• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KOORDINASI KERJA, KOMUNIKASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BINJAI

Oleh:

RIZKY ICHWAN NASUTION 130521131

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Rizky Ichwan Nasution

NIM : 130521131

Program Studi : Strata 1 Manajemen Ekstensi

Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia

Judul : Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat

Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan

Kepegawaian Daerah Kota Binjai

Medan, November 2015

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Nama : Rizky Ichwan Nasution

LEMBAR PENGESAHAN

NIM : 130521131

Program Studi : Strata 1 Manajemen Ekstensi Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia

Judul : Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat

Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca Penilai,

Dra. Friska Sipayung, M.S

NIP. 19620117 198603 2 002 NIP. 19590724 198603 2 001

Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc

Ketua Program Studi Manajemen

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Nama : Rizky Ichwan Nasution

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NIM : 130521131

Program Studi : Strata 1 Manajemen Ekstensi Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia

Judul : Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat

Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

Tanggal : November 2015 Ketua Program Studi Manajemen

NIP. 19620513 199203 2 001

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si

Tanggal : November 2015 Ketua Departemen Manajemen

(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat allah swt, saya yang bertanda

tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang

berjudul “Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja Terhadap

Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai” adalah

benar hasil karya saya yang disusun sebagai tugas akhir akademik guna

menyelesaikan studi Strata 1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

Data, bagian atau informasi yang saya peroleh dari perusahaan atau saya

kutip dan hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/dituliskan sumbernya

pada daftar pustaka secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan

ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, maka

saya menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, November 2015

NIM. 130521131

(6)

i

ABSTRAK

PENGARUH KOORDINASI KERJA, KOMUNIKASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BINJAI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai. Penelitisn ini termasuk penelitian eksplanasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai yang berjumlah 41 orang. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, dengan variabel bebas yaitu Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja dan variabel terikat yaitu Prestasi Kerja.

(7)

ii

ABSTRACT

EFEECT OF WORK COORDINATION, COMMUNICATION AND SPIRIT OF WORK ON JOB PERFORMANCE AT BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BINJAI

This research aims to know the Effect of Work Coordination, communication and Spirit of Work on Job Performance at Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai. This research includes research explanation. The data used in this study are primary data and secondary data. Population in this research is all employees Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai numbering 41 people. Hypothesis testing done by using multiple linear regression analysis, the independent variable is Work Coordination, Communication and Job performance and the dependent variable is Job Performance.

The results of this research showed that simultaneous (F-Test) Work coordination, Communication and Spirit of Work have positive and significant effect on Job Performance. Based on the partial test (T-test) showed that Work coordination and spirit of work positive and significant effect, while Communication positive and not significant effect on employee Job Performance at Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai. Results of testing the coefficient of determination (R2) is equal to 0.566 or 56.6% factors Job Performance at Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai can be explained the Work Cordination, Communication and Spirit of Work. While the remainder 43.4% can be explained other factors not examined in this research.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja Terhadap Prestasi

Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Sumatera Utara”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi dari Program Studi Strata 1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm.

Irwan Nasution, SE dan Ibunda Radiawaty Lubis yang telah memberikan segenap

kasih sayang, dorongan, semangat dan pengorbanannya yang begitu besar

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara dan Dra. Marhayani, M.Si selaku

Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi

(9)

iv

Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku Dosen Pembaca Penguji atas

saran dan masukan yang telah diberikan.

6. Bapak/Ibu Dosen pengajar serta pegawai yang telah banyak memberikan ilmu

dan membantu penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan yang penulis

dapatkan baik pada waktu mengalami kesulitan maupun rintangan berupa amal

dan pahala di akhirat kelak. Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini

masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan-perbaikan di masa

yang akan datang.

Medan, November 2015 Penulis

NIM: 130521131

(10)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian... 8

(11)

vi

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Tempat danWaktu Penelitian ... 38

3.3. Batasan Operasional ... 38

3.4. Definisi Operasional ... 39

3.4.1. Variabel Independen (X) ... 39

3.4.2.Variabel Dependen (Y) ... 40

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 41

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.6.1. Populasi ... 42

3.6.2. Sampel ... 42

3.7. Jenis Data ... 42

3.7.1. Data Primer ... 43

3.7.2. Data Sekunder... 43

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.9. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 44

3.9.1. Uji Validitas ... 44

3.12. Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 51

4.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ... 52

4.1.2. Visi dan Misi ... 53

4.1.1. Struktur Organisasi ... 54

4.2. Hasil Penelitian ... 57

4.2.1. Metode Analisis Deskriptif ... 57

4.2.2. Metode Analisis Statistik ... 60

4.2.3. Analisis Statistik Regresi Berganda ... 68

4.2.4. Uji Asumsi Klasik ... 71

4.2.5. Pengujian Hipotesis ... 77

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Realisasi Capaian Hasil Kerja ... 5

Tabel 1.2. Rekapitulasi Tingkat Kehadiran ... 6

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 33

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel ... 40

Tabel 3.2. Instrumen Skala Likert ... 42

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas ... 45

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas ... 47

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ... 57

Tabel 4.2. KarakteristikRespondenBerdasarkanJenisKelamindanUsia ... 58

Tabel 4.3. KarakteristikRespondenBerdasarkanJenisKelamindanPendidikan Terakhir ... 59

Tabel 4.4. KarakteristikRespondenBerdasarkanJenisKelamindanLama Bekerja ... 59

Tabel 4.5. Distribusi JawabanRespondenTerhadapJenisVariabelKoordinasi Kerja ... 60

Tabel 4.6. Distribusi JwabanRespondenTerhadap Variabel Komunikasi ... 63

Tabel 4.7. Distribusi JwabanRespondenTerhadap Variabel Semangat Kerja... 65

Tabel 4.8. Distribusi JwabanRespondenTerhadap Variabel Prestasi Kerja ... 67

Tabel 4.9. Metode Enter ... 69

Tabel 4.10. Hasil Regresi Linear Berganda ... 70

Tabel 4.11. Uji Normalitas Pendekatan Kolmogrov-Smirnov ... 74

Tabel 4.12. Uji Glejser ... 76

Tabel 4.13. Uji Multikolinieritas ... 77

Tabel 4.14. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 79

Tabel 4.15. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 80

Tabel 4.16. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 82

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Proses Komunikasi ... 23

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 37

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai ... 56

Gambar 4.2. Pengujian Histogram Normalitas ... 72

Gambar 4.3. Pengujian Grafik Normalitas ... 73

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 93

Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Responden ... 94

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 99

Lampiran 4. Statistik Deskriptif Responden ... 101

Lampiran 5. Uji Asumsi Klasik ... 106

(15)

i

ABSTRAK

PENGARUH KOORDINASI KERJA, KOMUNIKASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BINJAI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai. Penelitisn ini termasuk penelitian eksplanasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai yang berjumlah 41 orang. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, dengan variabel bebas yaitu Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja dan variabel terikat yaitu Prestasi Kerja.

