• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

; Jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2009 tercatat sebesar 181,7 ribu orang, mengalami penurunan sebesar 33,99 ribu orang dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2008 yang mencapai 215,7 ribu orang.

; Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2009 lebih banyak terdapat di perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mencapai 92,06 ribu orang, sedangkan jumlah penduduk miskin di pedesaan hanya 89,66 ribu orang. Jika dibandingkan dengan Maret 2008 jumlah penduduk miskin baik di perkotaan maupun di pedesaan sama-sama mengalami penurunan masing-masing sebesar 22,99 ribu orang dan 10,99 ribu orang.

; Secara umum tingkat kemiskinan di Bali pada Maret 2009 hanya 5,13 persen menurun 1,04 persen dibandingkan kondisi Maret 2008.

; Garis kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penghitungan penduduk miskin di Bali pada Maret 2009, mengalami peningkatan sebesar 11,27 persen dari Rp 176.569,00 pada Maret 2008 menjadi Rp 196.466,00.

; Garis kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan mengalami peningkatan sampai dua digit.

Daerah perkotaan di Bali mengalami peningkatan garis kemiskinan sebesar 11,28 persen, dan garis kemiskinan di pedesaan mengalami peningkatan sebesar 11,25 persen.

; Sama halnya dengan kondisi bulan Maret 2008, peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan terhadap pembentukan garis kemiskinan di Bali pada bulan Maret 2009. Komoditi makanan memberi sumbangan sebesar 70,17 persen, sedangkan sumbangan komoditi non makanan hanya sebesar 29,83 persen.

; Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di Bali pada Maret 2009 mengalami penurunan. Indeks kedalaman kemiskinan turun 0,10 poin, sedangkan indeks keparahan kemiskinan turun 0,01 poin jika dibandingkan kondisi Maret 2008.

; Pada bulan Maret 2009 tingkat kemiskinan daerah perkotaan di Bali ternyata lebih parah dibandingkan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan. Indeks kedalaman kemiskinan di daerah perkotaan mencapai 0,77 sedangkan di daerah pedesaan hanya 0,70. Begitu juga halnya dengan indeks keparahan kemiskinan di perkotaan yang mencapai 0,20 berbeda 0,07 poin dengan indeks keparahan kemiskinan di pedesaan yang hanya 0,13.

No. 29/07/51/Th. III, 1 Juli 2009

T INGKAT K EMISKINAN B ALI , M ARET 2009

(2)

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Bali Tahun 2002 - 2009

Kemiskinan telah menjadi masalah yang bersifat multidimensional bagi proses pembangunan baik di tingkat nasional maupu regional. Oleh karena itu dalam setiap program pembangunannya, pemerintah selalu berupaya mengentaskan kemiskinan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah pariwisata, sampai saat ini juga belum bisa luput dari permasalahan kemiskinan penduduk. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Bali selama periode 2002-2009.

Tabel 1

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Bali Tahun 2002 - 2009

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Orang) Persentase Penduduk Miskin (%) Tahun

Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

20021) 98,9 122,9 221,8 5,72 8,25 6,89

20032) 99,7 146,4 246,1 6,14 8,48 7,34

20042) 87,0 144,9 231,9 5,05 8,71 6,85

20052) 105,9 122,5 228,4 5,40 8,51 6,72

20063) 127,4 116,0 243,5 6,40 8,03 7,08

20073) 119,8 109,3 229,1 6,01 7,47 6,63

20083) 115,1 100,6 215,7 5,70 6,81 6,17

20093) 92,1 89,7 181,7 4,50 5,98 5,13

Catatan:

1) Dihitung berdasarkan data Susenas Modul Konsumsi 2002

2) Dihitung berdasarkan data Susenas Panel Modul Konsumsi Februari 2003, 2004 dan 2005 3) Dihitung berdasarkan data Susenas Panel Modul Konsumsi Maret 2006, 2007, 2008 dan 2009

