• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENENTUAN CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH BERDASARKAN UMUR PIUTANG PADA PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENENTUAN CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH BERDASARKAN UMUR PIUTANG PADA PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH BERDASARKAN UMUR PIUTANG PADA

PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III

Oleh:

WIWIN USTRIAYANA 31106146

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

POLITEKNIK BATAM

2010

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENETUAN CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH BERDASARKAN UMUR PIUTANG PADA

PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO

Oleh:

WIWIN USTRIAYANA 31106146

Batam, 21 Juli 2010

Dosen Pembimbing

Hendra Gunawan, S.E.

NIK. 100004

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Ely Kartikaningdyah, MSi Sinarti, M. Sc., Akt.

NIK. 109058 NIK. 102024

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, Dan sumber baik yang dikutip maupun di rujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Wiwin Ustriayana

NIM : 31106146

Tanda Tangan :

Tanggal : Juli 2010

(4)

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Batam, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wiwin Ustriayana

NIM : 31106146

Program Studi : Akuntansi

Jenis karya : Tugas Akhir/Skripsi/Karya Ilmiah

Demi pengembangan yang ada ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada Politeknik Batam Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non exclusive Royalty-free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PENENTUAN CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH BERDASARKAN UMUR PIUTANG PADA PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Politeknik Batam berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memblikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Batam

Pada Tanggal : Juli 2010

Yang menyatakan

(Wiwin Ustriayana)

(5)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ILMIAH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Piutang Usaha ... 8

2.2. Jenis-Jenis Piutang ... 9

2.3. Pengakuan Piutang Usaha ... 9

2.4. Penilaian Piutang Usaha ... 11

2.5. Piutang Tak Tertagih ... 12

2.5.1. Metode Cadangan ... 13

2.5.2. Metode Penghapusan Langsung ... 15

2.6. Dasar yang Digunakan dalam Metode Cadangan ... 15

2.6.1. Persentase dari Penjualan (Pendekatan Laporan Rugi Laba) ... 17

2.6.2. Persentase dari Piutang (Pendekatan Neraca) ... 17

2.7. Analisis Umur Piutang ... 18

2.8. Penerimaan Kembali Piutang yang Telah Dihapus ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 24

3.1. Metodologi Penelitian ... 24

3.1.1. Objek Penelitian ... 24

3.1.2. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.1.3. Metode Analisis Data ... 25

3.2. Gambaran Umum Perusahaan ... 25

3.2.1. Latar Belakang Berdirinya Perusahaan ... 25

3.2.2. Peraturan Perusahaan... 26

3.2.3. Visi dan Misi Perusahaan ... 28

(6)

viii

3.2.4. Bidang Kegiatan dan Produk Perusahaan ... 28

3.2.5. Struktur Organisasi ... 29

3.2.6. Job Description ... 30

3.2.7. Kebijakan Perusahaan ... 31

BAB IV PEMBAHASAN ... 34

4.1. Penjualan jasa pada PT SBMC ... 34

4.1.1. Proses Terjadinya Piutang Usaha ... 35

4.1.2. Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang Usaha ... 35

4.2.Analisis Penentuan Cadangan Piutang Tak Tertagih Berdasarkan Umur Piutang Usaha pada PT SBMC ... 37

BAB V PENUTUP ... 48

5.1. Kesimpulan ... 48

5.2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang teramat dalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “ANALISIS PENENTUAN CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH BERDASARKAN UMUR PIUTANG PADA PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO” , serta salawat beriring salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya bagi kegelapan.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Diploma III pada Program Studi Akuntansi Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Batam.

Selama proses penulisan Tugas Akhir ini, penulis mendapat banyak bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk Hendra Gunawan, selaku dosen pembimbing dan Dosen Wali Politeknik Batam yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam memberikan saran dan arahan- arahannya.

2. Bpk Muhammad Zein, selaku Ketua Prodi Akuntansi Politeknik Batam.

3. Bapak/Ibu Dosen Politeknik Batam khususnya dosen Akuntansi (Bu Eli, Bu Sinar, Ibu Nanik, Ibu Arni, P’Irsutami, P’Rehan, P’ Bambang) yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku kuliah.

4. Mbak Dian dan seluruh staff Politeknik Batam.

5. Ibu Nova Sofia Walangare, selaku Kepala Cabang di PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo.

6. Seluruh karyawan PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan semangat, kekuatan, kasih sayang dan doa yang tulus kepada penulis.

8. Jamaluddin Selamat yang selalu memberikan dukungan, semangat, kekuatan, dan doa yang tulus kepada penulis.

9. Sahabat dan teman-teman seperjuangan (Rini, Leni, Enjel, Friska, Heni, Gomes) yang

selalu memberikan semangat kepada penulis.

(8)

v

10. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak memerlukan perbaikan-perbaikan, untuk itu penulis memohon saran dan kritik yang membangun dari para pembaca guna perbaikan dikemudian hari.

Penulis juga memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan “Wassalamualaikum, Wr. Wb.”

Batam, Juli 2010

Penulis

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ananlisis Umur Piutang 31 Desember 2007 ... 20

Tabel 2.2 Taksiran Piutang Tak Tertagih 31 Desember 2007... 21

Tabel 2.3 Buku Besar Cadangan Kerugian Piutang 31 Desember 2007 ... 22

Tabel 4.1 Perhitungan Penentuan Persentase Piutang Tahun 2009 PT SBMC ... 39

Tabel 4.2 Account Receivable PT SBMC ... 40

Tabel 4.3 Buku Besar Pembantu Piutang ... 41

Tabel 4.4 Analisis Umur Piutang PT SBMC ... 44

Tabel 4.5 Cadangan Piutang Tak Tertagih PT SBMC ... 45

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dasar yang Digunakan Dalam Metode Cadangan ... 16

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan... 29

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha yang ada saat ini terdiri dari perusahaan jasa dan perusahaan dagang.

Baik yang didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan maupun yang didirikan tidak mengejar suatu keuntungan. Dalam operasi jasa, pemberian jasa merupakan kegiatan yang paling utama untuk memperoleh minat pelanggan atau customer. Meski terjadi persaingan antara perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, namun hal inilah yang pada dasarnya memacu setiap perusahaan untuk memberikan pelayanan lebih baik lagi demi memenangkan pasar, salah satu perusahaan ekspedisi.

Perusahaan Swakarya Bhakti Mandiri Cargo adalah perusahaan yang mengurus dokumen pengiriman barang kepada customer atau pelanggan dengan suatu target tertentu dan sampai custome clearance atau penyelesaian dokumen sehingga barang tersebut dapat di kirim ke kota tujuan. Penawaran jasa yang dilakukan dengan cara yang beragam yaitu baik penjualan secara tunai maupun penjualan secara kredit.

Penjualan kredit melibatkan dua pihak yaitu pihak yang memberi kredit dan

pihak yang menerima kredit dimana akan timbul piutang bagi pihak kreditur dan

hutang bagi pihak debitur. Akibat dari kebijakan penjualan secara kredit akan

menimbulkan hak penagihan piutang. Dalam arti luas, istilah piutang dapat

dipergunakan bagi semua hak terhadap pihak lain. Menurut Soemantri, (2000.h,151),

piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dan si penjual kepada si

(12)

1

pembeli akibat transaksi kredit. Piutang merupakan salah satu komponen dari kelompok aktiva lancar. Piutang dagang memiliki tingkat kecairan nomor kedua setelah kas/bank.

