Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1 PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON EFFECT OF DILUENTS ON VITALITY AND INTEGRATED PLASMA
MEMBRANE OF SPERMATOZOA RAMBON DUCKS
Thesia Ionately AM* , Nurcholidah Solihati**, Siti Wahyuni H.S**
Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
** Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran e-mail : j7iona93@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pengencer terhadap daya hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa Itik Rambon. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat empat jenis perlakuan pengencer (P1 = air kelapa, P2 = larutan Ringer’s, P3 = sitrat, P4
= tris yang masing-masing telah dicampur dengan kuning telur 20%), perlakuan diulang sebanyak lima kali. Penambahan pengencer pada semen Itik Rambon berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa. Penambahan pengencer Tris merupakan yang terbaik karena dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa Itik Rambon selama 108 menit.
Kata kunci: semen cair, daya hidup, motilitas, membran plasma utuh, itik Rambon.
ABSTRACT
The research aimed to study the effect of diluents on the vitality of Rambon ducks spermatozoa. This study used an experimental method with completely randomized design (CRD). There were four types of dilutions treatments (P1 = coconut water, P2 = Ringer’s solution, P3 = citrate, P4 = tris, each of which has been mixed with 20% egg yolk, each treatment was replication five times. Type of a diluent significantly affected (P<0,05) the vitality and integrated plasma membrane of Rambon ducks spermatozoa.
Tris extender gave the best result it could hold vitality of Rambon ducks spermatozoa as long as 108 minutes.
Keywords: liquid semen, vitality, motility, plasma membrane, Rambon ducks.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2 PENDAHULUAN
Itik Rambon merupakan itik asli dari daerah pesisir Cirebon yang beriklim panas. Itik Rambon memiliki beberapa kelemahan seperti pertumbuhan dan dewasa kelamin yang lambat serta sulit ditampung semennya dan hal ini dapat menghambat produktivitas.
Di Indonesia, penggunaan teknik inseminasi buatan untuk menghasilkan Itik Rambon belum berkembang, namun beberapa peternakan di Depok, Jawa Barat, telah bekerja sama dengan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) untuk merintis penerapan inseminasi buatan (IB) pada itik lokal dengan sperma entok. Hal ini diharapkan dapat memicu pengembangan program inseminasi buatan (IB) secara luas.
Sejalan dengan tujuan suatu program inseminasi buatan dapat berjalan baik, maka daya fertilitas optimum spermatozoa harus diawetkan untuk beberapa lama setelah penampungan dengan larutan pengencer untuk menjaga kebutuhan fisik dan kimianya. Bahan pengencer yang biasa digunakan umumnya berfungsi untuk menambah volume semen, akan tetapi
sebaiknya menurut Toelihere (1993) suatu bahan agar dapat digunakan sebagai pengencer harus mampu menyediakan zat makanan sebagai sumber energi, melindungi spermatozoa dari cold shock, berfungsi sebagai buffer atau penyangga untuk mencegah perubahan pH, mempertahankan tekanan osmotic dan keseimbangan elektrolit yang sesuai, serta mengandung antibiotik yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri.
Daya hidup spermatozoa merupakan salah satu aspek paling penting dalam menilai kualitas semen. Maka perlu adanya pengupayaan bagaimana mendapatkan dan menjaga daya hidup semen tersebut dapat bertahan lebih lama.
Penelitian mengenai pengaruh jenis
pengencer semen itik masih belum banyak
dilakukan. Penilaian terhadap kualitas
semen yang dihasilkan dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Salah satu
faktor yang paling menentukan dalam
penilaian kualitas semen adalah daya hidup
dan keutuhan membran plasma
spermatozoa.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3 BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen dari 3 ekor itik Rambon berumur sembilan bulan, pewarna eosin negrosin, alcohol 70%, NaCl Fisiologis 3%, larutan Hostes, aquades. Itik ditempatkan ke dalam kandang secara koloni berukuran 0,5 x 1 x 0,5 meter.
Ransum yang diberikan adalah ransum terbaik dengan imbangan energi-protein diberikan sejak DOD sampai dewasa sehingga tidak ada perbedaan ransum
menurut kebutuhan pada setiap fase pertumbuhan itik.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set penampung semen atau alat hisap, tempat pakan dan minum, mikroskop, objek glass, cover glass, pipet, batang pengaduk, pembakar bunsen, counter, tissue, satu set haemocytometer, pH paper, tabung sentrifugasi dan penangas air.
