alga dan
cyanobakteri yang terdapat di dalam air. Masuknya bahan organik seperti sisa
makanan menyebabkan peningkatan mikroorganisme pengurai di dalam air yang
dan akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen dalam air. Selanjutnya setelah
bahan organik habis dan mikroorganisme pengurai berkurang jumlahnya terjadi
lagi proses kenaikan oksigen terlarut di dalam air secara alamiah sehingga siklus
ini disebut dengan istilah Oxygen sag (Mulia, 2005).
3. Sedimen
Sedimen meliputi tanah dan pasir yang umumnya masuk ke badan air
akibat erosi atau banjir. Sedimen dapat mengakibatkan pendangkalan badan air,
Selain itu mengakibatkan terjadinya peningkatan kekeruhan air. Hal ini
menghambat penetrasi sinar matahari sehingga proses fotosintesis dalam air akan
terganggu yang dapat memperlambat laju penambahan oksigen terlarut dalam air
(Mulia, 2005).
4. Nutrisi / Unsur Hara
Nutrisi/unsur hara, khususnya nitrat dan posfat dapat mengakibatkan
peningkatan produktivitas primer perairan sebagai akibat pengayaan (enrichment)
air dengan nutrien/unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan disebut eutrofikasi.
Eutrofikasi menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air khususnya alga dan bakteri
secara melimpah. Hal ini menyebabkan badan air menjadi keruh dan bau. Selain
itu, bakteri dan alga yang tumbuh dipermukaan air dapat menghambat proses
aerasi (Mulia, 2005).
5. Pencemar Anorganik
Banyak pencemar anorganik seperti logam, garam, asam dan basa dapat
masuk ke badan air melalui proses alam ataupun sebagai akibat aktivitas manusia.
konsentrasi yang relatif kecil sudah dapat membahayakan makhluk hidup.
Keberadaan asam di dalam air umumnya berasal dari produk samping proses
industri seperti peleburan dan pelapisan logam (Mulia, 2005).
6. Zat Kimia Organik
Ribuan zat kimia organik digunakan di dalam industri kimia untuk
membuat pestisida, plastik, produk farmasi, pigmen dan produk lain yang kita
gunakan setiap hari. Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam
tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air
penerima berupa sungai yang jika tidak dapat mendegradasi insektisida dan air
tersebut akan digunakan sebagai air minum yang tentunya akan berbahaya bagi
kesehatan masyarkat (Soemirat, 2003).
7. Energi Panas
Manusia dapat menyebabkan perubahan temperatur pada badan air dengan
jalan membuang air limbah yang mengandung panas ke badan air penerima
seperti sungai dan danau yang menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut
dalam air. Air panas di lapisan atas dengan kadar oksigen yang lebih rendah ini
akan menghambat transfer oksigen ke lapisan dibawahnya (Mulia, 2005).
8. Zat Radioaktif
Pembuangan zat radioaktif ke lingkungan air secara langsung tidak
diperbolehkan, namun mengingat aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat
radioaktif pada berbagai bidang sudah begitu banyak maka tidak tertutup
kemungkinan bahwa zat radioaktif ikut terbawa ke lingkungan air. Pada kadar
menyebabkan gangguan proses pembelahan sel dan mengakibatkan rusaknya
kromosom. Pengaruh kronis yang muncul dalam jangka waktu yang lama dapat
terjadi pada genetik (sistem reproduksi) dan somatik atau sel tubuh (Mulia,
2005).
2.5 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
Unit-unit serta proses pengolahan air yang terdapat di PDAM Tirtanadi
IPA Sunggal adalah sebagai berikut:
1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu
di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung
air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m dan tinggi ± 4 m. Pada sisi
kanan bendungan, dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya
2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake. Bendungan
dibuat dengan sistem melintang.
