• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT SKRIPSI

PENGARUH DESAIN PEKERJAAN TERHADAP SEMANGAT

KERJA PEGAWAI PADA KANTOR REGIONAL VI

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

MEDAN

OLEH :

SERITA FEBRIANI SINGARIMBUN 080521135

MANAJEMEN

Program Studi Strata I Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Desain Pekerjaan (X) terhadap Semangat kerja (Y) Pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Dengan hipotesis semangat kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Desain Pekerjaan Pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi dan yang menjadi sampel penelitian ini adalah 104 Pegawai tetap pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan statistik yang menggunakan alat analisis regresi sederhana dan data diolah dengan program SPSS versi 17.00 yang terlebih dahulu diuji Validitas dan Realibilitasnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel semangat kerja (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap desain pekerjaan (Y) pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan artinya semakin baik semangat kerja, maka desain pekerjaan pegawai juga semakin tinggi. Koefisien determinan dari hasil analisis sebesar 36,7% sedangkan sisanya sebesar 63.3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar kontribusi penelitian ini.

(3)

ABSTRACT

This research is purposed to know the influence of Desaign (X) against Job Morale (Y) of employee on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. By hypothesis, the Leadership has significant influence to the Job Discipline of employee on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

This research is a explanation research which the sample of this research are 104 employees on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan The analytical method used is the descriptive analysis and statistical methods that use the simple regression and using SPSS version 17.00 which the validity and the reliability have been tasted.

The result of this research indicate that the variable of Desaign (X) has positive influence and significant against the job Morale of employee on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan and that means if the leadership is great so the job discipline of employee is also greater. The coefficient determinant of the result of analysis 36,7%, while the rest equal to 63,3% influenced by other factors beyond the contribution of this research.

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis sampaikan puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan

karuniaNya yang luar biasa dan begitu melimpah sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan pada waktunya. Selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara sampai kepada penulis skripsi ini, Penulis

banyak mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec. Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME. Selaku Ketua Departemen Manajemen dan

Ibu Marhayanie, SE, M.Si. Selaku sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE,M.Si. Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra Friska Sipayung, SE, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran

dalam proses membimbing dan memberikan arahan selama proses

penulisan skripsi ini.

5. Ibu Yulinda , SE, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi

ini.

(5)

7. Seluruh pegawai-pegawai pada Kantor Regional VI Badan

Kepegawaian Negara Medan yang telah banyak memberikan ide,

masukan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara Medan.

9. Kedua Orang tua penulis serta kakak dan adik-adik penulis yang telah

memberikan perhatian, doa dan restunya sehingga penulis dapat

meyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman yang penulis sayangi serta teman-teman terutama pada

teman saya Bee Cory, Cita, Vero, Febry, Ami dan teman-teman

lainya yang tidak disebutkan namanya, terima kasih atas perhatian,

dukungan, semangat yang kalian berikan selama perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, masih banyak

kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Medan, Juni 2011

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB I I : TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Pengertian Desain Pekerjaan ... 9

2.1.2 Tujuan Desain Pekerjaan ... 11

2.1.3 Faktor yang memepengaruhi Desain Pekerjaan ... 16

2.1.4 Pengertian Semangat Kerja ... 21

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Semangat Kerja ... 24

2.2 Penelitian Terdahulu ... 27

2.3. Kerangka Konseptual ... 28

2.4. Hipotesis ... 31

BAB I I I : METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

(7)

3.4. Defenisi Operasiona Penelitian ... 33

3.5. Skala Pengkuran Variabel ... 36

3.6. Populasi dan Sampel ... 36

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.8. Uji Validitas Dan Uji Realibilitas ... 39

3.9. Teknis Analisis……….. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...43

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...43

4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Regional VI BKN Medan ...45

4.1.2 Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara (BKN) ...45

4.1.3 Susunan Organisasi Kantor Regional VI BKN Medan ...48

4.2 Hasil Penelitian ...53

4.2.1 Uji Validitas dan Realibilitas ...53

4.2.2 Analisis Deskriptif ...57

4.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana ...64

4.3 Pembahasan ...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...72

5.1 Kesimpulan ...72

5.2 Saran ...72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel1.1 Laporan Absensi Pegawai Kantor VI Badan KepegawaianNegara .. 6

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 35

Tabel 1.4 Instrumen Skala Likert ... 36

Tabel 3.3 Jumlah Sampel ... 38

Tabel 4.1 Validitas Butir Pertanyaan... ... 54

Tabel 4.2 Validitas Butir Pertanyaan (valid) ... 55

Tabel 4.3 Reabilitas Kuesioner ... ... 56

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 57

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Responden ... ... 57

Tabel 4.6 Jawaban Responden tentang Desain Pekerjaan ... ... 58

Tabel 4.7 Jawaban Responden tantang Semangat Kerja... ... 61

Tabel 4.8 Regresi Linear Sederhana ... ... 64

Tabel 4.9 Hasil Uji thitung ………. ... 66

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 76

Lampiran 2. Distribusi Jawaban Responden ... 80

Lampiran 3. Validitas dan Realibility ... 82

Lampiran 4. Total Jawaban Responden Variabel X dan Y ... 84

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Desain Pekerjaan (X) terhadap Semangat kerja (Y) Pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Dengan hipotesis semangat kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Desain Pekerjaan Pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi dan yang menjadi sampel penelitian ini adalah 104 Pegawai tetap pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan statistik yang menggunakan alat analisis regresi sederhana dan data diolah dengan program SPSS versi 17.00 yang terlebih dahulu diuji Validitas dan Realibilitasnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel semangat kerja (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap desain pekerjaan (Y) pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan artinya semakin baik semangat kerja, maka desain pekerjaan pegawai juga semakin tinggi. Koefisien determinan dari hasil analisis sebesar 36,7% sedangkan sisanya sebesar 63.3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar kontribusi penelitian ini.

(12)

ABSTRACT

This research is purposed to know the influence of Desaign (X) against Job Morale (Y) of employee on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. By hypothesis, the Leadership has significant influence to the Job Discipline of employee on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

This research is a explanation research which the sample of this research are 104 employees on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan The analytical method used is the descriptive analysis and statistical methods that use the simple regression and using SPSS version 17.00 which the validity and the reliability have been tasted.

The result of this research indicate that the variable of Desaign (X) has positive influence and significant against the job Morale of employee on Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan and that means if the leadership is great so the job discipline of employee is also greater. The coefficient determinant of the result of analysis 36,7%, while the rest equal to 63,3% influenced by other factors beyond the contribution of this research.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kedudukan sumber daya manusia di dalam perjalanan sebuah organisasi

merupakan suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu dibutuhkan suatu

manajemen sumber daya manusia agar pengelolaan sumber daya manusia dapat

berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan organisasi. Hal ini sejalan dengan

pengertian dari Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai kebijakan dan praktik

yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek orang atau sumber daya

manusia dari sisi manajemen, yang meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan

dan penilaian (Dessler 2005:2).

Setiap organisasi baik organisasi perusahaan, organisasi sosial maupun

organisasi pemerintah mempunyai tujuan yang dapat dicapai melalui pelaksanaan

pekerjaan tertentu, dengan mempergunakan seluruh sumber daya yang ada di

dalam organisasi tersebut, dan yang paling berperan dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi adalah sumber daya manusia. Berhasil tidaknya suatu organisasi

sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusia dalam menjalankan

tugas dan fungsinya dalam organisasi. Manusia selalu berperan aktif dan paling

dominan dalam setiap aktifitas organisasi karena manusia menjadi perencana,

pelaku dan sekaligus penentu terwujudnya tujuan organisasi.

Tujuan organisasi tidak akan terwujud tanpa peran aktif dari pegawai,

(14)

tersedianya SDM yang handal, maka keberadaan alat, mesin dan sebagainya itu

tidak dapat berfungsi secara maksimal. Demi mencapai tujuan perusahaan selalu

mengharapkan agar pegawainya mempunyai semangat kerja, sehingga bisa

mencapai tujuan organisasi.

