• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESA ADAT BANYUASRI KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG JALAN JENDERAL SUDIRMAN NO. 21 SINGARAJA KEPUTUSAN PARUMAN DESA ADAT BANYUASRI PARAREM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DESA ADAT BANYUASRI KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG JALAN JENDERAL SUDIRMAN NO. 21 SINGARAJA KEPUTUSAN PARUMAN DESA ADAT BANYUASRI PARAREM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DESA ADAT BANYUASRI

KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG

JALAN JENDERAL SUDIRMAN NO. 21 SINGARAJA

KEPUTUSAN

PARUMAN DESA ADAT BANYUASRI

PARAREM

NOMOR : 1 tAHUN 2021

TENTANG

TATA CARA NGADEGANG KELIAN DESA DAN PRAJURU DESA ADAT BANYUASRI

Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa KELIAN DESA ADAT BANYUASRI

Murda Citta : a. bahwa Desa Adat Banyuasri berdasarkan klasifikasinya adalah merupakan Desa Adat Anyar atau lebih spesifik lagi merupakan Desa Adat Pirak yakni desa adat yang terbentuk dari hasil pemekaran desa adat sebelumnya (Desa Adat Buleleng) tepatnya setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia;

b. bahwa sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang berdasarkan pada filosofi Tri Hita Karana yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi serta dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan nilai-nilai budaya, Desa Adat memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga perlu diayomi, dilindungi, dibina, dikembangkan, dan diberdayakan guna mewujudkan kehidupan Krama Bali yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan;

c. bahwa salah satu kearifan lokal yang patut untuk dipertahankan dan diayomi adalah mekanisme ngadegang manggala Desa Adat atau pemimpin desa adat khususnya ngadegang Kelian Desa / Bendesa Adat yang secara turun temurun memiliki variasi antar- Desa Adat di Bali;

d bahwa budaya ngadegang pemimpin secara musyawarah mufakat (gilik saguluk, parasparo, salunglung sabayantaka, sarpana ya) yang jauh sebelumnya telah banyak dilakukan oleh Desa Adat di Bali, sejatinya menjadi sebuah inspirasi dalam pemilihan pemimpin bangsa ini;

e. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf b, c dan huruf d, serta dalam rangka mengembalikan kekuatan musyawarah mufakat dalam tatanan kehidupan adat istiadat di Bali, yang sudah sepatutnya senantiasa kerajegang lan kasungkemin oleh setiap krama Desa Adat dan Prajuru Desa Adat, maka perlu menetapkan Pararem Desa Adat tentang Tata Cara Ngadegang Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat Banyuasri.

(2)

Patitis : a. Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2019 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4);

c. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 34 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Adat di Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2019 Nomor 34);

d. Peraturan Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Desa Adat di Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2020 Nomor 4);

e. Keputusan Paruman Agung Desa Adat se-Bali Tahun 2019 Nomor : 09/KEP/DA- BALI/2019 tentang Deklarasi Pembentukan Majelis Desa Adat (MDA);

f. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Majelis Desa Adat (MDA) Bali Tahun 2020;

g. Surat Edaran Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor 006/SE/MDA-Prov Bali/VII/2020, tanggal 20 Juli 2020 tentang Tata Cara Ngadegang Bandesa Adat atau Sebutan Lain dan Prajuru Adat;

h. Awig-awig Desa Adat Banyuasri Tahun 2015;

Pamikukuh : Berita Acara Hasil Paruman Desa setelah mendengarkan masukan dan pertimbangan dari Sabha Desa, Kertha Desa, Kelian-Kelian Banjar Adat serta perwakilan Lembaga Adat dan perwakilan dari krama desa lainnya, yakni pada Rahina Redite Kliwon Wuku Pujut, pinanggal 05 Desember 2021, bertempat di Wantilan/Bale Banjar Desa Adat Banyuasri serta berpedoman pada hasil konsultasi dengan MDA Propinsi Bali pada tanggal 29 November 2021 perihal penyusunan dokumen Pararem Ngadegang Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat Banyuasri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Pararem Desa Adat Banyuasri tentang Tata Cara Ngadegang Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat Banyuasri.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pararem ini yang dimaksud dengan:

a. Desa Adat adalah Desa Adat Banyuasri yang termasuk klasifikasi Desa Adat Bali Anyar yang merupakan kesatuan masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki wilayah, kedudukan, susunan asli, hak-hak tradisional, harta kekayaan sendiri, tradisi, tata krama pergaulan hidup masyarakat secara turun temurun dalam ikatan tempat suci (kahyangan tiga atau kahyangan desa), memiliki tugas dan kewenangan serta hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri;

b. Banjar Adat adalah bagian dari Desa Adat Banyuasri, yang tediri atas Banjar Adat Banyuasri Kaja, Banjar Adat Banyuasri Kelod dan Banjar Adat Banyuasri Kauh;

(3)

c. Krama Desa Adat adalah warga masyarakat Bali beragama Hindu yang Mipil dan tercatat sebagai anggota di Desa Adat Banyuasri;

d. Mipil adalah sistem registrasi keanggotaan Krama Desa Adat Banyuasri;

e. Krama Tamiu adalah warga masyarakat Bali beragama Hindu yang tidak Mipil, tetapi tercatat bertempat tinggal di Desa Adat Banyuasri;

f. Tamiu adalah orang selain Krama Desa Adat dan Krama Tamiu yang berada di wawidangan Desa Adat untuk sementara atau bertempat tinggal tetap di Desa Adat Banyuasri;

g. Pemerintahan Desa Adat adalah penyelenggaraan tata kehidupan bermasyarakat di Desa Adat Banyuasri yang berkaitan dengan Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

h. Prajuru Desa Adat adalah Pengurus Desa Adat Banyuasri;

i. Kelian Desa adalah Kelian Desa Adat atau Bandesa Adat Banyuasri;

j. Sabha Desa Adat adalah lembaga mitra kerja Prajuru Desa Adat yang melaksanakan fungsi pertimbangan dan pengawasan dalam pengelolaan Desa Adat Banyuasri;

k. Kertha Desa Adat adalah lembaga mitra kerja Prajuru Desa Adat yang melaksanakan fungsi penyelesaian perkara adat/wicara berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat Banyuasri;

l. Majelis Desa Adat yang selanjutnya disingkat MDA adalah persatuan (pasikian) Desa Adat di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan secara berjenjang yang memiliki tugas dan kewenangan dibidang pengamalan adat istiadat yang bersumber dari agama Hindu serta kearifan lokal dan berfungsi memberikan nasihat, pertimbangan, pembinaan, penafsiran, dan keputusan bidang adat, tradisi, budaya, sosial religius, kearifan lokal, hukum adat, dan ekonomi adat;

m. Paruman Desa Adat atau yang disebut dengan sebutan lain adalah lembaga pengambil keputusan tertinggi menyangkut masalah prinsip dan strategis di Desa Adat Banyuasri.