Piutang usaha yang timbul, apabila tidak dapat dibayarkan atau terjadi kemungkinan customer bangkrut atau menghilang, maka akan mengakibatkan munculnya piutang tak tertagih. Hal ini disebabkan karena dalam transaksi kredit ini tenggang waktu sebelum pelunasan hutang dari pihak debitur dan kondisi ini komponen piutang tak tertagih kemungkinan besar masih bisa terjadi. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan pengawasan yang ketat oleh manajemen perusahaan terhadap pengendalian piutang untuk menghindari kerugian yang cukup besar.

Tidak ada satupun dari perusahaan yang mengaharapkan bahwa dari sekian

banyak debitur terdapat sebagian yang tidak bisa membayar kewajibannya walaupun

dalam proses pemberian kredit telah diteliti sebaik-baiknya. Namun, pada kenyataan

nya resiko tak tertagih atas sejumlah piutang pasti akan ditemui. Untuk itu

perusahaan seringkali membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging schedule)

untuk memudahkan perhitungan piutang yang beredar kemudian menghitung

cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan pada akhir periode untuk

mengakomodasikan kemungkinan piutang tak tertagih. Tidak tertagihnya piutang

mencerminkan aliran keluar (outflow) aktiva sebagai upaya untuk memperoleh

pendapatan (revenue). Oleh karena itu, piutang tak tertagih dikategorikan sebagai

biaya (expense). Meskipun begitu, terdapat pandangan teoritis bahwa piutang tak

(13)

1

tertagih (bad debt) sebagaimana potongan penjualan dan retur diakui sebagai pengurang penjualan (Sugiri dan Sumiyana, 2005).

Piutang tak tertagih ini biasanya ditetapkan persentasenya oleh pihak perusahaan untuk menggambarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan. Biasanya pengenaan persentasenya ditentukan berdasarkan umur piutang tersebut dan berdasarkan pengalaman periode yang lalu. Persentase taksiran tak tertagih dari piutang yang sudah menunggak relatife lebih lama tentu saja lebih besar. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENENTUAN CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH BERDASARKAN UMUR PIUTANG PADA PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana perhitungan persentase cadangan piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang pada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo.

2. Bagaimana perhitungan cadangan piutang tak tertagih berdasarkan umur

piutang pada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo periode 01 Februari 2010 s/d

30 April 2010.

(14)

1 1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan atau membatasi ruang lingkup penelitian, bertujuan agar penelitian mengarah langsung pada tujuan permasalahan dan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Adapun batasan tersebut adalah sebagai berikut:

1.3.1 Batasan Aspek

Objek penelitian yaitu customer (pelanggan) tetap PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo, sebagian customer (pelanggan) ada yang melakukan transaksi penjualan secara tunai, sehingga kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih sangat kecil, sesuai data dari PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo, customer (pelanggan) tetap terdiri dari 8 (delapan) perusahaan, namun hanya 6 (enam) perusahaan yang melakukan transaksi penjualan secara kredit kepada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo, sehingga pada perusahaan tersebut yang memilki piutang usaha, oleh karena itu masalah pada penelitian ini dibatasi pada persentase piutang tak tertagih pada customer (pelanggan) PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo berdasarkan umur piutang.

1.3.2 Batasan data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh

dari PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo khususnya data piutang usaha pada bulan

Februari 2010 sampai dengan bulan April 2010.

(15)

1 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan persentase cadangan piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang pada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo 2. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan cadangan piutang tak tertagih

berdasarkan umur piutang pada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo periode 01 Februari 2010 s/d 30 April 2010

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat dijadikan suatu masukan dalam praktik perusahaan dan dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem yang sudah ada agar lebih baik.

b. Bagi Penulis

Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan membandingkannya dengan kerja dalam sebuah perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis secara langsung.

c. Bagi Pembaca

Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian sejenis di masa

datang, serta dapat menambah wawasan khususnya di bidang akuntansi

keuangan.

(16)

1 1.6 Sistematika Penulisan

Penulis akan menggunakan pembahasan sebagai berikut untuk menggambarkan isi dari penulisan hasil penelitian:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang berfungsi sebagai pedoman dan landasan untuk memahami secara teoritis yang memuat penjelasan teori-teori yang berhubungan penelitian yang dilakukan, yaitu pengertian piutang usaha, pengakuan piutang, jenis-jenis piutang, penilaian piutang usaha dan pengertian piutang tak tertagih.

BAB III Metodologi Penelitian dan Gambar Umum Perusahaan

Bab ini menguraikan mengenai objek penelitian, teknik pengumpulan data dan analisa data yang digunakan dalam penelitian. Serta tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi latar belakang berdirinya perusahaan, struktur organisasi, aktivitas perusahaan serta kebijaksanaan perusahaan terkait dengan penjualan kredit dan piutang usaha.

BAB IV Pembahasan

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang analisis penentuan cadangan

piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang pada PT Swakarya Bhakti

Mandiri Cargo.

(17)

1

BAB V Berisikan kesimpulan dan saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan

untuk kemajuan penelitian.

(18)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Piutang Usaha

Ada beberapa pengertian piutang usaha yang penulis kemukakan dalam bab ini. Yang pertama, menurut Baridwan (2004) piutang dagang (piutang usaha menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan di mana dalam keadaan normal perusahaan, biasanya piutang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Yang kedua, menurut Sugiri dan Sumiyana (2005) piutang adalah tagihan kepada pihak lain yang pelunasannya akan diterima dalam bentuk kas. Yang ketiga, pengertian selanjutnya adalah piutang merupakan klaim terhadap pelanggan dan yang lain atas uang, barang dan jasa. Piutang usaha adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis yang normal. Piutang usaha biasanya yang paling besar yang dimiliki perusahaan dan dapat subklasifikasikan menjadi piutang dagang dan wesel tagih (Kieso dan Weygandt, 1995).

Sedangkan yang terakhir, menurut Jusup (2005) piutang merupakan hak

untuk menagih sejumlah uang dari penjual kepada pembeli yang timbul karena

adanya suatu transaksi, yang pada umumnya timbul karena adanya transaksi

penjualan secara kredit. Dalam praktek dikenal dua jenis piutang, yaitu piutang

dagang dan piutang wesel. Piutang dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar

oleh pembeli kepada perusahaan yang umumnya berjangka waktu kurang dari satu

tahun.

(19)

9

2.2 Jenis – Jenis Piutang

Ada beberapa jenis piutang menurut Sugiri dan Sumiyana (2005) yaitu:

berdasarkan jangka waktu pelunasannya, piutang dapat digolongkan menjadi Piutang Lancar dan Piutang Tak Lancar (Jangka Panjang). Piutang Lancar diharapkan pelunasannya dalam satu tahun atau satu siklus operasi normal, mana yang lebih panjang. Selain itu, piutang dapat digolongkan menjadi Piutang Usaha dan Piutang Nonusaha. Pitang Usaha timbul karena penjualan sediaan barang dagangan atau penyerahan jasa dari kegiatan usaha normal. Piutang usaha dikelompokkan sebagai piutang lancar karena umumnya akan jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun. Meskipun jatuh temponya lebih dari satu tahun, piutang usaha dikelompokkan sebagai piutang lancar, kalau jangka waktu lebih dari setahun itu menunjukkan siklus operasi normal perusahaan. Penggolongan piutang nonusaha menjadi lancar atau tidak ditinjau dari jangka waktu setahun.

Piutang yang disertakan dengan promes disebut wesel. Promes adalah dokumen yang menyatakan bahwa pembuatnya akan membayar sejumlah uang diwaktu mendatang tanpa syarat.