Menurut Sculler dan Jackson (2001:71), semangat kerja merupakan suatu

kondisi bagaimana seorang pegawai melakukan pekerjaan sehari-hari. Semakin

tinggi semangat kerja maka akan meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

Tingkat semangat kerja pegawai dapat dilihat dari tingkat absensi pegawai,

lamanya suatu pekerjaan dilakukan oleh pegawai, kegelisahan kerja, tingkat

perpindahan, dan banyaknya tuntutan kerja pegawai.

Setiap pegawai pada sebuah perusahaan pastilah akan menghadapi

permasalahan-permasalahan yang mengakibatkan tekanan kerja yang tinggi. Hal

inilah yang mengkondisikan pegawai sulit memiliki semangat dalam bekerja.

Dengan dibuatnya desain pekerjaan organisasi yang terstruktur dan jelas akan

membantu mempengaruhi secara positif kondisi kerja pegawai sehingga akan

membantu membangkitkan semangat kerja pada pegawai.

Desain Pekerjaan adalah spesifikasi isi, metode dan hubungan berbagai

perkerjaan untuk memenuhi tuntutan bisnis dan kebutuhan pribadi pemegang

pekerjaan secara individu maupun tim (Sunarto 2005 : 78). Desain pekerjaan akan

memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh setiap pegawai,

apabila desain pekerjaan yang diberikan kurang jelas akan mengakibatkan

(15)

mempengaruhi semangat pegawai dalam bekerja, hal ini mengakibatkan pekerjaan

tidak dapat terlaksana dengan baik.

Desain pekerjaan mutlak diperlukan oleh setiap organisasi karena dalam

desain pekerjaan, yang dilakukan adalah merakit sejumlah tugas menjadi sebuah

pekerjaan atau sekelompok pekerjaan agar perkerjaan yang dilakukan menjadi

terarah jelas dan pekerjaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Desain

pekerjaan senantiasa mempengaruhi seluruh kondisi dasar perilaku

individu-individu dalam perusahaan dengan menciptakan motivasi pada setiap pegawainya

yaitu dengan cara membuat desain pekerjaan yang jelas signifikansi tugasnya,

keberagaman tugas yang dikerjakan dan apakah pekerjaan yang dibuat dapat

mengembangkan kemampuan pegawainya dan pemimpin adalah faktor dominan

yang paling mempengaruhi bagaimana desain pekerjaan itu dibuat.

Badan Kepegawaian Negara ( BKN ) sebagai lembaga pemerintah non

kementerian Negara, bertanggung jawab dalam bidang manajemen kepegawaian

Negara, khususnya manajemen Pegawai Negeri Sipil di Indonesia turut serta pula

dalam menjalankan salah satu program pemerintah dalam reformasi birokrasi

dimana pada dasarnya diperlukan pegawai yang dihadirkan untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Meskipun birokrasi publik memiliki ciri-ciri yang

berbeda dengan organisasi bisnis, tetapi dalam menjalankan misi, tujuan dan

programnya menganut prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan menempatkan

masyarakat sebagai stakeholder yang harus dilayani secara optimal. Layanan

publik, merupakan hak masyarakat yang pada dasarnya mengandung prinsip:

(16)

kelengkapan sarana, dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan

keramahan, dan kenyamanan.

Badan Kepegawaian Negara mencoba melakukan terobosan – terobosan

dalam memenuhi tuntutan dari masyarakat atas reformasi birokrasi, khususnya

dalam bidang manajemen kepegawaian Negara. Terobosan yang telah dilakukan

Kepala Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan, dengan cara

membentuk Pilot Projeck pelayanan di Bidang Status Kepegawaian dan Pensiun

dengan melakukan perubahan – perubahan secara signifikan melalui serangkaian

kegiatan pembaharuan secara konsepsional, sistematis, dan berkelanjutan dengan

cara terlebih dahulu mengejar ISO dalam bidang pelayan publik, dalam rangka

mengejar ISO pelayanan publik.

Pembenahan yang dilakukan dalam rangka menunjang terwujudnya

reformasi birokrasi, Kepala Kantor Regional terlebih dahulu melakukan

pembenahan dari berbagai aspek pelayannya dengan menciptakan blue Print

kegiatan Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan, yang antara

lain : Melakukan Pemetaan Pegawai, Mutasi pegawai, Membuat standart

Operasional Prosedur (SOP), Mengejar ISO, Pengkajian Ulang Struktur

Organisasi, Pegawai yang memiliki Double Skill.

Dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi tersebut maka sudah

sewajarnya pengelolaan kepegawaian mendapat perhatian yang sangat besar dari

organisasi, karena pegawai sangat berperan penting di dalam mewujudkan

reformasi birokrasi tersebut. Setiap pegawai memiliki tanggung jawab yang besar

(17)

kesalahan dalam pekerjaan. Oleh karena itu seharusnya setiap pegawai Kantor

Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan haruslah didukung oleh desain

pekerjaan yang cukup jelas agar setiap pegawai dapat menjalankan tugas dengan

sebaik-baiknya dan dengan kesalahan yang seminim-minimnya.

Untuk itu dibutuhkan pemahaman pegawai terhadap desain pekerjaan

yang dapat menciptakan semangat kerja pegawai, dengan semangat kerja tersebut

pegawai akan sungguh-sungguh dan sepenuhnya memberikan kemampuannya

untuk melaksanakan pekerjaannya, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan

oleh Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara.

Berdasarkan dari observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa

desain pekerjaan yang disampaikan atasan kepada bawahan pada Kantor Regional

VI Badan Kepegawaian Negara sering terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan

pegawai dalam melakukan pekerjaannya dan ketidakjelasan itu mempengaruhi

semangat bekerja pegawainya, serta pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai

belum sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Standar Operasional Prosedur

Kantor Regional IV Badan Kepegawaian Negara Medan. Dengan beban kerja

tersebut dalam melakukan tugasnya masih terlihat beberapa pegawai yang tidak

patuh terhadap peraturan kehadiran maupun displin dalam waktu pada saat sedang

bekerja misalnya pada waktu masuk jam istirahat masih ada beberapa pegawai

yang tidak tepat waktu, masuk jam kerja seharusnya pukul 13.00 wib tapi mereka

masuk kerja pukul 14.00.

Dari sikap serta semangat kerja pegawai di Kantor Regional VI Badan

(18)

menghindari bahkan tidak mematuhi peraturan kehadiran. Dikarenakan

pekerjaannya tidak sesuai dengan keahlianya ataupun kemampuan pegawai, dan

beban kerja yang harus dilakukan oleh pegawai sehingga masih banyak pegawai

tidak hadir dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab selayaknya pegawai.

Tingkat absensi pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara

sebagai berikut :

Tabel 1.1

Laporan Absensi Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara (dalam satuan orang)

Sumber : Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pegawai Kantor Regional VI

Badan Kepegawaian Negara Medan tiap bulannya ada yang tidak hadir dengan

berbagai alasan seperti sakit dan izin keperluan lain. Dimana masalah absensi

merupakan masalah yang berkaitan dengan semangat dalam bekerja. Oganisasi

dapat menciptakan semangat kerja pegawai yang baik dengan menciptakan desain

pekerjaan untuk masing-masing individu sehingga dapat terpenuhi tujuan

organisasi.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melihat

bagaimana hubungan antara desain pekerjaan dengan semangat kerja dengan

(19)

Semangat Kerja Pegawai Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan maka

perumusan masalah yang dijadikan objek penelitian adalah : ”Apakah desain

pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh desain pekerjaan terhadap semangat kerja pegawai pada

Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi Perusahaan

Untuk memberi saran dan masukan yang mungkin dapat bermanfaat bagi

organisasi dalam rangka menciptakan desain pekerjaan yang jelas untuk

mempertahankan dan meningkatkan semangat kerja pegawai.

b. Bagi Pihak Lain

Sebagai pedoman atau referensi dalam melakukan penelitian di masa yang

akan datang, khususnya penelitian yang berkaitan dengan desain pekerjaan

pegawai dan semangat kerja pegawai .