2. Intake
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadap air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan
kasar) dan fine screen (saringan halus). Masing-masing saluran dilengkapi dengan
pintu ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan
maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik dan manual untuk
3. Raw Water Tank (RWT)
Raw water tank atau bak air baku merupakan bangunan yang dibangun
setelah intake yang berfungsi sebagai tempat sedimentasi (pengendapan alamiah)
dengan waktu pengendapan (detention time) kurang dari 15 menit agar
menghasilkan air baku dengan turbidity (kekeruhan) rendah. Di Raw Water Tank
ini terjadi penginjeksian klorin yang disebut prechlorination. Dosis klorin yang
diberikan adalan 2-3 g/m3 air, tergantung pada turbidity air.
4. Raw Water Pump (RWP)
Raw Water Pump atau pompa air baku berfungsi untuk memompakan air
dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas
setiap pompa adalah 110 l/detik dengan rata-rata 18 m, memakai motor AC
nominal 75 KW.
5. Clearator (Clarifier)
Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat
sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Hasil clearator dilengkapi dengan
agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan
flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara
otomatis.
Proses yang terdapat pada clearator adalah :
1. Primary Reaction Zone
2. Secondary Reaction Zone
3. Return Reaction Zone
5. Concentrator
Pada primary zone terjadi penginjeksian Alumunium Sulfat (alum/tawas,
Al2(SO4)3.18H2O) sehingga terjadi proses koagulasi atau proses pencampuran
koagulan dengan air baku dengan cepat dan merata. Untuk menentukan dosis
tawas yang tepat dalam proses terlebih dahulu dilakukan jar test di laboratorium,
sehingga diketahui dosis optimal pemakaian tawas.
Pada Secondary Zone terjadi proses flokulasi (pengumpulan flok-flok yang
lebih besar) akibat adanya pengadukan cepat dan pengadukan lambat dengan
menggunakan blade agitator. Sel secondary adalah inti dari clearator yang
terletak pada bagian tengah bangunan tersebut. Flok – flok akan melakukan
pengikatan kembali dengan butiran flok lainnya.
Pada return reaction zone, flok-flok yang terbentuk akan semakin besar
(sludge) dan pengaruh gaya gravitasi akan mengendap pada dasar clarifier. Sludge
yang mengendap akan dibuang ke lagoon secara automatic dan manual.
Pembuangan automatic disludge dilakukan satu kali sehari dengan melihat
turbidity sekunder pada setiap clarifier.
Pada clarification reaction zone terjadi pemisahan sludge dengan air
bersih.Air bersih akan terpisah ke atas menjadi kumpulan atau concentrator zone.
6. Filter
Filter ini berfungsi menyaring turbidity melalui pelekatan pada media
filter, proses back wash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan air
yang disupply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan
1 x 24 jam – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan. Air dan hasil
back wash dibuang ke lagoon.
7. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton dibawah tanah berdimensi 50 m x
40 m x 4 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah
melewati media filter dan sebagaitempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang
mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post chlorination) yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme pathogen dan penambahan larutan kapur jenuh
untuk menetralisasi pH air karena dengan adanya kandungan alum dalam air akan
membuat pH air bersifat asam. Kapur disalurkan dari saturator. Saturator adalah
sebuah tabung besar yang merupakan terminal larutan kapur untuk diinjeksikan ke
air hasil olahan.
8. Finish Water Pump (FWP)
Finish water pump (FWP) IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi
untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir
distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi lima
jalur dengan kapasitas 150 liter/detik.
9. Lagoon
Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengelohan dialirkan
ke lagoon untuk didaur ulang. Lagoon terdiri dari tiga sel. Sel pertama adalah
sebagai tempat lumpur . jika sel telah penuh, lumpur akan disedot ke atas dan
digunakan untuk menimbun tanah sekitar lagoon. Kemudian dialirkan ke sel
benjong ke sel ketiga. Dari sel ketiga, air lagoon tersebut akan dialirkan kembali
ke intake sehingga tidak ada air yang dibuang kembali ke badan air apabila sudah
memasuki intake.
2.6 Senyawa Halogen
Halogen merupakan senyawa yang bersifat oksidator seperti klorin,
bromine, dan yodin, kalium permanganat, dan sebagainya yang bersifat sebagai
desinfeksi (Joko, 2010).
