• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ISSN : STIKOM AL-KHAIRIYAH. Leasing Syariah Oleh : Fajri Ali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ISSN : STIKOM AL-KHAIRIYAH. Leasing Syariah Oleh : Fajri Ali"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2338 - 2585

JURNAL

Leasing Syariah Oleh : Fajri Ali

STIKOM

AL-KHAIRIYAH

Sistem Pendukung Keputusan Pendeteksi

Kerusakan Komputer Pada STIKOM AI-Khairiyah Oleh: Darpi

Pendidikan Kitab Suci AI-Qur'an (Studi Analisis Buku Anthology of World Scriptures Karya Robert E. Van Voorst)

Oleh : Rafiudin

Sistem I nformasi Penilaian Kinerja Karyawan Bpjs

Center Secara lndividu Berbasis Web Pada Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon

Oleh : Shodik Nuryadhin

Sistem lnformasi Permintaan Barang Alat Tulis Kantor ( ATK ) pada PT Bungasari Flour Mills Cilegon

Oleh : Sawitri Nurhayati

JSA - VOLUME 9 - Nomor 1 - 7 3 Cilegon, November 2019

(2)

STIKOM AL-KHAIRIYAH

Jurnal Ilmiah Manajemen Informatika Dan Teknik Informatika

i

DEWAN REDAKSI

PEMBINA

Ketua STIKOM Al-Khairiyah PENANGGUNG JAWAB Ir. Zainal Alwan

DEWAN PENYUNTING

KETUA : Rafiudin, M.Si

SEKRETARIS : Maria Ulfa, SE

Putri Pertiwi, Amd.Kom PENYUNTING AHLI : Ir. Sudarmono, M.MSI

Ir. Hanan Nasrullah, MM MITRA BESTARI : Drs. Fajri Ali, MM

Rulin Swastika, M.Kom Darpi, M.Kom

Deviyantoro, MM

Wahyu Oktri Widyarto,MT Slamet Gunadi, MM TATA USAHA : Efi Rohman, M.Kom

Fenny Fadillah, M.Kom DISTRIBUSI : Rizmi Syamsul Rizal, S.Kom

Alamat Redaksi : GEDUNG STIKOM AL-KHAIRIYAH Jl. H. Enggus Arja No.1 Cilegon Telp/Fax 0254-378388

(3)

STIKOM AL-KHAIRIYAH

Jurnal Ilmiah Manajemen Informatika Dan Teknik Informatika

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, Shalawat serta salam selalu tercurahkan kapada junjungan nabi Muhammad Saw. Dalam rangka melaksanakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu penelitian, sebagai civitas akademika perlu mencari inovasi-inovasi dengan menyelenggarakan penelitian kepada masyarakat. STIKOM AK, Jurnal Ilmiah Manajemen Informatika dan Teknik Informatika diterbitkan oleh LP3M STIKOM Al-Khairiyah sebagai media untuk menyalurkan pemahaman tentang aspek MI dan TI berupa hasil penelitian lapangan atau laboratorium maupun studi pustaka. Jurnal ini terbit dua kali dalam setahun yaitu pada bulan januari dan juli. Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media lain dari dosen, peneliti, mahasiswa maupun praktisi dengan ketentuan penulisan seperti tercantum pada halaman belakang. Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Pada volume 8 No.1 Jurnal Ilmiah Manajemen Informatika dan Teknik Informatika ini sebagian besar masih diisi oleh para akademisi di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Al-Khairiyah.

Semoga kehadiran jurnal ilmiah ini dapat berguna bagi siapapun dan bagi para peneliti lanjutan. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penerbitan jurnal selanjutnya. Atas kerjasama semua pihak kami ucapkan terima kasih.

Cilegon, Januari 2019

Dewan Redaksi

(4)

STIKOM AL-KHAIRIYAH

Jurnal Ilmiah Manajemen Informatika Dan Teknik Informatika

iii

DAFTAR ISI

Dewan Redaksi ... i Kata Pengantar ... ii Daftar Isi ... iii

Leasing Syariah

Oleh : Fajri Ali, MM... 1-16 Sistem Pendukung Keputusan Pendeteksi Kerusakan Komputer Pada STIKOM Al- Khairiyah

Oleh : Darpi, M.Kom ... 17 - 31 Pendidikan Kitab Suci Al-Qur’an (Studi Analisis Buku Anthology of World Scriptures Karya Robert E. Van Voorst)

Oleh : Rafiudin, M.Si ... 32 - 43 Sistem Informasi Penilaian Kinerja Karyawan Bpjs Center Secara Individu Berbasis Web Pada Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon

Oleh : Shodik Nuryadhin, M.Kom ... 44 - 55 Sistem Informasi Permintaan Barang Alat Tulis Kantor ( ATK ) pada PT Bungasari Flour Mills Cilegon

Oleh : Sawitri Nurhayati,M.Kom dan Dina Sofiana ... 56 -73

(5)

1

LEASING SYARIAH Fajri Ali

Jurusan Manajemen Informatika

Jalan H. Enggus Arja No.1, Cilegon 42441, Indonesia

Abstraksi :

Artikel ini berisi tentang Leasing Syariah. Artikel ini juga mengetengahkan pengertian Leasing Syariah, apa yang dimaksud dengan leasing, leasing Syariah, bagaimana prinsip operasional dan prosedur transaksi leasing Syariah tersebut, sehingga akan dapat dipahami secara konferhensip berkait tentang leasing berdasarkan pada prinsip Syariah. Akad Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atau suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujroh), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri. Landasan Syariah akad ini adalah fatwa DSN-MUI No 09/DSN-MUI/IV2000 tentang pembiayaan Ijarah. Sedangakan Ijarah Muntahiyah bi at- Tamlik adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujroh), antara perusahaan pembaiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa.

Landasan Syariah akad ini adalah Fatwa DSN-MUI No 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik atau al-Ijarah wa al-Iqtina

Kata Kunci : Leasing, Leasing Syariah, Ijarah, Ijarah Muntahiyah bi at- Tamlik, lessee, lessor, supplier, bank, asuransi Fatwa Dewan Syariah (DSN) Majlis Ulama Indonesia (MUI)

A. Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak.

Dengan berkembangnya dunia bisnis ini, kebutuhan dana menjadi hal yang tak dapat dielakkan lagi baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi kalangan lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana

(6)

2

ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain di dalam mengembangkan usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut merupakan lembaga keuangan nonbank. Yang membedakan lembaga pembiayaan dengan bank adalah bank mengambil dana secara lansung dari masyarakat sedangkan lembaga pembiayaan tidak mengambil dana secara langsung dari masyarakat.

Salah satu perusahaan pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna usaha atau biasa disebut juga dengan Leasing. Saat ini, leasing merupakan salah satu cara perusahaan memperoleh asset atau kepemilikan tanpa harus melalui proses yang berkepanjangan. Semuanya telah diatur oleh perusahaan leasing yang disediakan oleh berbagai perusahaan. Leasing juga merupakan salah satu langkah penghindaran resiko tinggi yang saat ini sudah disadari oleh para usahawan yang ada.

Harus diakui bahwa struktur system keuangan di Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh perbankan, perlahan geliat pasar keuangan di bidang pasar modal seccara perlahan juga ikut meningkat. Belakangan perusahaan pembiayaan juga ikut meningkat seiring dengan meningkatnya pasar keuangan. Menurut data Dewan Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2008 terdapat 11 perusahaan pembiayaan Syariah di Indonesia, yaitu PT. Federal Internasional Finanace, PT.Semesta Citra Dana, PT. Mandala Multifinance, Tbk,. PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk,.