(16)

ii

ABSTRACT

EFEECT OF WORK COORDINATION, COMMUNICATION AND SPIRIT OF WORK ON JOB PERFORMANCE AT BADAN

KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BINJAI

This research aims to know the Effect of Work Coordination, communication and Spirit of Work on Job Performance at Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai. This research includes research explanation. The data used in this study are primary data and secondary data. Population in this research is all employees Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai numbering 41 people. Hypothesis testing done by using multiple linear regression analysis, the independent variable is Work Coordination, Communication and Job performance and the dependent variable is Job Performance.

The results of this research showed that simultaneous (F-Test) Work coordination, Communication and Spirit of Work have positive and significant effect on Job Performance. Based on the partial test (T-test) showed that Work coordination and spirit of work positive and significant effect, while Communication positive and not significant effect on employee Job Performance at Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai. Results of testing the coefficient of determination (R2) is equal to 0.566 or 56.6% factors Job Performance at Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai can be explained the Work Cordination, Communication and Spirit of Work. While the remainder 43.4% can be explained other factors not examined in this research.

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang yang bekerja bersama

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu organisasi terdiri dari sekelompok

orang yang kompeten bekerja dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama yang membentuk sebuah hierarki dan dikepalai oleh seorang pimpinan

yang membawahi para manajer, departemen, bagian dan sub bagian/unit lainnya.

Dalam suatu organisasi manajemen menjadi penting seiring dengan

perkembangan zaman, keberhasilan mencapai tujuan tergantung pada pemilihan

tujuan yang akan dicapai dengan cara menggunakan sumber daya untuk mencapai

tujuan organisasi sesuai dengan apa yang diharapkan, faktor manusia merupakan

salah satu aspek yang harus diperhatikan. Tanpa adanya koordinasi kerja sulit bagi

organisasi untuk mencapai sukses terutama untuk mencapai tujuan organisasi

tersebut, organisasi sudah seharusnya turut membantu menciptakan prestasi kerja

pegawai. Dalam upaya mencapai prestasi kerja pegawai yang tinggi, sangat

diperlukan terjalinnya suatu komunikasi yang baik antar unit yang ada dalam

organisasi tersebut, baik komunikasi antara pimpinan dan bawahan secara timbal

balik yang dapat terlihat dalam penilaian prestasi kerja pegawai, maupun

komunikasi antara pegawai yang dapat terlihat dari koordinasi yang dilakukan

dakam melaksanakan tugas sehari-hari.

Menurut Hasibuan (2000; 93) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang

(18)

2 yang didasarkan atau kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

Untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan secara efektif, seluruh pegawai

(sumber daya manusia) yang ada di dalam organisasi harus dapat di manfaatkan

sebaik mungkin karena sumber daya manusia merupakan alat utama dalam suatu

organisasi, maka dari itu organisasi dituntut mampu menyediakan sejumlah

pegawai yang sesuai dengan jenis dan beban kerja yang ada.

Untuk mencapai hasil kerja yang efektif pimpinan atau pegawai dalam

organisasi haruslah melakukan koordinasi kerja untuk menciptakan terjadinya

keselarasan antara tugas dan pekerjaan yang dilakukan seseorang/unit/bagian yang

satu dengan yang lainnya. Koordinasi merupakan proses pengintegrasian

tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau

bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi

secara efisien (Handoko, 2003; 195). Dengan adanya koordinasi kerja akan

terciptanya keselarasan kerja antar anggota organisasi sehingga tidak terjadi

tumpang tindih dan kesimpang siuran pekerjaan. Dalam koordinasi dimana suatu

organisasi bekerja sama dengan baik dalam mekanisme kerja, sangat tergantung

pada hubungan timbal balik antar pimpinan dengan para pegawai maupun sesama

pegawai.

Komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan kerja sama antara

pegawai yang terlibat dalam suatu organisasi dan mempunyai pengaruh yang

besar dalam proses kerja untuk pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi sumber

utama interaksi antara pimpinan dan pegawai maupun sesama pegawai yang

(19)

3 Komunikasi akan berjalan dengan lancar/berhasil apabila pengirim informasi dan

penerima informasi mencapai pengertian dan kesimpulan yang sama sesuai

dengan informasi yang dimaksud dan yang sebenarnya di sampaikan.

Menurut Handoko (2003; 272) komunikasi adalah proses pemindahan

pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.

Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang

digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus

vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya

transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya

sangat tergantung pada keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis,

mendengar, berbicara) untuk membuat sukses pertukaran informasi. Apabila

proses pemindahan pengertian informasi tidak terdapat masalah si penerima

informasi juga dapat menerima serta menafsirkan informasi tersebut maka

dikatakan komunikasi berjalan dengan efektif, hal ini akan berpengaruh terhadap

prestasi kerja pegawai.

Semangat kerja merupakan suatu keinginan dan kesungguhan seseorang

mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai

prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja ini akan merangsang seseorang

untuk berkarya dan kreativitas dalam pekerjaannya (Hasibuan, 2000; 93).

Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga demikian

pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Pegawai yang

memiliki semangat kerja yang tinggi akan berdampak pada sikap yang ingin

(20)

4 kemampuan-kemampuan yang dimilikinya untuk dapat menyelesaikan tugas

dengan sebaik mungkin sehingga berpengaruh terhadap prestasi kerja.

Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai merupakan suatu instansi

pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kota Binjai yang diberi wewenang untuk

melaksanakan manajemen kepegawaian Pegawai Negeri Sipil berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 16 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 19 Tahun 2007 tentang Organisasi

Lembaga Teknis Derah Pemerintah Kota Binjai. Badan Kepegawaian Daerah

Kota Binjai juga memiliki fungsi perencanaan dan pengembangan serta penyiapan

kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah, penyiapan dan pelaksanaan

kenaikan pangkat, pemindahan pegawai, penyelengaraan kediklatan dan

penyelenggaraan administrasi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah

Kota Binjai.Dalam operasional terdapat beberapa tantangan diantaranya dalam

penerimaan Pegawai Negeri Sipil baru yang memberi gambaran beragam tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap Badan Kepegawaian Daerah.