2.6.1 Chlorida (Cl)
Konsentrasi 250 mg/l unsur ini dalam air merupakan batas maksimal
konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi dalam air
dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak dengan air bekas.
Chlorida mencapai air alam dengan banyak cara. Kemampuan melarutkan pada air
adalah untuk melarutkan chlorida dari humus (topsoil) dan lapisan-lapisan yang
lebih dalam (Sutrisno, 2010).
Percikan dari laut terbawa ke pedalaman sebagai tetesan atau sebagai
kristal-kristal garam kecil yang dihasilkan dari penguapan air dalam tetes-tetes
tersebut. Kotoran manusia khususnya urine, mengandung chlorida dalam jumlah
yang kira-kira sama dengan chlorida yang dikonsumsi lewat makanan dan air.
Jumlah ini rata-rata kira-kira 6 gr chlorida perorangan perhari dan menambah
jumlah Cl dalam air bekas (sewage) kira-kira 15 mg/l di atas konsentrasi dalam air
yang membawanya, di samping itu banyak air buangan dari industri yang
Chlorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi
manusia. US Public Health Service menyatakan bahwa chlorida hendaknya
dibatasi sampai 250 mg/l dalam air yang akan digunakan oleh umum. Sebelum
prosedur pemeriksaan bakteriologis berkembang percobaan kimia untuk chlorida
dan nitrogen dalam berbagai bentuk digunakan sebagai dasar dalam pendeteksian
kontaminasi air tanah oleh air bekas dan digunakan metode titrimetri dengan
argentometri metode mohr (Sutrisno, 2010).
Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan sebagai desinfectant. Unsur ini
apabila berikatan dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin, dan dapat
merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal chlorida dalam air yang ditetapkan
sebagai standar persyaratan oleh Dep.Kes RI adalah sebesar 200,0 mg/l sebagai
konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan 600,0 mg/l sebagai konsentrasi
maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno, 2010).
2.6.2 Sisa Chlor
Chlor sisa setelah tercapai break point itulah yang sering digunakan dalam
air untuk proses desinfeksi. Dengan demikian maka dosis chlor menjadi terlalu
tinggi. Penggunaan chlor yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terbentuknya
senyawa Tehalometan (merupakan hasil klorinasi dari sisa material humat) dan
organoklorin dan senyawa-senyawa ini bersifat karsinogenik (Joko, 2010).
Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan ke dalam air, yaitu
hidrolisis dan ionisasi.
Reaksi hidrolisis adalah: Cl2 + H2O HOCl + Cl- + H+
Diambil bersama-sama, konsentrasi dari asam hipoklorus dan ion
hipoklorit didefinisikan sebagai klorin bebas yang dapat diperoleh. Karena klorin
dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif dari pada ion
hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada nilai-nilai pH
yang asam (Linsley, 1986).
Secara umum, kebanyakan air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila
residu klorin bebas sebanyak kira-kira 0,2 mg/l diperoleh setelah klorinasi selama
10 menit. Residu klorin yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak,
klorin akan sangat efektif bila pH air rendah. Superklorinasi harus diikuti dengan
deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur dioksida atau dengan
melewatkan air yang bersangkutan melalui suatu filter butiran karbon yang
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat
Senyawa halogen yang diperiksa yaitu chlorida dan sisa chlor yang
dilakukan di laboratorium pengendalian mutu PDAM Tirtanadi Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Sunggal.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan adalah kuvet, disk chlor, komparator, buret,
erlenmeyer 250 ml, pipet volume 100 ml, dan pipet ukur 1 ml.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel (air baku dan air reservoir
PDAM Tirtanadi Sunggal), indikator Tetra Methyl Benzidine, larutan AgNO3
0,0141 N, dan larutan indikator K2CrO4 5%.
