• Tidak ada hasil yang ditemukan

~,u;~nl t;ra Revolusi Industri & diselenggarakan. kuiyl UniversitasUaavan_.. SekretaTis. ""...ui- 1 itan 2019 dcngan tcll1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "~,u;~nl t;ra Revolusi Industri & diselenggarakan. kuiyl UniversitasUaavan_.. SekretaTis. ""...ui- 1 itan 2019 dcngan tcll1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

p kUIYl UniversitasUaavan_..

IJekan

SekretaTis

Paltillu-Hu).'9!IUaiver,si:tas Ud_syana

(2)

ASET “DEBITOR PAILIT”TERKAIT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) Oleh: M a r w a n t o

Fakultas Hukum Universitas Udayana

I.PENDAHULUAN

Secara umum kepailitan adalah Sita umum terhadap semua aset Debitor yang telah dinyatakan Pailit oleh Pengadilan. Sita umum, dimaksudkan “sebagai penyitaan atau pembeslahan terhadap seluruh harta Debitor pailit.”1 Pengertian sita umum ini untuk membedakan dengan sita khusus misalnya, revindikatoir beslaag, conservatoir beslaag dan eksekutoir beslaag, yang semuanya merupakan beslaag atau sita khusus

karena ditujukan terhadap benda-benda tertentu. Meskipun kepailitan tersebut dikatakan sebagai “Sita Umum”, sebagaimana menurut Pasal 21 Undang-Undang Nomor: 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ( selanjutnya disebut UUKPKPU), “kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan”. Namun, terdapat beberapa benda yang di luar boedel pailit, artinya tidak termasuk yang disita. Benda-benda di luar boedel pailit tersebut menurut pasal 22 UUKPKPU, yaitu:

a. benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh Debitor sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang digunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapan yang digunakan

1Man S Sastrawidjaja, 2006, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, PT. Alumni, Bandung, h.78

(3)

oleh Debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi Debitor dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu;

b. segala sesuatu yang diperoleh Debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau c. uang yang diberikan kepada Debitor untuk memenuhi suatu kewajiban

memberi nafkah menurut Undang-Undang.

Dari ketentuan tersebut tampak bahwa benda-benda di luar kepailitan atau yang tidak boleh disita adalah benda-benda yang sangat bersifat pribadi, atau yang berhubungan dengan kehidupan Debitor atau keluarganya. Jadi Kepailitan itu ditujukan terhadap harta bukan terhadap pribadi Debitor. Jika Debitor dinyatakan Pailit, akibatnya semua asetnya disita ( kecuali yang disebut dalam pasal 22 UUKPKPU) dan selanjutnya dijual, hasilnya sebagai sumber pembayaran terhadap utang-utangnya dan dibagi-bagikan secara proporsional kepada para kreditornya. Di samping itu, “Debitor Pailit” kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai hartanya.2 Selanjutnya harta/aset Debitor diurus dan dikuasai oleh Kurator.

Dinamika terhadap aset “Debitor Pailit”, adalah terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Seiring dengan perlindungan HKI, aset “Debitor Pailit” tidak sebatas aset berwujud kebendaan (tangible assets) melainkan meliputi juga aset yang tidak berwujud (intangible assets) antara lain adalah Hak Kekayaan Intelektual

2Selengkapnya baca pasal 24 UUKPKPU

(4)

(HKI) yang juga mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi. Masalahnya adalah, bagaimanakah mekanisme penjualan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai bagian dari aset “Debitor Pailit”?, dan apakah kendala-kendala yang mungkin akan muncul dalam penjualan terhadap aset “Debitor Pailit” yang berbentuk Hak Kekayaan Intelektual tersebut? Makalah ini akan mencoba membahas kedua masalah tersebut.

