• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS PALSAR MULTIWAKTU RESOLUSI 50 METER DI PROVINSI JAMBI BAGIAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS PALSAR MULTIWAKTU RESOLUSI 50 METER DI PROVINSI JAMBI BAGIAN TIMUR"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

1

DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DAN LAHAN

MENGGUNAKAN CITRA ALOS PALSAR MULTIWAKTU

RESOLUSI 50 METER DI PROVINSI JAMBI BAGIAN TIMUR

REFLYANI PUSPITA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(2)

2

RINGKASAN

REFLYANI PUSPITA DEWI. E14080016. Deteksi Perubahan Tutupan Hutan

dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 Meter di Provinsi Jambi Bagian Timur. Dibimbing oleh I NENGAH SURATI JAYA.

Degradasi dan deforestasi di Indonesia merupakan masalah yang kompleks sehingga perlu ditangani secara komprehensif dan bijaksana. Pada periode 2000-2012, laju deforestasi nasional diperkirakan sebesar 832.126,9 ha/tahun, sedangkan untuk Provinsi Jambi diperkirakan sebesar 76.522,7 ha/tahun. Estimasi deforestasi nasional saat ini umumnya dilakukan menggunakan teknologi penginderaan jauh (Remote Sensing) citra satelit optik resolusi sedang, seperti Landsat, SPOT, ASTER, IRS dan lain-lain. Untuk kondisi Negara Indonesia yang terletak di daerah tropis, penggunaan citra optik sering mengalami kendala karena adanya tutupan awan yang cukup tinggi pada musim penghujan dan gangguan asap pada musim kemarau. Kehadiran citra radar seperti ALOS PALSAR, JERS-1, Radarsat dan ERS-1 yang mampu melakukan perekaman pada segala kondisi cuaca, mampu melakukan penetrasi awan dan asap/haze memberikan prospektif yang baru dalam mendeteksi perubahan penutupan hutan dan lahan. Ketersediaan citra ALOS PALSAR sejak tahun 2006/2007 memberikan peluang yang cukup baik sebagai pelengkap dan/atau pengganti citra optik, khususnya pada wilayah-wilayah yang gangguan atmosfernya cukup tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter dalam mendeteksi tutupan hutan dan lahan serta perubahannya di Provinsi Jambi bagian Timur antara tahun 2007 dan 2009.

Lokasi penelitian mencakup lima Kabupaten di Provinsi Jambi Bagian Timur yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Kota Jambi dan Batanghari. Sedangkan, pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan GIS, Lab Inventarisasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra ALOS PALSAR band HH, HV dan band sintetis HH/HV rekaman 8 Juni – 30 November tahun 2007 dan rekaman 13 Juni – 15 Oktober tahun 2009.

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Arcview GIS 3.2, ArcGIS 9.3, ERDAS Image 9.1. Metode klasifikasi yang diaplikasikan mencakup klasifikasi kualitatif dan klasifikasi kuantitatif. Pada klasifikasi kualitatif atau analisis secara visual dilakukan kegiatan interpretasi pada citra secara visual dengan menggunakan tujuh elemen interpretasi sedangkan pada analisis kualitatif atau analisis digital dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification).

Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat akurasi klasifikasi kualitatif Citra ALOS PALSAR tahun 2007 dan 2009 secara turut adalah 80% dan 82%, sedangkan akurasi klasifikasi kuantitatifnya berturut- berturut-turut 56% dan 59% . Antara tahun 2007 dan 2009, penelitian ini menemukan bahwa perubahan tutupan lahan terbesar terjadi dari lahan tanah terbuka menjadi hutan tanaman sebesar 16.866,4 ha. Sebaliknya, dalam kurun waktu dua tahun (2007-2009) terjadi deforestasi sebesar 10.264,3 ha atau sekitar 5.132,15

(3)

ha/tahun. Pada periode ini juga terjadi konversi hutan tanaman menjadi kebun sawit seluas 6.982,4 ha atau 68% atau sekitar 34% per tahun. Berdasarkan analisis perubahan tematik (thematic changes), penelitian ini juga menemukan terjadinya degradasi hutan terbesar terjadi pada hutan tanaman menjadi tanah terbuka seluas 10.195,7 ha atau 87% (43,5% per tahun). Berdasarkan sebaran spasialnya, pola perubahan tutupan lahan tahun 2007 – 2009 memiliki pola acak atau random yang terjadi di empat Kabupaten yaitu Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Secara temporal, perubahan tutupan lahan banyak terjadi pada musim kemarau.

Kata kunci : Citra ALOS PALSAR, klasifikasi kualitatif, klasifikasi kuatitatif, tutupan lahan.

(4)

4

SUMMARY

REFLYANI PUSPITA DEWI. E14080016. Detection of Forest and Land Cover

Change Using 50-Meter Spatial Resolution of Multitemporal ALOS PALSAR Imageries in Eastern Part of Jambi Province. Supervised by I NENGAH

SURATI JAYA.

Degradation and deforestation in Indonesia is a complex issue that needs to be addressed comprehensively and wisely. Within the period of 2000 - 2012, the national level rate of deforestation is estimated at about 832.126,9 ha / year, while in Jambi Province is approximately 76.522,7 ha/year. Now, the national level deforestation is generally estimated using medium-resolution satellite, such as Landsat, SPOT, ASTER, IRS etc with post-classification comparison approach. For Indonesia, which is located in the tropical region, the use of optical imagery is often constrained due to the high proportion of cloud cover and/or haze during the wet season, and smoke coverage during dry season. The availability of radar imagery such as ALOS PALSAR, JERS-1, Radarsat and ERS-1 that capable to record the earth in all weather conditions as well as capable to penetrate clouds and smoke/haze provide a new prospective in detecting forest and land cover changes. The availability of ALOS PALSAR imageries since 2006/2007 had been provided a good opportunity either for complementing or substituting the optical imagery, especially in the areas of high atmospheric disturbances. Based on the above, this research is aimed to evaluate the ability of 50-meters resolution of ALOS PALSAR imagery for detecting forest and land cover, as well as their changes in eastern part of Jambi Province between 2007 and 2009.

The study site includes five regencies in Eastern Part of Jambi Province, namely Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Jambi and Batanghari. Meanwhile, image processing and data analysis was carried out in the Physical Laboratory of Remote Sensing and Geographycal Information System, Laboratory of Forest Resource Inventory Faculty of Forestry IPB. The images used in this reasearch are ALOS PALSAR with HH, HV and synthetic band HH / HV bands recorded on 8 June to 30 November 2007 and from 13 June to 15 October 2009.

The softwares used in this research are the Arcview GIS 3.2, ArcGIS 9.3, and Erdas Image 9.1. The classification method used consisted of qualitative and quantitative approaches. In qualitative approach, the classification was performed by visual interpretation on the basis of diagnostic elements of interpretation while in the quantitative approach, classification was done using the supervised classification.

The research results show that the Kappa Accuracy of qualitative classification of ALOS PALSAR for 2007 and 2009 are 80% and 82% respectively, while the quantitative approach provides Kappa accuracy of 56% for 2007 and 59% for 2009. The study also found that the largest changes in land cover occured from barren land to plantation forest having area of about 16.866,4 ha. Within 2 years (2007 – 2009) period, the deforestation area is approximately 10.264,3 ha or approximately 5132.15 ha per year, where the largest deforestation occured from forest plantation to oil palm covering area of about 6.928,4 ha or 68% or about 34% per year. Besides, the largest degradation, i.e, from forest plantation to

(5)

barren land is about 10.195,7 ha or 87% ((or about 34% per year.) By considering the spatial patterns of forest and land cover change between 2007 and 2009, the deforestation and land degradation are clustered in four districts, namely Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Kota Jambi and Batanghari. From the temporal changes point of view, land cover changes is commonly occurred in the dry season.