Hasil kerja yang baik sangat ditentukan dari kemampuan yang dimiliki

oleh Pegawai Negeri Sipil dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diemban

sehingga roda pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik sesuasi dengan

tuntutan masyarakat Kota Binjai.Pencapaian hasil kerja yang baik juga harus

dibandingkan dengan tahun yang lalu maka pencapaian hasil kerja Badan

Kepegawaian Derah Kota Binjai tahun 2014 akan di bandingkan dengan

(21)

5

Tabel 1.1

Data Realisasi Capaian Hasil Kerja

Badan Kepegawain Daerah Kota Binjai Tahun 2012-2014

No Indikator Sasaran

Satuan

Target Realisasi Hasil Kerja

3 Jumlah perekrutan dan penempatan

5 Penyusunan data kepegawaian yang

Sumber: Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

Dapat dilihat dari Tabel 1.1 diatas bahwa hasil capaian kerja Badan

Kepegawaian Daerah Kota Binjai, dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami

peningkatan dan hanya sebagian (indikator sasaran kerja) relatif sama, akan tetapi

pada tahun 2013 ke tahun 2014 hasil kerja yang diperoleh Badan Kepegawai

Daerah Kota Binjai mengalami penurunan dan hanya sebagian (indikator sasaran

kerja)realtif sama.Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat ketidakhadiran

(22)

6

Tabel 1.2

Rekapitulasi Tingkat Kehadiran Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai Tahun 2012-2014

Tahun Jumlah Pegawai

Alasan Ketidakhadiran Jumlah

Ketidakhadiran

Sumber: Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

Dapat dilihat dari Tabel 1.2 di atas bahwa jumlah tingkat ketidakhadiran

pegawai dari tahun 2012 sampai 2014 terus menurun (rendah), hal ini seharusnya

dapat mendukung pegawai untuk meningkatkan hasil kerja pegawai Badan

Kepegawaian Daerah Kota Binjai.

Melalui wawancara pra survey yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh informasi bahwa terjadinya penurunan hasil kerja pada tahun 2013 ke tahun 2014

disebabkan kurang berjalannya koordinasi yang baik antar unit (bagian) yang

telah dikoordinasikan karena setiap unit (bagian) berjalan sendiri-sendiri tanpa

arah kesatuan kerja. Selain hal itu dari wawancara pra survey juga diperoleh informasi bahwa kurangnya komunikasi antara pimpinan dan bawahan karena

tidak adanya pujian, teguran atau saran yang diberikan pimpinan kepada

bawahannya pada saat melaksanakan pekerjaan sehingga menyebabkan pegawai

kurang bersemangat dalam melaksanakan pekerjaanya.

Dengan tingkat ketidak hadiran pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota

Binjai yang rendah, tidak dapat dikatakan bahwa pegawai memiliki semangat

kerja yang tinggi, karena masih terdapatnya tingkat kemangkiran kerja yang

seharusnya tidak dilakukan dan dengan demikian pegawai dapat mengoptimalkan

(23)

7 tetapi belum pernah dirotasi, sehingga hal ini menimbulkan kejenuhan dan

kebosanan pegawai. Bekerja pada bidang tugas yang sama untuk waktu yang lama

akan mudah membuat pegawai merasa bosan dan tidak semangat. Menurut data

yang diperoleh penulis jumlah pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

adalah sebanyak 41 orang, yang menduduki jabatan lebih dari 4 tahun adalah

sebanyak 26 orang. Rutinitas kerja yang monoton setiap harinya pada waktu

tertentu akan sampai pada titik jenuh, yang dapat mengakibatkan pegawai tidak

dapat maksimal mengeluarkan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai hasil

kerja yang maksimal.

Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai saat ini tidak terlepas dari

permasalahan yang terjadi seperti masalah yang telah diuraikan sebelumnya yaitu

mengenai koordinasi kerja, komunikasi, dan semangat kerja.Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penurunan prestasi kerja pegawai diduga karena kurang

berjalannya koordinasi kerja dan kurangnya komunikasi serta semangat kerja

pegawai yang kurang maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa perlu melakukan

penelitian untuk mengkaji lebih lanjut fenomena yang ada. Adapun judul

penelitian ini adalah “Pengaruh Koordinasi Kerja, Kominikasi dan Semangat

Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota

Binjai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah

(24)

8 Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian

Daerah Kota Binjai.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada umumnya mengungkapkan tentang sasaran yang

ingin dicapai dalam penelitian yang mengacu pada isi dari rumusan masalah.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh koordinasi kerja, komunikasi dan semangat kerja terhadap prestasi kerja

Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Bagi Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

Sebagai informasi dan saran yang bermanfaat dan juga bahan masukan

untuk dapat dijadikan landasan dalam upaya meningkatkan prestasi kerja

pegawai.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan guna memperluas wawasan dalam bidang

manajemen sumber daya manusia khususnya masalah koordinasi kerja,

komunikasi, semangat kerja dan prestasi kerja.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam

melakukan penelitian di masa yang akan datang khususnya mengenai

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Kerja

2.1.1 Definisi Prestasi Kerja

Pengertian pretasi kerja yang disebut juga sebagai kinerja (performance) dapat dikatakan sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh

seseorang, unit, atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan

batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan

organisasi.

Menurut Bernardin dan Russel dalam buku Sutrisno (2009; 150) prestasi

kerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi

pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

Sedangkan menurut Subekhi (2012; 193). Pretasi kerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Byas dan Rue dalam buku Sutrisno (2009; 150) mengartikan

prestasi kerja sebagai tingkat kecakapan seseorang pada tugas-tugas yang

mencakup pada pekerjaannya. Pengertian tersebut menunjukan pada bobot

kemampuan individu di dalam memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada didalam

pekerjaannya. Adapun prestasi kerja adalah hasil upaya seseorang yang

ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya serta persepsi terhadap

(26)

10 Berdasarkan pendapat sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari

tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja. Unsur prestasi kerja

umumnya meliputi kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari

hasil dan kemampuan untuk bekerja sama.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Keja

Menurut Stern dalam buku Mangkunegara (2005; 16) faktor-faktor yang

mempengaruhi/penentu pretasi kerja, yaitu faktor individu dan faktor

lingkungan.

1. Faktor individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki

integritas yang tinggi antar fungsi psikis (rohani) dan fisiknya

(jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis

dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik.

Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia

untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara

optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari

dalam mencapai tujuan organisasi. Konsentrasi individu dalam bekerja

sangat dipengaruhi oleh kemampuan potensial yaitu kecerdasan pikiran,

kecerdasan emosional dan juga semangat kerja, dengan kata lain dengan

adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mereka

dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Semangat

(27)

11 menentukan prestasi kerja, dengan semangat kerja pegawai yang tinggi

maka pekerjaan yang diberikan kepadanya akan dapat diselesaikan dalam

waktu yang lebih singkat dan lebih cepat, dan semangat kerja yang tinggi,

tentunya akan dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena

malas.