Menurut Baridwan (2004), tagihan-taghihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang dan tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel.

2.3 Pengakuan Piutang Usaha

Menurut Suwardjono (2002), Standar Akuntansi mengatur tentang

pengakuan dengan memberikan beberapa kriteria pengakuan, yaitu syarat-syarat

(20)

10

apakah yang harus dipenuhi agar jumlah kos suatu objek transaksi dapat diakui.

Pengakuan dapat didasarkan atas saat barang telah diserahkan kepada pelanggan (saat terjadi penjualan).

Piutang usaha diakui pada saat perusahaan menjual barang/jasa secara kredit kepada konsumen sebesar harga tunai barang/jasa ketika penjualan terjadi.

Piutang usaha berkurang setelah terjadi tranksaksi pembayaran oleh debitor dan diukur sebesar jumlah yang dibayar. Pengakuan piutang usaha berkaitan langsung dengan pengakuan pendapatan. Piutang dapat diakui sebagai aktiva kalau telah cukup pasti (probable) bahwa perusahaan akan mampu menagih piutang tersebut, sehingga kemungkinannya adalah besar bahwa di periode mendatang akan terdapat aliran masuk kas dari piutang tersebut. Tetapi jika terdapat bagian dari piutang tersebut yang kemungkinannya kecil untuk ditagih, maka cukuplah beralasan untuk mengurangkan piutang ragu-ragu tadi dari piutang, sehingga piutang bersihlah yang diakui sebagai kativa di neraca (Sugiri dan Sumiyana, 2005). Dalam banyak transaksi piutang, jumlah yang akan diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran adalah jumlah yang merupakan hutang dari yang berhutang (pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, seringkali berupa faktur (Kieso dan Weygandt, 1995).

Menurut Harnanto (2002), Piutang ytang timbul dari transaksi penjualan

barang atau penyerahan jasa secara kredit, diakui dengan cara mendebet rekening

Piutang Usaha dan mengkredit Penjualan. Sedangkan penerimaan kas atau

pembayaran dari debitur diakui atau dicatat dengan cara mendebet Kas/Bank dan

mengkredit rekening Piutang Usaha sebagai berikut jurnalnya:

(21)

11

Tgl Akun Ref Debit Kredit

Piutang Usaha Penjualan

(Mencatat transaksi penjualan secara kredit)

XXX

XXX

Kas/Bank

Piutang Usaha

(Mencatat penerimaan kas atas

penjualan piutang dagang dari debitur)

XXX

XXX

2.4 Penilaian Piutang Usaha

Dalam menilai suatu piutang usaha, menurut Baridwan (2004) piutang termasuk dalam komponen aktiva lancar. Dalam hubungannya dengan penyajian piutang didalam neraca digunakan dasar pengukuran nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value). Dasar pengakuan ini mengatur bahwa piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyatakan bahwa piutang dagang harus disajikan didalam neraca sebesar jumlah yang (diperkirakan) tidak tertagih. Penentuan nilai atau penilaian terhadap piutang dagang, tidak lepas dari penentuan jumlah hasil penjualan sebagai pendapatan yang diakui dari transaksi penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.

Sedangkan menurut Sugiri dan Sumiyana (2005), piutang usaha dinilai dan

dilaporkan dalam neraca dalam kelompok aktiva lancar sebesar nilai bersih (net

(22)

12

realizeable value). Nilai realisasi bersih piutang usaha adalah jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari para debitor perusahaan. Jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih sering disebut piutang ragu-ragu disajikan di neraca sebagai pengurang piutang usaha. Menurut Hartanto (2002), ada tiga hak pokok yang perlu diperhatikan dalam menilai piutang dagang, yaitu: penentuan jumlah atau besarnya piutang yang dibebankan kepada pembeli, jangka waktu yang dibutuhkan dalam merealisasikan piutang menjadi kas, dan tingkat kolektibilitas atau kemungkinan piutang dapat ditagih.

2.5 Piutang Tak Tertagih

Menurut Kieso dan Weygand, (2007.h,322), piutang tak tertagih adalah kerugian dalam penjualan yang terjadi melalui jurnal yang wajar dalam transaksi, penurunan dalam asset piutang dan berhubungan dengan penurunan pendapatan dan modal pemegang saham, perusahaan mengakui kerugian dalam penjualan dan penurunan pendapatan dengan mengakuinya sebagai biaya kerugian piutang.

Menurut Sugiri dan Sumiyana, (2005.h,170), terdapat dua metode untuk mengakui kerugian piutang tak tertagih, metode langsung dan metode cadangan.

Metode langsung mengakui rugi ketika telah terjadi penghapusan piutang dengan

mendebit biaya piutang tak tertagih dan mengkredit piutang usaha, metode ini

hanya diperkenankan kalau jumlahnya tidak material. Metode cadangan mengakui

rugi piutang tak tertagih pada periode dihapusnya piutang dan dilakukan dengan

menaksir.

(23)

13

2.5.1 Metode Cadangan

Metode cadangan digunakan apabila kerugian biasa terjadi, cukup besar jumlahnya. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut:

a. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan (matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya penjualan.

b. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebet rekening Kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan Kerugian Piutang. Berikut jurnal taksiran kerugian piutang adalah:

Tgl Akun Ref Debit Kredit

Kerugian piutang

Cadangan Kerugian Piutang (Mencatat transaksi penjualan secara kredit)

XXX

XXX

Kerugian piutang dilaporkan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya

operasional (biasanya dikelompokkan sebagai biaya penjualan). Dengan

cara demikian taksiran kerugian piutang ditandingkan dengan penjualan

tahun berjalan, karena biaya dicatat pada periode yang sama dengan periode

penjualannya. Rekening Cadangan Kerugian Piutang adalah suatu rekening

kontra (lawan) aktiva yang menggambarkan bagian dari tagihan kotor

terhadap konsumen yang diperkirakan tidak akan dapat ditagih di masa yang

akan datang. Rekening ini pada akhir tahun tidak akan ditutup, melainkan

(24)

14

dicantumkan dalam neraca pada kelompok aktiva lancar sebagai pengurang terhadap rekening Piutang Usaha sebagai berikut:

Piutang Usaha ………..Rp XXX

Kurangi: Cadangan Kerugian Piutang ………….Rp XXX Rp XXX

Jumlah Rp XXX menggambarkan taksiran nilai kas bersih yang bisa direalisasi dari piutang usaha (atau biasa disebut juga nilai tunai piutang usaha) yang dilaporkan pada tanggal neraca.

c. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening Cadangan Kerugian Piutang dan mengkredit rekening Piutang Dagang pada saat suatu piutang dihapus dari pembukuan. Jurnal untuk mencatat penghapusan piutang usaha dengan metode cadangan adalah:

Tgl Akun Ref Debit Kredit

Cadangan Kerugian Piutang Piutang

(Mencatat penghapusan piutang)

XXX

XXX

Dalam metode cadangan, setiap penghapusan piutang dicatat dengan

mendebit rekening cadangan dan bukan rekening kerugian piutang. Bila

perusahaan mendebit rekening Kerugian Piutang, maka hasilnya akan

menjadi tidak tepat, karena biaya (kerugian) telah dicatat melalui jurnal

penyesuaian ketika perusahaan menaksir jumlah kerugian yang akan diderita

pada setiap akhir tahun.