II. PEMBAHASAN 1.Perihal Kepailitan

Kepailitan merupakan Lembaga Hukum Perdata sebagai realisasi dari dua asas pokok dalam hukum perdata Eropa sebagaimana tercantum dalam pasal 1131 dan pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( selanjutnya disebut KUH Perdata). Asas yang terkandung dalam kedua pasal tersebut adalah: a). apabila Debitor tidak membayar utangnya dengan sukarela, walaupun telah ada putusan pengadilan yang menghukumnya supaya melunasi utangnya, maka seluruh harta bendanya disita untuk dijual dan hasil penjualan itu dibagi-bagikan kepada semua Kreditornya menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali ada alasan- alasan yang sah untuk didahulukan; b). semua kreditor mempunyai hak yang sama;

c). tidak ada nomor urut dari para Kreditor yang didasarkan atas timbulnya piutang mereka.

Untuk melaksanakan asas yang terkandung dalam pasal 1131 dan pasal 1132 KUH Perdata itulah, maka dibuat Peraturan Kepailitan. Hukum Kepailitan Indonesia

(5)

pada saat ini diatur dalam UUKPKPU. Pasal 1 angka 1 UUKPKPU menentukan:

”kepailitan adalah sita umum (cetak tebal dari penulis) atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.”

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik unsur-unsur kepailitan adalah:

a. kepailitan merupakan sita umum terhadap semua aset Debitor Pailit;

b. terhadap kekayaan Debitor Pailit. Hal ini menunjukkan bahwa kepailitan terhadap harta, bukan terhadap pribadi Debitor;

c. pengurusan dan pemberesan oleh Kurator, dengan demikian sejak saat pernyataan pailit Debitor Pailit kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai hartanya;

d. terdapat Hakim Pengawas. Tugas utama Hakim Pengawas dalam kepailitan Debitor adalah melakukan pengawasan atas pengurusan dan penguasaan harta Debitor Pailit oleh Kurator.

Penyitaan umum tersebut kemudian dilanjutkan dengan penjualan seluruh harta kekayaan “Debitor Pailit” untuk pemenuhan atau pelunasan utang-utang kepada para Kreditornya secara bersama-sama. Hal ini untuk mencegah adanya eksekusi oleh seorang Kreditor atau lebih secara perorangan yang dapat merugikan Kreditor lainnya.

Dari paparan tersebut di atas, dapat disimpulkan, bahwa tujuan kepailitan sebenarnya adalah untuk mendapatkan suatu penyitaan umum (conservatoir beslaag) atas semua kekayaan Debitor untuk kepentingan semua kreditornya, sehingga apabila

(6)

sebelum ada putusan pailit kekayaan Debitor sudah disita oleh salah seorang Kreditornya untuk mendapatkan pelunasan piutangnya, maka penyitaan khusus ini menurut undang-undang menjadi hapus karena dijatuhkannya putusan pailit.

Di samping hal-hal seperti dikemukakan di atas, kepailitan juga bertujuan untuk: a). menjamin pembagian terhadap harta kekayaan debitor diantara para kreditornya; b).mencegah agar Debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para Kreditornya; c). memberikan perlindungan kepada Debitor yang beritikad baik dari para kreditornya dengan cara memperoleh pembebasan utang.3 Sayang tujuan yang terakhir ini sebagai asas “Debt Forgiveness”

tidak dinormakan dalam UUKPKPU.4 Hal ini berimplikasi bahwa Debitor yang telah dinyatakan pailit tetap harus bertanggungjawab terhadap sisa utang yang belum terbayar.5

Dalam ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pailit atau bangkrut antara lain adalah seseorang (atau Badan Hukum) yang oleh suatu pengadilan dinyatakan Pailit, dan yang aktivanya atau warisannya telah diperuntukkan untuk membayar utang-utangnya.6 Menurut Hadi

3 Susanti Adi Nugroho, 2018, Hukum Kepailitan di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Serta Penerapan Hukumnya, Prenadha Media Group, Jakarta, h. 59

4 Hadi Shubhan, M, 2008, Hukum Kepailitan Prinsip Norma, dan Praktik di Peradilan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 43

5Penjelasan umum UUKPKPU, bahwa kepailitan tidak membebaskan seorang yang dinyatakan pailit dari kewajiban untuk membayar utang-utangnya.

