• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

12 BAB II LANDASAN TEORI

A. Hukum Kepegawaian dalam Tata Hukum di Indonesia 1. Kedudukan Hukum Kepegawaian

Sistem hukum nasional secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) bidang pengaturan hukum, yaitu hukum perdata, hukum pidana dan hukum tata negara.21 Soediman Kartohadiprojo dalam buku Pengantar Tata Hukum Indonesia menyatakan bahwa yang menjadi isi pada KUHS (Kitab Undang-Undang Hukum Sipil),22 hukum perdata materiil ini ialah kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur hak-hak dan kewajiban perdata. Sedangkan hukum perdata formil, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur bagaimana caranya melaksanakan hak-hak dan kewajiban perdata tersebut.23

Hukum pidana adalah sebagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: 1) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi (sic) yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut;

2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang diancamkan; 3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.24

21 Rozali Abdullah, Hukum Kepegawaian, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.1986. hlm. 13-14.

22 Soediman Kartohadiprojo mengistilahkan Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) untuk Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).

23 Soediman Kartohadiprojo, Pengantar Tata Hukum Indonesia dikutip dari CST Kansil dan Christine ST Kansil, Modul Hukum Perdata (Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata), Ctk.

Keempat, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hlm. 1.

24 Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, 1987 dalam Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, Ctk kedua, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 5.

(2)

commit to user

13

Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara.25 Van Der Pot berpendapat, hukum tata negara adalah peraturan- peraturan yang menentukan badan-badan yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing, hubungannya satu dengan yang lainnya dan hubungannya dengan individu-individu (dalam kegiatannya).26

Menurut A.V. Dicey hukum tata negara mencakup semua peraturan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi distribusi atau pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat dalam negara.27 Hukum tata negara dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi daripada negara, hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan horisontal, serta kedudukan warga negara dan hak-hak azasinya.28

Oppenheim berpendapat, hukum tata negara diibaratkan sebagai kondisi negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in rust). Sedangkan hukum administrasi negara sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengikat badan-badan negara baik yang tinggi maupun yang rendah jika badan-badan itu mulai menggunakan wewenangnya yang ditentukan dalam hukum tata negara. Oleh Oppenheim, kondisi demikian diibaratkannya negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging).29

Menurut Van Vollenhoven, hukum tata negara mengatur semua masyarakat hukum atasan dan hukum bawahan menurut tingkatan- tingkatannya, yang masing-masing menentukan wilayah atau lingkungan rakyatnya sendiri-sendiri, dan menentukan badan-badan dalam lingkungan masyarakat hukum yang bersangkutan beserta fungsinya masing-masing

25 Logeman dalam Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Ctk. Kelima, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV. Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hlm. 25.

26 Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, ibid.

27 Jimly Asshidiqi, Pengantar Ilmu Tata negara (Jilid 1), Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hlm. 29.

28 Muh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, op cit, hlm. 29.

29 Jimly Ashiddiqie, Op Cit, hlm. 55.

(3)

commit to user

14

serta menentukan pula susunan dan kewenangan badan-badan yang dimaksud.30

Hukum administrasi negara (administratief recht) juga disebut dengan hukum tata usaha negara atau hukum tata pemerintahan.

Kusumadi Pudjosewojo31 mendefenisikan bahwa:

yang menentukan cara bagaimana negara sebagai penguasa itu menjalankan usaha-usaha untuk memenuhi tugas-tugasnya, atau cara bagaimana penguasaan itu seharusnya bertingkah laku dalam mengusahakan tugas-

Muchsan memberikan pendapat bahwa hukum administrasi negara adalah rangkaian aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara menjalankan tugasnya.32 Abdoel Djamali, dalam bukunya berjudul Pengantar Hukum Indonesia menyatakan bahwa:

mengatur administrasi, yaitu hubungan antar warga negara dan pemerintahnya yang menjadi sebab sampai negara itu berfungsi.

Maksudnya, merupakan gabungan petugas secara struktural berada di bawah pimpinan pemerintahan yang melaksanakan tugas sebagai bagiannya, yaitu bagian dari pekerjaan yang tidak ditujukan kepada lembaga legislatif, yudikatif, dan atau lembaga pemerintahan

33

Djoko Sutono berpendapat bahwa hukum administrasi negara sebagai hukum mengenai hubungan antara jabatan-jabatan negara satu sama lainnya serta hubungan hukum antara jabatan negara itu dengan para warga masyarakat.34

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara dikalangan para sarjana sebenarnya telah terdapat kesamaan pandangan bahwa antara hukum tata negara dan hukum administrasi negara memiliki keterkaitan yang erat, hukum tata negara dan hukum administrasi negara,

30 Christian Van Vollenhoven, Staatsrecht Oven Zee, dalam Jimly Assiddiqie, ibid. Hlm.24.

31 Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman pelajaran Tata Hukum Indonesai, Aksara Baru, Jakarta, 1976, hlm. 144.

32 Muchsan, Beberapa Catatan Tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 11.

33 Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, CV. Rajawali, Jakarta, 1984, hlm.104.

34 CST Kansil, Christine ST Kansil, Modul Hukum Administrasi Negara, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan Kedua, 2005, hlm. 21.