2. Faktor lingkungan organisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi menunjang bagi individu dalam

mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud

adalah antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai,

target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan

kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, koordinasi kerja yang

efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis,

peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Bagi individu,

lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh

dirinya serta merupakan pemacu (pemotivator) tantangan bagi dirinya

dalam berprestasi di organisasinya.

Dalam melaksanakan pekerjaan, seorang pemimpin harus berupaya

menciptakan iklim yang kondusif bagi terciptanya komunikasi 2 (dua) arah

antara pimpinan dan bawahan. Dengan terciptanya keharmonisan dan

keserasian dalam berkomunikasi, akan menjamin terciptanya prestasi

kerja. Keberhasilan dalam pelaksanaan komunikasi akan menciptakan

prestasi kerja. Hal ini memungkinkan karena pesan-pesan ataupun

(28)

12 oleh pimpinan maupun bawahan. Apabila tidak ada komunikasi yang baik,

maka akan terjadi keterlambatan dan kesimpangsiuran. Salah satu faktor

yang sangat penting dalam mencapai prestasi kerja adalah koordinasi.

Karena tanpa adanya koordinasi akan terjadi kekacauan, pertentangan atau

kekosongan pekerjaan yang mengakibatkan tidak tercapainya prestasi

kerja. Suatu sistem koordinasi yang baik akan menghasilkan hasil positif

yang sangat besar terhadap peningkatan prestasi kerja. Tanpa koordinasi

yang baik maka prestasi kerja akan sulit dicapai Koordinasi merupakan

kegiatan mengarahkan, menyatukan, mengintegrasikan usaha-usaha dan

pekerjaan-pekerjaan para pegawai dalam pencapaian tujuan organisasi

2.1.3 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian pada hakekatnya proses formal untuk melakukan peninjuan

kembali dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Proses penilaian

prestasi ditujukan untuk memahami prestasi kerja pegawai. Menurut Hasibuan

(2000; 88) tujuan dan kegunaan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk

promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses

dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam

(29)

13 4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan dan keefektifan

jadwal kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan

peralatan kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi

karyawan yang berada di dalam organisasi.

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga

tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk

mengobservasi perilaku bawahan supaya diketahui minat dan

kebutuhan-kebutuhan bawahannya.

8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan

di masa lampau dan menginkatkan kemampuan pegawai selanjutnya.

9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan pegawai.

10. Sebagai alat untu mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan

dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa

diikutdertakan dalam program latihan kerja tambahan.

11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangakan kecakapan

karyawan.

12. Sebagai dassar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian

pekerjaan.

(30)

14 1. Penilaian harus jujur, adil, objektif, dan mempunyai pengetahuan

mendalam tentang unsur-unsur yang akan dinilai supaya penilaiannya

sesuai dengan realitas/atau fakta yang ada.

2. Penilai hendaknya mendasarkan penilaiannya atas benar atau salah, baik

atau buruk, terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga penilaianya jujur,

adil dan objektif. Penilai tidak boleh mendasarkan penilaiannya atas fisis

rasa supaya penilaian bukan didasarkan atas suka atau tidak suka.

3. Penilai harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap

pegawai yang akan dinilainya supaya hasil penilaiannya dapat

dipertanggungjawabkan dengan baik.

4. Penilai harus mempunyai kewenangan formal, supaya mereka

melaksanakan tugasnya dengan baik.

5. Penilai harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya jujur dan adil

2.1.4 Indikator – Indikator Prestasi Kerja

Menurut Moenir (2005; 9) terdapat beberapa indikator dalam prestasi

kerja, yaitu:

1. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta

kebersihan.

2. Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin (ekstra).

3. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya mengikuti

instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan.

4. Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan, karyawan lain, pekerjaan

(31)

15

2.2 Koordinasi

2.2.1 Definisi Koordinasi

Dalam suatu organisasi bila kegiatan-kegiatan dibagi dan

didepartemenlisasikan, pimpinan perlu mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan itu

untuk mencapai tujuan. Dengan pendelegasian wewenang dan pembagian

pekerjaan kepada para bawahan oleh pimpinan maka setiap individu bawahan

akan mengerjakan pekerjaannya sesuai wewenang yang diterimanya. Setiap

bawahan mengerjakan hanya sebagian dari pekerjaan organisasi, karena

masing-masing pekerjaan bawahan harus disatukan, diintegrasikan, dan diarahkan untuk

tercapainya tujuan, karena tanpa koordinasi tugas dan pekerjaan dari setiap

individu pegawai maka tujuan oeganisasi tidak akan tercapai. Koordinasi ini

merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh pimpinan.

Menurut Djamin, dalam Hasibuan (2011; 86) koordinasi adalah suatu

usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas

tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu,

dan saling melengkapi. Koordinasi kerja sangat menentukan terlaksanakannya

usaha yang diprogramkan untuk mencapai prestasi kerja yang diharapkan.

Koordinasi adalah usaha untuk mengharmonisasikan atau menserasikan

seluruh kegiatan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Keharmonisan dan keserasian ini haruslah selalu diciptakan baik terhadap

tugas-tugas yang bersifat teknis, komersial, finansial, personalia maupun

adminstrasidengan terciptanya koordinasi kerja tersebut maka beban-beban antar

(32)

16 keadaan atau suasana organisasi sebagai keseluruhan akan menjadi selaras

(Gitosudarmo &mulyono, 2001; 145).

Menurut Handoko (2003; 195) koordinasi merupakan proses

pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang

terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan proses

pengintegrasian tujuan dan aktivitas didalam suatu perusahaan atau organisasi

agar mempunyai keselarasan didalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Maka dari

itu koordinasi diartikan sebagai suatu usaha kearah keselarasan kerja antara

anggota organisasi sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran, tumpang tindih

pekerjaan. Hal ini berarti pekerjaan akan dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien.

2.2.2 Tipe-tipe Koordinasi

Menurut Hasibuan (2011; 86) tipe-tipe koordinasi yaitu:

1. Koordinasi vertikal (vertical coordination) adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan

unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan

tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasikan semua aparat

yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi

vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat

(33)

17

2. Koordinasi horizontal (horizontal coordination) adalah

mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan,

pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan penyatuan, pengarahan

yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi

(aparat) yang setingkat. Koordinasi horinzontal terbagi dua yaitu

interdisciplinary yang maksudnya suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan

menciptakan disiplin antara unit secara unit yang lain secara intern

maupun secara esktern pada unit-unit yang sama tugasnya. Sedangkan

interrelated yaitu koordinasi antarbadan (instansi) yang fungsinya

berbeda tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergatungan

atau mempunyai kaitan baik dan levelnya setaraf.

