• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PADA KANTOR REGIONAL VI

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

OLEH:

JESI REKI RUKMENI S.

(080903072)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Jesi Reki Rukmeni S.

NIM : 080903072

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

Medan, Juli 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Prof. Dr. Erika Revida, M.S

NIP: 1962082119870122001 NIP: 196401081991021001

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dekan,

FISIP USU MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur terbesar penulis panjatkan ke hadirat Allah Tri Tunggal untuk kasih

setia, bimbingan, dan penyertaanNya yang nyata benar kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Awalnya penulis sering tidak memanfaatkan

waktu dengan baik dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis belum mengetahui bahwa dalam

mengerjakan skripsi akan ada rintangan-rintangan ataupun hal lain yang sangat menguras

pikiran, tenaga, dan waktu. Sampai saat penulis terjun langsung ke lapangan, barulah

penulis menyadari bahwa menyusun skripsi merupakan hal yang memerlukan keseriusan.

Judul skripsi ini adalah “Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada

Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”. Pengerjaan skripsi juga

merupakan sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah,

sistematis, dan metodologis bagi penulis untuk belajar menulis karya ilmiah.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Teristimewa orang tuaku terkasih, Bapak H. Simamora dan Ibu N. Situmorang

untuk setiap dukungan, baik doa, motivasi, ataupun materi yang telah diberi selama

ini. Terima kasih juga untuk kasih sayang dan jerih lelah yang Bapak dan Mamak

kerjakan untukku. Semoga di saat yang tepat nanti, aku bisa lebih membahagiakan

dan berbakti pada Bapak dan Mamak. Amiin .

2. Adik-adikku terkasih Juli, Tresia, Artha, Sepania, dan Irene untuk setiap canda

tawa dan hal-hal menyenangkan lainnya ketika kakak mengalami kejenuhan.

Terima kasih untuk semua yang kualami bersama kalian. Semangat selalu ya

adik-adikku. Semoga kakak pun dapat menjadi teladan yang baik bagi kalian Amiin .

(4)

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. H.M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universita Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengarahkan penulis hingga terselesainya skripsi ini. Terima kasih juga telah

memberikan tenaga, waktu, dan pikiran untuk memberi pemahaman kepada

penulis Bu.

6. Ibu Dra. Februati Trimurni, M.Si yang selaku Dosen Penguji yang juga membantu

saya dalam seminar. Saya ga nyangka Ibu sampai menelepon 2 orang teman saya

yang sudah meraih gelar S.Sos untuk datang juga di seminar saya. Makasiiih Bu..

7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar pada Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran, ilmu, dan pengetahuan kepada saya.

8. Kepada Kak Mega, Kak Dian, dan Bu Sri yang membantu saya dalam pengurusan segala Administrasi di sepanjang perkuliahan.

9. Kepala Bagian Umum Ibu Dra. Ida Widayani, Kepala Sub Bagian Kepegawaian Bapak Yasrul Hafli Pasaribu, S.Sos, Kepala Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian

Pak Drs. Subekti Agus Irianto yang mengarahkan saya selama penelitian di BKN

Kanreg VI serta terima kasih atas waktunya untuk wawancara, dan seluruh pegawai BKN yang dengan senang hati membantu saya.

(5)

11.KTB ku “Blessed to be Blessing” (K’ Cory, B’ Abed, Eva, Vina, K’ Lenta, dan K’

Erma) untuk setiap perhatian dan dukungan doanya. Terima kasih juga telah

mendengar setiap sukacita ataupun keluh kesahku. Aku bersyukur telah

dipertemukan dengan kalian. Semoga kita selalu berusaha mewujudkan nama

kelompok kita ya Amiin. ^_^

12.Adik-adik Kelompok ku “Militia Christy” (Yohana, Sintong, Pera, Josua, dan

Erlince) untuk kebersamaan dan doanya. Semoga kita bisa semakin bertumbuh

menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Terima kasih sudah menjadi bagian dari

pertumbuhan kakak dek ku. ^_^

13.Teman-teman dekat saya di kampus Grace, Lolo, Vina, dan Juli untuk pertemanan

kita selama ini. Banyak hal yang juga kudapat dari kalian. Bagaimana ya kondisi

kita setelah wisuda nanti? Jangan sombong-sombong kalian nanti girls. Keep

Contact yaa.

14.Teman-teman magang di Kisaran Naga, Vina, Grace, Lolo, Maria, Cecilia, Desi,

Lidya, Leo, Lita, Elisabeth, Teguh, Dwi Utomo, dan Dermawan untuk

kebersamaan dan perjuangan dalam magang kitaa.

15.Sahabat doa ku Marino untuk doa-doanya dan motivasi yang diberi selama ini.

Semangat dalam pengerjaan skripsimu ya. Juga buat Inuy, makasih banyak uda

bantu saat Jesi ada pertanyaan seputar skripsi.

16.Semua anak AN ’08 untuk kebersamaannya di sekitar 4 tahun ini. Kalau ada

reunian kabar-kabarin yaa. Semoga kita ke depannya menjadi orang-orang yang

sukses. Amiin.

17.

Semua pihak yang terlibat saat penulisan skripsi ini, namun tidak dapat disebutkan.

(6)

Dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis menghargai saran dan

kritik yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi penulis, maupun bagi

pihak yang membacanya.

Medan, Juli 2012

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……….…. v

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii

ABSTRAKSI ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ……….…………. 1

1.2. Perumusan Masalah ………...…….…….. 5

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 5

1.4. Manfaat Penelitian ……… 5

1.5. Kerangka Teori ………. 6

1.5.1. Pegawai Negeri Sipil……….………..….….. 6

1.5.1.1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil……… 6

1.5.1.2. Jenis-Jenis Pegawai Negeri Sipil……… 7

1.5.1.3. Kewajiban dan Larangan Pegawai Negeri Sipil…………. 9

1.5.2. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil ……….. 11

1.5.2.1. Pengertian Pembinaan Pegawai Negeri Sipil……… 11

1.5.2.2. Tujuan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil ………. 14

1.5.2.3. Jenis-Jenis Pembinaan Pegawai Negeri Sipil………….. 15

(8)

1.5.4. Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor

Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan………. 22

1.6. Defenisi Konsep ……….. 25

BAB II METODE PENELITIAN ……… 27

2.1. Bentuk Penelitian ……… 27

2.2. Lokasi Penelitian ……….………... 27

2.3. Informan Penelitian ……… 28

2.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 28

2.5. Instrumen Penelitian ……… 30

2.6. Teknik Analisis Data ………... 30

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… 31

3.1. Sejarah Kantor Regional VI BKN Medan ……….. 31

3.1.1. Sejarah Badan Kepegawaian Negara ……… 31

3.1.2. Sejarah Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara VI …….. 33

3.2. Visi dan Misi Kantor Regional VI BKN Medan ………. 34

3.2.1. Visi dan Misi Badan Kepegawaian Negara ………. 34

3.2.2. Visi dan Misi Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara VI ………. 35

3.3. Struktur Organisasi Kantor Regional VI BKN Medan ……… 37

3.4. Fungsi dan Tugas Pokok Kantor Regional VI BKN Medan ……… 38

3.5. Tugas Pokok dan Fungsi Setiap Bagian ……….. 39

3.5.1. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Umum ……….………. 39

3.5.2. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Mutasi ………….………. 39

(9)

dan Pensiun ………..……… 40

3.5.4. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Informasi Kepegawaian …..…. 41