(25)

15

2.5.2 Metode Penghapusan Langsung

Menaksir jumlah piutang tak tertagih dan menjurnalnya pada akhir periode seperti telah dijelaskan sebelumnya tidak boleh diartikan sebagai penghapusan piutang. Penghapusan piutang dilakukan apabila sudah ada keputusan dari manajemen, misalnya setelah manajemen mengetahui bahwa debitur yang dahulu diragukan tertagihnya, sekarang telah bangkrut atau meninggal dunia (Sugiri dan Sumiyana, 2005)

Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka jumlah tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening Cadangan Kerugian Piutang. Apabila suatu piutang diyakini tidak dapat ditagih lagi, maka kerugian akibat piutang tersebut langsung didebitkan dalam rekening Kerugian Piutang dan rekening Piutang Usaha dikredit (Jusup, 2005). Jurnal untuk mencatat peghapusan piutang dengan metode penghapusan langsung adalah:

Tgl Akun Ref Debit Kredit

Kerugian Piutang PiutangUsaha

(Mencata penghapusan piutang)

XXX

XXX

2.6 Dasar yang Digunakan dalam Metode Cadangan

Menurut Sugiri dan Sumiyana (2005), jumlah piutang yang tak tertagih dapat ditentukan berdasarkan penjualan kredit (pendekatan laporan laba) selama satu periode, atau berdasarkan saldo piutang akhir periode (pendekatan neraca).

Sedangkan menurut Jusup (2005) untuk menaksir jumlah piutang yang tidak dapat

(26)

16

ditagih, manajemen dapat menggunakan dua dasar, yaitu (1) presentase dari penjualan, dan (2) presentase dari piutang. Kedua dasar tersebut lazim digunakan dalam akuntansi. Pemilihan diantara keduanya tergantung pada penekanan yang diinginkan oleh manajemen. Dalam hal ini manajemen mungkin lebih menekankan pada penandingan pendapatan dan biaya, atau menitikberatkan pada jumlah nilai tunai kas yang dapat direalisasi dalam neraca, seperti tampak pada gambar berikut:

Presentase dari Penjualan Penandingan

Penjualan Kerugian Piutang

Presentase dari Piutang nilai Tunai piutang

Piutang Cadangan Dagang Kerugian Piutang Ditekankan Ditekankan pada

Laporan Rugi-Laba Neraca

Gambar 2.1

Dasar yang Digunakan dalam Metode Cadangan

Seperti terlihat pada gambar di atas, dasar persentase dari penjualan

mengakibatkan penandingan (matching) yang lebih baik antara pendapatan dan

biaya. Sebaliknya, dasar persentase dari piutang akan menghasilkan penaksiran

yang lebih baik tentang jumlah nilai tunai piutang yang dapat direalisasi. Namun

demikian kedua dasar tersebut perlu memperhatikan pengalaman kerugian piutang

yang dialami perusahaan di masa-masa yang lalu.

(27)

17

2.6.1 Presentase dari Piutang (Pendekatan Laporan Laba Rugi)

Dalam dasar persentase dari penjualan, manajemen menetapkan suatu hubungan presentase antara jumlah penjualan yang tak tertagih. Persentase ini didasarkan pada pengalaman pada waktu-waktu yang lalu dan kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan. Dasar yang digunakan bisa serupa total penjualan kredit atau bisa juga penjualan kredit pada tahun berjalan (tahun ini). Jurnal yang untuk mencatat kerugian piutang dengan menggunakan dasar persentase dari penjualan adalah sebagai berikut:

Tgl Akun Ref Debit Kredit

Kerugian Piutang

Cadangan kerugian piutang (Mencatat taksiran kerugian piutang tahun ini)

XXX

XXX

2.6.2 Persentase dari Piutang (Pendekatan Neraca)

Pada pendekatan neraca, taksiran piutang tak tertagih ditentukan dari saldo piutang akhir periode. Persentase taksiran tak tertagih dari piutang yang sudah menunggak relatif lebih lama tentu saja lebih besar. Metode neraca menekankan jumlah piutang bersih (tertagih) yang akan dilaporkan di neraca, sehingga biaya piutang tak tertagih memperhatikan saldo rekening cadangan sebelum penyesuaian (Sugiri dan Sumiyana: 2005).

Untuk mendapatkan taksiran piutang tak tertagih perhitungannya adalah

sebagai berikut:

(28)

18

Cadangan yang seharusnya………Rp XXX Cr (…% X saldo rekening Piutang Usaha sebelum penyesuaian)

(-) Cadangan yang sudah ada ………..(Rp XXX) Cr Cadangan dinaikkan di akhir tahun sebesar ………. Rp XXX Cr

Jurnal penyesuaian untuk mencatat taksiran kerugian piutang dengan mengunakan metode pendekatan neraca pada akhir tahun sebagai berikut:

Tgl Akun Ref Debit Kredit

Biaya Piutang Tak Tertagih

Cadangan Piutang Tak tertagih (Mencatat taksiran biaya piutang tak tertagih)

XXX

XXX

2.7 Analisis Umur Piutang

Menurut Jusup (2005), dalam dasar persentase dari penjualan, manajemen

menetapkan suatu hubungan persentase antara jumlah piutang dengan jumlah

kerugian akibat adanya piutang yang tidak tertagih. Untuk menganalisis hal

tersebut manajemen biasanya menggunakan suatu daftar yang disebut daftar umur

piutang. Dalam daftar ini, debitur (konsumen) dikelompokkan berdasarkan masa

lewat waktu, yaitu jangka waktu sejak piutang tersebut seharusnya diterima

hingga tanggal pembuatan daftar umur piutang. Analisis ini disebut analisis umur

piutang. Setelah daftar dibuat, maka taksiran kerugian piutang dapat ditentukan

(29)

19

dengan cara menerapkan persentase yang didasarkan pada pengalaman pada masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang.

Menurut Sugiri dan Sumiyana (2005), menaksir risiko kerugian dapat piutang dilakukan dengan menganalisis umur piutang. Analisis umur piutang membutuhkan penelurusan dengan seksama rekening-rekening pembantu piutang secara individual. Saldo setiap rekening pembantu piutang ditentukan umurnya, apakah sudah menunggak atau belum. Saldo yang menunggak kita golongkan berdasarkan umurnya, misalnya menunggak satu bulan atau kurang, menunggak antara satu dan dua bulan, dan seterusnya. Setelah itu kita menaksir berapa persen dari setiap golongan umur yang tidak dapat ditagih. Kelemahan dari penggunaan metode analisis umur piutang adalah metode ini memerlukan banyak waktu dan biaya. Namun metode ini dipandang memuaskan untuk menghitung nilai bersih yang dapar direalisasi dari piutang sangat bermanfaat bagi manajemen dalam pengendalian dan analisis kredit.

Dalam metode analisis umur piutang, piutang masing-masing langganan

dibagi dalam dua kelompok, yaitu belum menunggak (belum jatuh tempo) dan

menunggak. Yang dimaksud dengan menunggak adalah apabila suatu piutang

sudah melebihi jangka waktu kredit yang diberikan. Piutang yang menunggak

dipisah-pisahkan dalam kelompok berdasarkan pada lamanya waktu tunggakan

tersebut ditetapkan persentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang yang

dihitung dengan cara ini sesudah mempertimbangkan saldo rekening cadangan

kerugian piutang merupakan jumlah kerugian piutang (Baridwan, 2004).