n. Ngadegang atau Pemilihan Kelian Desa Adat dan/atau Prajuru Desa Adat adalah proses pengisian jabatan Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat Banyuasri yang akan berakhir masa jabatannya melalui pemilihan secara musyawarah dan mufakat dalam Paruman Desa Adat yang memenuhi persyaratan mulai dari tahap penjaringan bakal calon sampai dengan pelantikan calon Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat terpilih;

o. Prawartaka Panyudian atau Panitia Pemilihan Kelian Desa Adat dan/atau Prajuru Desa Adat adalah kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih dan dibentuk serta ditetapkan berdasarkan Hasil Keputusan Paruman Desa Adat Banyuasri yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, memimpin dan bertanggung jawab terkait dengan teknis penyelenggaraan dan tahapan pemilihan Kelian Desa Adat dan/atau Prajuru Desa Adat Banyuasri;

p. Bakal calon Kelian Desa Adat yang selanjutnya disebut Bakal Calon adalah Krama Desa Adat di wewidangan Desa Adat Banyuasri yang telah didaftarkan atau mendaftarkan diri dalam pemilihan Kelian Desa Adat kepada Panitia Pemilihan pada tahap penjaringan.

q. Calon Kelian Desa Adat adalah bakal calon Kelian Desa Adat yang berdasarkan hasil seleksi dan verifikasi persyaratan administratif telah dinyatakan lolos dan ditetapkan sebagai calon Kelian Desa Adat Banyuasri.

r. Tahapan Pemilihan adalah urutan kegiatan pemilihan yang terdiri atas tahap pembentukan kepanitiaan, penyusunan pedoman dan tata tertib, penjaringan aspirasi, pendaftaran, penyaringan bakal calon, penetapan calon Kelian Desa Adat, Sosialiasi calon/kandidat, pelaksanaan musyawarah pemilihan untuk mencapai mufakat atau ngadegang, penetapan calon terpilih, penyusunan dan penyerahan berkas berita acara calon terpilih untuk kepentingan pengesahan, penetapan dan pengesahan dalam Paruman, tahapan pengusulan dan pengukuhan serta pelantikan (mejaya- jaya), pelaporan dan pertanggungjawaban panitia pemilih serta pembubaran kepanitiaan.

(4)

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

(1) Pengaturan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dan menjadi tuntunan sekaligus penegasan bagi Panitia Pemilihan (Prawartaka Panyudian), Prajuru Desa Adat, para Calon Prajuru, dan Krama Desa Adat dalam menjalani tahapan-tahapan Ngadegang Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat secara musyawarah mufakat

(2) Pengaturan ini bertujuan untuk memberikan arahan sebagai dasar untuk melaksanakan perencanaan dan proses Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat secara musyawarah mufakat dengan mengedepankan kearifan lokal dan senantiasa memperhatikan kepentingan Niskala dan Sakala.

BAB III

AZAS DAN PRINSIP DASAR

Pasal 3

(1) Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat dilaksanakan secara Musyawarah Mufakat berdasarkan asas kawigunan, padumpada, manyama braya, sarwa ada, sareng sareng, gilik saguluk, para sparo, salunglung sabayantaka, sarpana ya dan Bali Mawacara dengan berlandaskan pada keseimbangan proses secara Sakala-Niskala.

(2) Prinsip-prinsip dasar atau spirit Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat Banyuasri, adalah :

a. Membangun kebersamaan dalam rangka mewujudkan Desa Adat Banyuasri sebagai lembaga masyarakat yang kuat (perekonomian), sehat dan mengayomi (sosial) serta berwawasan keagamaan dan berkelanjutan (budaya dan adat), berlandaskan nilai-nilai ajaran TRI HITA KARANA.

b. Membangun kesadaran masyarakat Desa Adat Banyuasri bahwa proses musyawarah dan mufakat dalam pemilihan Kelian Desa dan/atau Prajuru Adat adalah sebuah proses untuk menghasilkan pemimpin yang dikehendaki sekaligus yang berkualitas serta merupakan cara yang tepat untuk mengatasi berbagai silang pendapat, berpeluang mengurangi penggunaan kekerasan dalam memperjuangkan kepentingan, serta sangat berpotensi menghindari dan mengatasi kemungkinan terjadinya konflik.

c. Membangun kesadaran calon pemimpin desa adat bahwa jabatan Kelian Desa Adat memiliki status “luar biasa” dari aspek kehidupan adat (budaya) dan istiadat yang harus diembannya dengan jiwa dan mental yang tangguh (ngayah), konsisten dan berwibawa, siap bekerjasama secara positif serta mengesampingkan adanya tendensi politik dan tidak memihak atau mengedepankan kepentingan dan golongan tertentu.

d. Membangun Desa Adat Banyuasri ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif terhadap kemajuan dengan dukungan sumberdaya manusia berkualitas, dukungan budaya dan adat yang spesifik serta kemampuan ekonomi secara swadaya, swakarsa dan swakelola yang memadai.

(3) Beberapa hal pokok yang harus dipegang teguh dalam membuat keputusan bersama secara musyawarah mufakat adalah :

a. pendapat disampaikan secara santun;

b. menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat;

c. mencari titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara bijaksana;

d. menerima keputusan bersama secara besar hati, meski tidak sesuai dengan keinginan;

e. melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.

(5)

BAB IV

KELEMBAGAAN PRAJURU DESA ADAT BANYUASRI Pasal 4

(1) Prajuru Desa Adat Banyuasri yang dimaksud adalah pengurus Desa Adat yang bertugas untuk memimpin jalannya pemerintahan Desa Adat Banyuasri meliputi urusan Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.

(2) Komposisi Prajuru Desa Adat Banyuasri terdiri atas:

a. Kelian Desa;

b. Patajuh;

c. Panyarikan; dan d. Patengen.

