• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kadar Permanganat Pada Air Reservoir Di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan Dengan Metode Titrimetri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kadar Permanganat Pada Air Reservoir Di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan Dengan Metode Titrimetri"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR PERMANGANAT PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL

MEDAN DENGAN METODE TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

ACEP SA'DULLAH 052401020

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISA KADAR PERMANGANAT PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL

MEDAN DENGAN METODE TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Program Diploma-3 Kimia Analis

ACEP SA’DULLAH 052401020

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR PERMANGANAT PADA AIR

RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL MEDAN

DENGAN METODE TITRIMETRI

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : ACEP SA’DULLAH

Nim : 052401020

Program Studi : DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di : Medan, Juli 2008

Disetujui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan Nst, MS

NIP. 131 459 466 NIP. 130 872 289 Dra. Yugia Muis, M.Si

(4)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR PERMANGANAT PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL MEDAN

DENGAN METODE TITRIMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul ANALISA

KADAR PERMANGANAT PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) SUNGGAL MEDAN DENGAN METODE TITRIMETRI yang disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program studi Diploma-3 Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan secara langsung di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan. Pada penjabaran setiap masalah penulis mencoba membuat secara sistematis. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh sebab itu penulis berharap kritik dan sarannnya yang bermanfaat guna menyempurnakan karya ilmiah ini.

(6)

ABSTRAK

(7)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

2.4 Proses Pengolahan Air 7

2.5 Penyedian Air Bersih 10

2.6 Permanganometri 11

2.6.1 Oksidasi Dengan Kalium Permanganat 12 2.6.2 Sumber Kesalahan Permanganometri 13

2.6.3 Zat Organik (Sebagai KMnO4) 15

2.6.4 Uji Nilai Permanganat 16

BAB 3 Metodologi 17

3.1 Alat dan Bahan 17

3.1.1 Alat – alat 17

3.1.2 Bahan – bahan 17

3.2 Prosedur Kerja 18

3.2.1 Pembuatan Larutan 18

3.2.1.1 Pembuatan Larutan Induk Kalium Permanganat

(KMnO4) 0,1 N 18

3.2.1.2 Pembuatan Larutan Baku Kalium Permanganat

(KMnO4) 0,01 N 18

3.2.1.3 Pembuatan Larutan Induk Asam Oksalat (H2C2O4)

0,1 N 18

3.2.1.4 Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat (H2C2O4)

0,01 N 18

3.2.1.5 Pembuatan Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 8 N 18 3.2.1.6 Pembuatan Kenormalan Larutan Baku Kalium

Permanganat (KMnO4) 19

3.2.2 Penentuan Kadar Permanganat 19

BAB 4 Data dan Pembahasan 21

4.1 Data 21

4.2 Pembahasan 22

(9)

5.1 Kesimpulan 23

5.2 Saran 23

Daftar Pustaka 24

(10)

ABSTRAK

(11)

ABSTRACT

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup. Air memegang peranan penting dalam pengembangan suatu komunitas karena penyediaan air yang dapat diandalkan merupakan persyaratan bagi terbentuknya suatu komunitas yang permanen. Tidak semua jenis air dapat digunakan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Untuk itu, dilakukan usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.

Karena kebutuhan air penting bagi kelangsungan hidup manusia, maka penyediaan air baik bagi segi kuantitas maupun kualitasnya mutlak diupayakan ditengah-tengah kehidupan manusia. Dari segi kuantitas ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan manusia baik secara individu maupun kelompok dan dari segi kualitasnya dapat memenuhi kriteria/standar air minum. Kualitas air minum perlu diperhatikan sebelum dikonsumsi sebab air yang tidak bersih atau kualitas rendah dapat merugikan manusia.

(13)

maka pengelolaan air menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.

Sumber air yang digunakan oleh PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan berasal dari Air Permukaaan Sungai Tuntungan yang berhulu di kecamatan Pancur Batu. Untuk itu diperlukan analisa kadar permanganat untuk mengetahui kualitas air bersih yang sesuai dengan standar kualitas air minum dengan menggunakan metode titrimetri.

