• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK ZA TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH SAWAH DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK ZA TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH SAWAH DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK ZA TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH SAWAH DAN PRODUKSI

BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI

OLEH :

ANDRIAU M SINAGA 140301204

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK ZA TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH SAWAH DAN PRODUKSI

BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI

OLEH :

ANDRIAU M SINAGA 140301204

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)
(4)

ABSTRAK

Pengaruh pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk ZA terhadap sifat kimia tanah sawah dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).

Tujuannya mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk ZA terhadap sifat kimia dan produksi bawang merah pada tanah sawah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April hingga Juni 2018 menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dan diulang sebanyak tiga kali. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang kambing tediri dari: 0, 2.5, 5, 7.5 ton/ha, dan faktor kedua adalah dosis pupuk ZA terdiri dari: 0, 200, 400, 600 kg/ha. Hasil penelitian menunjukan pemberian pupuk kandang kambing berpengaruh nyata terhadap peningkatan C-organik, KTK, SO4

2-

terlarut dan K-dd. Pemberian pupuk ZA berpengaruh nyata terhadap penurunan pH peningkatan SO4

2-

terlarut.

Kata Kunci : Pupuk Kandang, Pupuk ZA, Bawang Merah

(5)

ABSTRACT

The effect of giving goat manure and ZA fertilizer on the chemical properties of paddy soil and red onion production (Allium ascalonicum L.). The purpose was to determine the effect of goat manure and ZA fertilizer on the chemical properties and production of red onion on paddy fields. This research was conducted from April to June 2018 using factorial randomized block design (RBD) and repeated three times. The first factor is the dose of goat manure consisting of: 0, 2.5, 5, 7.5 tons / ha, and the second factor is the dose of ZA fertilizer consisting of: 0, 200, 400, 600 kg / ha. The results showed that the application of goat manure significantly affected the increase of C-organic, CEC, SO42-dissolved and K-dd. ZA fertilizer has a significant effect on pH reduction and SO42-dissolved increase.

Keywords: goat manure, ZA fertilizer, red onion

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk ZA Terhadap Sifat Kimia Tanah Sawah dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) ” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Posma Marbun, M.P., dan Ir. Alida Lubis, M.S. selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2018

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah ... 4

Lahan Sawah ... 4

Pupuk Kandang Kambing ... 6

Pupuk ZA ... 7

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Parameter Penelitian ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 14

Pembahasan ... 29 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Pengaruh Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Sifat Kimia Tanah Sawah

14

2 Rataan Nilai C- organik Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

15

3 Rataan Nilai pH H2O Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

17

4 Rataan Nilai KTK Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

19

5 Rataan Nilai N Total Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

21

6

Rataan Nilai SO

42-

Terlarut Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

22

7 Rataan Nilai K-dd Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

24

8 Rataan Bobot Basah Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing terhadap Bawang Merah di Tanah Sawah

26

9 Rataan Bobot Kering Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing terhadap Bawang Merah di Tanah Sawah

27

10

Rataan Jumlah Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing terhadap Bawang Merah di Tanah Sawah

28

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Grafik C- organik Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk Kandang Kambing

16

2 Grafik pH Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA

18

3 Grafik KTK Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk Kandang Kambing

20

4 Grafik SO42-

Terlarut Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA

23

5 Grafik SO42-

Terlarut Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk Kandang Kambing

23

6 Grafik K-dd Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk Kandang Kambing

25

7 Reaksi Kimia Ammonium Sulfat 30

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1 Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Brebes 43

2 Bagan Pengacakan dan Pengulangan 44

3 Denah Penanaman Dalam Petakan 45

4 Analisis Kandungan Pupuk Kandang Kambing 45

5 Analisis Contoh Tanah Awal 45

6 Rataan C- organik Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing

46

7 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap C- organik

46

8 Rataan pH H2O Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing

47

9 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap pH H2O

47

10 Rataan KTK Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing 48 11 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Terhadap Kapasitas Tukar Kation (KTK)

48

12 Rataan N Total Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing

49

13 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap N Total

49

14 Rataan SO4

2-Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing 50

15 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap SO42-

50

16 Rataan K-dd Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing 51 17 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Terhadap K-dd

51

18 Rataan Berat Basah Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing

52

(11)

19 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Berat Basah Umbi

52

20 Rataan Berat Kering Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing

53

21 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Berat Kering Umbi

53

22 Rataan Jumlah Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA Dan Pupuk Kandang Kambing

54

23 Sidik Ragam Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Jumlah Umbi

54

24 Hasil Panen Bawang Merah 55

25 Persiapan Lahan 59

26 Pengomposan Kotoran Kandang Kabing 59

27 Persiapan Bahan Tanam 59

28 Pemeliharaan 60

29 Pemanenan 60

30 Penjemuran Hasil Panen 61

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Khasiatnya antara lain sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotik, menurunkan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah (Novayana dkk, 2015 ).

Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) konsumsi tanaman bawang merah di Indonesia cenderung terus meningkat dari tahun 2014 – 2015. Pada tahun 2014 rata-rata konsumsinya 0.447 ons/Kap/minggu dan meninggkat pada tahun 2015 menjadi 0.520 ons/Kap/minggu (BPS, 2016).

Menurut Purba (2014), bawang merah di lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau, karena pada musim hujan biasanya lahan sawah dipergunakan untuk pertanaman padi. Waktu musim penghujan biasanya hasil budidaya bawang merah yang diperoleh petani rendah bahkan dapat mengalami gagal panen hal ini disebabkan oleh kurang optimalnya fotosintesis juga serangan hama seperti ulat sehingga petani mengalami kerugian.

Menurut Setiapermas dkk (2013), produktifitas bawang merah pada Kabupaten Brebes dapat mencapai 20 ton/ha di lahan sawah irigasi, dan 7.5 ton /ha di lahan sawah tadah hujan. Pada tahun 2015 luas lahan sawah yang dapat di tanami bawang merah di Sumatera Utara adalah sebesar 436.831 ha.

(Badan Pusat Statistik, 2016)

Penggenangan pada lahan sawah dapat merubah pH tanah, pH akan

menurun selama beberapa hari pertama disebabkan akumulasi dan juga oleh

terbentuknya asam organik, beberapa minggu kemudian pH akan meningkat lagi

(13)

yaitu sekitar 6,7–7,2. (Prasetyo dkk, 2004)

Unsur hara sulfur yang mempengaruhi ukuran umbi yang dihasilkan pada bawang merah, selain itu juga mempengaruhi aroma serta warna kulit umbinya (Halifah dkk. 2014). Kalium berperan penting sebagai katalisator dalam pengubahan protein menjadi asam amino, penyusun karbohidrat dan penting dalam proses pembentukan umbi (Nur dan Sumarwoto, 2010).