3.5.5. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian ……….42

BAB IV PENYAJIAN DATA ……….. 43

4.1. Data Wawancara ………..……… 43

4.1.1. Wawancara dengan Kepala Bagian Umum Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan ………...…….. 44

4.1.2. Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Kepegawaian Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan ….… 46 4.1.3. Wawancara dengan Kepala Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan ……… 50

4.2. Data Kuesioner ..……… 52

4.2.1. Karakteristik Informan ……….……….………. 52

4.2.2. Distribusi Jawaban Kuesioner ……….………….……….. 56

BAB V ANALISA DATA ……….. 76

5.1. Pemusatan Upaya dalam Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan ………. 76

5.2. Wawasan Waktu dalam Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan ... 80

(10)

5.4. Peresapan (Pemahaman) dalam Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian

Negara Medan .………. 86

5.5. Dampak dari Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan .……….. 88

BAB VI PENUTUP ………. 93

6.1. Kesimpulan ………. 93

6.2. Saran ………... 94

DAFTAR PUSTAKA ……….... 96

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Identitas informan berdasarkan jenis kelamin ……… 52

Tabel 2 Identitas informan berdasarkan usia ………... 53

Tabel 3 Identitas informan berdasarkan tingkat pendidikan ……….. 54

Tabel 4 Identitas informan berdasarkan golongan ruang ……… 54

Tabel 5 Identitas informan berdasarkan masa kerja ……… 55

Tabel 6 Jawaban informan tentang adanya peraturan tertulis mengenai disiplin kerja ……….. 56

Tabel 7 Jawaban informan tentang adanya kegiatan untuk meningkatkan disiplin kerja ……….. 56

Tabel 8 Jawaban informan tentang ada Tupoksi Bidang yang menangani disiplin kerja ……….. 57

Tabel 9 Jawaban informan tentang adanya pensosialisasian peraturan, kegiatan, dan sanksi sebagai upaya pembinaan disiplin kerja ………… 58

Tabel 10 Jawaban informan tentang kecukupan ketersediaan sumber daya manusia dan sarana ……… 59

Tabel 11 Jawaban informan tentang adanya waktu yang ditentukan untuk merencanakan pembinaan disiplin kerja ……… 60

Tabel 12 Jawaban informan tentang adanya waktu yang ditentukan untuk mengevaluasi pembinaan disiplin kerja ………. 61

(12)

Tabel 14 Jawaban informan tentang adanya waktu yang ditentukan untuk

merumuskan sanksi disiplin kerja ………. 63

Tabel 15 Jawaban informan tentang adanya waktu yang ditentukan untuk

mengamati dampak pembinaan disiplin kerja ……… 63

Tabel 16 Jawaban informan mengenai apakah setiap keputusan mengenai

disiplin kerja berlaku kepada semua Pegawai Negeri Sipil di BKN …. 64

Tabel 17 Jawaban informan mengenai adanya kebijakan sebagai faktor

pendukung pembinaan disiplin kerja ………..………... 65

Tabel 18 Jawaban informan mengenai adanya Pegawai Negeri Sipil yang

sering tidak disiplin ……… 65

Tabel 19 Jawaban informan mengenai adanya aturan mengenai sanksi

pelanggaran disiplin kerja ………... 66

Tabel 20 Jawaban informan mengenai setiap sanksi ada di dibedakan dalam

kategori tertentu ……….. 67

Tabel 21 Jawaban informan mengenai pemahaman tentang disiplin PNS ……… 67

Tabel 22 Jawaban informan mengenai pemahaman PP No. 53 tahun 2010 ……. 68

Tabel 23 Jawaban informan tentang perlunya dilakukan pembinaan disiplin

kerja ……… 68

Tabel 24 Jawaban informan tentang pembinaan disiplin kerja PNS di Kantor

Regional VI Badan Kepegawaian Negara ………. 69

Tabel 25 Jawaban informan tentang adanya harapan dalam hal pembinaan

disiplin kerja PNS ……….. 70

Tabel 26 Jawaban informan mengenai pembinaan disiplin kerja dapat

(13)

Tabel 27 Jawaban informan mengenai pembinaan disiplin kerja dapat

meningkatkan ketaatan aturan dan ketaatan waktu ……… 72

Tabel 28 Jawaban informan mengenai pembinaan disiplin kerja dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab ………... 73

Tabel 29 Jawaban informan mengenai pembinaan disiplin kerja dapat

mengakibatkan tingkat kesalahan pengerjaan tugas Pegawai Negeri

Sipil semakin rendah ……….. 74

Tabel 30 Jawaban informan mengenai pembinaan disiplin kerja dapat

(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Hand Key ………. 80

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 4 Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran 5 Surat Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian

Skripsi kepada Dosen Pembimbing

Lampiran 6 Surat Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian

Skripsi kepada Dosen Penguji

Lampiran 7 Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 8 Berita Acara Seminar Rencana Usulan Penelitian

Lampiran 9 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 10 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 11 Surat Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lampiran 12 Surat Balasan Persetujuan Penelitian Kantor Regional VI BKN

Medan

Lampiran 13 Daftar Hadir PNS Kantor Regional VI BKN Medan Bulan April

dan Mei

Lampiran 14 Daftar Mengikuti Senam Pagi Hari Jumat Kantor Regional VI

Medan Bulan April dan Mei

Lampiran 15 Contoh Surat Izin Keluar Kantor PNS Kantor Regional VI BKN

Medan

(16)

ABSTRAK

PEMBINAAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR REGIONAL VI

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA MEDAN Nama : JESI REKI RUKMENI S.

NIM : 080903072

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Erika Revida, M.S

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pembinaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Hal ini dilatarbelakangi karena peneliti melihat sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat pokok dalam suatu organisasi. Suatu organisasi tidak akan dapat melaksanakan kegiatan tanpa adanya sumber daya manusia yang kompeten. Berbicara mengenai sumber daya manusia, Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satunya. Pegawai Negeri Sipil memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan aparatur negara dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Oleh karenanya, Pegawai Negeri Sipil harus melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Namun pada kenyataannya, banyak terjadi tindakan ketidakdisiplinan dari Pegawai Negeri Sipil. Misalnya, sering datang terlambat, bolos kerja, pulang lebih awal, banyak waktu kerja yang tidak efektif, dan tidak menunjukkan kepatuhan atau ketaatan pada peraturan kerja di instansinya. Hal ini juga terjadi di Kantor Regional VI BKN Medan. Kantor Regional VI BKN harus juga mengupayakan pembinaan disiplin kerja pegawai dengan baik, sehingga menghasilkan pegawai dengan disiplin kerja yang baik pula.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara, kuesioner, dan observasi. Teknik pengambilan subyek penelitian yakni dengan menggunakan teknik snowball dan purposive. Dari teknik ini, peneliti mewawancarai 3 nara sumber, yaitu Kabbag Bimbingan Teknis Kepegawaian, Kabbag Umum, dan Kassubbag Kepegawaian, serta menyebar kuesioner kepada 26 orang PNS di Kantor Regional VI BKN.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat pada Kantor Regional VI BKN upaya pembinaan sudah sangat baik dilakukan. Dalam pelaksanaan pembinaan disiplin kerja, Kantor Regional VI BKN telah memiliki wawasan waktu yang cukup baik. Pola Keputusan dalam pembinaan disiplin kerja sudah baik. Setiap peraturan dan keputusan berlaku untuk semua PNS tanpa terkecuali serta sanksi bagi yag pelanggar telah diatur dalam Peraturan Pemerintah 53 tahun 2010. Walau demikian, beberapa pegawai hanya memahami bahwa disiplin hanyalah hal yang berkaitan dengan waktu datang dan pulang kerja saja, padahal prosedur kerja dan waktu penyelesaian pekerjaan merupakan bagian dari disiplin kerja. Dari segi dampak terlihat bahwa untuk hal kehadiran dan waktu masih banyak pegawai kurang berdisiplin. Ini berarti, kesadaran diri sendiri akan pentingnya disiplin kerja sangat penting.