3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Analisis Sisa Chlor
- Diisi kuvet dengan air sampel ± 10 ml
- Ditambahkan 3-5 tetes indikator Tetra Methyl Benzidine
- Ditempatkan kuvet sampel di sebelah kanan tempat kuvet komparator
-Jika warna sampel sama atau mendekati sama maka nilai sisa chlor baca
pada disk komparator
-Jika warna sampel tidak sama dengan warna pada disk komparator, maka
dilihat nilai tengah atau median
-Ditampung sampel yang telah tercemar bahan kimia dalam wadah yang
aman
-Dicatat hasil pengukuran.
Catatan : Standard sisa chlor di reservoir 0,2-1,0 ppm
3.3.2 Analisis Chlorida
- Dipipet 100 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250
ml.
- Ditambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5%, diaduk hingga
homogen.
- Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai
dengan terbentuknya endapan yang berwarna merah kecoklatan dari
Ag2CrO4.
- Dicatat volume larutan AgNO3 yang digunakan. Dilakukan titrasi
blanko terhadap 100 ml air suling bebas klorida (titrasi blanko yang
biasanya memerlukan 0,2 ml sampai dengan 0,3 ml larutan AgNO3)
- Diulangi titrasi tersebut tiga kali (dengan titik akhir titrasi yang
konsisten), rata-ratakan volume AgNO3 yang diperoleh.
- Konsentrasi klorida di dalam air dihitung berdasarkan rumus
Mg/l Cl- = (A−B)xNx35,45x1000 V
Keterangan :
A = Volume larutan AgNO3 yang digunakan pada titrasi sampel (ml)
B = Volume larutan AgNO3 yang digunakan pada titrasi blanko (ml)
N = Normalitas larutan AgNO3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pemeriksaan Sisa Chlor
Hasil pemeriksaan sisa chlor pada sampel air baku dan air reservoir pada
tanggal 27 Februari di Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dengan
menggunakan alat Comparator Sisa Chlor dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Sisa Chlor Tanggal 27 Februari 2013
No Sampel Satuan *Kadar maks
4.1.2 Hasil Uji Kadar Chlorida
Hasil pemeriksaan chlorida pada sampel air baku dan air reservoir pada
tanggal 27 Februari di Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dengan
menggunakan metode titrimetri dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Pemeriksaan Sisa Chlor
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kadar sisa
chlor pada air baku sebesar 0.15 mg/l dan kadar sisa chlor pada air reservoir
dimana R1 sebesar 0.40 mg/l dan R2 0.50 mg/l. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa kadar sisa chlor air baku dan air reservoir masih pada rentang
batas maksimal yaitu 0.3-1.0 mg/l sehingga memenuhi persyaratan pada Peraturan
Menteri Kesehatan R.I No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010 Tanggal 19 April
2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Pada air baku terdapat sisa chlor yang lebih kecil dibanding kadar sisa
chlor pada air reservoir, hal tersebut dikarenakan pada proses pengolahan air
menggunakan desinfectan gas chlorin, dimana pada proses klorinasi tersebut akan
menghasilkan sisa chlor, sehingga kadar sisa chlor pada air reservoir bertambah,
tetapi kadarnya masih dikontrol agar tidak melebihi batas maksimal dengan
mengontrol debit gas klorin yang dipompakan dan memeriksa sisa chlor pada tiap
jam.
4.2.2 Pembahasan Pemeriksaan Chlorida
Dari hasil pemeriksaan chlorida dengan metode titrimetri dapat diketahui
kadar chlorida pada air baku sebesar 5.49 mg/l sedangkan kadar chlorida air
reservoir pada R1 sebesar 8.49 mg/l dan pada R2 sebesar 7.99 mg/l. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa kadar chlorida air baku dan air reservoir masih
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010 Tanggal
19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Pada air baku terdapat kadar chlorida yang lebih kecil dibanding kadar
chlorida pada air reservoir, hal tersebut dikarenakan pada proses klorinasi akan
terjadi reaksi hidrolisis ketika klorin dimasukkan ke dalam air maka akan
menghasilkan asam hipoklorus, Cl- dan H+. Dengan dihasilkannya Cl- maka kadar
chlorida pada air reservoir akan semakin bertambah. Tetapi kadar chlorida akan
terus dikontrol pada tiap bulannya dan dapat diprediksi dari kadar sisa chlor yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Kadar chlorida yang terdapat pada air baku adalah 5.49 mg/l, pada air
reservoir R1 8.49 mg/l dan R2 7.99 mg/l. Sedangkan kadar sisa chlor pada
air baku adalah 0.15 mg/l, pada air reservoir R1 0.40 mg/l dan R2 0.50
mg/l.