(20)

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan

teori- teori yang penulis dapatkan baik dari bangku kuliah maupun dari luar dan

memperdalam pengetahuan serta menambah wawasan di bidang manajemen

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. URAIAN TEORITIS

2.1.1 Pengertian Desain Pekerjaan

Pekerjaan dapat diibaratkan sebagai jembatan penghubung antara pegawai

dengan perusahaan. Tanpa adanya pekerjaan yang akan dikerjakan maka tidak

akan terjadi hubungan antara pegawai dengan perusahaan. Lowongan-lowongan

pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan merupakan penyebab timbulnya

kebutuhan organisasi terhadap sumber daya manusia. Sumber daya manusia

merupakan tenaga-tenaga kerja yang akan dipekerjakan dalam suatu perusahaan

dalam usaha pencapaian tujuannya. Bila departemen personalia hendak membantu

perusahaan untuk memperoleh dan memelihara satuan kerja yang diinginkan,

maka para spesialis personalia perusahaan harus mampu dan mempunyai

pemahaman terhadap desain pekerjaan. Desain pekerjaan harus mampu

menciptakan pelaksanaan pekerjaan efektif, efisien dan harus sesuai dengan

tenaga-tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Simamora (2004:116) mengatakan desain pekerjaan adalah proses

penentuan tugas-tugas yang akan dilaksanakan, metode-metode yang digunakan

untuk melaksanakan tugas-tugas ini, dan bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan

dengan pekerjaan lainnya di dalam organisasi. Desain pekerjaan memadukan isi

(22)

dipersyaratkan (keahlian, pengetahuan dan kemampuan) untuk setiap pekerjaan

dengan cara memenuhi kebutuhan pegawai maupun perusahaan.

Pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian akan sangat sulit untuk

dilaksanakan oleh pegawai. Pekerjaan yang membosankan dapat menyebabkan

perputaran pegawai yang tinggi. Untuk menghindari hal tersebut maka sangat

dibutuhkan desain pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut mempunyai fungsi,

wewenang dan tanggung jawab serta hubungan yang baik dengan pekerjaan yang

lainnya. Selain itu desain pekerjaan yang baik dapat memotivasi pegawai dan

menciptakan kepuasan kerja para pegawai perusahaan. Dengan demikian, desain

pekerjaan dapat membantu baik bagi perusahaan maupun pegawai dalam

mencapai tujuannya.

Handoko (2001:31) desain pekerjaan adalah fungsi penerapan

kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok pegawai secara organisasional.

Jadi yang dimaksud dengan desain pekerjaan adalah penentuan jenis-jenis

pekerjaan dan menempatkan pegawai yang sesuai dengan persyaratan yang

dibutuhkan dalam pekerjaan atau jabatan tersebut.

Permulaan yang harus dilakukan ketika mendesain pekerjaan adalah

mengenai proses pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, pastikan

bahwa setiap desain pekerjaan yang dibuat bersifat mengikat untuk merealisasikan

tujuan bisnis perusahaan. Jika desain pekerjaan yang dibuat merancu maka tujuan

perusahaan sulit untuk tercapai. Beberapa hal penting dalam mendesain pekerjaan

(23)

1) Signifikansi Tugas.

Pegawai akan bekerja dengan lebih baik apabila mereka meyakini bahwa

pekerjaan yang diberikan oleh atasan adalah pekerjaan yang cukup penting,

berikan kepastian bahwa setiap pekerjaan yang mereka kerjakan akan

membuat perusahaan semakin kuat.

2) Keberagaman Tugas.

Pegawai akan bekerja lebih baik dan bertahan pada pekerjaannya lebih lama

apabila mereka diberikan pekerjaan yang beragam. Walaupun terkadang

pekerjaan yang terlalu bermacam-macam akan mengarahkan pada ketidak

efisienan dan stress pada pegawai.

3) Penggunaan dan Pengembangan Kemampuan.

Desain pekerjaan yang dibuat harus dapat menggambarkan penggunaan

kemampuan dari pegawai tersebut dan bagaimana kemampuan mereka yang

telah ada sebelumnya dapat berkembang secara berkala sesuai dengan minat

dan bakat pegawai sehingga pegawai tidak cepat bosan dengan pekerjaan yang

hanya membutuhkan kemampuan yang begitu-begitu saja.

2.1.2 Tujuan Desain Pekerjaan

Tujuan desain pekerjaan secara umum adalah untuk penugasan kerja yang

memenuhi kebutuhan perusahaan, teknologi dan perilaku. Dengan demikian dari

sudut pandang personalia, desain pekerjaan sangat mempengaruhi kualitas

kehidupan kerja, dimana hal ini tercermin pada kepuasan kerja para pegawai yang

(24)

Atas dasar pentingnya peranan yang dimainkan oleh desain pekerjaan

dalam kualitas dan kepuasan kerja, maka sangat dibutuhkan analisis pekerjaan.

Analsis pekerjaan secara sistemtis mengumpulkan, mengevaluasi dan

mengorganisasi informasi tentang pekerjaan-pekerjaan. Dari informasi yang

dihasilkan oleh analisis pekerjaan akan disusun atau diadakan desain pekerjaan

yang sesuai dengan pekerjaan, tujuan dan jenis usaha yang dijalankan oleh

perusahaan.

Menurut Dessler (2005: 110) pengertian analisis pekerjaan adalah

prosedur melalui mana ditetapkan cangkupan pekerjaan dan jenis orang yang

perlu diangkat unuk melaksanakan pekerjaan itu. Dengan demikian ada hubungan

yang erat antara desain pekerjaan dengan analisis pekerjaan. Tanpa analisis

pekerjaan maka tidak akan dapat mengadakan desain pekerjaan. Analisis

pekerjaan sangat dibutuhkan dalam mendesain pekerjaan di dalam perusahaan.

Desain perkerjaan haruslah dirancang dengan sebaik mungkin dengan

mempertimbangkan elemen-elemen yang mempengaruhi desain pekerjaan.

Menurut Handoko (2001:33) elemen-elemen desain pekerjaan adalah :

a. Elemen-elemen organisasional

Elemen-elemen organisasional merupakan elemen yang harus diperhatikan

suatu organisasi dalam pembentukan atau desain perkerjaan. Elemen-elemen

organisasional pada desain pekerjaan bersangkutan efisiensi. Efisiensi merupakan

suatu pencapaian tujuan sesuai dengan pendanaan-pendanaan yang ditetapkan

oleh perusahaan. Pekerjaan-pekerjaan yang dirancang secara efisien mendorong

(25)

Perhatian akan efisiensi ini telah dimulai sejak munculnya manajemen ilmiah.

Para ahli mencurahkan riset mereka untuk menemukan cara-cara terbaik untuk

merancang pekerjaan yang efisien.

Studi gerak dan waktu membeberkan sesuatu disiplin baru, yaitu teknik

industri. Berbagai upaya tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi adalah elemen

kunci dalam desain pekerjaan. Bila para pegawai bekerja berulang-ulang sampai

batas tertentu, tingkat keluarannya bisanya lebih tinggi. Penemuan-penemuan para

peneliti ini dapat diterapkan dalam era komputerisasi sekarang. Berikut ini adalah

elemen-elemen organisasi dalam desain pekerjaan menurut Handoko (2001:35) :

1) Pendekatan mekanistik

Pendekatan mekanistik berusaha untuk mengindentifikasikan setiap tugas

dalam suatu pekerjaan agar tugas-tugas dapat diatur untuk menimbulkan

waktu dan tenaga para pegawai. Setelah identifikasi tugas selesai,

sejumlah tugas dikelompokkan menjadi satu perkejaan. Hasilnya adalah

spesialisasi. Pendekatan ini mendekatkan efisiensi waktu, tenaga, biaya

tenaga kerja, latihan dan pengembangan. Teknik ini masih secara luas

digunakan dalam operasi-operasi perakitan, dan terutama efektif bila para

pegawai kurang berpendidikan atau kurang mempunyai pengalaman.