(3) Dalam situasi tertentu, bila dipandang perlu, Desa Adat dapat menambahkan jumlah Prajuru Desa Adat, termasuk dengan bhaga-bhaga sesuai kebutuhan.

(4) Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya Prajuru Desa Adat Banyuasri bertindak secara kolektif kolegial.

(5) Kelian Desa, dipilih oleh Krama Desa secara musyawarah mufakat melalui Paruman Desa yang disepakati, sedangkan Prajuru Desa Adat lainnya dapat dipilih, ditunjuk dan ditetapkan secara bersamaan saat pemilihan Kelian Desa atau dapat dipilih, ditunjuk dan ditetapkan oleh Kelian Desa dalam Paruman Desa.

BAB V

MASA BAKTI ATAU MASA AYAHAN Pasal 5

(1) Masa bakti atau masa ayahan Kelian Desa termasuk Prajuru Desa Adat Banyuasri adalah 5 (lima) Warsa Isaka menurut hitungan sasih terhitung sejak disahkannya melalui upacara pengukuhan dan pajayan-jayan.

(2) Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk masa bakti 3 (Tiga) periode.

(3) Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat dapat berhenti atau diberhentikan karena : a. meninggal dunia

b. mengundurkan diri c. berakhirnya masa bakti;

d. diberhentikan karena terbukti secara sah dan berkekuatan hukum tetap telah melakukan pelanggaran hukum; dan

e. ketentuan lainnya sesuai Awig-Awig Desa Adat Banyuasri.

BAB VI

TUGAS DAN KEWENANGAN SERTA LARANGAN PRAJURU ADAT Pasal 6

(1) Tugas dan Kewajiban Prajuru Desa Adat, meliputi :

a. menyusun rencana strategis dan program pembangunan Desa Adat;

b. menyusun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Adat;

c. melaksanakan program pembangunan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b melalui kegiatan Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan;

d. melaksanakan Awig-Awig dan/atau Pararem Desa Adat;

e. menyelesaikan perkara adat/wicara yang terjadi dalam Wewidangan Desa Adat;

(6)

f. mengatur penyelenggaraan kegiatan sosial dan keagamaan dalam Wewidangan Desa Adat sesuai dengan susastra agama dan tradisi masing-masing;

g. melaporkan hasil pelaksanaan program sebagaimana dimaksud pada huruf c dalam Paruman Desa Adat.

(2) Kewenangan Prajuru Desa Adat, diantaranya meliputi :

a. memutuskan rencana strategis yang disusun oleh LPD dan BUPDA;

b. menetapkan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Adat menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Adat setiap tahun;

c. memanfaatkan Padruwen Desa Adat dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas Prajuru;

d. mengangkat dan memberhentikan Pengawas dan Pengurus LPD / BUPDA setelah mendapat persetujuan Sabha Desa Adat melalui Paruman Desa;

e. melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam Wewidangan Desa Adat;

f. menerapkan sanksi adat kepada Krama yang sudah diputuskan melalui Paruman Desa Adat;

g. mewakili Desa Adat dalam bertindak untuk melakukan perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar peradilan atas persetujuan Paruman Desa Adat; dan

h. melaksanakan kewenangan lain sesuai dengan Awig-Awig dan/atau Pararem Desa Adat.

(3) Sedangkan larangan bagi Prajuru Desa Adat yaitu : a. melanggar Awig-Awig dan/atau Pararem;

b. membuat keputusan yang menguntungkan pihak tertentu dengan merugikan kepentingan umum;

c. menyalahgunakan tugas, kewajiban, dan wewenang;

d. melakukan tindakan yang meresahkan Krama di Desa Adat;dan e. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.

BAB VII

PERSYARATAN KELIAN DAN PRAJURU DESA ADAT BANYUASRI Pasal 7

(1) Untuk mendapatkan kelian desa dan/atau prajuru desa adat yang sanggup dan berkomitmen untuk menjaga keberadaan dan keberlanjutan Desa Adat, maka diperlukan persyaratan tertentu, baik yang bersifat persyaratan pokok maupun persyaratan yang bersifat penting.

(2) Persyaratan Pokok adalah persyaratan utama yang wajib dipenuhi oleh Kelian Desa maupun Prajuru Desa Adat sesuai dengan yang telah diatur dalam Awig-Awig Desa Adat Banyuasri, sedangkan Persyaratan Penting seorang Kelian Desa dan/atau Prajuru Adat adalah persyaratan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menjawab dan mengantisipasi perkembangan global yang terjadi saat ini dan yang akan datang.

(3) Beberapa persyaratan pokok yang harus dipenuhi khususnya untuk dapat diusulkan menjadi Bakal Calon dan Kandidat/Calon Kelian Desa Adat Banyuasri adalah :

a. Syarat Umum:

i. Beriman dan bertakwa kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

ii. Memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai.

iii. Memiliki kemauan untuk mengabdi dan mengemban tugas sebagai Kelian Desa (Jiwa Ngayah)

iv. Memiliki waktu yang tidak dibatasi oleh kegiatan atau pekerjaan lain atau memiliki loyalitas tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab yang diemban sebagai Kelian Desa.

(7)

b. Syarat Khusus:

i. Krama Desa Adat Banyuasri ngarep (nyungsung Pura Kahyangan Tiga Banyuasri) dan berdomisili di wawidangan Desa Adat Banyuasri (Krama Desa Negak atau Penyada).

ii. Memegang teguh Awig-Awig serta Pararem Desa Adat Banyuasri;

iii. Sudah berumah tangga atau sudah pernah menikah.

iv. Tan ceda angga, sehat jasmani dan rohani serta bebas Narkoba;

v. Berkelakuan baik (menjadi tauladan), tidak terikat pekerjaan dinas (rekomendasi bebas ikatan dinas minimal selama 5 tahun kedepan) yang dapat berpotensi mengganggu dan menghambat tugas-tugas dan tanggung jawab selaku Kelian Desa Adat nantinya, serta memiliki sikap mengayomi, melayani, jujur, tegas, santun, satya laksana, satya wacana dan ksatria selama proses pemilihan hingga penetapan calon Kelian Desa Adat terpilih dilakukan.

vi. Memahami kehidupan sosial, adat, agama dan budaya Desa Adat Banyuasri.

vii. Khusus kandidat incumbent, dapat mencalonkan atau dicalonkan kembali sebagai Calon Kelian Desa Adat Banyuasri periode berikutnya.