PT. Amanah Finance, PT. Fortuna Multi Finance, PT. Trust Finance Indonesia, Tbk., PT.

Capitaline Finance, PT. Al-Ijarah Indonesia Finance, PT. Trimamas Finance, PT. Nusa Surya Ciptadana.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis memfokuskan dalam pembahasan ini adalah apa yang dimaksud dengan leasing, leasing Syariah, bagaimana prinsip operasional dan prosedur transaksi leasing Syariah tersebut, sehingga akan dapat dipahami secara konferhensip berkait tentang leasing berdasarkan pada prinsip Syariah.

B. Pengertian Leasing

Istilah leasing berasal dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti menyewakan.

Namun leasing mempunyai persyaratan tertentu, sehingga tidak bisa disamakan dengan sewa-menyewa biasa. Leasing atau yang lebih sering disebut dengan sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan yang dimaksud dengan sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk

(7)

3

digunakan oleh penyewa guna usaha (lease) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Dengan demikian, sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lease memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sewa.

Sedangkan yang dimaksud dengan sewa guna usaha (leasing) Syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lesee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip Syariah.

Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang dan dapat terdiri dari beberapa

perusahaan. Lessor disebut juga investors, equity, holders, owner, participants atau trusters. Lessor merupakan persuahaan yang menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financing lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberiaan jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.

2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa resiko bagi lessee terhadap kerusakan.

3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, Supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secaa tunai atau berkala.

4. Bank telibat secara tidak langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier juga kemungkinan menerima kredit dari bank untuk memperoleh barang yang nantinya dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor. Untuk leasing Syariah bank menyediakan dana, wajib melalui bank dengan prinsip Syariah juga.

(8)

4

5. Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Di mana dalam hal lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung risiko dari barang yang dileasingkan sebesar sesuai dengan perjanjian. Untuk usaha leasing Syariah, objek yang diasuransikan pada perusahaan asuransi dengan prinsip Syariah juga.

C. Prinsip Operasional Usaha Leasing Syariah

Usaha leasing Syariah dilakukan berdasarkan prinsip akad Ijarah dan akad Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik.

A. Ijarah

Akad Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atau suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujroh), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri. Landasan Syariah akad ini adalah fatwa DSN-MUI No 09/DSN-MUI/IV2000 tentang pembiayaan Ijarah.

Adapun Fitur dan Mekanisme dari Ijarah adalah sebagai berikut :

a. Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) antara lain meliputi : 1. Mrmperoleh pembayaran sewa dan / atu biaya lainnya dari penyewa

(musta’jir) dan mengakhiri akad Ijarah dan menarik objek Ijarah apabila penyewa (musta’jir) tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan.

2. Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir), antara lain meliputi :

a. Menyediakan objek Ijarah yang disewakan b. Menanggung biaya pemeliharaan objek Ijarah dan

c. Menjamin objek Ijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik.

b. Hak Penyewa (musta’jir), antara lain meliputi :

1. Menerima objek Ijarah dalam keadaan baik dan siap dioperasikan, dan 2. Menggunakan objek Ijarah yang diseewakan sesuai dengan persyaratan-

persyaratan yang diperjanjikan.

c. Kewajiban Penyewa (Musta’jir) antara lain meliputi :

1. Membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan;

2. Mengembalikan objek Ijarah apabila tidak mampu membayar sewa;

3. Menjaga dan menggunakan objek Ijarah sesuai yang diperjanjikan; dan 4. Tidak menyewakan kembali dan / atau memindahtangankan obejk Ijarah

kepada pihak lain.

d. Objek Ijarah adalah berupa barang modal yang memenuhi ketentuan, antara lain : 1. Objek Ijarah merupakan milik dan / atau dalam penguasaan perusahaan

pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir);

(9)

5 2. Manfaat objek Ijarah harus dapat dinilai;

3. Manfaat objek Ijarah harus dapat diserahkan penyewa (musta’jir)

4. Pemanfaatan objek Ijarah harus bersifat tidak dilarang secara Syariah (tidak diharamkan).

5. Manfaat objek Ijarah harus dapat ditentukan dengan jelas, dan

6. Spesifikasi objek Ijarah harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik, kelaikan dan jangka waktu pemanfaatannya.

e. Objek Ijarah, antara lain :

1. Alat-alat berat (heavy equipment) 2. Alat-alat kantor (office equipment) 3. Alat-alat foto (photo equipment) 4. Alat-alat medis (medical equipment) 5. Alat-alat printer (printing equipment) 6. Mesin-mesin (machineries)

7. Alat-alat pengangkutan (vehicle) 8. Gedung (building)

9. Computer dan

10. Peralatan telekomunikasi atau satelit

f. Persyaratan penetapan harga sewa (ujroh) atas objek Ijarah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Besarnya harga sewa (ujroh) atas objek Ijarah dan cara pembayaran

ditetapkan menurut kesepakatan yang dibuat dalam akad secara tertulis; dan 2. Alat pembayaran harga sewa (ujroh) objek Ijarah adalah berupa uang atau

bentuk lain yang memiliki nilai yang sama yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah.

g. Dalam kontrak Iajrah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut : 1. Identitas perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) dan

penyewa (must’jir);

2. Spesifikasi objek Ijarah meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran, tipe dan lokasi penggunaan /penempatan objek Ijarah;

3. Spesifikasi manfaat objek Ijarah

4. Harga perolehan, nilai pembiayaan dan pembayaran sewa Ijarah;

5. Jangkw waktu sewa;

6. Saat penyerahan objek Ijarah;

7. Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo;

8. Ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa sewa;

9. Ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan serta tidak berfungsinya objek Ijarah;

10. Ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan objek Ijarah oleh perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) kepada pihak lain; dan

(10)

6

11. Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak

h. Dokumentasi dalam Ijarah oleh perusahaan pembaiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) paling kurang meliputi :

1. Surat persetujuan prinsip (offering letter) 2. Akad Ijarah

3. Perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa; dan 4. Tanda terima barang

B. Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik

Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujroh), antara perusahaan pembaiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa. Landasan Syariah akad ini adalah Fatwa DSN-MUI No 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik atau al-Ijarah wa al- Iqtina

Adapun Fitur dan Mekanisme dalam Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik atau al- Ijarah wa al- Iqtina adalah sebagai berikut :

a. Dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik, perusahaan pembiayaan sebagai pemberi seewa (muajjir), wajib membuat wa’ad yaitu janji pemindahan kepemilikan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik pada akhir masa sewa. Wa’ad yang dibuat pemberi sewa bersifat tidak mengikat bagi penyewa (musta’jir) dan apabila wa’ad dilaksanakan, maka pada akhir masa sewa wajib dibuat akad pemindahan kepemilikan.

b. Hak perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) antara lain adalah : 1. Memperoleh pembayaran sewa dari penyewa (musta’jir)

2. Manarik objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik apabila penyewa (musta’jir) tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan; dan

3. Pada akhir masa sewa, mengalihkan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik kepada penyewa lain yang mampu dalam hal penyewa (musta’jir) sama sekali tidak mampuuntuk memindahkan kepemilikan objek Ijarah Muntahiyah bi at- Tamlik atau memperpanjang masa sewa atau mencari calon penggantinya.

c. Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) antara lain:

1. Menyediakan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik yang disewakan;

2. Menanggung biaya pemeliharaan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik kecuali diperjanjikan lain; dan

3. Menjamin objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik.

d. Hak penyewa (musta’jir), antara lain adalah :

1. Menggunakan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik sesuai dengan

(11)

7

persyaratan- persyaratan yang diperjanjikan;