2) Aliran kerja

Aliran kerja dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh sifat produk

atau jasa. Produk atau jasa biasanya menentukan urutan dan keseimbangan

(26)

3) Praktek-praktek kerja

Praktek-praktek kerja merupakan cara-cara bagaimana pelaksanaan kerja

yang ditetapkan. Metode praktek kerja ini bisanya terbentuk dari tradisi

atau kesempatan kolektif para pegawai atau bagian kontrak (perjanjian)

kerja dari serikat buruh. Hal ini mengurangi flerksibilitas departemen

personalia dalam merancang pekerjaan-perkerjaan.

b. Elemen-elemen lingkungan

Elemen-elemen lingkungan merupakan aspek kedua dalam desain

perkerjaan. Para perancang pekerjaan tidak dapat mengabaikan pengaruh

lingkungan eksternal. Elemen-elemen lingkungan pokok dalam desain pekerjaan

adalah kemampuan dan tersedianya para pegawai potensial serta

pengharapan-pengharapan sosial.

Pertimbangan efisiensi harus diselaraskan dengan kemampuan dan

tersedianya pegawai yang akan melaksanakan pekerjaan. Misalnya banyak

lowongan kerja yang kadang-kadang sulit untuk diisi karena tidak tersedianya

calon pegawai yang mempunyai kemepuan tertentu.

Selain itu desain pekerjaan juga dipengaruhi oleh pengharapan

masyarakat. Misalnya masyarakat di lokasi perusahaan, meskipun tidak

mempunyai keterampilan, namun kenyataannya sering menuntut langan kerja.

Disamping itu masyarakat yang mempunyai keterampilan mempunyai

pengharapan yang lebih tinggi dalam hal kualitas kehidupan kerja. Meskipun

(27)

tertentu, namun pekerjaan harus memenuhi harapan-harapan para pegawai dan

masyarakat.

c. Elemen-elemen keperilakuan

Menurut Handoko (2001:36) elemen-elemen keperilakuan perlu

mempertimbangkan beberapa aspek dalam desain pekerjaan, yaitu :

1) Otonomi

Otonomi mempunyai pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas

dan tanggung jawab atas pekerjaan. Seorang pegawai diberikan wewenang

untuk mengambil keputusan yang dibutuhkan dalam bidang tugasnya.

Dengan diberikannya wewenang pengambilan keputusan maka berarti

akan bertambahnya tanggung jawab, sehingga akan cenderung

meningkatkan perasaan dipercaya dan dihargai. Kurangnya otonomi akan

menyebabkan pegawai menjadi apatis atau menurun prestasi kerjanya. Hal

ini akan mengakibatkan turunnya kepuasan kerja pegawai dalam

melaksanakan tugasnya.

2) Variasi

Variasi pekerjaan sangat dibutuhkan oleh pegawai dalam melaksanakan

tugasnya. Dengan variasi pekerjaan yang baik maka tingkat kebosanan

dalam melaksanakan tugas akan dapat ditekan. Apabila seseorang pegawai

telah merasa bosan maka timbul rasa lelah. Kelelahan yang berlanjut akan

mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan tugas. Dengan

(28)

atasannya. Dengan tguran ini maka soerang pegawai dapat merasa tidak

senang dan tidak puas dalam melaksanakan tugasnya.

3) Indentitas tugas

Identitas pekerjaan merupakan ciri-ciri, jenjang atau tingkatan dan

klasifikasi dari suatu pekerjaan. Bila pekerjaan tidak mempunyai identitas

yang jelas, maka para pegawai akan kurang merasa bertanggung jawab

atas pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa kontribusi

(sumbangan-sumbangan atau hasil pekerjaan) para pegawai tidak tampak dengan jelas,

sehingga kepuasan kerja dapat menurun.

4) Umpan balik

Bila pekerjaan-perkerjaan yang dilaksanakan pegawai memberikan umpan

balik tentang seberapa baik pelaksanaan pekerjaan mereka, maka para

pegawai akan mempunyai pedoman dan motivasi untuk melaksanakan

perkerjaan dengan lebih baik. Hasil atau nilai prestasi kerja pegawai dalam

melaksanakan tugasnya haruslah diberitahukan sehingga dapat

memperbaikinya atau dapat meningkatkannya. Sehingga kepuasan kerja

dari pegawai dapat ditingkatkan.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Desain Pekerjaan

Menurut Simamora (2004:117) dalam melaksanakan desain pekerjaan,

para desainer harus memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi desain

pekerjaan, yaitu :

1) Perbedaan diantara individu

(29)

3) Biaya-biaya restrukturisasi pekerjaan

4) Struktur organisasi

5) Iklim internal

Faktor-faktor yang akan mempengaruhi rangsangan pekerjaan menurut

Flippo (2000:112), yaitu:

1) Nilai-nilai spesialisasi yang sudah terbukti dan operasi yang

berulang-ulang

2) Perubahan teknologi

3) Kebijaksanaan-kebijaksanaan serikat buruh

4) Kemampuan pegawai yang ada sekarang

5) Persediaan calon pegawai yang ada

6) Persyaratan interaksi antar pekerjaan di dalam sistem itu

7) Kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosial manusia yang dapat dipenuhi

oleh pekerjaan.

Bila berbagai faktor yang mempengaruhi desain pekerjaan telah dapat

dimengerti dan dipahami serta telah adanya usaha penyelarasannya maka secara

umum akan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja pegawai. Oleh sebab itu sangat

diperlukan para desainer pekerjaan utuk melihat faktor-faktor tersebut dan

menggabungkannya sehingga terbentuk suatu desain pekerjaan yang baik dan

sesuai dengan tujuan perusahaan maupun kepuasan para pegawai.

Dalam melaksanakan desain pekerjaan sangat dibutuhkan teknik-teknik

desain pekerjaan. Teknik-teknik pekerjaan sangat membutuhkan perencanaan.

(30)

rencana orang yang melakukan perencanaan, keinginan-keinginan dari pimpinan

perusahaan.

Menurut Moekijat (2001:97) komponen-komponen pokok yang umum

dalam perencanaan pekerjaan yang akan membantu dalam mengembangkan

rencana yang efektif. Komponen-komponen ini berupa jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Pekerjaan apakah yang akan dilakukan ?

Hal ini mengandung sifat pekerjaan, jumlah, waktu yang diizinka untuk

menyelesaikannya dan bilamana pekerjaan itu akan dimulai dan bilamana akan

diakhiri.

2. Cara atau proses manakah yang akan diikuti ?

Misalnya apakah pekerjaan akan dilakuka dengan tangan ataukah dengan

mesin ? Apabila dengan mesin, mesin yang mana, dan sebagainya.

3. Bagaimana urutan-urutan pekerjaan itu ?

Bagaimana pekerjaan dilaksanakan dari permulaan sampai akhir?

bagaimana arus pekerjaan? kesatuan organisasi manakah yang berhubungan

dengan pekerjaan tersebut?

4. Meliputi kecakapan atau jenis pegawai yang mana ?

Ini menjawab pertanyaan: “Siapa yang akan bekerja?”, Rencana

memecahkan informasi ini secara terinci. Untuk tingkat pelaksanaan harus

diberikan intruksi kepada masing-masing pegawai.

Pertanyaan ini merupakan komponen yang kedengarannya sederhana,

(31)

mengetahui pekerjaan yang akan dilaksanakan, proses yang akan dijalankan,

bagaimana urutannya, persyaratannya apa yang harus dipenuhi oleh pelaksana

pekerjaan tersebut, maka akan sangat sulit dalam mendesain pekerjaan yang

sesuai dan dapat efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan dan

individu-individu yang berhubungan dengan perusahaan.