(4)

commit to user

15

merupakan dua jenis hukum yang dapat dibedakan akan tetapi tidak dapat dipisahkan yang satu dari yang lainnya.35 Amrah Muslimin menjelaskan bahwa keterkaitan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara disebabkan kedua bidang hukum memiliki obyek yang sama, yaitu gejala yang disebut Negara. Hukum Tata Negara mengatur pada umumnya struktur negara dan kewenangan dari pada organ-organ negara. Sedangkan Hukum Administrasi mengatur cara-cara organ-organ negara bertindak melakukan kewenangannya. Disebutkan juga bahwa kedua bidang hukum ini tidak dapat dipisahkan secara tajam.36

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara menurut Prajudi Atmosudirdjo37, adalah:

Tidak ada perbedaan yuridis prinsipil antara Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara. Menurut beliau, perbedaannya hanyalah terletak pada titik berat daripada pembahasannya. Dalam mempelajari Hukum Tata Negara kita membuat fokus terhadap konstitusi negara sebagai keseluruhan, sedangkan dalam membahas Hukum Administrasi Negara kita menitikberatkan perhatian kita secara khas kepada administrasi saja daripada negara. administrasi merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam Konstitusi Negara disamping legislasi, yudikasi dan eksaminasi. Dapatlah dikatakan, bahwa hubungan antara Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara adalah mirip dengan hubungan antara hukum dagang terhadap hukum perdata, dimana hukum dagang merupakan pengkhususan atau spesialisasi daripada hukum perikatan di dalam hukum perdata. Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu pengkhususan atau specialisasi daripada hukum Tata Negara yakni Van Vollenhoven menjelaskan keterkaitan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara, sebagai berikut:

hukum negara akan lumpuh, oleh karena badan ini tidak mempunyai wewenang apapun atau wewenangnya tidak berketentuan, dan badan pemerintah tanpa

35 Bahsan Mustafa, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hlm. 60.

36 Amrah Muslimin, Beberapa Azas-Azas dan Pengertian-Pengertian Pokok tentang Administrasi dan Hukum Administrasi, Alumni, Bandung 1980, hlm. 27.

37 C.S.T. Kansil, Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta 1986, hlm.

26-27.

(5)

commit to user

16

hukum administrasi negara akan bebas sepenuhnya, oleh karena badan ini dapat menjalankan wewenangnya menurut kehendaknya

38

Keterkaitan antara hukum tata negara, hukum administrasi negara dan hukum kepegawaian, dapat dijelaskan bahwa Hukum administrasi Negara dan Hukum Tata Negara mempunyai hubungan yang sangat erat, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. W.G Vegting mengemukakan bahwa:

satu bidang peraturan yang sama, tetapi cara pendekatan yang dipergunakan berbeda. Ilmu Hukum Tata Negara bertujuan untuk mengetahui tentang organisasi negara dan pengorganisasian alat-alat perlengkapan negara, sedangkan ilmu Hukum Administrasi Negara bertujuan untuk mengetahui tentang cara tingkah laku negara dan

alat- 39

Hukum Administrasi Negara sebagai hukum mengenai hubungan antara jabatan-jabatan negara satu sama lainnya serta hubungan hukum antara jabatan-jabatan negara itu dengan para warga masyarakat.40

Sebagai aturan hukum yang mengatur alat-alat administrasi negara dalam melaksanakan fungsinya, maka menimbulkan hubungan hukum (rechtsbetrekking) baik antara sesama alat administrasi negara maupun antara alat administrasi negara dengan pihak perseorangan (individu).

Hubungan-hubungan tersebut disalurkan dalam kaidah-kaidah hukum tertentu, dan kaidah-kaidah hukum inilah yang merupakan materi Hukum Administrasi Negara, yang pada prinsipnya berisikan:

a. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat- alat administrasi negara mengadakan kontrak satu sama lain;

b. Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat administrasi negara dengan para warganya.41

38 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta 2003, hlm. 34.

39 W.G Vegting Het Algemeen Nederland Administratiefrecht I, dikutip dari Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, CV. Rajawali, Jakarta, 1984, Hlm. 108.

40 Djoko Sutono dalam CST Kansil dan Christine ST Kansil, Modul Hukum Administrasi Negara, Ctk. Kedua, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, hlm. 21.

(6)

commit to user

17

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka hukum kepegawaian termasuk bagian dari hukum administrasi negara yaitu himpunan peraturan-peraturan yang mengatur aktivitas-aktivitas para pejabat pemerintah diserahi tugas dalam bidang kepegawaian.42 Hukum Kepegawaian masuk dalam ranah hukum administrasi negara, disebabkan karena dalam hukum kepegawaian merupakan keseluruhan aturan hukum yang berfungsi untuk menentukan bagaimana aparatur negara menjalankan tugasnya, serta bertingkah laku, sehingga dalam hal ini hukum kepegawaian mengatur tentang kedudukan, kewajiban, dan hak serta pembinaan pegawai sebagai suatu manajemen kepegawaian. Hukum Kepegawaian merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara yang bertindak pada Hukum Tata Negara.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengatur bahwa Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Hukum Kepegawaian terdapat dalam setiap bentuk peraturan perundang-undangan kecuali dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang tidak mengatur mengenai hukum kepegawaian di Indonesia.

