• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).

Pada proses perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional.

Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah bertambah sempurnanya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga organ tubuh. Perkembangan intelektual dapat ditunjukkan dari kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain. Sedangkan perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan anak (Aziz, 2006).

Perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak dalam kandungan dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap perkembangan, termasuk tahap usia sekolah. Pada tahap perkembangan ini anak lebih mampu menggunakan otot-otot motoriknya. Anak mampu untuk berfikir logis dan terarah anak mampu berhitung, anak mencari teman sebanyak–banyaknya serta peran guru sangat besar dalam sosialisasi anak (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan pembagian tahapan perkembangan anak, ada dua masa perkembangan pada anak usia sekolah, yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan pada usia 10-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir.

Setelah menjalani masa kanak-kanak akhir, anak akan memasuki masa remaja.

1

(2)

Pada usia sekolah, anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak- anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental, intelektual, sosial, dan emosial anak (Gustian, 2002).

Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Warna afektif disini dapat diartikan sebagai perasaan–perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, tidak senang dan sebagainya. Dalam proses belajar kemampuan orang tua sangatlah berpengaruh dalam mengendalikan emosi anak. (Syamsu, 2008).

Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses belajar, anak cenderung melakukan kesalahan. Melalui kesalahan yang dilakukan, anak akan lebih mengetahui tindakan-tindakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, patut atau tidak patut. Namun orang tua menyikapi proses belajar anak yang salah ini dengan kekerasan. Bagi orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum. Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah bagian dari mendisiplinkan anak (Lidya, 2008).

Di Cina, penelitian terhadap 325 sampel anak, menunjukkan bahwa perlakuan kasar dari ibu lebih mempengaruhi pengendalian emosi anak, sedangkan perlakuan kasar ayah lebih mempengaruhi agresivitas anak.

Perlakuan kasar ayah juga lebih mempengaruhi anak laki – laki dari pada anak perempuan (Lidya, 2008).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Diaz et al. (2002) dari 246

responden yang mengalami physical abuse, dan 140 mengalami sexual abuse,

dari penelitian ini berhasil mengungkap bahwa anak yang mengalami physical

abuse dan sexual abuse memiliki kecenderungan peningkatan penggunaan

alkohol dan obat saat remaja serta penurunan status kesehatannya. Penelitian

(3)

Kayama, et al. (2002), memaparkan bahwa anak yang diasuh orang tua tunggal dan berpenghasilan rendah lebih berisiko mendapat perlakuan salah secara fisik maupun sosial, sementara penelitian Saragih, S (2005), yang meneliti tentang kekerasan pada anak terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa anak yang mengalami kekerasan dalam keluarga menunjukkan terjadi penurunan dalam prestasi belajar di sekolah (Lidya, 2008).

Keluarga adalah lembaga yang pertama kali mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeksplorasi emosinya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar- dasar pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman pertama didapatkan oleh anak (Widhiarso, 2010).

Pemahaman emosi pada anak juga dipengaruhi bagaimana orang tua memperlakukan anak. Pada keluarga yang terlalu menekan atau membebaskan pengungkapan emosi anak, anak tidak mampu membedakan antara emosi sedih dan gembira. Pola menghukum yang disesuaikan pada suasana hati orang tua, dan bukannya pada berat-tidaknya kesalahan anak, membuat anak tidak mampu membedakan dan memahami emosinya (Widhiarso, 2010).

Hasil penelitian Rime dan Zech (2001), bahwa kepedulian dan penerimaan orang tua berpengaruh terhadap pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal pengungkapan emosi pada waktu anak-anak. Melalui penelitian ini, Rime dan Zech (2001) menemukan bahwa anak-anak dalam mengungkapkan emosinya sebanyak 35% dengan marah- marah, 24% merasa khawatir, dan 31% dengan gembira. Reaksi orang tua yang berupa penolakan atau penerimaan atas pengungkapan emosi tersebut merupakan landasan yang digunakan anak untuk menilai apakah pengungkapan emosi yang mereka lakukan adalah baik atau buruk (Widhiarso, 2010).