2. Menerima objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik dalam keadaan baik dan siap dioperasikan;

3. Pada akhir masa sewa, memindahkan kepemilikan objek Ijarah Muntahiyah bi at- Tamlik atau memperpanjang masa sewa atau mencari calon penggantinya dalam hal tidak mampu untuk memindahkan hak kepemilikan atas objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik atau memperpanjang masa sewa; dan

4. Membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan e. Kewajiban penyewa (musta’jir) antar lain adalah :

1. Membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan

2. Menjaga dan menggunakan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik sesuai yang diperjanjikan;

3. Tidak menyewakan kembali objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik kepada pihak lain; dan

4. Melakukan pemeliharaan kecil (tidak material) terhadap objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik.

f. Obejk Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik adalah berupa barangg modal yang memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik merupakan milik perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir)

2. Manfaatnya harus dapat dinilai dengan uang;

3. Manfaatnya dapat diserahkan kepada penyewa (musta’jir) 4. Manfaatnya tidak diharamkan oleh Syariah Islam;

5. Manfaatnya harus ditentukan dengan jelas; dan

6. Spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifkasi fisik, kelaiakan dan jangka waktu pemanfaatannya.

g. Objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik, antara lain 1. Alat-alat berat (heavy equipment)

2. Alat-alat kantor (office equipment) 3. Alat-alat foto (photo equipment) 4. Alat-alat medis (medical equipment) 5. Alat-alat printer (printing equipment) 6. Mesin-mesin (machineries)

7. Alat-alat pengangkutan (vehicle) 8. Gedung (building)

9. Computer dan

10. Peralatan telekomunikasi atau satelit

h. Harga Sewa (ujroh) dan cara pembayaran atas objek Ijarah Muntahiyah bi at- Tamlik

ditetapkan berdasarkan kesepakatan di awal akad.

i. Harga untuk opsi pemindahan

(12)

8

kepemilikan objek Ijarah Muntahiyah bi at- Tamlik

ditetapkan setelah berakhirnya masa sewa.

j. Harga untuk opsi pemindahan kepemilikan sebagiamana dimaksud pada poin (2) dibuat secara tertulis dalam perjanjian pemindahan kepemilikan.

k. Alat pembayaran atas harga sebagiamana dimaksud pada poin (1) dan (2) adalah berupa uang atau bentuk lain yang memiliki nilai yang sama dan tidak dilarang secara Syariah.

l. Dalam kontrak Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Identitas perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) dan penyewa (musta’jir);

2. Spesifikasi objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran,tipe dan lokasi penggunaan objek sewa;

3. Spesifikasi manfaat bojek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik;

4. Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran harga sewa (ujroh), ketentuan jaminan dan asuransi atas objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik;

5. Jangka waktu sewa;

6. Saat penyerahan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik;

7. Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo;

8. Ketentuan mengenai biaya-biaya yang timbul selama masa sewa;

9. Ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya objek Ijarah Muntahiyah bi at- Tamlik;

10. Ketentuan mengenai pengalihan kepemilikan objek Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik oleh perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) kepada pihak lain; dan

11. Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak.

m. Dokumentasi dalam Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik oleh perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) paling kurang meliputi :

1. Surat permohonan Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik 2. Surat persetujuan prinsip ((offering letter);

3. Akad Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik;

4. Dokumen wa’ad

5. Perjanjian pengikatan jaminan atas pembayaran sewa;

6. Tanda terima barang; dan

7. Perjanjian pemindahan kepemilikan D. Prosedur Transaksi Leasing Syariah

Adapun prosedur transaksi leasing Syariah secara umum adalah :

1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan barang, spesifikasi harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang.

(13)

9

2. Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu barang modal di mana lessee dapat meminta lease quotation. Pihak lessor kemudian meneliti maksud dan tujuan permohonan lessee serta meneliti kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan (permohonan tertulis, akte perusahaan/KTP, laporan keuangan/slip gaji, NPWP), jika dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap maka pihak lessor mengirimkan letter of offer yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal kepada lessee. Jika lessee setuju, maka lessee menandatanginya dan mengembalikannya kepada lessor. Pihak lessor akan meneliti dan mengalisis informasi dan data yang diberikan dengan cara :

a. Melakukan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Condation dan Collateral)

untuk mengukur kemauan membayar lessee.

b. Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot) c. Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan.

Hasil penelitian akan dijadikan pertimbangan apakah permohonan ditolak, masih dipertimbangkan, atau diterima.

3. Jika permohonan lessee diterima maka pihak lessee dan lessor bertemu untuk menandatangani perjanjian serta biaya-biaya yang harus dibayar oleh lessee.

Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadual pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.

4. Selanjutnya pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan tipe dan spesifikasi barangyang diinginkan oleh lessee dan membayar sesuai perjanjian.

5. Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti pembayaran kepada lessee. Selanjutnya lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang diserahkan kepada supplier.

6. Penyerahan dokumen oleh supplier kepad lessor termasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.

7. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.

8. Pembayaran angsuran secar berkala oleh lessee kepada lessor selama masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai.

E. Jenis Leasing

Secara umum leasing dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu financial lease, dan operating lease. Hal yang membedakan keduanya adalah terkait dengan hak kepemilikan secara hukum, cara pencatatan dalam akuntanasi serta besarnya biaya sewanya (ujroh) .

1. Financial lease.

(14)

10

Perusahaan leasing pada jenis ini berfungsi atau berlaku sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis dan spesifikasi barang yang dibutuhkan dan mengadakan negosiasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut.

Lessor hanya berkepentingan terhadap kepemilikan barang tersebut secara hukum.

Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang teserbut kepada supplier dan barang tersebut kemudian diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa penggunaan barang tersebut, lessee akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang sewa untuk jangka waktu tertentu yang telah dispekati bersama. Jumlah sewa ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan untuk pihak lessor.

Suatu leasing diklasifikasikan sebagai leasing modal, jika memiliki salah satu dari kondisi berikut;

a. Menurut perjanjian leasing, kepemilikan barang beralih secara efektif dari lessor ke

lessee

b. Lessee boleh membeli barang yang bersangkutan di bawah harga pasar saat jatuh tempo

leasing.

c. Jangka waktu jatuh leasing sama atau lebih panjang dari 75% umur aktiva yang bersangkutan. Jadi, kalau umur aktiva 10 tahun sedangkan jangka waktu leasing 8 tahun, maka leasing harus dikapitalisasikan.

d. Nilai sekarang dari pembayaran sewa adalah sama ata lebih besar 90%

daripada nilai aktiva dikurangi keringanan pajak yang diterima oleh lessor.

Financial lessee dapat dibedakan menjadi dua, pertama; Direct financial lease: transaksi ini terjadi jika lessee belum pernah memiliki barang yang dijadikan objek lease. Lessor membeli barang atas permintaan lessee dan akan digunakan oleh lessee. Kedua, Sale and lease back: dalam transaksi ini lessee menjual barang yang sudah dimiliki kepada lessor, atas barang ini kemudian dilakukan suatu kontrak antara lessor dan lessee. Lessee menerima harga penjualan dari lessor, pada saat yang sama lessee tetap dapat menggunakan aktiva tersebut dengan disertai daftar pembayaran lease.

2. Operating lease

Operating lease atau lease service meliputi jasa keuangan maupun jasa perawatan. Jenis barang yang ditawarkan seperti komputer, mesin potokopi, dan mobil. Dalam kontrak,

(15)

11

lessor wajib memelihara dan merawat peralatan yang di-lease, dan biaya perawatan ini sudah termasuk dalam biaya lease atau diatur dalam kontrak tersendiri.