Saran dari peneliti dalam hal ini adalah (1) Atasan harus menunjukkan keteladanan dan ketegasan. Ini penting karena akan menimbulkan rasa keseganan dari bawahan untuk melakukan pelanggaran disiplin dan dapat menumbuhkan rasa kesadaran sendiri dari tiap pegawai akan pentingnya disiplin kerja; (2) Pembinaan disiplin kerja harus tetap dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk meningkatkan pemahaman pegawai akan disiplin kerja; (3) Perlu ditingkatkan peran psikolog untuk konseling atau pendekatan secara personal agar Pegawai Negeri Sipil mendapat lebih perhatian jika ingin berbagi akan masalahnya mengenai pelaksanaan tugas dan kedisiplinan, di samping itu mind set PNS yang berfikir ketidakdisiplinan adalah hal yang sudah biasa, dapat diubah.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara kita memiliki jumlah organisasi yang sangat banyak, baik yang dikelola

oleh pihak swasta maupun yang berada di bawah pimpinan Negara. Pada umumnya, setiap

instansi ataupun organisasi memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik

kepada masyarakat atau pelanggan. Hal itu dapat diwujudnyatakan melalui peningkatan

kualitas pelayanan kepada masyarakat atau pelanggan.

Setiap instansi ataupun badan pemerintahan yang berdiri di bawah pimpinan

Negara merupakan sarana pendukung demi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang

merupakan cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Oleh karenanya, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompetensi dan taat pada

peraturan. Sumber daya manusia diharapkan dapat mengolah sumber-sumber lain yang

dapat mendukung pencapaian tujuan instansi atau organisasi. Selain itu, dibutuhkan pula

sumber daya manusia yang mampu taat dan melaksanakan budaya organisasi di instansi

atau organisasinya masing-masing.

Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat pokok dalam suatu organisasi.

Tidak mungkin organisasi dapat melakukan kegiatan tanpa adanya sumber daya manusia.

Sumber daya manusia merupakan bagian dari suatu kemajuan ilmu, pengetahuan, dan

teknologi. Oleh karenanya, era teknologi dan peradaban yang sudah sangat maju ini

menuntut sumber daya manusia yang kompeten, yang memiliki semangat dan kedisiplinan

(18)

Berbicara mengenai sumber daya manusia, Pegawai Negeri Sipil termasuk di

dalam salah satunya. Pegawai Negeri Sipil memiliki kedudukan yang sangat penting dan

menentukan. Hal ini dikarenakan Pegawai Negeri Sipil adalah aparatur negara dalam

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai usaha mewujudkan tujuan

nasional. Karenanya, kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional juga

bergantung pada Pegawai Negeri Sipil. Hal ini berarti, untuk dapat menyelenggarakan

pemerintahan dan pembangunan, Pegawai Negeri Sipil harus memiliki kualitas diri yang

baik terlebih dahulu.

Pegawai Negeri Sipil saat ini sering menjadi sorotan. Pegawai Negeri Sipil

diharapkan menjadi sosok teladan dalam tugas dan taat terhadap segala peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku, serta melaksanakan tugas dinas dengan penuh

tanggung jawab. Disiplin pegawai merupakan gambaran bagaimana tanggung jawab

Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya.

Pada kenyataannya, masih banyak terjadi tindakan tidak disiplin dari Pegawai

Negeri Sipil. Misalnya saja, sering datang terlambat, bolos kerja, pulang lebih awal,

banyak waktu kerja yang tidak efektif, dan tidak menunjukkan ketidakpatuhan atau

ketidaktaatan pada peraturan kerja di instansinya. Taufan, dalam Harian Waspada

menyatakan bahwa tindak-tanduk PNS kerap menjadi perhatian publik karena dianggap

seenaknya dan tidak bertanggungjawab dalam pekerjaan. Bahkan tak jarang, para pegawai

berseragam khusus ini terlihat berkeliaran di tempat-tempat umum pada saat jam kerja.

Kinerja PNS dinilai sangat lamban dan tidak terarah. Ini terlihat dari masih banyaknya

ditemukan kelemahan di setiap instansi

(19)

dipertegas dengan pernyataan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Azwar Abubakar bahwa 95 persen Pegawai Negeri Sipil (PNS) di seluruh

Indonesia tidak memiliki kompetensi. Hanya lima persen dari total sebanyak 2,5 juta yang

punya kompetensi

(

http://pekalongankab.bps.go.id/ diakses pada 4 Juli 2012 pukul 16.00).

Menaggapi masalah di atas, maka Pegawai Negeri Sipil sangat memerlukan

pembinaan. Hal ini agar Pegawai Negeri Sipil semakin memahami Peraturan

Kepegawaian yang menjadi acuan dalam pembinaan disiplin pegawai. Sejalan dengan hal

tersebut akan terwujud disiplin kerja yang baik, pegawai akan lebih produktif berdasarkan

sistem karier, dan memicu prestasi kerja.

Hal yang bisa terjadi, Pegawai Negeri Sipil tidak memiliki kedisiplinan yang baik

karena kurang mendapatkan pembinaan yang baik di instansinya. Pembinaan terhadap

Pegawai Negeri Sipil adalah suatu kewajiban, mengingat sudah ada Undang-Undang yang

mengaturnya. Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang no.43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang no.8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menyatakan untuk

mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan diperlukan Pegawai

Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang

dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada

sistem prestasi kerja.

Salah satu badan yang mengurusi masalah kepegawaian yang berada dalam

naungan Presiden Republik Indonesia adalah Badan Kepegawaian Negara (BKN). Badan

Kepegawaian Negara merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen. Pihak atau

badan yang tersebut sebagai yang mengurusi kepegawaian memiliki peran yang besar

(20)

memiliki visi Pegawai Negeri Sipil yang Profesional, Netral, dan Sejahtera. Badan

Kepegawaian Negara juga memiliki wewenang untuk membuat kebijakan manajemen

Pegawai Negeri Sipil.

Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menyelenggarakan

manajemen Pegawai Negeri Sipil termasuk pembinaan kepegawaian kepada pemerintah

pusat dan daerah Badan Kepegawaian Negara telah didukung oleh 12 Kantor Regional.

Kantor Regional tersebut, yait

Di Medan, Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara

Kepegawaian Negara di wilayah kerjanya meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

Sumatera Utara, yang kewenangannya masih melekat

Kantor Regional VI selaku suatu badan kepegawaian harus mengupayakan

pembinaan disiplin pegawainya sehingga disiplin kerja pegawainya pun baik. Di samping

hal tersebut, memang Badan Kepegawaian Negar

pada pemerintah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kantor Regional VI Badan Kepegawaian

Negara ini juga tidak lepas dari masalah ketidakdisiplinan. Pegawainya ada yang sering

datang terlambat, bolos kerja, dan tidak menggunakan waktu kerja dengan efektif.

