LAPORAN KINERJA PENYERAPAN
PINJAMAN, HIBAH DAN PROJECT BASED SUKUK
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Triwulan I tahun 2021
Daftar Isi
Daftar Isi ... 1
Executive Summary ... 3
Pemantauan dan Evaluasi ... 4
Pinjaman dan Hibah ... 4
Pemantauan ... 4
Evaluasi ... 4
Project Based Sukuk ... 5
Pemantauan ... 5
Evaluasi ... 6
Lingkup Pemantauan Proyek ... 7
Komposisi Nilai Outstanding Pinjaman Luar Negeri ... 7
Komposisi Nilai Outstanding Pinjaman Dalam Negeri ... 8
Komposisi Surat Berharga Negara ... 8
Pinjaman Luar Negeri... 10
Analisis Pinjaman Luar Negeri ... 10
Nilai Komitmen Pinjaman Luar Negeri Aktif Berdasarkan Negara/Lembaga Pemberi Pinjaman ... 11
Nilai Komitmen Pinjaman Luar Negeri Aktif Berdasarkan Kementerian/Lembaga ... 12
Belanja Kementerian/Lembaga dengan Sumber Dana Pinjaman Luar Negeri... 13
Proporsi Jumlah Kegiatan yang Dibiayai Melalui Pinjaman Luar Negeri per-Sektor ... 15
Pinjaman Dalam Negeri ... 16
Analisis Pinjaman Dalam Negeri ... 16
Nilai Komitmen Pinjaman Dalam Negeri Berdasarkan Lender... 16
Nilai Komitmen Pinjaman Dalam Negeri Berdasarkan Kementerian/Lembaga ... 17
Belanja Kementerian/Lembaga dengan Sumber Dana Pinjaman Dalam Negeri ... 18
Hibah Luar Negeri ... 19
Analisis Hibah ... 19
Nilai Komitmen Hibah Luar Negeri Berdasarkan Negara/Lembaga Donor ... 19
Nilai Komitmen Hibah Luar Negeri Berdasarkan Kementerian/Lembaga ... 20
Hibah Dalam Negeri ... 23
Nilai Komitmen Hibah Dalam Negeri Berdasarkan Lembaga Donor ... 23
Nilai komitmen HDN Berdasarkan Kementerian/Lembaga ... 24
Project Based Sukuk ... 26
Realisasi Project Financing Sukuk T.A 2013 – 2020 ... 26
(dalam miliar rupiah) ... 26
Realisasi Project Based Sukuk Triwulan I Tahun 2021 ... 28
Kinerja PBS Triwulan I Tahun 2021 ... 29
Permasalahan, Solusi, dan Mitigasi ... 31
Pinjaman ... 31
Kendala ... 31
Rekomendasi Solusi dan Mitigasi ... 31
Hibah ... 32
Kendala ... 32
Rekomendasi Solusi dan Mitigasi ... 32
Project Based Sukuk (PBS) ... 33
Kendala ... 33
Solusi dan Mitigasi ... 33
Capaian ... 34
Daftar Istilah ... 36
Executive Summary
Untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan yang dibiayai melalui Pinjaman, Hibah dan Project Based Sukuk (PBS), dilakukan pemantauan dan penyusunan laporan sesuai dengan Pasal 77 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, Pasal 26 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, serta Pasal 21 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.
Laporan ini ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai realisasi penyerapan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah/PBS selama satu triwulan berjalan, memberikan informasi mengenai status pelaksanaan kegiatan, mengidentifikasi permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan proyek/kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil pemantauan terhadap kinerja 238 kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman aktif (dalam negeri dan luar negeri) pada triwulan IV tahun 2020 dengan menggunakan formula perhitungan progress variant, pinjaman dengan status on and ahead schedule adalah sebanyak 81 kegiatan (34%), kategori behind schedule sebanyak 118 kegiatan (50%) dan kategori at-risk sebanyak 39 kegiatan (16%). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terdapat penurunan rasio kegiatan dengan status On/Ahead Schedule dari sebelumnya 41% menjadi 34%. Sedangkan pemantauan terhadap status kinerja pelaksanaan kegiatan yang dibiayai melalui hibah pada akhir triwulan ini yaitu: Kegiatan yang dibiayai melalui hibah dengan kategori on/ahead schedule adalah sebanyak 80%, kategori behind schedule sebanyak 8% dan kategori at-risk adalah sebanyak 12%. Sementara itu, nilai total realisasi PBS sampai dengan triwulan IV tahun 2020 adalah sebesar Rp21.188,5 miliar rupiah dari nilai total pagu DIPA sebesar 23.295,06 miliar rupiah atau sekitar 91%.
Beberapa kendala pada saat pelaksanaan kegiatan antara lain kesiapan pelaksanaan proyek, kendala dalam pembebasan lahan, keterlambatan proses pengadaan/lelang atas barang/jasa, kinerja kontraktor yang rendah, kondisi cuaca yang buruk dan pembatasan kegiatan dalam rangka PSBB pada beberapa kota/kabupaten menjadi faktor utama yang menyebabkan keterlambatan penyerapan pinjaman/hibah.
Pembelajaran yang dapat dipetik dari permasalahan ini ialah diperlukan penilaian kesiapan pelaksanaan proyek sedini mungkin baik dalam hal persiapan pelaksanaan (readiness criteria) maupun hal teknis seperti pembebasan lahan untuk mengurangi keterlambatan pelaksanaan proyek. Langkah terobosan dalam proses pengadaan/lelang misalnya dengan mempersiapkan tahap-tahap lelang/pengadaan sejak awal tahun anggaran dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan. Selain itu, pelaksanaan kegiatan ketika dimulai pelonggaran PSBB dapat mulai dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman/hibah/PBS dapat ditingkatkan dengan melakukan perbaikan terhadap pengelolaan pinjaman/hibah/PBS baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun penerapan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan.
Dengan demikian, pengelolaan pinjaman/hibah/PBS akan semakin baik dan hasilnya memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat.
Pemantauan dan Evaluasi
Pinjaman dan Hibah
Pemantauan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.08/2011, ruang lingkup pemantauan adalah:
a. Disbursement plan atas perjanjian Pinjaman dan/atau Hibah yang masih berstatus aktif dan perjanjian Pinjaman dan/atau Hibah baru dalam rangka memenuhi kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berjalan;
b. Pemenuhan condition precedents of effectiveness Pinjaman dan/atau Hibah termasuk persyaratan biaya Pinjaman dan realisasi pembayarannya;
c. Amandemen perjanjian Pinjaman dan/atau Hibah;
d. Restrukturisasi Pinjaman termasuk rescheduling, prepayment, debt swap dan skema restrukturisasi lainnya;
e. Rencana penarikan dana Pinjaman dan/atau Hibah yang dialokasikan dalam DIPA tahun berjalan;
f. Realisasi pencairan dana Pinjaman dan/atau Hibah yang ditunjukkan di dalam dokumen SP2D, WA, SP3, Nodis dan dokumen sejenis lainnya; dan
g. Realisasi pencairan dana dari pemberi Pinjaman dan/atau Hibah yang tercermin dalam NOD atau dokumen sejenis lainnya.
Sumber data yang digunakan dalam rangka pemantauan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Basis data Debt Management and Financial Analysis System (DMFAS);
b. Laporan triwulanan yang diterima dari K/L, Pemda, dan BUMN selaku Executing Agency;
c. Hasil rapat berkala dan ad hoc dengan K/L, Pemda dan BUMN selaku Executing Agency;
d. Dokumen atau sumber-sumber lain yang relevan.
Evaluasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.08/2011, pengujian konsistensi data perencanaan anggaran dan realisasi dilakukan sebagai berikut:
a. Membandingkan antara rencana penarikan dana dengan alokasi dana dalam DIPA;
b. Membandingkan antara alokasi Pinjaman dan/atau Hibah dalam DIPA dengan realisasi pencairan dana Pinjaman dan/atau Hibah berupa SP2D, WA, Nodis, dan SP3;
c. Membandingkan antara WA serta SP3 dari KPPN Khusus dengan realisasi NOD atau dokumen lain yang dipersamakan dari pemberi Pinjaman dan/atau Hibah; dan
d. Mengukur atau membandingkan antara capaian pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan dengan menggunakan teknik perhitungan PV.