Menurut Simamora (2004:118) teknik-teknik desain pekerjaan dapat

dilakukan dengan cara :

1. Simplikasi pekerjaan

Simplikasi pekerjan merupakan suatu teknik desain pekerjaan

yangmengarah kepada pekerjaan yang sangat terspesialisasi. Ini berarti pekerjaan

disederhanakan atau dipecah-pecah menjadi bagian terkecil, biasanya terdiri dari

beberapa operasi. Pekerjaan dapat dilakukan secara bersama-sama sehingga

pekerjaan dapat dikerjakan secara lebih cepat. Resiko simplikasi pekerjaan adalah

bahwa pekerjaan-pekerjaan bisa menjadi terspesialisasi sehingga menimbulkan

kebosanan yang tinggi.

2. Rotasi pekerjaan

Teknik desain pekerjaan dengan memungkinkan adanya rotasi pekerjaan

akan membuat seorang pegawai secara sistematis berpindah dari satu posisi ke

posisi atau pekerjaan yang lainnya di dalam organisasi. Dengan teknik ini akan

membuat pegawai tidak merasa bosan dan banyak bidang pekerjaan yang akan

diketahuinya. Namun tingkat produktivitas akan rendah, hal ini disebabkan karena

para pegawai yang baru pindah ke pekerjaannya yang baru akan terlebih dahulu

(32)

3. Pemekaran pekerjaan

Pemekaran pekerjaan merupakan suatu teknik desain pekerjaan dengan

mengadakan perluasan kerja. Perluasan kerja merupakan kebalikan dari simplikasi

pekerjaan. Pekerjaan diperluas sampai pada tingkat dimana bagian-bagian yang

berkaitan erat dan saling mendukung diselesaikan oleh seorang pegawai atau

bagian. Hal ini sangat mengurangi tingkat kebosanan dan akan meningkatkan

kepuasan kerja. Tingkat kebosanan yang turun dan meningkatkan kepuasan kerja

disebabkan banyaknya variasi pekerjaan bagi pegawai yang akan menambah arti

dan tanggung jawab pekerjaan. Pemekaran pekerjaan bersifat horizontal,

maksudnya pemekaran pekerjaan ditujukan kepada pekerjaan-pekerjaan yang

sederajat yang masih mempunyai kesamaan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya.

4. Pemerkayaan Pekerjaan

Pemerkayaan pekerjaan merupakan penambahan tugas dan tanggung

jawab dari para pegawai. Pemerkayaan pekerjaan dirancang untuk mengurangi

kebosanan yang sering menjadi masalah dalam pekerjaan yang berulang-ulang.

Program ini memberikan lebih banyak otorisasi untuk melaksanakan pekerjaan

dan pengambilan keputusan dan meningkatkan tanggung jawab. Pemerkayaan

pekerjaan bersifat vertikal, maksudnya pemerkayaan pekerjaan ditujukan kepada

pekerjaan-pekerjaan yang berada di atasnya yang masih mempunyai fungsi yang

bersamaan.

Handoko (2001:40) menyatakan teknik-teknik perancangan kembali

(33)

1. Simplikasi pekerjaan 2. Perluasan pekerjaan

Perbedaan yang menyolok dari teknik-teknik tersebut adalah pada teknik

pertama ada 4 cara, sedangkan pada teknik kedua hanya 2 cara. Teknik desain

pekerjaan dengan simplikasi pekerjaan adalah merupakan teknik mempersempit

ruang lingkup pekerjaan dari seorang pegawai. Tujuannya untuk meningkatkan

produktivitas kerja pegawai. Sedangkan perluasan pekerjaan merupakan

teknik-teknik desain pekerjaan yang memperluas pekerjaan dari seorang pegawai atau

bagian. Cara kedua dalam teknik kedua yaitu perluasan pekerjan termasuk

kedalam pengertian rotasi pekerjaan, pemekaran pekerjaan (perluasan pekerjaan

secara horizontal) dan pemerkayaan pekerjaan (perluasan pekerjaan secara

vertikal).

Dengan adanya teknik-teknik desain pekerjaan ini, para desainer atau

perancang pekerjaan dapat merancang pekerjaan dengan sebaik mungkin dan

dapat menyesuaikan pekerjaan dengan kehendak-kehendak pegawai dan sesuai

dengan jenis dan tujuan perusahaan. Desain pekerjaan yang telah sesuai dengan

kehendak pegawai dan sesuai dengan jenis dan tujuan perusahaan maka besar

kemungkinan dapat memuaskan pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas atas

pekerjaan mereka.

2.1.4 Pengertian Semangat Kerja

Seorang pegawai yang bekerja pada organisasi mengharapkan sesuatu dari

organisasi tersebut. Sesuatu yang diharapkan tersebut bukan hanya sekedar upah

(34)

tersebut tentang kesinambungan pekerjaan dan kariernya. Tercapainya harapan

pegawai tersebut akan meningkatkan semangat kerja pegawai

Semangat kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan

yang dilakukan meskipun semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh iklim kerja.

Apabila organisasi mampu meningkatkan semangat kerja pegawai maka pekerjaan

akan lebih cepat dilakukan dan pada akhirnya keuntungann lebih banyak

diperoleh.

Menurut Sculler dan Jackson (2001:71), semangat kerja merupakan suatu

kondisi bagaimana seorang pegawai melakukan pekerjaan sehari-hari. Semakin

tinggi semangat kerja maka akan meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

Menurut Siagian (2003:57), bahwa semangat kerja pegawai menunjukkan

sejauh mana pegawai bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya di

dalam organisasi. Semangat kerja pegawai dapat dilihat dari kehadiran,

kedisiplinan, ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan, gairah kerja dan

tanggung jawab.

Hasibuan (2006:94) mengatakan, semangat kerja adalah keinginan dan

kesungguhan seorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin

untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Indikasi turunnya semangat kerja

dapat diketahui dari:

1. Turun/rendahnya produktivitas kerja

Turun rendahnya produktivitas ini dapat diukur dengan membandingkan

dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja turun dapat terjadi karena

(35)

2. Tingkat absensi yang tinggi

Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi tersebut merupakan sebab

turunnya semangat dan kegairahan kerja maka kita tidak boleh melihat

naiknya tingkat absensi ini secara perorangan tetapi harus dilihat secara

rata-rata

3. Labour turn over/tingkat perputaran pegawai yang tinggi

Keluar masuknya pegawai yang meningkat tersebut, terutama adalah

disebabkan karena ketidaktenangan mereka bekerja pada perusahaan

tersebut, sehingga mereka berusaha untuk mencari pekerjaan yang lain

yang dianggap lebih sesuai.Tingkat keluar masuknya buruh yang tinggi

selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mengganggu

kelangsungan jalannya perusahaan tersebut.

4. Tingkat kerusakan

Tingginya tingkat kerusakan menunjukkan perhatian pekerjaan berkurang,

terjadinya kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya.

5. Kegelisahan dalam bekerja

Kegelisahan tesebut dapat berbentuk tidak tenang dalam bekerja keluh

kesah serta hal-hal lain

6. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan sebenarnya merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, dimana

pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan

(36)

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa perihal peningkatan semangat kerja

pegawai dari sebuah kelompok organisasi sangat kompleks sekali, sehingga

dengan demikian dapat dipahami bahwa perihal pengertian semangat kerja adalah

perihal yang esensial di dalam kegiatan suatu organisasi baik organisasi

pemerintahan maupun swasta

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan

prestasi kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja diantaranya

sistem pengupahan, kondisi kerja, promosi jabatan, pendidikan dan lain-lain.

Penghargaan serta penggunaan motivasi yang tepat akan menimbulkan atau

mengakibatkan semangat kerja yang dicapai lebih tinggi. Apabila penyebab

turunnya semangat kerja dalam suatu organisasi diketahui maka akan lebih mudah

mencari jalan keluar dari permasalahan turunnya semangat kerja tersebut. Dengan

demikian suatu organisasi akan dapat mengambil tindakan pencegahan masalah

seawal mungkin.