2.2.3 Tujuan Koordinasi

Menurut Hasibuan (2011; 87) tujuan dari koordinasi adalah

1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke

arah tercapainya sasaran organisasi.

2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran organisasi.

3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan.

4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.

5. Untuk mengintegrasikan semua tugas, kegiatan dan pekerjaan ke arah

(34)

18

2.2.4 Pelaksanaan Koordinasi

Menurut Gitosudarmo & mulyono (2001; 150) dalam melaksanakan

koordinasi dalam suatu organisasi haruslah mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Penyederhanaan organisasi, yang dimaksud adalah bahwa perumusan

organisasi yang ada harus mampu dijabarkan secara sederhana, mudah

dipahami oleh masing-masing unit organisasi.

2. Terbitkan buku pedoman, maksudnyaadalah bahwa penerbitan buku

pedoman pelaksanaan perumusan organisasi merupakan acuan

pelaksanaan tugas di masing-masing unit organisasi. Dengan adanya

buku pedoman diharapkan akan memberikan keyakinan kepada pimpinan

tentang terjadinya keserasian pelaksanaan tugas.

3. Peningkatan pelatihan pegawai, peningkatan pelatihan pegawai

dilakukan oleh pihak organisasi baik terhadap pegawai manajemen dan

pegawai non manajemen.

4. Pembuatan strategi dan kebijakan, maksudnya adalah bahwa organisasi

harus membuat suatu master plan/rencana acuan tentang kebijakan

beserta cara pelaksanaanya mengenai koordinasi organisasi.

5. Penggunaan komunikasi, yaitu penggunaan komunikasi diharapkan

terlaksana adanya komunikasi yang komunikatif di antara anggota

(35)

19 6. Koordinator/supervisi, pengangkatan seorang kardinator atau seorang

supervisi pada hakikatnya untuk lebih membangkitkan (menggugah)

suasana koordinasi yang lebih baik.

7. Pertemuan resmi dan tidak resmi, hal ini diadakan guna lebih

memberikan kejelasan pelaksanaan tugas bagi pegawai. Pertemuan resmi

merupakan pertemuan yang diadakan berdasarkan keputusan manajerial,

sedangkan pertemuan tidak resmi merupakan pertemuan yang sifatnya

informal yang dilakukan oleh anggota organisasi guna untuk mendukung

adanya efektivitas koordinasi suatu organisasi.

Menurut Manulang (2001; 72) koordinasi dapat dilakukan dengan

berbagai cara, yaitu:

1. Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang harus

dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan dia dakan

pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan

mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai suatu

tujuan.

2. Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang khusus

bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi

penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikan.

3. Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing-masing

unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit untuk

(36)

20 4. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan

bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi, dan

pengarahan.

2.2.5 Mekanisme-Mekanisme Koordinasi

Menurut Handoko (2003; 199) mekanisme-mekanisme dasar untuk

pencapaian koordinasi yaitu:

1. Hirarki manajerial

Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan

tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan

integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan

pengarahan yang tepat.

2. Aturan dan prosedur

Aturan-aturan dan prosedur-prosedur adalah keputusan-keputusan

manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin,

sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan

pengawasan rutin.

3. Rencana dan penetapan tujuan

Pengembangan rencana dan tujuan dapat digunakan untuk

pengkoordinasian melalui pengarahan seluruh satuan organisasi terhadap

sasaran-sasaran yang sama. Hal ini diperlukan bila aturam dan prosedur

tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang diperlukan untuk

(37)

21

2.3 Komunikasi

2.3.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian ide, konsep, gagasan

atau informasi dari si pengirim kepada si penerima informasi. Informasi yang

diterima oleh si penerima diharapkan sama dengan informasi yang disampaikan

atau diberikan oleh si pengirim. Si pengirim informasi biasanya disebut sebagai

komunikator sedangkan yang menerima informasi disebut komunikan. Dengan

komunikasi yang baik maka segala rencana tersebut akan dapat ditangkap

dengan baik dan kemudian akan memberikan jaminan yang lebih besar akan

keberhasilan pelaksanaannya.

Menurut Handoko (2003; 272) komunikasi adalah proses pemindahan

pengertian dalam bentuk gagasan atau infromasi dari seseorang ke orang lain.

Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang

digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus

vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya

tranmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya

sangat tergantung pada keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis,

mendengar, berbicara) untuk membuat sukses pertukaran informasi.

Komunikasi meliputi transfer maupun pemahaman makna. Tidak ada

organisasi yang dapat eksis tanpa komunikasi, perpindahan (transfer) makna

diantara anggota-anggotanya. Melalui transfer makna dari satu orang ke orang

(38)

22 sekedar berarti transfer makna tetapi makna itu juga harus dimengerti

(Robbins & Judge, 2008; 5).

Menurut Purwanto (2003; 20) komunikasi organisasi adalah suatu proses

komunikasi menggunakan media yaitu bahasa atau simbo-simbol yang biasa

digunakan untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan

melalui proses komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi

sautu organisasi.

Berdasarkan pendapat sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi sebagai suatu proses dengan mana orang-orang bermaksud

memberikan pengertian-pengertian melalui pengiringan berita secara simbolis

yang dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang

berbeda dan bidang yang berbeda pula, sehingga bisa disebut rantai pertukaran

informasi.

Komunikasi memiliki peranan penting dalam mempelancar kegiatan

dalam suatu organisasi karena

1. Komunkasi merupakan alat bagi pimpinan untuk melaksanakan fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan kepemimpinan.

2. Komuikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap pimpinan di

setiap harinya dan memakan waktu paling banyak dari waktu yang

tersedia karena besaran waktunya akan dihabiskan untuk mengadakan

komunikasi dengan sistem tatap muka, lewat media elektronik, atau

telepon bawahannya, rekan kerja setingkat atau membaca

(39)

23 3. Komunikasi dapat meningkatkan gairah, kompetensi kerja, rasa

kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, serta

dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui

kebijakan, peraturan dan ketetapan yang telah ditetapkan pimpinan.

Maka dari itu pada suatu organisasi setiap orang yang terlibat

didalamnya ketika menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, agar dapat

terlaksana dengan lancar dan harmonis, maka kerja sama harus senantiasa

tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerja sama maka unsur

komunikasi pun dengan sendirinya akan tercipta dalam suatu organisasi, karena

apapun bentuk informasi/instruksi dari pimpinan ke bawahan maupun

sebaliknya senantiasa dilakukan melalui suatu proses komunikasi.