Bila sawah ingin digunakan untuk tanaman bawang merah maka pemberian pupuk organik maupun yang non-organik perlu diberikan, pemberian pupuk organik dapat berupa pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang kambing sedangkan pemberian pupuk non-organik dapat berupa pemberian pupuk ZA. Pupuk ZA (Ammonium Sulfat) merupakan pupuk yang mengandung 20 – 21% N dan 24% S (Jones, 1982).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Halifah dkk (2014), aplikasi pupuk ZA memberikan pengaruh nyata pada hasil tanaman bawang merah. Pemberian pupuk ZA 20 kg/ha menghasilkan bobot segar umbi panen sebesar 2144.83 , berat kering umbi panen sebesar 1678.70 dan berat kering total tanaman sebesar 1711.53 .

Penggunaan pupuk kandang kambing selain dapat menyumbang unsur

hara N, P, K bagi pertumbuhan dan produksi bawang merah, juga dapat

menyumbangkan unsur kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), mangan (Mn),

zink (Zn), cuprum (Cu), dan borium (B). Pupuk kandang kambing sebagai bahan

organik juga meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, kemampuan memegang air

tanah dan juga dapat meningkatkan aktivitas mikroba. Dengan meningkatnya

aktivitas mikroba akan mempercepat proses dekomposisi bahan organik tanah

sehingga unsur hara yang dikandung di dalam tanah dapat terlepas dan tersedia

(14)

bagi tanaman. (Boy, 2011)

Melihat hal – hal di atas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk ZA terhadap sifat kimia tanah sawah, dan produksi bawang merah.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk ZA terhadap sifat kimia tanah sawah dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.)

Hipotesis Penelitian

- Pemberian pupuk kandang kambing dapat memperbaiki sifat kimia tanah sawah dan meningkatkan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).

- Pemberian pupuk ZA dapat memperbaiki sifat kimia tanah sawah dan meningkatkan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).

- Interaksi antara pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk ZA dapat memperbaiki sifat kimia tanah sawah dan meningkatkan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.).

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi

bagi pihak - pihak yang membutuhkan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Bawang Merah

Bawang adalah tanaman yang termasuk dalam famili Liliaceae, salah satu tanaman sayuran terpenting dengan total produksi dunia sekitar 55 juta ton.

Bawang diketahui mengandung banyak fitokimia seperti karotenoid, copaenes, flavonoid, mineral, fenolat, fitoestrogen, terpenoid, vitamin, antosianin, dan asam amino (Kwak et al. 2017), di Indonesia bawang merah banyak di pakai sebagai ramuan untuk aneka masakan tradisional (Brotodjojo dan Dyah, 2017).

Menurut Napitupulu dan Winarto (2010) salah satu usaha dalam meningkatkan produksi bawang merah dengan pemupukan, dengan pemberian pupuk N dosis 250 kg/ha dan pupuk K dosis 100kg/ha dapat menghasilkan produksi 64.69 kg/rumpun bobot umbi kering.

Pada beberapa kondisi produksi bawang menjadi rendah karena ada banyak kendala untuk hasil panen benih tanaman. Diantaranya, kekurangan nutrisi tanah, kurang berkualitas benih dan penyakit merupakan masalah utama benih bawang merah produksi, kandungan bahan organik rendah, urutan tanam yang tidak tepat dan salah praktek manajemen (Mollah, et al. 2015).

Lahan Sawah

Lahan sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,

baik secara terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman

pangan atau horti. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi

merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah

pertanian dan sebagainya. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang

disawahkan, atau dari tanah-tanah yang dikeringkan melalui sistem drainase.

(16)

Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah irigasi sedang yang menerima

langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah surut sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno dkk. 2004).

Lahan sawah dikelola dengan cara khusus untuk budidaya tanaman padi, yaitu dengan penggenangan. Selama periode penggenangan, tanah mengalami reduksi dan berubah menjadi abu-abu gelap. (Ethan, 2015). Proses penggenangan dan pengeringan pada tanah sawah telah menyebabkan terjadi reduksi dan oksidasi atas oksida besi. Pada waktu digenangi air,

akan tereduksi menjadi

yang mudah terbawa air dan melepaskan yang akan meningkatkan pH tanah (Prasetyo dkk, 2004).

Lahan sawah memiliki sifat kimia yang unik yaitu pH yang stabil, hal ini disebabkan oleh penggenangan pada tanah mineral yang mana pada awal penggenangan pH akan turun kemudian akan naik lagi, penggenangan tanah masam sama saja dengan tindakan pengapuran sendiri yaitu menyebabkan tercapainya kisaran pH optimum (6.7 - 7.2) (Prasetyo dkk, 2004).

Selain itu lahan sawah juga punya sifat unik dari produksi beras dengan tanah yang biasanya tergenang dan masukan nitrogen yang tinggi, pelepasan dari tanah melalui denitrifikasi meningkat dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Sehingga pengelolaan lahan sawah secara organik salah satu nya dengan cara pemebrian pupuk cair/padat yang organik diperlukan karena memiliki potensi untuk mengurangi emisi , dan bila dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, management pertanian organik pada lahan sawah menghasilkan

lebih sedikit 23% (Rahmawati et al, 2015)

(17)

Menurut penelitian yang dilakukan Setiapermas dkk (2013), produktifitas bawang merah pada Kabupaten Brebes dapat mencapai 20 ton/hadi lahan sawah

irigasi, dan 7.5 ton /ha di lahan sawah tadah hujan Pupuk kandang Kambing

Nutrisi tanaman merupakan faktor kunci, yang menentukan pertumbuhan dan produksi bagi tanaman tanaman, oleh karena itu pemberian pupuk menjadi praktik yang umum di bidang pertanian. Makronutrien seperti N, P, dan K adalah hal yang sering diperlukan untuk nutrisi tanaman dalam proporsi yang besar dari pada mikronutrien. Padahal masing-masing macronutrient penting untuk semua tanaman. (Ranasinghe et al, 2016)

Pupuk kandang umumnya dianggap sebagai bahan eksresi yang cukup mengganggu karena aroma nya yang tidak sedap. Hal ini di sebabkan ketidak mampuan masyarakat dalam pengolahan pupuk kandang, sehingga pupuk kandang terbuang begitu saja dan menyebabkan aroma yang tidak sedap. Oleh karena itu dalam usaha pemanfaatanya pupuk kandang dapat digunakan sebagai pupuk yang memiliki nutrisi seperti N, P, K, Ca, Mg dan unsur lainnya untuk pertumbuhan tanaman. (Nwite, 2015).

Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk sudah cukup luasa di dunia

pertanian internasional, seperti penggunaan pupuk kandang dari hewan sebagai

pupuk organic. Penggunaan pupuk pupuk kandang sangat menguntungkan, karena

pupuk kandang memiliki kelebihan seperti pupuk organik bagus, sangat mudah di

dapat, dapat menurunkan pengeluaran petani untuk membeli pupuk anorganik,

dapat juga di pakai untuk mengontrol hama pada tanaman. (Andersson, 2015)

(18)

Pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman dan mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi (Hanum, dkk. 2016).

Prasetyo (2014) mengatakan bahwa pupuk kandang kambing secara ilmiah adalah bahan yang bagus untuk di olah menjadi pupuk organik yang memiliki kualitas yang baik, hal ini dapat dilihat juga bahwa pupuk kandang kambing mengandung Nitrogen 0,6%, Phospor 0,3%, dan Kalium 0,17%

Menurut Boy (2011) dengan pemberian pupuk kandang kambing sebanyak 5 ton/ha dapat menghasilkan bobot umbi basah 13 ton/ha.

Pupuk ZA

Pupuk merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian. Penggunaannya meningkat pesat setelah pencanangan program intensifikasi yang dimulai tahun 1969. Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang bersifat umum untuk semua wilayah Indonesia tanpa mempertimbangkan status hara tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara (Sofyan dkk. 2004).

Pupuk ZA (Ammonium Sulfat) merupakan pupuk yang mengandung 20 – 21% N dan 24% S. Pupuk ZA memiliki sifat yang masam, maka dianjurkan pengaplikasian dilakukan pada lahan dengan pH basa atau tinggi ( Jones, 1982)

Menurut Hermanto dkk. (2014) pemberian pupuk ZA merupakan pupuk

yang sangat penting bagi tanaman karena mengandung unsur S yang berfungsi

sebagai meningkatkan jumlah anakan pada tanaman. Selain itu menurut

Halifah dkk. (2014) pemberian pupuk ZA pada tanaman bawang merah

berpengaruh terhadap pembentukan umbi dan aroma umbi.

(19)

Ketersediaan sulfur bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelembaban, aerasi, suhu, dan pH tanah. Sulfur merupakan unsur esensial (penting) untuk seluruh tanaman budidaya karena dalam keadaan kekurangan unsur ini tanaman akan gagal tumbuh atau tidak dapat menyelesaikan daur hidup.

(Hermanto dkk .2014).

Pemberian pupuk ZA sebanyak 500 kg/ha menghasilkan bobot umbi segar sebesar 16 ton/ha, berat kering umbi panen sebesar 1.96 ton/ ,.

(Sumarni dan Achmad, 2005)

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan sawah Kecamatan Medan Selayang dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, dimulai dari bulan April 2018 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang varietas Bima, lahan sawah di Kecamatan Medan Selayang, pupuk kandang kambing dan pupuk ZA sebagai bahan untuk perlakukan, dan sejumlah bahan- bahan di laboratorium, EM 4 sebagai bahan untuk fermentasi pupuk kandang kambing, gula merah sebagai sumber makanan bagi mirkoorganisme.

Alat yang digunakan adalah cangkul digunakan untuk mengolah tanah dan membersihkan lahan penelitian, tali plastik digunakan sebagai pembatas setiap plot percobaan, meteran untuk mengukur luas lahan, timbangan analitik dan duduk untuk menimbang bahan pendukung penelitian, spidol/pensil sebagai alat tulis, kamera sebagai alat dokumentasi, tong sebagai wadah pengomposan dan sejumlah alat-alat di laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang diulang sebanyak tiga kali yang diuji seperti berikut :

Faktor I : Pupuk Kandang Kambing (K) K0 : 0 ton/ ha

K1 : 2,5 ton/ ha ( 0,36 kg/ plot)

K2 : 5,0 ton/ ha (0,72 kg/ plot)

K3 : 7,5 ton/ ha (1.08 kg/ plot)

(21)

Faktor II : Pupuk ZA (S) S0 : 0 kg / ha (0 g / plot) S1 : 200 kg/ ha (28.8 g / plot) S2 : 400 kg/ ha (57.6 g / plot) S3 : 600 kg/ ha (86.4 g / plot)

Sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan sebagai berikut :

K0S0 K0S1 K0S2 K0S3

K1S0 K1S1 K1S2 K1S3

K2S0 K2S1 K2S2 K2S3

K3S0 K3S1 K3S2 K3S3

Jumlah Ulangan : 3

Total petakan : 16 x 3 = 48 petakan Model linier Rancangan Acak Kelompok Faktorial :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + Ɛ ijk

Yijk : Hasil pengamatan untuk faktor pupuk kandang kambing taraf ke-i, faktor pupuk ZA taraf ke-j pada ulangan ke-k

µ : Rataan umum

ρi : Pengaruh Blok ke-i dari faktor perlakuan

αj : Pengaruh pupuk kandang kambing pada taraf ke-j βk : Pengaruh pupuk ZA pada taraf ke-k

(αβ) ijk : Interaksi antara pupuk kandang kambing pada taraf ke-i dan pupuk ZA pada taraf ke-j

Ɛ ijk : Galat percobaan untuk faktor pupuk kandang kambing taraf ke-j dan

pengaruh pupuk ZA taraf ke-k pada ulangan ke-i

(22)

Selanjutnya data di analisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter yang di ukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan

Pengolahan lahan dilakukan secara sempurna dengan cara membuat petakan ukuran 1.2 m x 1.2 m sejumlah 48 petakan, dengan parit yang cukup dalam guna mengantisipasi agar tanaman tidak terkena banjir saat dilakukannya penelitian,

Persiapan Bahan Tanam

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dipilih umbi, umbi yang digunakan adalah umbi dari hasil seleksi dimana besar atau bobot umbi relatif sama, tidak rusak akibat pasca panen. Lalu di potong bagian pucuk bawang dan di taburkan dengan fungisida berbahan aktif mankozeb dan dibiarkan selama satu malam sebelum tanam.

Analisis Awal

Sampel tanah diambil sebelum dan setelah inkubasi dengan perlakuan yang telah ditetapkan kemudian dikering udara dan diayak lalu dianalisi sesuai parameter. Pupuk kandang kambing yang telah di komposkan kemudian dianalisis pH, C-organik, N total, P tersedia, K-dd.

