• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING

“IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)”

Disusun Oleh : Kelompok 9

Dita Swafitriani 200110140030 Hartiwi Andayani 200110140176

Fathi Hadad 200110140242

Syifa Fauziyyah 200110140246

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG 2016

(2)

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin berkembangnya usaha budidaya dan kebutuhan konsumen akan ternak domba, membuat para konsumen dan peternak lebih memerhatikan kondisi dari ternak domba tersebut. Oleh karena itu konsumen dan peternak mempunyai cara- cara khusus untuk menentukan apakah domba tersebut layak atau baik untuk dipilih oleh konsumen dengan mengidentifikasi ternak domba yang baik dan berkualitas.

Salah satu contoh pada umumnya yaitu untuk mengetahui domba tersebut gemuk atau tidak (perdagingan), biasanya para peternak dan konsumen mengukur pada bagian lingkar dada.

Selain melakukan pengidentifikasian terhadap bentuk ternak domba, konsumen atau peternak juga biasanya melakukan pengidentifikasian umur melalui gigi ternak domba. Hal tersebut cukup berpengaruh karena mengingat masyarakat di Indonesia khususnya cenderung memilih atau menyukai ternak domba yang umurnya masih muda.

Oleh karena itu, pada praktikum produksi domba dan kambing kali ini akan di lakukan teknik-teknik mengidentifikasi umur dan performan pada ternak domba.

1.2. Tujuan Praktikum

 Mengetahui umur ternak melalui karakteristik gigi.

 Melakukan evaluasi terhadap performa tubuh ternak.

(3)

1.3. Waktu dan Tempat

Tanggal : Rabu, 06 April 2016 Pukul : 07.30-09.30 WIB

Tempat : Kandang Domba dan Kambing Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

(4)

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penentuan Umur pada Domba Berdasarkan Giginya

Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Gerakan mengunyah makanan yang dilakukan ternak mengakibatkan terasahnya gigi. Bedasarkan tahap pemunculannya, gigi seri ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo incosors =DI) dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia. Kambing dewasa memiliki susunan gigi permanen sebagai berikut, yaitu sepasang gigi seri sentral (central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang gigi seri intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner oncisors) pada rahang bawah, tiga buah gigi premolar pada rahang atas dan bawah, dan tiga buah gigimolar pada rahang atas dan bawah (Cannas, 2004).

Gigi seri susu pada kambing berjumlah 4 pasang (2DI1, 2DI2, 2DI3, 2DI4).

Cempe berumur 1 hari sampai 1 minggu memiliki sepasang gigi seri susu sentral (2DI1), padaumur 1 - 2 minggu terdapat sepasang gigi seri susu lateral (2DI2 ), pada umur 2 – 3 minggu terdapat sepasang gigi seri susu intermidial (2DI3), dan pada umur 3 - 4 minggu terdapat sepasang gigi seri susu sudut (2DI4 ). Pada umur 1 - 1,5 tahun, 2DI1 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sentral (2I1). Pada umur 1,5 - 2,5 tahun, 2DI2 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen lateral (2I2). Pada umur 2,5 – 3,5 tahun, 2DI3 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen

(5)

intermedial (2I3 ). Pada umur 3,5 – 4,0 tahun, 2DI4 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sudut (2I4)

Kenyataan bahwa gigi seri susu tumbuh dan digantikan oleh gigi seri permanen terjadi pada umur tertentu, maka hal tersebut merupakan pedoman yang banyak digunakan di lapangan untuk menentukan umur kambing. Selain itu, gigi seri permanenmengalami keterasahan yang bentuknya dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi. Ukuran gigi ternak ruminansia ditentukan secara genetik dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan mahkota gigi dipengaruhi pakan maternal. Gigi ternak ruminansia berkembang dalam suatu deretan unit dalam bidang morfogenik yang berkesinambungan. Setiap unit berkembang dengan cara tertentu menurut posisinya pada bidang morfogenetik, Bidang tertentu mengalami diferensiasi ke wilayah yang berhubungan dengan pembentukan gigi seri, gigi premolar, dan gigi molar.

2.2. Judging Ternak

Judging adalah penilaian tingkatan ternak dengan beberapa karakteristik pentinguntuk tujuan tertentu secara subjektif. Judging terdiri atas tiga langkah yaitu, penilaian melalui kecermatan pandangan (visual), penilaian melalui kecermatan perabaan (palpasi), dan penilaian melalui pengukuran tubuh (Ahmad, 2010).

Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui pandangandari samping, belakang, dan depan ternak tersebut. Untuk mengetahui ternak dalam kondisi sehat, perlu diketahui karakteristik ternak yang sehat.

Karakteristik tersebut meliputi, keadaan mata dan kulitnya normal, pergerakannya tidak kaku, tingkah laku dan nafsu makan normal, pengeluaran kotoran (feces) dan urine tidak sulit, tidak ada gangguan dalam berjalan dan berdiri, serta memiliki respirasi dan sirkulasi darah yang normal (Ahmad, 2010).

(6)

Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan tulang-tulang rusuk(ribs) untuk memilih ternak yang gemuk. Ternak kurus tidak selalu dalam keadaan sakit, tetapi ternak yang gemuk menandakan produksi daging yang optimal.

Kegemukan ternak (hewan ternak ruminansia) dapat diketahui dengan meraba perkembangan otot di antara tulang processus spinosus (tulang belakang) dan processus transversus (tulang rusuk rudimenter). Pada ternak yang gemuk, processus transversus tidak dapat teraba oleh tangan dan terasa sekali perlemakan yang tebal di balik kulit (Ahmad, 2010).

Pada domba yang tertutup rambut tebal, perabaan dilakukan dengan tangan terbuka pada punggung dari arah belakang dekat pangkal ekor sampai ke leher dengan jarak perabaan tidak lebih dari lima sentimeter (Ahmad, 2010).

(7)

III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA 3.1. Alat

 Pita ukur

 Caliper

3.2. Bahan

 Dua ekor domba

3.3. Prosedur Kerja

Setiap kelompok melakukan pengamatan, evaluasi dan mencatat terhadap:

1) Umur ternak domba.

2) Performans ternak.

3) Membuat laporan kelompok sementara yang dibuat setelah pelaksanaan praktikum selesai.

4) Membuat laporan lengkap atau laporan akhir setelah pelaksanaan praktikum.

(8)

IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

A. Penilaian Konformasi Tubuh dan Karkas Domba A : Umur 1 Tahun

No. OBYEK PENILAIAN

PENILAIAN DAN BOBOT Tertinggi Pembobot Total

1. Kesan Umum 2 2 4

2. Perlemakan 2 1 2

3.

Perdagingan

a. Tengkuk, dada dan bahu b. Punggung dan Pinggang c. Paha

2 1 2

3 3 9

1 3 3

Sub Total 20

(9)

Domba B : Umur 1 Tahun No. OBYEK PENILAIAN

PENILAIAN DAN BOBOT Tertinggi Pembobot Total

1. Kesan Umum 3 2 6

2. Perlemakan 3 1 3

3.

Perdagingan

a. Tengkuk, dada dan bahu b. Punggung dan Pinggang c. Paha

2 1 2

3 3 9

1 3 3

Sub Total 23

B. Pengukuran Ukuran Tubuh Domba Pengukuran

Ke-

PB (cm) TP (cm) LD (cm) LeD (cm) DD (cm)

D1 D2 D1 D2 D1 D2 D1 D2 D1 D2

Satu 60 48 62 58 77.5 64 15 13 23 22

Dua 63 48 62 58 78 64 15 13 23 22

Tiga 66 48 64 59 77 63 15 13 24 22

Rata - rata 63 48 63 58 77.5 64 15 13 23 22

(10)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Identifikasi Gigi Domba

Berdasarkan hasil pengamatan, domba I dan domba II telah berumur 1 tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari telah tumbuhnya sepasang gigi seri permanen pada masing-masing domba tersebut. Penentuan umur tersebut dilakukan dengan cara handling, yaitu meletakkan domba diantara kedua kaki penghandling, kemudian memegang kepala domba dengan tangan kiri.

Selanjutnya adalah memasukkan ibu jari dari tangan kanan ke rahang domba posisi di paling belakang tepatnya setelah gigi geraham terakhir. Posisi tersebut dimana tidak terdapat gigi lagi. Kemudian angkat bibir bagian atas domba dan melihat jumlah gigi seri permanen pada domba tersebut.

4.2.2. Panjang Badan

Menurut Subandryo.,dkk (1995) rata-rata panjang badan dari seekor domba adalah 77,5 cm. Panjang domba yang telah diukur yaitu domba I yaitu 63 cm, hasil tersebut dapat dikatakan bahwa domba I hampir memenuhi kriteria panjang badan dari seekor domba.

Sedangkan untuk domba II yaitu 48 cm masih cukup jauh dari kriteria panjang badan seekor domba.

