• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYIKAPI KEBERADAAN BISNIS BENSIN ECERAN DI KELURAHAN KOTA BAMBU UTARA PALMERAH JAKARTA BARAT MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENYIKAPI KEBERADAAN BISNIS BENSIN ECERAN DI KELURAHAN KOTA BAMBU UTARA PALMERAH JAKARTA BARAT MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MENYIKAPI KEBERADAAN BISNIS BENSIN ECERAN DI KELURAHAN KOTA BAMBU UTARA PALMERAH JAKARTA

BARAT MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Oleh:

Andi Setiawan

Administrasi Bisnis. Politeknik LP3I Jakarta.

Gedung Sentra Kramat Jl. Kramat Raya No.7-9 Jakarta Pusat 11450.

Telp. 021-31904599 Email: anditiawan93@gmail.com

ABSTRAK

Desakan ekonomi demi kelangsungan hidup keluarga menjadi penyebab sebagian warga Kelurahan Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat berprofesi sebagai penjual bensin eceran. Kegiatan ini secara hukum dengan tegas dilarang oleh undang-undang. Bahaya kebakaran mengancam keselamatan warga setiap saat. Alasan ketidaktahuan mereka terhadap peraturan larangan tersebut tidak boleh menjadi pembenar adanya jual beli ini.

Produk yang mudah dijual, sikap ketidakpedulian atau pembiaran dari pejabat dan warga sekitar, tidak adanya sosialisasi terhadap regulasi dan tindakan tegas dari aparat dan pejabat setempat menjadikan jumlah pengecer terus bertambah. Hasil penelitian didapat bahwa ketiadaan standar operasional prosedur, keakuratan takaran, dan kemurnian produk bensin eceran tidak memenuhi ketentuan undang-undang yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sikap warga dan pejabat setempat terhadap fenomena maraknya keberadaan kios bensin eceran menurut UU Perlindungan Konsumen.

Kata Kunci : Bensin Eceran, Undang-Undang Perlindungan Konsumen

ABSTRACT

Economic pressure for the survival of the family is the reason why some residents of Kota Bambu Utara Village, Palmerah, West Jakarta work as retail gasoline sellers. This activity is legally prohibited by law. The danger of fire threatens the safety of citizens at all times. The reason for the ignorance of the prohibition is not to justify the existence of this sale and purchase. Product that is easy to sell, the attitude of indifference or omission from officials and local residents, the absence of socialization of regulations and firm actions from local officials have made the number of retailers continue to grow. The result of the study found that the absence of standard operating procedures, the eaccuracy of the dosage and the purity of retail gasoline products do not meet the provisions of applicable laws. This study used descriptive qualitative method. The purpose of this paper is to determine the attitude of residents and local officials to the phenomenon of the widespread existence of retail gasoline kiosks according to the Consumer Protection Act.

Keywords: Retail Gasoline, Consumer Protection Act.

(2)

PENDAHULUAN

Berdagang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan uang. Kegiatan ini dapat dijadikan kegiatan utama ataupun sampingan. Bahkan, untuk sebagian orang, aktifitas ini juga dapat dijadikan sandaran hidup untuk sebuah keluarga.

Dewasa ini, masyarakat sering dibingungkan dengan istilah dagang, niaga, dan bisnis. Secara umum, pada pokoknya, ketiga istilah itu mempunyai aktifitas yang sama yaitu terjadinya transaksi jual beli untuk suatu produk atau jasa.

Dari sudut pandang hukum, kegiatan berdagang dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu perdagangan legal dan ilegal. Perdagangan legal adalah kegiatan transaksi jual beli yang kandungan jenis barang atau jasanya memang sesuai dan diperbolehkan oleh perundang-undangan misalnya kosmetik, makanan, kesehatan pendidikan, dan sebagainya.

Perdagangan ilegal yaitu kegiatan transaksi jual beli yang jelas-jelas melanggar undang-undang yaitu transakasi narkoba, pelacuran, uang palsu, penipuan, dan sebagainya.

Bisnis legal ini akan menjadi ilegal bila ternyata dikemudian hari barang atau jasa tersebut terjadi perubahan atau ketidaksesuaian dari kondisi peruntukannya semula.