Pemberian Pupuk Dasar

Pupuk dasar yang diberikan meliputi pupuk TSP dengan dosis 28.8 g pada 1-2 hari sebelum tanam. Disebarkan pada barisan tanaman secara merata.

Penanaman

(23)

Bawang merah ditanam dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, dengan jumlah lubang tanam sebanyak 25 lubang.

Kemudian umbi dimasukkan ke lubang tanam.

Sebelumnya, umbi dipotong seperempat bagian lalu dikeringanginkan selama satu malam. Bagian ujung umbi yang terpotong ditutup tanah dengan tipis.

Penyiapan Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang kambing yang digunakan berasal dari kambing yang berasal dari kandang yang sama, dengan asumsi bahwa makanan kambing tersebut berasal dari jenis rumput yang sama pula, sehingga kandungan unsur yang didalamnya juga relatif sama. Setelah itu, pupuk kandang kambing yang ada di keringkan kemudian dikomposkan selama 3 minggu.

Proses Pengomposan

Proses pengomposan pupuk kandang kambing dilakukan dengan mencampur pupuk kandang kambing, EM 4, dan gula merah cair kedalam wadah tertutup. Setelah itu di aduk merata lalu ditutup dengan rapat dan tunggu sampai 3 minggu sampai aroma busuk dari pupuk kandang hilang, warna menjadi kecoklatan.

Pengaplikasian Perlakuan

Pengaplikasian pupuk kandang dilakukan 7 hari sebelum tanam sesuai dengan dosis pemupukan yang telah ditetapkan diawal, sedangkan pupuk ZA di lakukan 2-3 hari sebelum tanam dengan cara menebarkannya pada barisan tanaman secara merata.

Pemeliharaan

Pengendalian hama penyakit dilakukan terhadap tanaman yang terserang

hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida dan fungisida sesuai gejala

serangan yang ditemukan di lapangan. Penyiangan dilakukan secara manual

(24)

denganmembersihkan gulma pada setiap petakan. Penyiraman dilakukan secara rutin setiap pagi untuk menghilangkan embun pada daun.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan saat sebagian besar daun (70-80%) sudah berwarna kuning pucat biasanya pada umur 60-70 hari, atau 60% leher batang sudah lunak, tanaman rebah, dan daun menguning, dan sebagian umbi sudah terlihat di permukaan tanah.

Parameter Penelitian A. Sifat Kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah sawah dilakukan dua kali yaitu pada saat setelah pengaplikasian pupuk atau sebelum tanam dan juga setelah panen. Pengamatan yang dilakukan meliputi :

1. C – Organik (%) metode Walkley and Black 2. pH Metode Electrometry

3. KTK (me/100g) metode Amonium Asetat pH 7 4. N total (%) metode Kjeldahl

5. SO

42-

terlarut (ppm) metode Morgan Venema

6. K dapat dipertukarkan (me/ 100g) metode Amonium Asetat pH 7 B. Produksi Tanaman Bawang Merah

Pengamatan produksi tanaman bawang merah dilakukan pada saat panen.

Pengamatan yang dilakukan meliputi :

1. Rataan bobot umbi basah (gram)

2. Rataan bobot umbi kering (gram)

3. Jumlah umbi (buah)

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil analisis sidik ragam pengaruh aplikasi pupuk kandang kambing dan pupuk ZA pada bawang merah (Allium ascalonicum L.) serta interaksi pupuk kandang kambing dan pupuk ZA dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Pengaruh Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Sifat Kimia Tanah Sawah dan Produksi Bawang Merah.

Parameter Pupuk Kandang

Kambing

Pupuk ZA

Interaksi

C – Organik (%) ** tn tn

pH tn ** tn

KTK (me/100g) * tn tn

N total (%) tn tn tn

SO

42-

terlarut (ppm) ** * tn

K dapat dipertukarkan (me/ 100g) ** tn tn

Rataan bobot umbi basah (gram) tn tn tn

Rataan bobot umbi kering (gram) tn tn tn

Jumlah umbi (buah) tn tn tn

Keterangan : - tn : Tidak nyata

- * : Berpengaruh nyata

- ** : Berpengaruh sangat nyata

(26)

C- Organik

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan C – organik tanah, tetapi pupuk ZA dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan C – organik tanah. Berikut rataan nilai C – organik tanah.

Tabel 2.

Rataan Nilai C- organik Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Perlakuan

C – organik (%)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing

0 ton/ha (K0)

1.997 1.800 1.680 1.787 1.816 C

Pupuk kandang kambing 2.5 ton/ ha

(K1)

2.063 2.047 1.937 2.070 2.029 ABC

Pupuk kandang kambing 5.0 ton/ ha

(K2)

2.067 1.937 2.260 2.280 2.145 AB

Pupuk kandang kambing 7.5 ton/ ha

(K3)

2.083 2.350 2.387 2.157 2.244 A

Rataan 2.053 2.043 2.066 2.073 2.059

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 1%.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa kandungan C-organik tanah dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3 (7.5 ton/ha) yakni sebesar 2.228% dan terendah pada perlakuan K1 (2.5 ton/ha) yakni sebesar 1.816%. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan K0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1, tetapi sudah berbeda sangat nyata dengan perlauan K2 dan K3. Perlakuan K1 tidak berbeda nyata dengan K2 dan K3, demikian juga K2 tidak berbedanyata dengan K3.

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk

kandang kambing maka semakin meningkat pula kandungan C- organik

(27)

tanah, dimana peningkatannya secara linear positif dengan persamaan garis y = 0,056x + 1,8484 (R

2

= 0,9324).

Gambar 1. Grafik C- organik Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk Kandang Kambing

pH

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk ZA berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan pH tanah. Sementara pupuk kandang kambing dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan pH tanah. Berikut disajikan rataan nilai pH tanah.

Tabel 3. Rataan Nilai pH H2O Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Perlakuan

pH

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing

0 ton/ha (K0)

5,510 5,387 5,323 5,363 5,396

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

5,770 5,763 5,393 5,253 5,545

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

5,680 5,570 5,547 5,307 5,526

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

5,520 5,527 5,563 5,337 5,487

Rataan 5,620 A 5,562 AB 5,457 ABC 5,315 C 5,488

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 1%.

y = 0,056x + 1,8484 R² = 0,9647

1,600 1,700 1,800 1,900 2,000 2,100 2,200 2,300 2,400

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8

C- organik (%)

Pupuk Kandang Kambing (ton/ha)

(28)

Dari Tabel 3 diketahui bahwa nilai pH tanah dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk ZA pada perlakuan S0 yakni sebesar 5.620 (agak masam) dan terendah pada perlakuan S3 (600 kg/ha) yakni sebesar 5.315 (masam). Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan S0 berbeda sangat nyata dengan perlakuan S3 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S1 dan S2. Perlakuan S1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2 tetapi sudah berbeda sangat nyata dengan perlakuan S3. Perlakuan S2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3.