4.2.3. Tinggi Pundak

Hasil dari pengamatan yaitu domba I 63 cm dan domba II 58 cm, dari kedua hasil tersebut memang belum memenuhi kriteria apabila dibandingkan dengan rata-rata tinggi pundak domba menurut Subandryo.,dkk (1995)

(11)

4.2.4. Lingkar Dada

Sesuai hasil pengamatan domba I dan II memiliki rata-rata nilai lingkar dada yaitu 77,5 cm pada domba I dan 64cm pada domba II. Menurut Subandryo.,dkk (1995) menyatakan bahwa pada umumnya domba dewasa memiliki nilai lingkar dada rata-rata 80,1 cm hingga 99,5 cm. Apabila dibandingkan domba I dan II sudah hampir mencapai bobot tersebut.

Perbedaan pada hasil pengamatan dikarenakan domba yang diamati masih dalam proses penggemukan dan masih berumur satu tahun. Karena untuk mencapai lingkar dada yang sesuai harus memerhatikan proses pemeliharaan seperti pemberian pakan dan kesehatan ternak itu sendiri.

4.2.5. Lebar Dada

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap domba I dan II, diperoleh hasil rata-rata lebar dada yaitu 15 cm pada domba I dan 13 cm pada domba II. Rata-rata domba dewasa memiliki lebar dada 17-19 cm tergantung teknik pemeliharaan, jenis dan lingkungan (Mulyono,2003).

Jenis domba pedaging cenderung memiliki lebar dada lebih besar dibandingkan domba perah atau untuk bibit. Domba I dan II masih belum mencapai angka rata-rata lebar dada domba dewasa dikarenakan masih dalam proses penggemukan.

4.2.6. Dalam Dada

Menurut Sarwono (1984), ternak domba dewasa biasanya memiliki dalam dada 23-26 cm. berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa domba I memiliki dalam dada 23 cm dan domba II 21 cm.

(12)

Lebar dada hampir sama dengan lingkar dada karena dua ukuran bagian tersebut saling berkaitan, lebar dada biasanya konsumen lebih memerhatikan atau mengukur lingkar dada saja.

4.2.7. Konformasi Tubuh dan Karkas

Karkas adalah bobot tubuh ternak setelah pemotongan dikurangi dari berat kepala, darah, organ-organ internal, kaki (carpus dan tarsus) ke bawah dan kulit (Subandryo,.dkk, 1994). Rata-rata persentase karkas untuk domba dan sapi 50%-55% dari masing-masing bobot hidup (Mulyono, 2003). Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot ternak, kondisi, bangsa ternak, proporsi, bagian-bagian non karkas, ransum yang diberikan dan cara pemotongan . Pertumbuhan tubuh yang kemudian menjadi karkas terdiri dari 3 jaringan utama yaitu tulang yang membentuk kerangka, urat yang membentuk daging. Ketiga jaringan itu tumbuh sangat teratur dan serasi. Dilihat dari hasil penilaian konformasi tubuh domba I dan II dapat dikatakan bahwa kedua domba tersebut belum memenuhi rata-rata karkas domba pada umumnya dikarenakan usianya masih muda. Maka dapat dimengerti bahwa ternak domba yang masih muda persentase tulangnya lebih tinggi, tetapi sebaliknya persentase daging dan fatnya rendah.

(13)

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Maironio lyrikoje gamta regima ir kaip objektyvi tikrovė, turinti savus dėsnius, savo ciklą.. Gamta žmogų savaip džiugina ir guodžia, padeda susivokti dvasiniame, gyvenime, lemia

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya loss adalah dengan menggulirkan gerakan disiplin yang dibangun untuk memperbaiki moral, mental dan motivasi karyawan agar

Setelah melakukan tahap uji coba pada website ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa website ini dapat membantu pengguna memperoleh informasi mengenai hewan punah dan terancam

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai K pada wilayah ini bervariasi dengan nilai rerata sebesar 10.2 m/hari atau tergolong tinggi (>10 m/hari). Nilai K tertinggi dan

Dalam tugas akhir ini akan direncanakan struktur jembatan menggunakan busur rangka batang baja yang melewati sungai Grindulu, Kabupaten Pacitan dengan bentang total 354

Fungsi koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a, merupakan fungsi koordinasi Unsur Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah dilaksanakan melalui

Perbedaan dari hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya teliti sekarang yaitu, penelitian yang saya lakukan sekarang lebih ke banyaknya nasabah yang