Memperjualbelikan bensin merupakan bisnis yang legal. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) diperuntukan bagi konsumen dan produsen untuk hal tersebut. Transaksi bensin di SPBU mempunyai jenis, takaran, dan harga yang telah disesuaikan dan ditentukan oleh instansi berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Namun, bagi sebagian orang, bensin ternyata dapat dijadikan salah satu cara instan untuk mencari uang. Banyak ditemukan bensin dijual secara eceran di pinggir-pinggir jalan dalam benuk kios.

Timbul pertanyaan, apakah kegiatan ini juga diperbolehkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kios bensin eceran (KBE) umumnya terdapat dua jenis yaitu, 1. Kios yang memiliki nama

PERTAMINI. Pom mini digital ini dilengkapi dengan mesin pompa otomatis serta terdapat satu hingga tiga noozle seperti pom bensin pada umumnya.

2. Kios konvensional tanpa nama yang berupa pajangan jejeran botol-botol transparan atau botol plastik bekas air mineral.

Lokasi jualan yang strategis seperti pinggir jalan sehingga kios-kios bensin eceran mudah ditemui.

Dari hasil penelurusan dunia maya, diketahui bahwa usaha bensin eceran ternyata sudah ada sejak puluhan tahun silam. Dalam ilustrasi, tampak seorang ibu tengah melanyani membeli bensin eceran untuk turis asing.

Gambar 1

Penjual tengah melayani pembeli

Kondisi yang dideskripsikan di atas juga terjadi di kelurahan ini. Di kelurahan tersebut mudah ditemui penjual bensin eceran.

Bensin yang diecerkan di Kelurahan Kota Bambu Utara Jakarta Barat semuanya berupa kios konvensional bukan kios Pertamini.

Fenomena ini menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Menyikapi Keberadaan Bisnis Bensin Eceran Menurut UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

(3)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Menyikapi

Kata menyikapi berasal dari kata dasar sikap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sikap berarti 1.

perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan.

2. Perilaku; gerak-gerik.

Pengertian sikap (attitude) didefinisikan oleh Sarwono (2010 : 201) yaitu kata yang menggambarkan perasaan senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja dari seseorang mengenai suatu hal. Sesuatu itu dapat berupa benda, fenomena, kejadian, situasi, orang atau kelompok orang, Timbulnya perasaan senang terhadap sesuatu itu disebut sikap positif.

Sebaliknya, timbulnya perasaan tidak senang disebut sikap negatif.

Sarwono selanjutnya berpendapat (2009: 203-204) terbentuknya atau berubahnya sikap seseorang dapat melalui empat jenis cara yakni: a) Adopsi. Pengulangan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara berulang- ulang dan terus-menerus. Secara bertahap, lama kelamaan kejadian itu terserap ke dalam diri seseorang dan dapat mempengaruhi terbentuknya sikap.

b) Diferensiasi. Dengan berkembangnya kecerdasan, bertambahnya pengalaman dan umur seseorang maka ada satu hal yang awalnya dianggap sejenis, kini dipandang menjadi tersendiri lepas dari jenisnya tadi. c) Integrasi. Tahap demi tahap terjadi pembentukan sikap yang diawali dengan banyaknya pengalaman yang berkaitan dengan satu hal dan akhirnya terbentuk sikap tentang hal tersebut. d) Trauma. Trauma diartikan sebagai pengalaman secara tiba-tiba, mengejutkan yang memberikan kesan mendalam pada orang yang bersangkutan. Pengalaman traumatis seperti ini dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

Heri Purwanto (1998 : 63) berpendapat, sikap terdiri dari sifat positif dan negatif:

1. Sikap positif yaitu adanya kecenderungan tindakan seperti

mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Singkatnya, sikap positif berarti perilaku baik yang sudah sesuai dengan nilai dan norma kehidupan yang ada di tengah masyarakat.

Sementara sikap negatif yaitu sikap yang bertentangan dengan pedoman hidup masyarakat.

Dalam pergaulan di tengah masyarakat sehari-hari, dapat ditemukan dua sikap/perilaku, yaitu perilaku positif dan perilaku negatif.

Orang dengan sikap negatif biasanya berperilaku tidak menyenangkan dan membuat orang lain menjadi tidak nyaman bersamanya. Ada kecenderungan kalau Ia merugikan orang lain.