1.2. Permasalahan

Sampai sejauh mana kadar permanganat pada air reservoir (air hasil olahan) yang dilakukan PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan apakah memenuhi standar kualitas air bersih.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kadar permanganat pada air reservoir (air hasil olahan) yang akan digunakan masyarakat.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Dengan mengetahui kadar permanganat pada air reservoir maka dapat mengetahui sejauh mana kualitas air bersih yang digunakan masyarakat.

- Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang pengaruh kadar permanganat yang terkandung didalam air minum.

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air dan Sifat-sifatnya

Air merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) yang berikatan dengan satu atom oksigen (O). Secara simbolik air dinyatakan dengan H2O. Ini berarti didalam air tidak pernah dalam kondisi yang benar-benar murni. Bahan-bahan yang larut selalu terdapat didalamnya, yang berasal dari tanah, udara dan dari metabolisme jasad-jasad didalam air. Bahkan air hujan pun mengandung sedikit sekali bahan-bahan organik dan anorganik serta jenuh akan gas-gas pada tekanan udara yang bersangkutan. Jumlah dan jenis garam yang larut seringkali menentukan suasana komunitas jasad di suatu perairan.

Pengaruhnya terhadap lingkungan yang ada didalamnya, yaitu :

a. Dengan sifat-sifat fisiknya yaitu sebagai medium tempat hidup tumbuh-tumbuan dan hewan.

b. Dengan sifat-sifat kimianya sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi bahan-bahan organik oleh tumbuh-tumbuhan dengan produksi primernya. (Gufron, M., 2007)

.

2.2. Sumber Air a. Air laut

(15)

b. Air atmosfir

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada penampungan air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak reservoir, sehingga hal ini akan menyebabkan terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

c. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotornya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.

Air permukaan ada 2 macam yaitu : 1. Air sungai

(16)

2. Air rawa/danau.

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning yang coklat.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya dalam kedalaman tertentu ditengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada permukaan rawa/telaga.

d. Air tanah

Air tanah terbagi atas : 1. Air tanah dangkal

(17)

2. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapisan air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis . Jika air tak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. Kualitas pada air tanah pada umumnya mencukupi (tergantung pada lapisan keadaan tanah) dan sedikit pengaruh oleh perubahan musim.

3. Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah, mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. (Sutrisno,C.T.,2006)

2.3. Syarat-Syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan beberapa standar disetiap negara menurut : - Kondisi negara masing-masing

- Perkembangan ilmu pengetahuan - Perkembangan teknologi.

Dengan demikian dikenal beberapa standar air minum : 1. American Drinking Water Standard

(18)

Dari segi kualitas air minum harus memenuhi : a. Syarat fisik

Adapun syarat-syarat fisik yang ditentukan, yaitu : - Air tak boleh berwarna

- Air tak boleh berasa - Air tak boleh berbau

- Suhu air hendaknya (suhu udara ± 3o C) - Air harus jernih.

b. Syarat kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. (Sutrisno,C,T., 2006) c. Syarat biologi

Kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah Coli didalamya, yaitu air minum dan untuk air lainnya. Penentuan kehadiran mikroba didalam air, berdasarkan kebutuhannya untuk mengetahui ada tidaknya jenis yang berbahaya sebagai penyebab penyakit, penghasil toksin dan penyebab pencemaran air. (Suriawiria,U.,1993)

2.4. Proses pengolahan air

1. Bendungan

(19)

2. Intake (tempat masuknya air baku)

Bendungan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar

screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk

mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan air masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari dua buah unit. Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m, dilengkapi dengan dua bua

outlet gate dan pintu bilas dua buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur

dan pasir yang bersifat sedimen. 4. Raw Water Pump (RWP)

RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWP ke splitter

box (tempat pembubuhan koagulan) berupa alum, dengan dosis normal rata-rata 20 –

25 g/m3 air dan pendistribusian air kemasing-masing clearator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku.

5. Clearator (proses penjernihan air)

(20)

6. Filter (penyaringan)

Dari clearator dilairkan ke filter untuk menyaring kekeruhan berupa flok-flok halus dan kotoran-kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter. Dimensi masing-masing filter ini adalah lebar 4 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, tebal media filter 114 cm, dengan lapisan-lapisan sebagai berikut :

a. Pasir kwarsa, 0,45 – 1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm. b. Pasir kwarsa, 1,80 – 2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm. c. Kerikil halus, 4,75 – 6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. d. Kerikil sedang, 6,30 – 10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. e. Kerikil kasar, 20,00 – 40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan elektromotor.