Menurut Siagian (2003:114) cara-cara yang paling tepat untuk

meningkatkan semangat kerja atau kegairahan kerja antara lain:

a) Gaji yang cukup

Setiap organisasi seharusnya dapat memberikan gaji yang cukup pada pegawai.

Pengertian cukup adalah sangat relatif sifatnya, yaitu apabila jumlah yang

(37)

organisasi. Dan dengan sejumlah gaji yang diberikan tersebut akan mampu

memberikan semangat kerja pada pegawai

b) Memperhatikan kebutuhan rohani

Organisasi harus memperhatikan kebutuhan rohaniah pegawai dengan

membangun tempat ibadah yaitu agar pegawai dapat memenuhi kemajibannya

kepada Yang Maha Kuasa.

c) Sesekali perlu mendapat perhatian suasana santai

Suasana kerja yang kompleks dapat menimbulkan kebosanan dan ketegangan

kerja bagi pegawai, untuk menghindari hal-hal tersebut organisasi perlu

menciptakan suasana santai dalam bekerja

d) Harga diri perlu mendapat perhatian

Pihak organisasi perlu memperhatikan harga diri pegawai, yaitu dengan

memberikan penghargaan baik berupa surat penghargaan maupun dalam bentuk

hadiah materi bagi para pegawai yang memiliki prestasi kerja yang menonjol

e) Menempatkan pegawai pada posisi yang tepat

Setiap organisasi hendaknya menempatkan para pegawai pada posisi yang tepat

karena apabila terjadi ketidaktepatan dalam penempatan posisi dapat

menurunkan prestasi kerja pegawai karena ia tidak sesuai dengan kemampuan

yang ia miliki.

f) Memberikan kesempatan untuk maju

Semangat kerja pegawai akan timbul apabila mereka memiliki harapan untuk

(38)

yang berprestasi berupa pengakuan hadiah, kenaikan gaji, kenaikan pangkat dan

promosi jabatan

g) Perasaan aman untuk masa depan perlu diperhatikan

Semangat Kerja pegawai akan terbina jika mereka merasa aman dalam

menghadapi masa depan dengan pekerjaan yang ditekuni. Untuk mencitakan

rasa aman organisasi mengadakan program pensiun, mereka memiliki alternatif

lain yang mewajibkan pegawai untuk menyisihkan sebagian penghasilannya

untuk ditabung dalam polis asuransi.

h) Usahakan agar pegawai mempunyai loyalitas.

Untuk dapat menimbulkan loyalitas pada pegawai maka pihak pimpinan harus

mengusahakan agar pegawai merasa senasib dengan organisasi.

i) Sesekali para pegawai perlu diajak berunding

Mengajak pegawai berunding dalam mengambil keputusan, mereka akan

memiliki rsa tanggung jawab dan semangat untuk mewujudkannya

j) Pemberian insentif yang menyenangkan

Organisasi hendaknya memberikan insentif dengan cara sebaik-baiknya yaitu

organisasi harus mengetahui pegawainya seperti loyalitas pegawainya,

kesenangan dan prestasi kerja mereka

k) Fasilitas yang menyenangkan

Fasilitas yang menyenangkan dapat berupa melakukan kegiatan rekreasi,

caferia, tempat olahraga, balai pengobatan, tempat ibadah, toilet yang bersih dan

(39)

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa banyak cara-cara yang tepat

untuk meningkatkan semangat kerja pegawai. Dan banyak pula pekerjaan yang

gagal atau kurang memberikan hasil yang memuaskan karena cara-cara tersebut di

atas kurang diperhatikan pimpinan organisasi.

As`ad (2003:114) menyatakan ada empat faktor yang menimbulkan

semangat kerja, yaitu:

a. Kedudukan (Posisi)

b. Pangkat (Kedudukan)

c. Umur

d. Jaminan Finansial dan jaminan sosial

Tolok ukur tingkat semangat kerja yang mutlak tidak ada, karena setiap

individu pegawai berbeda standar kepuasannya. Indikator semangat kerja diukur

dengan kedisplinan, moral kerja, produktivitas yang tinggi serta turn over yang

kecil. Maka secara relatif semangat kerja pegawai baik tetapi sebaliknya jika

kedisiplinan, moral kerja tinggi dan turnover yang besar maka semangat kerja

pegawai di organisasi kurang atau rendah

2.2. PENELITIAN TERDAHULU

Mardiyani (2008) berjudul : “Analisis Pengaruh Desain Pekerjaan

Dengan Kepuasan Kerja pada Hotel Tiara Medan”. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui Hubungan Desain Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja pada

Hotel Tiara Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif

dan analisis deduktif dengan menggunakan data yang diperoleh dari penyebaran

(40)

desain pekerjaan dengan kepuasan kerja pegawai pada Hotel Tiara Medan.

Persentase pengaruh/peranan desain pekerjaan terhadap kepuasan kerja pegawai

adalah sebesar 18.25%. sedangkan selebihnya yaitu 81.77% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lainnya, misalnya tingkat kompensasi yang ditawarkan,

pengembangan karir, dan sebagainya.

Sitepu (2008) berjudul: ”Pengaruh Promosi Jabatan terhadap

Semangat Kerja Pegawai Bagian Pemasaran Pada Asuransi Bumi Asih Jaya Kabanjahe”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

ada pengaruh antara Promosi Jabatan yang diterapkan oleh Asuransi Bumi Asih

Jaya Kabanjahe terhadap Semangat Kerja pegawai. Metode penelitian yang

digunakan adalah Metode Analisis Deskriptif dan Metode Analisis Regresi Linear

Sederhana. Populasi penelitian ini berjumlah 36 orang dengan teknik pengambilan

sampel jenuh dimana semua anggota Populasi dijadikan menjadi sampel. Data

dioleh secara statistic dengan menggunakan alat bantu Program SPSS versi 15.00

for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Promosi jabatan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai bagian

pemasaran pada Asuransi Bumi Asih Jaya Kabanjahe sebesar 0.220 pada tingkat

signifikan 0.033(33%). Artinya semangat kerja pegawai dipengaruhi oleh promosi

jabatan sebesar 78% sedangkan sisanya sebesar 88% dipengaruhi oleh faktor lain

2.3. KERANGKA KONSEPTUAL

Pekerjaan dapat diibaratkan sebagai jembatan penghubung antara pegawai

dengan perusahaan. Tanpa adanya pekerjaan yang akan dikerjakan maka tidak

(41)

pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan merupakan penyebab timbulnya

kebutuhan organisasi terhadap sumber daya manusia. Sumber daya manusia

merupakan tenaga kerja yang akan dipekerjakan dalam suatu perusahaan dalam

usaha pencapaian tujuannya

Menurut Simamora (2004:116) desain pekerjaan adalah proses penentuan

tugas-tugas yang akan dilaksanakan, metode-metode yang digunakan untuk

melaksanakan tugas-tugas ini dan bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan

pekerjaan lainnya di dalam organisasi. Pekerjaan yang tidak memuaskan atau

terlalu menuntut, akan sangat sulit untuk dilaksanakan pegawai. Pekerjaan yang

membosankan dapat menyebabkan perputaran pegawai yang tinggi. Untuk

menghindari hal tersebut maka sangat dibutuhkan desain pekerjaan tersebut yang

mempunyai fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan yang baik

dengan pekerjaan lainnya. Selain itu desain pekerjaan yang baik dapat memotivasi

pegawai dengan menciptakan prestasi kerja pegawai perusahaan. Dengan

demikian, dapat membantu baik perusahaan maupun pegawai dalam mencapai

tujuan organisasi.

Menurut Hasibuan (2006:94) semangat kerja adalah keinginan dan

kesungguhan seorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin

untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja merupakan sikap

emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini

dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Penghargaan serta

penggunaan motivasi yang tepat akan menimbulkan atau mengakibatkan

(42)

kerja dalam suatu organisasi diketahui maka akan lebih mudah mencari jalan

keluar dari permasalahan turunnya semangat kerja tersebut. Dengan demikian

suatu organisasi akan dapat mengambil tindakan pencegahan masalah seawal

mungkin.

