III. METODOLOGI KAJIAN
A. Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian telah dilakukan di PD. Anugerah Hero, suatu industri kecil sepatu yang beralamat di Kampung Sawah Ilir RT.02 RW.03 Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan ditempat pemasaran produk sepatu di Jl. Nyi Raja Permas Blok F No.122-123 Pasar Anyar, Kecamatan Bogor Tengah, Kotamadya Bogor, Jawa Barat.
Kajian dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu sejak 01 Desember 2007 sampai dengan 28 Februari 2008
B. Aspek Kajian
1. Tingkat penerapan sistem manajemen mutu
Kajian dilakukan untuk menentukan penerapan tingkat manajemen mutu di PD. Anugerah Hero dengan acuan 6 (enam) tahap perkembangan 6 (enam) tahap perkembangan sistem jaminan mutu (Muhandri dan Kadarisman, 2006) yaitu : Operator Quality Control, Foreman Quality Control, Inspection Quality Control, Statistic Quality Control, Quality Assurance, dan Total Quality Management (TQM).
2. Praktek-praktek untuk menjamin mutu produk
Kajian dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh PD. Anugerah Hero untuk menjamin mutu produknya.
Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup 3 (tiga) aspek manajemen mutu menurut Juran (1989), yaitu : Perencanaan Mutu, Pengendalian Mutu dan Perbaikan Mutu.
3. Evaluasi kinerja mutu
Evaluasi kinerja mutu mencakup jumlah produk cacat (tidak memenuhi persyaratan mutu), jumlah produk yang ditolak atau dikembalikan konsumen, keterlambatan waktu pengiriman dan analisis biaya mutu.
C. Metoda Kerja
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai metode, teknik, dan sumber yang berbeda yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Metode pengumpulan data meliputi :
- Wawancara, baik dengan tatap muka langsung, telepon atau media lainnya yang dilakukan dengan bantuan kuesioner.
- Observasi, pengumpulan data dilakukan berdasarkan pengamatan secara langsung.
b. Teknik pengumpulan data secara umum sebagai berikut :
Peneliti mengkoleksi data yang sesungguhnya sudah dimiliki responden dan membangun data sendiri dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap dokumen yang tersedia.
c. Sumber Data terdiri dari :
- Data Primer, yaitu data yang secara langsung dikumpulkan oleh peneliti dari responden. Data yang bersumber langsung dari pengusaha dengan melakukan wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data yang diperlukan antara lain (tahun 2005 – 2007) :
- Data aktivitas perusahaan seperti data pesanan produk, data penjualan, dan data produksi.
- Data produk cacat seperti jumlah produk cacat dan jenis cacatnya, data produk retur dan jenis returnya.
- Data pendukung produksi seperti jumlah pegawai, jumlah mesin yang digunakan dan jenisnya serta alur proses produksi.
- Standar mutu yang digunakan (standar internal atau standar baku lain yang digunakan misalnya SNI, SII, dll).
- Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung dikumpulkan dari responden tetapi diambil dari pihak lain. Data sekunder yang berasal dari internal perusahaan antara lain dari laporan keuangan perusahaan, bukti-bukti pengeluaran, catatan pelatihan karyawan, dan lain-lain. Data sekunder yang berasal dari eksternal perusahaan seperti Departemen
Perdagangan dan Perindustrian, Departemen Koperasi dan UKM, Biro Pusat Statistik, serta data dari pihak-pihak terkait lainnya.
2. Analisis Data
a. Tingkat penerapan sistem manajemen mutu
Penentuan tingkat penerapan sistem manajemen mutu dilakukan dengan mencocokkan upaya-upaya mutu yang telah diterapkan PD. Anugerah Hero dengan ciri-ciri tingkat penerapan sistem manajemen mutu sesuai Muhandri dan Kadarisman (2006) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri tingkat penerapan sistem manajemen mutu No. Tingkat
Penerapan SMM
Ciri Utama
1 Operator Quality Control
- Seorang atau sekelompok kecil orang membuat barang secara utuh.
- Karyawan mengendalikan sendiri seluruh pekerjaannya.
2 Foreman Quality Control
- Karyawan dikelompokkan menurut jenis pekerjaan (spesialisasi)
- Seorang (mandor) yang tidak terlibat dalam pekerjaan menghasilkan produk, melakukan pengawasan.
3 Inspection Quality Control
- Adanya “full time inspector“
- Unit kerja pemeriksaan (inspeksi) terpisah dari unit kerja produksi.
4 Statistic Quality Control
- Pemeriksaan dilakukan terhadap contoh yang diambil secara acak
- Penggunaan teknik Sampling dan Control Chart.
5 Quality Assurance
- Pengendalian mutu dengan Teknik Statistik tetap dilakukan.
- Berbagai departemen (bagian) seperti rekayasa, pembelian, produksi, dan pemasaran terlibat dalam kegiatan mutu dengan menerapkan P-D-C-A.
6 Total Quality Management (TQM)
- Menitikberatkan pada pendekatan mutu dari berbagai aspek manajemen seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu.
- Menerapkan suatu standar sistem manajemen mutu seperti ISO-9000,
Malcolm Baldridge dan atau Six-Sigma.