7. Reservoir (tempat penampung air bersih)

Reservoir ini berupa bendungan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m dan tinggi 7 m berfungsi untuk menampung air bersih atau air hasil olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian di distribusikan kepelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi berbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh (soda ash).

8. Finish Water Pump (FWP)

(21)

9. Sludge lagoon (tempat penampungan air buangan)

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa sludge lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

10. Monitoring System (sistem pengawasan)

Metode pengawasan selama proses pengolahan dimasing-masing unit oleh petugas dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku. (Katalog PDAM Tirtanadi Medan)

2.5. Penyediaan Air Bersih

Upaya penyediaan air bersih, khususnya pada daerah yang berpenduduk padat dan daerah yang sulit memperoleh air dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber air yang diolah dengan teknik tertentu.

Secara umum untuk berbagai pemanfaatan ditetapkan adanya peraturan pemerintah R.I. (24/LA-18/1981) tentang kriteria dan standar kualitas nasional yang membagi air dan kegunaannya dalam empat golongan yaitu :

a. Golongan A

(22)

b. Golongan B

Air baku yang baik untuk air minum maupun rumah tangga serta dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya namun tidak sesuai dengan golongan A

c. Golongan C

Air baku yang baik untuk kepentingan perikanan dan peternakan serta masih dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, akan tetapi tidak sesuai seperti golongan A dan B.

d. Golongan D

Air baku untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri listrik, tenaga air, serta untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan golongan A, B, dan C. (Ryadi, A.,1996).

2.6. Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:

1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. 2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring,

(23)

berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

2.6.1. Oksidasi Dengan Kalium Permanganat

Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat ini paling mula diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II), dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O

Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu 158,03/5, atau 31,606. Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah 1,51 volt, maka ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yang kuat.

Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :

2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan mangan oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan. (Vogel,A.I.,1994)

Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena : 2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+

(24)

Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksidasi dengan cara : 4MnO4- + 2H2O 4MnO2 + 3O2 + 4OH-

Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2. MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat auto-katalitik. Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya MnO2. KMnO4 dapat distandarkan terhadap H2C2O4 :

2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O (Khopkar,S.M.,2003)

2.6.2. Sumber Kesalahan Permanganometri

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu

yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitasi coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ :

MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O

5MnO2 + 4H+

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.

H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2↑

(25)

Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis:

MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengalami titik akhir titrasinya.

Reaksi dalam suasana netral yaitu :

MnO4- + 4H+ + e MnO4 + 2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan dalam suasana alkalis :

MnO4- + e MnO4

2-MnO42- + 2H2O + 2e MnO2 + 4OH -MnO4- + 2H2O + 3e MnO2 + 4OH-

Larutan ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumlah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya dipenangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi yang telah dimurnikan atau melalui kain saring dari kaca maser.

(26)

pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya endapan sejumlah MnO2. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat, jejak-jejak dari MnO2 yang ada dalam permanganat atau dari agen-agen pereduksi didalam air mengarah kepada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui gelas yang disenter untuk menghilangkan MnO2.. (http://medicafarma.bogspot.com/2008/04/permanganometri.html)

2.6.3. Zat Organik (Sebagai KMnO4)

Zat organik yang terdapat di alam bisa berasal dari :

a. Alam misalnya minyak, tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alkohol, selulosa, gula, pati dan sebagainya.

b. Sintesa misalnya berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik.

c. Fermentasi misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan organik.

Dengan melihat proses asal terjadinya bahan-bahan organik tersebut dapat diketahui bahwa sumber utama dari bahan-bahan tersebut adalah kegiatan-kegiatan rumah tangga dan proses-proses industri, tanpa mengkesampingkan adanya bahan-bahan organik yang berasal dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pertanian, peternakan dan pertambangan.