Peralatan yang di-lease biasanya tidak diarmortisasi secara penuh-pembayaran sewa selama masa sewa tidak cukup untuk menutup seluruh harga peralatan. Namun, perjanjian mencakup waktu yang lebih pendek dari umur peralatan yang disewa dan lessor mengharapkan bahwa harga peralatan tersebut akan tertutup dengan perpanjangan kontrak lease atau kontrak lease yag baru atau dari hasil pernjualan alat tersebut.

Dalam kontrak operating lease sering dicantumkan klausul khusus yang mengatur bahwa pihak lessee berhak mengembalikan peralatan yang dilease sebelum kontrak selesai, jika perlatan yang dilease telah ketinggalan jaman karena perkembangan teknologi atau jika peralatan tersebut ternyata sudah tidak diperlukan lagi.

Bentuk lain dari leasing dalah leveraged leasing. Dalam leveraged leasing, selain lessee dan lessor, ada pihak ketiga yaitu penyedia dana (shohibul maal)yang membantu menyediakan dana pembelian aktiva yang disewa. Bagi lessor, keberadaan pihak ketiga bisa membantunya dalam pengadaan aktiva yang hendak disewakan, sehingga lessor, misalnya, hanya menyediakan 20% hingga 30% dari dana untuk membeli aktiva, sementara sisanya kerjasama dengan pihak ketiga seperti bank Syariah atau perusahaan asuransi Syariah.

F. Rukun dan Syarat Leasing Syari’ah

Sebagai suatu transaksi umum, leasing baru dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya. Adapun rukun dan syarat leasing adalah:

1. Kedua orang yang berakad telah baligh dan berakal.

2. Adanya kerelaan dari kedua belah pihak untuk melakukan akad.

3. Objek ijarah harus diketahui secara sempurna agar tidak ada perselisihan di kemudian hari, memiliki manfaat, tidak cacat, dan halal menurut syara’.

4. Barang yang disewakan tidak terpaut utang.

5. Objek leasing diserahkan dan dipergunakan secara langsung.

6. Mengenai upah sewa harus jelas.

G. Manfaat dan Keunggulan Leasing Syariah

Manfaat dan keunggulan dari kegiatan atau industri sewa guna usaha/leasing antara lain :

1. Leasing/sewa guna usaha dapat dijadikan sebagai salah satu sumber dana bagi pengusaha yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu tertentu dengan membayar sewa.

2. Usaha leasing/sewa guna usaha dapat memberikan pembiayaan dalam waktu yang cepat.

(16)

12

3. Dengan perjanjian leasing/sewa guna usaha, suatu perusahaan akan terasa lebih menghemat dalam hal pengeluaran dana tunai dibanding dengan membeli secara tunai.

4. Mempunyai keunggulan–keunggulan sebagai alternative baru bagi pembiayaan di luar system perbankan, misalnya :

a. Proses pengadaan peralatan modal relative lebih cepat dan tidak memerlukan jaminan kebendaan, prosedurnya sederhana dan tidak ada keharusan melakukan studi kelayakan yang memakan waktu lama.

b. Pengadaan kebutuhan modal alat–alat berat dan mahal dengan teknologi tinggi amat meringankan terhadap kebutuhan cash flow-nya mengingat system pembayaran cicilan berjangka panjang.

c. Posisi cash flow perusahaan akan lebih baik dan biaya-biaya modal menjadi lebih murah dan menarik.

d. Perencanaan keuangan perusahaan lebih mudah dan sederhana.

H. Perbedaan dan Persamaan Antara Leasing Syari’ah Dengan Leasing Konvensional

Indicator Leasing syari’ah (ijaroh) Leasing konvensional

Objek

Objek yang disewakan bisa berupa manfaat barang dan jasa. Dalam hal ini, ijarah memang terbagi menjadi dua, yaitu

1. Manfaat barang Akad untuk mendapatkan manfaat dari barang adalah sewa menyewa.

Dengan imbalam berupa uang sewa 2. Manfaat jasa

Akad yang digunakan untuk mendapat manfaat jasa adalah upah mengupah.

Imbalan yang diterima berupa upah/gaji yang dibayarkan kepada pekerja.

Dalam leasing,transaksi yang digunakan hanya terbatas pada manfaat barang saja.

(17)

13 Methods of

payments (Metode Pembayaran)

Ada dua metode pembayaran dalam akad Ijarah, yaitu

1. Not contingent to performance

Metode pembayaran ini tidak tergantung kepada kinerja objek ijarah. Harga sewa/upah yang harus dibayarkan

tergantung pada lamanya masa sewa,bukan pada kinerjanya.

2, Contingent to performance

Metode pembayaran ini disebut juga sebagai Ju’alah. Yaitu uang sewa/upah yang

dibayarkan tergantung pada syarat yang disepakati di awal. Kalau ternyata syarat

Metode pembayaran yang ada dalam leasing adalah Not contingent to performance.

tersebut tidak terpenuhi,maka uang sewa tidak dibayarkan.

Transfer of Tittle (Perpindahan Kepemilikan)

Perpindahan kepemilikan: Ijarah: tidak ada perpindahan kepemilikan: IMBT: ada perjanjian di awal akad apakah nantinya barang yang disewakan dihibahkan atau dijual di akhir periode sewa

Perpindahan kepemilikan:

Operating lease: tidak terjadi perpindahan kepemilikan·

Financial lease: di akhir periode sewa si penyewa diberikan pilihan untuk membeli atau tidak barang yang disewa tersebut

(18)

14 Lease

purchase (sewa-beli)

Tidak mengenal Lease-Purchase Transaksi tersebut dilarang dalam syari’ah karena terjadi akad two in one (shafqatain fi al shafqah). Tidak ada kepastian dalam akad ini. Apakah ini akad sewa atau beli. Kerena perpindahan kepemilikan berlangsung selama periode sewa.Akan tetapi dalam Leasing syari’ah dikenal bentuk Ijarah Muntahia bittamlik.

Terdapat variasi/model lain dalam transaksi leasing,yaitu Lease-purchase (sewa-beli) dimana dalam kontrak ini,perpindahan kepemilikan terjadi selama masa sewa.

Jika di tengah periode transaksi tersebut

dibatalkan,maka kepemilikan barang tersebut dibagi 2 antara penyewa dan yang menyewakan. Transaksi tersebut dilarang dalam syari’ah karena terjadi akad two in one (shafqatain fi al shafqah). Tidak ada

kepastian dalam akad ini.

Apakah ini akad sewa atau beli. Kerena perpindahan kepemilikan berlangsung selama periode sewa.

Sale and lease back

Sale and lease back adalah akad dimana si penjual ingin menjual sebuah barang,akan tetapi ia masih ingin menggunakannya.

Contoh, A ingin menjual mobil kepada si B.

karena A masih butuh manfaat dari ‘mantan

‘ mobilnya tersebut,maka B menyewakan kembali mobilnya kepada A. dalam Syari’ah,akad tersebut diperbolehkan.

Dalam Leasing juga

mengenal transaksi Sale and Lease.

I. Kesimpulan

Setelah pemaparan pembahasan tentang leasing Syariah, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sewa guna usaha (leasing) Syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lesee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip Syariah.

2. Prinsip operasional menggunakan Akad Ijarah, akad Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atau suatu barang dalam waktu tertentu

(19)

15

dengan pembayaran sewa (ujroh), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri. Landasan Syariah akad ini adalah fatwa DSN-MUI No 09/DSN- MUI/IV2000 tentang pembiayaan Ijarah.

3. Prinsip operasional selanjutnya menggunakan Akad Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik, Akad Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujroh), antara perusahaan pembaiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa. Landasan Syariah akad ini adalah Fatwa DSN- MUI No 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik atau al- Ijarah wa al-Iqtina

4. Leasing syariah menjadi salah satu alternatif aktivitas pembiayaan di Indonesia.

Dengan prinsip syariah yang berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits, leasing syariah dapat dijadikan salah satu lembaga penunjang aktivitas pembiayaan di Indonesia.

Leasing syariah memberikan keterbukaan dan transparansi terhadap segala aktivitas yang dilakukan. Sehingga dalam akad yang ditentukan perusahaan dan konsumen tidak ada pihak yang dirugikan.

5. Leasing syariah memberikan warna baru dalam perkembangan leasing di Indonesia, disebabkan oleh sistem dan prinsipnya yang berbeda dengan leasing konvensional yang telah lebih dahulu ada di Indonesia.

6. Leasing syariah yang memiliki potensi besar ini harus dimanfaatkan dan diberdaya kembangkan oleh pemerintah sebagai lembaga intermediasi pembiayaan di Indonesia.

Selain itu harus ada dukungan dari seluruh lapisan masyarakat terhadap leasing syariah terutama umat Islam, karena Islam telah memberikan solusi terbaik dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan dukungan umat Islam pun diperlukan untuk menumbuhkan perekonomian syariah di Indonesia agar dapat mencapai ke-maslahatan umat.

Daftar Pustaka

1. Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshari, S.H., M.H. Penerapan Prinsip Syari’ah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan, Penertib Pustaka Pelajar, Yogjakarta 2008.

(20)

16

2. Prof H.A. Djazuli & Drs Yadi Janwari, M.Ag Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat ( Sebuah Pengenalan) Penerbit PT. Rajagrafindo Persada Jakarta 2002

3. Drs. M Zaudi Abdad, M.Ag, Lembaga Peronomian Ummat di Dunia Islam, Penerbit Angkasa Bandung, 2003

4. Muhammad Syafei Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Penerbit Gema Insani Press Jakarta 2001.

5. Dr. Yusuf Qordowi, Norma dan Etika Ekonomi Islam Penerbit Gema Insai Press Jakarta 1997

6. Ir. Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer Penerbit Gema Insasi Press Jakarta 2001

7. Dr. Umar Chapra Masa Depan Ilmu Ekonomi Sebuah Tinjauan Islam (The Future of Economics: An Islamic Perspective,) Penerbit Gema Insani Press Jakarta 2001 8. Mustofa Edwin Nasution dkk Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam Penerbit Kencana

Predana Media Group Jakarta 2006.

9. Drs. Zainul Arifin, MBA Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah Penerbit AlPabet

,Jakarta 2002

10. Andri Soemitro, M.A. Bank & Lembaga Keuangan Syariah Penerbit Kencana PrenadaMedia Jakrta 2014.

11. Zaeni Asyhadie, 200, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Pt.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(21)

17

Sistem Pendukung Keputusan Pendeteksi Kerusakan Komputer Pada STIKOM Al-Khairiyah

Darpi

Program Studi S1 Teknik Informatika Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Al-Khairiyah

Jalan H.Enggus Arja No. 1 Lingk. Citangkil Cilegon 42443 Email : darpisupriyanto02@gmail.com

Abstrak

Pada zaman serba otomatis pada sekarang ini peranan teknologi informasi sangatlah dibutuhkan oleh segala kalangan masyarakat, Komputer merupakan alat yang sangat berperan penting dalam aktifitas sehari-hari baik itu dlingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Namun komputer juga dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan kerja staff dan dosen jadi terganggu.

Metodologi yang digunakan dalam perancangan sistem informasi ini adalah Metode Waterfall. Sistem ini dirancang dengan menggunakan konsep- konsep UML (Unifield Modelling Language) serta diimplementasikan menggunakan Data Base Microsoft Access 2010, dan Visual Basic 6.0.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem pendukung keputusan pendeteksi kerusakan komputer yang akan membantu pengguna baik teknisi lab atau staff untuk mengetahui kerusakan komputer dan solusinya.

Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Waterfall, Kerusakan Komputer

1. Pendahuluan

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah merubah cara hidup dan kegiatan manusia. TI meningkatkan efisiensi dan performa kinerja. Namun demikian, fungsi TI sangat ditentukan oleh perangkat yang digunakan yaitu komputer dan perlengkapannya. Komputer yang terawat akan memberikan peluang yang lebih besar terhadap fungsi TI dalam membantu tugas-tugas kita sehari-hari. Untuk itu, ketersediaan sumber daya manusia yang bertugas merawat dan memperbaiki perangkat TI sangat diperlukan untuk menjaga kesiapan perangkat TI menjalankan fungsinya.

(22)

18

Sistem komputerisasi adalah suatu sistem yang dianggap dapat mempermudah semua sistem yang berjalan dalam suatu perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah, karena dengan sistem komputerisasi semua hal dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

Tetapi sistem komputerisasi akan maksimal jika ada aplikasi pendeteksi kerusakan komputer. Oleh karena itu penulis berkeyakinan bahwa dengan adanya sistem pendukung pendeteksi kerusakan komputer pada Politeknik PGRI Banten akan mempermudah dalam pengambilan keputusan baik dalam pendeteksi kerusakan komputer dan solusinya baik yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan.

2. Landasan Teori

2.1 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

2.1.1 Pengertian SPK

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban, 2001).

SPK bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik. SPK merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan menegement science, hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum, atau optimum), saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat.

Sprague dan Watson mendefinisikan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) sebagai sistem yang memiliki lima karakteristik utama yaitu (Sprague et.al, 1993):

1. Sistem yang berbasis komputer.

2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan

3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil dilakukan dengan kalkulasi manual

4. Melalui cara simulasi yang interaktif

5. Dimana data dan model analisis sebaai komponen utama.

(23)

19

2.1.2 Komponen SPK

Secara umum Sistem Pendukung Keputusan dibangun oleh tiga komponen besar yaitu Database Management, Model Base dan Software System/User Interface. Komponen SPK tersebut dapat digambarkan seperti gambar 1.

Gambar 1. Komponen Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

a. Database Management

Merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data.

Data yang merupakan suatu sistem pendukung keputusan dapat berasal dari luar maupun dalam lingkungan. Untuk keperluan SPK, diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan melalui simulasi.

b. Model Base

Merupakan suatu model yang merepresentasikan permasalahan kedalam format kuantitatif (model matematika sebagai contohnya) sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya tujuan dari permaslahan (objektif), komponen-komponen terkait, batasan-batasan yang ada (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Model Base memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan membandingkan solusi alternatif.

c. User Interfase / Pengelolaan Dialog

Terkadang disebut sebagai subsistem dialog, merupakan penggabungan antara dua komponen sebelumnya yaitu Database Management dan Model Base yang disatukan dalam komponen ketiga (user interface), setelah sebelumnya dipresentasikan dalam bentuk model yang dimengerti computer. User Interface menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukan dari pemakai kedalam Sistem Pendukung Keputusan.

(24)

20 2.1.3. Manfaat SPK

SPK dapat memberikan berbagai manfaat dan keuntungan. Manfaat yang dapat diambil dari SPK adalah :

a. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data / informasi bagi pemakainya.

b. SPK membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama barbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.

c. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.

d. Walaupun suatu SPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun dia dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya,karena mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan.

2.1.4. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan

Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa tahapan yang meski dilalui, menurut simon(1960) proses yang dilalui dalam pengambilan keputusan ada tiga fase, yaitu :

a. Tahap Intellegence

Dalam tahap intelligence tersebut seseorang dalam rangka pengambilan keputusan untuk permasalahan yang dihadapi yang terdiri dari aktivitas penelusuran, pendeteksian serta proses pengenalan masalah. Data yang diperoleh diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah.

b. Tahap design

Tahap proses pengambilan keputusan setelah tahap intellegence meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. Aktivitas yang biasanya dilakukan seperti menemukan, mengembangkan dan menganalisa alternatif tindakan yang dapat dilakukan.

c. Tahap choise

Pada tahap ini seorang pengambil keputusan melakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

2.2 Konsep Dasar Perbaikan dan Perawatan Komputer 2.2.1. Pengertian Perbaikan Komputer

Anwar (2010:256) mengemukanan perbaikan adalah pembetulan, hal (hasil, perbuatan, usaha dan sebagainya) memperbaiki; di keadaan menjadi baik. Perihal berbaik kembali; Perubahan yang mengakibatkan penggunaan alat dapat lebih lama .

(25)

21

Sedangkan komputer adalah hasil dari kemajuan teknologi elektronika dan informatika yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menulis, menggambar, menyunting gambar atau foto, membuat animasi, mengoperasikan program analisis ilmiah, simulasi dan untuk kontrol peralatan.

Jadi Perbaikan Komputer adalah usaha dengan tujuan untuk membuat komputer dari keadaan yang tidak baik/belum baik/rusak menjadi baik kembali dalam arti mampu berfungsi kembali sebagaimana mestinya.

2.2.2 Pengertian Perawatan Komputer

Perawatan komputer adalah suatu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah yang terdapat pada komputer. Secara garis besar kegiatan perawatan komputer dibagi atas dua bagian yaitu :

a. Maintenance software yang umum dikerjakan adalah update software seperti antivirus, program dan aplikasi, Sistem Operasi, dan file-file lainnya.

b. Maintenance hardware meliputi perawatan teknis terhadap semua bagian perangkat keras dari komputer, mulai dari pembersihan bagian bagian CPU, monitor, perangkat input, perangkat cetak dan perangkat jaringannya.

Kegiatan maintenance komputer ditujukan untuk menjaga kesinambungan operasional dan kinerja dari unit komputer yang digunakan.

Kegiatan maintenance komputer dilaksanakan secara berkala, atau waktunya ditentukan sesuai kebijakan masing masing pihak yang menanganinya.

Alasan dilaksanakan perawatan komputer adalah karena komputer rentan terhadap masalah (virus, kotornya hardware, dll) sehingga perlu memastikan komponen-komponen hardware berjalan dengan baik.

2.3 Definisi Komputer

Komputer pada dasarnya merupakan sebuah mesin elektronik yang memiliki fungsi utama untuk melakukan proses perhitungan ( to compute).

Komputer membutuhkan perangkat brainware, hardware dan juga software yang merupakan elemen dari sebuah komputer untuk dapat bekerja mengolah, memanipulasi dan juga merubah sebuah data menjadi informasi yang berguna. Komputer dapat menyajikan output berupa informasi dalam bentuk analog maupun digital.

a. Pengertian komputer menurut William M. Fuori (2007), komputer adalah suatu pemroses data (data processor) yang melakukan perhitungan yang besar dan cepat, termasuk perhitungan aritmatika atau operasi logika, tanpa campur tangan manusia.

b. Pengertian komputer menurut wimantra (2008), komputer adalah suatu

(26)

22

sistem perangkat elektronik yang memiliki tujuan untuk melakukan proses pengolahan data yang kemudian dapat menghasilkan suatu informasi yang berguna.

c. Pengertian komputer menurut susanto (2009), komputer adalah sekelompok alat elektronik yang terdiri atas perintah input, alat yang mengolah input, dan peralatan output yang memberikan informasi serta bekerja secara otomatis.

2.4. Metode Waterfall

Metode yang digunakan dalam analisis dan perancangan pada prototype adalah metode waterfall. Metode ini membagi proses pembangunan perangkat lunak kedalam fase-fase individu atau langkah-langkah. Fase atau langkah yang satu dengan yang lainnya terpisah secara kronologis dan fungsional.

Model waterfall merupakan salah satu dari model-model yang terdapat pada penerapan Daur Hidup Pengembangan Sistem. Roger.S, Pressman (2001:p57) membagi model Waterfall ke dalam beberapa tahap, yaitu: tahap rekayasa sistem, analisis kebutuhan perangkat lunak, perancangan, pemrograman, pengujian, dan pemeliharaan yang dapat digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema model waterfall

Sedangkan tahapan-tahapan dalam model proses waterfall yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tahap investigasi dilakukan untuk menentukan apakah terjadi suatu masalah atau adakah peluang suatu sistem informasi buat dan dikembangkan. Pada tahapan ini studi kelayakan perlu dilakukan untuk

(27)

23

menentukan apakah sistem informasi yang akan dibuat dan dikembangkan merupakan solusi yang layak

b. Tahap analisis bertujuan untuk mencari kebutuhan (need) pengguna dan organisasi serta menganalisa kondisi yang ada (sebelum diterapkan sistem informasi yang baru).

c. Tahap disain bertujuan menentukan spesifikasi detil dari komponen- komponen sistem informasi (manusia, hardware, software, network dan data) dan produk-produk informasi yang sesuai dengan hasil tahap analisis.

d. Tahap Implementasi merupakan tahapan untuk mendapatkan atau mengembangkan hardware dan software (pengkodean program), melakukan pengujian, pelatihan dan perpindahan ke sistem baru.

e. Tahapan perawatan (maintenance) dilakukan ketika sistem informasi sudah dioperasikan. Pada tahapan ini dilakukan monitoring proses, evaluasi dan perubahan (perbaikan) bila diperlukan.

2.5 Flowchart

Flow chart atau bagan alir adalah suatu bagan yang menggambarkan arus logika dari data yang akan diproses dalam suatu program dari awal sampai akhir. (Jogiyanto Hartono, MBA, Ph.D, Pengenalan Komputer, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta, 2001, Hal 662).

Flow chart adalah logika atau urutan instruksi program dalam suatu diagram (Suryadi, H.S dan Agus Sumin, Teknik Diagram Alur dan Bahasa Basic Dasar, Gunadarma, Jakarta, 1993, Edisi Pertama, Hal 1).

2.6 Program

Program menurut Sutejdjo dan Michael (2002 :3)adalah :

“ kata ekspresi,pernyataan atau kombinasinya yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur yang berupa urutan langkah untuk menyelesaikan masalah yag diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemograman sehingga dapat dieksekusi oleh computer”

Dalam buku yang sama keduanya juga mendepinisikan bahasa pemograman dan pemograman terstruktur, masing-masing sebagai berikut:

“ Bahasa tersetruktur pemograman merupakan prosedur atau tata cara penulisan program pada bahasa pemograman, terdapat dua factor penting yaitu sintaks dan semantic. Sintak adalah aturan – aturan gramatikal yang menggambarkan cara penulisan kata. Semantik adalah aturan-aturan untuk menyatakan suatu arti.”

(28)

24

3. Analisa dan User Interface

3.1. Analisa Kebutuhan

3.1.1 Analisa Software

Dalam pembuatan aplikasi sistem pendukung keputusan pendeteksi kerusakan komputer pada Polteknik PGRI Banten, kebutuhan minimum perangkat lunak yang digunakan adalah

Microsoft Windows 10

Microsoft Microsoft Access 2010

Microsoft Visual Basic Versi 6.0

3.1.2 Analisa Pengguna

Analisa Kebutuhan dalam perancangan sistem pendukung keputusan pendeteksi kerusakan komputer pada Polteknik PGRI Banten akan digunakan oleh user/ pemakai yaitu admin, user dan Pimpinan.

3.2 Perancangan Sistem

Metode yang digunakan dalam analisis dan perancangan pada sistem pendukung keputusan pendeteksi kerusakan komputer pada Polteknik PGRI Banten dengan menggunakan flowchart. Berikut ini gambar flowchart login dan menu utama.

Gambar 3. Flowchart login

(29)

25

Gambar 4. Flowchart menu utama

(30)

26

dibuat

3.3 Database Desain

Perancangan database dari sistem pendukung keputusan pendeteksi kerusakan komputer pada Polteknik PGRI Banten menggunakan ERD (Entity Relationship Diagram). Perancangan database dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. ERD Sistem Keseluruhan

(31)

27 Username Password 3.4. Permodelan User Interface

3.4.1 Struktur tampilan

Gambar 5. Struktur Tampilan Sistem Keseluruhan

3.4.2 Form Login

Sebelum menggunakan aplikasi ini, User harus terlebih dahulu melakukan proses login untuk dapat melanjutkan ke halaman otoritasnya masing-masing.

Gambar 6. Form Login LOGIN

(32)

28

3.4.2 Rancangan Form Master Barang

Master Kode Barang

Input Kode :

Nama Barang :

Tambah Data Simpan Hapus Tutup

Gambar 7. Rancangan Form Master Barang

3.4.3 Rancangan Form Master Lantai

Master Kode Lantai Input Kode :

Nama Lantai : Jumlah Ruangan :

Tambah Data Simpan Hapus Tutup

Gambar 8. Rancangan Form Master Lantai

3.4.4 Rancangan Form Master Ruangan

Master Kode Ruangan Input Kode :

Nama Ruangan :

Tambah Data Simpan Hapus Tutup

Gambar 9. Rancangan Form Master Ruangan

(33)

29

3.4.5 Rancangan Form Master Lokasi

Master Kode Lokasi

Id lokasi :

Id Gedung : PILIH Id lantai : PILIH Id Ruangan : PILIH Nama PenJab

Tambah Data Simpan Hapus Tutup

Gambar 10. Rancangan Form Master Lokasi

3.4.6 Rancangan Form Master Transaksi

Transaksi Pendeteksian Kerusakan Komputer No Transaksi :

Tanggal :

Kode Barang : Nama barang :

Kerusakan :

Lokasi :

Tanggal Perbaikan :

Perbaikan :

Petugas :

Keterangan :

Tambah Data Simpan Hapus Tutup

Gambar 11. Rancangan Form Master Transaksi

(34)

30 3.4.7. Rancangan Form Cetak Laporan

Laporan Inventaris Ruangan

Refresh Cari Cetak

Gambar 12. Form Cetak Laporan

4. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uji coba perangkat lunak ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan Sistem Pendukung Keputusan pendeteksi kerusakan Komputer dapat mempermudah kinerja user dalam memberikan keputusan mengenai kerusakan komputer dan solusinya pada Politeknik PGRI Banten.

2. Dengan penggunaan aplikasi ini Politeknik PGRI Banten akan mengetahaui proses kerusakan komputer dan perbaikan apa yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan.

5. Daftar Pustaka

Adi Kurniadi. 2004. Pemrograman Microsoft Visual Basic 6. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Anwar, Dessy. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.

Jakarta.

D. Nofriansyah. 2014. Konsep Data Mining VS Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta : Deepublis.

Fathansyah. 1999. Basis Data. Bandung : Informatika.

Fowler, Martin. 2004. UML Distilled (3rd ed.). Yogyakarta : Andi.

I. Subakti. 2002. Sistem Pendukung Keputusan (Decision). Surabaya : Institut Teknologi Surabaya.

Jogiyanto, H. M. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi:

Pendekatan Terstruktur . Yogyakarta : Andi.

Kadir, Abdul. 2009. Dasar perancangan dan implementasi database relasional. Yogyakarta : Andi.

Kusrini. 2007. Strategi Perancangan dan Pengelolaan Basis Data.

PILIH

PILIH

(35)

31 Yogyakarta : Andi.

Nugroho, Adi. 2011. Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data. Yogyakarta : Andi

Oetomo, Budi, Sutedjo, Dharma. 2002. Perencanaan &

Pembangunan Sistem Informasi. Andi. Yogyakarta

Ramadhan, Arif. 2010. SQL Server 2000 dan Visual Basic 6. Jakarta : Elex Media Komputindo

R.A. Sukamto dan M. Shalahuddin. 2016. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung : Informatika.

Sparague, R. H. and Watson H. J. 1998. Decision Support Systems: Putting Theory Into Practice. Englewood Clifts, N. J., Prentice Hall.

Turban , Efraim & Aronson, Jay E. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems. 6th edition. Prentice Hall: Upper Saddle River, NJ.

T. Sutarbi. 2012. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta : CV Andi Offset.

(36)

32

Pendidikan Kitab Suci Al-Qur’an

(Studi Analisis Buku Anthology of World Scriptures Karya Robert E. Van Voorst)

Rafiudin

Program Studi Manajemen Informatika Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Al-Khairiyah Jalan H. Enggus Arja No. 1 Link. Citangkil Cilegon 42443

Email: averus.rafi@gmail.com

Abstrak

Pendidikan adalah salah satu sarana umat manusia dalam memahami diri dan lingkungannya. Semakin tinggi nilai sarana yang digunakan maka semakin tinggi kualitas pendidikan yang diperoleh manusia. Kitab suci Al- Qur’an memiliki otoritas tertinggi dalam pandangan umat Islam dibanding dengan kitab manapun yang ada di muka bumi. Maka pendidikan berbasis kitab suci Al-Qur’an melahirkan kualitas yang terbaik. Otoritas Al- Qur’an yang tertinggi dalam mengembangkan pendidikan terdapat pada beberapa simpulan yaitu Al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril kepada nabi Muhammad, sebagai wahyu banyak keajaiban yang terdapat dalam Al-Qur’an antara lain dikaitakan dengan keimanan dan keislaman seseorang juga bahasanya yang teramat mulia karena tidak ada satu makhlukpun yang bisa menandingi kesempurnaannya, konten Al-Qur’an yang dijadikan sebagai penyempurna segala kitab terdahulu dan kemudian menjadikannya sebagai kitab petunjuk yang paling terpercaya, dan Al-Qur’an memiliki nilai sebagai kitab suci yang mengandung isyarat kemajuan teknologi di segala bidang.

Kata Kunci: Otoritas, kitab Suci, Pendidikan Pendahuluan

Islam mengakui (confesses) bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (God’s prophet). Nabi Muhammad ditugaskan untuk mengajar dan menyebarkan jalan penyerahan dan ketaatan (the way of submission and obedience) kepada satu Tuhan (Voorst, 2008: 290). Tugas nabi tersebut adalah salah satu pilar pendidikan yaitu bagaimana seseorang mampu mentransfer apa yang diketahuinya kepada orang lain. Nabi Muhammad dalam menyebarluaskan ajaran Islam selalu didasari oleh sikap semata-mata menyampaikan kabar baik dan memberi peringatan (basyiran wa nadliran). Selaras dengan metode PAIKEM yang selama ini marak digembar-gemborkan oleh para pendidik yang concern meneliti perekembangan metode dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Kehadiran Islam di tengah- tengah masyarakat Arab pada saat itu diperkuat oleh kekhasan nabi Muhammad yang memiliki akhlak yang mulia, bahkan disebutkan bahwa akhlaknya Muhammad SAW adalah Al-Qur’an, sebuah kitab suci umat Islam. Al-Qur’an menjelaskan tentang akhlak hampir merata pada setiap surahnya (Voorst, 2008: 311).

(37)

33

Setiap agama memiliki beberapa hal yang disucikan, seperti tempat ibadah, orang-orang, dan juga kitab sucinya. Pandangan umum tentang kitab suci melahirkan sebuah pemikiran di banyak kalangan untuk membuat lebih spesifik pengertian kitab suci, syarat- syarat, dan indikator-indikatornya. Meskipun para penganut agama tertentu memandang suci kitab sucinya, namun secara garis besar penamaan kitab suci hanya layak diberikan kepada kitab suci agama tertentu.

Sakralitas menjadi pijakan utama para peneliti yang mendudukkan suatu tulisan dianggap suci dan juga yang tidak kalah penting adalah otoritas yang harus ada sebagai suatu kekhasan sebuah tulisan dianggap suci. Semakin besar para pengikut suatu agama mensakralkan dan tunduk kepada otoritas dari ajaran kitab suci, maka akan semakin besar pula pengaruh kesucian yang dimiliki sehingga membuat kitab suci tersebut menempati kedudukan tertinggi di antara kitab-kitab suci lainnya. Terlebih lagi jika sebuah kitab suci di dalam teksnya secara tegas menuliskan tentang kesuciannya dan juga memilih orang-orang seperti apa saja yang pantas menyentuhnya serta diperkirakan mendapat petunjuknya.

Al-Qur’an sebagai kitab suci dalam agama Islam memiliki kekhasan karena di dalam teksnya tertuang pernyataan bahwa kitab suci Al-Qur’an terjaga keasliannya karena Allah SWT sendiri yang menjaganya. Al-Qur’an menyaratkan orang-orang yang menyentuhnya berada dalam keadaan suci yang sebagian besar dimaknai harus dalam kondisi sudah berwudhu. Al- Qur’an juga dengan tegas mengatakan bahwa di dalam isinya tidak ada keraguan dan akan menjadi petunjuk untuk orang-orang yang bertaqwa. Begitu kuat sakralitas Al-Qur’an sehingga perlu kiranya diungkapkan hal-hal esensial yang ada dalam Al-Qur’an sebagai sarana pendidikan yang paling penting. Tulisan ini mencoba mengkaji Pendidikan Kitab Suci Al-Qur’an.

Pendidikan Kitab Suci dalam Agama Besar Dunia

Pendidikan berperan aktif dalam ranah agama, utamanya agama-agama besar di dunia dengan beragam kitab suci yang diyakini dan dijadikan otoritas tertinggi. Pendidikan kitab suci untuk umat beragama dinilai penting bagi para pemangku agama agar dapat menyelaraskan pandangan umum tentang ajaran agama yang sama-sama diyakini. Semakin tekun suatu umat beragama dalam mempelajari isi kandungan kitab sucinya, semakin besar kemungkinan keutuhan agama tersebut bertahan lebih lama dibandingkan dengan suatu umat yang sudah meninggalkan ajaran kitab sucinya bahkan butas sama sekali dengan kandungan kitab suci agama yang dipeluknya.

(38)

34

Agama-agama besar dunia telah mengungkapkan ajaran dan praktiknya secara tertulis. Seiring berjalannya waktu, beberapa tulisan ini mendapat sambutan unik, baik secara tradisinya dan bagaimana proses menjadi kitab sucinya. Sebagai kitab suci, kitab-kitab tersebut terus mempengaruhi tentu saja agamanya. Untuk membaca kitab suci dunia, setiap orang pasti akan dipertemukan dengan agama-agama dunia baik secara langsung maupun tidak (Voorst, 2008:

xix). Kitab suci agama-agama besar dunia dibentuk dan disusun berdasarkan kebijakan para pemangku agama yang dianggap mengerti dan memahami ajaran agama. Kitab suci ada yang murni diperoleh melalui wahyu dan ada pula yang sudah tercampur dengan pikiran sang pemangku agama baik redaksi maupun penafsirannnya.

Pemahaman holistik tentang kitab-kitab suci dunia akan memberikan wawasan keagamaan yang lebih toleran dan membentuk kepribadian yang lebih permisif dalam menyikapi keragaman kitab suci yang ada di seluruh penjuru dunia. Pendidikan kitab suci Al-Qur’an tentunya akan memberikan kontribusi tersendiri yang berdiri kokoh di antara kitab suci dunia yang selama ini terus dikaji dan diulas di ruang-ruang pendidikan kelas dunia. Al-Qur’an menempatkan posisi yang sangat strategis di kala ada pernyataan di dalam Al-Qur’an bahwa isi kandungan Al-Qur’an benar-benar terjaga orisinalitasnya.

Beberapa agama besar dunia yang memiliki kitab suci dan diakui bahwa teks-teks sucinya dinilai penting dan instruktif adalah Hinduisme, Buddhisme, Jainisme, Sikhisme, Konfusianisme, Taoisme, Shinto, Zoroastrianisme, Yudaisme, Kekristenan, Islam, dan empat gerakan keagamaan baru, yaitu Baha'i, Gereja Ilmu Pengetahuan Kristen, Gereja Yesus Kristus dari Latterday Orang Suci, dan Gereja Unifikasi (Voorst, 2008: xix).

Agama- agama besar tersebut masing-masing memiliki kekhasan, utamanya mengenai isi kitab sucinya masing-masing. Sebagian pemeluk agama sampai mendudukkan kitab suci mereka sebagai kitab suci yang hanya bisa dipahami oleh para pemimpin di kalangan mereka, sehingga kitab suci tersebut tidak pernah disentuh sekalipun oleh para pengikutnya.

Kesakralan dijaga sampai pada tataran penyampaian kitab sucinya. Dalam dunia pendidikan modern yang menonjolkan sisi keterbukaan akademis sekalipun tidak mampu menerobos tirai kesakralan yang ada dalam sebuah kitab suci dunia. Sementara Al-Qur’an menunjukan kesakralannya bukan dari sudut kegiatan belajar mengajar semata bahkan ketika menyentuhnyapun seseorang harus dalam keadaan suci (berwudhu). Otoritas yang dalam ruang lingkup pendidikan modern tidak dikenal sama sekali bahkan cenderung diabaikan.

Pendidikan dan Otoritas Kitab Suci Agama Dunia

Agama besar dunia baik yang muda maupun yang tua dinilai para ilmuan sangat berdampak pada budaya dan peradaban, utamanya dalam ruang lingkup pendidikan. Namun berkaitan dengan pembahasan kitab suci tidak semua agama besar tergolong tulisan-tulisan sucinya dianggap kitab suci. Seperti agama- agama kontemporer besar dari Afrika atau Amerika Utara atau agama kuno Mesir, Yunani, atau Amerika Tengah. Karena tulisan-tulisan suci di agama- agama besar tersebut masih sangat sedikit dan yang lebih penting adalah karena tulisan-tulisan sucinya tidak digunakan dalam praktik keagamaan dengan cara yang memenuhi syarat sebagai kitab suci.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

memperoleh data tentang variabel yakni kedisiplinan mengajar guru. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data tentang nilai hasil

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan adanya kerja keras, ketekunan, dan ketelitian, serta dorongan semangat dan bantuan dari semua pihak baik secara materiil

Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus kusta baik baru maupun lama, hasilnya adalah jumlah prevalensi kusta tahun 2019 di Kabupaten Blora 1/10.000 penduduk, artinya ada

[r]

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas 1 Kembaran.. Metode:

Dalam setahun terakhir (Agustus 2016–Agustus 2017), persentase penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetap meningkat cukup tinggi dari 16.28 persen

Keberanian pemimpin untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya, dengan adanya tindakan terhadap pelanggaran disiplin, sesuai

Dari jawaban-jawaban yang didapat melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa para informan kunci dalam penelitian ini tergolong kedalam tipe pemilih yang rasional