• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIQH, RIBA, GHARAR. - riba ( ال رب ا ) berarti ziyadah ( ال زي ادة ) yaitu tambahan, bisa juga diartikansebagaikelebihan, atau pertumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FIQH, RIBA, GHARAR. - riba ( ال رب ا ) berarti ziyadah ( ال زي ادة ) yaitu tambahan, bisa juga diartikansebagaikelebihan, atau pertumbuhan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FIQH, RIBA, GHARAR

RIBA

- riba ( ا بر لا ) berarti ziyadah ( ةدا يز لا ) yaitu tambahan, bisa juga diartikansebagaikelebihan, atau pertumbuhan

- Dari sudut pandang teknis, riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil

Ragam riba

Riba Qardh adalah tambahan yang terjadi pada akad qardh (pinjaman), dimana bentuknya dapat berupa:

1. Tambahan atas nilai pokok pinjaman yang telah disyaratkan di awal, seperti “saya pinjaman 100 asal dikembalikan 110”

2. Tambahan atas nilai pokok pinjaman karena adanya penangguhan pembayaran atau pengembalian pinjaman seperti “kamu boleh menunda pembayaran pinjaman asalkan membayar tambahan sebesar 10”

Pelarangan Riba dalam Al-qur‟an

1. Tahapan Pertama (QS. Ar Rum : 39)

39. dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

RIBA

BUYU QARDH

FADHL NASIAH

(2)

Ayat ini turun di mekah, dan menjadi permulaan diharamkanny riba.

2. Tahapan Kedua (An-nisa 161)

161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

Ayat ini merupakan kisah tentang orang-orang yahudi. Allah mengharamkan mereka riba, akan tetapi mereka tetap mengerjakan hal ini. Pengharaman riba pada ayat ini adalah pengharaman secara tersirat tidak dalam bentuk tegas, akan tetapi berupa kisah pelajaran dari orang-orang yahudi yang telah diperintahkan kepada mereka untuk meninggalkan riba, tetapi mereka tetap melakukannya, padahal nabi-nabi mereka telah melarang perbuatan riba.

3. Tahapan ketiga (Ali Imron : 130)

130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

Allah SWT melarang hamba-hambaNya yang mukmin memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang, maka jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah, tetapi jika ia tidak dapat membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat lipat dari utang yang sebenarnya. (tafsir ibnu katsir)

4. Tahapan Keempat (Al Baqarah : 278-279)

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari

(3)

pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Abu Ja‟far Muhammad bin JarirAthThabary meriwayatkan bahwa:

Kaum Tsaqif, penduduk kota Thaif, telah membuat suatu kesepakatan dengan Rasulullah bahwa semua hutang mereka, demikian juga piutang (tagihan) mereka yang ber-dasarkan riba agar dibekukan dan dikembalikan hanya pokoknya saja.

Setelah Fathul Makkah, Rasulullah menunjuk Itab bin Usaid sebagai Gubernur Makkah yang juga meliputi kawasan Thaif sebagai daerah administrasinya. Adalah Bani Amr bin Umair bin Auf yang senantiasa meminjamkan uang secara riba kepada Bani Mughirah dan sejak zaman jahiliyah Bani Mughirah senantiasa membayarnya dengan tambahan riba. Setelah kedatangan Islam, mereka tetap memiliki kekayaan dan asset yang banyak. Maka datanglah Bani Amr untuk menagih hutang dengan tambahan (riba) dari Bani Mughirah seperti sediakala, tetapi Bani Mughirah setelah memeluk Islam menolak untuk memberikan tambahan (riba) tersebut. Maka dilaporkanlah masalah tersebut kepada Gubernur Itab bin Usaid. Menanggapi masalah ini Gubernur Itab langsung menulis surat kepada Rasulullah dan turunlah ayat di atas.

Rasulullah lantas menulis surat balasan kepada Gubernur Itaba‟ jikalau mereka ridha dengan ketentuan Allah di atas maka itu baik, tetapi jikalau mereka menolaknya maka kumandangkanlah ultimatum perang kepada mereka.

Substansi dan Maqashid Pelarangan Riba Al-Qardh

 Riba al-Qardh bertentangan dengan maqashid syariah terkait dengan pemeliharaan harta:

- Pemberi pinjaman tidak dirugikan karena modal pokoknya pasti kembali

- Termasuk dalam memakan harta orang lain secara zholim karena tambahan tidak disertai „iwadh

 Pemberi pinjaman (pemilik modal) tidak akan pernah mengalami kerugian sementara si penerima pinjaman menderita kerugian sehingga kesenjangan sosial semakin tinggi

 Riba menjadi penyebab rusaknya kehidupan bermasyarakat karena pihak peminjam akan tereksploitasi hartanya karena tidak mampu membayar tambahan yang berlipat ganda

(4)

 Riba cenderung menjadikan seseorang malas karena dapat memperoleh imbal hasil tanpa harus bersusah payah berbisnis atau berusaha