(30)

20

Penggunaan metode analisis umur piutang dapat dilihat dari contoh berikut:

Tabel 2.1 Analisis Umur Piutang 31 Desember 2007

Nama Konsumen

Jumlah (Rp)

Belum Menunggak

Menunggak

1-30 Hari 31-60 Hari

61-90 Hari

Lebih 90 Hari PT X

PT Y PT Z

5.000.000 2.500.000 7.000.000

2.000.000 500.000 2.500.000

1.500.000 2.000.000 2.000.000

1.000.000 - 1.500.000

500.000 - 750.000

- - 250.000

Jumlah 14.500.000 5.000.000 5.500.000 2.500.000 1.250.000 250.000

Pemisahan masing-masing piutang ke dalam kelompok-kelompok umur dilakukan dari data yang ada dalam buku pembantu piutang. Setelah piutang masing-masing konsumen dapat dikelompokkan berdasarkan umurnya seperti di atas, langkah berikutnya adalah menentukan besarnya persentase ini sebaiknya dilakukan oleh manajer kredit yang mempunyai data mengenai bonafiditas masing-masing konsumen.

Perhitungan kerugian piutang untuk masing-masing kelompok umur

berdasarkan analisa umur piutang dengan persentase yang telah dapat disusun

sebagai berikut:

(31)

21

Tabel 2.2 Taksiran Piutang Tak Tertagih 31 Desember 2007

Kelompok Umur Jumlah Persentase

Kerugian Piutang

Taksiran Kerugian Piutang Belum menunggak

Menunggak 1-30 hari Menunggak 31-60 hari Menunggak 61-90 hari Menunggak lebih dari 90 hari

5.000.000 5.500.000 2.500.000 1.250.000 250.000

2%

4%

10%

20%

40%

100.000 220.000 250.000 250.000 100.000

Jumlah 14.500.000 920.000

Dari perhitungan di atas diperoleh kerugian piutang sebesar Rp920.000,00, tetapi jumlah tersebut bukannya jumlah kerugian piutang yang dibebankan dalam tahun 2007. Jumlah kerugian piutang yang dibebankan dalam tahun 2007 adalah Rp920.000,00 ditambah saldo debit atau dikurangngi saldo kredit rekening cadangan kerugian piutang. Apabila pada tanggal 31 Desember 2007 rekening cadangan kerugian piutang menunjukkan saldo kredit sebesar Rp120.000,00, maka kerugian piutangnya sebesar Rp920.000,00 – Rp120.000,00 = Rp800.000,00. Jurnal untuk mencatat kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2007 dan rekening cadangan kerugian piutang adalah sebagai berikut:

Kerugian Piutang Rp800.000,00

Cadangan Kerugian Piutang Rp800.000,00

Kemudian jurnal tersebut dicatat ke dalam buku besar sebagai berikut:

(32)

22

Tabel 2.3 Buku Besar Cadangan Kerugian Piutang 31 Desember 2007

CADANGAN KERUGIAN PIUTANG

31-12-2007 Rp120.000,00 Kerugian Piutang Rp800.000,00 Rp920.000,00

Seperti dalam periode pertama, metode analisis umur piutang dapat

menunjukkan jumlah piutang yang akan dapat ditagih yang sesuai dengan

keadaan. Tetapi bila dibandingkan dengan metode pertama, jumlah piutang yang

dilaporkan dalam neraca akan lebih mendekati kenyataan karena dalam metode

analisis umur piutang dilakukan penaksiran untuk masing-masing debitur

sehingga lebih teliti. Disamping kebaikan yang ada diatas, metode ini mempunyai

kelemahan-kelemahan yaitu tidak dapat menunjukkan kerugian yang sesuai untuk

periode tersebut, juga apabila debiturnya sangat banyak, penggunaannya metode

analisis umur piutang akan memakan waktu dan biaya. Apabila pembukuan

menggunakan komputer, analisis umur piutang akan mudah dilakukan dan tidak

akan makan waktu lama (Baridwan, 2004).

(33)

23

2.8 Penerimaan Kembali Piutang yang Telah Dihapus

Kadang-kadang perusahaan berhasil menerima pembayaran dari piutang yang telah dihapus karena dianggap sudah tidak mungkin dapat ditagih. Hal semacam ini disebut penerimaan kembali piutang. Apabila terjadi penerimaan kembali suatu piutang yang telah dihapus, maka perusahaan harus membuat dua ayat jurnal, yaitu: (1) ayat jurnal untuk mencatat balik piutang yang telah dihapus sehingga tercatat kembali dalam pembukuan sebagai piutang, dan (2) jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus. Adapun jurnal-jurnal tersebut dicatat sebagai berikut

Tgl Akun Ref Debit Kredit

Piutang Usaha

Cadangan Kerugian Piutang

(Untuk mencatat balik piutang yang telah dihapus)

XXX

XXX

Kas

Piutang Dagang

(Untuk mencatat penerimaan kas atas pelunasan piutang usaha)

XXX

XXX

(34)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu customer tetap PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo, sebagian customer ada yang melakukan transaksi penjualan tunai, sehingga kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih sangat kecil, sesuai data dari PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo, customer tetap terdiri dari 8 (delapan) perusahaan, namun hanya 6 (enam) perusahaan yang melakukan transaksi penjualan secara kredit kepada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo, sehingga pada perusahaan tersebut yang memiliki piutang usaha, oleh karena itu masalah pada penelitian ini dibatasi pada persentase piutang tak tertagih pada customer PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo berdasarkan umur piutang.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi (Observation)

Yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang

diteliti untuk memungkinkan peneliti memperoleh data yang lebih jelas dari

perusahaan, dengan cara mendatangi perusahaan secara langsung untuk

(35)

25

mencari informasi tentang penelitian untuk mengetahui perhitungan cadangan persentase piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang dan perhitungan cadangan piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung terhadap objek dengan cara melakukan tanya jawab langsung kepada bagian keuangan/accounting yang berkaitan dengan piutang usaha.

3.1.3 Metode Analisis Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian analisis deskriftif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu dengan mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan (Umar: 1998).

3.2 Gambaran Umum Perusahaan

3.2.1 Latar Belakang Berdirinya Perusahaan

PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo adalah anak perusahaan cabang dari

perusahaan pusat yaitu PT Swakarsa Bhakti Mandiri yang beralamat di JL. Yos

Sudarso No.1 Blok B/6 Tanjung Priok Jakarta, yang didirikan oleh Sam

Moningka sejak tahun 1990 dan bergerak dibidang Document Handling

(Pengurusan Dokumen) dan Custome Clearence/PPJK (Pengusaha Pengurusan

(36)

26

Jasa Kepabeanan), pada tahun 2002 didirikan oleh Sam Moningka yang mempercayai Nova Sofia Walangare sebagai Kepala Cabang Batam.

Perusahaan ini menempati satu ruko yang beralamat di Komplek Wijaya Kusuma Blok A6 lt 2 Lubuk Baja Batam. Walaupun perusahaan cabang ini tergolong masih “muda“ tetapi relasi dalam berbinis cukup banyak yang menggunakan jasa dokumen oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Batam.

Beberapa dari mereka menjadikan PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo sebagai supplier utama mereka.

3.2.2 Peraturan Perusahaan

Untuk mendukung disiplin kerja dalam sebuah perusahaan maka diperlukan aturan-aturan yang mengikat karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Adapaun aturan-aturan yang berlaku di PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo adalah:

1. Tata Tertib Karyawan

a. Setiap karyawan wajib menaati semua ketentuan-ketentuan dan syarat- syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan.

b. Setiap karyawan wajib berpakaian seragam, yang telah ditentukan oleh perusahaan.

c. Setiap karyawan wajib menjaga dan merawat semua peralatan kerja dan kendaraan yang telah dipercayakan perusahaan, dan mempergunakannya sesuai prosedur yang telah disetujui perusahaan.

d. Setiap karyawan wajib mengikuti semua prosedur kerja yang telah

ditetapkan perusahaan, dan dilarang menyalahgunakan prosedur tersebut

dalam bentuk apapun.