- Air reservoir memenuhi persyaratan pada Peraturan Menteri Kesehatan R.I
No. 492 / MENKES / PER / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
5.2 Saran
- Sebaiknya pada saat titrasi, dilakukan secara teliti dan cermat dalam melihat perubahan warna yang terjadi agar tidak melebihi titik akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alaert, G. (1987). Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 41-42.
Chandra, B. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 39, 42.
Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Penerbit UI Press. Hal. 29.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 61-62.
Joko, T. (2010). Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 10-11, 153.
Kusnanto, H. (2001). Planet Kita Kesehatan Kita. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 164.
Linsley, K.R. (1986). Teknik Sumber Daya Air. Surabaya: Erlangga. Hal. 129-130.
Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 58-63.
Nainggolan, S. (2011). Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press. Hal. 31, 39, 50.
Pandia, S. (2006). Teknologi Air dan Buangan Industri. Medan: USU Press. Hal. 6-7.
Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Hal. 65.
Slamet, J. (2009). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 12, 85.
Soemirat, J. (2003). Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 154.
Suriawiria, U. (2005). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, Bandung: Penerbit PT ALUMNI. Hal. 3–5.
Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Hal. 13-19, 27-40.
Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010
Persyaratan Kualitas Air Minum I. Parameter Wajib
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan 1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
II. Parameter Tambahan
No Jenis Parameter Satuan Kadar
maksimum
Carbon tetrachloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
c. Pestisida
Alachlor mg/l 0,02
Aldicarb mg/l 0,01
Aldrin dieldrin mg/l 0,00003
Atrazine mg/l 0,002
Carbofuran mg/l 0,007
Chlordane mg/l 0,0002
Chlorotoluron mg/l 0,03
DDT mg/l 0,001
1,2 – Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/l 0,001 2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4 – D) mg/l 0,03
1,2 – Dichloropropane mg/l 0,04
Isoproturon mg/l 0,009
Lindane mg/l 0,002
MCPA mg/l 0,002
Methoxychlor mg/l 0,02
Metolachlor mg/l 0,01
Molinate mg/l 0,006
Pendimethalin mg/l 0,02
Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009
Permethrin mg/l 0,3
Simazine mg/l 0,002
Trifluralin mg/l 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA
2,4 – DB mg/l 0,09
Dichlorprop mg/l 0,10
Fenoprop mg/l 0,009
Mecoprop mg/l 0,001
2,4,5 – Trichlorophenoxyacetic acid mg/l 0,009 d. Desinfektan dan Hasil sampingannya
Lampiran 2. Perhitungan
Data hasil pemeriksaan chlorida tanggal 27 februari 2013 pada:
1. Air Baku
A = 1,3 ml B = 0,2 ml
N = 0,0141N V = 100 ml
Mg/l Cl- = (A−B) xNx35,45x1000 V
= (1,3ml−0,2ml)x0,0141Nx35,45x1000
100ml
= 5,49 mg/l
2. Air Reservoir (R1)
A = 1,9 ml B = 0,2 ml
N = 0,0141N V = 100 ml
Mg/l Cl- = (1,9ml−0,2ml)x0,0141Nx35,45x1000
100ml
= 8,49 mg/l
3. Air Reservoir (R2)
A = 1,8 ml B = 0,2 ml
N = 0,0141N V = 100 ml
Mg/l Cl- = (1,8ml−0,2ml)x0,0141Nx35,45x1000
100ml
Lampiran 3
Lampiran 4. Gambar-gambar
1. Gas Chlorin 2. Komparator dan disk sisa chlor
3. Limbah hasil pengujian 4. Sampel air
11