(27)

kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya. Walaupun KMnO4 sebagai oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaanya. Standar kandungan bahan organik dalam air-minum menurut Dep. Kes. R.I. maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini adalah timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum, dan dapat menyebabkan sakit perut. (Sutrisno,C.T., 2006)

2.6.4. Uji Nilai Permanganat

Nilai permanganat adalah jumlah miligram kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam 1000 ml air pada kondisi mendidih. Penentuan nilai permanganat dengan metode oksidasi suasana asam dalam contoh air yang mempunyai kadar klorida kurang dari 300 mg/L Cl-. Prinsip pengujian adalah zat organik didalam air dioksidasi dengan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Menurut reaksi :

a. Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam sebagai berikut :

2KMnO4 + 3H2SO4 2MnSO4 + K2SO4 + 5On + 3H2O b. Oksidasi KMnO4 dalam kondisi basa sebagai berikut :

2KMnO4 + H2O 2MnO2 + 2KOH + 3On + 3H2O c. Zat organik dapat dioksidasi dengan reaksi sebagai berikut :

(28)

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat

- Pemanas listrik yang dilengkapi dengan pengatur suhu - Stopwatch

- Buret pyrex - Erlenmeyer pyrex - Labu ukur pyrex - Beaker glass pyrex - Pipet volume pyrex - Pipet tetes

- Botol Aquades

3.1.2. Bahan-bahan

- Air reservoir I - Air reservoir II - Aquades

- Larutan asam sulfat (H2SO4) 8 N

- Larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N dan 0,01 N

(29)

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1. Pembuatan Larutan

3.2.1.1. Pembuatan Larutan Induk Kalium Permanganat (KMnO4) 0,1 N

- Dilarutkan 3,16 gram kalium permanganat dengan aquades dan dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL

- Diencerkan sampai garis batas

- Disimpan dalam botol sebelum digunakan

3.2.1.2. Pembuatan Larutan Baku Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01 N

- Dipipet 10 mL larutan induk kalium permanganat 0,1 N dan masukkan kedalam labu ukur 100 mL

- Diencerkan dengan aquades sampai garis batas

3.2.1.3. Pembuatan Larutan Induk Asam Oksalat (H2C2O4) 0,1 N

- Dilarutkan 6,30 gram H2C2O4.2H2O dengan aquades dan dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL

- Diencerkan dengan aquades sampai garis batas - Disimpan dalam botol

3.2.1.4. Pembuatan larutan Baku Asam Oksalat (H2C2O4) 0,01 N

- Dipipet 10 mL larutan induk asam oksalat 0,1 N dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL

- Diencerkan dengan aquades sampai garis batas

3.2.1.5. Pembuatan larutan Asam Sulfat (H2SO4) 8 N

- Diukur 222 mL H2SO4 pekat dan dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL yang telah diisi beberapa mL aquades, ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 1000 mL

(30)

- Ditambahkan beberapa tetes KMnO4 0,01 N sampai terjadi warna merah muda

- Dipanaskan pada suhu 80o C selama 10 menit, bila warna merah muda hilang setelah pemanasan ditambahkan kembali KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda

3.2.1.6. Penetapan Kenormalan Larutan Baku Kalium Permanganat (KMnO4)

- Dipipet 100 mL aquades secara duplo dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 300 mL. Dipanaskan hingga 70o C

- Ditambahkan 5 mL larutan asam sulfat 8 N

- Ditambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N menggunakan pipet volume

- Dititrasi dengan larutan baku kalium permanganat 0,01 N sampai warna merah muda dan dicatat volume pemakaian

- Dihitung normalitas larutan baku kalium permanganat dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2

Keterangan :

V1 = Larutan baku asam oksalat (mL)

V2 = Larutan baku kalium permanganat yang digunakan (mL) N1 = Normalitas larutan baku asam oksalat (N)

N2 = Normalitas larutan baku kalium permanganat yang dicari (N)

3.2.2. Penentuan Kadar Permanganat

- Dipipet 100 mL air reservoir secara duplo dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 300 ml serta dimasukkan 3 butir batu didih

(31)

- Dipipet 5 mL asam sulfat 8 N dan dimasukkan kedalam erlenmeyer

- Dipanaskan diatas pemanas listrik yang telah dipanaskan pada suhu 105oC. Bila terdapat bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit

- Dipipet 10 mL larutan baku kalium permanganat 0,01 N kedalam erlenmeyer - Dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit

- Dipipet 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N dan dimasukkan kedalam erlenmeyer

- Dititrasi dengan larutan baku kalium permanganat 0,01 N hingga warna merah muda

- Dicatat volume pemakaian larutan baku kalium permanganat

- Apabila perbedaan pemakaian larutan baku kalium permanganat secara duplo lebih dari 0,1 mL diulangi pengujian. Apabila kurang atau sama dengan 0,1 mL rata-ratakan hasilnya untuk perhitungan nilai permanganat.