2.3.2 Proses Komunikasi

Sumber: Robbins & Judge (2011; 7)

Gambar 2.1 Proses Komunikasi

Menurut Robbins & Judge (2011; 6) bahwa proses komunikasi diatas

dapat dijelaskan sebagai berikut:

(40)

24 1. Pengirim mengirimkan mengirimkan sebuah pesan dengan cara

menyandikan pemikirannya. Pesan tersebut adalah produk fisik aktual

dari penyandian oleh pengirim. Ketika kita berbicara, pembicaraan

tersebut adalah pesan, ketika menulis, tulisan kita adalah pesan. Ketika

kita memberikan gerakan isyarat, gerakan-gerakan lengan kita dan

ekpresi wajah kita adalah pesan.

2. Saluran merupakan perantara yang dipakai pesan dalam menempuh

perjalanan. Saluran tersebut dipilih oleg pengirim, yang menentukan

apakah ia hendak menggunakan saluran yang formal atau informal.

Saluran formal disediakan oleh organisasi dan berfungsi sebagai

penyampai pesan-pesan yang berhubungan dengan aktivitas profesional

dari para anggotanya. Secara tradisional, saluran ini mengikuti rantai

otoritas dalam organisasi. Berbagai bentuk pesan lain, seperti pesan

pribadi atau sosial, menggunakan saluran informal dalam organisasi.

Saluran informal tersebut bersifat spontan dan timbul sebagai tanggapan

terhadap pilihan-pilihan individual.

3. Penerima adalah objek yang menjadi sasaran dari pesan itu. Tetapi,

sebelum pesan tersebut dapat diterima, simbol-simbol di dalamnya harus

diterjemahkan menjadi bentuk yang dapat dipahami oleh penerima.

Langkah ini disebut penerjemahan sandi dalam pesan.

4. Gangguan mewakili berbagai hambatan komunikasi yang mengacaukan

kejelaskan pesan. Contoh-contoh sumber gangguan meliputi masalah

(41)

25 semantik, atau perbedaan kultural. Mata rantai terakhir dalam proses

komunikasi adalah lingkaran umpan balik.

5. Umpan balik adalah sarana pengecekan mengenai seberapa berhasil kita

telah menyampaikan pesan kita seperti yang dimaksudkan pada awalnya.

Hal ini menentukan apakah pemahaman telah tercapai.

2.3.3 Fungsi Komunikasi

Dalam sebuah kelompok atau organisasi, komunikasi memliki empat

fungsi penting yaitu kontrol, motivasi, ekspresi emosional dan informasi.

Berikut penjelasannya dibawah ini:

1. Komunikasi memiliki hierarki otoritas yang bertindak untuk mengontrol

perilaku anggota organisasi (pegawai) baik komunikasi formal maupun

informal.

2. Komuniksi menjaga motivasi dengan cara menjelaskan kepada para

karyawan mengenai apa yang harus dilakukan, seberapa baik pekerjaan

mereka, dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya

sekiranya hasilnya kurang baik.

3. Komunikasi menyediakan jalan keluar bagi ekspresi emosional dari

perasaan-perasaan dan untuk memenuhi kebutuhan sosial, karena

komunikasi yang terjadi dalam kelompok kerja adalah sumber utama

interaksi sosial yang merupakan mekanisme fundamental yang

melaluinya para anggota organisasi menunjukan rasa frustasi dan rasa

(42)

26 4. Komunikasi berfungsi memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan cara

menyampaikan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

pilihan-pilihan alternatif yang ada.

2.3.4 Saluran Komunikasi Dalam Organisasi

Saluran komunikasi pada dasarnya terbagi 2 (dua) yaitu saluran formal

dan saluran informal. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Saluran formal merupakan saluran-saluran komunikasi yang diciptakan

oleh sebuah organisasi untuk menyampaikan pesan-pesan yang

berhubungan dengan aktivitas profesional para anggotanya. Adapaun

saluran-saluran komunikasi formal yang biasa terdapat dalam organisasi

adalah:

a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan kebawah

sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication) dimulai dari manjemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke pegawai

lini dan personalia palingbawah. Maksud utama komunikasi ke

bawah adalah untuk memberikan pengarahan, informasi, instruksi,

nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan

informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan

(43)

27 manejemen atas tentang apa yang terjadi di tingkatan bawah seperti

laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk

diberikan keputusan.

b. Komunikasi Lateral atau Horizontal

Komunikasi lateral atau horizontal meliputi komunikasi di antara

para anggota dalam kelompok kerja yang sama dan komunikasi yang

terjadi antara dan diantara departemen-departemen pada tingkat

organisasi yang sama. Komunikasi ini dirancang guna mempermudah

koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral atau

horizontal, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan lateral,

juga menghindari prosedur pemecahan masalah yang lambat pada

suatu organisasi

c. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara

menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi

sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf yang

berbeda-beda, yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal

yang berbeda-beda pula.

2. Komunikasi Informal, bentuk dari komunikasi ini timbul dengan

berbagai maksud, yang meliputi antara lain:

a. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan manusiawi, seperti kebutuhan untuk

(44)

28 b. Perlawanan terhadap pengaruh-pengaruh yang monoton atau

membosankan.

c. Pemenuhan keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.

d. Pelayanan sebagai sumber informasi hubungan pekerjaan yang tidak

disediakan saluran-saluran komunikasi formal.

2.3.5 Hambatan Dalam Komunikasi

Setiap organisasi telah merancang suatu struktur organisasi untuk

mengkomunikasikan hubungan organisasi secara jelas. Maka dari itu pimpinan

yang perspektif terlebih dahulu akan mencari sebab terjadinya masalah

komunikasi dan bukan sekedar menanggulangi masalah itu.

Menurut Handoko (2003; 283) hambatan-hambatan terhadap komunikasi

yang efektif adalah:

1. Hambatan Organisasional: hambantan organisasional tesebut meliputi

tingkatan hirarki, wewenang manajerial, dan spesialisasi

2. Hambatan Antar Pribadi: Hambatan ini menyakut interpersonal yaitu

masalah persepsi selektif, status komunikator, keadaan membela diri,

pendengarah lemah dan ketidak tepatan penggunaan bahasa.

2.4 Semangat Kerja

2.4.1 Definisi Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan suatu keadaan psikologis seseorang. Semangat

kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut

(45)

29 dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan,

Sastrohadiwiryo (2000; 35).