(4) Sedangkan beberapa Persyaratan Penting seorang Kelian Desa dan/atau Prajuru Adat diantaranya meliputi :

a. Berpendidikan, serendah-rendahnya bisa menulis dan membaca serta komunikatif dan cakap berbicara dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali.

b. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun untuk calon Prajuru Desa sedangkan untuk calon Kelian Desa sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 70 (tujuh puluh) tahun pada saat dicalonkan.

c. Memiliki kemampuan bekerjasama yang baik dengan Pemerintah, MDA, Desa Adat Lain serta Lembaga Non-Pemerintahan Lainnya, namun tetap mampu menjaga independensi Desa Adat;

d. Memiliki kompetensi, integritas dan komitmen serta kemampuan, dan kecakapan yang kuat dalam menjaga dan memperjuangkan keberadaan dan keberlanjutan Desa Adat termasuk memahami kehidupan sosial, adat, agama dan budaya Desa Adat Banyuasri termasuk tradisi Bali serta agama Hindu sebagai jiwa Desa Adat.

d. Khususnya jabatan Kelian Desa, sekurang-kurangnya dicalonkan sebagai kandidat oleh 1 (satu) perwakilan Dadia/Banjar/Tempekan/Kelompok Masyarakat.

e. Menyatakan kesediaan dan kesanggupan secara tertulis untuk dicalonkan dan siap menjalankan tugas sebagai Kelian Desa Adat Banyuasri jika terpilih.

f. Tidak menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;

g. Tidak merangkap jabatan sebagai Perbekel/Lurah atau jabatan sejenis dalam Pemerintahan Desa Dinas/Kelurahan (khusus Kelian Desa Adat); dan

h. Tidak merangkap menjadi pengurus partai politik (khusus Kelian Desa Adat).

BAB VIII

TATA CARA NGADEGANG KELIAN DESA DAN PRAJURU DESA ADAT BANYUASRI Bagian Kesatu

Penyusunan atau Pemuktahiran Pararem

Pasal 8

(1) Tahap awal sebagai persiapan mekanisme ngadegang atau pemilihan Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat adalah penyusunan atau pemuktahiran Pararem Desa Adat yang mengandung materi tentang musyawarah Ngadegang Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat sekaligus sebagai tuntunan bagi Panitia Pemilihan (Prawartaka Panyudian), Prajuru Desa Adat, para calon Prajuru dan Krama Desa Adat dalam menjalankan tahapan-tahapan Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat secara musyawarah mufakat.

(8)

Bagian Kedua Tahapan Persiapan

Pasal 9 (1) Tahapan Persiapan, meliputi :

a. Penyampaian berakhirnya masa Jabatan Prajuru Desa Adat;

b. Penyusunan dan Penetapan Panitia Musyawarah Pemilihan (Prawartaka Panyudian);

c. Penyusunan Jadwal dan Tahapan;

d. Sosialisasi dan Penyampaian Jadwal dan Tahapan ke MDA Provinsi Bali.

(2) Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat wajib menyampaikan akan berakhirnya masa baktinya (ngayah) kepada Krama Desa Adat melalui Sabha Desa selambat-lambatnya 6 (enam) sasih sebelum berakhirnya masa bakti sebagai Kelian dan Prajuru Desa Adat;

(3) Penyampaian atau sosialisasi dilakukan secara tertulis kepada Krama Desa oleh Sabha Desa atau melalui Paruman atau Pasangkepan.

Bagian Ketiga

Pembentukan Panitia Pemilihan Pasal 10

(1) Kelian Desa selambat-lambatnya 3 (tiga) sasih sebelum berakhirnya masa bakti dari Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat wajib membentuk Panitia Musyawarah Pemilihan (Prawartaka Penyudian) dalam forum Paruman Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kelian Desa Adat Banyuasri;

(2) Panitia Musyawarah Pemilihan Prajuru Desa Adat merupakan panitia kerja yang dibentuk dalam rangka mendukung rencana dan menyukseskan pelaksanaan pemilihan (calon) Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat, yang bertugas dan bertanggungjawab sejak terbentuk dan ditetapkan hingga terpilihnya Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat yang baru;

(3) Keanggotaan panitia yang ditetapkan berdasarkan hasil keputusan paruman, tidak dapat diganggu/dirubah oleh pihak manapun sebelum dinyatakan bubar secara resmi;

(4) Dalam menjalankan tugasnya, Panitia Pemilihan secara moral dan administratif bertanggung jawab langsung kepada Krama Desa Adat Banyuasri;

(5) Panitia Pemilihan berjumlah sekurang-kurangnya terdiri atas 3 (tiga) orang dan sebanyak- banyaknya 9 (sembilan) orang, yang terdiri atas :

a. 1 orang sebagai Kelian/Ketua merangkap anggota,

b. 1 orang sebagai Panyarikan/Sekretaris merangkap anggota, c. 1-7 orang sebagai Angga (Anggota).

(6) Anggota Panitia Pemilihan dapat berasal dari unsur Sabha Desa, unsur Kelembagaan Desa Adat, unsur Prajuru Banjar Adat/Sukaduka/Dadya/Sebutan Lain, atau unsur Krama Desa Adat berdasarkan kemampuan dan kecakapannya, dimana struktur kepanitiaan yang terbentuk berdasarkan hasil rapat dan musyawarah bersama yang dihadiri oleh Pajuru Desa, Manggala Adat serta utusan atau perwakilan krama/sekaa/dadia-dadia;

(7) Ketua dan Sekretaris Panitia, dipilih secara musyawarah oleh para anggota panitia, dan ditetapkan dengan keputusan Kelian Desa;

(8) Keputusan tentang susunan kepanitiaan termasuk setiap tahapan / jadwal pelaksanaan kegiatan wajib disampaikan kepada Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi bali melalui MDA Tingkat Kecamatan/Kabupaten/Kota;

(9)