6 Abdurrachman , A, 1991, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, Prdnya Paramita, Jakarta, h. 89

(7)

Shubhan, pailit adalah suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para Kreditornya.7

Seorang Debitor dapat dinyatakan pailit apabila memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU yang menentukan: “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih Kreditornya”. Dari ketentuan pasal 2 ayat (1) tersebut dapat diketahui bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap Debitor hanya dapat diajukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. debitor mempunyai lebih dari seorang Kreditor;

b. debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang kepada salah satu Kreditornya;

c. utang yang tidak dibyar itu harus telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

“Syarat-syarat kepailitan merupakan tolok ukur bagi Pengadilan Niaga yang akan menetapkan kepailitan Debitor apakah permohonan kepailitan yang diajukan Kreditor atau Debitor memenuhi syarat untuk menetapkan Debitor pailit”.8

“Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dapat dinyatakan

7 Hadi Shubhan, Op.Cit. h. 1

8 Sutan Remy Sjahdheini, 2016, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Prenadamedia Group, Jakarta, h. 127

(8)

pailit sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi”. (Pasal 8 ayat (4) UUKPKPU). Norma ini merupakan ancaman bagi perusahaan yang solven untuk dipailitkan.

2.Perihal Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio manusia yang menalar, dan hasil kerja itu berupa benda immaterial.9 Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa tidak semua orang dapat dan mampu mempekerjakan otaknya (nalar, ratio, intelektual) secara maksimal. Hal ini berimplikasi pula bahwa tidak semua orang dapat menghasilkan

“intellectual Property Rights”. Hanya orang yang mampu memberdayakan otaknyalah yang dapat menghasilkan hak kebendaan yang disebut “Intellectual Property Rights”, dan itu pulalah sebabnya hasil kerja otak yang membuahkan hak

atas kekayaan intelektual bersifat eksklusif dan perlu dilindungi oleh hukum.10

Sistem perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual itu terpisah dengan benda materiel yang merupakan hasil jelmaan fisik dari Hak tersebut. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya, hak cipta dalam bidang ilmu pengetahuan (berupa hak atas kekayaan intelektual), dan hasil materiel yang menjadi bentuk jelmaannya adalah buku. Jadi yang dilindungi dalam kerangka hak atas kekayaan intelektual adalah Haknya, bukan jelmaan dari hak tersebut. Jelmaan dari hak

9 Saidin, OK, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT .RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 9

10 Ibid, h. 10 - 11

(9)

tersebut dilindungi oleh hukum benda dalam kategori benda materiel (benda berwujud).

Hak Kelayaan Intelektual dapat beralih dan dialihkan berdasarkan undang- undang dan perjanjian. HKI yang dapat beralih dan dialihkan tersebut adalah hak ekonominya, sedangkan hak moralnya tidak bisa dialihkan.Pengalihan HKI berdasrkan undang-undang dilakukan dengan cara pewarisan, hibah dan wasiat.

Pengalihaan HKI berdasarkan perjanjian dilakukan dengan cara lisensi. HKI yang beralih karena pewarisan terjadi secara otomatis dari pemilik atau pemegang hak selaku pewaris kepada ahli warisnya. Hibah terjadi saat pemberi hibah di masa hidupnya menyerahkan HKI kepada penerima hibah secara Cuma-Cuma, sedangkan wasiat terjadi saat pemberi wasiat meninggal dunia dan meninggalkan wasiat kepada penerima wasiat. Pengalihan HKI dengan perjanjian lisensi harus dibuat dalam suatu kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk akta yang ditanda tangani oleh pemberi dan penerima lisensi dan dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang yaitu notaris atau dilakukan dengan akta di bawah tangan untuk hak cipta.11

3. Dinamika Kebendaan

Perihal kebendaan dalam Hukum Perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku Kedua tentang Kebendaan. Pasal 499 menentukan, “bahwa yang dimaksud dengan benda adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasi oleh hak milik.” Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa, konsep benda

11 Selengkapnya, baca pasal 16 ayat (2) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta

(10)

dalam ketentuan tersebut adalah benda dalam arti materiel, dan benda dalam arti immaterial, yaitu hak. Hal tersebut dikuatkan oleh Pasal 503 yang menentukan,