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk ZA maka semakin masam pula pH tanah, dimana penurunannya secara linear negatif dengan persamaan garis y = -0,0005x + 5,6413 (R

2

= 0,9676).

Gambar 2. Grafik

pH

Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA

y = -0,0005x + 5,6413 R² = 0,9676

5,250 5,300 5,350 5,400 5,450 5,500 5,550 5,600 5,650 5,700

0 100 200 300 400 500 600

pH H2O

Pupuk Kandang ZA (kg/ha)

(29)

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing berpengaruh nyata terhadap perbuhan KTK. Sementara itu pemberian pupuk ZA, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan KTK.

Berikut disajikan rataan nilai KTK tanah.

Tabel 4. Rataan Nilai KTK Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Perlakuan

KTK (me/100g)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing

0 ton/ha (K0)

25.39 25.26 28.69 25.96 26.33

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

26.31 28.28 29.75 26.81 27.79

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

26.89 32.24 32.25 28.57 29.99

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

35.31 30.52 27.65 29.42 30.73

Rataan 28.48 29.07 29.58 27.69 28.71

Dari Tabel 4 diketahui bahwa KTK tanah dengan rataan tertinggi akibat

pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3 (7.5 ton/ha) yakni sebesar

30.73 me/100g dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 26.33

me/100g. Kandungan N total tanah dengan rataan tertinggi akibat pemberian

pupuk ZA pada perlakuan S2 (400 ton/ha) yakni sebesar 29.58 me/100g dan

terendah pada perlakuan S3 (600 ton/ha) yakni sebesar 27.69 me/100g.

(30)

N total

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing berpengaruh nyata terhadap peningkatan N total. Sementara itu aplikasi pupuk ZA dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan N total.

Berikut disajikan rataan nilai N total tanah.

Tabel 5. Rataan Nilai N Total Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Perlakuan

N total (%)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing

0 ton/ha (K0)

0.603 0.607 0.587 0.637 0.608

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

0.617 0.610 0.637 0.643 0.627

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

0.583 0.610 0.670 0.653 0.629

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

0.633 0.633 0.627 0.637 0.633

Rataan 0.609 0.615 0.630 0.643 0.624

Dari Tabel 5 diketahui bahwa kandungan N total tanah dengan rataan

tertinggi akibat pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3

(7.5 ton/ha) yakni sebesar 0.633 % dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha)

yakni sebesar 0.608%. Kandungan N total tanah dengan rataan tertinggi akibat

pemberian pupuk ZA pada perlakuan S3 (600 kg/ha) yakni sebesar 0.633 % dan

terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 0.609%.

(31)

SO

42-

Terlarut

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing, dan pupuk ZA berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan SO

42-

terlarut.

Sementara itu interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan SO

42-

terlarut. Berikut disajikan rataan nilai SO

42-

terlarut.

Tabel 6. Rataan Nilai SO4

2- Terlarut Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Perlakuan

SO

42-

terlarut (ppm)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing

0 ton/ha (K0)

331.17 350.44 342.46 353.42 344.37 c

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

339.11 364.00 351.24 369.93 356.07 abc

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

341.80 349.40 377.93 377.88 361.75 ab

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

348.11 345.55 399.96 378.95 368.14 a Rataan 340.05 C 352.35 BC 367.90 AB 370.04 A 357.58

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 1% dan 5%.

Dari Tabel 6 diketahui bahwa SO

42-

terlarut dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3 (7.5 ton/ha) yakni sebesar 368.14 ppm dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 344.37 ppm. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan K0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K2 dan K3.

Perlakuan K1 tidak berbeda nyata dengan K2 dan K3, demikian juga K2 tidak berbedanyata dengan K3.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk

kandang kambing maka semakin meningkat pula SO

42-

terlarut, dimana

(32)

peningkatannya secara linear positif dengan persamaan garis y = 3,0797x + 346,03 (R

2

= 0,9696).

Gambar 4. Grafik

SO

42-

Terlarut

Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk Kandang Kambing

Dari Tabel 6 diketahui bahwa SO

42-

terlarut dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk ZA pada perlakuan S3 (600 kg/ha) yakni sebesar 370.04 ppm dan terendah pada perlakuan S0 (0 kg/ha) yakni sebesar 340.05 ppm. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan S0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S1 tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan S2 dan S3. Perlakuan S1 tidak berbeda nyata dengan S2 tetapi sudah berbeda sangat nyata dengan S3, demikian juga S2 tidak berbedanyata dengan S3.

Gambar 5. Grafik SO4

2- Terlarut Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA

y = 3,0797x + 346,03 R² = 0,9696

340,00 345,00 350,00 355,00 360,00 365,00 370,00 375,00

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8

SO42- terlarut (ppm)

Pupuk Kandang Kambing (ton/ha)

y = 0,0528x + 341,75 R² = 0,9336

335,00 340,00 345,00 350,00 355,00 360,00 365,00 370,00 375,00 380,00

0 100 200 300 400 500 600

SO42- terlarut (ppm)

Pupuk ZA (kg/ha)

(33)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk ZA maka semakin meningkat pula SO

42-

terlarut, dimana peningkatannya secara linear positif dengan persamaan garis y = 0,0528x + 341,75 (R

2

= 0,9336).

K dapat dipertukarkan (K-dd)

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing berpengaruh nyata, tetapi aplikasi pupuk ZA dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan K-dd. Berikut disajikan rataan nilai Kdd.

Tabel 7. Rataan Nilai K-dd Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing

Perlakuan

K-dd (me/100g)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing

0 ton/ha (K0)

0.42 0.43 0.45 0.42 0.43 C

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

0.47 0.69 0.44 0.70 0.58 C

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

1.05 1.13 1.02 0.67 0.97 AB

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

0.75 1.23 1.01 1.25 1.06 A

Rataan 0.67 0.87 0.73 0.76 0.76

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 6 diketahui bahwa kandungan K-dd dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3 (7.5 ton/ha) yakni sebesar 1.06 me/100g dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 0.43 me/100g. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan K0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1 tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan K2 dan K3.