Perhitungan Kadar Permanganat : KMnO4 (mg/L) =

D

{(10 + A) B – (10 x C)} 1 x 31,6 x 1000 x f Keterangan :

A = Volume larutan kalium baku permanganat yang digunakan dalam titrasi (mL) B = Normalitas larutan baku kalium permanganat yang sebenarnya (N)

C = Normalitas asam oksalat (N) D = Volume contoh (mL)

(32)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

(33)

4.2. Pembahasan

Kadar permanganat pada air reservoir (air hasil olahan) yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan pada pemeriksaan tanggal 08 Januari 2008 yaitu pada reservoir I dan reservoir II adalah 3,39 mg/L dan 4,05 mg/L berada dalam batas yang yang ditentukan oleh Standar Kualitas Air Minum yang tertera pada Per. Men. Kes. no.01/BIRHUKMAS/1975 dan Per. Men. Kes. no.416/MenKes/Per/IX/1990 maksimal yang dibolehkan adalah 10 mg/L. Dalam pengolahan air reservoir ini kadar permanganat kecil karena pada air baku zat organik yang terkandung sedikit.

(34)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kadar permanganat yang diperoleh tanggal 8 Januari 2008 pada reservoir I dan reservoir II adalah 3,39 mg/L dan 4,05 mg/L. Sedangkan tanggal 13 Februari 2008 pada reservoir I dan reservoir II adalah 7,24 mg/L dan 8,93 mg/L. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan diperoleh bahwa kadar permanganat memenuhi standar yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan no.01/BIRHUKMAS/1975 dan Peraturan Menteri Kesehatann no.416/MenKes/Per/IX/1990 tentang kualitas air minum maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L sehingga masih layak dikonsumsi oleh masyarakat.

5.2. Saran

Air sungai belawan yang menjadi sumber air baku perlu dijaga kelestariannya seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri didaerah sekitar sungai, agar proses pengolahannya berlangsung kontinu.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Gufron, M. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rhineka Cipta.

http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/permanganometri.html.

Katalog PDAM Tirtanadi Medan.

Khopkar,S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Ryadi,A. 1996. Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Karya Anda.

SNI 06 – 6989.22 – 2004.

Suriawiria, U. 1993. Mikrobiologi Air. Cetakan pertama. Edisi Kedua. Bandung: Alumni.

Sutrisno,C.T.2006. Teknologi Penyediaan Air bersih. Cetakan Keenam. Jakarta: Rhineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sisa klor dari gas klorin yang telah ditambahkan pada air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal Medan.. Pemeriksaan ini dilakukan

pH air reservoir pada PDAM Tirtanadi IPA Sunggal telah memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 karena masih

- Untuk mengetahui apakah kadar aluminium pada air reservoir PDAM. Tirtanadi IPA Sunggal telah memenuhi Persyaratan

PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis. 2) Untuk melihat hasil analisa dari air reservoir sesuai atau tidak dengan standar. mutu air Keputusan Menteri Kesehatan RI

ANALISA KADAR SENG (Zn) DAN KROMIUM (Cr) DIDALAM AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR SUNGGAL DENGAN METODE KOLORIMETRI..

Dari hasil uji yang telah dilakukan pada sampel air baku dan air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal didapatkan nilai kesadahan yang signifikan dan masih

Judul : Analisa Kesadahan Dari Air Baku Dan Air Reservoir Sungai Belawan Dengan Metode Titrimetri Menggunakan Digital Titrator Di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan

Reservoir Secara Spektrofotometri Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Instalasi Pengolahan Air Di Sunggal Medan.. Kategori :