2. Kebijakan Kepegawaian di Indonesia

Pengaturan pegawai di Indonesia sejak kemerdekaanya pada awalnya diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 tentang

41 Muchsan, Ibid. hlm. 11-12.

42 Victor M. Situmorang. Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, ctk. kedua, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 17.

(7)

commit to user

18

Menetapkan Undang-undang Darurat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-pegawai Republik Indonesia Serikat (Undang- Undang Darurat Nomor 25 dan 34 Tahun 1950) sebagai Undang-undang Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 78).

Pada tahun 1957 ditetapkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 13 Tahun 1957 (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 58) tentang Menambah Undang- undang Nomor 21 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 78) tentang "Menetapkan Undang-undang Darurat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-pegawai Republik Indonesia Serikat (Undang-undang Darurat Nomor 25 dan 34 Tahun 1950) sebagai Undang- undang Republik Indonesia", sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 100).

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1952 kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1961 tentang Perubahan Undang- undang Nomor 21 Tahun 1952 tentang Hak Mengangkat dan Memberhentikan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 259).

Pengaturan secara khusus terhadap masalah kepegawaian diawali pada tahun 1961 dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 263). Selain Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1952 berikut perubahannya dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 yang seluruhnya berhubungan dengan Pegawai Negeri, masih ada Undang- Undang yang mengatur pegawai negeri namun hanya beberapa segi pegawai negeri, tidak seluruhnya mengenai pegawai negeri, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sajana, yang mewajibkan setiap lulusan perguruaan tinggi untuk medaftarkan pada Departemen Tenaga Kerja, untuk kemudian disalurkan ke Jawatan Pemerintah dan Perusahaan-Perusahaan Negara yang memerlukan tenaga kerja sarjana.

(8)

commit to user

19

b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana memuat ketentuan tentang Pegawai Negeri tetapi hanya dalam hal mereka melakukan suatu tindak pidana, yang termasuk dalam kejahatan-kejahatan dan pelanggaran jabatan.

c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, untuk sebagian terbesar menyangkut pegawai negeri, tetapi juga hanya dalam hal melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut.

d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, mengatur masalah pegawai daerah dan pegawai negeri pusat yang dipekerjakan atau diperbantukan pada daerah otonom.

e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, mengatur bahwa Kepala kelurahan dan perangkat kelurahan lainnya mempunyai status sebagai Pegawai Negeri.43

Pemberlakuan manajemen PNS pada masa pemberlakuan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian secara umum bersifat sentralistik. Pengaturan hukum kepegawaian di Indonesia, menurut Utrecht, dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, menyebutkan bahwa hukum kepegawaian Indonesia masih diatur dalam peraturan- incidenteel -peraturan hukum administrasi negara kebiasaan (administratief gewoonterechtsregels) dan surat-surat edaran (rondschrijven) beberapa departemen (kementrian) dan dari Kepala Kantor Urusan Kepegawaian.44

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian, merupakan suatu kemajuan pengaturan dibidang kepegawaian. Undang-Undang ini bersamaan dengan pelaksanaan otonomi daerah sehingga daerah punya kewenangan dalam pelaksanaan manajemen

43 Sastra Djatmika dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Ctk. Kesembilan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1995, hlm. 6.

44 Utrecht. E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1986, hlm. 192.

(9)

commit to user

20

pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dibentuk Badan

Selain itu, sebagai akibat dari terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, kewenangan bidang kepegawaian seakan-akan terkonsentrasi pada daerah terutama pada daerah kabupaten/kota, sehingga koordinasi terhadap provinsi maupun Pemerintah Pusat hampir diabaikan. Hal tersebut berimbas dalam pengaturan pelaksanaan yang tertuang dalam peraturan pemerintah termasuk juga petunjuk teknisnya harus diganti dan/atau diubah, karena ada tarik ulur kewenangan di bidang kepegawaian.

Terkosentrasinya kewenangan di daerah terutama di kabupaten/kota sebagai dampak dari pemahaman yang keliru terhadap esensi Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999, mendorong pemerintah melakukan revisi terhadap undang-undang tersebut, melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang pemerintahan daerah yang baru ini, menarik kembali beberapa kewenangan termasuk juga kewenangan dalam hal pengaturan masalah kepegawaian.

Pengaturan bidang kepegawaian daerah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, ini antara lain:

a. Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen Pegawai Negeri Sipil secara nasional. Manajemen Pegawai Negeri Sipil daerah tersebut meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak, dan kewajiban kedudukan hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah.

b. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintah daerah provinsi ditetapkan oleh Gubernur, sedangkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintah daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah berkonsultasi kepada Gubernur.

(10)

commit to user

21

c. perpindahan Pegawai Negeri Sipil antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara. Perpidahan Pegawai Negeri Sipil antar kabupaten/kota dan antar provinsi ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara, dan perpindahan Pegawai Negeri Sipil provinsi/kabupaten/kota ke departemen/lembaga pemerintah non departemen atau sebaliknya, ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan kepegawaian Negara.

d. Penetapan formasi Pegawai Negeri Sipil daerah provinsi/

kabupaten/kota setiap tahun anggaran dilaksanakan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara atas usul Gubermur.