Dari pencocokan kegiatan mutu yang dilakukan dengan ciri-ciri yang terdapat pada Tabel 1, maka dapat ditentukan pada tingkat mana penerapan sistem manajemen mutu yang sesuai atau paling mendekati .
b. Identifikasi kegiatan untuk menjamin mutu produk
Jenis-jenis kegiatan yang telah dilakukan PD. Anugerah Hero dalam rangka menjamin mutu produk, diperoleh dengan cara observasi dan wawancara terhadap pemilik dan para pekerja. Kegiatan-kegiatan tersebut akan ditentukan masuk kelompok perencanaan mutu, pengendalian mutu dan atau perbaikan mutu. Penentuan kelompok kegiatan mutu tersebut dilakukan berdasarkan Trilogi Juran (1988) seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengelompokan kegiatan mutu menurut Trilogi Juran (1988) Perencanaan Mutu Pengendalian Mutu Perbaikan Mutu - Identifikasi pelang-
gan
- Identifikasi kebutuh- an pelanggan
- Pengembangan spe- sifikasi produk se- suai kebutuhan pe- langgan
- Pengembangan pro- ses untuk realisasi produk
- Merekayasa sistem produksi sesuai spe- sifikasi produk dan proses
- Menentukan
standar dan spesifikasi (bahan baku, proses, dan produk)
- Mengukur kinerja aktual
- Membandingkan
kinerja aktual dengan standar dan spesifikasi
- Melakukan
tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan
- Membangun infra- struktur
- Identifikasi proyek –proyek perbaikan mutu
- Penyusunan tim perbaikan mutu - Penyiapan program
motivasi, pelatihan, dan sumberdaya bagi tim perbaikan mutu
- Diagnosis
penyebab cacat dan kekurangan
/ketidaksesuaian mutu
- Pengembangan cara perbaikan mutu - Membangun sistem
pengendalian mutu
c. Evaluasi kinerja mutu 1. Jumlah produk cacat
Jumlah produk cacat dihitung selama masa produksi satu tahun berdasarkan penjumlahan data cacat bulanan yang dibuat oleh PD.
Anugerah Hero. Persentase jumlah produk cacat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah produk cacat
Persentase jumlah produk cacat = X 100 % Jumlah produksi
2. Jumlah produk yang ditolak/dikembalikan
Jumlah produk yang ditolak/dikembalikan dihitung berdasarkan data realisasi setiap order (pesanan) sesuai catatan yang ada pada PD.
Anugerah Hero. Persentase rataan jumlah produk yang ditolak/dikembalikan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n y x x X
n
i i
∑
=− ⎟⎟⎠
⎜⎜ ⎞
⎝
⎛
= 1
1 100%
dimana :
X = Persentase rataan jumlah produk yang ditolak/ dikembalikan (%)
xi = Jumlah produk yang ditolak/dikembalikan pada order (pesanan) ke i (kodi)
yi = Jumlah produk yang dipesan pada order ke i (kodi)
n = Jumlah produk yang ditolak/dikembalikan pada order (pesanan) ke i (kodi)
3. Keterlambatan waktu penyelesaian
Keterlambatan waktu penyelesaian dihitung berdasarkan data realisasi setiap order (pesanan) sesuai catatan yang ada pada PD.
Anugerah Hero. Persentase keterlambatan waktu penyelesaian rataan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n z x y X
n
i i
∑
i− = ⎟⎟
⎠
⎜⎜ ⎞
⎝
⎛
= 1
% 100
dimana :
X = Persentase keterlambatan waktu penyelesaian rataan (%) yi = Waktu penyelesaian pesanan aktual pada order (pesanan) ke i zi = Waktu penyelesaian pesanan pada order (pesanan) ke i n = Jumlah order (pesanan)
4. Analisis biaya mutu
Analisis biaya mutu yang dilakukan pada kajian ini mencakup perhitungan : biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, jumlah biaya mutu, dan indeks biaya mutu
Biaya Pencegahan
Biaya pencegahan meliputi biaya personil dan biaya administrasi umum (alat tulis, komunikasi, perjalanan, dan sebagainya) untuk kegiatan-kegiatan rekayasa mutu, rancangan peralatan dan pengembangan, pelatihan mutu dan pemeliharaan sistem mutu.
Biaya Penilaian
Biaya penilaian meliputi seluruh biaya personil, bahan habis, produk dan pemeliharaan peralatan uji untuk pengukuran, pemeriksaan bahan mentah, produk antara dan produk akhir guna menjamin bahwa produk akhir memenuhi standar atau spesifikasi mutu yang telah ditentukan .
Biaya Kegagalan Internal
Dalam kajian ini, biaya kegagalan internal dibatasi hanya untuk beberapa jenis biaya seperti dibawah ini :
- ”Scrap” ; biaya kehilangan bahan, tenaga kerja, overhead dari bahan, produk antara dan atau produk akhir yang tidak dapat diperbaiki atau digunakan.
- Pekerjaan ulang (rework) ; biaya bahan, tenaga kerja dan overhead yang dikeluarkan untuk mengkoreksi/memperbaiki kembali unit produk yang rusak (cacat) agar dapat memenuhi spesifikasi.
- Pengurangan mutu (down grading) ; selisih harga jual dari produk yang memenuhi standar/spesifikasi dengan produk yang mutunya lebih rendah.
Biaya Kegagalan Eksternal
Dalam kajian ini, biaya kegagalan eksternal dibatasi hanya untuk biaya-biaya penolakan dan pengembalian, perbaikan, dan penyimpanan produk. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi, penanganan, personil, bahan dan penggantian produk.
Jumlah Biaya Mutu
Jumlah biaya mutu dihitung berdasarkan penjumlahan biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.
Indeks Biaya Mutu
Indeks biaya mutu dihitung berdasarkan biaya produksi dan omset penjualan dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah biaya mutu
Indeks Biaya Mutu = X 100 % (berbasis biaya produksi) Jumlah biaya produksi
Jumlah biaya mutu
Indeks Biaya Mutu = X 100 % (berbasis omset penjualan) Jumlah omset penjualan