“bahwa tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tak bertubuh”. Benda tak bertubuh adalah merupakan “Hak”, contohnya antara lain adalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Benda itu sendiri merupakan bagian dari harta kekayaan (vermogensbestanddeel)12, dan yang dimaksud dengan benda dalam arti hukum adalah segala sesuatu yang menjadi hak milik.13 Sedangkan Hak yang melekat pada suatu benda disebut sebagai hak kebendaan (zakenlijk recht), yaitu suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda, yang dapat dipertahankan kepada setiap orang.14

Karya intelektual yang dihasilkan oleh manusia diakui sebagai kekayaan, hal ini berarti ada konsep kepemilikan dan kebendaan yang terkandung didalamnya.

Kepemilikan berarti memiliki sesuatu, sesuatu ini dalam ranah hukum diinterpretasikan sebagai benda, dengan demikian dalam setiap kata milik secara implisit mengandung makna kepemilikan atas benda tertentu. “Pemilik suatu hak memiliki kebebasan untuk menggunakan miliknya, dan segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan hak milik disebut sebagai benda.”15

HKI sebagai salah satu jenis benda, dari dimensi hukum kepailitan merupakan jenis benda tak bertubuh sebagai bagian dari aset dalam proses pembayaran utang-

12 Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata, Penerbit: PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, h.125 - 126

13Ibid

14 Subekti, 2010, Pokok- Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, h. 62

15Indirani Wauran-Wicaksono, 2017, “Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Benda: Penelusuran Dasar Perlindungan HKI di Indonesia”, Jurnal Refleksi Hukum, Vol.9 No. 2, h. . 139

(11)

utang Debitor kepada Kreditor. Pasal 1131 KUH Perdata menentukan: “segala kebendaan si-berutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Frase “segala kebendaan si-berutang” dalam pasal terebut mengandung makna bahwa semua kebendaan Debitor (baik berwujud, maupun tidak berwujud), merupakan jaminan untuk segala perikatan yang dibuat oleh Debitor tersebut. Selanjutnya Pasal 1132 KUH Perdata menentukan: “kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya;

pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.” Untuk menentukan alasan-alasan sah untuk didahulukan merujuk pada pasal 1133 KUH Perdata yang mengatur bahwa hak untuk didahulukan diantara para Kreditor bersumber pada Hak Istimewa, pada gadai, dan Hipotik. Debitor yang dinyatakan Pailit oleh pengadilan tidak berhak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas semua aset yang termasuk dalam budel pailit. Jadi, sejak dinyatakan pailit pengurusan dan penguasaan seluruh asetnya beralih ke Kurator.

4. Penjualan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), sebagai bagian dari Aset “Debitor Pailit” dan Kendalanya

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa dengan dijatuhkannya putusan pailit oleh Pengadilan Niaga, Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai seluruh harta kekayaannya. Selanjutnya hal tersebut

(12)

menjadi kewenangan Kurator. penjualan aset Debitor dilakukan oleh Kurator, semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan dalam hal penjualan di muka umum tidak tercapai, maka penjualan di bawah tangan dapat dilakukan dengan izin Hakim Pengawas.16 “Penjualan aset benda bergerak yang berwujud prosesnya sangat sederhana, yaitu dengan menjual barang-barang tersebut di muka umum”.17

Kurator selaku pihak yang melakukan pengurusan dan pemberesan aset Debitor menjadi tidak mudah dalam melakukan tugasnya menjual aset, ketika menghadapi aset yang bukan kebendaan berwujud ( ingatable assets), HKI merupakan aset Debitor Pailit yang berupa “hak”, sebagai benda tidak berwujud.

Aset yang demikian itu wajib dinilai duhulu oleh Appraisal (penilai) yang bersertifikasi, sehingga akan dapat diketahui berapa nilai sesungguhnya dari suatu jenis HKI tertentu dengan mempertimbangkan kemanfaatannya bagi suatu perusahaan, harapannya dapat memaksimalkan nilai aset tersebut.