Menurut Nitisemito (2002; 56), semangat kerja adalah kondisi seseorang

yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di

dalam sebuah perusahaan.

Menurut Hasibuan (2000; 93) semangat kerja dapat didefinisikan sebagai

suatu keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan

baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat

kerja ini akan merangsang seseorang untuk berkarya dan kreativitas dalam

pekerjaannya. Semangat kerja dapat digunakan untuk menggambarkan suasana

keseluruhan yang dirasakan para pegawai dalam kantor. Pegawai yang

mempunyai semangat kerja yang tinggi menunjukan rasa bergairah, bahagia,

optimis dalam melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya apabila pegawai suka

membantah, menyakiti hati, kelihatan tidak tenang maka pegawai tersebut

mempunyai semangat kerja yang rendah. Selain itu semangat kerja juga

menggambarkan perasaan yang berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok,

kegembiraan dan kegiatan. Semangat kerja dapat dikatakan tinggi apabila

pekerja tampak merasa senang, ramah satu sama lain dan optimis dalam kegiatan

dan tugas. Sebaliknya semangat kerja dapat dikatakan rendah apabila pegawai

tampak tidak puas, sering sakit, suka membantah, pesimis, dan cepat marah.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan

semangat kerja yaitu kemampuan dan kemauan dari setiap individu atau

(46)

30 pekerjaannya yang disertai kesukarelaan dan kesediaannya untuk mencapai

tujuan organisasi. Maka dari itu indikasi turun/rendahnya semangat kerja adalah

2.4.2 Indikasi Turun/rendahnya Semangat Kerja

1. Rendahnya Produktivitas Kerja

Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kelamasan, menunda

pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka

hal itu berarti indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan

semangat kerja.

2. Tingkat Absensi Yang Naik Atau Tinggi

Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka pegawai dihinggapi

rasa malas untuk bekerj. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya

tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja. Dengan

demikian dapat menimbulkan penggunaan waktu luang untuk

mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, meski untuk sementara.

3. Tingkat Perpindahan Pegawai Yang Tinggi

Keluar masuknya pegawai yang meningkat terutama disebabkan

karyawan mengalami ketidaksengajaan atau kenyamanan saat mereka

bekerja, sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari

tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari

kenyamanan dalam bekerja.

4. Tingkat Kerusakan Yang Meningkat

Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukan bahwa

(47)

31 kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagianya. Dengan naiknya tingkat

kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa semangat kerja

telah menurun

5. Kegelisahan Dimana-mana

Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja,

keluh kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan pegawai

memungkinkan akan berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan

organisasi sendiri

6. Tuntutan Yang Sering Terjadi

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, dimana pada tahap

tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.

Organisasi harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak pegawai.

7. Pemogokan

Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan

sebagainya. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berujung ada

munculnya tuntutan dan pemogokan.

Menurut Nitisemito (2002; 60), faktor-faktor untuk mengukur semangat

kerja adalah :

1. Absensi karena absensi menunjukkan ketidakhadiran karyawan dalam

tugasnya. Hal ini termasuk waktu yang hilang karena sakit, kecelakaan,

dan pergi meninggalkan pekerjaan karena alasan pribadi tanpa diberi

(48)

32 diberhentikan untuk sementara, tidak ada pekerjaan, cuti yang sah, atau

periode libur, dan pemberhentian kerja.

2. Kerja sama dalam bentuk tindakan kolektif seseorang terhadap orang lain.

Kerjasama dapat dilihat dari kesediaan karyawan untuk bekerjasama

dengan rekan kerja atau dengan atasan mereka berdasarkan untuk

mencapai tujuan bersama. Selain itu, kerjasama dapat dilihat dari

kesediaan untuk saling membantu di antara rekan sekerja sehubungan

dengan tugas-tugasnya dan terlihat keaktifan dalam kegiatan organisasi.

3. Kepuasan kerja sebagai keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.

4. Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai peraturan

organasasi dalam bentuk tertulis maupun tidak. Dalam prakteknya bila

suatu organisasi telah mengupayakan sebagian besar dari

peraturan-peraturan yang ditaati oleh sebagian besar karyawan, maka kedisiplinan

(49)

33

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Devi, karyawan pada Bagian SDM PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan motivasi terhadap prestasi kerja dinyatakan dalam nilai korelasi dari 86,2%. Selain itu, adanya pengaruh signifikan terhadap prestasi kerja variabel komunikasi diungkapkan korelasi kuantitatif koefisien 60,5%. Ada motivasi yang signifikan dan komunikasi secara bersama-sama pada prestasi kerja pegawai dengan nilai efek adalah 88%.

Variabel Kepemimpinan (X1) dan Semangat Kerja (X2) cukup berpengaruh terhadap keputusan pimpinan dalam penilaian Prestasi Kerja (Y) sebesar 64.1% (Persero) Area Medan

Variabel koordinasi kerja dan komunikasi serta semangat kerja secara serempak (simultan) berpengaruh

(50)

34 Firm Growth In Small Businesses

Analisis data menunjukkan kepuasan komunikasi berhubungan kuat dengan evaluasi staf, tetapi tidak berhubungan secara signifikan dengan prestasi kerja itu sendiri. Pearson dari 0,466 pada tingkat signifikansi 0,000.

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis hubungan

antara variabel yang akan diteliti. Hal ini merupakan jaringan hubungan antar

variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dari perumusan masalah

yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur.

Dalam penelitian ini secara teoritis menjelaskan bahwa penelitian ini

terdapat 3 (tiga) variabel bebas (independent) yaitu kooordinasi kerja, komunikasi dan semnagat kerja, dan variabel terikat (dependent) yaitu prestasi kerja. Adapun hubungan anatar variabel tersebut adalah:

Menurut Djamin dalam Hasibuan (2011; 86) koordinasi adalah suatu

usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas

(51)

35 dan saling melengkapi. Manfaat koordinasi kerja sangat menentukan

terlaksananya usaha yang diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan

dalam pencapain prestasi kerja pegawai. Tetapi jika koordinasi kerja tidak

dilaksanakan maka akan dapat menimbulkan setiap bagian, unit, instansi yang

berjalan sendiri-sendiri tanpa arah kesatuan kerja. Dalam upaya mencapai

prestasi kerja pegawai yang baik diperlukan adanya integrasi antara kesatuan

kerja, komunikasi dan disiplin. Jika faktor-faktor tersebut sudah terarah maka

dapat mencapai prestasi yang diharapkan.

Menurut Handoko (2003; 272) komunikasi adalah proses pemindahan

pengertian dalam bentuk gagasan atau infromasi dari seseorang ke orang lain.

Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang

digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus

vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya

tranmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya

sangat tergantung pada keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis,

mendengar, berbicara) untuk membuat sukses pertukaran informasi. Apabila

pertukuran pengertian/informasi tidak terdapat masalah dan si penerima

informasi juga dapat menerima informasi dan menafsirkan informasi tersebut

maka komunikasi yang efektif ini dapat meingkatkan prestasi kerja pegawai

karena pegawai telah mengerti terhadap informasi yang disampaikan kepadanya.

Dalam mencapai prestasi kerja pegawai sangat diperlukannya komunikasi yang

efektif antar instansi, bagian, unit dalam organisasi tersebut baik komunikasi

(52)

36 Menurut Hasibuan (2000; 93) semangat kerja dapat didefinisikan sebagai

suatu keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan

baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat

kerja ini akan merangsang seseorang untuk berkarya dan kreativitas dalam

pekerjaannya. Setiap organisasi mengharapakan semangat kerja pegawainya,

agar dapat mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimiliki dalam

menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya untuk mencapai prestasi

kerja dan tujuan organisasi yang maksimal.

Menurut Hasibuan (2000; 93) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

yang didasarkan atau kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

Prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan

dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan

delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi

ketiga faktor diatas, semakin besarlah prestasi kerja pegawai bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas secara skematis, kerangka konseptual dalam

(53)

37

Sumber: Handoko (2003), Hasibuan (2000), Hasibuan (2011)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, perumusan masalah serta

penelitian terdahulu, maka penulis mengajukan hipotesis yang merupakan

kesimpulan/jawaban sementara terhadap rumusan masalah, maka dapat

dikemukan dalam penelitian ini adalah “Koordinasi kerja, komunikasi dan

semangat kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai

pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai”.

Koordinasi Kerja (X1)

Komunikasi (X2)

SemangatKerja (X3)

(54)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010; 5) jenis-jenis dalam penelitian secara umum

dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan waktu.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian menurut tingkat eksplanasi, dimana penelitian

ini dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan pada tujuan

objek-objeknya, pada tingkatan eksplanasi, penelitian ini termasuk kedalam penelitian

asosiatif yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk

melihat pengaruh antara variabel bebas yaitu koordinasi kerja, komunikasi dan

semangat kerja terhadap variabel terikat yaitu pretasi kerja pegawai pada Badan

Kepegawaian Daerah Kota Binjai.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai

Jl. WR.Mangonsidi No. 24 Binjai.Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni

sampai dengan bulan September 2015.

3.3 Batasan Operasional

Koordinasi kerja, komunikasi, semangat kerja dan pengaruhnya terhadap

pretasi kerja pegawai dengan responden semua pegawai pada Badan Kepegawaian

Daerah Kota Binjai :

1. Variabel Independen (X), yaitu Koordinasi Kerja (X1), Komunikasi (X2)

(55)

39

2. Variabel Dependen (Y), yaitu Prestasi Kerja

3.4 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah operasionalisasi konsep agar dapat diteliti atau

diukur melalui gejala-gejala yang ada. Definisi operasional yang digunakan untuk

penelitian ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris yang meliputi:

3.4.1 Variabel Independen (X1)

1. Koordinasi Kerja (X1)

Merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan

pada satuan-satuan yang terpisah (bidang-bidang fungsional) pada Badan

Kepegawaian Daerah Kota Binjai untuk mencapai tujuan organisasi secara

efisien.

2. Komunikasi (X2)

Proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari

seseorang ke orang lain yang dilakukan pegawai Badan Kepegawaian

Daerah Kota Binjai. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih

dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga

ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya.

3. Semangat Kerja (X3)

Keinginan dan kesungguhan pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota

Binjai dalam mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin

(56)

40

3.4.2Variabel Dependen(Y) 1. Prestasi Kerja (Y)

Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh pegawai Badan

Kepegawaian Daerah Kota Binjai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala

1 Koordinasi

1. Pertemuan resmi antar unit yang dikoordinasikan

(57)

41

Sumber: Handoko(2003), Robbins & Judge(2008), Hasibuan (2000), Subekhi(2012), data diolah

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert sebagai alat untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

fenomena sosial (Sugiono, 2010; 93). Dengan menggunakan skala likert, maka

variabel yang akan diukur, dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

pertanyaan atau pernyataan yang diberikan skala sangat setuju sampai sangat tidak

(58)

42

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Pernyataan Skor

1 Sangat setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2010; 80) populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh pegawai pada

Badan Kepegawaian Daerah Kota Binjai yaitu sebanyak 41 orang.

3.6.2 Sampel

Penelitian ini menggunakan jenis teknik pengambilan sampel jenuh.

Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus (Sugiyono,

2010; 85), alasan dilakukannya penarikan sampel jenuh/sensus adalah karena

kecilnya jumlah populasi yang ada ditempat penelitian.

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

Gambar

Tabel 1.1 Data Realisasi Capaian Hasil Kerja
Tabel 1.2 Rekapitulasi Tingkat Kehadiran Pegawai Badan Kepegawaian
Gambar 2.1
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, spatial data infrastructure for developing common standards and data sharing mechanism between different organization, and public participation through producing

Masing – masing hakim pengawas melaporkan kinerja dan prestasi pekerjaan dari bidang – bidang yang mereka awasi kepada Ketua Pengadilan Negeri Bangkinang setiap bulannya pada

Dari Al-Qur’an dan hadits di atas muncul persoalan apakah penafsiran Al-Qur’an hanya terbatas samapai kepada sunnah Rasul. Sedangkan generasi sesudah Nabi SAW.Tidak mempunyai

menyiapkan bahan dan melaksanakan kerja sama dengan satuan kerja/ unit kerja dan instansi terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan fasilitasi administratif pengembangan

KONDISI PAUD Dikmas PAUD Dikmas PETA JALAN PETA JALAN PENGEMBANGAN PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN PROGRAM PRIORITAS. PETA MUTU PAUD DIKMAS JATIM PT PT NGO, ORMAS NGO, ORMAS MEDIA

Peserta didik dapat menentukan, menggunakan dan menerapkan secara tertulis unsur kebahasaan dari teks fungsional pendek sederhana maupun esai sederhana pada aspek:. -

holders of Mining Business License (IUP) for.. Page 67 of 89 Production Operation specifically for the processing. and/or purification through

b) Peningkatan upaya kesehatan berbasis masyarakat. 6) Strategi Pengembangan manajemen pendidikan berbasis prestasi. Kebijakan yang ditempuh untuk penerapan strategi ini, yaitu:.