Begitu besar dampak kekerasan pada anak terhadap berbagai aspek

kehidupan anak sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak, baik yang

berdampak langsung pada kecacatan fisik, depresi akibat tekanan, gangguan

(4)

sosialisasi sampai pada kondisi terlambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan anak menjadi terlambat, bahkan tidak normal seperti anak seusianya. Seperti yang dinyatakan oleh Soetjiningsih (1999) yang menyatakan bahwa lingkungan pengasuhan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

Dari hasil survey yang peneliti lakukan di SD Negeri 01 Kedung Mundu menyatakan bahwa pada siswa kelas V mendapat perilaku kekerasan dari orang tuanya. Berdasarkan pengumpulan data awal di SD Negeri 01 Kedung Mundu dari hasil pengisian kuesioner pada anak kelas 5 dengan jumlah 44 orang, ada 4 orang anak yang tidak mengalami tindakan kekerasan oleh orang tuanya, sedangkan 40 orang anak pernah mengalami kekerasan dari orang tuanya yaitu diomeli orang tuanya dengan kata-kata kasar, dicubit karena memecahkan barang, dijewer karena mengganggu adiknya, disekap di kamar karena nakal, dipukuli karena membuat kesalahan, disiram dengan air karena terlambat bangun pagi, dijewer karena mengambil uang orang tuanya tanpa izin dan setiap mendapat nilai jelek orang tuanya menyetil telinga mereka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti ingin mengetahui : “apakah ada hubungan kekerasan orang tua pada anak dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas V di SD Negeri 01 Kedung Mundu Semarang?”

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan kekerasan orang tua pada anak dengan perkembangan emosi usia sekolah kelas V di SD Negeri 01 Kedung Mundu Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tentang kekerasan orang tua pada anak usia sekolah

kelas V di SD Negeri 01 Kedung Mundu Semarang.

(5)

b. Mendeskripsikan tentang perkembangan emosi anak usia sekolah kelas V di SD Negeri 01 Kedung Mundu Semarang.

c. Menganalisis hubungan kekerasan orang tua pada anak dengan perkembangan emosi usia sekolah kelas V di SD Negeri 01 Kedung Mundu Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Merangsang peneliti untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan mengadakan serta mengembangkan penelitian yang lebih luas dimasa yang akan datang.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Melalui penelitian ini diharapkan adanya suatu manfaat yang dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan anak.

3. Bagi Orang Tua

Diharapkan dapat memberi informasi kepada orang tua bahwa lingkungan keluarga sangat penting untuk perkembangan anaknya sehingga diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi anak dan dapat berkembang menjadi manusia yang baik, sehat jasmani dan rohani.

4. Bagi institusi

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pendidik tentang psikologi perkembangan anak sehingga pendidik dapat membimbing anak didiknya dalam upaya membantu perkembangan emosi pada anak yang mengalami tindakan kekerasan oleh orang tuanya.

E. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian yang di lakukan peneliti adalah di bidang Ilmu Keperawatan

Anak.

Referensi

Dokumen terkait

(4) Masyarakat Desa bersama Pemerintah Desa dalam penyusunan rencana aksi Desa pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didampingi oleh kementerian dan/atau

Petugas Kesehatan disarankan untuk mempertahankan mutu pelayanan yang ada dan selalu meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan

Guru Mata Pelajaran, dalam sistem ini guru mata pelajaran berhak melakukan isi data guru, isi data peserta didik, isi data KKM/KBM, isi pembobotan nilai, mengisi kompetensi

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriftif kualitatif. Menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 1)

Dengan SDM yang sangat terbatas (PNS dan PPNPN), kinerja BBTKLPP Jakarta dapat dicapai, namun demikian, dalam menghadapi tantangan kedepan dalam pelayanan

Menyediakan data, informasi, dan dokumentasi lingkungan hidup yang bermanfaat bagi para pengambil kebijakan (decision makers) pada semua tingkat dalam proses pengambilan keputusan

• Limfa adalah transudate dari darah yang mengandung protein yang sama dengan plasma, tetapi lebih sedikit.. • Limfa terutama

Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan agar mengadakan pengawasan dan penyuluhan tentang hygiene sanitasi di kantin lingkungan universitas sumatera utara sehingga