(9) Tugas Pokok Panitia Pemilihan adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan;

b. Melakukan sosialisasi tentang akan diselenggarakannya pemilihan Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat Banyuasri serta mensosialisasikan Tata Cara atau Pararem Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat secara adil dan berimbang;

c. Merencanakan, menyusun dan menyelesaikan urusan administrasi yang terkait dengan proses tahapan pemilihan;

d. Melaporkan atau menyampaikan dalam bentuk softcopy dan hardcopy putusan tentang Tahapan Jadwal Pelaksanaan Pemilihan kepada Majelis Desa Adat Provinsi Bali melalui MDA Kecamatan dan MDA Kabupaten Buleleng, serta dapat juga dilakukan melalui Pendaftaran Awal secara daring (online);

e. Memfasilitasi penerimaan pendaftaran, penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kelian Desa untuk ditetapkan sebagai Kandidat/Calon Kelian Desa Adat terpilih;

f. Melaksanakan penyaringan bakal calon melalui seleksi administratif atas kelengkapan dan kebenaran data serta persyaratan yang ditentukan sebagai kandidat/calon kelian desa adat;

g. Memfasilitasi musyawarah para calon;

h. Memfasilitasi Paruman Desa Adat untuk melaksanakan Musyawarah Pemilihan Kelian Desa dan Penunjukan Prajuru Desa Adat oleh Kelian Desa terpilih;

i. Menyusun Berita Acara Pelaksanaan dan Pengesahan hasil Musyawarah dan Mufakat Pemilihan;

j. Menyampaikan permohonan penetapan dan pengukuhan Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat terpilih kepada Majelis Desa Adat Provinsi Bali sesuai mekanisme yang ditetapkan;

k. Memfasilitasi pelaksanaan pengukuhan dan pejaya-jayaan.

(10) Hak dan Kewajiban Panitia Pemilihan adalah sebagai berikut:

a. Hak Panitia Pemilihan:

i. Panitia Pemilihan berhak atas pendanaan dalam menyusun anggaran kegiatan pemilihan Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat melalui mekanisme yang diatur sesuai peraturan yang ada.

ii. Panitia berhak melakukan pendataan krama desa adat secara kepatutan.

iii. Panitia berhak melakukan periksa silang dan periksa ulang (verifikasi) atas data-data yang dianggap perlu terhadap bakal calon dan kandidat/calon Kelian Desa Adat.

iv. Panitia berhak menentukan dan menetapkan hasil calon Kelian Desa Adat yang mengikuti seleksi dan keputusan Panitia tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak).

v. Panitia berhak membatalkan hak untuk dipilih terhadap bakal calon/kandidat jika terbukti nyata-nyata terjadi ketidaksesuaian dengan prasyarat bakal calon sebagaimana telah diatur dalam Pararem ini.

b. Kewajiban Panitia Pemilihan:

i. Panitia Pemilihan berkewajiban melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana telah diatur dalam Pararem ini, sehingga terjamin pelaksanaan proses tahapan pemilihan Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat Banyuasri berjalan secara aman dan lancar sesuai nilai-nilai kearifan budaya dan agama.

ii. Mengawal pelaksanaan Pemilihan Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat berlangsung penuh kekeluargaan dan bertanggung jawab.

(11) Dalam hal salah satu atau lebih anggota Panitia Pemilihan Kelian Desa Adat (Panitia Pemilihan) berhalangan tetap, maka keanggotaannya segera diganti dari utusan perwakilan krama desa yang sama.

(10)

(12) Yang dimaksud dengan berhalangan tetap adalah:

a. Meninggal dunia.

b. Mengundurkan diri oleh sebab-sebab lain yang diajukan sendiri secara tertulis.

c. Pindah tempat tinggal keluar wilayah kabupaten Buleleng

d. Tidak lagi memenuhi persyaratan/kewajiban sebagai anggota Panitia Pemilihan dan atau karena dicabut penunjukkannya sebagai anggota Panitia Pemilihan oleh utusan perwakilan krama desa yang bersangkutan.

(13) Perihal ada anggota Panitia Pemilihan yang dicalonkan dan bersedia dicalonkan sebagai kandidat/bakal calon Kelian Desa Adat, maka yang bersangkutan diminta mengundurkan diri dari anggota Panitia Pemilihan dan digantikan dari utusan perwakilan krama desa yang sama.

(14) Penyusunan Jadwal dan Tahapan sebagaimana dimaksud Pasal 9 Ayat (1) huruf c di atas, merupakan tugas Panitia Pemilihan yang diantaranya memuat perihal tempat, hari, tanggal atau rentang waktu, lamanya waktu, bentuk kegiatan, dan kebutuhan pembiayaan jika diperlukan.

(15) Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud Ayat (14), meliputi :

a. Kegiatan Niskala, diantaranya pelaksanaan upacara mapakeling, b. Kegiatan sosialisasi (Sakala),

c. Kegiatan penjaringan bakal calon Kelian dan/atau Prajuru Adat, d. Penetapan Calon Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat,

e. Pelaksanaan Musyawarah Mufakat,

f. Penyampaian dan Pengesahan dalam Paruman Desa Adat, g. Pengusulan Keputusan kepada MDA Provinsi Bali,

h. Pengukuhan dan Pajaya-jayaan, serta

i. Bentuk kegiatan lainnya yang dipandang perlu oleh Panitia.

(16) Jadwal tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud Ayat (14) dan Ayat (15) di atas, ditetapkan melalui Keputusan Panitia.

Bagian Keempat Tahapan Pelaksanaan

Pasal 11

(1) Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat, umumnya dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme, diantaranya :

a. melalui mekanisme Pemilihan secara Musyawarah Mufakat;

b. melalui mekanisme Nyanjan (ritual keagamaan secara niskala);

c. melalui mekanisme berdasarkan Keturunan (Saka Turunan Kapurusan Kelian sebelumnya);

d. melalui mekanisme Penunjukkan (ditunjuk oleh Prajuru/Paduluan Desa);

e. melalui mekanisme Lekesan (berdasarkan Undian dari lekesan yang dipilih);

f. melalui mekanisme Ririgan (Senioritas);

g. melalui cara lainnya sesuai dengan Dresta.

(2) Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru di Desa Adat Banyuasri dilakukan melalui mekanisme Pemilihan, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan dengan mekanisme lainnya tergantung dari situasi dan kondisi saat kegiatan dilakukan dimana sebelumnya telah mendapat persetujuan dan kesepakatan dalam Paruman Desa;

(3) Ngadegang Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat dengan pemilihan artinya setiap Krama Desa Adat memiliki kesempatan untuk dicalonkan dan dipilih menjadi Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat.

(4) Mekanisme ngadegang melalui pemilihan wajib dilaksanakan secara Musyawarah Mufakat (Gilik-Saguluk, Parasparo), atau dilarang melaksanakan voting/pemungutan suara atau sejenisnya.