Bagian
I
Progress Variant (PV) merupakan perbandingan antara persentase penarikan (disbursement ratio) dengan persentase waktu terpakai (elapsed time ratio).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Disbursement Ratio = Akumulasi Disbursement
X 100%
Nilai Pinjaman Elapsed Time Ratio = Elapsed Time
X 100%
Availability Period Progress Variant =
Disbursement Ratio Elapsed Time Ratio
Kategori evaluasi kegiatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
• Kategori PV (ada penarikan):
PV ≥ 1
(on and above schedule)
Realisasi penarikan Pinjaman dan/atau Hibah telah sesuai atau lebih cepat dari jadwal yang direncanakan
0,3 < PV < 1 (behind schedule)
Realisasi penarikan Pinjaman dan/atau Hibah lebih lambat dari jadwal yang direncanakan
PV ≤ 0,3 (at risk)
Realisasi penarikan Pinjaman dan/atau Hibah mengalami keterlambatan yang akut sehingga berisiko memunculkan biaya tambahan yang harus ditanggung APBN
Kategori PV (belum ada penarikan):
behind schedule ETR ≤ 70% dari Availability Period
at risk ETR > 70% dari Availability Period
Project Based Sukuk
Pemantauan
Berdasarkan PMK Nomor 120/PMK.08/2016, pemantauan Realisasi Penyerapan Dana dilakukan dengan:
1. Berdasarkan pada laporan hasil pemantauan dan evaluasi oleh Pemrakarsa Proyek.
2. Berpedoman pada Rencana Penarikan Dana (RPD).
3. Dilakukan dengan membandingkan antara RPD dengan realisasi penyerapan dana.
4. Melibatkan unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan/Bappenas apabila diperlukan.
Evaluasi
Evaluasi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. DJPPR menyusun hasil evaluasi penyerapan dana proyek.
2. Penyusunan hasil evaluasi menggunakan dokumen sumber paling sedikit berupa laporan pelaksanaan pekerjaan proyek yang disampaikan oleh satuan kerja pelaksana proyek pada Sistem Aplikasi Pengelolaan Kinerja Proyek SBSN.
Nilai Gap Anggaran merupakan persentase kesenjangan antara realisasi dengan rencana penarikan dana dan diukur menggunakan formula berikut:
Selisih Nilai Kinerja Anggaran = Nilai Target (%) – Nilai Realisasi Anggaran (%)
Nilai Gap Anggaran =
Selisih Nilai Kinerja Anggaran
X 100%
Nilai Target Kriteria nilai gap Anggaran adalah sebagai berikut:
Gap < 25%
(baik)
Realisasi penyerapan dana proyek telah sesuai atau lebih cepat dari jadwal yang direncanakan
25% ≤ Gap ≤ 75%
(kurang)
Realisasi penyerapan dana proyek lebih lambat dari jadwal yang direncanakan
Gap > 75%
(rendah)
Realisasi penyerapan dana proyek sangat lambat dari jadwal yang direncanakan
Lingkup Pemantauan Proyek
Ruang lingkup pemantauan proyek yang dilakukan adalah terhadap kegiatan yang dibiayai melalui Pinjaman, Hibah dan Project Based Sukuk yang masih berstatus active dengan batas waktu penarikan sampai dengan periode pelaporan. Komponen yang dilakukan pemantauan antara lain yaitu Nilai Komitmen dan Outstanding Utang. Nilai Komitmen yang diperoleh Pemerintah melalui menandatangani perjanjian Pinjaman dan Hibah dengan Lender/Donor adalah dalam rangka membiayai proyek untuk jangka waktu tertentu. Penarikan dana Pinjaman dan Hibah dilakukan berdasarkan progres pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak pengadaan barang dan jasa selama masa penarikan. Sedangkan Outstanding Utang pemerintah merupakan kewajiban pemerintah yang masih harus dibayar kepada Lender atas dana Pinjaman yang telah ditarik.
Komposisi Nilai Outstanding Pinjaman Luar Negeri
(dalam juta USD)
STATUS COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED REPAYMENT EXCH RATE
GAP OUTSTANDING
ACTIVE 529,075.30 285,640.82 243,434.48 13,942.37 8,056.24 279,754.69
ACTIVE on going*) 216,128.91 91,617.95 124,510.96 1,732.57 53.77 89,939.16
ACTIVE exceed DDL **) 62,950.82 54,879.26 8,071.56 11,326.41 5,143.19 48,696.05
Financing of Programs 174,391.63 139,143.60 35,248.03 883.40 2,859.28 141,119.49
Not Effective 75,603.94 - 75,603.94 - - -
FULLY DISBURSED 756,632.10 756,632.10 - 393,314.11 197,869.54 561,187.53
FULLY PAID 553,759.51 553,759.51 - 942,619.59 388,860.07 -
TOTAL 1,839,466.91 1,596,032.43 243,434.48 1,349,876.07 594,785.86 840,942.22
Bagian
II
*) Berstatus active dan efektif
**) Berstatus active, efektif dan closing date telah melewati periode pelaporan 31 Desember 2020
Komposisi Nilai Outstanding Pinjaman Dalam Negeri
(dalam miliar rupiah)
STATUS COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED REPAYMENT OUTSTANDING
ACTIVE 12,906.86 7,793.95 5,112.91 129.59 7,664.37
ACTIVE on going*) 5,787.61 3,050.92 2,736.68 69.86 2,981.06
ACTIVE exceed DDL**) 6,239.26 4,743.03 1,496.23 59.73 4,683.30
Not Effective 880.00 - 880.00 - -
FULLY DISBURSED 6,423.62 6,423.62 - 2,120.12 -
FULLY PAID 2,978.66 2,978.66 - 2,978.66 -
TOTAL 22,309.14 17,196.23 5,112.91 5,228.36 7,664.37
*) Berstatus active dan efektif
**) Berstatus active, efektif dan closing date telah melewati periode pelaporan 31 Desember 2020
Komposisi Surat Berharga Negara
Outstanding Surat Berharga Negara per-31 Desember 2020 adalah sebesar ekuivalen Rp.5.221,65 triliun, yang didominasi oleh penerbitan melalui Surat Utang Negara sebesar 81,4%, dan sisanya dalam bentuk Project Based Sukuk (7,1%) serta SBSN Non-PBS sebesar 11,5%.
(dalam triliun rupiah)
INSTRUMEN OUTSTANDING
Surat Utang Negara 4,250.16
Surat Berharga Syariah Negara 971.50
Project Based SUKUK (PBS) 370.71
SBSN Non PBS 600.79
Total 5,221.65
Pinjaman Luar Negeri
Analisis Pinjaman Luar Negeri
Pembiayaan melalui pinjaman semakin menurun seiring dengan meningkatnya instrumen Surat Berharga Negara sebagai sumber utama pembiayaan APBN. Pada dasarnya, prinsip utama utang yang berasal dari pinjaman baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri ialah tidak disertai ikatan politis dan tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara. Selain digunakan untuk pembiayaan defisit, pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga, mengelola portofolio utang dan dapat juga diteruspinjamkan/diterushibahkan kepada pemda/BUMN/ BUMD.
Bila dibandingkan dengan instrumen pembiayaan lainnya, pinjaman luar negeri terutama yang berasal dari official creditor (ODA/concessional) memiliki masa pinjaman (maturity) yang relatif lebih lama, tingkat bunga yang lebih rendah, dan tidak terbatas hanya untuk membiayai kegiatan/proyek tapi dapat juga digunakan untuk pembiayaan program. Akan tetapi, karena menggunakan valuta asing, pinjaman luar negeri memiliki risiko selisih nilai tukar.
Disamping itu proses penarikan pinjaman luar negeri pun harus mendapat persetujuan terlebih dulu dari lender.
Klasifikasi pinjaman luar negeri menurut international best practices dibagi berdasarkan lender category, creditor types, dan credit terms.
Klasifikasi menurut lender category dibagi menjadi official creditor dan private creditor. Creditor type mengklasifikasikan pinjaman luar negeri menjadi pinjaman dari creditor bilateral, multilateral, commercial bank, suppliers/company, dan bond holders. Sedangkan klasifikasi menurut credit terms membagi pinjaman luar negeri menjadi pinjaman lunak dan komersial (ODA/Non-ODA untuk bilateral, dan concessional/non-concessional untuk multilateral) serta pinjaman komersial (market/commercial terms).
Pinjaman luar negeri menggunakan mata uang asing sehingga sangat dipengaruhi oleh kurs valuta asing. Beberapa contoh valuta asing yang digunakan antara lain USD, EUR, Arab Currency Unit (ACU), JPY, dan KRW.
Lender Category Creditor Type Creditor Terms
Official Creditors
Bilateral ODA (lunak)
Non-ODA (komersial)
Multilateral Concessional (lunak)
Non-Concessional (komersial) Private Creditors Commercial Bank/Other-Financial Institution Commercial / Market Terms
Bagian
III
Suppliers / Companies / Non-Bank Bond Holders
Nilai Komitmen Pinjaman Luar Negeri Aktif Berdasarkan Negara/Lembaga Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman luar negeri aktif terbesar saat ini berasal dari Negara Jepang, International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan Asian Development Bank (ADB). Saat ini terdapat 21 negara/organisasi lender yang memberikan pinjaman luar negeri kepada pemerintah Indonesia dengan status aktif.
(dalam juta USD)
NO LENDER COUNTRY/
ORGANIZATION
AMOUNT
COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 JAPAN 7,228.55 2,481.34 4,747.21
2 I B R D 5,564.74 2,355.72 3,209.03
3 A D B 4,370.95 2,000.00 2,370.95
4 UNITED STATES OF AMERICA 2,230.65 24.60 2,206.05
5 GERMANY 1,870.58 838.45 1,032.14
6 AIIB 1,691.50 1,167.58 523.92
7 I D B 1,261.99 542.36 719.63
8 AUSTRALIA 1,145.47 1,145.47 -
9 FRANCE 1,111.64 460.18 651.46
10 CHINA 680.06 579.00 101.07
11 REPUBLIC OF KOREA 434.88 136.25 298.63
12 SINGAPORE 390.90 141.62 249.28
13 HONG KONG 321.23 103.97 217.26
14 I F A D 301.35 35.77 265.58
15 NETHERLANDS 205.14 187.04 18.10
16 SAUDI ARABIA 145.50 28.49 117.01
17 CZECHIA 130.47 122.96 7.52
18 NORWAY 101.66 92.05 9.61
19 AUSTRIA 85.12 17.55 67.58
20 SWITZERLAND 28.77 25.87 2.90
21 ITALY 28.26 13.48 14.79
TOTAL 29,329.43 12,499.72 16,829.71
Menggunakan nilai tukar per-31 Desember 2020
Nilai Komitmen Pinjaman Luar Negeri Aktif Berdasarkan Kementerian/Lembaga
Nilai Pinjaman Luar Negeri undisbursed (belum ditarik) adalah sebesar $16.829,7 juta yang tersebar pada 25 Kementerian Negara/Lembaga, dengan porsi terbesar berada pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Perhubungan.
(dalam juta USD)
NO KEMENTERIAN/LEMBAGA AMOUNT
COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT 7,801.64 2,568.15 5,233.49
2 KEMENTERIAN KEUANGAN 6,745.26 5,008.07 1,737.19
3 KEMENTERIAN PERTAHANAN 4,418.99 1,020.02 3,398.98
4 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 3,005.22 1,406.51 1,598.71
5 PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA 1,602.26 443.19 1,159.07
6 KEMENTERIAN KESEHATAN 911.72 474.30 437.42
7 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 757.70 336.04 421.66
8 PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR 697.50 187.28 510.22
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
9 KEMENTERIAN SOSIAL 600.00 383.40 216.60
10 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA 400.00 132.40 267.60
11 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 382.48 135.74 246.74
12 KEMENTERIAN AGAMA 305.56 8.30 297.26
13 KEMENTERIAN DALAM NEGERI 300.00 5.17 294.83
14 PT PERTAMINA 260.91 114.07 146.84
15 KEMENTERIAN PERTANIAN 220.29 21.13 199.16
16 KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN 200.00 35.96 164.04
17 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 160.00 0.69 159.31
18 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 156.38 13.84 142.54
19 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 90.00 1.50 88.50
20 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 74.76 68.08 6.69
21 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 68.45 54.30 14.16
22 BP KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN
BEBAS BATAM 52.78 39.36 13.42
23 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 47.38 34.75 12.63
24 KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI 36.61 3.69 32.93
25 KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 33.52 3.81 29.71
TOTAL 29,329.43 12,499.72 16,829.71
Menggunakan nilai tukar per-31 Desember 2020
Belanja Kementerian/Lembaga dengan Sumber Dana Pinjaman Luar Negeri
Realisasi belanja Kementerian Negara/Lembaga dengan menggunakan pembiayaan Pinjaman Luar Negeri tahun 2020 sampai dengan bulan Desember 2020 adalah sebesar Rp29.496,9 miliar atau 110,2% dari total pagu.
Persentase penyerapan tertinggi dilakukan oleh Kementerian Pertanian sebesar 458,7% dan BPKP sebesar 260,41%.
Realisasi Belanja Pinjaman Luar Negeri TA 2020 per-Kementerian Negara/Lembaga Per-31 Desember 2020
(dalam miliar Rupiah)
Nama Executing Agency Pagu 2020 Total Belanja %
(1) (2) (3) (4)=(3)/(2)
K/L 22,182.74 26,601.68 119.92
Badan Informasi Geospasial 91.12 - 0.00
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 274.28 83.84 30.57
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 7.30 19.01 260.41
BP Batam 188.88 132.75 70.28
Kementerian Agama 308.91 775.69 251.11
Kementerian Agraria dan Tata Ruang 667.12 416.69 62.46
Kementerian Dalam Negeri 108.79 - 0.00
Kementerian Desa, PDTT 107.90 39.03 36.17
Kementerian Kesehatan 232.98 312.59 134.17
Kementerian Ketenagakerjaan 90.19 52.30 57.99
Kementerian Pariwisata 17.50 - 0.00
Kementerian Pekerjaan Umum dan PERA 5,078.33 10,686.48 210.43
Kementerian Perhubungan 2,936.97 3,332.22 113.46
Kementerian Pertahanan 9,050.22 8,490.77 93.82
Kementerian Pertanian 96.72 443.64 458.70
Kementerian PPN/Bappenas 141.02 100.66 71.38
Kementerian Riset Teknologi dan Dikti 862.78 972.34 112.70
Kepolisian RI 1,801.68 661.07 36.69
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 120.05 82.60 68.80
On Granting 401.67 - 0.00
Kementerian Keuangan c.q. Dit. PTNDP 401.67 - 0.00
On Lending 4,182.06 2,895.26 0.00
Provinsi DKI 260.15 170.35 65.48
PT Pertamina 200.00 27.86 13.93
PT PLN 1,545.90 1,543.18 99.82
PT SMI 2,176.00 1,153.87 53.03
Grand Total 26,766.47 29,496.94 110.20
Nilai pagu merupakan pagu APBN/hasil Trilateral Meeting (TM), sedangkan nilai belanja diolah dari aplikasi OM- SPAN.
Realisasi belanja menggunakan sumber dana Pinjaman Luar Negeri pada triwulan II 2020 di dominasi oleh Belanja Modal (55,9%), Belanja Barang dan Jasa (2,55%) dan Pengeluaran Pembiayaan dalam rangka penerusan pinjaman kepada daerah dan BUMN (11,5%).
Untuk profil belanja dengan cara penarikan Rekening Khusus, porsi tertinggi digunakan untuk Belanja Barang dan Jasa sebesar 72,8% dan belanja modal 18,2%. Komponen terbesar belanja dengan cara penarikan ini adalah untuk adalah untuk Belanja Jasa Konsultan dan Belanja Barang untuk Bantuan Lainnya yang Memiliki Karakteristik Bantuan Pemerintah.
Sedangkan belanja dengan cara tarik Pembayaran Langsung dan L/C, sebagian besar digunakan untuk membiayai pengeluaran belanja modal yaitu sebesar 69,4 % dan Pengeluaran Pembiayaan (untuk penerusan pinjaman luar negeri kepda BUMN dan derah) sebesar 15,6,9%. Pada belanja Non Reksus ini, porsi belanja terbesar digunakan untuk belanja modal peralatan dan mesin.
Realisasi Belanja Pinjaman Luar Negeri TA 2020 per-Akun Per-31 Desember 2020
(dalam miliar Rupiah) Kode
Akun Nama Akun Rekening
Khusus
Pembayaran
Langsung dan L/C Total % 52 BELANJA BARANG DAN JASA 4,408.6 1,449.0 5,857.6 19.9%
53 BELANJA MODAL 2,406.6 16,026.3 18,432.9 62.5%
56 BELANJA HIBAH 1,246.0 1,032.8 2,278.8 7.7%
72 PENGELUARAN PEMBIAYAAN - 2,927.7 2,927.7 9.9%
TOTAL 8,061.1 21,435.8 29,496.9 100.0%
Proporsi Jumlah Kegiatan yang Dibiayai Melalui Pinjaman Luar Negeri per-Sektor
Pinjaman Luar Negeri sebagian besar digunakan ditujukan untuk membiayai kegiatan pada sektor
“Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib”, “Konstruksi”, “Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang”, “Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin” dan “Jasa Pendidikan”.
Pinjaman kegiatan pada sektor “Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib” sebagian besar (93%) digunakan untuk pembiayaan kegiatan dan program di Kementerian Pertahanan, Kementerian Keuangan dan Kepolisian RI. Sedangkan pada sektor konstruksi, pembiayaan digunakan untuk pembangunan infrastruktur (jalan, bendungan, pengendalian bencana dan sebagainya) oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pinjaman Dalam Negeri
Analisis Pinjaman Dalam Negeri
Pinjaman dalam negeri digunakan untuk kegiatan tertentu kementerian/lembaga dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur serta untuk membiayai kegiatan pemda/BUMN/BUMD dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum dan kegiatan investasi yang menghasilkan penerimaan.
Saat ini, pinjaman dalam negeri hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan, dan baru terbatas pada pengadaan Alutsista TNI dan Alut Polri. Selain itu, berbeda dengan pinjaman luar negeri yang bervariasi tingkat biaya pinjamannya (tergantung jenisnya), pinjaman dalam negeri bersifat komersial (pengenaan tingkat bunganya berdasarkan JIBOR) namun tanpa tambahan biaya lainnya seperti management/insurance/ commitment fee (included). Selain itu, karena menggunakan mata uang dalam negeri, pinjaman dalam negeri tidak terpengaruh oleh risiko selisih nilai tukar.
Sesuai dengan aturan perundangan, pinjaman dalam negeri bisa berasal dari Badan Usaha Milik Negara, Pemerintah Daerah dan Perusahaan Daerah. Sampai dengan tahun 2020, kreditur yang pernah memberikan pinjaman dalam negeri terdiri dari 6 BUMN/BUMD yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Jabar dan Banten, Bank DKI, serta Bank Jateng.
Nilai Komitmen Pinjaman Dalam Negeri Berdasarkan Lender
Pembiayaan kegiatan melalui Pinjaman Dalam Negeri aktif saat ini diperoleh dari PT Bank Mandiri dengan jumlah total komitmen pinjaman sebesar Rp6.667,6 miliar.
Bagian
IV
(dalam miliar rupiah)
NO LENDER
AMOUNT
COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 PT. BANK MANDIRI (PERSERO),Tbk 6,667.6 3,016.6 3,651.0
TOTAL 6,667.6 3,016.6 3,651.0
Nilai Komitmen Pinjaman Dalam Negeri Berdasarkan Kementerian/Lembaga
Nilai Pinjaman Dalam Negeri undisbursed (belum ditarik) adalah sebesar Rp4.716,91 miliar rupiah yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan pada Kementerian Pertahanan dan Kepolisian RI.
(dalam miliar rupiah)
NO KEMENTERIAN/LEMBAGA AMOUNT
KEMENTERIAN PERTAHANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
UNDISBURSED 3634.3472 16.6439
DISBURSEMENT 2788.8747 227.7409
- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000
COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 KEMENTERIAN PERTAHANAN 6,423.2 2,788.9 3,634.3
2 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 244.4 227.7 16.6
TOTAL 6,667.6 3,016.6 3,651.0
Belanja Kementerian/Lembaga dengan Sumber Dana Pinjaman Dalam Negeri
Total realisasi belanja Pinjaman Dalam Negeri (PDN) tahun 2020 sampai dengan triwulan IV adalah sebesar Rp2.741,47 miliar atau 92,18% dari total pagu. Pinjaman Dalam Negeri tersebut dilakukan untuk membiayai kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan dan Kepolisian RI.
(dalam miliar Rupiah)
Nama Executing Agency Pagu 2020 Total Belanja %
(1) (2) (3) (4)=(3)/(2)
K/L 2,974.13 2,741.47 92.18
Kementerian Pertahanan 2,469.15 2,309.35 93.53
Kepolisian RI 504.98 432.12 85.57
Hibah Luar Negeri
Analisis Hibah
Dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), penerimaan hibah merupakan salah satu komponen dalam pendapatan Negara. Menurut sumbernya, hibah dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Sementara menurut jenisnya, hibah dibedakan menjadi hibah terencana dan hibah langsung. Bentuk hibah dapat berupa uang tunai, uang untuk membiayai kegiatan, barang/jasa, serta surat berharga.
Hibah merupakan penerimaan yang tidak perlu dibayar kembali. Namun demikian, hibah yang diterima oleh pemerintah harus memenuhi kriteria antara lain tidak disertai ikatan politik dan tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan Negara. Hibah yang diterima juga harus dapat mendukung tugas dan fungsi kementerian/lembaga penerima hibah, atau dapat juga digunakan untuk mendukung penanggulangan bencana/keadaan darurat.
Nilai Komitmen Hibah Luar Negeri Berdasarkan Negara/Lembaga Donor
Pemberi Hibah terbesar dari luar negeri yang masih aktif saat ini adalah dari negara Australia dengan nilai hibah sebesar equivalen $1,077.9 juta dan Organisasi Internasional sebesar equivalent $733. juta.
AUSTRALIA INT. ORG. USA GERMANY JAPAN SWITZERL
AND I B R D A D B REPUBLIC
OF KOREA UK OTHERS
UNDISBURSED 628.10 412.80 353.30 176.50 180.80 133.10 74.30 40.40 50.40 47.90 99.20
DISBURSEMENT 449.80 320.80 133.70 28.80 13.70 - 48.40 10.60 0.40 - 12.20
- 200 400 600 800 1,000 1,200
Bagian
V
(dalam juta USD)
NO DONOR COUNTRY
AMOUNT
COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 AUSTRALIA 1,077.90 449.8 628.1
2 INTERNATIONAL ORGANIZATION 733.5 320.8 412.8
3 UNITED STATES OF AMERICA 487 133.7 353.3
4 GERMANY 205.3 28.8 176.5
5 JAPAN 194.5 13.7 180.8
6 SWITZERLAND 133.1 0 133.1
7 I B R D 122.7 48.4 74.3
8 A D B 51 10.6 40.4
9 REPUBLIC OF KOREA 50.7 0.4 50.4
10 UNITED KINGDOM OF GREAT BRITAIN & NORTHERN IRELAND 47.9 0 47.9
11 NEW ZEALAND 32.6 2.4 30.2
12 MULTI DONOR 24.9 1 23.9
13 CANADA 16.8 3.3 13.5
14 I F A D 15.9 3.7 12.2
15 DENMARK 9.5 0 9.5
16 CHINA 5.5 0.2 5.4
17 NETHERLANDS 4.4 1.2 3.3
18 I D B 0.5 0 0.5
19 SINGAPORE 0.4 0.1 0.3
20 INDONESIA 0.3 0.1 0.2
21 MOROCCO 0.2 0.2 0.1
22 FRANCE 0.1 0 0.1
23 TAIWAN, PROVINCE OF CHINA 0 0 0
24 UNITED ARAB EMIRATES 0 0 0
TOTAL 3,215.00 1,018.30 2,196.70
Nilai Komitmen Hibah Luar Negeri Berdasarkan Kementerian/Lembaga
Kementerian Negara/Lembaga yang paling banyak mendapat Hibah Luar Negeri adalah Kementerian
Kesehatan (eq $922.6 juta) dan Kementerian PPN/Bappenas (eq $847.8 juta).
(dalam juta USD)
N
O KEMENTERIAN/LEMBAGA AMOUNT
COMMITME NT
DISBURSEME NT
UNDISBURSE D
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 KEMENTERIAN KESEHATAN 922.6 294.7 628
2 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 847.8 280.9 566.9
3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 250.3 125.8 124.5
4 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA 225.8 133.4 92.4
5 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 150.9 41.2 109.7
6 KEMENTERIAN KEUANGAN 122.9 30.8 92.2
7 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 110.3 27.6 82.7
8 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 96.9 2.8 94.1
9 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 88.9 41.2 47.7
10 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 85 0.1 84.9
11 KEMENTERIAN PERTANIAN 77.9 26.3 51.5
12 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 76.2 1 75.2
13 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 60 9.4 50.6
14 KEMENTERIAN LUAR NEGERI 22.6 0.3 22.3
15 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 18.8 0 18.8
16 KEMENTERIAN DALAM NEGERI 6.8 0 6.8
17 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 5.8 0 5.8
18 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 5.2 0.3 5
19 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 5.1 0 5
20 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 4.8 0.1 4.7
21 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN 4 0 4
22 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 3.9 0 3.9
Kemenkes Bappenas Kemenpupera Kemensetneg KLHK Kemenkeu Kemenko-
Pereko KKP Kemendikbud Kemen ESDM UNDISBURSED 628.00 566.90 124.50 92.40 109.70 92.20 82.70 94.10 47.70 84.90 273.50 DISBURSEMENT 294.70 280.90 125.80 133.40 41.20 30.80 27.60 2.80 41.20 0.10 39.90
- 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
23 KEMENTERIAN SOSIAL 3.6 0 3.5
24 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 3.5 0.1 3.4
25 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 3.2 0.6 2.7
26 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 3.2 0 3.2
27 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN
KEBUDAYAAN 2.5 1.5 0.9
28 BADAN PUSAT STATISTIK 1.5 0 1.5
29 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 1.5 0.1 1.4
30 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA 1.3 0 1.3
31 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 0.8 0.1 0.7
32 MAHKAMAH AGUNG 0.5 0 0.5
33 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 0.4 0.1 0.3
34 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI 0.4 0 0.4
35 BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 0.1 0 0.1
TOTAL 3,215.00 1,018.40 2,196.60
Menggunakan nilai tukar per-31 Maret 2021
Hibah Dalam Negeri
Nilai Komitmen Hibah Dalam Negeri Berdasarkan Lembaga Donor
Kategori Pemberi hibah dalam negeri terbesar saat ini adalah Pemerintah Daerah (yang terdiri dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota) dengan nilai hibah mencapai Rp.106.102,8 miliar (99,8% dari total nilai hibah).
(dalam miliar rupiah)
NO Donor
AMOUNT
COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 PEMDA 106,102.80 8,423.50 97,679.30
2 CORPORATIONS 133.6 56.4 77.2
3 OTHER ORGANIZATIONS 20.2 0 20.1
4 INDIVIDUALS 13.6 0 13.6
PEMDA CORPORATIONS OTHER
ORGANIZATIONS INDIVIDUALS BUMN/BUMD BANK INDONESIA
UNDISBURSED 97,679.30 77.20 20.10 13.60 2.00 0.60
DISBURSEMENT 8,423.50 56.40 - - - -
- 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000
Miliar Rupiah
Bagian
VI
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
5 BUMN/BUMD 2 0 2
6 BANK INDONESIA 0.6 0 0.6
TOTAL 106,272.80 8,480.00 97,792.80
Nilai komitmen HDN Berdasarkan Kementerian/Lembaga
Nilai komitmen Hibah Dalam Negeri terbesar diterima oleh Komisi Pemilihan Umum, yang sebagian besar diterima dari Pemerintah Daerah dan digunakan untuk operasional penyelenggaraan pemilihan umum.
(dalam miliar rupiah)
NO KEMENTERIAN/LEMBAGA AMOUNT
COMMITMENT DISBURSEMENT UNDISBURSED
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
1 KOMISI PEMILIHAN UMUM 101,808.50 6,309.00 95,499.60 2 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 2,841.80 1,436.40 1,405.40 3 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1,019.70 567.30 452.40 4 KEMENTERIAN PERTAHANAN 234.30 59.30 175.00 5 KEMENTERIAN AGAMA 139.90 31.40 108.50 6 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 69.00 54.40 14.60 7 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 54.50 - 54.50 8 KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN 43.30 - 43.30 9 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 25.70 20.00 5.70
KPU Bawaslu Polri Kemenha
n Kemenag BNPB KPK Kemen
ATR/BPN
Kemenris
tek Kejagung LAINNYA UNDISBURSED 95,499.6 1,405.40 452.40 175.00 108.50 14.60 54.50 43.30 5.70 14.50 19.00 DISBURSEMENT 6,309.00 1,436.40 567.30 59.30 31.40 54.40 - - 20.00 - 2.30
- 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000
[1] [2] [3] [4] [5] = [3] - [4]
10 KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 14.5 0 14.5
11 MAHKAMAH AGUNG 5.4 0 5.4
12 KEMENTERIAN KEUANGAN 3.7 0 3.7
13 KEMENTERIAN KESEHATAN 3.6 2 1.6
14 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2 0 2
15 KEMENTERIAN DALAM NEGERI 1.8 0 1.8
16 BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1.4 0 1.4
17 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 1.4 0 1.4
18 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI 1.1 0.3 0.7
19 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 0.6 0 0.5
20 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 0.4 0 0.4
21 BADAN PUSAT STATISTIK 0.1 0 0.1
22 BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN
(BASARNAS) 0 0 0
TOTAL 106,272.80 8,480.10 97,792.50
Project Based Sukuk
Nilai Komitmen : Pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SUN dan SBSN/Sukuk) untuk menutup defisit APBN. Sebagian dari penerbitan SBSN/Sukuk digunakan untuk membiayai proyek (nilai komitmen) melalui mekanisme Rekening Khusus. Pengisian Rekening Khusus dilakukan sesuai Rencana Penarikan Dana (RPD) yang disampaikan oleh Pemrakarsa Proyek. Pembiayaan proyek ini bersifat tahunan.
Outstanding Utang : Atas penerbitan Surat Berharga Negara, Pemerintah mempunyai kewajiban untuk melunasi utang kepada investor pada saat jatuh tempo.
Lingkup Pemantauan : Pemantauan dilaksanakan terhadap pembiayaan:
1. Kontrak tahun jamak yang belum selesai s.d tahun 2020
2. Kontrak tahun tunggal tahun 2020 yang diperpanjang 90 hari kalender 3. Kontrak tahun tunggal dan tahun jamak tahun 2021
Realisasi Project Financing Sukuk T.A 2013 – 2020
(dalam miliar rupiah)
TAHUN KEMENTERIAN /LEMBAGA PAGU DIPA REALISASI %
2013 KEMENHUB 800 777.8 97.2
TOTAL 800 777.8 97.2
2014 KEMENHUB 1,371.00 960.49 70.11
KEMENAG 200 195.94 97.97
TOTAL 1,571.00 1,156.43 73.61
2015
KEMENHUB 2,924.50 1,010.81 34.56
KEMENAG 675.33 512.42 75.88
KEMEN PUPR 3,535.80 3,327.75 94.12
TOTAL 7,135.63 4,850.98 67.98
2016
KEMENHUB 4,983.00 2,458.83 49.34
KEMENAG 1,467.90 1,377.19 93.82
KEMEN PUPR 7,226.30 6,097.27 84.38
Bagian
VII
TOTAL 13,677.20 9,929.36 72.6
2017
KEMENHUB 9,750.76 8,098.69 83.06
KEMENAG 1,861.59 1,658.34 89.08
KEMEN PUPR 8,548.90 7,269.30 85.03
TOTAL 20,161.25 17,026.33 84.45
2018
KEMENHUB 8,377.57 5,900.00 70.43
KEMENAG 2,355.05 2,032.56 86.31
KEMEN LHK 51.40 51.05 99.33
KEMEN PUPR 13,715.71 11,487.28 83.75
KEMEN RISTEKDIKTI 314.63 295.92 94.05
LIPI 120 118.37 98.64
BSN 50.00 49.88 99.76
TOTAL 24,984.37 19,935.07 79.79
2019
KEMEN PUPR 19,920.40 15,925.04 79.94
KEMENHUB 9,652.87 6,723.22 69.65
KEMENAG 2,990.72 2,201.59 73.61
KEMEN RISTEKDIKTI 506.15 498.39 98.47
LIPI 240.00 222,54 92.72
KEMEN LHK 106.65 105,76 99.17
BSN 50.12 50.12 100
TOTAL 33,466.90 25,726.66 76.87
2020
KEMENHUB 9.727 8.908 91,58
KEMENDIKNAS 1.502 1.279 85,14
KEMENAG 3.513 3.180 90,51
KEMEN LHK 238 204 85,74
KEMEN PUPR 7.611 7.192 94,49
LIPI 509 301 59,11
LAPAN 125 56 44,86
BSN 70 70 99,34
TOTAL 23295,063 21188,46 90,96
Realisasi Project Based Sukuk Triwulan I Tahun 2021
(dalam miliar rupiah)
NO KEMENTERIAN/
LEMBAGA
PEMRAKARSA PROYEK
PAGU DIPA
NILAI
BLOKIR NILAI DIPA REALISASI SISA DIPA
[1] [2] [3] [4] [5] [6] = [5] -
[4] [7] [8] = [6] - [7]
1 BATAN BADAN TENAGA NUKLIR
NASIONAL
124
96
28
-
28
2 KEMENAG
DITJEN BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
201
-
201
4
197
DITJEN PENDIDIKAN ISLAM
2.868
-
2.868
148
2.720 DITJEN
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
504
-
504
18
486
3 KEMEN KLHK
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
40
-
40
-
40
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
26
-
26
4
22
DITJEN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
150
-
150
5
145
4 KEMEN PUPR DITJEN BINA MARGA
10.714
-
10.714
1.246
9.468 DITJEN SUMBER DAYA
AIR
4.260
-
4.260
835
3.425
5 KEMEN DIKBUD
DITJEN PENDIDIKAN TINGGI
1.065
81
984
60
924
DITJEN PENDIDIKAN VOKASI
664
-
664
32
632
6 KEMENHUB
DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
167
-
167
51
116
DITJEN PERHUBUNGAN LAUT
257
-
257
19
238
DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
1.330
-
1.330
68
1.262 DITJEN
PERKERETAAPIAN
4.120
-
4.120
342
3.778
7 KEMHAN
MARKAS BESAR TNI
40
-
40
8
32
MARKAS BESAR TNI AD
615
-
615
121
494
MARKAS BESAR TNI AL
120
-
120
12
108
MARKAS BESAR TNI AU
190
-
190
22
168
8 KEMENTAN
DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
19
-
19
-
19
9 POLRI KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
199
-
199
2
198
10 LIPI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
867
355
512
78
433
11 LAPAN
LAPAN
155
0
155
7
147
Grand Total
28.695
533
28.162
3.085
25.078
Kinerja PBS Triwulan I Tahun 2021
NO KEMENTERIAN/
LEMBAGA PEMRAKARSA PROYEK
KINERJA
JUMLAH SATKER BAIK KURANG RENDAH
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
[7]=[4]+[5]+[6]
1 BATAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 1 1
2 KEMENAG
DITJEN BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM 46 7 66 119
DITJEN PENDIDIKAN ISLAM 38 21 254 313
DITJEN PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH 13 6 38 57
3 KEMEN KLHK
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN
INOVASI 1 1 2
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA 1 1
DITJEN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN
EKOSISTEM 4 1 1 6
4 KEMEN PUPR
DITJEN BINA MARGA 34 21 17 72
DITJEN SUMBER DAYA AIR 32 12 3 47
5 KEMEN DIKBUD
DITJEN PENDIDIKAN TINGGI 9 6 15
DITJEN PENDIDIKAN VOKASI 13 13
6 KEMENHUB
DITJEN PERHUBUNGAN DARAT 4 4
DITJEN PERHUBUNGAN LAUT 6 2 8
DITJEN PERHUBUNGAN UDARA 9 1 10
DITJEN PERKERETAAPIAN 9 2 1 12
7 KEMHAN
MARKAS BESAR TNI 1 1
MARKAS BESAR TNI AD 14 14
MARKAS BESAR TNI AL 1 1
MARKAS BESAR TNI AU 1 1
8 KEMENTAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 1 1
9 POLRI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 18 2 7 27
10 LIPI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 3 3
11 LAPAN LAPAN 1 1 2
Grand Total 257 75 398 730
Permasalahan, Solusi, dan Mitigasi
Pinjaman
Kendala
Rendahnya penyerapan pinjaman disebabkan kendala yang terjadi baik pada saat tahap perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan proyek/kegiatan. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Permasalahan pada tahap perencanaan antara lain meliputi pemenuhan persyaratan dalam rangka pengefektifan pinjaman, kesiapan daerah pelaksana kegiatan, dan proses penyusunan dokumen anggaran (DIPA).
2. Permasalahan dalam tahap pelaksanaan meliputi proses lelang pengadaan yang cukup lama, kendala dalam proses perizinan oleh instansi terkait, pembebasan lahan, keterlambatan penyampaian kelengkapan pencairan tagihan, kendala non-teknis berupa cuaca, serta adanya tuntutan hukum/penyelesaian sengketa dengan masyarakat di pengadilan.
Rekomendasi Solusi dan Mitigasi
Untuk menghindari keterlambatan pencairan dana pinjaman karena kendala pemenuhan persyaratan efektif, verifikasi dan koordinasi tentang pre-project activities termasuk supervisinya harus dilakukan dengan cermat, pemantauan terhadap pemenuhan kriteria kesiapan kegiatan (readiness criteria) perlu dilakukan sedini mungkin sebagaimana telah diamanatkan oleh PP 10 Tahun 2011. Penilaian atas pemenuhan tersebut hendaknya diikuti verifikasi “on-paper” dan “on the field” dan terus menerus dilakukan supervisi sampai pinjaman dinyatakan efektif.
Perencanaan proyek dengan baik termasuk cost projection yang akurat dapat mengurangi risiko revisi DIPA.
Diseminasi informasi dan koordinasi yang efektif dengan unit yang terkait terutama berkenaan dengan aturan dan prosedur pengajuan ataupun perubahan anggaran dapat memperkecil kemungkinan terjadi masalah yang berujung dengan rendahnya penyerapan.
Permasalahan dalam proses pengadaan barang dan jasa memberikan efek terbesar bagi keterlambatan pelaksanaan dan juga penyerapan dana pinjaman. Hal ini dapat diminimalkan misalnya melalui upaya penyusunan procurement plan secara lebih cermat seraya mengidentifikasikan potensi permasalahan.
Pemahaman yang baik dan juga penerapan aturan pengadaan barang/jasa mutlak perlu untuk menghindari permasalahan pengadaan seperti proses tender ulang akibat kekurang lengkapan dokumen administrasi.
Penunjukan procurement officer yang bersertifikasi dapat juga diterapkan untuk mengurangi risiko keterlambatan di tahapan ini. Upaya terobosan seperti penunjukan panitia lelang sebagai bagian dari pemenuhan readiness criteria bisa dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan ini.
Permasalahan yang berkenaan dengan pencairan dana dapat dihindari salah satunya dengan peningkatan pemahaman akan mekanisme dan persyaratan pencairan yang ditetapkan oleh Lender. Upaya lain yang dapat ditempuh ialah rekonsiliasi secara rutin antara pelaksana kegiatan di daerah dengan pihak pengelola di pusat
Bagian
VIII
untuk mengumpulkan, mencocokkan dan melakukan verifikasi dokumen/bukti pengeluaran guna mempercepat proses penagihan kepada lender.
Untuk mengurangi keterlambatan penyerapan pinjaman, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memitigasinya antara lain:
1. Pemantauan terhadap pemenuhan kriteria kesiapan kegiatan sampai dengan efektif-nya pinjaman harus dilakukan sejak masa persiapan kegiatan, baik itu melalui kegiatan verifikasi “on paper” maupun verifikasi
“on the field” untuk menjamin kegiatan yang dibiayai pinjaman benar-benar telah siap dilaksanakan.
2. Penyusunan procurement plan dilakukan dengan cermat sekaligus mengidentifikasikan potensi permasalahan.
3. Penunjukan procurement officer yang bersertifikasi yang memahami peraturan pengadaan dengan baik untuk mengurangi risiko keterlambatan.
4. Penunjukan panitia lelang sebagai bagian dari pemenuhan kesiapan pelaksanaan kegiatan.
5. Peningkatan pemahaman akan mekanisme dan persyaratan pencairan yang ditetapkan oleh Lender dan kegiatan rekonsiliasi secara terpadu antara pengelola kegiatan di daerah dengan unit Kementerian/Lembaga pengelola kegiatan di pusat.
Hibah
Kendala
Penyebab rendahnya kinerja hibah, antara lain:
1. Hibah yang diterima Kementerian/Lembaga bersifat donor driven sehingga Kementerian/ Lembaga tidak dapat membuat perencanaan yang jelas dan tepat, baik itu mengenai rencana penarikan dana maupun realisasi penarikan atas hibah tersebut.
2. Kebijakan terkait pengelolaan hibah langsung. Hibah yang tidak direncanakan (off budget) atau hibah langsung diterima Kementerian/Lembaga pada saat tahun anggaran berjalan, realisasinya pun tidak dapat ditentukan dengan tepat karena tergantung dari pemberi hibah. Di sisi lain, semua hibah harus segera dilaporkan kepada Kementerian Keuangan cq. DJPPR. Hal ini menyebabkan nilai komitmen hibah meningkat namun realisasinya sangat rendah sehingga hibah langsung menjadi penyumbang mayoritas hibah yang berkategori at-risk.
Rekomendasi Solusi dan Mitigasi
Kementerian/Lembaga harus selektif dalam menerima hibah dari luar negeri. Penilaian tentang layak atau tidaknya suatu hibah diterima harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindari hibah yang tidak terlalu mendesak atau bahkan bersifat donor driven. Pada dasarnya hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat secara politis dan tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara. Oleh karena itu prinsip kehati-hatian dan selektif dalam menerima hibah harus dikedepankan.
Pembatasan lingkup pemantauan terhadap hibah yang direncanakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemantauan dan evaluasi terhadap pengelolaan hibah. Lingkup pemantauan terhadap pengelolaan hibah langsung terlalu luas karena rendahnya tingkat kendali pada Kementerian Keuangan sebagai administrator hibah, mengingat volume dan jumlah hibah langsung yang sangat banyak sehingga menyulitkan proses pemantauan.
Pembentukan suatu tim/panitia seleksi dalam rangka penerimaan hibah pada setiap Kementerian/Lembaga.
Tim kerja tersebut bertugas untuk menilai kebutuhan hibah pada unit kerja masing-masing serta studi
kelayakan atas hibah yang akan diterima oleh Kementerian/Lembaga terkait, sehingga Kementerian/Lembaga dapat menghindari menerima hibah yang tidak terlalu mendesak atau bahkan bersifat donor driven.
Project Based Sukuk (PBS)
Kendala
Hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan proyek dan berakibat pada rendahnya realisasi penyerapan dana PBS antara lain:
1. Pada tahap perencanaan terutama berupa lemahnya sisi perencanaan Kementerian/Lembaga pada saat penyusunan Rencana Penarikan Dana (RPD). Penyusunan RPD yang kurang akurat dapat berpengaruh pada saat evaluasi kinerja pelaksanaan proyek PBS karena kurang dapat menggambarkan kinerja Kementerian/ Lembaga yang sebenarnya.
2. Pada tahap pelaksanaan, kendala yang dihadapi umumnya terkait dengan pembebasan lahan, keterlambatan proses lelang pengadaan sehingga memengaruhi jadwal pelaksanaan fisik pekerjaan.
Kendala non-teknis berupa cuaca/iklim juga dapat menghambat kelancaran pelaksanaan pekerjaan fisik proyek.
Solusi dan Mitigasi
Kementerian/Lembaga pelaksana proyek PBS harus meningkatkan akurasi dan konsistensi dalam penyusunan RPD. RPD yang tidak akurat akan menyulitkan pengukuran kinerja PBS yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga, karena RPD merupakan alat evaluasi yang utama dalam mengukur kinerja pelaksanaan proyek PBS.
Kementerian/Lembaga pelaksana proyek harus melakukan koordinasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah terkait dengan penadaan /penggunaan lahan proyek, mempersiapkan proses lelang pengadaan sedini mungkin untuk mengantisipasi keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan proses lelang di awal tahun anggaran sehingga keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dapat diminimalkan.
Kementerian/Lembaga perlu meningkatkan koordinasi dengan kontraktor pelaksana proyek untuk mengurangi risiko keterlambatan pelaksanaan kontrak pekerjaan pembangunan fisik. Koordinasi terkait kelengkapan administrasi dalam rangka pengajuan tagihan oleh kontraktor pelaksana harus lebih ditingkatkan sehingga tidak menghambat realisasi penyerapan dana. Antisipasi terhadap kendala-kendala non-teknis seperti kendala iklim/cuaca maupun geografis juga perlu dilakukan sehingga tidak menghambat progres pekerjaan.
Peningkatan pemahaman Kementerian/Lembaga pelaksana proyek PBS mengenai penyusunan RPD sebagai alat evaluasi yang utama dalam mengukur kinerja pelaksanaan proyek PBS harus dilakukan seiring dengan persiapan proses lelang pengadaan sedini mungkin bahkan sejak awal tahun anggaran untuk mengantisipasi keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek.
Capaian
Western Indonesia National Roads Improvement Project (WINRIP) IBRD Loan 8043-ID
WINRIP merupakan proyek penanganan jaringan jalan nasional/arteri primer berbantuan pinjaman Bank Dunia, IBRD Loan 8043-ID, yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (sebagai Executing Agency), Loan Signing pada tanggal 14 Desember 2011 dan Effective tanggal 13 Maret 2012, dengan besaran pinjaman (loan) US $ 250 juta. Loan Clossing Date/LCD tanggal 31 Desember 2017.
Terkait dengan Komponen 4 – Contingent Emergency Response Component (CERC), kegiatan yang diusulkan akan dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah, meliputi Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi; daerah- daerah ini sangat terkena dampak gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada tanggal 28 September 2018.
Realisasi Penarikan sampai dengan periode 31 Maret 2021 adalah sebesar USD221,636.633,16 dengan rincian sebagai berikut :
Kegiatan utama yang akan dilaksanakan pada proyek WINRIP mencakup 4 komponen sebagai berikut : 1. Komponen 1:
Peningkatan jalan dan penambahan kapasitas (betterment and capacity expansion) jaringan jalan nasional sepanjang 715,6 km termasuk penggantian jembatan sepanjang 194 meter
2. Komponen 2:
Kegiatan pada komponen ini mendukung pelaksanaan (implementiation support) kegiatan konstruksi dengan a) penyediaan Core Team Consultant (CTC) untuk mendukung Project Management Unit (PMU) dalam mengelola pelaksanaan pinjaman proyek WINRIP dan peyediaan Design Supervision Consultant (DSC) untuk menyiapkan perencanaan teknis (detailed design engineering) dan pengawasan pelaksanaan konstruksi fisik proyek WINRIP, dan b) dukungan terhadap kegiatan manajemen dan audit teknis;
3. Komponen 3:
Pengembangan institusi sektor jalan (road sector institutional development) yaitu capacity building untuk Subdit Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan (Environment/Risk Mitigation and Road Safety Unit) terkait dengan penanganan dampak lingkungan pembangunan jalan dan jembatan program WINRIP dan pemetaan bencana (Mitigation Disaster Risk) pada wilayah cakupan program WINRIP;
No Register Nama Program Rasio Waktu Rasio Penyerapan
Nomor Loan Effective & Closing Date % Alokasi Penyerapan %
10842601
Western Indonesia
National Roads
Improvement Project
3/13/2012 6/30/2021
97 USD228,000,000.00 USD221,636,633.16
97
Bagian
IX
4. Komponen 4:
Contingent Emergency Response Component (CERC), kegiatan yang dimaksudkan penyediaan respon tindakan cepat terhadap kondisi bencana (jika diperlukan).
Untuk melaksanakan dan mencapai tujuan proyek tersebut di atas, diperlukan Manual Manajemen Proyek (Project Management Manual/PMM) sebagai pedoman dalam pelaksanaan WINRIP.
Tujuan WINRIP
Tujuan umum dari proyek WINRIP ini adalah sebagai berikut :
Meningkatkan efesiensi pemanfaatan fungsi jalan nasional di koridor pantai barat Sumatera dengan menurunkan biaya operasional kendaraan, melalui:
• Meningkatkan standar kondisi jalan.
• Menciptakan jalan yang berkesalamatan.
• Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi untuk publik.
• Pengembangan institusi
• Penyediaan penanganan pasca bencana (apabila ada).
Pada khususnya di 4 (empat) provinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung).
Selain tujuan diatas, juga diharapkan melalui proyek ini dapat ditingkatkan koordinasi penanganan dan pengelolaan proyek, khususnya dibidang jalan, baik di tingkat Pusat maupun Regional/Propinsi, melalui peningkatan kemampuan teknis instansi-instansi terkait.
Elemen-elemen Indikator Kinerja keluaran dari proyek WINRIP adalah sebagai berikut :
• Penurunan waktu tempuh rata-rata sekurang-kurangnya 20%.
• Biaya operasional kendaraan berkurang 5% untuk kendaraan ringan, 8% untuk bus dan 10% untuk kendaraan berat.
• Lalu-lintas Harian (LHR) bertumbuh seperti yang diharapkan/diproyeksikan.
Elemen-elemen indikator kinerja antara lain:
• Bertambahnya kilometer panjang jalan sesuai dengan yang direncanakan;
• Bertambahnya panjang meter jembatan yang sudah ditingkatkan;
• Pencapaian audit teknis yang sesuai spesifikasi;
• Pemenuhan audit keselamatan untuk semua paket konstruksi;
• Peningkatan kemampuan staff subdit teknik lingkungan dan keselamatan jalan sesuai dengan tupoksinya untuk WINRIP.
Daftar Istilah
Active Loan : Pinjaman yang telah ditandatangani dan telah dinyatakan efektif untuk melakukan penarikan dana (Disbursement) sampai berakhirnya masa laku pinjaman (Closing Date).
Closing Date : Tanggal yang ditentukan dalam loan agreement setelah mana lender melalui pemberitahuan kepada peminjam boleh menghentikan hak peminjam untuk menarik dana dari rekening pinjaman (loan account).
Commitment : Suatu kewajiban yang tegas/kuat untuk menyediakan resources dalam jumlah tertentu berdasarkan persyaratan keuangan tertentu.
Commitment Fee / Charge : Biaya yang dikenakan untuk tetap menyediakan saldo komitmen pinjaman yang belum ditarik.
Creditor Country : Negara didalam mana kreditur bertempat tinggal.
Date Effective : Tanggal ketika perjanjian pinjaman luar negeri dinyatakan berlaku efektif.
Date Effective Limit : Tanggal batas akhir pemenuhan persyaratan efektif suatu pinjaman luar negeri Date Signed : Tanggal penandatanganan perjanjian pinjaman dan hibah luar negeri.
Disbursement : Penarikan dana pinjaman oleh borrower sesuai kesepakatan yang tertuang dalam perjanjan pinjaman dan/hibah luar negeri.
Undisbursed : Jumlah dana pinjaman luar negeri yang belum ditarik oleh borrower.
Fully Disbursed : Seluruh jumlah pinjaman yang disepakati telah ditarik oleh borrower.
Fully Paid : Seluruh kewajiban pembayaran pokok pinjaman telah dipenuhi/dilunasi.
Pinjaman Dalam Negeri : Setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh pemerintah dari Pemberi Pinjaman Dalam Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara (non sekuritas) yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Pinjaman Luar Negeri : Setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Pinjaman Multilateral : Pinjaman luar negeri yang berasal dari lembaga multilateral seperti Bank Dunia, ADB, IDB, dan lainnya
Pinjaman Program : Pinjaman luar negeri dalam valuta asing yang dapat dirupiahkan dan digunakan untuk pembiayaan APBN
Pinjaman Proyek : Pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan tertentu.
Progress Variant : Indikator yang mencerminkan tingkat penyerapan dana pinjaman yang diukur dari perbandingan antara persentase penarikan pinjaman (disbursed) dengan persentase waktu yang tersedia.
Disbursement Ratio : Disingkat DR, adalah perbandingan antara realisasi penarikan Pinjaman dan dan/atau Hibah dengan komitmen nilai bersihnya.
Outstanding : kewajiban pemerintah yang masih harus dibayar kepada Lender.
Repayment : Pembayaran kembali kepada Lender atas dana Pinjaman yang telah ditarik Availability Period : Periode yang tersedia untuk penarikan Pinjaman dan/atau Hibah, yaitu
periode antara tanggal efektif Pinjaman dan/atau Hibah (effective date) sampai dengan tanggal penutupan Pinjaman dan/atau Hibah (closing date).
Elapse Time Ratio : Disingkat ETR, adalah perbandingan antara periode yang telah dilampaui mulai effective date dengan periode penarikan Pinjaman dan/atau Hibah (availability period).
DMFAS : Debt Management and Financial Analysis System, adalah perangkat lunak pengelolaan utang pemerintah yang dibangun oleh UNCTAD.
Hibah : Setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa maupun barang/jasa yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali.
Management Fee : Biaya yang dibebankan kepada borrower atas pengelolaan pinjaman yang biasanya dikenakan sekali pada saat penandatanganan loan agreement.
NoD : Notice of Disbursement merupakan dokumen bukti penarikan dana dari lender.
Withdrawal application : Permintaan penarikan dana yang diajukan oleh borrower/recipient kepada Pemberi Pinjaman.
Executing Agency : Disingkat EA, adalah Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Badan Usaha Milik Negara yang menjadi penanggung jawab secara keseluruhan atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah.
Disbursement Plan : Dokumen rencana penarikan dana Pinjaman dan/atau Hibah yang disusun berdasarkan rencana kerja kegiatan.
Condition Precedent of Effectiveness: Persyaratan-persyaratan yang disepakati oleh pemberi Pinjaman dan/atau Hibah dengan penerima Pinjaman dan/atau Hibah untuk menentukan berlaku efektifnya suatu Pinjaman dan/atau Hibah.
Surat Berharga Syariah Negara: Disingkat SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Pemrakarsa Proyek : KementerianNegara/Lembaga yang menyampaikan usulan Proyek.
Proyek : Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang merupakan bagian dari program yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga yang pembiayaannya bersumber dari penerbitan SBSN dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Rencana Penarikan Dana : Dokumen yang memuat proyeksi penarikan dana Proyek selama masa pelaksanaan Proyek yang disusun oleh Pemrakarsa Proyek.