Pengaturan tersebut terlihat adanya koordinasi dari pemerintah kabupaten/kota provinsi dan pemerintah pusat, karena disadari bahwa otonomi suatu daerah tidaklah mungkin bersifat mutlak, akan tetapi harus sedemikian rupa agar dapat serasi dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa, harus dapat menjamin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas dasar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta harus dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

melakukan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, dan kesejahteraan pegawai, serta pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, berdasarkan peraturan perundang-

45 Undang-Undang ini mendorong pengembangan otonomi daerah sehingga kebijakan kepegawaian di daerah yang dilaksanakan oleh daerah otonom sesuai dengan kebutuhannya, baik pengangkatan,

45 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

(11)

commit to user

22

penempatan, pemindahan, dan mutasi maupun pemberhentian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Desentralisasi kepegawaian diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditindaklanjuti dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pembentukan PNS Daerah pada Undang-Undang tersebut pada esensinya adalah untuk mendelegasikan kewenangan kepada pemerintah daerah agar mampu menyesuaikan jumlah dan mutu pegawai daerah dengan fungsi dan tugas pemerintah daerah. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka ada pembedaan Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pemerintah Daerah dapat mengajukan usul penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak. dan kewajiban kedudukan hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah Pegawai Negeri Sipil daerah.46

Namun pelaksanaan manajemen pegawai negeri selama ini belum berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Dalam Undang Undang ini Manajemen ASN terdiri atas Manajemen PNS dan Manajemen PPPK yang perlu diatur secara menyeluruh dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur. Adapun Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan. Sementara itu,

46 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(12)

commit to user

23

untuk Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur tentang penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural yaitu, ketentuan Pasal 234 ayat (2), Kepala Perangkat Daerah kabupaten/kota diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan bertugas di wilayah Daerah provinsi yang bersangkutan. Dalam hal di wilayah Daerah provinsi yang bersangkutan. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terdapat pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan, kepala perangkat daerah kabupaten/kota dapat diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan yang bertugas di wilayah Daerah provinsi lain.47

B. Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Pegawai Negeri

Pegawai Negeri di Indonesia dirasakan semakin penting keberadaannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. kelancaran dan kemandegan pemerintahan dan pembangunan yang sedang dilaksanakan tidak terlepas dari keikutsertaan Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri Sipil. Oleh sebab itu, maka sangat perlu adanya rumusan-rumusan kebijakan untuk mengatur Pegawai Negeri Sipil.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kepegawaian Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Pegawai Negeri adalah mereka, yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat, digaji menurut peraturan Pemerintah yang berlaku

47 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

(13)

commit to user

24

dan dipekerjakan dalam suatu jabatan Negeri oleh pejabat Negara atau badan Negara yang berwenang.

Undang-Undang ini dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pada tanggal 6 Nopember 1974. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Pasal 1 huruf a memberikan rumusan Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang- undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) dan ayat 2) pegawai negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil dibedakan Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian, menyebutkan bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.48 Pasal 2 ayat(1) dan ayat (2) Pegawai Negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, Anggota Polisi Republik Indonesia.

Pegawai Negeri Sipil terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah.

48 Pasal 1 angka1 Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

(14)

commit to user

25

Di dalam KUHP, pengertian pegawai negeri ini dijelaskan dalam pasal 92 yang berbunyi:49

(1) sekalian orang yang dipilih dalam pemilihan yang didasarkan atas aturan-aturan umum, juga orang-orang yang bukan karena pemilihan menjadi anggota badan pembentukan undang-undang, Badan Pemerintah atau Badan perwakilan Rakyat yang dibentuk pemerintah atau atas nama pemerintah, juga Dewan Daerah serta semua Kepala Rakyat Indonesia asli dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.

(2) Yang disebut pejabat dan hakim termasuk juga ahli pemutus perselisihan, yang disebut hakim termasuk orang yang menjalankan peradilan administrasi, serta anggota dan ketua peradilan Agama.

(3) Semua anggota Angkatan Perang juga termasuk pegawai (pejabat).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pegawai negeri adalah pegawai pemerintah yang berada diluar politik, bertugas melaksanakan administrasi pemerintahan berdasarkan perundang-undangan yang telah ditetapkan.50

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 1 angka 1, pegawai negeri adalah meliputi 1) pegawai negeri sebagaimana undang-undang tentang kepegawaian 2) pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam kitab undang-undang hukum pidana 3) orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah 4) orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah atau 5) orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.51

Setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, maka dikenal istilah Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN. Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah Dengan

49 Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, ctk. Kelima, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm.74.

50 Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta, Edisi Ketiga 2007, hlm. 842.