Desain pekerjaan yang jelas akan menimbulkan pengaruh yang sangat

besar terhadap semangat kerja pegawai. Tanpa adanya gambaran akan desain

pekerjaan yang harus dilakukan maka pegawai sulit mempunyai semangat untuk

mengerjakan pekerjaannya dengan lebih baik. Pengaruh desain pekerjaan dengan

semangat kerja pegawai dapat digambarkan secara singkat yaitu dapat

menghasilkan bentuk persyaratan pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan

oleh para pegawai. Bila desain pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan organisasi

dan para pegawai. Maka para pegawai akan senang dalam melaksanakan

pekerjaan tersebut. Dengan adanya perasaan senang dihati para pegawai maka

akan terwujud semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang

diberikan kepadanya. Serta desain pekerjaan yang jelas akan menimbulkan

pengaruh signifikan yang sangat besar terhadap semanagat kerja pegawai. Dengan

demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti

yaitu Desain pekerjaan sebagai Variabel bebas dan semangat kerja sebagai

Variabel terikat. Seperti yang tertera pada gambar kerangka konseptual 2.1

(43)

Desain Pekerjaan ( X ) Semangat Kerja ( Y )

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Sunarto (2005) dan Hasibuan (2006): data diolah.

2.4. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka konseptual diatas penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut : ”Desain pekerjaan mempunyai pengaruh yang signifikan

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksplanasi (penjelasan) dimana

penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatnya yang didasarkan kepada tujuan

objeknya. Pada tingkat eksplasi penelitian termasuk kedalam asosiatif, yakni

penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh

antar variable yang terumus pada hipotesis penelitian, yaitu variabel desain

pekerjaan (X) berpengaruh terhadap variabel semangat kerja (Y).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian

Negara (BKN) Medan yang beralamat di Jalan Letjend T.B Simatupang No. 124

Pinang Baris Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Waktu

penelitian dilaksanakan penulis mulai dari Mei 2011 sampai Juni 2011.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini membahas pengaruh desain pekerjaan terhadap semangat

kerja pegawai pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

dengan responden penelitian adalah pegawai pada Kantor Regional VI Badan

(45)

3.4. Defenisi Operasional Penelitian

Menjelaskan variabel-variabel yang sudah di identifikasi, maka diperlukan

defenisi operasional dari masing-masing variabel sebagai upaya pemahaman

dalam penelitian. Defenisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a). Desain Pekerjaan : Variabel X

Fungsi penetapan kegiatan kerja seorang atau sekelompok pegawai secara

organisasional yang tujuannya adalah untuk mengatur penugasan kerja agar dapat

memenuhi kebutuhan organisasi.

Desain Pekerjaan adalah Spesifikasi isi, metode dan hubungan berbagai

perkerjaan secara individu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan pribadi

pemegang pekerjaan secara individu maupun tim (Sunarto 2005 : 78).

Menurut Sunarto (2005:81) Desain pekerjaan harus memuat hal-hal sebagai

berikut :

1. Signifikansi tugas yaitu pegawai harus yakin tugas yang diberikan cukup

penting dan cukup berarti dan mempunyai dampak yang cukup besar pada

kehidupan atau pekerjaan orang lain.

2. Pengembangan kemampuan yaitu pegawai harus yakin bahwa pekerjaan

yang diberikan memungkinkan mereka menggunakan dan

mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Pekerjaan tersebut

harus sesuai dengan kemampuan yang ingin di kembangkan pegawai.

3. Keberagaman Tugas yaitu sejauh mana pekerjaan itu menuntut keragaman

(46)

keterampilan dan kemampuan yang berbeda semakin beragam tugas yang

dikerjakan maka semakin baik tugas tersebut.

b). Semangat Kerja : Variabel Y

Hasibuan (2006:94) mengatakan, semangat kerja adalah keinginan dan

kesungguhan seorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin

untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Indikasi turunnya semangat kerja

dapat diketahui dari:

1. Turun/rendahnya produktivitas kerja

Turun rendahnya produktivitas ini dapat diukur dengan membandingkan

dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja turun dapat terjadi karena

kemalasan, penundaan pekerjaan dan sebagainya.

2. Tingkat absensi yang tinggi

Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi tersebut merupakan sebab

turunnya semangat dan kegairahan kerja maka kita tidak boleh melihat

naiknya tingkat absensi ini secara perorangan tetapi harus dilihat secara

rata-rata

3. Labour turn over/tingkat perputaran pegawai yang tinggi

Keluar masuknya pegawai yang meningkat tersebut, terutama adalah

disebabkan karena ketidaktenangan mereka bekerja pada perusahaan

tersebut, sehingga mereka berusaha untuk mencari pekerjaan yang lain

yang dianggap lebih sesuai.Tingkat keluar masuknya buruh yang tinggi

selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mengganggu

(47)

4. Tingkat kerusakan

Tingginya tingkat kerusakan menunjukkan perhatian pekerjaan berkurang,

terjadinya kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya.

5. Kegelisahan dalam bekerja

Kegelisahan tesebut dapat berbentuk tidak tenang dalam bekerja keluh

kesah serta hal-hal lain

6. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan sebenarnya merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, dimana

pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan

tuntutan.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Sumber : Sunarto (2005) dan Hasibuan (2006): data diolah.

Variabel Definisi operasional Indikator Skala Sumber

data

Desain Pekerjaan (X)

Fungsi penetapan kegiatan kerja seorang atau sekelompok pegawai secara organisasional pekerjaanya dengan baik seta berdispin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal

1.Turun/rendahnya

(48)

3.5. Skala Pengkuran Variabel

Skala pengukuran data dalam penelitian ini adalah Skala Likert sebagai alat untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang

akan diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor. (Sugiyono, 2004:86)

Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini, maka setiap pertanyaan

yang akan diberi skala sangat setuju sampai skala sangat tidak setuju dimana skala

tersebut mempunyai poin, seperti contoh pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Kantor Regional VI

Badan Kepegawaian Negara Medan yang berjumlah 140 orang. Jumlah sampel

dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin yang dikutip

(49)

n = Jumlah Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Standar error 0,05 (5%)

Dari sejumlah 140 populasi, diperhitungkan jumlah sampel sebanyak 104

pegawai. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan

Simple Random Sampling yang dilanjutkan dengan alokasi sampel proporsional.

Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut (Ridwan, 2002):

n

n1 = Anggota sampel pada proporsi ke I

N1 = Populasi ke I

n = Sampel yang diambil dalam penelitian

N = Populasi total

Contoh: Sampel Bagian Umum

(50)

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Pada Setiap Bidang Dengan Menggunakan Rumus Sampel Proposional

3 Bagian Status Kepegawaian dan

Pensiun 24 17,82 18

4 Bagian Mutasi 16 11,88 12

5 Bagian Bimbingan Tehnik

Kepegawaian 13 9,65 10

Jumlah 140 104 104

Sumber : Kantor Regional VI Badan Kepergawaian Negara Medan,2010; data diolah

3.7. Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Angket (kuesioner) yaitu dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk

angket tentang desain pekerjaan dan semangat kerja yang ditunjukan

kepada responden di objek penelitian yaitu pegawai pada Kantor Regional

VI Badan Kepegawaian Negara Medan .

b. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku majalah, jurnal, dan dokumen lain yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

3.8. Uji Validitas Dan Uji Realibilitas

Dalam penelitian ini data kuesioner yang diuji dalam beberapa tahap

antara lain:

(51)

Uji validitas kuesioner dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner

layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas menunjukkan seberapa

nyata suatu pengujian mengukur apa yang harus diukur. Validitas berhubungan

dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya mencapai sasarannya.

Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar.

Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama

diperoleh hasil yang tidak berbeda. Uji validitas dilakukan pada Kantor Regional

VI Badan Kepegawaian Negara Medan dengan memberikan kuesioner kepada 30

orang responden diluar sampel yaitu menggunakan software SPSS 17.0. for

windows dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan valid

b. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid

b. Uji Reliabilitas

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan

menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono,

2006:110). Realibilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya.