(37)

27

e. Setiap karyawan dilarang menggunakan peralatan kerja dan kendaraan untuk kepentingan pribadi kecuali atas ijin perusahaan.

f. Setiap karyawan dilarang keluar lokasi kerja pada saat jam kerja kecuali atas ijin perusahaan.

g. Setiap karyawan wajib memegang rahasia perusahaan yang diketahui dalam melaksanakan pekerjaan dan dilarang membocorkannya kepada pihak lain atau memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.

h. Setiap karyawan wajib menjaga hubungan baik dengan atasan maupun sesama karyawan di lokasi kerja.

2. Jam Kerja Perusahaan

Adapun jam kerja yang diterapkan oleh PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo adalah sebagai berikut:

a. Jam Kerja Office

• Senin-Kamis : 08.00-17.00

Istirahat :.12.00-13.00

• Jumat :.08.00-17.00

Istirahat : 11.30-13.00

• Sabtu : 08.00-13.00

Istirahat :.12.00-13.00

b. Jam Kerja Operasional

• Senin-Kamis : 08.00-17.00

stirahat :.12.00-13.00

• Jumat :.08.00-17.00

Istirahat : 11.30-13.30

(38)

28

• Sabtu : 08.00-13.00

Istirahat :.12.00-13.00

3.2.3 Visi dan Misi Perusahaan

• Adapun Visi PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo adalah Pengelolaan Customs Clearance/PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) terpadu.

• Adapun Misi PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo adalah Memperlancar pengurusan dokumen dan pengelolaan Customs Clearance/PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan).

3.2.4 Bidang Kegiatan dan Produk Perusahaan

PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Document Handling (Pengurusan dokumen) dan Customs Clearance / PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) yang menangani jasa pengurusan dokumen Pabean Bea Cukai untuk keperluan impor, ekspor, pengiriman antar pulau , seperti:

• Document PPFTZ 01 (PEB)- Dokument Ekspor

• Document PPFTZ 01 (PIB) - Dokumen Impor

• Document PPFTZ 01 (Bayar)- Dokuemn Impor

Saat ini PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo memperkerjakan karyawan

sebanyak 10 orang karyawan, yang merupakan karyawan tetap perusahaan dan 2

orang karyawan kontrak.

(39)

29

3.2.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Pada dasarnya, setiap perusahaan baik kecil maupun besar memiliki sistem manajemen dan sruktur organisasi. Struktur organisasi merupakan pola formal yang didasarkan pada keputusan manajerial guna menyusun suatu susunan yang skematis dari setiap bagian organisasi. Sruktur organisasi terdiri dari penyatuan tugas menjadi satuan kerja (departementalisasi), standarisasi kegiatan, sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan dan jumlah tentang kendali dalam setiap unit kerja.

Adapun struktur organisasi PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo adalah sebagai berikut:

PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO Struktur Organisasi

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo

DIREKTUR UTAMA

KEPALA CABANG

PERSONALIA (HRD) MARKETING ACCOUNTING FINANCE

ADMINISTRASI ASST. ACCOUNTING

OPERASIONAL LAPANGAN

HELPER OPERASIONAL

OFFICE BOY

(40)

30

3.2.6 Job Description

a. Accounting Departement

1. Membuat laporan keuangan setiap bulannya.

2. Membuat laporan pajak setiap bulan.

3. Mencatat semua transaksi ekonomi yang terjadi diperusahaan, seperti menjurnal, posting ke buku besar dan lain-lain.

4. Bertanggung jawab menyimpan semua dokumen hasil pencatatan tersebut.

5. Menyiapkan gaji seluruh karyawan setiap bulan.

b. Administration and Finance Departement

• Personalia (HRD)

1. Membuat serta mengawasi semua tata tertib dan prosedur perusahaan.

2. Menyeleksi, menerima dan mengangkat karyawan sesuai dengan kebutuhan.

3. Melakukan pelatihan terhadap karyawan.

4. Menghitung lembur karyawan.

5. Membuat laporan karyawan tentang kehadiran, cuti, pengunduran diri,

• Finance

1. Mengawasi keuangan perusahaan, baik yang ada di bank, maupun kas di perusahaan.

2. Melakukan semua transaksi yang menyangkut keuangan perusahaan, seperti menyetor pemasukan dana perusahaan ke bank.

3. Melakukan pembayaran utang kepada supplier.

4. Menyiapkan voucher atas penerimaan dan pengeluaran uang perusahaan.

5. Menyiapkan semua cek yang akan dikeluarkan setiap bulannya oleh

perusahaan.

(41)

31

6. Membuat laporan rekonsiliasi bank setiap bulannya.

7. Membuat laporan kas harian dan bulanan.

c. Marketing

1. Mencari customer baru untuk perusahaan.

2. Memberikan laporan atas perkembangan penagihan piutang usaha.

3. Bertanggung jawab mengantar invoice/tagihan dan atas penagihan hutang customer.

d. Administrasi

Menangani semua urusan administrasi marketing, antara lain membuat penawaran harga untuk customer.

e. Operational

1. Bertanggung jawab atas pengetikan/entry dokumen PPFTZ 2. Bertanggung jawab atas kelancaran proses dokumen di lapangan.

3.2.7 Kebijakan Perusahaan Terkait Penjualan Kredit dan Piutang Usaha Dalam menjalankan usahanya, PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo telah menetapkan beberapa kebijakan terkait dengan penjualan kredit dan piutang usaha yang dimiliki perusahaan. Kebijakan-kebijakan ini diharapakan dapat meningkatkan tingkat penjualan jasa dan memperkecil risiko tidak tertagihnya piutang usaha yang timbul akibat penjualan kredit. Adapun kebijakan-kebijakan tersebut antara lain:

1. Semua penjualan jasa dari pelanggan harus melalui marketing

2. Setiap customer harus menerbitkan PO (Purchase Order) atau surat

pernyataan tertulis bahwa melakukan pemesanan atas jasa perusahaan.

(42)

32

3. Persyaratan kredit yang diberikan kepada pelanggan net 30.

4. Persyaratan kredit yang diberikan kepada pelanggan harus melalui persetujuan direktur perusahaan.

5. Setelah direktur perusahaan menyetujui penjualan kredit yang akan dilakukan calon customer maka pihak perusahaan akan membuat surat penawaran harga yang akan dikirim kepada calon customer melalui fax, surat tersebut harus ditanda tangani oleh pihak calon customer dan di fax kembali ke perusahaan.

6. Setelah direktur perusahaan menyetujui penjualan kredit yang akan dilakukan calon customer maka pihak perusahaan akan membuat surat perjanjian kerjasama kepada calon customer.

7. Semua hal yang menyangkut customer, mulai dari pengajuan penjualan jasa kredit, mengantar tagihan (invoice), sampai dengan menagih merupakan tanggung jawab dari marketing.

8. Semua risiko pekerjaan yang terjadi dilapangan merupakan tanggung jawab importir, perusahaan berkewajiban membuat document ekspor – impor sampai barang tersebut sampai ketujuan atau gudang penyimpanan customer.

9. Semua penjualan jasa menggunakan mata uang Dollar Singapura (SGD).

10. Penjualan dengan mata uang Rupiah (IDR) harus melalui persetujuan direktur perusahaan.

11. Apabila pembayaran oleh pelanggan dilakukan dalam bentuk rupiah, maka kurs yang dipakai adalah kurs jual money changer pada saat pencairan dana.

12. Keterlambatan atas pembayaran dari tanggal jatuh tempo akan dikenakan

(43)

33

claim tunggakan pembayaran sebesar 0.1 % per hari.

13. Perusahaan melarang semua karyawan untuk menerima ucapan terima kasih

dalam bentuk apapun yang diberikan oleh pihak customer dengan maksud

tertentu.

(44)

34

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Penjualan Jasa pada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo 4.1.1. Proses Awal Terjadinya Piutang Usaha

Pada umumnya praktik aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan elemen piutang terutama piutang usaha adalah penjualan kredit. PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan jasa PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) sebagai sumber pendapatan perusahaan.

Penjualan yang terjadi di PT Swakarya Bhakti Madiri Cargo sebagian besar dilakukan secara kredit.

Pelanggan yang akan melakukan pembelian jasa diawali dengan mengajukan

pesanan kepada pihak perusahaan dengan cara menerbitkan Purchase Order (PO)

yang sebelumnya telah menyetujui persyaratan pembelian yang ditawarkan

perusahaan dalam surat penawaran. Pengiriman barang yang dilakukan perusahaan

harus sampai custome clearance dan pihak customer harus mempersiapkan invoice

document, packing list, manifest, BC 1.1, profil perusahaan, surat kuasa atas

pembuatan document setelah itu pihak perusahaan akan memproses document PIB

(Persetujuan Impor Barang) ke Bea dan Cukai dan sampai custome clearance sampai

dikeluarkannya surat SPPB (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang) yang terdiri dari

3 lembar dari pihak Bea dan cukai. Setelah barang sampai di lokasi, maka pihak

customer berhak mendapatkan satu lembar copy asli document SPPB (Surat

(45)

35

Persetujuan Pengeluaran Barang) dalam kondisi sesuai dengan pesanan yang telah dilakukan.

Setelah itu document PIB (Persetujuan Impor Barang) dan SPPB (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang) dikumpulkan sesuai dengan tanggal dan diserahkan kepada bagian accounting untuk kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan faktur tagihan atau invoice. Setelah invoice dibuat kemudian invoice tersebut dikirim atau diantar kepada masing-masing customer dengan melampirkan fotocopy document PIB (Persetujuan Impor Barang) dan SPPB (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang) agar pelanggan dapat segera memproses tagihan tersebut dan membayar sesuai dengan persyaratan kredit yang telah disepakati.

4.1.2. Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang Usaha

Sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan, persyaratan kredit yang perusahaan berikan atau credit term, yaitu net 30. Tetapi tidak tertutup kemungkinan perusahaan akan merubah kebijaksanaan pemberian persyaratan kredit tersebut, hal ini tergantung pada pelanggan dalam hal memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan pembayaran sesuai dengan perjanjian awal.

Dalam hal pengumpulan piutang usaha, perusahaan biasanya melakukan dengan cara mengirimkan statement atau surat tagihan yang disertai rekap dari piutang masing-masing pelanggan dengan menggunakan mesin fax setiap awal bulan.

Surat tagihan ini kemudian diterima oleh pelanggan dan setelah ditandatangi oleh

pihak pelanggan, surat tagihan ini di fax kembali kepada perusahaan untuk

menandakan bahwa surat tagihan sudah diterima oleh customer. Apabila setelah jatuh

(46)

36

tempo piutang masih belum dilunasi oleh pihak customer maka perusahaan akan langsung menelepon pihak customer untuk menanyakan langsung perihal pembayaran atas piutang tersebut. Jika dari pihak customer tidak dapat memberikan kepastian pembayaran maka perusahaan untuk sementara tidak melayani pesanan dari customer tersebut.

Perusahaan sendiri mempunyai peraturan untuk keterlambatan atas pembayaran dari tanggal jatuh tempo pelanggan akan dikenakan klaim tunggakan pembayaran sebesar 0,1% per hari. Namun pada kenyataannya klaim ini hanya merupakan persyaratan tertulis dalam penawaran harga yang diberikan perusahaan kepada customer. Praktek perusahaan, claim ini tidak dijalankan sebagaimana semestinya.

Dari data yang didapat penulis dari perusahaan, masih terdapat pelanggan yang tidak dapat melunasi piutang kepada perusahaan sampai berbulan-bulan bahkan dalam hitungan tahun tetapi tidak dikenakan klaim atas kelerlambatan pembayaran tersebut sesuai dengan perjanjian dalam surat penawaran. Pihak perusahaan menyatakan hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain dikarenakan adanya perjanjian tertentu antara perusahaan dengan pelanggan, selain itu dikarenakan adanya masalah tertentu yang masih belum dapat diselesaikan antara perusahaan dan pelanggan.

Namun dalam beberapa kasus, pelanggan yang tidak mempunyai itikad baik untuk

segera melunasi piutang tersebut, pihak perusahaan akan mengambil jalan hukum

melalui pihak ketiga.

(47)

37

4.2. Analisis Penentuan Persentase Cadangan Piutang Tak Tertagih

Berdasarkan Umur Piutang Pada PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo Di PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo, dalam penentuan persentase piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang biasanya menggunakan pengalaman- pengalaman perusahaan pada periode-periode yang lalu, dengan itu dapat diketahui persentase piutang yang diperkirakan kemungkinan tak tertagih. Perhitungan penentuan persentase cadangan piutang tak tertagih ini dibuat oleh kepala bagian accounting dan disajikan dalam format yang telah ditetapkan perusahaan dengan menggunakan program Microsoft Exel. Analisis ini dibuat dalam dalam bentuk tabel, dimana tabel tersebut memiliki lima kolom, yaitu klasifikasi umur piutang, total invoice, total invoice yang diterima, selisih invoice yang diterima, dan persentase tak tertagih.

Dalam perhitungan cadangan piutang tak tertagih, perusahaan membuat analisis

umur piutang yang dibuat setiap akhir bulan oleh kepala bagian accounting dan

disajikan dengan menggunakan format yang telah ditetapkan perusahaan melalui

program komputer yaitu Microsoft Excel, di mana tabel tersebut memiliki delapan

kolom, yaitu nomor, nama customer (pelanggan), saldo akhir dan lima kolom yang

merupakan analisis umur piutang masing-masing pelanggan. Setiap kelompok

pelanggan dianalisis berdasarkan lamanya jangka waktu piutang yang belum dilunasi

sejak jatuh tempo sampai tanggal analisis umur piutang dibuat. Masing pelanggan

dibuat menjadi lima kelompok, yaitu belum jatuh tempo, jatuh tempo 1-30 hari, jatuh

tempo 31-60 hari, jatuh tempo 61-90 hari, dan jatuh tempo lebih dari 90 hari.

(48)

38

Saldo akhir masing-masing pelanggan didapat dari tabel Acount Receivable dan di posting kedalam ledger account receivable atau buku besar pembantu piutang yang dibuat oleh salah satu staf accounting perusahaan melalui program Excel. Di mana tabel Account Receivable dan buku besar pembantu tersebut memuat data piutang usaha masing-masing customer secara up-date. Data yang terdapat dalam Accoun Receivable antara lain nomor, nama customer, debet, kredit dan saldo akhir piutang, dalam buku besar pembantu antara lain nomor invoice, tanggal invoice, tanggal jatuh tempo, debet, kredit, tanggal pembayaran, saldo akhir piutang, akhir periode dan lama jatuh tempo. Data-data tersebut merupakan dasar pembuatan laporan piutang, yaitu analisis umur piutang perusahaa untuk mengetahui perhitungan cadangan piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data analisis umur piutang selama tiga bulan (Februari 2010 – April 2010) yang didapat dari pihak perusahaan. Di mana analisis tersebut disajikan oleh penulis dengan tidak menggunakan nama asli pelanggan.

Selanjutnya atas dasar jumlah bagian-bagian piutang tersebut menurut

kelompok umur piutang, berdasarkan hasil wawancara dan observasi untuk

memperoleh data pengalaman perusahaan sebelumnya, dapat diketahui persentase

piutang yang diperkirakan akan tidak dapat ditagih semakin lama piutang itu beredar

maka semakin besar kemungkinan piutang tak tertagih. Menurut pengalaman

sebelumnya oleh perusahaan diyakini masih akan berlanjut dalam tahun-tahun

berikutnya diperkirakan jumlah piutang yang akan tidak tertagih, berikut persentase

piutang tak tertagih berdasarkan umur piutang pada PT Swakarya Bhakti mandiri

(49)

39

Cargo, pihak perusahaan menetapkan bahwa umur piutang yang berumur belum jatuh tempo (0%), 1 hari – 30 hari (10%), 30 hari-60 hari (16%), 61 hari – 90 hari (18%), >

90 hari (20%). Dalam menetukan persentase dari piutang yang tak tertagih perusahaan menggunakan data perhitungan dasar penentuan persentase piutang tak tertagih pada pengalaman perusahaan sebelumnya tahun 2009, berikut perhitungan penentuan persentase piutang pada tahun 2009 PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo:

Tabel 4.1 Perhitungan Penentuan Persentase Piutang Tahun 2009 Perhitungan Penentuan Persentase Piutang Tahun 2009

PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo

Klasifikasi Total Invoice Total diterima Selisih Invoice Persentase Yang Diterima Tak tertagih Belum jatuh tempo $ - $ - $ - 0%

Menunggak:

1 sampai 30 hari $ 120,850 $ 108,921 $ 11,929 10%

30 sampai 60 hari $ 140,875 $ 118,214 $ 22,661 16%

61 sampai 90 hari $ 110,256 $ 90,580 $ 19,676 18%

> 90 hari $ 41,256 $ 32,960 $ 8,296 20%

Sumber : PT SBMC

Dari data di atas dapat dilihat untuk mengetahui persentase piutang tak tertagih yaitu jumlah nilai total invoice pada setiap umur piutang dikurangi dengan total yang diterima, menjadi hasil total selisih invoice yang diterima dan untuk melihat persentase tak tertagih yaitu total selisih invoice yang diterima di bagi dengan total invoice, sehingga dapat di ketahui berapa persentase tak tertagih berdasarkan umur piutang.

Selama bulan Februari 2010 sampai April 2010, PT Swakarya Bhakti Mandiri

Cargo memiliki total penjualan kredit sebesar $ 21,160.00 Total tersebut merupakan

(50)

40

total penjualan kredit perusahaan kepada 6 customer tetap, dengan credit term net 30 (n/30). Selama periode tersebut terdapat pembayaran atas penjualan kredit tersebut sebesar $ 8,210.00. Sehingga saldo piutang usaha akhir periode (30/04/10) didapat sebesar $ 12,950.00 Adapun rinciannya disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Account Receivable PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo Periode 01 Februari s/d 30 April 2010

Dalam (SGD)

Term Net 30 (n/30)

No Customer Debet Kredit Saldo

Februari Maret April Februari Maret April Akhir

1 PT XY-1 1.200,00 1.200,00 1.100,00 600,00 600,00 - 2.300,00 2 PT XY-2 960,00 1.040,00 960,00 - 510,00 450,00 2.000,00 3 PT XY-3 1.200,00 1.800,00 1.200,00 - 1.000,00 600,00 2.600,00 4 PT XY-4 2.800,00 1.400,00 2.100,00 1.000,00 700,00 1.500,00 3.100,00 5 PT XY-5 600,00 600,00 900,00 300,00 - 350,00 1.450,00 6 PT XY-6 900,00 600,00 600,00 400,00 - 200,00 1.500,00

Sub Total 7.660,00 6.640,00 6.860,00 2.300,00 2.810,00 3.100,00 12.950,00

Total Penjualan Kredit 21.160,00

Total Pembayaran 8.210,00

Saldo Akhir Piutang Usaha (30/04/10) 12.950,00

Sumber : PT SBMC

Data di atas merupakan data piutang usaha selama 3 bulan, terhitung dari

tanggal 1 Februari 2010 sampai dengan 30 April 2010. Dari data tersebut dapat

dilihat kemampuan masing-masing pelanggan untuk memenuhi kewajibannya kepada

perusahaan. Dalam membuat analisis umur piutang usaha, perusahaan menggunakan

saldo akhir piutang pada akhir periode pada saat analisis umur piutang tersebut

dibuat, dengan menelusuri buku besar pembantu piutang masing-masing customer.

(51)

41

Berikut ini dapat kita lihat secara rinci Buku Besar Pembantu Piutang periode 01 Februari 2010 s/d 30 April 2010:

Tabel 4.3 Buku Besar Pembatu Piutang PT SWAKARYA BHAKTI MANDIRI CARGO

PER 01 FEBRUARI S/D 30 APRIL 2010 Buku besar Pembatu Piutang

Dalam (SGD)

PT XY-1

Invoice

Debit Kredit

Tgl Saldo Akhir Lama

No Tgl Tgg

JTP Bayar Akhir Periode JTP

001/SBMC/II/10 12/02/10 14/03/10 600,00 600,00 22/02/10 - 30/04/10 47

007/SBMC/II/10 26/02/10 28/03/10 600,00 600,00 30/04/10 33

001/SBMC/III/10 12/03/10 11/04/10 600,00 600,00 26/03/10 600,00 30/04/10 19

007/SBMC/III/10 31/03/10 30/04/10 600,00 1.200,00 30/04/10 0

001/SBMC/IV/10 16/04/10 16/05/10 550,00 1.750,00 30/04/10 -16

007/SBMC/IV/10 30/04/10 30/05/10 550,00 2.300,00 30/04/10 -30

3.500,00 1.200,00 2.300,00

Sumber : PT SBMC

PT XY-2

Invoice

Debet Kredit

Tgl Saldo Akhir Lama

No Tgl Tgg

JTP Bayar Akhir Periode JTP

002/SBMC/II/10 12/02/10 14/03/10 450,00 450,00 30/04/10 47

008/SBMC/II/10 26/02/10 28/03/10 510,00 960,00 30/04/10 33

002/SBMC/III/10 19/03/10 18/04/10 440,00 510,00 25/03/10 890,00 30/04/10 12

008/SBMC/III/10 31/03/10 30/04/10 600,00 1.490,00 30/04/10 0

002/SBMC/IV/10 16/04/10 16/05/10 450,00 450,00 26/04/10 1.490,00 30/04/10 -16

008/SBMC/IV/10 30/04/10 30/05/10 510,00 2.000,00 30/04/10 -30

2.960,00 960,00 2.000,00

Sumber : PT SBMC

Gambar

Tabel 2.1 Analisis Umur Piutang 31 Desember 2007
Tabel 2.2  Taksiran Piutang Tak Tertagih  31 Desember 2007
Tabel 2.3 Buku Besar Cadangan Kerugian Piutang  31 Desember 2007
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Swakarya Bhakti Mandiri Cargo
+5

Referensi

Dokumen terkait