51 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(15)

commit to user

26

Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Sedangkan Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.52

Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.53 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.54

Selanjutnya definisi yang dipakai dalam penelitian ini adalah definisi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

2. Nilai Dasar, Kode Etik, dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara

a. Nilai Dasar Pegawai Aparatur Sipil Negara 1) Memegang teguh ideologi Pancasila;

52 Pasal 1 angka 1-2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

53 Ibid.Pasal 1 angka 3.

54 Ibid. Pasal 1 angka 4.

(16)

commit to user

27

2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;

3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;

4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

5) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;

6) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;

7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;

8) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;

9) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;

10) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;

11) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

12) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;

13) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;

14) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan

15) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karier.

b. Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara 1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan

berintegritas tinggi;

2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;

6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;

(17)

commit to user

28

8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;

9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;

10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;

11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan

12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

3. Jabatan Aparatur Sipil Negara Jabatan ASN terdiri dari:

a. Jabatan Administrasi:

1) Jabatan Administrator

Pejabat dalam jabatan administrator bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

2) Jabatan Pengawas

Pejabat dalam jabatan pengawas bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.

3) Jabatan Pelaksana

Pejabat dalam jabatan pelaksana bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

b. Jabatan Fungsional

Jabatan Fungsional terdiri dari:

1) Jabatan Fungsional Keahlian a) Ahli utama

(18)

commit to user

29 b) Ahli madya

c) Ahli muda d) Ahli pertama

2) Jabatan fungsional ketrampilan a) Penyelia

b) Mahir c) Terampil d) Pemula

c. Jabatan Pimpinan Tinggi

1) Jabatan pimpinan tinggi utama;

2) Jabatan pimpinan tinggi madya; dan 3) Jabatan pimpinan tinggi pratama.

C. Pensiun

1. Pengertian Pensiun

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, dan seluruh masyarakat Indonesia secara berkesinambungan sejak muda sampai lanjut usia. Setiap orang idealnya tidak hanya memikirkan kesejahteraan di saat bekerja, namun juga memikirkan kesejahteraan di masa tua atau pensiun.55 Pensiun menjadi harapan saat memasuki usia tidak produktif lagi dan merupakan bentuk perhatian pemerintah atas jasa seseorang. Pensiun juga merupakan salah satu manajemen pegawai. Huck-ju Kwon mengemukakan bahwa di banyak negara, program pensiun pegawai negeri telah menjadi tulang punggung dari konfigurasi kelembagaan birokrasi pemerintah. Sejarah mereka menelusuri kembali ke Prancis pada tahun 1790, ketika birokrasi profesional pertama kali dikembangkan di Eropa. Seperti dijelaskan oleh Max Weber, bekerja penuh waktu dan pekerjaan seumur hidup adalah fitur inti dari birokrasi profesional. Program pensiun pegawai negeri adalah

55 nghadapi Pensiun dan Kesejahteraan Psikologis Pegawai Negeri Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL.5, No.2 November 2011.

(19)

commit to user

30

salah satu instrumen kebijakan untuk mengelola personil dalam sistem birokrasi.56

Kamus Besar Bahasa Indonesia, memuat pengertian dari pensiun adalah : a) Uang tunjangan yang diterima tiap-tiap bulan oleh karyawan sesudah ia berhenti ; b) Tidak bekerja lagi dengan menerima uang tunjangan bulanan.57 Pensiun adalah suatu penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang bekas Pegawai Negeri Sipil yang tidak dapat lagi bekerja, untuk membiayai hidupnya, agar dia tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari penghasilan lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pensiun diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil atas jasanya. Disamping itu program pensiun juga bertujuan untuk memberikan perangsang kerja kepada PNS, meningkatkan rasa kesetiaan/loyalitas PNS, dan memberikan ketenangan kerja kepada PNS yang bersangkutan maupun keluarganya.58

Secara umum pensiun berarti jaminan hari tua yang diberikan sebagai balas jasa terhadap pegawai/pekerja yang telah bertahun tahun mengabdi kepada negara.59 Pemensiunan pegawai berarti pula pemberhentian pegawai negeri namun dengan hak pensiun, tetapi tidak setiap pemberhentian pegawai berarti pemensiunan pegawai.60

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan pensiun Janda/Duda Pegawai menyatakan bahwa pensiun pegawai dan pensiun janda/duda diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas Pemerintah.

56 Huck-ju Kwon, The Reform of the Civil Service Pension Programme in Korea: Changes pada United Nations Research Institute for Social Development (UNRISD), 2009, hlm. 4.

57 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka.

Jakarta, 1991, hlm. 665.

58 I G Wursanto, Manajemen Kepegawaian 2. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2003, hlm.133- 134.

59 Slamet Saksono, Administrasi Kepegawaian, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1997, hlm.135.

60 Susilo Martoyo, Sumber Daya Manusia Edisi 3, PT.BPFE, Yogyakarta, 1998, hlm. 199.

(20)

commit to user

31

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 menyatakan bahwa PNS berhak memperoleh jaminan pensiun dan jaminan hari tua. PNS diberikan jaminan pensiun apabila a) meninggal dunia, b) atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu, c) mencapai batas usia pensiun, d) perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau e) tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.

Menurut Susilo Martoyo pertimbangan dasar diberikannya pensiun adalah:61

1. Memelihara efisiensi organisasi. Suatu organisasi yang dikehendaki berjalan efisien dan efektif tidak akan membiarkan tanpa perhitunangan timbulnya inefisiensi dalam organisasi karena jumlah personalnya yang tidak proporsional.