Karenanya, pembinaan disiplin kerja sangat perlu dilakukan di sini.

besar yang mengurusi kepegawaian harus dapat pula menjadi teladan bagi instansi lain

dalam membina para pegawainya agar kasus-kasus ketidakdisiplinan pun berkurang.

(21)

abdi masyarakat adalah hal yang wajib dan penting, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada

Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam setiap penelitian, perlu adanya perumusan masalah secara jelas untuk

menghindari ruang lingkup yang terlalu luas. Berdasarkan latar belakang masalah yang

diuraikan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana pembinaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional VI Badan

Kepegawaian Negara Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis pembinaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil

pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian

ini adalah:

1. Secara subyektif, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk melatih

dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis, dan metodologis bagi

penulis untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori

(22)

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara

langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi

Negara dan bagi kalangan penulis lain yang tertarik pada bidang ini.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau

sumbangan pemikiran tentang pembinaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil pada

Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

1.5. Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, defenisi, dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan

antar konsep. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel, atau

pokok masalah yang ada di dalam penelitian (Singarimbun, 1999: 37). Kerangka teori

disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukkan persfektif yang digunakan dalam

memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.

1.5.1. Pegawai Negeri Sipil

1.5.1.1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara yang pendapatannya diperoleh dari

negara. Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi masyarakat yang harus melayani

masyarakat sesuai dengan tugas yang sudah diserahkan kepadanya. Pegawai Negeri Sipil

adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah

ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara. Pejabat yang

(23)

memberhentikan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (UU No. 43 Tahun 1999).

Pegawai Negeri Sipil terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri

Sipil Daerah. Berdasarkan penjelasan dari undang-undang tersebut, Pegawai Negeri Sipil

Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah

non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, instansi vertikal di

daerah propinsi/kabupaten/kota, kepaniteraan pengadilan, atau dipekerjakan untuk

menyelenggarakan tugas negara lainnya. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai

Negeri Sipil Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan

di luar instansi induknya (UU No. 43 Tahun 1999).

Jadi, pada hakekatnya Pegawai Negeri Sipil adalah warga negara biasa seperti

halnya warga masyarakat lainnya. Memang adanya pandangan yang menganggap bahwa

pegawai Negeri Sipil merupakan kelompok elit masyarakat atau menjamin istilah yang

berbau feodalistik, tidak sepenuhnya keliru, karena sebagai unsur aparatur Negara, abdi

Negara dan abdi masyarakat, di samping atribut-atribut kewenangan yang melekat, pada

tataran tertentu memang sering dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat

meninggikan status sosialnya.

(24)

Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 1999 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,

yang menjelaskan Pegawai Negeri terdiri dari:

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah pegawai yang bekerja sama pada departemen,

lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan, lembaga tertinggi/tinggi negara,

instansi vertikal di daerah-daerah dan kepaniteraan pengadilan. Juga pegawai yang

bekerja pada perusahaan jawatan misalnya perusahaan jawatan kereta api, pegadaian

dan lain-lain. Pegawai yang diperbantukan atau dipekerjakan pada Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Juga pegawai yang berdasarkan suatu peraturan

perundang-undangan dan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain seperti

perusahaan umum, yayasan dan lainnya serta yang menyelenggarakan tugas negara

lainnya, misalnya hakim pada pengadilan negeri/pengadilan tinggi.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah PNS Daerah diangkat dan bekerja pada

Pemerintahan Daerah Otonom baik pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

(25)

3. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah

Masih dimungkinkan adanya PNS lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan

pemerintah, misalnya kepala-kepala kelurahan dan pegawai negeri di kantor sesuai

dengan UU No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun

1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Dari uraian-uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

menyelenggarakan tugas-tugas negara atau pemerintahan adalah pegawai negeri, karena

kedudukan pegawai negeri adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, juga

pegawai negeri merupakan tulang punggung pemerintah dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan maupun dalam melaksanakan pembangunan nasional.

1.5.1.3 Kewajiban dan Larangan Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ada beberapa kewajiban yang harus ditaati

oleh Pegawai Negeri Sipil. Hal yang paling berkaitan dengan kinerja Pegawai Negeri Sipil

sesuai dengan kewajiban dari Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah:

1. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada Pegawai Negeri Sipil

dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab

3. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang,

(26)

4. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

5. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

6. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

7. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan

sebaik-baiknya

8. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat

Kewajiban Pegawai Negeri Sipil tersebut pada dasarnya telah mengisyaratkan

keberhasilan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya apabila dilaksanakan

secara maksimal. Pada hakekatnya Pegawai Negeri Sipil harus mampu menjalankan apa

yang menjadi kewajibannya guna menghasilkan kinerja yang layak untuk dinikmati

masyarakat dalam proses pencapa ian kesejahteraan masyarakat melalui proses

pelayanan publik.

Sementara itu, berdasarkan pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.

53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil maka ada beberapa larangan yang

diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil. Hal yang paling berkaitan dengan kinerja Pegawai

Negeri Sipil adalah:

1. Menyalahgunakan wewenang

2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain

dengan menggunakan kewenangan orang lain

3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau

(27)

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing atau lembaga swadaya

masyarakat asing

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan

barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga

milik negara secara tidak sah

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau

orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk

keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak

langsung merugikan negara

7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara

langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam

jabatan

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang

berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya

9. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat

menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga

mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani.

Sebagaimana diketahui bahwa aparatur pemerintah merupakan pelayan bagi

masyarakat. Jadi, aparatur pemerintah dalam hal ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang

dituntut untuk lebih bersungguh-sungguh untuk melaksanakan kewajiban dan larangan

yang telah diamanatkan kepadanya dengan baik, sehingga apa yang menjadi tujuan dan

sasaran akan terlaksana dengan maksimal, yakni sebagai pelayan masyarakat bagi

(28)

1.5.2. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

1.5.2.1. Pengertian Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Pembinaan terhadap sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam peningkatan

kualitas kinerja. Demikian halnya dengan para Pegawai Negeri Sipil (PNS), sebagai abdi

negara Pegawai Negeri Sipil memiliki peranan yang besar dalam pencapaian cita-cita

bangsa. Sejalan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja, pembinaan terhadap

pegawai dilaksanakan untuk meningkatkan disiplin, mengembangkan karier, dan etika

mereka sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dan negara.

Pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai arah yang berbeda namun tetap

untuk dapat memberikan pelayanan yang baik.

Pembinaan memiliki makna yang berdekatan dengan kata bimbingan, yaitu

mengarahkan, mengembangkan, dan menyempurnakan seseorang agar menjadi lebih baik

sesuai dengan yang diharapkan oleh yang membina. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut

Musanef (2000: 47) pembinaan adalah segala usaha tindakan yang berhubungan langsung

dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan, pengembangan, pengarahan,

penggunaan, serta pengendalian segala suatu secara berdaya guna dan berhasil guna.