Perlakuan K1 berbeda sangat nyata dengan K2 dan K3, demikian dengan

perlakuan K2 tidak berbedanyata dengan K3.

(34)

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya dosis pupuk kandang kambing maka semakin meningkat pula kandungan K-dd, dimana peningkatannya secara linear positif dengan persamaan garis y = 0,091x + 0,4172 (R

2

= 0,9417).

Gambar 6. Grafik

K-dd

Tanah Sawah yang Ditanami Bawang Merah Akibat Pemberian Pupuk Kandang Kambing

y = 0,091x + 0,4172 R² = 0,9417

0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8

K-dd (me/100g)

Pupuk Kandang Kambing (ton/ha)

(35)

Rataan Bobot Umbi Basah (gram)

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing, pupuk ZA, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot basah umbi. Berikut disajikan rataan bobot umbi basah.

Tabel 8. Rataan Bobot Basah Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Bawang Merah di Tanah Sawah

Perlakuan

Bobot Umbi Basah (gram)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing 0

ton/ha (K0)

36.927 36.600 39.440 39.373 38.085

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

38.900 37.840 39.373 36.473 38.147

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

39.540 40.347 37.573 35.487 38.237

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

35.713 39.020 37.173 41.373 38.320

Rataan 37.770 38.452 38.390 38.177 38.197

Dari Tabel 8 diketahui bahwa bobot basah umbi dengan rataan tertinggi

akibat pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3 (7.5 ton/ha) yakni

sebesar 38.320 gram dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar

38.085 gram. Bobot basah umbi dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk

ZA pada perlakuan S1 (200 kg/ha) yakni sebesar 38.452 gram dan terendah pada

perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 37.770 gram.

(36)

Rataan Bobot Umbi Kering (gram)

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing, pupuk ZA, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot kering umbi. Berikut disajikan rataan bobot umbi kering.

Tabel 9. Rataan Bobot Kering Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Bawang Merah di Tanah Sawah

Perlakuan

Bobot Umbi Kering (gram)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing 0

ton/ha (K0)

31.17 31.04 32.89 32.01 31.78

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

32.45 32.03 32.93 31.30 32.18

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

34.29 34.44 31.20 28.81 32.19

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

30.69 31.53 31.41 36.27 32.48

Rataan 32.15 32.26 32.11 32.10 32.15

Dari Tabel 8 diketahui bahwa bobot basah umbi dengan rataan tertinggi

akibat pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3

(7.5 ton/ha) yakni sebesar 32.48 gram dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha)

yakni sebesar 31.78 gram. Bobot basah umbi dengan rataan tertinggi akibat

pemberian pupuk ZA pada perlakuan S1 (200 kg/ha) yakni sebesar 32.26 gram

dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 32.15 gram

(37)

Jumlah Umbi (buah)

Dari hasil sidik ragam diketahui aplikasi pupuk kandang kambing, pupuk ZA, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah umbi. Berikut disajikan rataan jumlah umbi.

Tabel 10. Rataan Jumlah Umbi Akibat Pemberian Pupuk ZA dan Pupuk Kandang Kambing Terhadap Bawang Merah di Tanah Sawah

Perlakuan

Jumlah U

mbi

(buah)

Rataan

Pupuk ZA 0 Kg/ha

(S0)

Pupuk ZA 200 Kg/ha

(S1)

Pupuk ZA 400 Kg/ha

(S2)

Pupuk ZA 600 Kg/ha

(S3) Pupuk kandang kambing 0

ton/ha (K0)

8.13 7.93 8.60 8.00 8.17

Pupuk kandang kambing 2,5 ton/ ha

(K1)

7.80 8.97 8.73 7.67 8.29

Pupuk kandang kambing 5,0 ton/ ha

(K2)

8.33 8.27 8.20 9.27 8.52

Pupuk kandang kambing 7,5 ton/ ha

(K3)

8.30 7.53 8.67 9.90 8.60

Rataan 8.14 8.18 8.55 8.71 8.39

Dari Tabel 8 diketahui bahwa bobot basah umbi dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk kandang kambing pada perlakuan K3 (7.5 ton/ha) yakni sebesar 38.320 gram dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 38.085 gram. Bobot basah umbi dengan rataan tertinggi akibat pemberian pupuk ZA pada perlakuan S1 (200 kg/ha) yakni sebesar 38.452 gram dan terendah pada perlakuan K0 (0 ton/ha) yakni sebesar 37.770 gram.

Pembahasan C- Organik

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang kambing

dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah secara nyata, dimana C-organik

tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang kambing 7,5 ton/ha (K3) sebesar

2.244% dan yang terendah pada tanpa perlakuan aplikasi pupuk kandang kambing

(38)

(K0) sebesar 1.816%. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang kambing merupakan pupuk organik yang memiliki kandungan C-organik yang tinggi yaitu 11.86% sehingga dapat meingkatkan kandungan C-organik pada tanah sawah. Hal ini sesuai dengan literatur Brady (1990) yang menyatakan bahwa beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik dengan melakukan pengembalian sisa sisa panen, pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk hijau.

Dari Gambar 1 dapat dilihat pemberian pupuk kandang kambing berbanding lurus dengan peningkatan C organik tanah di setiap taraf aplikasi, hal ini disebabkan semakin banyak pemberian pupuk kandang kambing yang merupakan sumber karbon semakin banyak jumlah karbon yang dapat dimasukan ke dalam tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian Utami dan Handayani (2003) yang menyatakan pemberian bahan organik nyata meningkatkan kandungan C organik tanah, dimana karbon merupakan komponen besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik juga dapat meningkatkan jumlah karbon dalam tanah. Dimana pada penelitian ini pemberian pupuk kandang kambing sebanyak 7.5 ton/ha meningkatkan C organik dari 1.997% menjadi 2.244% .

pH

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk ZA meningkatkan

kemasaman tanah secara sangat nyata, dimana pH tertinggi terdapat pada tanpa

perlakuan pupuk ZA (S0) sebesar 5.620 dan terendah pada perlakuan pupuk ZA

600 kg/ha (S3) sebesar 5.315. hal ini disebabkan oleh sifat kimia pupuk ZA yang

masam yang juga berdampak pada penurunan pH tanah. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Jones (1982) yang menyatakan bahwa pupuk ZA (Ammonium Sulfat)

merupakan pupuk yang mengadung 20-21% N dan 24% S , dan memiliki sifat

yang masam.