(11)

(5) Tahapan penting dalam Ngadegang Kelian Desa Adat, diantaranya adalah :

a. Tahapan Penjaringan Bakal Calon, yaitu tahapan penjaringan bakal calon Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat.

b. Tahapan Penyaringan dan Penetapan Calon, yaitu tahapan seleksi dan penetapan calon-calon Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat, yang diajukan oleh Krama Desa / perwakilan krama desa (banjar adat/dadia) yang memenuhi persyaratan sesuai mekanisme dan pedoman yang telah ditetapkan.

c. Tahapan Musyawarah Pemilihan, yaitu tahapan dimana dilaksanakan musyawarah untuk mufakat (gilik-saguluk, parasparo). Musyawarah mufakat tahap awal dapat dilakukan di internal manggala adat atau dapat dilakukan melalui Paruman Desa Adat.

(6) Tahapan Penjaringan Bakal Calon Kelian Desa dan/atau Bakal calon Prajuru Desa Adat dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut :

a. Tahapan Penjaringan diawali dengan kegiatan sosialisasi dan/atau pemberitahuan oleh panitia pemilihan perihal tahap awal penjaringan bakal calon Kelian Desa dan/atau Bakal calon Prajuru Desa Adat kepada krama desa.

b. Penjaringan dan pengusulan bakal calon Kelian Desa Adat dan/atau Bakal calon Prajuru Desa Adat lainnya dapat dilakukan secara bersamaan atau simultan.

c. Penjaringan khususnya Bakal Calon (Balon) Kelian Desa Adat dan/atau Bakal calon Prajuru Desa Adat dilakukan oleh panitia dengan diawali menerima pendaftaran Balon Kelian Desa Adat dan/atau Bakal calon Prajuru Desa Adat serta pengumpulan aspirasi dari perwakilan komponen masyarakat, yang dalam hal ini diwakilkan oleh masing-masing Dadia (kelompok masyarakat) yang ada di wilayah lingkungan Desa Adat Banyuasri, dimana setiap dadia atau kelompok masyarakat wajib menunjuk dan mencalonkan satu bakal calon dan tidak terbatas atau tidak diharuskan berasal dari krama dadia bersangkutan, dengan kata lain dapat menunjuk dan mencalonkan bakal calon dari krama dadia lain.

d. Setiap dadia yang mengajukan calon Kelian Desa dan/atau Bakal calon Prajuru Desa Adat harus menyampaikan secara tertulis (Berita Acara Hasil Musyawarah Penjaringan) Bakal Calon Kelian Desa Adat dan/atau Bakal calon Prajuru Desa Adat yang dicalonkan yang dilengkapi dengan tanda tangan pengurus dadia atau Kelompok Masyarakat kepada panitia pemilihan, paling lambat 8 (delapan) hari terhitung sejak sosialisasi/pemberitahuan oleh panitia pemilihan.

e. Kegiatan Penjaringan dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak sosialisasi dan/atau pemberitahuan oleh panitia pemilihan dilakukan.

f. Dadia atau Banjar Adat atau kelompok masyarakat lainnya yang tidak melakukan musyawarah penjaringan pengusulan calon kelian dan prajuru desa adat dinyatakan kehilangan hak dalam mengusulkan bakal calon Kelian dan/atau bakal calon prajuru desa adat

(7) Sedangkan Teknis Penyaringan Bakal Calon dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Seluruh Bakal Calon Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat yang telah diterima panitia dalam amplop tertutup akan dibuka dan disampaikan secara langsung dalam musyawarah/rapat Panitia Pemilihan.

b. Panitia Pemilihan merekapitulasi hasil penjaringan dan pengusulan bakal calon Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud huruf (d);

c. Panitia Pemilihan mengundang krama desa adat yang dijaring dan diusulkan untuk menjadi bakal calon Kelian Desa Adat dan/atau bakal calon prajuru desa adat untuk menyampaikan hasil Musyawarah penjaringan dan pengusulan bakal calon yang telah dilakukan oleh Banjar Adat/Dadia atau Kelompok Masyarakat;

d. Panitia Pemilihan meminta bakal calon sebagaimana dimaksud ayat (7) huruf (c) di atas untuk melengkapi administrasi pencalonan dengan membuat pernyataan diri telah memenuhi persyaratan dan siap untuk berproses dalam pemilihan secara musyawarah mufakat.

(12)

e. Panitia Pemilihan menetapkan bakal calon Kelian Desa Adat dan/atau prajuru desa adat yang memenuhi persyaratan;

f. Penetapan jumlah dan kandidat atau calon kelian desa dan/atau prajuru desa adat diambil berdasarkan hasil keputusan bersama melalui jalur musyawarah dan penilaian menyeluruh (memenuhi persyaratan sebagai kandidat/calon) dalam forum rapat Panitia Pemilihan.

g. Oleh karena sesuatu hal, jika pada akhirnya hanya terdapat 1 (satu) Bakal Calon Kelian Desa Adat dan/atau prajuru desa adat yang memenuhi persyaratan, maka tahapan Musyawarah Pemilihan akan tetap dilaksanakan dengan hanya Bakal Calon Tunggal.

h. Penetapan calon Kelian Desa Adat dan/atau calon prajuru desa adat dilakukan selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak penyampaian hasil penjaringan kepada bakal calon;

(8) Teknis Pemilihan secara musyawarah dilakukan dengan pedoman sebagai berikut : a. Musyawarah Pemilihan dilakukan dalam dua tahapan, yaitu:

1. Tahapan Musyawarah antar Calon; dan

2. Tahapan Musyawarah dalam Paruman Desa sebagai Lembaga Pengambil Keputusan Desa Adat.

b. Musyawarah antar calon sebagaimana dimaksud huruf (a) point 1 adalah musyawarah diantara para calon untuk kesepahaman dalam pengisian struktur keprajuruan;

c. Musyawarah Lembaga Pengambil Keputusan sebagaimana dimaksud huruf (a) point 2, adalah musyawarah peserta Paruman Desa Adat untuk memilih dan menetapkan Kelian Desa Adat terpilih;

d. Panitia Pemilihan mengundang para calon Kelian Desa dan/atau prajuru Desa Adat untuk mengikuti musyawarah pemilihan antar calon;

e. Panitia Pemilihan memberikan kesempatan kepada para calon untuk saling terbuka bernusyawarah untuk menyepakati rancangan Kelian Desa Adat terpilih dan menyepakati rancangan personalia organisasi prajuru desa adat lainnya;