Selanjutnya Thoha (2005: 84) menyatakan pembinaan pada Pegawai Negeri Sipil

merupakan suatu proses, hasil atau pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini

mewujudkan adanya perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan sesuai prosedur

(29)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pembinaan merupakan tugas yang terus

menerus di dalam pengambilan keputusan yang berwujud suatu perintah, peraturan, atau

instruksi-intruksi sehingga yang dibina dapat melaksanakan tugasnya dan akhirnya dapat

didayagunakan secara tepat dan berhasil guna bagi suatu organisasi atau lembaga.

Selanjutnya, pembinaan Pegawai Negeri Sipil merupakan upaya mengarahkan Pegawai

Negeri Sipil yang ada atau yang akan ada sehingga dapat melaksanakan tugasnya dan

dapat didayagunakan secara tepat.

Dalam pembinaan diperlukan cara-cara atau strategi. Lima ciri utama yang dilihat

dari strategi pembinaan:

1. Pemusatan Upaya (concentration of effort)

Sebuah yang yang efektif mengharuskan pusat kegiatan, upaya, atau perhatian

terhadap rentang sasaran yang lebih sempit.

2. Wawasan waktu (time horizon)

Strategi dipergunakan untuk menggambarkan pandangan yang meliputi waktu

yang jauh ke depan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

tersebut dan juga waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.

3. Pola Keputusan (pattern decision)

Keputusan-keputusan harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang

konsisten serta diikuti oleh sanksi bila terdapat pelanggaran atasnya.

(30)

Suatu yang mencakup spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi

sumber daya sampai dengan kegiatan dalam pelaksanaannya disertai pemahaman

tentang hal yang berkaitan yang dilakukan.

5. Dampak (impact)

Hal yang menjadi hasil dari pengerjaan pembinaan. Dengan mengikuti suatu

strategi tertentu, dampak akhirnya akan sangat berarti.

Pemusatan upaya, wawasan waktu, pola keputusan, peresapan, dan dampak

menjadi tolak ukur pembinaan. Strategi dalam pembinaan diperlukan sebagai upaya

menciptakan kesatuan arah dalam memberikan pengarahan dan mengarahkan sumber daya

untuk mendorong mencapai tujuan yang diharapkan (Stoner, 1996: 140).

1.5.2.2. Tujuan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

Pembinaan pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan

tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Pembinaan terhadap setiap orang secara umum memiliki bertujuan membentuk karakter

dan kepribadian berkualitas, sehingga menghasilkan kinerja yang maksimal. Pembinaan

pada Pegawai Negeri Sipil dapat mewujudkan citra Pegawai Negeri Sipil yang penuh

kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan

pemerintah yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna,berhasil guna,

bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara,

abdi negara dan abdi masyarakat. Secara singkat untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil

(31)

Pembinaan juga dapat membentuk sumber daya manusia yang disiplin, tanpa

disiplin yang baik akan sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal (Fathoni,

2006: 172). Selain itu, menurut Mangkunegara (2003: 52) pembinaan yang baik dapat

meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi, meningkatkan produktifitas dan kualitas

kerja dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka secara singkat dapat dikemukakan tujuan

dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil adalah meningkatkan kualitas Pegawai negeri Sipil

dengan mengupayakan sumber daya manusia yang ada atau yang akan ada, sehingga dapat

didayagunakan secara tepat dan sebaik-baiknya atau efektif dan efisien. Oleh karena itu,

pembinaan Pegawai Negeri Sipil diarahkan agar kebijaksanaan yang ada dapat menjadikan

Pegawai Negeri Sipil menjalankan tugas kewajibannya, meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan, serta menempatkan pegawai sesuai kemampuan yang

dimiliki pada bidang tugas yang tepat.

Pembinaan pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan

tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna, yaitu:

1. Satuan organisasi lembaga pemerintah mempunyai jumlah dan mutu pegawai yang

rasional, sesuai dengan jenis, sifat dan beban kerja yang dibebankan kepadanya.

2. Pembinaan seluruh pegawai negeri sipil terintegrasi artinya terhadap semua

pegawai negeri sipil berlaku ketentuan yang sama.

3. Pembinaan pegawai negeri sipil dilaksanakan atas dasar sistem karir dan sistem

prestasi.

4. Pengembangan sistem penggajian diarahkan untuk menghargai prestasi kerja dan

(32)

5. Tindakan korektif terhadap pegawai yang benar-benar melanggar ketentuan yang

berlaku dilaksanakan secara tegas.

6. Penyempurnaan sistem administrasi kepegawaian dan sistem pengawasannya dapat

dilaksanakan.

7. Pembinaan dan kesetiaan dan ketaatan penuh terhadap pancasila, UUD 1945,

negara dan pemerintah tetap terjamin. (

http://scribd.com/doc/76443430/13/b-Arah-dan-Tujuan-Pembinaan-Pegawai-Negeri diakses pada 1 Juni 2012 pukul 18.05)

1.5.2.3. Jenis-Jenis Pembinaan Pegawai Negeri Sipil

1. Pembinaan Disiplin

Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan atau ketaatan terhadap

segala peraturan dan ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan sebagai kesungguhan

dalam bertindak dan berperilaku. Disiplin merupakan pembatas kebebasan dari pegawai

itu sendiri. Oleh karena itu, dalam usaha menegakkan diri tidak asal melaksanakannya

saja. Dengan kata lain disiplin bukan hanya sekedar pegawai harus tertib tetapi disiplin

juga harus dapat menunjang tujuan organisasi. Selain harus dapat menunjang tujuan

organisasi, maka disiplin yang ditegakkan juga harus sesuai dengan kemampuan pegawai.

Moril atau semangat kerja yang tinggi memiliki hubungan yang sangat erat

dengan disiplin. Apabila pegawai merasa berbahagia dalam pekerjaannya, pada

umumnya hal itu didorong oleh disiplin pribadi mereka sendiri, dan sebaliknya apabila

moril atau semangat kerja mereka rendah, maka mereka tergolong orang yang dapat

menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, sebagai contoh

(33)

menyetujui perintah atasan dengan hati yang tidak senang. Di samping hal tersebut ada

juga upaya dari luar individu untuk membantu meningkatkan disiplin. Kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin pegawai tersebut dinamakan

pembinaan disiplin pegawai (Moekijat, 1999: 138).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin Pegawai Negeri Sipil

(PNS) adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau

peraturan kedinasan, kaidah, pedoman kerja, atau job description yang berlaku dan telah

ditetapkan oleh organisasi baik dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis, yang apabila tidak

ditaati/dilanggar akan dijatuhi hukuman disiplin guna mewujudkan tujuan organisasi

secara efisien dan efektif.

Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur

kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar

oleh Pegawai Negeri Sipil. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau

perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin, baik yang

dilakukan di dalam ataupun di luar jam kerja. Setiap perbuatan yang melanggar peraturan

tersebut akan diberikan hukuman yang disebut hukuman disiplin. Tujuan hukuman

disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan

pelanggaran disiplin.

Pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa terlebih dahulu secara

seksama Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin itu. Oleh karenanya,

hukuman disiplin yang dijatuhkan harus setimpal dengan pelanggaran disiplin yang

(34)

tersebut tidak boleh sampai dirasakan terlalu berat. Di samping itu pula, hukuman tersebut

jangan pula sangat ringan, sehingga tidak memberikan efek jera bagi si pelanggar.