Sementara, orang yang mempunyai sikap positif lazimnya kehadirannya diharapkan, menyenangkan, dan orang lain merasa betah dengannya.

Kehadirannya menguntungkan banyak pihak.

Berikut merupakan contoh sikap positif yang mudah didapat di dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku seperti

disiplin, bekerja keras, ulet, jujur, setia kawan, kekeluargaan, rela berkorban, bertanggung jawab, penolong, berani membela kebenaran, toleran, hemat, gemar menabung, hidup sederhana, dan relijius.

Berikut contoh sikap negatif seperti malas, mudah tersinggung, merasa berkuasa, emosional, memaksakan kehendak, ceroboh, tidak

(4)

tertib, tidak disiplin, rendah diri, cemburu, malu, boros, hedonis, dan tidak relijius.

Adapun indikator orang dengan sikap positif seperti: (a) ia melakukan sesuatu pekerjaan dengan senang hati. (b) ia menyukai dan menyetujui hal-hal yang baik. (c) ia senantiasa melaksanakan norma-norma yang berlaku. (d) ia menolak hal-hal yang buruk. (e) ia berpartisipasi dalam kebaikan. (f) ia patuh t terhadap peraturan yang berlaku.

(i) ia memengerjakan pekerjaan dengan tanggung jawab. (j) ia melaksanakan kewajibannya.

Kebalikan dari contoh di atas tersebut merupakan indikator orang dengan sikap negatif.

Sikap dapat diukur. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu wawancara, pengamatan atau observasi, dan kuesioner. Setiap cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

Sementara kata menyikapi berasal dari kata dasar sikap. Menyikapi masih menurut KBBI diartikan mengambil sikap terhadap (sesuatu).

Pengertian Bisnis

Kata bisnis (kata benda) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu usaha komersial dalam dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang

Mahmud Machfoedz (2007) menjelaskan kata bisnis adalah usaha perdagangan yang dikerjakan oleh sekelompok orang secara terorganisir untuk mendapatkan keuntungan dengan cara memproduksi barang atau jasa dan kemudian menjualnya untuk terpenuhinya kebutuhan konsumen.

Menurut Suliyanto (2010, 183) bisnis diartikan sebagai kegiatan yang memang direncanakan dan dijalankan secara perorangan atau kelompok dengan sistematis yang bertujuan mendapatkan laba.

Pengertian Eceran

Kata eceran (kata benda) merupakan arti dari kata retail dalam bahasa Inggris. Menurut KBBI online ritel (retail) berarti usaha bersama dalam bidang perniagaan dalam jumlah kecil kepada pengguna akhir. KBBI mengartikan kata eceran menyatu dengan pedagang (kata benda) yaitu pedagang yang menjual dagangannya secara sedikit demi sedikit atau per satuan;

Hendri Ma’ruf (2005,71) mendefinisikan retail sebagai berbagai kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada konsumen untuk kepentingan diri sendiri atau keluarga.

Sedangkan kata pengecer menurut Hendri Ma’ruf adalah pengusaha yang menjual barang atau jasa secara eceran kepada masyarakat, ritel perorangan atau peritel kecil mempunyai jumlah gerai beragam, mulai dari hanya satu gerai bahkan lebih.

Menurut Tjiptono (2008:191), Pedagang eceran (retailling) yaitu semua aktivitas penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir untuk kepentingan pemakaian pribadi dan rumah tangga, namun bukan untuk kepentingan bisnis.

Sedangkan menurut Sudjana (2005:117) mendefinisikan eceran dari sisi tujuan. Setidaknya ada empat tujuan perdagangan eceran, yaitu:

1. Sebagai perantara dari distributor ke konsumen akhir.

2. Penghimpunan bermacam barang yang merupakan kebutuhan konsumen.

3. Sebagai tempat rujukan dalam memperoleh barang yang dibutuhkan para konsumen.

4. Sebagai penentu keberadaan barang dari pabrik di pasar konsumen.

Pengertian Bensin

Bensin (kata benda) dalam KBBI adalahminyak bumi yang mudah

(5)

menguap dan mudah terbakar (dipakai sebagai bahan bakar mobil dan sebagainya).