Jumlah penduduk miskin di Bali mengalami peningkatan dari 221,8 ribu orang pada tahun 2002 menjadi 246,1 ribu orang pada tahun 2003. Selama periode 2002 - 2003 terjadi peningkatan penduduk miskin sebesar 10,96 persen. Kenaikan jumlah penduduk miskin selama periode tersebut salah satunya disebabkan oleh peristiwa bom Bali yang sempat menurunkan kinerja perekonomian di Bali. Bahkan pada tahun tersebut, tingkat kemiskinan mencapai titik tertinggi yaitu 7,34 persen. Seiring dengan kembali bangkitnya perekonomian Provinsi Bali setelah peristiwa bom Bali, tingkat kemiskinan pada 2004 - 2005 kembali mengalami penurunan.

Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga BBM pada tahun 2005, ternyata berpengaruh cukup signifikan pada jumlah penduduk miskin di Bali. Jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan menjadi 243,5 ribu pada tahun 2006 dari tahun 2005 yang hanya 228,4 ribu orang. Mulai tahun 2006, terjadi pergeseran komposisi penduduk miskin menurut wilayah. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan lebih besar daripada daerah pedesaaan. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh arus urbanisasi masyarakat pedesaan menuju perkotaan. Walaupun dari segi jumlah penduduk miskin di perkotaan lebih besar daripada jumlah penduduk miskin di pedesaan, namun tingkat kemiskinan di perkotaan lebih

(3)

penduduk di perkotaan lebih rendah dibandingkan persentase penduduk miskin terhadap total penduduk di pedesaan.

Tingkat kemiskinan di Bali pada tahun 2007 sampai Maret 2009 terus mengalami penurunan.

Bahkan tingkat kemiskinan pada Maret 2009 mencapai persentase terendah dibanding periode 2002 - 2008 yaitu hanya 5,13 persen. Penurunan ini salah satunya terkait dengan penurunan harga BBM pada akhir Desember 2008 dan awal Januari 2009.

2. Tingkat Kemiskinan Bali Maret 2008 - Maret 2009

Jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2009 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2008. Pada Maret 2009, tercatat jumlah penduduk miskin di Bali hanya 181,7 ribu orang menurun 33,99 ribu orang terhadap jumlah penduduk miskin bulan Maret 2008.

Grafik 1

Tingkat Kemiskinan Provinsi Bali Menurut Daerah Maret 2008 – Maret 2009

Dibandingkan antar wilayah, ternyata jumlah penduduk miskin di Bali lebih banyak terdapat di daerah perkotaan dibanding daerah pedesaan. Jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 92,1 ribu orang sedangkan di pedesaan hanya 89,7 ribu orang. Namun jika dilihat persentasenya, tingkat kemiskinan pada Maret 2008 dan Maret 2009 di daerah perkotaan lebih rendah dibanding pedesaan. Dari total penduduk perkotaan pada Maret 2009, hanya 4,50 persen tergolong penduduk miskin dan sisanya 95,50 persen penduduk tergolong tidak miskin. Sedangkan di daerah pedesaan hanya 94,02 persen penduduk tergolong tidak miskin dari total penduduk.

3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2008 – Maret 2009

Penentuan penduduk miskin oleh BPS, didahului oleh penentuan Garis Kemiskinan (GK) sebagai besaran nilai pengeluaran yang dibutuhkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Terdapat dua komponen untuk menghitung Garis Kemiskinan (GK) yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Selanjutnya penduduk miskin ditentukan berdasarkan posisi rata-rata pengeluaran per kapita per bulan terhadap Garis Kemiskinan. Penduduk dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK) tergolong penduduk miskin.