2. Membuka kesempatan promosi jabatan. Dengan adanya pemensiunan, dapat lebih matang direncanakan program promosi-promosi bagi tenaga-tenaga potensial untuk tempat-tempat yang ditinggalkan karena program pemensiunan tersebut.

3. Menepati proses alamiah. Secara alamiah usia pegawai makin lama makin lanjut, daya kemampuan fisik dan mental rokhani makin menurun.

Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional. Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS yang bersangkutan.

Yu Yin Kuo menyatakan bahwa tujuan dari pengaturan jaminan sosial adalah untuk mencegah orang-orang yang telah mengalami resiko dalam kehidupan ekonomi seperti hari tua, cacat dan ketahanan hidup dari

61 Ibid, hlm 200-201.

(21)

commit to user

32

yang miskin dengan menyediakan manfaat pensiun. Di era populasi yang menua, mengamankan pendapatan pensiun bangsa adalah salah satu tujuan kebijakan yang paling penting. Tidak ada yang dapat menyangkal pentingnya dan perlunya perawatan pensiun. Menghadapi penuaan masyarakat, harapan hidup tumbuh dan pemutusan hubungan kerja besar- besaran selama krisis ekonomi, jumlah pensiunan cenderung meningkat.

Periode cakupan pensiun akan diperpanjang terus-menerus karena umur harapan hidup rata-rata meningkat. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan tajam dalam pengeluaran pensiun, yang akan menjadi beban yang cukup besar pada pemerintahan masa depan . Meskipun " iuran pasti " pensiun telah lazim di seluruh dunia , Taiwan , Korea dan Jepang dana pensiun sipil masih mengambil bentuk "manfaat pasti", meskipun mengadopsi mekanisme iuran pasti dengan meminta peserta untuk mengkontribusikan persentase tertentu.62

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Dan Pensiun Janda/Duda Pegawai, pensiun pegawai dan pensiun janda/duda menurut Undang-undang ini diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun- tahun bekerja dalam dinas Pemerintah. Pensiun pegawai, pensiun janda/duda dan tunjangan-tunjangan serta bantuan-bantuan di atas pensiun yang dapat diberikan berdasarkan ketentuan-ketentuan:

a. Bagi pegawai negeri/bekas pegawai negeri yang terakhir sebelum berhenti sebagai pegawai negeri atau meninggal dunia, berhak menerima gaji atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, menjelang pembentukan dan penyelenggaraan suatu Dana Pensiun yang akan diatur dengan Peraturan Pemerintah; dibiayai sepenuhnya oleh Negara, sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk pembiayaan itu dibebankan atas anggaran termaksud;

62 Yu - Retirement Pension in Taiwan, South Korea and Japan: Policy Indicator Department of Public Policy and Management, Shih Hsin University

(22)

commit to user

33

b. Bagi pegawai negeri/bekas pegawai negeri yang tidak termasuk huruf a di atas ini, dibiayai oleh suatu dana pensiun yang di bentuk dengan dan penyelenggaraannya diatur dengan Peraturan Pemerintah63.

Dasar pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun, ialah gaji pokok (termasuk gaji pokok tambahan dan/atau gaji pokok tambahan peralihan) terakhir sebulan yang berhak diterima oleh pegawai yang berkepentingan berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya.

2. Hak atas Pensiun Pegawai.

Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri berhak menerima pensiun pegawai, jika ia pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri, memenuhi syarat-syarat:

a. telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan mempunyai masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun.

b. Oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani atau rokhani yang disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan atau

c. mempunyai masa-kerja sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dan oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani atau rokhani, yang tidak disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya.

d. Pegawai negeri yang diberhentikan atau dibebaskan dari pekerjaannya karena penghapusan jabatan, perubahan dalam susunan pegawai, penertiban aparatur negara atau karena alasan-alasan dinas lainnya dan kemudian tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak

63 Pasal 1 dan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Dan Pensiun Janda/Duda Pegawai.

(23)

commit to user

34

menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri itu telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.

e. Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas negara tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri ia telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.

f. Apabila pegawai negeri pada saat ia diberhentikan sebagai pegawai negeri telah memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun akan tetapi pada saat itu belum mencapai usia 50 tahun, maka pemberian pensiun kepadanya ditetapkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun.

3. Batas Usia Pensiun

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara juga mengubah ketentuan pensiun PNS. Batas usia pensiun yang tercantum dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c dan Pasal 90 disebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat karena mencapai batas usia pensiun yaitu: 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi, 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional.64 Batas usia pensiun untuk guru adalah 60 (enam puluh) tahun65, dosen adalah 65 (enam puluh lima) tahun,66 Profesor 70 (tujuh puluh tahun).67 Usia pensiun bagi Tentara Nasional Indonesia paling tinggi

64 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

65 Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

66 Ibid, Pasal 67 ayat (4).

67 Ibid, Pasal 67 ayat (5).

(24)

commit to user

35

58 (lima puluh delapan) tahun bagi perwira dan 53 (lima puluh tiga) tahun bagi bintara dan tamtama.68

Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 yang mengatur mengenai pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional, maka Ketentuan batas usia pensiun pegawai menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972 Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dinyatakan tidak berlaku lagi sepanjang mengatur tentang Batas usia Pensiun bagi pejabat Fungsional. Batas Usia Pensiun dalam pegawai menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

a. Batas usia pensiun dapat diperpanjang bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan tertentu.

b. Perpanjangan batas usia pensiun sampai dengan:

1) 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:

a) Jabatan Peneliti Madya dan Peneliti Utama yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian;

b) Jabatan Hakim pada Mahkamah Pelayaran; atau c) Jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden;

2) 60 (enam puluh) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:

a) Jabatan struktural eselon I;

b) Jabatan struktural eselon II;

c) Jabatan Dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri;

68 Pasal 71 Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

(25)

commit to user

36

d) Jabatan Pengawas Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Dasar, Taman Kanak-Kanak atau jabatan lain yang sederajat; atau

e) Jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.