Jadi, dari semua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian bisnis bensin eceran adalah upaya mendapat keuntungan dari pedagang kecil secara perorangan yang ditujukan langsung kepada konsumen untuk keperluan bahan bakar roda dua atau roda empat.

METODE PENELITIAN

Metode Penetian.

Penelitian ini bersifat deskriptif karena bertujuan untuk menggambarkan fenomena dari kelompok tertentu pada masyarakat. Suharsini Arikanto (03;310) menegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi sekedar menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu keadaan, variabel dan gejala.

Pada penelitian jenis ini pengolahan datanya dapat dilakukan secara kualitatif dan / atau kuantitatif.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara.

Wawancara merupakan salah satu cara umum untuk mendapatkan data dalam penelitian. Diuraikan oleh Usman dan Akbar (2008:57-58) wawancara adalah kegiatan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara tatap muka langsung.

Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini berjenis wawancara tak berstruktur. Wawancara jenis ini berupa teknik wawancara yang bebas di mana peneliti tidak memakai pedoman dan daftar pertanyaan yang sistematis, demikian paparan Sugiyono (2007:74).

Wawancara ini umumnya digunakan di awal penelitian yang bertujuan mendapat

keterangan yang mendalam mengenai persepsi seseorang terhadap sesuatu atau seseorang. Demikian Nasution menuturkan. (1992:72).

b. Observasi/pengamatan.

Pengamatan dan observasi untuk sebagian orang masih sulit untuk dibedakan. Perbedaan antara keduanya dijabarkkan oleh Burhan Bungin (07:115). Pengamatan adalah kegiatan yang dilakukan manusia sehari-hari dengan menggunakan panca indra mata untuk melihat sebagai alat bantu utamanya yang didukung oleh alat indra lainnya seperti mulut, hidung, telinga, dan kulit. Sementara itu, pengertian dari observasi yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja indra mata yang dibantu dengan indra lainnya.

Teknik Analisis Data.

Pohan (2007;94) menuturkan bahwa analisis data dapat dilakukan dengan cara baik pengolahan dan penafsiran.

Langkah pengolahan data tersebut berupa melakukan editing data, klasifikasi data dan pengkodean.

Penafsiran data dapat berupa mengerjakan transformasi data menjadi pemaparan naratif untuk menjaga agar penelitian tetap obyektif.

Pengujian Keabsahan Data.

Sugiyono (2007:147) menjabarkan bahwa setidaknya ada empat macam bentuk uji keabsahan data yakni (a) uji validitas data (b) uji reabilitas data (c) uji transferabilitas data dan (d) uji konfirmabilitas data. Tetapi, hanya uji validitas dan uji reabilitas saja yang terpenting dari keempat jenis di atas.

a. Uji validitas bermanfaat agar tercapainya tingkat kepercayaan sesuai yang diharapkan berdasarkan pemeriksaan data secara seksama.

b. Uji reabilitas yakni dengan melakukan pengauditan terhadap

(6)

semua proses penelitian sesuai dengan data yang didapat sehingga kesimpulan penelitian memang meyakinkan.

Tahapan uji validitas dan uji reabilitas penulis lakukan pada kajian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelurahan Kota Bambu Utara terletak di Kecamatan Palmerah Jakarta Barat. Kelurahan ini termasuk salah satu kelurahan yang cukup padat penduduk nya di Pemprov DKI Jakarta.

Gambar 2

Peta Kelurahan Kota Bambu Utara, Kecamatan Palmerah Barat

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemrov DKI Jakarta menyebutkan bahwa pada tahun 17 kelurahan yang memiliki luas 68 ha ini dihuni oleh 25.262 jiwa dengan 5.404 kepala keluarga.

Hakikatnya, jumlah penduduk Kelurahan Kota Bambu lebih banyak dari data yang tersaji. Banyaknya para pendatang dari daerah yang menghuni kos-kosan dan rumah kontrakan beserta keluarganya yang tidak berKTP Jakarta dan khususnya kelurahan Kota Bambu Utara.

Kelurahan ini berada di lokasi yang strategis. Kelurahan ini hanya dibatasi oleh kali dengan kelurahan Cideng yang berada di Jakarta Pusat. Kelurahaan ini

amat dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat bisnis.