2. Pembinaan Karier

Sistem pembinaan karier yang baik adalah salah satu sendi organisasi yang baik

karena dapat menumbuhkan semangat kerja serta rasa tanggung jawab bagi setiap

pegawai. Pegawai atau karyawan yang tidak disiplin, dapat juga dikarenakan lemahnya

pembinaan karier pegawai. Pegawai yang kariernya tidak berkembang akhirnya tidak

disiplin terhadap peraturan-peraturan yang ada, dalam hal ini dibutuhkan inisiatif dari

pimpinan untuk memperhatikakondisi para bawahannya.

Karier adalah urutan posisi yang terkait dengan pekerjaan yang diduduki seseorang

sepanjang hidupnya. Manusia mengejar karier adalah untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan individu secara mendalam. Karier pegawai perlu terus dipantau dan

diperhatikan, karena hal tersebut dapat menunjukkan prilaku atau sikap mereka terhadap

pekerjaan mereka. Seorang individu tentunya mengharapkan agar kariernya tetap dapat

dikembangkan.

Sistem karier adalah sistem kepegawaian di mana dalam pengangkatan pertama

didasarkan atas kecakapan, selanjutnya dalam pengembangan lebih lanjut, masa kerja,

pengalaman, kesetiaan, pengabdian, dan syarat-syarat objektif lain turut menentukan.

Dalam sistem karier dimungkinkan naik pangkat tanpa ujian jabatan. Pengangkatan dalam

jabatan dilaksanakan berdasarkan jenjang yang telah ditentukan.

Sistem karier terbagi 2, yaitu sistem karier terbuka dan sitem karier tertutup.

Sistem karier terbuka, yaitu untuk menduduki suatu jabatan dalam unit organisasi, terbuka

(35)

karier tertutup, yaitu suatu jabatan yang ada dalam organisasi hanya dapat diduduki oleh

pegawai yang telah ada dalam organisasi tersebut, tidak boleh diduduki oleh orang luar

(Nainggolan, 1994: 133-134).

3. Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik

Jiwa korps ialah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerja sama, tanggung

jawab, etika, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan, dan rasa memiliki organisasi

Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kode Etik adalah

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan baik dalam melaksanakan tugasnya dan

pergaulan hidup sehari-hari. Untuk mewujudkan jiwa korps, maka kode etik dapat

dijadikan pedoman. Kode Etik PNS bertujuan untuk mendorong pelaksanaan tugas sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meningkatkan disiplin baik dalam

pelaksanaan tugas maupun hidup bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara,

lebih menjamin kelancaran dalam pelaksanaan tugas dan suasana kerja yang harmonis

dan kondusif, meningkatkan kualitas kerja dan perilaku PNS yang profesional,

meningkatkan citra dan kinerja PNS.

Pembinaan jiwa korps memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Membina karakter atau watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara

kekeluargaan guna mewujudkan kerja sama dan semangat pengabdian kepada

masyarakat serta meningkatkan kemampuan dan keteladanan Pegawai Negeri

Sipil.

2. Mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan Pegawai Negeri

Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur

(36)

3. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran dan wawasan kebangsaan

Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Revida, 2009: 35-36).

Ruang lingkup pembinaan jiwa korps mencakup:

1. Pembinaan etos kerja dalam rangka mendukung produktivitas kerja

2. Partisipasi Pegawai Negeri Sipil dalam penyusunan kebijakan pemerintah yang

terkait dengan Pegawai Negeri Sipil

3. Peningkatan kerja sama antara Pegawai Negeri Sipil untuk memelihara dan

memupuk kesetiakawanan dalam rangka peningkatan jiwa korps

4. Perlindungan terhadap hak-hak sipil atau kepentingan Pegawai Negeri Sipil sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap mengedepankan

(37)

1.5.3. Disiplin Kerja

Ada banyak defenisi disiplin kerja yang dikemukakan para ahli. Menurut Fathoni

(2006: 172) disiplin merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin dapat diartikan

bilamana karyawan datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaan

dengan baik, dan mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku.

Defenisi lain, disiplin kerja adalah ketaatan pegawai terhadap peraturan, kaidah,

pedoman yang berlaku dalam organisasi/instansi maupun pekerjaan (job description)

yang telah ditetapkan kepadanya dan dapat dikenai sanksi apabila tidak menjalankan

dengan baik (Revida, 2009: 14). Maka, secara umum dapat disimpulkan bahwa disiplin

kerja adalah sikap taat terhadap peraturan, kaidah, norma-norma, dan pedoman yang

berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, dan dapat dikenai sanksi apabila tidak

menjalankan tugas dan wewenang yang diberikan padanya.

Disiplin kerja memiliki 3 aspek, yaitu:

1. Sikap mental, yaitu sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan diri,

latihan, pengendalian pikiran, dan pengendalian watak.

2. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria, dan

standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan

pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan atau aturan, norma,

kriteria, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan.

3. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati

(38)
(39)

Disiplin kerja dapat dilihat dari dua yaitu :

1. Disiplin Waktu adalah jenis disiplin yang sangat mudah dilihat dan dikontrol baik

oleh manajemen yang bersangkutan dengan masyarakat, contohnya melalui sistem

daftar absensi atau sistem apel.pendisiplinan pegawai atau pekerja yang dapat

ditempuh,misalnya mengadakan absensi 2-3 kali sehari, dan apel pagi dan apel

waktu terkhir jam kerja atau lain-lain.

2. Disiplin isi kerja pada dasarnya terdiri dari metode pengerjaan, prosedur kerja,

waktu, dan junlah unit yang diterapkan dengan mutu yang telah dibakukan

diakses pada 1 Juni 2012 pukul

18.10).

Disiplin kerja diharapkan dimiliki oleh setiap pegawai dengan tujuan sebagai

berikut:

1. Adanya disiplin kerja sangat penting karena dengan baiknya disiplin kerja seorang

pegawai, maka prestasi kerjanya juga akan meningkat. Dengan demikian, adanya

disiplin kerja yang baik maka suatu organisasi akan dapat mencapai hasil yang

optimal.

2. Tindakan disiplin akan dapat menciptakan pegawai-pegawai yang taat akan aturan

dan norma-norma yang ada dan berlaku dalam suatu organisasi baik yang tertulis

maupun tidak tertulis.

3. Disiplin kerja yang baik dapat meningkatkan rasa tanggung jawab seorang pegawai

(40)

semangat kerja dari pegawai sehingga mampu mewujudkan tujuan dari organisasi

tersebut sebagaimana yang telah diinginkan.

4. Pegawai dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan benar sesuai dengan

peraturan yang berlaku dalam organisasi kerjanya.

5. Adanya disiplin agar pegawai dapat mewujudkan produktivitas yang tinggi dalam

pelaksanaan tugas-tugasnya demi mewujudkan berbagai tujuan organisasi

(Hasibuan, 2008: 193-194).

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah untuk

dapat menjaga kelangsungan dari organisasi atau instansi tertentu baik pada hari ini

ataupun pada hari esok.

1.5.4. Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI

Badan Kepegawaian Negara Medan

Menurut Handoko (2002: 278) pembinaan disiplin kerja bertujuan:

1. Agar semua pegawai yang ada di dalam kantor berperilaku bijaksana di tempat

kerja dalam arti taat kepada peraturan dan keputusan. Melayani tujuan yang sama

seperti yang dilakukan undang-undang di masyarakat.