Keywords: Image ALOS PALSAR, land cover, the classification of qualitative, quantitative classification.

(6)

6

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Deteksi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 Meter di Provinsi Jambi Bagian Timur adalah benar- benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada Perguruan Tinggi atau Lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Reflyani Puspita Dewi E14080016

(7)

7

DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DAN LAHAN

MENGGUNAKAN CITRA ALOS PALSAR MULTIWAKTU

RESOLUSI 50 METER DI PROVINSI JAMBI BAGIAN TIMUR

REFLYANI PUSPITA DEWI E14080016

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(8)

8

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

: Deteksi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan

Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 Meter di Provinsi Jambi Bagian Timur

Nama Mahasiswa : Reflyani Puspita Dewi Nomor Pokok : E14080016

Disetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. NIP. 19610909 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001

(9)

9

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1990 di Jakarta, Jawa Barat. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ishak Suherman (Alm) dan Ibu Sri Emilia Danan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 45 Koto Marapak Kecamatan IV angkat Candung lulus tahun 2002, pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 1 Tanjung Alam, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bukittinggi lulus tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Inventarisasi Hutan tahun ajaran 2010 – 2011, Geomatika Inderaja Kehutanan tahun ajaran 2011-2012, 2012 – 2013 dan Analisis Biaya Kehutanan tahun ajaran 2011 - 2012. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia di Forest Management Student Club (FMSC) periode 2010-2011. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Papandayan dan Sancang Timur, Jawa Barat pada tahun 2010, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi dan KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2010 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT TRISETIA INTIGA, Kalimantan Tengah pada tahun 2012.

(10)

10

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis Bapak Ishak Suherman (Alm), Bapak Rony Yanuar, Ibu Sri Emilia Danan, Kakak Melyana Chotimah, Kakak Ari Baitullah serta Adik penulis Aditya Maulana serta keluarga besar penulis untuk dukungan dan kasih sayangnya.

2. Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr selaku dosen pembimbing atas segala kesabarannya telah membimbing penulis dan senantiasa menjadi bapak yang baik bagi penulis.

3. Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS dan Dr. Dra Nining Puspaningsih, M.Si

4. Prof. Dr. Ir. Nurhaeni Wijayanto, MS selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur.

5. Bapak Uus Saepul M. dan Aa’ Edwine Setia P. atas segala bimbingan yang diberikan kepada penulis,

6. Seluruh Dosen dan staf Departemen Manajemen Hutan,

7. Ibu Nurhayati dan Kang Rizal yang telah membantu menyediakan data spasial berupa Peta Administrasi Provinsi Jambi,

8. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang selaku dosen Universitas Jambi, Mba rizky, Mba Mega selaku staf dari CRC,

9. Keluarga besar Laboratorium remote Sensing dan GIS yaitu : Fajar Isnanu Saidatu, Febrina N Silalahi, Chatarina Ganis, Pamngkas Nurafrizal, Tialia Agustina, Fauziah Dwi Hayati, Riska, Gina Amalia, Solekhudin, Mitha Eliza, Hikmat Megandana, Kak Putu Arimbawa, Kak Sri wahyuni, Kak Monika Turana, Kak Fathia Amalia, Kak Eri Septia, Kak Adit, Kak Sani, Kak Vivi, Kak Ratih Solitchia, Kak Ratih Puspitsari, Kak Nurindah, Ibu Eva, Bapak Bejo, Bapak Samsuri, Bang Jay, Mba Aci,

10. Keluarga Besar pondok Putri Satriani Situmorang, Sidya Erti Sinaga, Evi Rumindah Sinaga atas bantuan dan dukungannya,

11. Keluarga besar MNH khususnya MNH 45 atas segala kebersamaan dan dukungannya dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan dukungannya.

(11)

11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Deteksi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 Meter di Provinsi Jambi Bagian Timur dengan sebaik-baiknya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan untuk perbaikan tulisan ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

(12)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 1.3 Output ... 2 14 Manfaat ... 2

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Waktu dan tempat ... 3

2.2 Alat dan Bahan ... 3

2.3 Tahapan Penelitian... 4

2.3.1 Registrasi dan Mosaik Citra ... 5

2.3.2 Pembuatan Kategori Klasifikasi ... 6

2.3.3 Klasifikasi Kualitatif ... 24

2.3.4 Klasifikasi Kuantitatif ... 26

2.3.5 Analisis Separabilitas ... 26

2.3.6 Uji Akurasi ... 27

2.3.7 Analisis Perubahan Tutupan Lahan ... 27

2.3.8 Pola Perubahan Tutupan Lahan ... 28

2.3.9 Diagram Alir Penelitian ... 28

BAB III KONDISI UMUM 3.1 Letak Geografis ... 30

3.2 Topografi ... 31

3.3 Jenis Tanah ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Klasifikasi Kualitatif ... 33

4.2 Klasifikasi Kuantitatif ... 56

(13)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 68 5.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(14)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah titik observasi lapangan ... 6

Tabel 2 Kategori Badan air ... 7

Tabel 3 Kategori Bandar Udara ... 8

Tabel 4 Kategori klasifikasi belukar rawa ... 9

Tabel 5 Kategori klasifikasi Hutan lahan kering... 10

Tabel 6 Kategori klasifikasi hutan tanaman ... 11

Tabel 7 Kategori klasifikasi Hutan rawa ... 12

Tabel 8 Kategori klasifikasi hutan mangrove ... 13

Tabel 9 Kategori klasifikasi Kebun karet... 14

Tabel 10 Kategori klasifikasi Kebun campuran ... 15

Tabel 11 Kategori klasifikasi Kebun sawit ... 16

Tabel 12 Kategori klasifikasi Pertanian lahan kering ... 17

Tabel 13 Kategori klasifikasi Kawasan terbangun... 18

Tabel 14 Kategori klasifikasi Rawa ... 19

Tabel 15 Kategori klasifikasi sawah ... 20

Tabel 16 Kategori klasifikasi semak/belukar ... 21

Tabel 17 Kategori klasifikasi tanah terbuka... 22

Tabel 18 Kategori klasifikasi tambak ... 21

Tabel 19 Kriteria Tingkat Keterpisahan ... 26

Tabel 20 Luas area Kabupaten Jambi ... 30

Tabel 21 Kelas ketinggian Provinsi Jambi ... 31

Tabel 22 Luas wilayah menurut jenis tanah di Provinsi Jambi ... 32

Tabel 23 Matrik uji akurasi klasifikasi visual tahun 2007 ... 54

Tabel 24 Matrik uji akurasi klasifikasi visual tahun 2009 ... 55

Tabel 25 Perubahan tutupan lahan di Provinsi Jambi Timur tahun 2007-2009 ... 57

Tabel 26 Luas tutupan lahan hutan di Provinsi Jambi Timur ... 58

Tabel 27 Deforestasi dari tahun 2007 – 2009 ... 59

Tabel 28 Degradasi dari tahun 2007 – 2009 ... 59

Tabel 29 Hasil analisis separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 50 m tahun 2007 ... 62

(15)

Tabel 30 Hasil analisis separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 50 m tahun 2009 ... 63 Tabel 31 Uji akurasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m tahun 2007

kombinasi RGB HH-HH-HH/HV ... 64 Tabel 32 Uji akurasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m tahun 2009

(16)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Lokasi penelitian di Provinsi jambi Timur ... 3 Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Provinsi Jambi (a), Peta

Administrasi Kelurahan Provinsi Jambi (b), Peta Jaringan Jalan Provinsi Jambi (c) dan Peta Tutupan Lahan Provinsi