Kelurahan ini hanya berjarak tiga kilometer menuju monumen nasional (monas) dan hanya berjarak dua kilometer menuju sentra grosir tekstil terbesar se-Asia tenggara Tanah Abang.

Pun, kelurahan ini hanya berjarak enam kilometer menuju Stadion Utama Bung Karno Senayan.

Jalan Kota Bambu utara merupakan jalan pintas penghubung antara jalan Tomang Raya menuju jalan Slipi. Juga, dari jalan K.S. Tubun menuju jalan Tomang.

Karena begitu strategisnya kelurahan ini sehingga banyak pengendara roda empat dan roda dua melewati rute ini untuk mencapai tujuan terdekat.

Hal ini tentu menyebabkan kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas setiap harinya di jalan-jalan Kota Bambu Utara.

Tabel 1

Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (unit) di Provinsi DKI Jakarta

Jenis Kendaraan

2018 2019 2020

Mobil

Penumpang 2 789 377 2805989 3 365 467 Bus 295 601 295370 35 266 Truk 541 375 543972 679 708 Sepeda

Motor 8 136 410 8 194590 16141380 Jumlah 11 762 763 11839921 20 221821

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta.

Menurut BPS Pemrov DKI Jakarta, jumlah jenis kendaraan dalam satuan unit berjumlah 20221821. Sepeda motor menyumbang angka tertinggi kemudian disusul dengan mobil penumpang.

Dengan kondisi seperti ini maka jalan yang sibuk ini menimbulkan peluang usaha untuk menjajakan bensin eceran bagi sebagian warga setempat.

Sejauh pengamatan penulis setidaknya terdapat dua puluh KBE di kelurahan tersebut. Dalam radius seratus meter, terdapat empat penjaja bensin eceran di sisi kiri dan kanan jalan.

Ditemukan pula dalam jarak lima belas meter ada dua pengecer. Bahkan ada dua

(7)

warung sembako yang lokasinya berseberangan dengan jarak hanya tiga meter juga keduanya menjual bensin eceran.

Terdapat sejumlah alasan banyak orang menjadi pengecer bensin sebagai usaha penyambung hidup antara lain :

1. Tidak menggunakan modal besar.

2. Tidak perlu menggunakan izin resmi.

3. Masih ada SPBU yang menjual bensin ke pengecer.

4. Profit yang didapat cukup menggiurkan.

5. Banyak komsumen yang membutuhkannya.

6. Cepat laku.

7. Tidak memerlukan promosi

8. Produk yang tidak habis dapat dijual keesokan harinya.

9. Banyaknya kendaraan roda dua dan empat yang lalu lalang.

10. Tidak memerlukan lahan yang luas.

11. Lokasi KBEnya tidak jauh dari kediamannya.

12. Tidak perlu keluar rumah untuk promosi, pembeli datang sendiri.

Walaupun harga yang ditetapkan KBE lebih mahal dari pada SPBU resmi, masyarakat tetap membeli bensin eceran.

Berikut ini alasan umum orang menyukai membeli bensin eceran,

1. Kondisi terpaksa atau sedang terburu-buru.

2. Malas antri di SPBU.

3. Lokasi lebih dekat pada saat dibutuhkan.

Jam operasional perniagaan mereka dimulai dari pukul 6 pagi sampai pukul 8 malam. Hal ini disesuaikan dengan jam aktifitas warga dan pengguna jalan.

Konsumen dari KBE ini umumnya terdiri dari para pengguna jalan dan warga sekitar termasuk pengemudi ojek online.

Dengan demikian, fenomena ini dapat diartikan bahwa,

1. keberadaan mereka memang dibutuhkan oleh konsumen.

2. adanya sikap permisif atau pembiaran

dari pejabat dan warga setempat atas aktifitas ini.

Bensin yang diecer umumnya bensin yang banyak dicari pengguna kendaraan seperti Premium, Pertalite dan Pertamax. Namun, pada kondisi sekarang ini ketersediaan Premium sulit didapat maka yang diecer hanya jenis Pertalite dan Pertamax.

Dari dua jenis ini, peneliti hanya memfokuskan pada jenis Pertalite. Jenis inilah yang selalu tersedia dan dikonsumsi konsumen karena harganya yang paling murah.

Pengecer bensin dapat dikategorikan sebagai pelaku usaha menurut UU Perlindungan Konsumen.