(39)

Dapat dilihat dari Tabel 2 bahwa terjadi penurunan pH akibat penambahan dosis pupuk ZA, hal ini di sebabkan oleh reaksi kimia yang terjadi akibat pemberian pupuk ZA dalam yang dapat melepaskan ion yang merupakan sumber kemasaman tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fageria et.al (2010) yang mengatakan penurunan pH tanah secara linier terjadi akibat meningkatkannya pemberian N oleh amonium sulfat. adapun reaksi yang terjadi seperti pada gambar di bawah.

Gambar 7. Reaksi Kimia Ammonium Sulfat Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang kambing dapat meningkatkan KTK tanah sawah secara nyata, dimana KTK tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang kambing 7.5 kg/ha yaitu sebesar 30.73 me/100g. hal ini di sebabkan adanya proses dekomposisi dari bahan organik yang menghasilakan senyawa humik yang dapat meningkatkan KTK tanah. Hal ini sesuai dengan penelitian Bakri, dkk (2016) yang menyatakan adanya dekomposisi bahan organik yang dapat menghasilkan humus yang kemudian dapat meningkatkan KTK. Hal yang sama juga di katakan oleh Thompson (1957) yang menyatakan dekomosisi bahan organik pada tanah akan terjadi peningkatan pada

gugus karboksil

(R-CHOOH) dimana fitur ini sangat penting dalam tanah karena hidrogen dari

gugus karboksil dapat ditukar dengan kation lain, sehingga memberikan materi

organik tanah yang meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK).

(40)

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan KTK akibat pemberian pupuk kandang kambing, dimana KTK terendah pada tanpa perlakuan pupuk kandang kambing (K0) sebesar 26.33 me/100g dan terus meingkat hingga perlakuan pupuk kandang kambing 7.5 ton/ha (K3) sebesar 30.73 me/100g. hal ini diakibatkan oleh terdekomposisinya bahan organik yang di berikan sehingga mengasilkan senyawa hukim yang berfungsi untuk meningkatkan kapasitas tukar kation, hal ini sesuai dengan pernyataan Mukhlis, dkk (2017) yang menyatakan komponen organik dalam tanah memiliki salah satu fungsi yaitu fungsi fisik dan fisio-kimia yaitu bahan organik akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aerasi, retensi air, dan meningkatkan kapasitas tukar kation

N- Total

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa aplikasi pupuk kandang kambing dan pupuk ZA tidak memberikan pengaruh nyata, baik aplikasi tunggal maupun interaksi keduanya, hal ini desebabkan adanya beberapa proses dalam tanah yang menyebabkan unsur N yang di berikan dapat hilang seperti proses denitrifikasi, dan pencucian akibat hujan, hal ini sesuai dengan pernyataan Rasti, dkk (2004) Nitrogen pada tanah sawah dapat hilang melalui proses volatilisasi amonis ( ), denitrifikasi, imobilisasi N oleh jasad mikro dan pencucuian

Dari Tabel 4 dapat dilihat pemberiaan pupuk kandang kambing dan pupuk ZA berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan N- total tanah. Peningkatan jumlah N-total dengan aplikasi pupuk kandang kambing yaitu sebesar 0.005- 0.029%, dimana N total tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang kambing 7,5 ton/ha (K3) dengan rataan sebesar 0.633%, dan rataan terendah pada perlakuan tanpa pupuk kandang kambing (K0) dengan rataan sebesar 0.608%.

Peningkatan jumlah N-total dengan aplikasi pupuk ZA saja yaitu sebesar 0.005-

(41)

0.039%, dimana perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk ZA 600 kg/ha (S3) dengan rataan sebesar 0.643%, dan rataan terendah pada perlakuan tanpa pupuk ZA (S0) dengan rataan sebesar 0.609%.

SO

42-

Terlarut

Dari Tabel 5 dapat dilihat pemberian pupuk ZA dapat meningkatkan kandungan kandungan SO

42-

terlarut secara sangat nyata, hal ini disebakan karena terjadi reaksi kimia dalam tanah yang memecah ammonium suflat menjadi amonium dan sulfat, hal ini sesuai dengan pernyataan Fageria et.al (2010) yang menyatakan aplikasi ammonia sulfat dapat meningkatkan jumlah suflat pada tanah yang didapat dari terbentuk unsur

dalam tanah, yang dapat di lihat pada Gambar 7.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk ZA dapat meningkatkan kandungan SO

42-

terlarut pada tanah sawah bila dibandingakn dengan kontrol dimana SO

42-

terlarut tertinggi terdapat pada pemberian pupuk ZA 600 kg/ha sebesar 370.04 ppm,

Dari Tabel 5 dapat dilihat juga bahwa pemberian pupuk kandang kambing dapat meningkatkan SO

42-

nyata, hal ini di sebabkan karena pupuk kandang kambing merupakan bahan organik yang juga dapat menigkatkan KTK tanah hal tersebut dapat dilhat dari Tabel 3, dimana semakin tinggi KTK yang terkandung maka semakin banyak unsur hara yang dapat di ikat oleh tanah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan Sofyan (2014), asam humat yang dihasilakan oleh bahan organik dapat berperan sebagai ligan yang dapat mengkhelat Ca dan Fe menjadi tidak mobil, dan juga bahan organik dapat membantu menjerap SO

42-

sehingga hilangnya SO

42-

akibat pencucian akan berkurang.

(42)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa kandungan SO

42-

terendah merupakan tanpa aplikasi pupuk kandang kambing (K0) sebesar 344,37 dan terus meningkat sampai perlakuan pupuk kadang kambing 7.5 ton/ha (K3) sebesar 368.14 ppm.

K-dd

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang kambing berpengaruh sangat nyata terahap pertambahan K-dd , dimana terlihat pada Gambar 6 kandungan K-dd terendah terdapat pada tanpa perlakuan pupuk kandang kambing (K0) sebesar 0.43 me/100g dan terus meningkat hingga perlakuan pupuk kandang kambing 7,5 ton/ha (K3) sebesar 1.06 me/100g, hal ini sebabkan karena pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah KTK tanah yang mana akan juga meningkatkan jumlah K-dd yang ada dalam tanah. Hal ini sesuai dengan penelitian Ma et al (1999) dimana peningkatan KTK tanah yang disebabkan asam humik dan asam fulfik akan meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat K, sehingga akan terhindar dari pencuciann.

Peningkatan jumlah K-dd pada setiap penambahan dosis aplikasi pupuk kandang kambing pada Tabel 6, disebabkan akibat adanya penambahan unsur K yang berasal dari pupuk kandang kambing, dimana dilihat dari lampiran 4, bahwa pupuk kandang kambing mengandung 1.24% unsur K, hal ini sesuai dengan penelitian Han et.al (2015) yang menyatakan pemerian bahan organik dapat meningkatkan kandungan N-total, P-tersedia, K-dd, dan Mg-dd pada tanah secara sinifikan.