2. Untuk menjamin adanya kesesamaan antara tujuan kantor dengan tujuan

masing-masing para pegawai, sehingga adanya potensi kepentingan di antara keduanya.

3. Untuk menciptakan situasi yang bagus dalam mencapai tujuan dari pekerjaan,

sehingga kinerja pegawai meningkat dan pada akhirnya kinerja kantor pun

meningkat.

Karenanya, setiap organisasi atau instansi harus melakukan pembinaan disiplin

(41)

yang mengurusi masalah kepegawaian. Badan ini juga melakukan pembinaan disiplin

kerja pada pegawainya.

Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VI memiliki tugas pokok dan fungsi

yang meliputi:

1. Koordinasi, bimbingan, pemberian petunjuk teknis, dan pengendalian terhadap

pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian

2. Pemberian pertimbangan atau penetapan mutasi kepegawaian bagi Pegawai Negeri

Sipil Pusat dan Daerah

3. Penetapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Pusat dan penetapan status kepegawaian

di wilayah kinerjanya

4. Pemberian pertimbangan pensiun Pegawai Negeri Sipil daerah dan penetapan

status kepegawaian di wilayah kinerjanya

5. Penyelenggaraan dan pemeliharaan jaringan informasi data kepegawaian Pegawai

Negeri Sipil pusat dan daerah di wilayah kinerjanya

6. Penetapan pemindahan Pegawai Negeri Sipil antar daerah propinsi atau antar

daerah kabupaten/kota dan daerah/kota lain propinsi

7. Tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara

Dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, Kantor Regional VI Badan Kepegawaian

Negara dibagi dalam 5 tupoksi bidang. Tupoksi bidang tersebut adalah Bagian Umum,

BidangMutasi, BidangStatus Kepegawaian dan Pensiun,

Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan

bimbingan teknis kepegawaian dan Diklat kepegawaian melakukan pengawasan

kompetensi jabatan dan pengendalian pemanfaatan lulusan Diklat PNS pusat maupun Bidang Informasi

(42)

daerah. Bidang inilah yang berperan dalam pembinaan disiplin kerja pegawainya bersama

dengan sub bagian Kepegawaian.

Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian terdiri dari:

1. Seksi Bimbingan Teknis Kepegawaian I dan II

Mempunyai tugas melaksanakan bimbingan dan petunjuk teknis kepegawaian,

pengawasan standar kompetensi jabatan dan koordinasi dengan aparat pengawasan

fungsional bidang kepegawaian di wilayah kerjanya serta melakukan pengawasan dan

pengendalian kinerja dan disiplin PNS di lingkungan Kantor Regional BKN.

2. Seksi Pengembangan Kepegawaian

Mempunyai tugas merencanakan kebutuhan diklat, menyusun program diklat,

menyiapkan penyelenggaraan diklat kepegawaian, melakukan kerjasama diklat,

monitoring dan pengendalian pemanfaatan diklat instansi di wilayah kerjanya.

Dalam rangka mewujudkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil yang baik, bidang

bimbingan teknis melakukan pembinaan disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan Kantor Regional BKN. Pengerjaan pembinaan disiplin ini dibantu oleh Sub

Bagian Kepegawaian. Pendataan kehadiran, izin, mengikuti senam, pemakaian seragam,

dan sebagainya dilakukan oleh Sub Bagian Kepegawaian. Lalu, setelah itu diserahkan

kepada Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian untuk diperiksa dan hasilnya diserahkan

kepada kepala bidang, lalu kepada kepala seksi masing-masing pegawai untuk

ditindaklanjuti. Dengan demikian, diharapkan akan terwujud Pegawai Negeri Sipil yang

(43)

1.6. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak mengenai kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial

(Singarimbun, 1999: 37). Defenisi konsep merupakan unsur peneliti yang penting untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti. Maka, penulis menggunakan

defenisi konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Pembinaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Regional VI Badan

Kepegawaian Negara Medan ialah upaya Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian

Negara Medan dalam mengarahkan Pegawai Negeri Sipil yang ada atau yang akan ada

sehingga dapat memiliki disiplin kerja yang baik dan akhirnya memiliki kualitas diri yang

baik dan dapat didayagunakan dalam bekerja secara tepat dengan tolok ukur:

1. Pemusatan Upaya (concentration of effort)

Sebuah yang yang efektif mengharuskan pusat kegiatan, upaya, atau perhatian

terhadap rentang sasaran yang lebih sempit.

2. Wawasan waktu (time horizon)

Strategi dipergunakan untuk menggambarkan pandangan yang meliputi waktu

yang jauh ke depan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

tersebut dan juga waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.

3. Pola Keputusan (pattern decision)

Keputusan-keputusan harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang

(44)

4. Peresapan/Pemahaman (comprehension)

Suatu yang mencakup spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi

sumber daya sampai dengan kegiatan dalam pelaksanaannya disertai pemahaman

tentang hal yang berkaitan yang dilakukan.

5. Dampak (impact)

Hal yang menjadi hasil dari pengerjaan pembinaan. Dengan mengikuti suatu

(45)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian

deskripif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara

sistematis dan diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat (Zuriah, 2006: 47). Peneliti

lebih menghendaki makna yang berada di balik deskripsi data. Karena itu, penelitian ini

lebih sesuai jika menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian ini menggunakan persfektif emik, yaitu mendeskripsikan informasi apa

adanya sesuai dengan yang diteliti untuk memahami fenomena-fenomena yang ada pada

saat penelitian dilakukan, bukan sekedar untuk menguji suatu hipotesa. Penelitian ini

adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gambaran dari gejala-gejala,

fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan diiringi dengan interpretasi rasional

yang akurat mengenai pembinaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor

Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan serta menganalisisnya berdasarkan

interpretasi rasional dan data-data yang diperoleh pada saat penelitian.

2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

(46)

Badan Kepegawaian Negara adalah sebuah badan yang mengurusi masalah kepegawaian

yang berada dalam naungan Presiden Republik Indonesia.

2.3. Informan Penelitian

Peneliti kualitatif tidak bermaksud membuat generalisasi dari hasil penelitiannya.

Subjek penelitian sebagai orang-orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok, menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan

selama proses penelitian.

Informan penelitian terdiri informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian dan informan utama,

yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Suryanto,

2005: 171-172).

Peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik snow ball, yaitu mencari

informasi melalui informan yang satu ke satunya lagi hingga peneliti mendapatkan

informasi jenuh atau tidak mendapatkan informasi baru lagi untuk wawancara, serta teknik

purposive, yaitu subyek penelitian yang ditentukan dengan sengaja untuk kuesioner.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan informan penelitian yang terdiri dari:

1. Informan kunci, yaitu Kepala Bidang Bimbingan Teknis Kepegawaian Kantor

Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan, Kepala Bagian Umum Kantor

Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan, dan Kepala Sub Bagian

Kepegawaian Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

2. Informan utama adalah Pegawai Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara

Medan.

(47)

Untuk memperoleh data, informan, dan keterangan-keterangan yang diperlukan,

maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung pada lokasi penelitian. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data dengan instrument sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian.

b. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengamati secara langsung obyek

penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk

melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian.

c. Kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu

masalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan

dan informasi yang dibutuhkan secara serentak.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan yang dilakukan

melalui:

a. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui

literatur yang relevan dengan masalah penelitian seperti melalui buku-buku,

(48)

b. Studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan

catatan-catatan, foto, rekaman, atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta

sumber-sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2.5. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yang bertindak

sebagai perencana dan pelaksana dalam pengumpulan data, melakukan analisis,

menafsirkan data, dan menulis laporan penelitian. Untuk selanjutnya setelah fokus utama

penelitian telah jelas, maka perlu dikembangkan suatu pedoman penelitian dalam bentuk

pedoman wawancara dan kuesioner untuk mendapatkan data-data yang diperlukan di

dalam penelitian.