 Bunga bank yang merupakan tambahan atas pinjaman membuat biaya produksi menjadi meningkat dan seringkali dibebankan kepada konsumen sehingga mendorong peningkatan harga

Kriteria dan Ruang Lingkup Riba al-Qardh

 Illat riba al-qardh adalah tambahan manfaat pada transaksi pinjam meminjam dan bukan pada besar kecilnya tambahan

 Kaidah fiqh terkait dengan pinjaman:

“Setiap pinjaman yang memberikan manfaat adalah riba”

 Tambahan juga dapat diartikan sebagai manfaat berdasarkan kaidah di atas dan manfaat merupakan segala hal yang memberikan keuntungan bagi pemberi pinjaman

Kriteria dari manfaat:

1. Keuntungan yang terpisah dan bukan keuntungan yang mengikut dalam akad pinjaman

2. Keuntungan hanya dinikmati oleh pemberi pinjaman

3. Keuntungan yang dinikmati pemberi pinjaman disyaratkan di awal akad

4. Keuntungan yang tidak dipersyaratk an tersebut diberikan sebelum pinjaman dilunasi Riba buyu‟ adalah tambahan barang-barang tertentu (barang-barang ribawi) yang terjadi pada akad qardh (pinjaman). Ruba buyu‟ terbagi 2 macam :

1. Riba Fadl

Dari segi bahasa, fadhl adalah „lebihan‟. Sedangkan dari istilah riba fadhl adalah, lebihan atau penambahan kuantitas dalam transaksi pertukaran atau jual beli barang yang jenisnya sama, seperti emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum dsb, yang jumlahnya tidak sama

2. Riba Nasiah

Riba nasi‟ah adalah riba yang terjadi karena adanya pembayaran yang tertunda pada akad tukar menukar dua barang yang tergolong komoditi ribawi (emas, perak, kurma,

(5)

gandum dan garam), baik satu jenis atau berlainan jenis dengan menunda penyerahan salah satu barang yang dipertukarkan atau kedua-duanya.

Berdasarkan hadits Ubaidah bin Shamit terdapat 6 barang (yang secara dzahir) merupakan barang ribawi (al-„Amwâl al- Ribawîyah):

– Emas – Perak – Gandum – Sya‟ir – Kurma – Garam

KAIDAH DALAM TRANSAKSI BARANG RIBAWI

• Barter Sejenis (misalnya emas ditukar dengan emas), dikatakan sah akadnya apabila:

- Ukuran keduanya harus sama, berat (jika satuan barang berdasarkan timbangan) atau volume (jika satuan barangnya berupa liter) haruslah sama. (mits lan bi mistlin, sawaan bi sawaain)

- Serah terima kedua barang harus tunai di majelis akad. (yadan bi yadin)

• Note: Jika syarat pertama tidak dipenuhi maka terjadi riba fadhl. Jika syarat kedua tidak dipenuhi maka terjadi riba nasi‟ah. Jika keduanya tidak terpenuhi maka terjadi riba fadhl nasi‟ah.

- Barter barang ribawi berbeda jenis namun satu illat (misalnya menukar kurma dengan gandum atau emas dengan perak), maka:

 Harus dilakukan dengan cara tunai.

 Sedangkan kuantitas barang yang dipertukarkan tidak harus sama.

• Note: Apabila barang ribawi tersebut ditukarkan dengan cara tidak tunai maka terjadi riba nasi‟ah

- Menukarkan harta ribawi dengan harta ribawi yang tidak sejenis dan juga tidak satu illat (misalnya emas dengan kurma), maka:

- Tidak dipersyaratkan harus sama dalam kuantitas dan juga tidak harus tunai.

BAI‟ AL-INAH

bai‟ al-„inahadalahseseorangme mbelibarangsecaratidaktunai, dengankesepakatan, akanmenjualnyakembalikepadapenjualpertamadenganhargalebihkecilsecaratunai.

Alat tukar

Makanan pokok

(6)

KETENTUAN HUKUM BAI‟ AL-INAH

*) Hilah Ribawiyah adalah tipu daya.

*) Al- ibratu bil alfadz la bil maqashid  setiap praktek muamalah itu berdasarkan dzahirnya bukan niatnya

TAWARRUQ

(7)

Menurut para Fuqaha, Tawarruqadalah :“Seseorang membeli barang secara tidak tunai dan menjualnya kembali (kepada selain penjual) secara tunai”. ()

Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa unsur- unsur penting dalam Tawarruq adalah :

1) Pembelian barang secara angsur.

2) Penjualan kembali secara tunai

3) Penjualan kepada selain penjual pertama tanpa perjanjian dan tanpa disyaratkan ; jual beli sebenarnya (al-bai‟ al-haqiqi).

Hukum tawarruq

Boleh. Karena bebas dari riba dan tidak mengandung transaksi ‟inah.