f. Apabila musyawarah pemilihan antar para calon sebagaimana dimaksud ayat (8) huruf (e) belum membuahkan hasil, maka panitia pemilihan dapat mengusulkan kepada Prajuru Desa Adat dan Para Calon mengundang Majelis Desa Adat untuk memberikan penjelasan atau langsung ke Musyawarah dalam Paruman Desa Adat sebagai Lembaga Pengambil Keputusan;

g. Panitia Pemilihan membuat Berita Acara atas hasil Musyawarah Pemilihan antar calon;

h. Untuk Tahapan musyawarah berikutnya, Panitia Pemilihan atas sepengetahuan Kelian Desa Adat dan/atau Prajuru Desa Adat menyelenggarakan Paruman Desa Adat;

i. Paruman Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf (h) adalah Lembaga Pengambil Keputusan Desa Adat, yang dapat dihadiri oleh seluruh krama pengarep, namun apabila jumlah krama pengarep terlalu banyak sehingga tidak memungkinkan dihadirkan secara keseluruhan, maka dapat diwakilkan oleh unsur sebagai berikut :

1. Panitia Pemilihan;

2. Calon Kelian Desa dan/atau Calon Prajuru Adat;

3. Prajuru Desa Adat;

4. Sabha Desa Adat;

5. Prajuru Kelembagaan Desa Adat;

6. Prajuru Banjar Adat; dan 7. Perwakilan Krama Desa Adat.

Catatan : Kertha Desa sebagai lembaga peradilan, tidak boleh dilibatkan dalam Proses Pengambilan Keputusan, namun dapat diundang untuk menyaksikan paruman.

j. Ketua Panitia dan Sekretaris Panitia adalah Pimpinan dalam Paruman Desa Adat Sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf (h) dan huruf (i);

(13)

k. Panitia Pemilihan menyampaikan dalam Paruman Desa Adat tentang hasil penjaringan bakal calon, penetapan calon, dan hasil fasilitasi musyawarah antar calon;

l. Panitia Pemilihan menyampaikan hasil musyawarah antar calon sebagaimana telah dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah antar Calon;

m. Panitia Pemilihan meminta Pasuara Paruman Desa Adat untuk memufakati hasil musyawarah antar calon sebagaimana dimaksud ayat ayat (8) huruf (l), sehingga terpilih Kelian Desa dan/atau Prajuru Desa Adat secara Musyawarah dan Mufakat;

n. Apabila tidak terjadi kesepakatan dan kesepahaman pada tahapan musyawarah antar calon, kepada Peserta Paruman Desa Adat, Panitia Pemilihan wajib menyampaikan seluruh tahapan sejak proses penjaringan calon, tahap penetapan calon, dan tahap musyawarah antar calon sebagaimana telah dituangkan dalam Berita Acara;

o. Sebagaimana ayat (8) huruf (n) di atas, Panitia Pemilihan memfasilitasi/

memimpin musyawarah untuk memilih Kelian Desa Adat dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan Musyawarah; dan 2. Tahapan Mufakat

p. Tahapan Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf (o) point (1) dilaksanakan dengan cara meminta pasuara dari masing-masing peserta Paruman Desa Adat, sehingga didapatkan dominasi atau kecenderungan pasuara dari peserta paruman;

q. Tahapan Mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf (o) point (2) adalah tahap memufakati hasil dominasi atau kecenderungan pasuara sebagaimana diperoleh saat pelaksanaan tahapan musyawarah;

r. Panitia Pemilihan minta persetujuan Paruman Desa Adat untuk memufakati Calon Kelian Desa yang mendapatkan dominasi Pasuara dari Peserta Paruman sebagai Kelian Desa adat terpilih.

s. Kelian Desa Adat terpilih diberikan kesempatan untuk melengkapi pengisian struktur keprajuruan desa adat;

t. Pengisian personalia keprajuruan dengan mengutamakan nama-nama calon prajuru yang telah diusulkan oleh paruman banjar adat/dadia atau kelompok masyarakat sebagaimana telah dituangkan dalam berita acara;

u. Apabila dipandang perlu Kelian Desa terpilih dapat memilih, menunjuk dan/atau mengusulkan bakal calon prajuru sesuai kebutuhan;

v. Pengisian personalia keprajuruan dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Kelian Desa Adat terpilih dimufakati

w. Pelaksanaan pemilihan melalui musyawarah dilakukan pada hari dan tanggal sesuai jadwal (time schedule) yang telah ditetapkan sebelumnya.

x. Proses pemilihan calon kelian desa adat, dilakukan secara tepat, seksama, terbuka, adil dan bertanggung jawab dengan tetap memperhatikan atau mempertimbangkan berbagai aspek dan pandangan-pandangan yang mengutamakan sebesar-besarnya nilai manfaat bagi kepentingan seluruh krama desa dan pembangunan Desa Adat Banyuasri kedepannya.

y. Terhadap keputusan akhir calon Kelian Desa Adat berdasarkan hasil musyawarah, bersifat final dan mengikat dan calon yang telah ditetapkan dapat segera disahkan dalam Paruman Desa sebagai calon Kelian Desa Adat terpilih.

Bagian Kelima Tahapan Pengesahan

Pasal 12

(1) Setelah Panitia mendapatkan calon terpilih, maka Panitia Pemilihan menyampaikan hasil musyawarah pemilihan yang telah dilakukan dan menyampaikan nama Kelian Desa beserta hasil pengisian struktur keprajuruan terpilih atau ditunjuk dan disepakati

(14)

secara musyawarah mufakat (gilik-saguluk, parasparo), untuk mendapatkan pengesahan Paruman Desa Adat.

(2) Setelah proses pengesahan Paruman Desa, selanjutnya Panitia Pemilihan membuatkan Berita Acara tentang Pengesahan Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat dan menuangkan hal-hal yang harus dilakukan Panitia Pemilihan, Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat yang baru disahkan, termasuk Kelian Desa dan Prajuru Desa Adat yang sedang menjabat, sehingga dijadikan pedoman oleh para pihak agar proses pengambilalihan kepemimpinan dapat berjalan dengan baik.

(3) Karena Paruman Desa Adat dalam rangka pengesahan bersifat terbuka, maka Paruman dapat dihadiri oleh peninjau, seperti: Lurah, Majelis Desa Adat Kecamatan, Pemerintahan Kecamatan, Pihak Kepolisian, dan/atau pihak lainnya yang mendapatkan izin dari Panitia Pemilihan dan Prajuru Desa Adat.