2.6. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisa data kualitatif, yaitu menguraikan serta mengintepretasikan

data yang diperoleh di lapangan dari informan.

Tujuan analisa data kualitatif adalah menganalisa proses berlangsungnya suatu

fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut

serta menganalisis makna yang ada di balik informasi, data, dan proses suatu fenomena

sosial (Bungin, 2007: 153). Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam

menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis

(49)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan

3.1.1. Sejarah Badan Kepegawaian Negara

Sejarah berdirinya BKN diawali dengan nama “Kantor Urusan

Pegawai (KUP) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1948

tanggal 30 Mei 1948, berkedudukan di ibukota pemerintahan Yogyakarta dan dipimpin

oleh seorang Kepala yang bernama Raden Pandji Soeroso. Pada tahun yang sama

pemerintah juga menetapkan pembentukan perwakilan KUP untuk wilayah indonesia

bagian timur yang berkedudukan di Makasar. Dalam perkembangan selanjutnya, KUP

inilah yang menjadi cikal bakal Badan Kepegawaian Negara (BKN) sehingga tanggal 30

Mei 1948 ditetapkan sebagai tanggal lahirnya BKN.

Sesuai dengan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 13 tanggal 9

Juni 1948 dibentuklah Dienst Voor Algemene Personele Zaken (DAPZ) atau yang lebih

dikenal dengan DUUP (Djawatan Umum Urusan Pegawai) yang dikepalai oleh Mr. J.W.

Van Hoogstraken yang berkedudukan di Jakarta. Pada tanggal 15 Agustus 1950,

pemerintah memandang perlu untuk memusatkan urusan kepegawaian di jakarta. Untuk

maksud tersebut ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tanggal 15

Desember 1950. Dengan peraturan pemerintah tersebut, KUP di Yogyakarta dan DUUP di

Jakarta digabung menjadi satu. Meskipun KUP berkedudukan di Jakarta, dalam

(50)

Usaha Kepegawaian (Biro TUK) di Yogyakarta dan bagian Pensiun dan Tunjangan (Biro

P&T) di Bandung.

Dalam perkembangannya, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1972, mengubah fungsi KUP yang awalnya hanya menangani hal-hal yang lebih

bersifat administratif, ditingkatkan fungsinya menjadi institusi yang melakukan

pembinaan kepegawaian dengan nama Badan Administrasi Kepegawaian Negara

(BAKN). Seiring dengan berbagai perubahan dalam upaya peningkatan efisiensi dan

efektivitas manajemen sumber daya manusia, maka ruang lingkup BAKN semakin

diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974. Sejalan dengan hal

tersebut, untuk lebih meningkatkan pelayanan PNS di daerah, BAKN membentuk Kantor

Wilayah (Kanwil), yang sampai tahun 1997 telah dibentuk 6 (enam) Kantor Wilayah

BAKN dan salah satunya adalah Kantor Wilayah VI BAKN Medan. Keputusan tentang

Kantor Wilayan BAKN, diatur dalam Keputusan Kepala BAKN Nomor 57 Tahun 1997.

Sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah dan untuk mendorong desentralisasi urusan kepegawaian kepada

daerah, maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Atas

dasar perubahan tersebut, nomenklatur Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN)

diubah menjadi Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang ditetapkan dengan Keputusan

Presiden Nomor 95 Tahun 1999 dengan tugas pokok adalah membantu Presiden dalam

penyelenggaraan Kepegawaian Negara.

Dalam rangka terciptanya sumber daya manusia (SDM) Aparatur Negara yang

professional dan berkualitas dan bermoral, maka dengan keputusan Kepala BKN Nomor

(51)

menjadi Kantor Regional BKN di seluruh Indonesia. Kantor Regional (Kantor Regional)

Badan Kepegawaian Negarasampai dengan saat ini telah terbentuk 12 (dua belas) Kantor

Regional BKN yang ada didaerah di seluruh wilayah Indonesia, hal ini dilandasi dengan

pemikiran supaya pelayanan kepegawaian yang diberikan oleh BKN maupun Kantor

Regional BKN semakin dekat dengan yang dilayani, sehingga akan menuju pelayanan

yang mengandung prinsip efisien dan efektif.

3.1.2. Sejarah Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara VI

Kantor Regional VI BKN Medan diresmikan pada tanggal 18 Februari Tahun 1998

oleh Kepala BKN Bapak Drs. Soenarko, MM. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2005

Kantor Regional VI BKN medan dipimpin oleh Dra. Poppi Soeparmi, kemudian pada

tahun 2005 sampai tanggal 15 Juni 2011 dipimpin oleh Bapak Dr. Edy Wahyono. SP.

Pada tanggal 15 Juni 2011,Bapak I Nyoman Arsa SH, M.Si dilantik sebagai Kepala

Kantor Regional VI BKN Medan yang baru, di Aula Gedung Martabe Komplek Gubernur

Sumatera Utara menggantikan Bapak Dr. Edy Wahyono.

Dari sejak berdiri sampai dengan tahun 2000 Kantor Regional VI BKN Medan

memiliki wilayah kerja 4 propinsi yaitu: 1. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(NAD), 2. Provinsi Sumatera Utara (Sumut), 3. Propinsi Sumatera Barat (Sumbar) dan

Propinsi Riau. Kemudian pada tahun 2006 dibentuk Kantor Regional XII Pekanbaru,

sehingga wilayah kerja kantor Regional VI BKN Medan tinggal 2 provinsi yaitu: 1.

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan 2. Propinsi Sumatera Utara.

Secara khusus pada tahun 2006, BKN memberi tugas dan tanggung jawab serta

kewenangan yang lebih besar kepada seluruh Kantor Regional BKN yang ada di daerah,

Gambar

Tabel 1 Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2 Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Usia
Tabel 4 Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Golongan Ruang
Tabel 5 Distribusi Identitas Informan Berdasarkan Masa Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengawasan di kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes, untuk mengetahui disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian

Sugeharti : Penyusutuan Arsip Pada Unit Kearsipan Badan Kepegawaian Negara Regional VI Medan, 2004... Sugeharti : Penyusutuan Arsip Pada Unit Kearsipan Badan Kepegawaian Negara

BAB III : FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA KANTOR REGIONAL VI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA MEDAN. Dalam bab ini, Penulis menjelaskan mengenai,

Surat Izin Riset Pada Kantor Regional VI Badan Kepegawaian

Jadwal Simulasi Computer Assisted Test Kantor Regional VI.. Badan

penulis memilih judul : “Peranan pemimpin dalam peningkatan kinerja karyawan di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan”..

dalam pelayanan Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil.. Misi Kanreg VI BKN Medan adalah:. 1) Menyelenggarakan pelayanan prima bidang kepegawaian. 2) Menyelenggarakan koordinasi

1 Tahun 2023 Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional X Badan Kepegawaian Negara BKN Denpasar I Made Aji Dharma Surendra1, Kadek Julia