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama- sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Dengan demikian mereka berkewajiban untuk tunduk pada tanggung jawab yang dibebankan sesuai UU tersebut.

Konsumen di lain pihak juga dituntut untuk meningkatkan kesadaran akan hak-hak, keselamatan pribadi dan orang lain termasuk masyarakat.

Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen memerintahkan pada penjaja bensin dalam menjajakan barang dagangannya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

(8)

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku

Pada huruf a pasal di atas, ttikad pelaku usaha dapat dikatakan baik apabila usaha mereka dilengkapi dengan standar operasional prosedur yang menyangkut takaran baku, kemasan, keamanan dan keselamatan manusia dan lingkungan.

Kejujuran pemilik kios juga merupakan salah satu unsur mutlak dari itikad baik.

Pada huruf b pasal di atas, botol atau wadah kemasan bekas air mineral yang digunakan dalam satuan ukur bensin tidak memberikan informasi ukuran liter yang akurat.

Satu botol beling atau plastik kemasan air mineral menurut pengecer diperkirakan berisi satu liter bensin.

Tidak ada tanda penunjuk atau keterangan untuk itu.

Pada point c, bensin yang dijajakan tidak memberikan kepastian kemurnian kualitas produk atau merupakan bukan campuran dengan cairan lain.

Dalam hukum Islam, Allah memerintahkan kepada umatNya untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran dalam setiap aktivitas termasuk dalam perniagaan.

Tuntunan bagi para pedagang tertuang dalam QS Al-Anfal (8): 27 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Sementara pedoman pedagang dalam urusan timbangan dan takaran diatur dalam QS Al-Syu‟ara (26): 181- 183 yang artinya : “181. sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang merugikan; 182. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. 183. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.

Dengan demikian kewajiban pelaku usaha seperti itikad baik, kebenaran informasi dan jaminan mutu barang dapat dikategorikan KBE tidak memenuhi unsur-unsur seperti yang telah ditentukan dalam UU Perlindungan Konsumen.

Sementara pada Pasal 8 UU yang sama terdapat larangan bagi setiap pelaku usaha untuk memperdagangkan barang dan/atau jasa yang :

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang- undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

Dengan mencermati pasal di atas, maka kegiatan jual beli bensin eceran tidak memenuhi unsur-unsur tersebut.

Dengan kata lain kegiatan itu dilarang.

Menindaklanjuti Pasal 8 huruf (a) UU Perlindungan Konsumen, Pasal 40 Undang-Undang Republik Indonesia No.

22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi menyebutkan,

1) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap menjamin standar dan mutu yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menerapkan kaidah keteknikan yang baik.

2) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap menjamin keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup dan menaati ketentuan peraturan perundangan- undangan yang berlaku dalam kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.

3) Pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa kewajiban untuk melakukan

(9)

pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup, termasuk kewajiban pascaoperasi pertambangan.

4) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, jasa, serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing.

5) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat .

6) Ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Implementasi dari pasal tersebut, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak Dan Gas Bumi menerbitkan Buku Pedoman Keselamatan SPBU : Teknis dan Pembelajaran dari Kejadian.

Berikut merupakan temuan perbandingan takaran SPBU dan KBE dari produk bensin Pertalite.

Tabel 2

Perbandingan Netto Bensin Pertalite SPBU dan Eceran

No. Lokasi Harga Jual

Takaran resmi (ml)

Takaran botol

(ml) Selisih 1 Kios 1 Rp10.000 1.000 990 10 ml 2 Kios 2 Rp10.000 1.000 990 10 ml 3 Kios 3 Rp10.000 1.000 990 10 ml 4 Kios 4 Rp10.000 1.000 995 5 ml 5 Kios 5 Rp10.000 1.000 990 10 ml 6 Kios 6 Rp10.000 1.000 990 10 ml 7 Kios 7 Rp10.000 1.000 991 9 ml 8 Kios 8 Rp10.000 1.000 992 8 ml 9 Kios 9 Rp10.000 1.000 990 10 ml 10

Kios

10 Rp10.000 1.000 990 10 ml

Dari tabel di atas didapati bahwa bensin dari KBE tidak sampai pada 1000 ml perbotolnya. Mereka mengukurnya tidak menggunakan alat pengukur tapi hanya menggunakan perasaan pengecer sebatas kira-kira.