Jambi tahun 2006 dan 2009 (d) ... 4 Gambar 3 Mosaik Citra ALOS PALSAR resolusi 50 m Provinsi

Jambi Tahun 2007 (a), dan Tahun 2009 (b) ... 6 Gambar 4 Diagram alir penelitian ... 29 Gambar 5 Tutupan lahan berupa badan air di Sungai Batanghari lokasi

pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada

koordinat 01o 34’ 33” LS 103o 34’ 00” BT (d) ... 34 Gambar 6 Tutupan lahan berupa Bandara Sultan Thaha lokasi pada

citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat

01o 34’ 50” LS 103o 38’ 18” BT (d) ... 35 Gambar 7 Tutupan lahan berupa belukar rawa lokasi pada citra tahun

2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 34’ 12”

LS 103o 32’ 03” BT (d) ... 36 Gambar 8 Tutupan lahan berupa hutan lahan kering lokasi pada citra

tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 15’ 16” LS 103o

46’ 49” BT (d) ... 37 Gambar 9 Tutupan lahan berupa hutan tanaman lokasi pada citra tahun

2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 22’ 08”

LS 103o 40’ 53” BT (d) ... 38 Gambar 10 Tutupan lahan berupa hutan rawa lokasi pada citra tahun

2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 0o 54’ 03”

LS 103o 12’ 57” BT (d) ... 39 Gambar 11 Tutupan lahan berupa hutan mangrove lokasi pada citra

tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 0o 48’ 46” LS 103o

37’ 54” BT (d) ... 40 Gambar 12 Tutupan lahan berupa kebun karet lokasi pada citra tahun

2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google Gambar 12 Tutupan lahan berupa kebun karet lokasi pada

(17)

citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat

01o 44’ 14” LS 103o 46’ 49” BT (d) ... 41

Gambar 13 Tutupan lahan berupa kebun campuran lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 29’ 49” LS 103o 32’ 03” BT (d) ... 42

Gambar 14 Tutupan lahan berupa kebun sawit lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 01o 55’ 16” LS 103o 16’ 06” BT (d) ... 43

Gambar 15 Tutupan lahan berupa pertanian lahan kering lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 0o 58’ 21” LS 103o 22’ 34” BT (d) ... 44

Gambar 16 Tutupan lahan berupa pemukiman lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 1o 37’ 36” LS 103o 37’ 54” BT (d) ... 45

Gambar 18 Tutupan lahan berupa rawa lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 1o 35’ 02” LS 103o 27’ 35” BT (d) ... 46

Gambar 19 Tutupan lahan berupa sawah lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 1o 33’ 20” LS 103o 32’ 39” BT (d) ... 47

Gambar 20 Tutupan lahan berupa semak/belukar lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 1o 31’ 42” LS 103o 37’ 34” BT (d) ... 48

Gambar 21 Tutupan lahan berupa Tanah terbuka lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 1o 46’ 47’ LS 103o 16’ 36” BT (d) ... 49

Gambar 22 Tutupan lahan berupa Tambak lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan berada pada koordinat 1o 35’ 14” LS 103o 34’ 12” BT (d) ... 50

Gambar 23 Hasil penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007... 52

Gambar 24 Hasil penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009... 52

Gambar 25 Peta perubahan tutupan lahan dan hutan tahun 2007 – 2009 ... 58

(18)

Gambar 27 Peta degradasi di Provinsi Jambi Timur tahun 2007 – 2009 ... 60 Gambar 28 Peta hasil klasifikasi kuantitatif Citra ALOS PALSAR tahun

2007 ... 66 Gambar 29 Peta hasil klasifikasi kuantitatif Citra ALOS PALSAR tahun

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Degradasi dan deforestasi di Indonesia merupakan masalah yang kompleks sehingga perlu ditangani secara komprehensif dan bijaksana. Dibutuhkan data dan informasi terkini untuk merumuskan tahapan dalam penanganan deforestasi dan degradasi. Teknologi Remote Sensing atau penginderaan jauh merupakan langkah efisien untuk mengidentifikasi pola dan dinamika perubahan tutupan dan penggunaan lahan di Indonesia. Pada periode 2000-2012, laju deforestasi nasional diperkirakan sebesar 832.126,9 ha/tahun, sedangkan untuk Provinsi Jambi diperkirakan sebesar 76.522,7 ha/tahun (Kementerian Kehutanan 2012).

Perencanaan dan pengelolaan hutan secara lestari wajib dilakukan untuk menjaga sumber daya alam yang masih tersisa. Informasi multi waktu dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pengelolaan hutan yang lestari. Penyusunan basis data menjadi penting untuk mengumpulkan informasi – informasi mengenai kondisi kenampakan tutupan lahan Indonesia. Citra radar ALOS PALSAR merupakan salah satu media yang mampu memberikan informasi untuk memproyeksikan perubahan penggunaan lahan dari kenampakan bumi. Kehadiran citra radar seperti ALOS PALSAR, JERS-1, Radarsat dan ERS-1 yang mampu melakukan perekaman pada segala kondisi cuaca, mampu melakukan penetrasi awan dan asap/haze memberikan prospektif yang baru dalam mendeteksi perubahan penutupan hutan dan lahan. Ketersediaan citra ALOS PALSAR sejak tahun 2006/2007 memberikan peluang yang cukup baik sebagai pelengkap dan/atau pengganti citra optik, khususnya pada wilayah-wilayah yang gangguan atmosfernya cukup tinggi.

Citra dari satelit Advanced Land Observing Satelite (ALOS) dengan sensor Phased Array type L-band Syntetic Aperture Radar (PALSAR) resolusi 50 meter yang dikeluarkan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) pada tanggal 24 Januari 2006, merupakan salah satu citra radar yang memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan citra optik yaitu dapat digunakan disegala cuaca dan dapat beroperasi pada siang dan malam hari (JAXA 2006). Citra ALOS

(20)

ini juga mampu mereduksi tutupan awan yang tidak dapat diidentifikasi pada citra optik sehingga dapat membantu proses monitoring perubahan tutupan lahan baik monitoring jangka panjang maupun monitoring jangka pendek.

Penelitian mengenai identifikasi tutupan lahan pun dilakukan oleh Wasit (2010) dalam penelitiannya menggunakan citra LANDSAT mampu mengidentifikasi sebanyak 10 (sepuluh) kelas tutupan lahan, yaitu hutan rakyat, hutan sekunder, kebun campuran, lahan terbuka (galian c), permukiman penduduk, semak belukar, lahan sawah, tegalan, tubuh air (sungai) dan jalan.

Salman (2011) berhasil mengklasifikasikan 11 kelas tutupan lahan yang dilakukan di Provinsi Bali menggunakan Citra ALOS PALSAR berhasil mengidentifikasi sebelas tutupan lahancyaitu badan air, bandara, hutan lahan kering, hutan mangrove, kebun campuran, lahan terbuka, padang rumput, permukiman, pertanian lahan kering, sawah, tambak.

1.2 Tujuan

1. Mengevaluasi kemampuan citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter dalam mengidentifikasi tutupan lahan di Provinsi Jambi bagian Timur tahun 2007 dan 2009.

2. Mengidentifikasi pola perubahan tutupan lahan secara spasial dan temporal.

1.3 Output

Output dari penelitian ini menghasilkan peta tutupan lahan dan hutan tahun 2007 dan 2009, peta perubahan tutupan lahan dan hutan kurun waktu dua tahun (2007 dan 2009), peta pola perubahan tutupan lahan dan hutan.

1.4 Manfaat

1. Memberikan informasi dasar dalam penyusunan Monitoring Reporting Verification (MRV) dan Reduce Emission from Deforestation and Degradation (REDD++) .

(21)

3

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jambi bagian Timur meliputi lima Kabupaten yaitu Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Kota Jambi dan Batanghari (Gambar 1). Secara geografis, lokasi penelitian ada pada kisaran 101o 10’ dan 104o 55’ BT serta antara 0o 45’ dan 2o 45’ LS. Proses pengolahan, analisis dan sintesa dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2012. Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 14 - 22 Desember 2012.

Gambar 1 Lokasi penelitian di Provinsi jambi Timur.

2.2 Alat dan Data 2.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini untuk survey lapangan yaitu Global Positioning System (GPS), kompas, suunto, tally sheet, kamera digital, pita ukur dan tali rafia, untuk analisis data digunakan satu unit peralatan komputer dengan software Erdas imagine 9.1, ArcView 3.2, ArcMap 9.3.

(22)

2.2.2 Data

Data yang digunakan untuk membangun model spasial dalam penelitian ini adalah : Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter rekaman tanggal 9 Juni tahun 2007 dan rekaman tanggal 13 Juni tahun 2009, Peta Administrasi 1: 250.000, Peta Jaringan Jalan dan Peta Tutupan Lahan Provinsi Jambi tahun 2006 dan 2009.

(a)

(23)

(c)

Gambar 2 Peta Administrasi Provinsi Jambi (a), Peta Jaringan Jalan Provinsi Jambi (b) dan Peta Tutupan Lahan Provinsi Jambi tahun 2006 dan 2009 (c).

2.3 Tahapan Penelitian

2.3.1 Registrasi dan Mosaik Citra a. Registrasi

Registrasi merupakan penyamaan posisi citra satu dengan lainnya untuk lokasi yang sama, penyamaan posisi ini kebanyakan dimaksudkan agar posisi piksel yang sama dapat dibandingkan (Jaya 2010). Regitrasi dilakukan dengan penyamaan posisi batas administrasi dengan Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter tahun 2007 dan 2009 di Provinsi Jambi bagian Timur. Jumlah titik observasi lapangan yang diperoleh dari hasil ground check lapangan sebanyak 379 titik yang tersebar pada lima Kabupaten yaitu Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, Muaro jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur (Tabel 1).

(24)

Tabel 1 Jumlah titik observasi lapangan di Provinsi Jambi bagian Timur Kabupaten Jumlah titik observasi lapangan

Batanghari 209

Kota Jambi 43

Muaro jambi 56

Tanjung Jabung Barat 45

Tanjung Jabung Timur 26

Total 379

b. Mosaik Citra Proses

Pada Citra ALOS PALSAR resolsi 50 meter Provinsi Jambi terdiri dari 2 (dua) scene sehingga perlu dilakukan penggabungan antara 2 (dua) scene tersebut. Proses penggabungan dua atau lebih scene pada citra disebut mosaik.

Menurut Jaya (2010) mosaik adalah proses menggabungkan beberapa citra secara bersama membentuk satu kesatuan (satu lembar) peta atau citra yang kohesif. Mosaik citra ditujukan untuk menghasilkan citra gabungan yang mempunyai kualitas kekontrasan yang baik. Citra kohesif adalah citra yang memiliki kekontrasan yang konsisten, terorganisir, solid dan koordinatnya ter-interkoneksi.

(a) (b)

Gambar 3 Mosaik Citra ALOS PALSAR resolusi 50 m Provinsi Jambi Tahun 2007 (a), dan Tahun 2009 (b).

(25)

2.3.2 Pembuatan Kategori Klasifikasi

Tabel 2 Kategori klasifikasi badan air

Kelas Badan air

Deskripsi Badan air adalah tutupan lahan berupa perairan, termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang dan lamun (lumpur pantai). Khusus kenampakan tambak di tepi pantai dimasukkan ke pertanian lahan basah (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar

Vegetasi -

Kerapatan -

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsian visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Sungai Batanghari

(26)

Tabel 3 Kategori klasifikasi bandar Udara

Kelas Bandar Udara

Deskripsi Bandara adalah tutupan lahan berupa bandar udara dan pelabuhan yang berukuran besar dan memungkinkan untuk dideliniasi tersendiri (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar

Vegetasi -

Kerapatan -

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Bandar Udara Sultan Thaha

(27)

Tabel 4 Kategori klasifikasi belukar rawa

Kelas Belukar rawa

Deskripsi Belukar rawa adalah vegetasi semak / belukar dari bekas hutan di daerah rawa (BAPLAN 2008).

Tapak Rawa

Fisiografi Datar

Vegetasi Rumput teki (Cyperus sp)

Kerapatan Jarang

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV

Kenampakan foto lapangan di Muara Tembesi

(28)

Tabel 5 Kategori klasifikasi hutan lahan kering

Kelas Hutan lahan kering

Deskripsi Hutan Lahan Kering adalah tutupan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum menampakkan bekas penebangan maupun yang sudah menampakkan bekas penebangan (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar dan bergelombang

Vegetasi Tanaman Karet (Havea brasiliensis), Angsana (Pterocarpus indicus) , Meranti (Shore sp), Mangga (Mangifera indica) , Puspa ( Schima wallichii).

Kerapatan Rapat

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Mandiangin

(29)

Tabel 6 Kategori klasifikasi hutan tanaman

Kelas Hutan tanaman

Deskripsi Hutan tanaman adalah vegetasi hutan tanaman pada kawasan hutan, baik yang sudah ditanami maupun yang belum (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar, Bergelombang.

Vegetasi Tanaman Akasia mangium (Acacia mangium), Eukaliptus (Eucalyptus).

Kerapatan Jarak tanam 2 x 2 meter Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan HTI Wirakarya Sakti

(30)

Tabel 7 Kategori klasifikasi hutan rawa

Kelas Hutan rawa

Deskripsi Hutan rawa adalah tutupan hutan di daerah berawa-rawa,termasukrawa gambut (BAPLAN 2008).

Tapak Rawa

Fisiografi Datar, Bergelombang. Vegetasi Meranti (Shorea sp.)

Kerapatan Sedang dengan pola tidak beraturan Foto

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Tanjung Jabung Barat

(31)

Tabel 8 Kategori klasifikasi hutan mangrove

Kelas Hutan mangrove

Deskripsi Hutan mangrove adalah hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai (BAPLAN 2008).

Tapak Rawa

Fisiografi Datar, Bergelombang

Vegetasi Tanaman bakau, nipah dan tumbuhan bawah Kerapatan Sedang dengan pola tidak beraturan

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Kuala Tungkal

(32)

Tabel 9 Kategori klasifikasi kebun karet

Kelas Kebun karet

Deskripsi Kebun karet adalah tutupan tanaman perkebunan yang sudah ditanami oleh tanaman karet (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar, Bergelombang

Vegetasi Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Kerapatan Jarak tanam 3 x 3 meter

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Desa Pompa Air

(33)

Tabel 10 Kategori klasifikasi kebun campuran

Kelas Kebun campuran

Deskripsi Kebun campuran adalah kebun masyarakat yang sudah ditanami oleh tanaman perkebunan maupun tanaman yang berada pada pertanian lahan kering (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar, Bergelombang

Vegetasi Duku (Lansium domesticum), Pinang (Areca catechu), Durian (Durio zhibetinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Mangga (Mangifera indica), Nanas, Kunyit (Curcuma domestica), Pisang (Musa parasadiaca), Kopi (Coffea), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Cokelat (Theobroma cacao), Pepaya (Carica papaya), Jengkol (Pithecelobium jiringa), Kelapa (Cocus nucifera), Jahe (Zingiber officinale), Cabe (Capsicum annum), Labu (Cucurbita spp), Jeruk nipis (Citrus aurantifolia).

Kerapatan Sedang dengan pola tidak beraturan Foto :

Penafsian visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Desa Pantai Gading

(34)

Tabel 11 Kategori klasifikasi kebun sawit

Kelas Kebun sawit

Deskripsi Kebun sawit adalah kawasan perkebunan yang sudah ditanami oleh tanaman sawit (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada, Berbatu

Fisiografi Datar, Bergelombang

Vegetasi Kelapa sawit (Elaeis guineensis) Kerapatan Jarak tanam 5 x 5 meter

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Sangeti Muaro Bungo

(35)

Tabel 12 Kategori klasifikasi pertanian lahan kering Kelas Pertanian lahan kering

Deskripsi Pertanian lahan kering adalah pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebuncampuran dan ladang (BAPLAN 2008)

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar

Vegetasi Jagung (Zea mays), Kacang panjang (Vigna sinensis), Singkong (Manihot utilissima), Padi gogo (Oryza sativa), Ubi jalar (Ipomoea batatas).

Kerapatan Sedang dengan pola tidak beraturan Foto

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Muaro Bungo

(36)

Tabel 13 Kategori klasifikasi kawasan terbangun

Kelas Kawasan terbangun

Deskripsi Kawasan terbangun merupakan kawasan permukiman baik perkotaan, pedesaan, pelabuhan, bandara, industri dan lain lain yang memperlihatkan pola alur yang rapat (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada, Berbatu

Fisiografi Datar, Bergelombang

Vegetasi -

Kerapatan -

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV

Kenampakan foto lapangan di Perumahan Thehok

(37)

Tabel 14 Kategori klasifikasi rawa

Kelas Rawa

Deskripsi Rawa merupakan kenampakan rawa yang sudah tidak berhutan (BAPLAN 2008). Tapak Rawa Fisiografi Datar Vegetasi - Kerapatan - Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan Di Desa Gurun Tuo

(38)

Tabel 15 Kategori klasifikasi sawah

Kelas Sawah

Deskripsi Sawah merupakan semua aktifias pertanian di lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang(BAPLAN 2008).

Tapak Rawa

Fisiografi Datar

Vegetasi Padi (Oryza sativa)

Kerapatan -

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Jambi Luar Kota

(39)

Tabel 16 Kategori klasifikasi semak/belukar

Kelas Semak/belukar

Deskripsi Semak/belukar merupakan kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali, didominasi vegetasi rendah dan tidak menampakkan lagi bekas alur/ bercak penebangan (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar, Bergelombang

Vegetasi Rumput teki (Cyperus sp), Alang-alang

Kerapatan Sedang

Foto

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV

(40)

Tabel 17 Kategori klasifikasi tanah terbuka

Kelas Tanah terbuka

Deskripsi Tanah terbuka merupakan seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi (singkapanbatuan puncak gunung, kawah vulkan, gosong pasir, pasir pantai) tanah terbuka bekas kebakaran dan tanah terbuka yang ditumbuhi rumput/alang-alang (BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar

Vegetasi -

Kerapatan -

Foto ;

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Desa Baru

(41)

Tabel 18 Kategori klasifikasi tambak

Kelas Tambak

Deskripsi Tambak merupakan aktivitas perikanan yang tampak sejajar pantai(BAPLAN 2008).

Tapak Tidak ada

Fisiografi Datar

Vegetasi -

Kerapatan -

Foto :

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2007

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV

Penafsiran visual Citra ALOS PALSAR tahun 2009

Citra komposit

HH, HV, HH/HV HH HV Kenampakan foto lapangan di Desa Karmeo

(42)

2.3.3 Klasifikasi Kualitatif

Analisis visual merupakan kegiatan mengamati citra secara visual dengan tujuan untuk mengindentifikasi obyek yang terekam oleh citra. Pada Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter analisis visual menggunakan kombinasi band HH-HV-HH/HV. Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter hanya memiliki dua polarisasi saja dan belum memiliki warna komposit sehingga dilakukan pembuatan band baru untuk menghasilkan warna komposit. Band baru yang dibuat tersebut merupakan rasio HH/HV yang natinya menghasilkan band blue.

Analisis visual Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter dilakukan dengan meng-overlay-kan citra yang sudah di delineasi dengan titik pengamatan lapangan. Pada tahap awal delineasi dilakukan pada citra ALOS PALSAR tahun 2009 karena citra tersebut merupakan citra yang paling mendekati dengan kondisi lapangan saat ini yaitu tahun 2012 karena pengamatan lapangan dilakukan pada bulan Desember 2012.

Karakteristik objek dalam interpretasi citra secara visual dapat dikenali berdasarkan 7 elemen interpretasi (JICA 2011), yaitu :

a. Tone dan warna

Tone (derajat keabu-abuan / greyscale) dan warna adalah elemen dasar dari interpretasi sebuah objek. Variasi tone / warna sangat bergantung pada karakteristik dari setiap objek, karena warna merupakan hasil reflektansi, transmisi dan atau radiasi panjang gelombang yang dihasilkan dari objek yang bersangkutan.

b. Bentuk

Secara umum, bentuk sebuah objek mengacu pada bentuk-bentuk umum bagian luar (eksternal), struktur, konfigurasi atau garis besar dari individu objek. Bentuk dapat menjadi petunjuk yang sangat khas untuk interpretasi. Bentuk-bentuk umum yang dipergunakan adalah variasi bentuk poligon dan atau garis, seperti segi empat panjang , segi tiga, lingkaran, garis lurus, garis melengkung dan sebagainya.

c. Ukuran

Ukuran suatu objek atau yang tampak dalam citra atau foto sangat bergantung pada skala, resolusi dan ukuran objek yang sebenarnya di

(43)

alam. Oleh karena itu, dalam interpretasi visual perlu memahami dan mengetahui ukuran absolut dan atau relatif suatu objek atau fitur yang terekam.

d. Pola

Pola yang digunakan pada interpretasi visual umumnya mengacu pada tata ruang atau tata letak objek dalam suatu ruang. Pola merupakan susunan suatu objek dalam suatu bentuk yang khas berulang. Pola sebaran objek dengan jarak yang teratur, tone yang sama akan menghasilkan tampilan pola yang berbeda dengan objek yang tersebar secara acak (random) dan tone yang relatif berbeda.

e. Tekstur

Tekstur dalam interpretasi terbentuk dari variasi dan susunan tone atau warna yang ditampilkan oleh suatu objek atau sekumpulan objek pada citra. Tekstur kasar umumnya dibentuk oleh tone dengan variasi yang tinggi (belang-belang) dimana terjadi perubahan tone yang besar, sedangkan tekstur halus terbentuk dari variasi yang relatif kecil. Tekstur adalah salah satu elemen terpenting untuk membedakan fitur dalam citra radar.

f. Bayangan

Bayangan dapat membantu dalam interpretasi karena dapat memberikan imaginasi tentang profil atau bentuk serta tinggi relatif dari suatu objek. Bayangan juga dapat mengganggu hasil penafsiran. Bayangan juga berguna untuk meningkatkan atau mengidentifikasi topografi dan bentang alam, khususnya citra radar. Bayangan pada radar sangat terkait dengan sudut miring dari radiasi gelombang mikro yang dipancarkan sistem sensor dan bukan oleh geometri dari iluminasi matahari.

g. Asosiasi

Elemen asosiasi mempertimbangkan hubungan keberadaan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Keberadaan suatu objek suatu objek sangat bergantung pada keberadaan objek lainnya.

(44)

2.3.4 Klasifikasi Kuantitatif

Klasifikasi digital merupakan analisis data secara kuantitatif. Berdasarkan pendekatannya klasifikasi digital dibedakan menjadi klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) dan klasifikasi tidak terbimbing (Unsupervised Classification). Klasifikasi terbimbing merupakan klasifikasi dimana analis mempunyai sejumlah piksel yang mewakili dari masing-masing kelas atau kategori yang diinginkan. Pengelompokan kelas ditetapkan berdasarkan penciri kelas yang diperoleh analis melalui pembuatan training area. Metode yang digunakan dalam klasifikasi terbimbing adalah Metode Peluang Maksimum (Maximum Likelihood Classifier). Metode ini mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya adalah peluang dari suatu piksel untuk dikelaskan ke dalam kelas atau kategori tertentu (Jaya 2010).

2.3.5 Analisis Separabilitas

Separabilitas dari penciri kelas adalah ukuran statistik antar dua kelas. Separabilitas ini dapat dihitung untuk setiap kombinasi band. Ukuran ini sekaligus digunakan untuk menentukan kombinasi band mana yang terbaik.

Ukuran separabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Transformed Divergence (TD). Transformed Divergence ini merupakan hasil transformasi dari matrik Divegence yang dinyatakan pada rumus sebagai berikut :

TDij = 2000 (1 – exp ((Dij/8)) Keterangan :

i dan j = the two signature (classes) being compared T = the transposition function

Dij = divegence

Menurut Jaya dan Kobayashi (1995), kriteria separabilitas yang digunakan dalam memisahkan individu-individu dalam pasangan kelasnya adalah : sempurna (2000), baik (1900~<2000). cukup (1800~<1900), kurang (1600~<1800), dan tidak terpisahkan (<1600). Tingkat keterpisahan suatu tutupan lahan dijelaskan pada Tabel 19.

(45)

Tabel 19 Kriteria tingkat keterpisahan

Nilai Tingkat Keterpisahan Keterangan

2000 Sempurna (excellent)

1900 ~< 2000 Sangat baik (good) 1700 ~< 1900 Baik (fair)

1600 ~<1800 Cukup baik (poor)

<1600 Tidak terpisahkan (inseparable)

Sumber : Jaya (2006)

2.3.6 Uji Akurasi

Akurasi merupakan ukuran ketelitian posisi dan tematik dari suatu peta. Akurasi sering dianalisis mengguanakn suatu matrik kontingensi, yaitu suatu matrik bujur sangkar yang memuat sejumlah piksel yang diklasifikasi. Matrik kontingensi ini bisa menentukan berapa besar nilai akurasi keseluruhan, akurasi pembuat,akurasi pengguna dan akurasi kappa. Akurasi keseluruhan jarang digunakan karena terlalu over estimate untuk digunakan sebagai indikator yang baik dalam mengukur kesuksesan klasifikasi (JICA 2011).

Kappa akurasi merupakan akurasi yang mempertimbangkan semua elemen yang ada pada matrik kesalahan (Jaya 2010). Perhitungan semua akurasi ini dilakukan dengan menggunakan software Erdas Imagine 9.1. Perhitungan Kappa accuracy secara matematis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Xii : Nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i Xi+ : Jumlah piksel dalam kolom ke-i

X+1 : Jumlah piksel dalam baris ke-i N : Banyaknya piksel dalam contoh

Pada klasifikasi kualitatif perhitungan nilai akurasi dilakukan dengan cara meng-overlaykan-kan hasil penafsiran visual dengan titik pengamatan lapangan. Hasil overlay tersebut akan menghasilkan tuplah referensi yang nanatinya akan di proses menggukan ektensi IHMB - Jaya versi 6 pada Arcview versi 3.2, sedangkan

(46)

pada klasifikasi kuantitatif perhitungan nilai akurasi berdasarkan hasil dari matrik kontingensi yang diperoleh dari pembuatan training area.

2.3.7 Analisis Perubahan Tutupan Lahan

Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang bebeda (Lillesand dan Kiefer 1990). Analisis perubahan tutupan lahan dilakukan dengan membuat matrik transisi yang diperolah dari hasil thematic change. Hasil penafsiran visual tahun 2007 dan tahun 2009 diintersect kemudian ditambahkan kolom baru untuk memberi informasi perubahan tutupan lahan yang terjadi. Formula yang digunakan untuk menghasilkan informasi perubahan sebagai berikut : [tuplah_2007]++”-“++[tuplah_2009].

Formula tersebut juga digunakan dalam perhitungan deforestasi dan degradasi yang kemudian diolah lagi menggunakan pivot table pada microsoft excel.

2.3.8 Pola Perubahan Tutupan Lahan

Pola perubahan tutupan lahan dianalisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari matrik transisi. Matrik tersebut dispasialkan untuk melihat pola perubahan yang terjadi. Pola perubahan tutupan lahan terbagi menjadi empat kategori yaitu tetap (no change), mengelompok (cluster), acak (random) dan seragam (uniform). Kategori tetap menandakan tidak ada perubahan pada kelas tutupan lahan, kategori mengelompok mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi secara mengelompok atau hanya terjadi di suatu wilayah saja. Kategori acak mengindikasikan perubahan terjadi di beberapa wilayah sedangkan kategori seragam mengindikasikan perubahan tejadi secara merata dengan jenis tutupan lahan yang sama.

(47)

2.3.9 Diagram Alir Penelitian

Gambar 4 Diagram alir penelitian Mulai Persiapan

Pengumpulan Data Pembuatan Band Sintesis dan

Citra Komposit

Mosaik Citra

Cropping

Penafsiran Visual Citra Persiapan Ground check

Data Raster : Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 Meter Tahun Perekaman 2007 dan 2008

Data Vector : - Peta Layer Land Cover

2006 dan 2009 - Peta Administrasi

Provinsi Jambi - Peta Layer Jaringan

Jalan

Pembuatan Training Area Klasifikasi Terbimbing Analisis Separabilitas Uji Akurasi Separabilitas Diterima Akurasi Diterima Deteksi Perubahan Tutupan Lahan Hutan

Analisis dan Evaluasi Perubahan Tutupan Lahan

Hutan Selesai Peta Tutupan Lahan Tidak Tidak

(48)

30

BAB III

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Letak Geografis

Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’- 2o45’ Lintang Selatan dan 101o10’- 104o55’ Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Jambi adalah 53.435,72 km2 dimana sekitar 40% merupakan kawasan hutan yang terbentang dari Taman Nasional Kerinci Seblat di sebelah Barat sampai Taman Nasional Berbak disebelah Timur.

Batas Wilayah Provinsi Jambi :

Sebelah Utara : Provinsi Riau

Sebelah Selatan : Provinsi Sumatera Selatan Sebelah Barat : Provinsi sumatera Barat Sebelah Timur : Laut Cina Selatan

Provinsi Jambi memiliki 9 kabupaten dan 2 kota, luasan wiayah tersebut disajikan dalam Tabel 20.

Tabel 20 Luas area Provinsi Jambi

No. Kabupaten Jambi Luas area (km2)

1 Kabupaten Kerinci 3.803,5 2 Kabupaten Bungo 6.461 3 Kabupaten Tebo 6.802,59 4 kabupaten Merangin 7.451,3 5 Kaupaten Sarolangun 6.175,43 6 Kabupaten Batanghari 5.804,83

7 Kabupaten Muaro Jambi 5.246

8 Kabupaten Tanjung Jabung barat 5.645,25

9 Kabupaten Tanjung Jabung Timur 5.444,94

10 Kota Jambi 205,38

11 Kota Sungai Penuh 391,5

Total 53.431,72

Sumber : Biro Pemerintahan dan OTDA Iklim

Musim hujan di Propinsi Jambi dari bulan November sampai Maret dan musim kemarau dari bulan Mei sampai Oktober. Iklim Propinsi Jambi bertipe A (Schmidt and Ferguson) dengan curah hujan rata-rata 1.900 – 3.200 mm/tahun dan rata-rata curah hujan 116 – 154 hari pertahun. Suhu maksimum sebesar 31 derajat celcius.

(49)

3.2 Topografi

Secara Topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok ketinggian yaitu (Bapedda, 2005) : dataran rendah 0-100 m , dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m, dan dataran tinggi > 500 m. Data Ketinggian Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Kelas ketinggian Provinsi Jambi

Ketinggian (mdpl) Luas (ha) Wilayah / Kabupaten

Dataran Rendah (0 – 100 )

3.431.165 Kota Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Merangin. Dataran sedang

(100 – 500)

903.180 Batang Hari, Sebagian Sarolangun, Tebo, sebagian Batang Hari, Kota Sungai Penuh, Merangin, sebagian Tanjung Jabung Barat. Dataran Tinggi

(> 500)

765.655 Kerinci, Kota Sungai Penuh, sebagian Merangin, sebagian Sarolangun dan sebagian Bungo.

Total 5.100.000

Sumber : BPS Provinsi Jambi 2011

3.3 Jenis Tanah

Provinsi Jambi memiliki 12 jenis tanah yaitu : Podsolik Merah Kuning, Latosol, Gley Humus Rendah, Andosol, Organosol, Podzolik Coklat, Podzolik Merah Kuning, Alluvial, Hidomorfik Kelabu, Latosol Andosol, Rawa Laut, Komplek Latosol dan Litosol. Beberapa jenis tanah yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

(50)

Tabel 22 Luas wilayah menurut jenis tanah di Provinsi Jambi

No. Jenis Tanah Luas (ha)

1 Podsolik Merah Kuning 2.036.386

2 latosol 952.386

3 Gley Humus Rendah 547.830

4 Andosol 354.406

5 Organosol 308.338

6 Podsolik Coklat 275.652

7 Podzolik Merah Kuning 236.343

8 Alluvial 199.553

9 Hidomorfik Kelabu 83.743

10 Latosol Andosol 60.032

11 Rawa laut 42.951

12 Komplek Latosol dan Litosol 2.380

Total 5.100.000

(51)

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Klasifikasi Kualitatif

Pada tahap analisis visual, citra yang pertama kali diinterpretasi adalah citra ALOS PALSAR tahun 2009, karena citra tersebut merupakan citra yang paling mendekati dengan kondisi lapangan saat ini yaitu tahun 2012 karena pengamatan lapangan dilakukan pada bulan Desember 2012. Pada analisis tersebut ada sebanyak 17 tutupan lahan yang dapat terdeteksi, yaitu badan air, bandara, belukar rawa, hutan lahan kering, hutan mangrove, hutan rawa, hutan tanaman, kebun campuan, kebun karet, kebun sawit, kawasan terbangun, pertanian lahan kering, rawa, sawah, semak/belukar, tambak dan tanah terbuka. Secara umum, deskripsi dari masing-masing tutupan lahan serta tampilannya pada citra komposit adalah sebagai berikut:

4.1.1 Tutupan Lahan a. Badan Air

Badan air adalah bentuk tutupan lahan yang mencakup laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang dan lamun (lumpur pantai). Khusus kenampakan tambak di tepi pantai dimasukkan ke pertanian lahan basah (BAPLAN 2008). Titik pengamatan lapangan untuk badan air diletakkan sekitar Sungai Batanghari, Sungai Muara Tembesi dan anak Sungai Batanghari. Tutupan lahan badan air di lapangan berupa Sungai Batanghari, Sungai Muara Tembesi, dan anak Sungai Batanghari.

Hasil interpretasi visual pada citra ALOS PALSAR tahun 2007 maupun tahun 2009 tidak berbeda nyata. Pada Citra komposit badan air memiliki warna biru ataupun biru gelap mendekati hitam. Kenampakan badan air memiliki tekstur yang kasar dengan bentuk berupa poligon tidak beraturan. Ukuran dari delineasi untuk tutupan lahan badan air bervariasi dari kecil hingga besar. Gambar 5 menunjukkan kenampakan badan air pada citra tahun 2007, 2009, google map dan kondisi lapangan.

(52)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5 Tutupan lahan berupa badan air di Sungai Batanghari lokasi pada citra tahun 2007(a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 34’ 33” LS 103o 34’ 00” BT (d).

b. Bandara

Bandara merupakan kenampakan bandara dan pelabuhan yang berukuran besar dan memungkinkan untuk dideliniasi tersendiri (BAPLAN 2008). Kenampakan bandara dapat dengan mudah diidentifikasi karena bentuknya yang memanjang seperti persegi panjang serta ukuran relatif dan absolutnya. Titik pengamatan lapangan diletakkan disekitar Bandar Udara Sultan Thaha Jambi.

Kenampakan bandara secara visual pada Citra ALOS PALSAR tahun 2007 maupun 2009 tidak berbeda nyata. Hasil interpretsi secara visual menunjukkan kenampakan bandara memiliki tone berwarna biru dan tekstur yang halus. Hasil delineasi dan bentuk tutupan lahan berupa bandara yang tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa tutupan lahan berupa bandara dapat ditafsir secara jelas dan konsisten. Gambar 6a dan 6b menunjukkan kemiripan bentuk delineasi bandara dan kesamaan lokasi yang ditafsir sebagai bandara menunjukkan bahwa hasil

(53)

interpretasi menggunakan Citra ALOS PALSAR tahun 2007 dan 2009 terhadap tutupan lahan berupa bandara cukup konsisten.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6 Tutupan lahan berupa Bandara Sultan Thaha lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 34’ 50” LS 103o 38’ 18” BT (d).

c. Belukar rawa

Belukar rawa adalah vegetasi semak / belukar dari bekas hutan di daerah rawa (BAPLAN 2008). Pada citra, belukar rawa dapat dengan mudah diidentifikasi karena memiliki wana hijau keunguan serta teksturnya yang halus. Tutupan lahan belukar rawa di lapangan berupa hamparan rumput dan tanaman bawah lainnya yang tergenang oleh air dan merupakan areal bekas hutan. Titik pengamatan lapangan diletakkan di Kabupaten Batanghari di sekitar daerah Muara Tembesi dan Desa Ampalu Mudo.

(54)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 7 Tutupan lahan berupa belukar rawa lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 34’ 12” LS 103o 32’ 03” BT (d).

d. Hutan Lahan Kering

Hutan Lahan Kering merupakan seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang belum menampakkan bekas penebangan maupun yang sudah menampakkan bekas penebangan (BAPLAN 2008). Tutupan lahan hutan lahan kering di lapangan hanya berupa hutan sekunder dengan luasan yang relatif kecil. Salah satu areal yang masih memiliki tutupan lahan hutan lahan kering berupa hutan sekunder berada di Kabupaten Batanghari. Titik pengamatan lapangan diletakkan di sekitar Desa Jebak, Kabupaten Batanghari.

Hasil interpretasi visual pada tutupan lahan berupa hutan lahan kering menunjukkan hasil delineasi yang cukup konsisten dan tidak ada perbedaan secara nyata. Sejumlah wilayah yang ditafsir sebagai hutan lahan kering pada poligon hasil penafsiran visual tahun 2007 dibandingkan dengan poligon hasil penafsiran visual tahun 2009 memiliki kemiripan bentuk delineasi. Dilihat dari warnanya

(55)

kenampakan hutan lahan kering memiliki warna hijau kekuning kuningan atau hijau terang, bentuk delineasi dari tutupan lahan ini berupa poligon berukuran besar dengan tekstur halus (Gambar 8).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 8 Tutupan lahan berupa hutan lahan kering lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 15’ 16” LS 103o 46’ 49” BT (d).

e. Hutan Tanaman

Hutan tanaman adalah vegetasi hasil penanaman pada kawasan hutan, baik yang sudah ditanami maupun yang belum (BAPLAN 2008). Tutupan lahan hutan tanaman di lapangan berupa hamparan hutan tanaman akasia dan hamparan eucaliptus milik PT. Wirakarya Sakti (WKS). Titik pengamatan lapangan diletakkan disekitar areal hutan tanaman akasia dan eucaliptus milik PT. Wirakarya Sakti.

Kenampakan hutan tanaman pada Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter tahun 2007 dan 2009 terdapat perbedaan. Gambar 9 menunjukkan perbedaan delineasi secara visual. Pada tahun 2009 areal hutan tanaman akasia

(56)

teridentifikasi masih terdapat areal tanah terbuka sedangkan pada tahun 2007 hampir semua areal hutan tanaman tersebut dipenuhi oleh hamparan tanaman akasia dan eucaliptus.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 9 Tutupan lahan berupa hutan tanaman lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 22’ 08” LS 103o 40’ 53” BT (d).

f. Hutan Rawa

Hutan rawa adalah vegetasi hutan di daerah berawa-rawa, termasuk rawa gambut (BAPLAN 2008). Tutupan lahan hutan rawa di lapangan berada dekat aliran sungai Batanghari dengan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman meranti (Shorea sp.) yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Gambar 10 menunjukkan titik pengamatan lapangan diletakkan di pinggir-pinggir areal hutan rawa hal tersebut dikarenakan wilayah tersebut sulit untuk diakses.

Hutan rawa dapat dengan mudah diidentifikasi secara visual karena teksturnya yang kasar serta bewarna hijau redup. Bentuk delineasi hutan rawa berupa poligon tidak teratur dengan ukuran sedang sampai besar.

(57)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 10 Tutupan lahan berupa hutan rawa lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 0o 54’ 03” LS 103o 12’ 57” BT (d).

g. Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah vegetasi hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai (BAPLAN 2008). Tutupan lahan hutan mangrove berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur di Kota Kuala Tungkal. Titik pengamatan lapangan diletakkan di sekitar muara sungai yang berada di Kuala Tungkal. Sebagian kayu bakau dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai arang dan konstruksi untuk mendirikan rumah.

Kenampakan tutupan lahan hutan mangrove pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter tahun 2007 dan 2009 memiliki warna ungu bercampur dengan biru dengan tekstur halus. Bentuk delineasi hutan mangrove berupa poligon tidak beraturan dengan ukuran kecil. Gambar 11 menunjukkan kenampakan tutupan lahan hutan mangrove pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter tahun 2007 dan 2009 serta foto kondisi lapangan.

(58)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 11 Tutupan lahan berupa hutan mangrove lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 0o 48’ 46” LS 103o 37’ 54” BT (d).

h. Kebun Karet

Kebun karet adalah adalah vegetasi perkebunan tanaman karet (BAPLAN 2008). Tutupan lahan kebun karet di lapangan banyak di jumpai berupa kebun karet maupun hutan karet. Pada tutupan lahan kebun karet yang ada di lapangan rata-rata memiliki jarak tanam 3 x 3 meter dengan umur tegakan diatas 10 tahun. Titik pengamatan di lapangan diletakkan di beberapa titik di Desa Bungku, Desa Mekar Jaya, Desa Pompa Air, dan Kota Muara Bulian. Selain pengambilan titik lapangan pada beberapa tutupan lahan berupa kebun karet juga dilakukan pembuatan plot ukuran 20 x 20 meter untuk mengidentifikasi berapa kerapatan, luas bidang dasar, diameter dan tinggi.

Gambar 12 menunjukkan tutupan lahan kebun karet pada Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter tahun 2007 dan 2009 memiliki warna hijau terang dengan tekstur kasar. Bentuk delineasi berupa kotak ataupun persegi dengan ukuran poligon sedang.

(59)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 12 Tutupan lahan berupa kebun karet lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 44’ 14” LS 103o 46’ 49” BT (d).

i. Kebun Campuran

Kebun campuran merupakan areal kawasan perkebunan yang sudah ditanami oleh tanaman perkebunan maupun tanaman yang berada pada pertanian lahan kering (BAPLAN 2008). Di lapangan, tutupan lahan berupa kebun campuran umumnya berada di sekitar permukiman warga. Titik pengamatan di lapangan diletakkan pada kebun campuran yang berada di Kabupten Tanjung Jabung Barat. Jenis vegetasi yang menjadi mayoritas masyarakat Jambi adalah duku (Lansium domesticum), pinang (Areca catechu), durian (Durio zhibetinus), rambutan (Nephelium lappaceum) dan tanaman palawija lainnya. Umur tanaman kebun campuran tersebut rata-rata di atas 10 tahun.

Gambar 13 menunjukkan tutupan lahan kebun campuran pada Citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter tahun 2007 dan 2009 memiliki warna hijau becampur dengan merah muda dengan tekstur halus. Tutupan lahan kebun campuran memiliki bentuk delineasi poligon tidak beraturan dengan ukuran sedang.

(60)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 13 Tutupan lahan berupa kebun campuran lokasi pada citra tahun 2007 (a), lokasi pada citra tahun 2009 (b), lokasi di google map (c) dan lokasi di lapangan pada koordinat 01o 29’ 49” LS 103o 32’ 03” BT (d).

j. Kebun Sawit

Kebun sawit adalah vegetasi perkebunan yang sudah ditanami oleh tanaman sawit (BAPLAN 2008). Terdapat variasi umur pada areal kelapa sawit yang ditemui di lapangan mulai dari umur di bawah 5 tahun dan di atas 5 tahun. Sebagian besar kebun sawit yang dijumpai di lapangan berbatasan langsung dengan kebun karet masyarakat. Titik pengamatan lapangan diletakkan di Desa Bungku, Desa Mekar Jaya, PT. Asiatic, dan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Kenampakan tutupan lahan kebun sawit pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter memiliki warna keunguan dengan tekstur sedang dan kasar. Tutupan lahan kebun sawit memiliki bentuk delineasi berupa kotak atau persegi dengan ukuran poligon kecil sampai besar. Gambar 14 menunjukkan kenampakan tutupan lahan kebun sawit pada citra ALOS PALSAR tahun 2007 dan 2009 serta di lapangan.

Gambar

Tabel 3  Kategori klasifikasi bandar Udara
Tabel 4  Kategori klasifikasi belukar rawa
Tabel 5  Kategori klasifikasi hutan lahan kering
Tabel 6  Kategori klasifikasi hutan tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah memasuki tahap pembuktian kualifikasi terhadap dokumen penawaran yang saudara sampaikan, maka bersama ini kami mengundang saudara untuk

Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian permukiman yang menempati bantaran sungai adalah dengan menghadirkan sentra kegiatan ekonomi dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kader dalam pelaksanaan penyuluhan gizi Balita di Posyandu wilayah Kerja Puskesmas

Isi pokok mata kuliah ini meliputi: (1) konsep teori, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bahasa, (2) metode-metode pengajaran bahasa, (3)

19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia ( Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO) yang mewajibkan sertifikasi ISPO

3. Adanya rasa kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada adanya hubungan kekerabatan... Urban Community Rural Community. Agraris Industri

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh persepsi kemudahan penggunaan, persepsi risiko terhadap kepercayaan dan niat beli e-ticket pada situs

Faktor lain yang menyebabkan Down Syndrome pada anak yang bersekolah di YPAC Palembang yaitu faktor usia ayah saat ibu hamil menunjukan usia ayah yang berusia