Kemungkinan kendala yang bisa dihadapi oleh Kurator ketika melakukan penjualan aset dalam bentuk HKI adalah terkait dengan relatif masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap HKI itu sendiri, sehingga penjualannya juga relatif tidak mudah. Tidak mudahnya penjualan HKI dapat saja terjadi karena belum didaftarkan, sehingga tidak laku dijual.

16 Selengkapnya baca pasal 185, UUKPKPU

17 Harahap, M. Yahya, 2005, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT.

Sinar Grafika, Jakarta, h. 25.

(13)

5.Kesimpulan

Dari paparan tersebut di atas dapat disimpulkan:

1. Hak Kekayaan Intelektual (HKI),sebenarnya merupakan bagaian dari aset Debitor Pailit, yaitu berupa kebendaan tidak berwujud (ingatable asset). Jika Debitor dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga, maka aset tersebut oleh Kurator dijual di muka umum.

2. Kendala yang mungkin timbul dalam penjualan aset berupa Hak Kekayaan Intelektual, adalah tidak mudah menjual aset, karena aset tersebut tidak berwujud. Apalagi jika HKI tersebut belum didaftarkan, sehingga tidak laku dijual.

6. Rekomendasi

1. Dalam rangka adanya kepastian hukum, diperlukan Pranata hukum yang mengatur penjualan aset Debitor yang berupa Hak Kekayaan Intelektual.

2. Diperlukan pengaturan tentang lembaga Penilai (Appraisal) aset yang independen, sehingga dapat memaksimalkan penjualan aset Debitor yang berupa Hak Kekayaan Intelektual.

3. Dalam rangka peningkatan pemahaman HKI kepada masyarakat, perlu terus disosialisasikan Undang-undang tentang Kekayaan Intelektual dalam berbagai jenisnya ( Hak Cipta, Hak Paten , Merek, dsb).

Denpasar, 27 Juni 2019

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Abdurrachman , A, 1991, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, Pradnya Paramita, Jakarta.

Adi Nugroho, Susanti, 2018, Hukum Kepailitan di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Serta Penerapan Hukumnya, Prenadha Media Group, Jakarta.

Harahap, M. Yahya, 2005, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Sinar Grafika, Jakarta.

Hadi Shubhan, M, 2008, Hukum Kepailitan Prinsip Norma, dan Praktik di Peradilan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Indirani Wauran-Wicaksono, 2017, “Hak Kekayaan Intelektual Sebagai Benda:

Penelusuran Dasar Perlindungan HKI di Indonesia”, Jurnal Refleksi Hukum, Vol.9 No. 2.

Sastrawidjaja, Man,S, 2006, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, PT. Alumni, Bandung.

Saidin, OK, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT .Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Subekti, 2010, Pokok- Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta

Sutan Remy Sjahdheini, 2016, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Prenadamedia Group, Jakarta.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), diterjemahkan oleh Subekti, Penerbit : Pradnya Paramita, Jakarta

Indonesia, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU No. 37 Tahun 2004, LN RI No.131 Tahun 2004.

*****

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah 50 remaja sampai dewasa (usia 17-50 tahun), yang mempunyai handphone / smartphone dan sudah pernah melakukan

Pada sebuah kelas yang terdiri dari 40 siswa dilakukan pendataan pilihan ekstrakurikuler wajib, dengan menggunakan angket.. Hasil sementara dari siswa yang

Míg a fogyasztói magatartás kutatásának hagyományos, korábbi módszerei (kvalitatív és kvantitatív módsze- rek, mint a fókuszcsoportos interjú, projektív tech- nikák vagy

1) Pengiriman duta dan konsulat ke negara lain yang merupakan negara ASEAN. Mading - masing negara ASEAN saling mengirimkan duta dan konsulat sebagai

Dalam penelitian ini, pengkategorian otomatis artikel ilmiah dilakukan dengan menggunakan kernel graph yang diterapkan pada graph bipartite antara dokumen artikel

Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi

PALSAR resolusi 50 meter secara visual dan digital terdiri atas 17 tutupan lahan, yaitu badan air, bandara, belukar rawa, hutan lahan kering, hutan

b) Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleksi bulu mata sampai pernapasan kembali teratur pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan