BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun buruk dalam hubungannya dengan Allah SWT dan sesama makhluk. Akhlak merupakan gambaran jiwa yang tersembunyi dan timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak di buat-buat atau dipaksakan.
1Akhlak merupakan salah satu dari tiga keragka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan akidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki akidah dan syariah yang baik.
Akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia, menjadi standar nilai bagi suatu bangsa dan menjadi tolok ukur nilai pribadi bagi seseorang. Islam memandang akhlak itu sangat penting untuk mewujudkan kedamaian dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga
1Anawar Masy’ari, Akhlak Alquran, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2007), h.13
1
tercipta ketentraman, sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Ahzab ayat 21 Allah berfirman:
اًرٍِثَك َ هاللَّ َرَكَذَو َرِخَا َمْوٍَْلاَو َ هاللَّ وُجْرٌَ َىاَك ْيَوِل ٌتٌََسَح ٌةَوْسُأ ِ هاللَّ ِلوُسَر ًِف ْنُكَل َىاَك ْدَقَل بازحلاا ) :
٢١ )
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al- Ahzab: 21)
Disamping itu, Rasulullah SAW bersabda:
َنهلَسَو ٍََِْلَع ُاللَّ ىهلَص ِاللَّ ُلْوُسَر َلاَق َةَرٌَْرُُ ىِبَأ ْيَع ِ َ ْخَ ْلاا َمِراَكَه َنمِّوَ ُ ُ ْثِ ُب اَوهًِ :
( يراخبلا ٍاور )
Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW. Bersabda:
“Sesungguhnya aku hanya diutus utuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Bukhari)
2Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan pembentukan akhlak atau watak manusia dinyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
3Jadi di dalam UU Negara kita pun diatur mengenai akhlak, yaitu bagaimana cara membentuk akhlak manusia supaya kehidupan bangsa kita
2Imam Bukhari, Penterjemah Khalid Abri, Adabul Mufrad (no 273), (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1997), h. 120
3Redaksi Sinar Grafika, UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), h. 4
dapat dicerdaskan dan supaya dapat menjadi manusia yang berkahlak mulia dan bertakwa kepada Allah SWT.
Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu disaat bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan bangsa Indonesia sendiri. Praktik hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan merugikan orang kian tumbuh subur diwilayah yang tak berakhlak. Korupsi, kolusi, penodongan, perampokan, pelacuran, pornografi, pornoaksi, perjudian, pemerkosaan, peredaran dan pemakaian obat-obatan terlarang, perkelahian dan tawuran antar warga, pembunuhan, ketidakjujuran, berbagai tindak kekerasan perampasan hak-hak asasi manusia pada umumnya terlalu banyak yang dapat dilihat dan disaksikan. Cara mengatasinya bukan hanya dengan uang, ilimu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus dibarengi dengan penanganan di bidang mental spiritual dan akhlak mulia.
Melihat pentingnya akhlak dalam kehidupan umat manusia, maka tidaklah mengherankan jika program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah pembinaan akhlak. Akhlak harus ditanamkan kepada seluruh tingkatan masyarakat, dari tingkat atas sampai lapisan bawah, dari cendikiawan sampai masyarakat awam, dan pemimpin hingga rakyat jelata.
Akhlak merupakan suatu sifat yang penting bagi kehidupan manusia
yang akan terbawa dalam kepribadian seseorang, baik sebagai individu,
masyarakat, maupun sebagai bangsa. Oleh karena itu, sebagai manusia haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai akhlak yang baik.
4Pendidikan akhlak pada dasarnya sebagai inti dari semua pendidikan, karena hal ini mengarah pada terciptanya perilaku manusia yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak akan sempurna kalau ia menjadikan pendidikan akhlak sebagai dasarnya, karena pendidikan akhlak merupakan usaha untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an.
5Dalam menjalani kehidupan ini, Allah SWT telah memberikan pegangan dan tuntutan kepada setiap manusia agar nantinya dapat menjalankan kehidupannya dengan baik, serta tidak keluar dari tatanan koridor syari’ah yang telah ditentukan. Pegangan tersebut adalah kitab suci Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali pembahasan mengenai aturan kehidupan bagi manusia, sehingga dengan mempelajari Al-Qur’an diharapkan bisa menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia.
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat dan diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya, secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah terdapat dalam mushaf yang dimulai dari surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.
64Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Surabaya: Pustaka Islam, 1996), h. 11
5Ibid, h. 102
6Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1995), h. 20
Dengan memahami Al-Qur’an secara baik, diharapkan akan mampu menjalankan nilai-nilai Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu: aqidah (doktrin kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa), janji, ibadah, akhlak mulia serta cerita-cerita atau sejarah umat Islam sebelum Nabi Muhammad Saw dengan benar tanpa tercampuri hal-hal yang mendatangkan kemusyrikan dalam setiap pribadi muslim.
7Jika melihat realitas kehidupan kekinian, nampaknya manusia pada zaman sekarang memang mulai jauh dari nilai-nilai Al-Qur’an. Hal ini bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari, lemahnya pemahaman terhadap Al-Qur’an nyatanya telah membuat berbagai penyimpangan dalam kehidupan marak terjadi. Fenomena kemerosotan moral di negara yang mayoritas penduduknya muslim ini masih cukup jelas terlihat, indikator-indikator itu dapat diamati di dalam kehidupan sehari-hari seperti pergaulan bebas, tindak kriminal, kekerasan, kedengkian, korupsi, penipuan, serta prilaku-prilaku tidak terpuji lainnya, sehingga sifat-sifat terpuji seperti rendah hati, taqwa, toleransi, kejujuran, kesetiaan, kepedulian, saling bantu, kepekaan sosial, tenggang rasa, yang merupakan jati diri bangsa sejak berabad-abad lamanya seolah menjadi barang mahal.
Lebih memprihatinkan lagi, fenomena dekadensi moral saat ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga telah menjalar di kalangan pelajar dan para remaja. Masa remaja disebut-sebut sebagai masa dimana
7Syahminan, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h. 251
mereka mencoba mencari jati dirinya. Suatu tahap transisi menuju ke status orang dewasa memang mempunyai beberapa keuntungan. Tahap transisi menjadi remaja itu suatu masa yang lebih panjang untuk mengembangkan berbagai keterampilan serta untuk mempersiapkan masa depan. Tapi masa itu cenderung menimbulkan masa pertentangan (konflik) kebimbangan antara ketergantungan dan kemandirian.
Al-Qur’an pada prinsipnya merupakan pedoman dan pembimbing manusia menuju jalan kebenaran dalam kehidupannya. Salah satu kandungan al-Qur’an adalah kisah-kisah orang-orang terdahulu yang mengandung nilai- nilai kebaikan yang semestinya dapat diteladani, dan nilai-nilai keburukan yang semestinya dapat dijauhi dan dihindari. Kisah-kisah yang diceritakan dalam al-Qur’an tidaklah mungkin kosong dari nilai-nilai atau pesan-pesan yang akan bermanfaat bagi umat manusia dalam mengabdikan dirinya kapada Allah.
Adapun salah satu tujuan pengungkapan kisah dalam al-Qur’an
memberikan peringatan kepada manusia terhadap godaan setan, serta
permusuhan abadi antara setan dan manusia. Berkaitan dengan kisah Qabil
dan Habil merupakan kisah pertumpahan darah pertama di bumi. Sebelum
pembunuhan tersebut terjadi, hal tersebut berawal dari perselisihan antara
Qabil dan Habil dalam memperoleh pasangan dari saudaranya sendiri, dan
pada akhirnya menyebabkan terbunuhnya Habil.
Dari kisah tersebut penulis mendapatkan kesan bahwa selain menceritakan konflik yang terjadi antar Habil dan Qabil, kisah ini juga mengandung pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan akhlak, baik yang terpuji maupun tercela. Berdasarkan asumsi tersebut penulis tertarik untuk membahas kisah Qabil dan Habil serta mengungkapkan pesan-pesan akhlak yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti tentang, Pelajaran yang Terdapat dalam Kisah Habil dan Qabil dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 27-31.
B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana Pelajaran yang Terkandung dalam Al- Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 27-31?
2. Batasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membahas tentang pelajaran yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 27-31. Untuk itu penulis membatasi masalah ini tentang:
a. Taqwa
b. Dengki
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana pelajaran yang terkandung dalam Q.S. Al-Maidah: 27-31. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui keutamaan dari taqwa 2. Untuk mengetahui Akibat dari sifat dengki
Sedangkan manfaat penelitian ini dapat dibagi atas dua hal, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
1) Untuk menambah wawasan penulis tentang pelajaran yang terkandung dalam kisah Habil dan Qabil dalam Q.S. Al-Maidah: 27-31
2) Sebagai bahan acuan dunia pendidikan dalam pembinaan akhlak 3) Salah satu literatur di perpustakaan UIN Imam Bonjol Padang b. Manfaat Praktis
1) Untuk melengkapai persyaratan dalam rangka mencapai gelar sarjana (SI) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
2) Menjadi sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan di masa yang
akan datang, khususnya menambah wawasan di bidang pendidikan
akhlak.
D. Penjelasan Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan mengacu pada formulasi yang banyak disampaikan oleh para tokoh, sebagai berikut:
1. Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pengertian yang pertama mengacu kepada pendidikan pada umumnya, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat umum, dan pendidikan adalah pengaruh bimbingan dan arahan dari orang dewasa kepada orang lain, untuk menuju kearah kedewasaan, kemandirian, serta kematangan mentalnya. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia.
8Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan cara berpikir atau tingkah laku dengan cara
8Made Pidarta, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 2
pengajaran.
9Menurut Jalaludin pendidikan adalah sebagai proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih dan menanamkan nilai dan sadar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupya sebagai manusia yang sesuai dengan sifat hakiki dan ciri kemanusiaannya.
10Jadi pendidikan adalah proses pengubahan cara berpikir atau tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, jadi melalui pendidikan orang mengalami perubahan sikap dan tingkah laku, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tingkah laku dan proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan latihan.
2. Akhlak
Kata-kata akhlak berasal dari bahasa Arab jamak dari “khuluq” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata
“khalaqa” yang berarti menciptakan. Seakar juga dengan kata “khaliq”
(pencipta), makhluk (yang diciptakan/alam) dan “khalq” (penciptaan).
Dari akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian diciptakannya keterpaduan antara khaliq (Allah) dengan perilaku seseorang terhadap orang lain dengan lingkungannya baru
9Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 263
10 Jaluludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2009), h. 21
mengandung nilai-nilai akhlak yang hakiki bilamana tindakan atau perangai tersebut sesuai dengan kehendak Khaliq (Tuhan).
11Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
12Jadi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
E. Penelitian Relevan
Kajian terdahulu yang relevan bertujuan untuk melakukan survei secara sungguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui orang dalam bidang yang akan diteliti. Adapun beberapa studi yang peneliti temukan dan meneliti relevansi dengan permasalahan yang dikembangkan peneliti ini antara lain:
Juli Apriadi (410.098), Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am Ayat 151, IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2014, dengan fokus kajian yaitu, seperti apa Pendidikan Akhlak menurut Al-Qur’an
11Hasyimi, Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Padang: Puslit Press, 2012), h.4
12Asmaran, Pengantar studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 1-2