Pemindahannya pun masih dilakukan secara manual yaitu dari jerigen ke botol takaran hanya dengan meggunakan seutas selang.

Sementara SPBU dengan Pasti PAS memberlakukan batas toleransi kelebihan/kekurangan takaran lebih ketat dari Dinas Metrologi yakni maksimal 0.03 liter (30 ml) per 10 liter atau sebanyak 2 sendok makan.

Walaupun pelayanan masih menggunakan cara manual, belum ditemukan adanya keluhan dari konsumen terkait kemurnian, harga, dan takaran produk pada para pengecer.

Bensin yang merupakan produk utama mereka adalah bahan bakar cair yang mudah terbakar dan meledak.

Banyak pemberitaan di media elektronik dan media sosial terkait kebakaran yang berasal dari kegiatan pengisian bahan bakar baik itu di SPBU ataupun kios eceran.

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) resmi memiliki Standar Operasional Procedure (SOP) untuk

(10)

mengukur keakuratan satuan takaran termasuk pengujiannya secara rutin.

Selain itu, SPBU juga dilengkapi dengan APAR (alat pemadam api ringan) untuk tindakan pencegahan dan antisipasi bahaya kebakaran.

Kondisi dan SOP seperti tersebut di atas tidak ditemukan pada seluruh KBE.

Kerugian yang diderita akibat kebakaran tidak hanya materi tapi juga jiwa manusia. Kesalahan manusia (human error) mendominasi penyebab berbagai peristiwa kebakaran baik di SPBU dan kios bensin eceran.

Demi rupiah hasil bensin yang diecernya, Mereka membahayakan jiwa diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Berikut human error yang dirangkum dalam berbagai berita maya yang penulis temukan:

1. Radiasi penggunaan HP pada saat mengisi BBM.

2. Merokok pada saat mengisi BBM.

3. Lupa mematikan mesin ketika mengisi BBM.

4. Luberan bensin yang tercecer di lantai.

5. Sambaran lilin yang terjatuh ketika mati lampu.

6. Korsleting listrik.

Sejauh ini tidak ada kebakaran yang disebabkan dari keberadaan KBE.

Namun, sangatlah tidak bijak untuk menunggu sampai terjadi kebakaran akibat KBE baru kemudian dilakukan langkah penertiban KBE.

Regulasi di Indonesia dengan tegas melarang seseorang melakukan penjualan bensin secara eceran baik melalui kios konvensional atau berupa kios Pertamini.

Bila ada orang yang menjalankan usaha ini maka usaha ini adalah ilegal dan dapat dikenai sangsi yang berat.

Hal ini diatur dalam Pasal 55 UU Nomor 22 Tahun 01 Tentang Minyak dan Gas Bumi yang berisi “Setiap orang yang menyalahgunakan Pengangkutan dan/atau niaga Bahan Bakar Minyak yang disubsidi Pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan denda paling tinggi Rp.

60.000.000.000,- (enam puluh miliar rupiah)”.

Dalih ketidaktahuan para pengecer bensin atas regulasi tersebut menyebabkan bisnis ilegal ini tetap eksis dan marak.

Ada beberapa pengecer yang mengetahuinya, namun mereka tetap berjualan. Padahal regulasi tersebut disertai dengan ancaman pidana dan denda yang tidak ringan.

Dalam ilmu hukum, terdapat asas atau fiksi hukum yang berbunyi bahwa tanpa ada pengecualian tiap orang dianggap mengetahui hukum (presumptio iures de iure).

Hal ini berarti bahwa para pengecer, pejabat wilayah setempat dan warga sekitar dianggap sudah mengetahui adanya regulasi larangan jual beli bensin eceran tersebut.

Dengan asumsi tersebut maka sudah seyogyanya aparat terkait melakukan penyuluhan hukum, pelarangan dan bahkan penertiban bahwa perniagaan mereka melanggar hukum negara dan agama.

PENUTUP

Kesimpulan

Meskipun dilarang karena tidak sesuai dengan ketentuan agama dan undang-undang yang berlaku, kios bensin eceran sering dijumpai di banyak daerah di Indonesia, termasuk di Jakarta. Demi kelangsungan hidup keluarga mereka, aktivitas ini harus mereka jalani.