4) Substansi TawarruqMunadzom

Sebuah perbankan menjual komoditi (selain emas atau perak) dari pasar komoditi internasional atau yang lainnya), kepada pembeli dengan harga tidak tunai, kemudian bank tersebut berkewajiban – baik karena disyaratkan dalam akad, atau karena kebiasaan („urf), – mewakili pembeli untuk menjualnya kembali kepada pembeli lain dengan harga tunai dan menyerahkan uangnya kepada pembeli pertama.

C A B

goods

TUNAI KREDIT

goods

A B

C

KREDIT GOODS

TU NA I

GO OD S

TUNAI

(8)

HUKUM TAWARRUQ MUNADZAM

Hukum dari tawaruq munazam ini adalah tida boleh karena tidak terjadinya pemindahan fisik dari komoditi, hanya sebatas penandatanganan akad jual beli.

SYARAT DIPERBOLEHKANNYA TAWARRUQ

Tawarruq hanya boleh digunakan untuk menutupi kekurangan likuiditas dan meminimalisir resiko likuiditas lembaga- lembaga keuangan syariah (bukan untuk individu). Dengan syarat- syarat berikut :

1) Pembeli (pertama) tidak menjual barang tersebut (dengan harga lebih kecil dari harga belinya) kepada penjual pertama baik secara langsung ataupun melalui perantara.

2) Tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain untuk menjual barang tersebut (harus menjual langsung)

3) Terpenuhinya syarat dan rukun jual beli tidak tunai, baik secara jual beli negosiasi maupun murabahah, dan mengikuti fatwa DSN tentang murabahah.

Memastikan keberadaan komoditas dan telah dimiliki oleh penjual (pertama) sebelum menjualnya kembali. Dalam hal ini terdapat wa'd (janji) yang mengikat harus dibatasi hanya oleh salah satu pihak yang memberikan janji saja. Demikian halnya komoditas yang menjadi obyek transaksi bukan berupa emas, perak atau mata uang sejenisnya.

4) Harus menunjuk secara definitif komoditas (obyek transaksi), dengan penyimpanannya, ataupun nomor resi gedung, dengan mengacu pada standar no. 20 mengenai jual beli bursa. Jika komoditas belum ada saat transaksi, maka harus disebutkan secara terperinci dalam kontrak mengenai kriteria komoditas, kuantitas, harga dan lokasi keberadaannya agar transaksi jual belinya terjadi secara sesungguhnya bukan hanya formalitas. Selain itu diutamakan komoditas lokal sebagai obyek transaksi.

5) Qabd (delivery dan acceptance) harus dilakukan secara benar, baik secara fisik maupu nsecara legal.

(9)

6) Penjualan kembali komoditas itu wajib dilakukan kepada selain penjual pertama (pihak ketiga) secara tangguh, dan tidak boleh kembali kepada penjual pertama baik dipersyaratkan, disepakati atau urf.

7) Tidak mengkaitkan akad pembelian komoditas secara tangguh dengan akad penjualannya secara tunai.

8) Nasabah tidak boleh mewakilkan kepada bank syariah atau wakil bank dalam menjualkan kembali komoditas. Kecuali jika peraturan perundang- undangan melarang nasabah menjual komoditas sendiri, maka boleh mewakilkan kepada LKS dengan syarat nasabah telah melakukan qabdh terhadap komoditas tersebut baik fisik atau legal.

9) LKS tidak mewakilkan kepada pihak lain atas nama nasabah untuk menjualkan komoditas yang dibelinya dari LKS tersebut.

10) Nasabah/customer tidak boleh menjual komoditasnya kecuali nasabah sendiri atau melalui agen selain LKS, tempat nasabah membeli komoditas tersebut. ()

Perbandingan antara bai’ al-‘inah, tawarruq dantawarruqmunadzom

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan pula bahwa indikasi risiko yang terjadi pada pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran daratan dari limbah yang dihasilkan industri batik

Prinsip pemisahan dengan sorting classifier dengan metode Sink and Float. Metode ini menggunakan suatu medium pemisahan liquid yang densitasnya berada diantara

Desain pekerjaan memiliki spesifikasi, yaitu; Skill variety, yaitu karyawan lebih ditekankan pada keahliannya, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan;

Salah satu dari karakter sistem komunikasi spread spectrum adalah adanya gain proses yang merupakan besarnya perbandingan antara jumlah bit rate hasil proses spreading (chip

Tentara Mutat}awwi’ah , adalah tentara semesta atau tentara sukarela, jadi setiap orang Islam yang mampu mengangkat senjata untuk berperang, dan kelompok ini dijadikan

Jalur 3 dibedakan dari jalur ujian IBLCE lainnya dengan mengharuskan aplikan untuk menyelesaikan bimbingan praktek klinis dibawah pengawasan langsung dari seseorang yang

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.Tidak seperti hepatitis B dan C,

Node Covering, yaitu masalah penentuan rute yang ditekankan pada pencapaian node-node, atau titik-titik tertentu yang ada pada suatu jaringan.. 15 semua node yang ada