Ransum Penelitian
Ransum penelitan merupakan ransum dengan level imbangan PK dan ME terbaik yang disesuaikan untuk itik Rambon.
Tabel 1. Kandungan Gizi Ransum Penelitian
Zat Makanan Persentase
...(%)...
Protein Kasar* 13,35
Lemak Kasar 6,64
Serat Kasar 4,90
Kalsium 1,04
Fosfor 0,62
Lisin 0,73
Metionin + Sistin 0,62
Energi Metabolis*
(kkal/kg)
2726
Keterangan *Hasil Analisis Lab. Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
Metode Penelitian
Rangkaian penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu Tahap Persiapan;
sebelum melakukan penampungan, alat-
alat yang digunakan harus dalam keadaan
bersih dan steril serta suhunya sama
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4 dengan suhu sperma. Untuk itu, perlu
dilakukan sterilisasi alat untuk mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi dengan bakteri yang dapat menurunkan kualitas sperma.
Alat-alat yang sudah disterilisasi kemudian dikemas dengan aluminium foil dan disimpan pada suhu 37
0C sebelum digunakan, lalu mempersiapkan itik yang akan ditampung semennya beserta alat penampung semen.
Tahap Penampungan Semen;
penampungan semen itik Rambon dilakukan sebelum pemberian pakan dengan selang waktu tiga hari, hal ini disesuaikan untuk menghindari pada saat penampungan semen tidak bercampur kotoran yang keluar. Selain itu juga dimaksudkan agar itik tidak terlalu mengalami stress. Pengambilan semen dilakukan dengan menggunakan metode urut yaitu dengan cara mengurut bagian punggung hingga ke pangkal ekor.
Pengurutan diulang beberapa kali hingga itik menunjukkan ereksi maksimal.
Tahap Evaluasi Semen; Evaluasi semen dilakukan dengan pengamatan
makroskopis meliputi pengamatan terhadap warna, bau, konsistensi, pH dan volume yang dapat diamati langsung setelah semen ditampung. Sementara pengamatan mikroskopis meliputi pengamatan terhadap daya hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa.
Evaluasi semen dilakukan langsung di Indigenous Ducks Breeding Station Universitas Padjadjaran.
Parameter yang Diamati
1. Membran Plasma Utuh, pengujian
menggunakan Hypoosmotic Swelling Test
(HOST). Pengujian dengan memasukkan
0,1 ml semen ke dalam 1 ml larutan
hipoosmotik (0,31 g Natrium sitrat dan
0,565 g fruktosa dilarutkan dalam 50 mL
aquades), kemudian diinkubasi pada suhu
37ºC selama 30 menit, selanjutnya dibuat
tetesan pada object glass dan ditutup
dengan cover glass sebelum dilakukan
pengamatan dengan mikroskop cahaya
perbesaran 400 kali. Spermatozoa dengan
membran normal (integritas membran
baik) ditandai dengan ekornya melingkar
pada bagian ujung, sedangkan
spermatozoa dengan membran tidak
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5 normal (integritas membran buruk)
ditandai dengan ekor lurus (Correa dan Zavos, 1994 dalam Susilowati, 2008).
Rumus perhitungan :
200−X200
x 100 % X = jumlah spermatozoa rusak
2. Penentuan Daya Hidup, menggunakan persentasi motilitas spermatozoa.
Perhitungan motilitas dilakukan melalui perhitungan konsentrasi total (KT) dan konsentrasi mati (KM) spermatozoa.
Perhitungan konsentrasi total spermatozoa dilakukan dengan cara menghisap semen dengan pipet eruthrocyt sampai tanda 0,5 kemudian diencerkan dengan NaCl 3% sampai tanda 101 lalu dikocok perlahan membentuk angka 8 selama 2-3 menit.
Tetesan pertama dibuang dan meneteskan 1 tetes semen pada sisi kamar hitung Neubauer yang ditutup dengan cover glass. Perhitungan spermatozoa mati juga dilakukan dengan cara yang sama tetapi diencerkan dengan larutan fisiologis. Jumlah spermatozoa dihitung dalam 5 kamar hitung secara diagonal. (Omar, 2006).
Rumus perhitungan :
Y−XY