Untuk melakukan uji ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0.

for windows dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r alpha > r tabel maka pertanyaan reliabel.

b. Jika r alpha < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.

3.9. Teknis Analisis

Tehnik analisis yang digunakan penulis untuk menganalisis data yang

(52)

a. Metode Deskriptif

Metode Deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini dengan

mengumpulkan mengelola, mengklasifikasikan dan menginterprestasikan data

penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang

diteliti.

b. Metode Statistik

Metode untuk menganalisis data dengan menggunakan regresi linear

sederhana untuk melihat bagaimana pengaruh desain pekerjaan terhadap semangat

kerja pegawai dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + bX + e

Dimana :

Y = Semangat kerja

X = Desain pekerjaan

a = Nilai konstan ( Intercept)

b = Koefisien Regresi

e = Standard Error

Data yang diperoleh peneliti agar hasil penelitian lebih terarah dan tidak

menyimpang dari analisis regresi maka pengujian hipotesis yang digunakan

sebagai berikut :

1. Uji t

Uji t merupakan uji untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh

desain pekerjaan sebagai variabel bebas (independent) terhadap semangat kerja

(53)

Bentuk pengujian yang digunakan adalah :

H0 : b1 = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5 %

Ha diterima jika thitung > ttabelpada α = 5 %

2. Koefisien determinan (R2)

Koefisien determinan berfungsi untuk mengetahui signifikasi variabel

koefisien determinan menunjukkan besarnya kontribusi variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat (Y). Semakin besar nilai determinasi maka semakin baik

kemampuan variabel bebas menerangkan variabel terikat. Jika koefisien

determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa

pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Hal ini berarti

model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas

yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika determinasi (R2) semakin

kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat Tentang Kantor Regional VI BKN Medan

Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah

Republik Indonesia menyatakan bahwa segenap pegawai dari bekas pemerintahan

Belanda dan Jepang dengan sendirinya menjadi pegawai Pemerintah Republik

Indonesia. Pada saat Bangsa Indonesia sedang dalam panca perjuangan untuk

mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemerintah RI

membentuk Kantor Urusan Pegawai (KUP), dengan Peraturan Pemerintah Nomor

11 Tahun 1948 tanggal 30 Mei 1948. Dan inilah menjadi cikal bakal BKN dan

tanggal tersebut kemudian berdasarkan Keputusan Kepala BKN Nomor

27/KEP/1994 ditetapkan sebagai hari jadi BKN. Dengan demikian, maka tanggal

30 Mei 1948 merupakan titik awal perjalanan pengabdian BKN.

Pada saat pembentukannya, KUP yang berkedudukan di ibu kota

pemerintah (pada waktu itu di Yogyakarta) yang dipimpin oleh seorang Kepala

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden bertugas mengurus

tentang kedudukan dan gajih Pegawai Negeri Sipil, mengawasi pelaksanaan

peraturan-peraturan kepegawaian, memberi petunjuk dan melakukan koreksi

pelaksanaan peraturan kepegawaian dan mengusulkan perubahan-perubahan

(55)

Disamping hal itu, dengan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda

Nomor 13 Tahun 1948, membentuk Dienst Voor Algemene Personele Zaken atau

yang dikenal dengan Djawatan Urusan Umum Pegawai (DUUP) yang berada

langsung dibawah Gubernur Jenderal dan berkedudukan di Jakarta. Dengan

demikian, pada masa Pemerintahan Federal tersebut, terdapat dualisme

pembinaan pegawai. Satu sisi pembinaan pegawai yang berada dalam lingkungan

Pemerintahan Republik Indonesia berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 1948, disisi lain para pegawai Pemerintahan Federal. Oleh sebab

itu, untuk menjamin kelancaran pelayanan umum kepegawaian, pemerintah

memandang perlu untuk memusatkan urusan kepegawaian yang diselenggarakan

oleh KUP di Jogyakarta dan DUUP di Jakarta, maka dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950. Dengan Peraturan Pemerintah tersebut

ditetapkan bahwa KUP di Yogyakarta dan DUUP di Jakarta digabungkan menjadi

satu. Semua tugas kewajiban, pegawai-pegawai serta peralatan kedua kantor

tersebut dilebur kedalam Kantor Urusan Pegawai (KUP) dan berkedudukan di

Jakarta. Organisasi KUP ini, diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1961 tentang ketentuan pokok-pokok Kepegawaian. Dengan semakin luasnya

ruang lingkup tugas dan fungsi, maka dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1972, KUP diubah menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara

(BAKN) yang merupakan lembaga pemerintah non Departemen yang

berkedudukan langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang

mempunyai tugas untuk menyempurnakan, memelihara dan mengembangkan

(56)

diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian.

Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan dibidang kepegawaian

dengan bergesernya paradigma dari Administrasi Kepegawaian kearah

Manajemen SDM, BKN juga melakukan reformasi kepegawaian dengan

mengubah BAKN menjadi Badan Kepegawaian Negara (BKN) dengan Keputusan

Presiden Nomor 95 Tahun 1999 tanggal 11 Agustus 1999, keberadaan BKN ini

kemudian diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tersebut dijelaskan

bahwa tugas pokok BKN adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan

Manajemen Kepegawaian Negara yang profesional netral, sejahtera dan

akuntabel, guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan

dan pembangunan.

4.1.2. Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Badan Kepegawaian Negara yang disingkat dengan sebutan BKN adalah

lembaga pemerintahan non departemen yang merupakan lembaga pemerintahan

pusat yan dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari

Presiden. BKN ini berkedudukan dibawah Pemerintah Pusat dan bertanggung

jawab langsung kepada Presiden. Kantor Kepegawaian Negara dalam

melaksanakan tugas operasionalnya dikoordinasikan oleh seorang kepala. Badan

(57)

dibidang Manajemen Kepegawaian Negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

a. Badan Kepegawaian Negara menyelenggarakan fungsi :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang kepegawaian.

2. Penyelenggaraan organisasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan

pelatihan, pengawasan dan pengendalian, pemanfaatan pendidikan dan

pelatihan SDM PNS.

3. Penyelenggaraan Administrasi Kepegawaian pejabat Negara dan

mantan Pejabat Negara.

4. Penyelenggaraan Administrasi dan sistem informasi kepegawaian

Negara dan mutasi kepegawaian antar provinsi.

5. Penyelenggaraan koordinasi, penyusunan norma standart dan prosedur

mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban,

kedudukan hukum Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri sipil

Daerah dibidang kepegawaian.

6. Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan

perundang-undangan dibidang kepegawaian pada instansi kepegawaian.

7. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan

Kepegawaian Negara.

8. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah dibidang Administrasi

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Pada Setiap Bidang Dengan Menggunakan Rumus Sampel
Tabel 4.2  Validitas Butir Pertanyaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sugeharti : Penyusutuan Arsip Pada Unit Kearsipan Badan Kepegawaian Negara Regional VI Medan, 2004... Sugeharti : Penyusutuan Arsip Pada Unit Kearsipan Badan Kepegawaian Negara

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah Apakah Kompetensi Pegawai dan Budaya Organisasi Berpengaruh Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Regional VI BKN

Hasil penelitian ini adalah: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara

BAB III : FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA KANTOR REGIONAL VI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA MEDAN. Dalam bab ini, Penulis menjelaskan mengenai,

Hasil yang diperoleh pada alpha 5% dalam penelitian ini antara lain Mekanisme Pengambilan Keputusan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Pegawai Regional VI

Hasil yang diperoleh pada alpha 5% dalam penelitian ini antara lain Mekanisme Pengambilan Keputusan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Pegawai Regional VI

PERANAN PEMIMPIN DALAM PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN DI KANTOR REGIONAL VI BADAN KEPEGAWAIAN..

penulis memilih judul : “Peranan pemimpin dalam peningkatan kinerja karyawan di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”..