3) 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.

c. Perpanjangan batas usia pensiun sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan struktural Eselon I tertentu.

d. Pegawai Negeri Sipil yang semula menduduki jabatan struktural eselon I atau eselon II yang diangkat sebagai wakil menteri batas usia pensiunnya 60 (enam puluh) tahun.

e. Pegawai Negeri Sipil yang semula menduduki jabatan fungsional tertentu yang diangkat sebagai wakil menteri batas usia pensiunnya sesuai dengan batas usia pensiun pada jabatan fungsional terakhir sebelum diangkat sebagai wakil menteri.

Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat fungsional Ahli Muda dan Ahli Pertama serta Pejabat fungsional Keterampilan;

b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:

1) Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya;

2) Jabatan Fungsional Apoteker;

3) Jabatan Fungsional Dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri;

4) Jabatan Fungsional Dokter Gigi yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri;

5) Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Muda dan Pertama;

6) Jabatan Fungsional Medik Veteriner;

7) Jabatan Fungsional Penilik;

(26)

commit to user

37 8) Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah;

9) Jabatan Fungsional Widyaiswara Madya dan Muda; atau 10) Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.

c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:

1) Jabatan Fungsional Peneliti Utama dan Peneliti Madya yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian;

2) Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Utama dan Madya;

3) Jabatan Fungsional Widyaiswara Utama;

4) Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi Utama;

5) Jabatan Fungsional Perekayasa Utama;

6) Jabatan Fungsional Pustakawan Utama;

7) Jabatan Fungsional Pranata Nuklir Utama; atau

8) Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.

Secara rinci Batas Usia Pensiun untuk PNS adalah sebagai berikut:69 Tabel 3. Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil

No. Nama Jabatan Batas Usia Pensiun

Dasar Hukum Keterangan

1. Dosen 65 Tahun Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005

Berlaku sejak tanggal 30 Desember 2005

2. Guru besar 70 Tahun Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2012

Berlaku sejak tanggal 10 Agustus 2012 3. Guru besar emeritus 75 Tahun Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 09 Tahun 2008

Berlaku sejak tanggal 03 April 2008

4 Guru 60 Tahun Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005

Berlaku sejak tanggal 30 Desember 2005 5 Wakil Menteri 62 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor

44 Tahun 2011

Berlaku sejak tanggal 30 November 2011

6. Apoteker 60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014 7. Auditor dalam Jenjang

Utama dan Jenjang Madya

60 Tahun Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2012

Berlaku sejak tanggal 12 April 2012

69 http://www.kopertis12.or.id/2012/11/06/daftar-batas-usia-pensiun-pegawai-negeri-sipil- yang-mengacu-pada-peraturan-saat-ini.html, diakses pada 4 juni 2014 , jam 14.36 WIB.

(27)

commit to user

38

8. Arsiparis dalam Jenjang Utama dan Jenjang Madya

60 Tahun Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2012

Berlaku sejak tanggal 12 April 2012 9. Pemeriksa dalam Jenjang

Utama dan Jenjang Madya

60 Tahun Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2012

Berlaku sejak tanggal 02 Mei 2012 10 ketua, wakil ketua, dan

hakim pengadilan agama

62 Tahun Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

Berlaku sejak tanggal 30 Maret 2006 11 ketua, wakil ketua, dan

hakim pengadilan tinggi agama

65 Tahun Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

Berlaku sejak tanggal 30 Maret 2006

12 Jaksa 62 Tahun Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2004

Berlaku sejak tanggal 26 Juli 2004

13 Penyuluh Pertanian, Penyuluh Perikanan, Dan Penyuluh Kehutanan

60 Tahun Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2010

Berlaku sejak tanggal 27 Agustus 2010

14 Penilik 60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2014

Berlaku sejak

tanggal 19 Maret 2014 15 Sandiman jenjang Madya 60 Tahun Peraturan Presiden Nomor 16

Tahun 2009

Berlaku sejak tanggal 22 April 2009 16 Perencana jenjang Utama

dan jenjang Madya

60 Tahun Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2009

Berlaku sejak tanggal 28 April 2009 17 Dokter Pendidik Klinis

jenjang Muda dan Jenjang Pertama

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014 18 Dokter Pendidik Klinis

jenjang Utama dan jenjang Madya

65 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014 19 Peneliti Utama dan

Peneliti Madya yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian

65 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014

20 Jabatan Pimpinan Tinggi Utama (eselon 1a);

Jabatan Pimpinan Tinggi Madya (eselon 1a dan 1b)