Masyarakat dan pejabat setempatpun maklum dan membiarkan kondisi ini.

Keberadaan mereka memang dibutuhkan banyak orang dalam kondisi tertentu.

Namun, bahaya ancaman kebakaran jauh lebih besar ketimbang manfaat ekonominya. Tidak adanya penyuluhan hukum dan penertiban terhadap kios bensin eceran usaha ini makin marak.

(11)

Melakukan penertiban dengan menyita, menutup usaha, mendenda, dan mempidana mereka tentu bukan perbuatan yang manusiawi. Hal ini sangat terkait dengan berbagai aspek kehidupan.

Pihak terkait perlu

mempertimbangkan untuk pengalihan jenis usaha mereka melalui berbagai pelatihan dan keterampilan yang difasilitasi oleh Kelurahan Kota Bambu Utara.

Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Melakuan sosialiasi hukum kepada seluruh pengecer bensin eceran untuk menghentikan usahanya.

2. Melakukan penertiban usaha mereka.

3. Memasang spanduk bahwa usaha tersebut adalah ilegal.

4. Mengajak semua warga untuk membeli bensin di SPBU.

5. Ikutsertakan mereka ke dalam berbagai pelatihan dan keterampilan untuk alih profesi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikanto, Suharsini. (2003). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Bumi Aksara. Jakarta.

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik. Ilmu Sosil Lainnya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak Dan Gas Bumi. Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas. (2018) Pedoman Keselamatan SPBU : Teknis dan Pembelajaran dari Kejadian. Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak Dan Gas Bumi, Jakarta.

Kios Bensin Terbakar, Ibu & Anak Tewas.(2015, Januari 24.). Diakses dari

https://m.beritajakarta.id/read/7782/

kios-bensin-terbakar-ibu-anak- tewas.

Ma’ruf, Hendri (2005). Pemasaran Ritel:

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Machfoedz, Mahmud (2007), Pengantar Bisnis Modern. Andi. Yogyakarta.

Menengok Sejarah, Ini Sederet Foto SPBU dan Penjual Bensi Eceran Zman Dulu.(2020, Juli 06). Diakses pada Sabtu 3 Oktober 2020.

Diakses dari

https://www.otosia.com/berita/men engok-sejarah-ini-sederet-foto- spbu-dan-penjual-bensin-eceran- zaman-dulu.html

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.: Tarsito.

Bandung

Pertamina Pertegas Pengertian 'Pasti PAS'(2015, November 02). Diakses pada Jumat 2 Oktober 2020.

Diakses dari

https://www.otosia.com/berita/perta mina-pertegas-pengertian-pasti- pas.html

Purwanto, Heri (1998). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.

(12)

Sarwono.S.W. (2010). Psikologi Remaja.

PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Sudjana, Asep. (2005). Manajemen Ritel Modern. Graha ilmu. Yogyakarta.

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta:

Andi.

Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran.: Andi. Yogyakarta.

Usman, Husaini & Akbar, Purnomo Setiady. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang

memohon kepada Bapak agar dibuatkan Surat Pengantar penggantian blanko ijazah karena mengalami kesalahan dalam penulisan.. Blanko ijazah tersebut

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan komunikasi terapeutik (SP 1-4) pada 50 responden penderita defisit perawatan diri yang dirawat inap di RSJD Dr.Amino

Selanjutnya kendala yang dihadapi adalah upaya kombinasi faktor produksi, namun dalam pola kemitraan ini faktor-faktor tersebut agak sulit dilakukan karena

Permukiman masyarakat Kampung LOS di Malalayang merupakan permukiman pesisir yang mengalami tekanan keruangan dan tekanan social. Tujuan penelitian ini untuk

Saat melewati jalan by pass , kita harus selalu berhati-hati, ya, karena kendaraan yang lewat di jalan ini memiliki kecepatan tinggi.. Jalan

Dengan kata lain, kalimat adalah satuan bahasa yang umumnya berdiri sendiri yang terdiri atas konstituen dasar yang berupa klausa, satu atau lebih klausa

Tahap planning meliputi pembuatan latar belakang, penentuan identifikasi masalah, penentuan batasan masalah, pencarian teori dasar dan sistem berjalan yang berhubungan,