Bobot Basah Umbi

Dilihat dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pemberiaan pupuk kandang

kambing, tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi hal ini diduga

akibat tercucinya unsur K akibat hujan yang sering terjadi yang mengakibatkan

(43)

kurang tersedianya unsur K yang berfungsi sebagai unsur yang membantu pembentukan umbi , hal ini sesuai dengan pernyataan Sanjaya, dkk (2014) yang mengatakan sama seperti halnya unsur Na, kalium juga merupakan unsur yang relatif mudah tercuci, besar laju pencucian dipengaruhi oleh curah hujan

Dari Tabel 8 dapat dilihat bawah aplikasi pupuk ZA tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot basah umbi hal ini diduga akibat adanya beberapa proses dalam tanah yang menyebabkan unusr N diberikan dapat hilang contohnya pencucian akibat hujan, hal ini sesuai dengan pernyataan Rasti, dkk (2004) Nitrogen pada tanah sawah dapat hilang melalui proses volatilisasi amonis ( ), denitrifikasi, imobilisasi N oleh jasad mikro dan pencucuian.

Bobot Kering Umbi

Dilihat dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa pemberiaan pupuk kandang kambing, tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi hal ini diduga akibat unsur K dari pupuk kandang kambing tercuci akibat hujan yang sering terjadi yang mengakibatkan kurang tersedianya unsur K yang berfungsi sebagai unsur yang membantu pembentukan umbi , hal ini sesuai dengan pernyataan Sanjaya, dkk (2014) yang mengatakan sama seperti halnya unsur Na, kalium juga merupakan unsur yang relatif mudah tercuci, besar laju pencucian dipengaruhi oleh curah hujan

Dari Tabel 9 dapat dilihat bawah aplikasi pupuk ZA tidak berpengaruh

nyata terhadap peningkatan bobot kering umbi, hal ini diduga karena kurangnya

ketersediaan N yang membantu pertumbuhan vegetatif tanaman pada pupuk ZA

yang diakibatkan oleh proses denitrifikasi dan pencucian akibat hujan, hal ini

sesuai dengan pernyataan Amir, dkk (2012) yang menyatakan hilangnya N pada

(44)

tanah di pengaruhi banyak faktor beberapa diantranya yaitu sifat Nitrat (NO

3-

) yang bermuatan negatif sehingga mudah tercuci.

Jumlah Umbi

Dilihat dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberiaan pupuk kandang kambing , pupuk ZA, dan interasksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah umbi namun tetap dapat meningkatkan jumlah umbi di bandingkan dengan kontrol. Peningkatan jumlah umbi dengan aplikasi pupuk kandang kambing yaitu sebesar 0.01-0.57 buah, selain itu aplikasi pupuk ZA juga tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah umbi, namum tetap meningkat bila dibandingkan dengan kontrol yaitu sebesar 0.03-0.47 buah. hal ini disebabkan Jumlah umbi ditentukan oleh jumlah tunas lateral yang terdapat pada bibit yang mana respon dari jumlah anakan pada bawang merah lebih banyak dipengaruhi oleh sifat genetik di bandingkan pemberian pupuk, hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho, dkk (2017) yang menyatakan bawang yang dihasilkan pada tanaman bawang merah dipengaruhi oleh banyaknya jumlah daun dan jumlah anakan , hal ini sejalan dengan pernyataan Suwandi, dkk (2015) yang mengatakan jumlah anakan tanaman bawang merah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan pengaruh faktor pemupukan atau pengelolaan lingkungan tumbuhnya.

Interaksi Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk ZA Terhadap Sifat Kimia dan Produksi Bawang Merah pada Lahan Sawah

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara pupuk kandang kambing dan pupuk ZA berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan yaitu sifat kimia tanah (pH, C- organik, N Total, K-dd, KTK, dan SO

42-

) dan produksi bawang merah (Bobot basah umbi, bobot kering

(45)

umbi, dan jumlah umbi). Hal ini disebabkan kedua faktor memberikan perubahan

yang tidak berarti antar perlakuan kombinasi yang diduga disebabkan oleh

pengaruh galat atau residu karena pengaruh kebetulan secara acak . Jika

interaksinya tidak nyata maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktornya

bertindak bebas satu sama lain. Tenaya (2015) mengatakan jika terdapat

perubahan yang tidak berarti antar-perlakuan kombinasi atau tidak signifikan

dikatakan terdapat interaksi yang tidak nyata, hal ini diduga adanya perubahan

respon disebabkan oleh pengaruh galat atau residu karena pengaruh kebetulan

secara acak. Jadi kerjasaama antar faktor yang dikombinasikan dikatakan bebas

satu sama lainnya.

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Aplikasi pupuk kandang kambing berpengaruh nyata terhadap meningkatkan kandungan C-organik , KTK , SO

42-

terlarut , dan K-dd .

2. Aplikasi pupuk ZA berpengaruh nyata menurunkan pH , dan meningkatan SO

42-

terlarut .

3. Interaksi pupuk kandang kambing dan pupuk ZA tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik, pH, KTK, N total, K-dd, rataan bobot umbi basah, rataan bobot umbi kering, dan jumlah umbi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan meningkatkan dosis pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk ZA hingga di perloleh dosis optimum bagi perbaikan sifat kimia tanah sawah dan peningkatan produksi tanaman bawang merah.

Sebaiknya penanaman bawang merah pada lahan sawah dilakukan pada

musim kemarau agar pengaruh perlakuan nyata meningkatkan sifat kimia tanah

dan produksi bawang merah. Jika ditanam pada musim hujan sebaiknya membuat

saluran drainase yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

Membuka file database MS Access berarti membuka file yang pernah dibuat dan disimpan. Selain membuka jendela database yang pernah dibuat, Anda bisa membuka

[r]

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa lama fermentasi (F), konsentrasi ragi dan interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi ragi (RF) tidak berpengaruh

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Maryani dan Ludigdo (2001) bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap audit judgment seorang auditor di mana seorang

Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Selaku Kelompok Kerja Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun

Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Dan Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 12 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Kutu Ds

MEMENUHI SYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT

sundaicus yang menggigit pada berbagai jarak dari tempat perkembang- biakan potensial vektor malaria serta variasi kepadatan penduduk, telah dilakukan penelitian di Kampung