60 Tahun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Surat Kepala BKN : K.26-30/V.7-3/99

Berlaku sejak tanggal 15 Januari 2014

21 Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama( eselon II)

60 Tahun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Surat Kepala BKN : K.26-30/V.7-3/99

Berlaku sejak tanggal 15 Januari 2014 22 Dokter yang ditugaskan

secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014

23 Dokter Gigi yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014

24 Pengawas Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Dasar, Taman Kanak-Kanak atau jabatan lain yang sederajat

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014

(28)

commit to user

39

25 Hakim pada Mahkamah Pelayaran

65 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2011

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013

Berlaku sejak tanggal 30 November 2011 Berlaku sejak tanggal 14 Maret 2013 26 Penyelidik Bumi Utama

dan Penyelidik Bumi Madya

60 Tahun Peraturan Presiden Nomor 06 Tahun 2007

Berlaku sejak tanggal 31 Januari 2007 27 Agen Madya, Agen

Madya Tingkat I, Agen Madya Tingkat II dan Agen Utama Madya

60 Tahun Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1996

Berlaku sejak tanggal 07 Februari 1996

28 Pemeriksa Bea dan Cukai Muda, Pemeriksa Bea dan Cukai Madya, Pemerikas Bea dan Cukai Utama Pratama, Pemeriksa Bea dan Cukai Utama Muda

60 Tahun Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1995

Berlaku sejak tanggal 19 Mei 1995

29 Pamong Belajar Pratama, Pamong Belajar Muda, Pamong Belajar Madya, Pamong Belajar Utama Pratama, Pamong Belajar Utama Muda

60 Tahun Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 1995

Berlaku sejak tanggal 12 Juli 1995

30 Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri

60 Tahun Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986

Berlaku sejak tanggal 08 Maret 1986Tidak berlaku lagi angka 3 huruf c, ayat (2) pasal 4 PP Nomor 32 Tahun 1979

31 Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Pengadilan Tinggi

63 Tahun Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986

Berlaku sejak tanggal 08 Maret 1986Tidak berlaku lagi angka 2 huruf c, ayat (2) pasal 4 PP Nomor 32 Tahun 1979

32 Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung

65 Tahun Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

Berlaku sejak tanggal 30 Desember 1985 Tidak berlaku lagi angka 1 huruf b, ayat (2) pasal 4 PP Nomor 32 Tahun 1979 33 Kepaniteraan dan

Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi

62 Tahun Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2012 jo Peraturan Presiden Nomor73 Tahun 2013

Berlaku sejak tanggal 18 November 2013 34 Widyaiswara Utama 65 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014 35 Widyaiswara Madya;

Widyaiswara Muda;

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014 36 Penyuluh Pertanian Utama

Muda; Penyuluh

Pertanian Utama Pratama;

60 Tahun Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 1986

Berlaku sejak tanggal 10 Desember 1986

(29)

commit to user

40

Penyuluh Pertanian Madya; Penyuluh Pertanian Muda; Penyuluh Pertanian Pratama.

37 Ajun Widyaiswara, Ajun Widyaiswara Madya, AJun Widyaiswara Muda, AsistenWidyaiswara, Asisten Widyaiswara Madya, dan Asisten Widyaiswara Muda

56 Tahun Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 1986

Berlaku sejak tanggal 10 Desember 1986

38 Ajun Penyuluh Pertanian, Ajun Penyuluh Pertanian Madya, Ajun Penyuluh Pertanian Muda, Asisten Penyuluh Pertanian, Asisten Penyuluh Pertanian Madya, dan Asisten Penyuluh Pertanian Muda

56 Tahun Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 1986

Berlaku sejak tanggal 10 Desember 1986

39 Perekayasa Utama 65 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014 40 Perekayasa Muda;

Perekayasa Madya

60 Tahun Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1996

Berlaku sejak tanggal 24 Mei 1996 41 Pustakawan Utama, 65 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014 42 Pustakawan Madya;

Pustakawan Muda;

Pustakawan Penyelia

60 Tahun Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2003

Berlaku sejak tanggal 17 Desember 2003 43 Jaksa Agung 60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor

32 Tahun 1979

Berlaku sejak tanggal 29 September 1979 (Sudah diubah dengan PP Nomor65 Tahun 2008)

44 Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979

Berlaku sejak tanggal 29 September 1979 (Sudah diubah dengan PP Nomor65 Tahun 2008)

45 kepala lembaga pemerintah non kementerian (jabatan eselon Ia) = jabatan pimpinan tinggi utama

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014

Berlaku sejak tanggal 19 Maret 2014

46 Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, dan Kepala Badan di Departemen

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979

Berlaku sejak tanggal 29 September 1979 (Sudah diubah dengan PP Nomor65 Tahun 2008)

47 Dokter yang ditugaskan secara penuh pada

60 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979

Berlaku sejak tanggal 29 September 1979

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 34 ayat (2) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, perlu

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran

Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok- pokok Kepegawaiaan Pasal 1 bab 1 bahwa pegawai negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia

ayat (4) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah ini disusun

Pasal 15 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, disebutkan bahwa jumlah dan

Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian serta Peraturan- peraturan lainnya

I. Berdasarkan Pasal 15 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, dinyatakan bahwa jumlah

Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974.. Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang.. Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara