• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Karier Proaktif. nyaman. Menurut Fryer dan Payne (1984) perilaku proaktif adalah ketika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Karier Proaktif. nyaman. Menurut Fryer dan Payne (1984) perilaku proaktif adalah ketika"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

13

A. Perilaku Karier Proaktif 1. Pengertian Perilaku Karier Proaktif

Crant (2000) mendefinisikan perilaku proaktif sebagai perilaku pengambilan inisiatif dalam meningkatkan keadaan terkini, termasuk mencoba keluar dari zona nyaman. Menurut Fryer dan Payne (1984) perilaku proaktif adalah ketika seseorang memilih untuk menginisiasi, mengintervensi, ataupun melihat situasi yang memungkinkan orang tersebut untuk melakukan sesuatu yang bernilai dibandingkan merespon secara pasif terhadap perubahan. Orang-orang yang proaktif selalu aktif dalam mencari informasi dan kesempatan untuk meningkatkan keadaan, tidak dengan diam menunggu informasi dan kesempatan datang menghampiri (Crant, 2000)

Grant dan Parker (2009) mengidentifikasi suatu dimensi dengan tingkatan yang lebih spesifik terkait dengan perilaku proaktif yang mengacu pada dimensi karier individual seseorang yang disebut dengan perilaku karier proaktif. Perilaku karier proaktif mengacu pada inisiatif dan aktivitas seseorang sejak masuk dalam organisasi (Claes & Ruiz-quintanilla, 1998). Secara umum, perilaku karier proaktif juga dapat diartikan sebagai kegiatan mandiri yang dilakukan seseorang untuk mengelola karier (Seibert dkk, 2001).

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku karier proaktif adalah suatu usaha dalam bentuk aktivitas mandiri yang

(2)

memiliki tujuan untuk mengelola dan meningkatkan karier. Perilaku karier proaktif dalam konteks mahasiswa dapat diartikan dengan langkah-langkah inisiatif yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan karier yang diinginkan, seperti membuat perencanaan, mencari informasi lebih dalam terkait karier, ataupun mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi penunjang kesuksesan karier kelak.

2. Aspek – aspek Perilaku Karier Proaktif

Perilaku karier proaktif menurut Claes dan Ruiz-quintanilla (1998) terdiri atas empat aspek utama, antara lain:

a. Perencanaan Karier Proaktif

Perilaku perencanaan karier proaktif adalah inisiatif dan intervensi tentang pembentukan karier pada masa yang akan datang (Claes & Ruiz- quintanilla, 1998). Perencanaan karier merupakan suatu upaya dengan penuh kesadaran seseorang dalam mengelola karier yang meliputi menetapkan tujuan (setting goals), eksplorasi opsi, dan merumuskan rencana (De Vos, De Clippeleer, dkk, 2009).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku perencanaan karier proaktif adalah upaya perubahan karier dengan cara memilih dan menetapkan tujuan dan rencana karier. Perilaku perencanaan karier proaktif pada mahasiswa dapat ditunjukkan dengan membuat perencanaan karier dan juga langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya.

(3)

b. Konsultasi Karier Proaktif

Perilaku konsultasi proaktif merupakan inisiatif dan intervensi tentang pencarian informasi, saran, atau bantuan dari orang lain yang berhubungan dengan karier (Claes & Ruiz-quintanilla, 1998). Perilaku konsultasi karier proaktif dalam konteks karyawan mencakup perilaku membangun relasi dengan atasan ataupun kolega untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan karier. Sedangkan dalam konteks mahasiswa perilaku konsultasi karier proaktif mencakup pencarian informasi dan saran tentang karier dengan cara membangun relasi dengan dosen, alumni, maupun teman kuliah.

c. Pengembangan Keterampilan Proaktif

Perilaku pengembangan keterampilan proaktif membahas tentang inisiatif dan intervensi yang mengarah pada kecakapan dalam melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan salah satu pekerjaan (Claes & Ruiz-quintanilla, 1998). Perilaku pengembangan karier proaktif juga termasuk memperbanyak pengalaman kerja dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan, beberapa dari hal-hal tersebut bisa jadi tidak dibutuhkan dalam jabatan atau pekerjaan terkini dan beberapa juga berorientasi pada masa depan (Strauss, 2009).

Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku pengembangan karier proaktif dapat diartikan dengan perilaku proaktif yang mengacu pada peningkatan kemampuan atau keahlian dan juga pengetahuan untuk mengembangkan karier, meskipun pada situasi terkini hal tersebut tidak

(4)

diperlukan. Contoh perilaku pengembangan karier pada mahasiswa adalah ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan diluar perkuliahan yang dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan saat bekerja nanti, seperti mengikuti organisasi, pelatihan-pelatihan, kerja paruh waktu, magang, dan lain-lain.

d. Perilaku Berjejaring Proaktif

Perilaku berjejaring proaktif dapat diartikan dengan ketika seseorang mencoba untuk mengembangkan dan menjaga hubungan dengan orang lain yang memiliki potensi untuk dapat membantu jalannya karier melalui dukungan emosional, bimbingan karier, ataupun bantuan untuk mendapatkan pekerjaan atau promosi (De Vos, De Clippeleer, dkk, 2009).

Bentuk perilaku berjejaring dalam perilaku karier proaktif pada mahasiswa secara umum adalah membangun relasi pertemanan ataupun membangun citra diri yang dapat membantu kesuksesan karier kelak, termasuk juga menjalin hubungan dengan alumni ataupun dosen yang nantinya dapat membantu dalam mendapatkan pekerjaan ataupun promosi ketika sudah bekerja nantinya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku karier proaktif memiliki empat aspek yaitu perencanaan karier, konsultasi karier, pengembangan karier, dan perilaku berjejaring.

(5)

3. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Karier Proaktif

Secara umum perilaku proaktif dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor indivudual dan situasional (Crant, 2000). Faktor situasional atau eksternal meliputi desain kerja, kepeminpinan/ supervisi dan iklim kerja (Bindl & Parker, 2010). Faktor internal yang mempengaruhi perilaku proaktif antara lain demografi, kepribadian, pengetahuan, dan kemampuan seseorang (Chen, 2013).

Faktor demografi meliputi usia, jenis kelamin, etnisitas dan budaya.

Faktor kepribadian meliputi sifat proakif yang didefinisikan sebagai kecenderungan perilaku yang relatif stabil terhadap mengidentifikasi peluang, menunjukkan inisiatif, mengambil tindakan, dan berkomitmen untuk membawa perubahan (Bateman & Crant, 1993). Faktor pengetahuan dan kemampuan meliputi kemampuan dan kondisi kognitif, latar belakang pendidikan, dan keahlian dalam pekerjaan (Bindl & Parker, 2010).

Perilaku karier proaktif adalah salah satu bentuk perilaku proaktif, dimana faktor yang mempengaruhi secara khusus juga dapat berbeda dengan perilaku proaktif yang lain (Chen, 2013), seperti jenis pekerjaan, pengalaman bekerja, dan pengalamman mobilitas (Claes & Ruiz-quintanilla, 1998), Future Work Self Salience (Strauss dkk, 2012), dan juga modal psikologi (Chen,

2013).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku karier proaktif seseorang secara umum ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun modal psikologi sebagai variabel bebas

(6)

dalam penelitian ini merupakan faktor internal dari perilaku individu, salah satunya adalah perilaku karier proaktif.

B. Modal Psikologi 1. Pengertian Modal Psikologi

Modal psikologi meruapakan perkembangan dari konsep psikologi positif yang dikembangkan oleh Martin Seligman yang kemudian dikembangkan dengan munculnya istilah perilaku organisasi positif (Çavuş &

Gökçen, 2015). Perilaku organisasi positif adalah sebuah studi dan aplikasi kekuatan sumber daya manusia yang berorientasi positif dan kapasitas psikologis yang dapat terukur, dikembangkan, dan dikelola secara efektif untuk peningkatan kinerja saat ini (Luthans, 2002a).

Modal psikologi berbeda dengan modal ekonomi tradisional, modal manusia, dan modal sosial, modal psikologi lebih terfokus pada “siapa diri anda” daripada apa yang dimiliki atau diketahui (Luthans, Luthans, &

Luthans, 2004). Modal Psikologi merupakan suatu keadaan positif psikologis individu yang ditandai dengan 1) memiliki kepercayaan (efikasi diri) untuk mengambil dan meletakkan upaya yang diperlukan untuk sukses dalam tugas yang menantang; 2) membuat atribusi positif (optimisme) tentang sukses sekarang dan di masa depan; 3) tekun menggapai tujuan dan bila perlu, mengarahkan jalan agar tujuan (harapan) berhasil; dan 4) ketika dilanda masalah dan kesulitan, mempertahankan dan melenting kembali untuk mencapai keberhasilan (Luthans, Youssef, dkk, 2007).

(7)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa modal psikologi adalah suatu keadaan psikologis seseorang yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri, memiliki atribusi yang positif, memiliki ketekunan dalam menggapai tujuan, dan tahan banting terhadap masalah dan kesulitan.

2. Aspek – aspek Modal Psikologi

Menurut Luthans, Youssef, dkk, (2007) modal psikologi memiliki empat aspek yang terdiri dari efikasi diri, optimisme harapan, dan resilisiensi, atau lebih populer dengan singkatan HERO (Hope, Efficacy, Resilience, Optimism).

a. Efikasi Diri

Kepercayaan diri atau efikasi diri adalah keyakinan individu tentang kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk berhasil melaksanakan tugas tertentu dalam konteks yang diberikan (Stajkovic & Luthans, 1998). Contoh perilaku efikasi diri pada mahasiswa tingkat akhir adalah perasaan percaya diri dalam mengatasi masalah-masalah studi seperti ketika harus menjelasakan terkait dengan status studi dan lain-lain.

b. Optimisme

Optimisme dapat diartikan sebagai suatu sikap individu yang memiliki harapan kuat terhadap segala sesuatu walaupun sendang menghadapi masalah karena individu tersebut yakin mampu memecahkannya (Slamet, 2014). Contoh perilaku optimisme dari mahasiswa tingkat akhir adalah memiliki rasa optimis dalam

(8)

menyelesaikan studi dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang diinginkan.

c. Harapan

Snyder, Irving, dan Anderson (1991) mendefinisikan harapan sebagai proses dari pemikiran satu tujuan, dengan motivasi untuk mendapatkan tujuan-tujuan tersebut (agency), dan cara-cara untuk meraih tujuan-tujuan tersebut. Salah satu indikator mahasiswa tingkat akhir yang memiliki harapan yang baik adalah dengan melihat diri sendiri sebagai mahasiswa yang berhasil dalam studi.

d. Resiliensi

Resiliensi didefiniskan sebagai suatu kapabilitas individu untuk berhasil mengatasi perubahan, kesulitan risiko yang signifikan (Luthans, 2002b). Salah satu bentuk resiliensi yang dapat dimiliki oleh mahasiswa tingkat akhir adalah dapat menangani tekanan-tekanan yang dihadapai dalam akhir masa studi.

C. Hubungan Modal Psikologi dan Perilaku Karier Proaktif

Perilaku karier proaktif merupakan salah satu hal penting yang perlu dimiliki seseorang yang sedang memulai atau akan memulai karier, contohnya adalah mahasiswa tingkat akhir, dimana mahasiswa tingkat akhir memiliki tanggung jawab untuk menentukan dan menjalani karier apa yang akan dijalani setelah kelulusan. Beberapa penelitian menunjukkan perilaku karier proaktif berhubungan dengan kesuksesan karier (Barlow, 2003; De Vos, Dewettinck, et al., 2009; Verbruggen et al., 2007). Perilaku karier proaktif secara umum dapat

(9)

terlihat dari empat aspek utama, diantaranya adalah perilaku perencanaan karier, pengembangan keterampilan, konsultasi karier, dan perilaku berjejaring karier (Claes & Ruiz-quintanilla, 1998).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku karier proaktif seseorang adalah kondisi psikologis. Salah satunya adalah modal psikologi, dimana modal psikologi merupakan kondisi perkembangan psikologi positif seseorang yang dicirikan dengan empat karakteristik utama, yaitu memiliki efikasi diri, optimisme, harapan, dan resiliensi (Luthans, Youssef, dkk, 2007). Secara umum modal psikologi memiliki hubungan dengan masing-masing bentuk dari perilaku karier proaktif, hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Bentuk perilaku karier proaktif yang pertama adalah perilaku perencanaan karier proaktif. Perencanaan karier merupakan suatu upaya seseorang dalam mengelola karier yang meliputi menetapkan tujuan (setting goals), eksplorasi opsi, dan merumuskan rencana (De Vos, De Clippeleer, dkk, 2009). Mahasiswa yang memilki kepercayaan diri dan resiliensi yang tinggi akan merencanakan kariernya dengan baik, selain itu dengan kepercayaan diri dan resiliensi yang tinggi, mahasiswa tingkat akhir juga akan terlibat lebih banyak dalam menentukan pilihan karier, dikarenakan banyak orang tua yang masih memiliki peranan yang cukup dominan dalam pilihan karier anak meskipun sudah berstatus sebagai mahasiswa.

Selain itu dengan adanya harapan dan efikasi diri yang tinggi mahasiswa juga akan cenderung merencanakan kariernya dengan lebih baik. Hal ini didukung dengan penyataan Chen (2013) dimana individu yang memiliki harapan yang

(10)

tinggi akan memiliki target karier yang lebih tinggi. Tingkat kepercayaan diri yang tinggi pada mahasiswa juga akan lebih yakin dalam merencanakan karier.

Bentuk perilaku karier proaktif yang kedua adalah pengembangan karier proaktif. Keterampilan yang dikembangkan seseorang dalam pengembangan karier proaktif merupakan keterampilan yang mungkin saja tidak diperlukan dalam jabatan atau status terkini, akan tetapi mungkin akan berguna di masa mendatang (Strauss, 2009). Maka dari itu mahasiswa yang memiliki modal psikologi yang tinggi cenderung akan memilih untuk mengembangkan keterampilan yang akan dibutuhkan ketika lulus dari perkuliahan, dikarenakan dengan adanya kepercayaan diri, harapan, dan atribusi positif terhadap karier yang akan dijalani maka mahasiswa juga akan cenderung berusaha lebih dalam mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan pada masa mendatang. Selain itu dengan tingkat resiliensi yang tinggi juga, mahasiswa yang mengembangakan keterampilan ketika sedang berkuliah juga akan tetap tekun menjalani perkuliahan dan aktivitas lain.

Bentuk perilaku karier proaktif yang ketiga adalah konsultasi karier proaktif. Perilaku konsultasi karier proaktif merupakan perilaku pencarian informasi, bimbingan, dan bantuan dalam hal karier (Claes & Ruiz-quintanilla, 1998). Mahasiswa yang memiliki modal psikologi yang tinggi akan cenderung memulai untuk melakukan konsultasi karier proaktif seperti meminta bimbingan alumni ataupun dosen terkait dengan kegiatan ataupun hal-hal lain yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan karier dikarenakan dengan memiliki keempat ciri dari modal psikologi, mahasiswa akan lebih berani dan yakin dalam meminta

(11)

bimbingan atau bantuan dan mencari informasi yang diperlukan untuk membangun karier.

Bentuk perilaku karier proaktif yang terakhir adalah perilaku berjejaring proaktif. Perilaku berjejaring proaktif merujuk pada inisiatif dan intervensi dalam mencari informasi, bimbingan, dan bantuan dari orang lain (Claes & Ruiz- quintanilla, 1998). Mahasiswa yang memiliki modal psikologi yang tinggi cenderung akan membagun jaringan karier yang baik semenjak kuliah, sama seperti perilaku karier proaktif yang lain, perilaku berjejaring proaktif memerlukan kepercayaan diri dan optimisme. Dikarenakan seseorang yang pesimis dan tidak percaya diri akan sulit dalam membangun jaringan pertemanan dalam karier. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian lain yang menemukan hubungan positif antara modal psikologi dan hubungan interpersonal pada mahasiswa (Yan & Zhang, 2016).

Selain itu Chen dan Lim (2012) menemukan hubungan antara modal psikologi dengan perilaku pencarian kerja yang dimediasi oleh perceived employability dan problem-focused coping. Perilaku pencarian kerja merupakan

perilaku yang dicirikan dengan dua aspek utama, yaitu preparatory job search dan active job search (Blau, 1994), dimana kedua aspek ini juga merupakan indikator perilaku dari perencanaan karier proaktif dan konsultasi karier.

(12)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara modal psikologi dan perilaku karier proaktif pada mahasiswa tingkat akhir di Universitas Islam Indonesia. Semakin tinggi skor modal psikologi, semakin tinggi pula skor perilaku karier proaktif.

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

Dengan bermain peran, siswa dapat menjelaskan tentang pentingnya menghargai keberagaman karakteristik individu di lingkungan sekitar2. Dengan berdiskusi, siswa dapat

Perkembangan Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ruang Notariat 1 (Lt.3, Gedung C).. Moderator: Desak Putu Dewi Kasih

 Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus diberikan atau disediakan oleh pemerintah daerah

Penelitian ini dilakukan pada 4 struktur beton dengan variasi bentang panjang balok untuk mengetahui gaya geser desar akibat gempa efektif, mengetahui kinerja akibat perpindahan

Berdasarkan pada hasil analisis diketahui bahwa entres yang disimpan selama 2 dan 4 hari menggunakan media kertas koran dan serbuk gergaji yang telah dibasahi masih menghasilkan

Hasil pengamatan di lapangan menunjukan bahwa Orangutan di kawasan hutan Bukit Lawang lebih banyak menggunakan pohon yang memiliki tipe tajuk bola dalam membuat

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Sungai Raya mengalami kesulitan koneksi