(4)

Tabel 2

Garis Kemiskinan Provinsi Bali Menurut Komponen dan Daerah, Maret 2008 – Maret 2009

Garis Kemiskinan ( Rp ) Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Garis Kemiskinan

Maret 2008 190.026 158.206 176.569

Maret 2009 211.461 176.003 196.466

Garis Kemiskinan Makanan

Maret 2008 130.103 117.506 124.775

Maret 2009 146.501 126.082 137.866

Garis Kemiskinan Non Makanan

Maret 2008 59.923 40.700 51.793

Maret 2009 64.960 49.921 58.600

Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2008 dan Maret 2009

Garis Kemiskinan Provinsi Bali Maret 2009 mengalami peningkatan sampai dua digit jika dibandingkan Garis Kemiskinan Maret 2008. Garis Kemiskinan Makanan selalu lebih besar dibandingkan Garis Kemiskinan Non Makanan. Pada Maret 2009, Garis Kemiskinan Makanan mencapai Rp 137.866,00 sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan hanya sebesar Rp 58.600,00.

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Pemahaman tentang kemiskinan tidak hanya terbatas pada berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman kemiskinan (P1) dan tingkat keparahan kemiskinan (P2). Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2008 – Maret 2009, indeks P1 dan P2 di Bali menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks kedalaman (P1) menurun dari 0,84 menjadi 0,74 pada Maret 2009. Demikian pula indeks keparahan (P2)turun dari 0,18 pada Maret 2008 menjadi 0,17 pada Maret 2009. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit.

Nilai P1 dan P2 di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan di pedesaan, dimana P1 daerah perkotaan sebesar 0,77 dan daerah pedesaan sebesar 0,70 serta P2 daerah perkotaan sebesar 0,20 dan daerah pedesaan sebesar 0,13. Melihat perbandingan nilai kedua indeks dapat disimpulkan bahwa kemiskinan di perkotaan lebih parah dibandingkan di pedesaan.

(5)

Tabel 3

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Bali Menurut Daerah, Maret 2008 - Maret 2009

Indeks Kemiskinan Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2008 0,74 0,98 0,84

Maret 2009 0,77 0,70 0,74

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2008 0,15 0,22 0,18

Maret 2009 0,20 0,13 0,17

Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2008 dan Maret 2009

5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, lemak dll).

d. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2009 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Modul Konsumsi bulan Maret 2009. Sejak tahun 2003, jumlah sampel di seluruh Indonesia diperbesar dari 10.000 rumah tangga menjadi 68.800 rumah tangga agar data kemiskinan dapat disajikan sampai ke tingkat provinsi.

Di Provinsi Bali, jumlah sampel SUSENAS Panel Modul Konsumsi bulan Maret 2009 adalah 1.920 rumah tangga. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok non makanan.

(6)

Informasi lebih lanjut hubungi : Indra Susilo, DPSc, MM Kepala Bidang Statistik Sosial

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail : bps5100@telkom.net

Referensi

Dokumen terkait

jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir, atau Grup mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko

Landasan Konstitusional keberadaan Koperasi sebagai badan usaha dapat dilihat dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yamg mengemukakan “Perekonomian disusun sebagai usaha

Dinamika penerimaan diri pada subjek dengan umur yang paling tua dapat narpidana wanita bergantung pada faktor yang menerima keadaan subjek dengan cepat, bahkan menjadi

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

Namun proses dari metode latihan yang dapat memberikan stimulus lebih baik pada sistem saraf pusat, saraf sensorik hingga respon saraf motorik yang akan mengaktifkan

Salah satu hikayat yang berbentuk cerita lisan terdapat dalam tradisi mauluik dikia pada masyarakat penganut Tarekat Syatariyah di kota Padang.. Melihat kedudukan hikayat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggandaan embrio somatik sagu tertinggi sebesar 94% yang dicapai pada media kultur dengan penambahan BAP 0,5 mg/l + ABA 0,01 mg/l,

Sedangkan pada Maret 2021 jumlah orang miskin di Maluku Utara tercatat sebanyak 87,16 ribu orang yang terdiri dari 18,54 ribu orang di daerah perkotaan dan 68,62 ribu orang di