Bagian Keenam

Tahapan Pengusulan, Pengukuhan dan Pelantikan Pasal 13

(1) Tahapan ini meliputi penyampaian dan pengusulan Surat Keputusan Penetapan dan Pengukuhan Kelian dan/atau Prajuru Desa Adat serta Pelaksanaan Pengukuhan dan Pelantikan Sakala Niskala (Pajaya-Jayaan).

(2) Panitia Pemilihan berdasarkan tugas dan kewenangan yang diberikan oleh Desa Adat mengajukan permohonan penerbitan Surat Keputusan tentang Penetapan dan Pengukuhan Kelian Desa dan Prajuru Adat yang telah ditetapkan secara musyawarah mufakat dalam Paruman Desa kepada MDA (Majelis Desa Adat) Provinsi Bali.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2) di atas, dilaksanakan selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum dilakukannya ritual pengukuhan dan Pajaya-jayaan.

(4) Pendaftaran permohonan penerbitan Surat Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (2), dapat dilakukan secara langsung ke MDA Provinsi Bali atau secara daring (online) melalui alamat url yang disediakan.

(5) Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2) ditujukan kepada Bandesa Agung MDA Provinsi Bali, dengan melampirkan:

a. Berita Acara Musyawarah Mufakat (Gilik-Saguluk, Parasparo) Ngadegang (Penetapan atau Pemilihan) Kelian dan/atau Prajuru Adat Banyuasri;

b. Surat rekomendasi dari Majelis Desa Adat (MDA) Kecamatan Buleleng yang ditujukan kepada Bandesa Agung MDA Provinsi Bali, Perihal Penerbitan Surat Keputusan Penetapan Pengukuhan Kelian dan Prajuru Desa Adat Banyuasri; dan c. Surat rekomendasi dari Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Buleleng yang

ditujukan kepada Bandesa Agung MDA Provinsi Bali, Perihal Penerbitan Surat Keputusan Penetapan Pengukuhan Kelian dan Prajuru Desa Adat Banyuasri.

(6) Prosesi upacara secara Sakala dalam bentuk pengukuhan, diawali dengan pembacaan Surat Keputusan oleh Majelis Desa Adat Kecamatan Buleleng, dilanjutkan dengan prosesi pengukuhan Kelian dan Prajuru Desa Adat Banyuasri oleh Majelis Desa Adat Kabupaten Buleleng atas nama Majelis Desa Adat Provinsi Bali dan ditandai dengan Penandatanganan Berita Acara Pengukuhan, dan dilanjutkan dengan penyerahan Surat Keputusan kepada Kelian Desa yang dikukuhkan.

(7) Prosesi upacara secara Niskala dalam bentuk pelaksanaan ritual agama Pajaya- jayaan, sedapat mungkin dilaksanakan pada hari bersamaan dengan pengukuhan secara Sakala;

(8) Pejaya-jayaan dilaksanakan di pura Desa (Pura Kahyanga Tiga Desa Adat Banyuasri) pada Tilem sasih kadasa, dengan dipuput oleh sulinggih atau manut dresta;

(9) Pada saat pelaksanaan pajaya-jayaan prajuru baru, juga dilaksanakan secara bersamaan upacara pemegat ayah atau Mepegat Saet untuk prajuru lama dengan dipuput oleh sulinggih atau manut dresta sebagaimana dimaksud ayat (8);

(15)

(10) Pelaksanaan Pajaya-jayaan, dan Pemegat Ayah dilaksanakan pada hari yang bersamaan atau dapat dilaksanakan pada hari yang berbeda.

BAB IX PERSELISIHAN

Pasal 14

(1) Keberatan terhadap tahapan ngadegang Kelian Desa Adat dapat dilakukan oleh krama ngarep yang memiliki hak pasuara dan/atau calon dan disampaikan kepada Kertha Desa paling lama 3 (tiga) hari sejak tahapan dilaksanakan;

(2) Kertha Desa wajib menyelesaikan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak keberatan diterima;

(3) Penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi dalam setiap tahapan ngadegang kelian Desa Adat dilakukan secara Musyawarah dan Mufakat berdasarkan asas ngadegang;

(4) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak menemukan titik temu, maka pihak yang berkeberatan dapat menyampaikan keberatan dan meminta fasilitasi penyelesaian ke Majelis Desa Adat (MDA) Tingkat Provinsi Bali;

(5) Penyampaian keberatan dan minta fasilitasi ke MDA Provinsi Bali, sebagaimana dimaksud ayat (4) disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari terhitung sejak Kertha Desa membuat keputusan penyelesaian atau tidak menindaklanjuti sebagaimana dimaksud ayat (2).

BAB X

PENGGANTIAN ANTAR WAKTU Pasal 15

(1) Bila dalam masa baktinya Kelian Desa Adat berhenti karena meninggal dunia, mengundurkan diri atau diberhentikan, maka Patajuh secara otomatis wajib ditetapkan sebagai Kelian Desa Adat pengganti antar waktu sampai dengan habis masa bakti dan ditetapkan dalam Paruman Desa Adat;

(2) Karena Petajuh ditetapkan sebagai Kelian Desa, maka posisi Patajuh dapat dikosongkan atau dapat diisikan oleh orang baru yang dipilih melalui Paruman Desa;

(3) Bila dalam masa baktinya Patajuh, Panyarikan, atau Patengen meninggal dunia atau mengundurkan diri, maka posisinya segera dapat diisi dimana Kelian Desa Adat mengusulkan nama pengganti dalam paruman Desa Adat dan dituangkan dalam berita acara;

(4) Prajuru Desa Adat memohon Surat Keputusan Perubahan atas Penetapan Pengukuhan Prajuru kepada MDA Provinsi Bali;.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 16

(1) Kelian Desa dan /Atau Prajuru Desa Adat terpilih selanjutnya akan menjabat atau ngaturang ayah terhitung sejak pengukuhan dilakukan hingga nemu Rahina Tilem Sasih Kedasa pada 5 (lima) warsa Isaka berikutnya.

(2) Hal-hal yang belum diatur dalam pararem ini, sepanjang tidak bertentangan dengan Awig-awig dan Pararem ini, dapat diatur tersendiri melalui keputusan prajuru atau keputusan panitia pemilihan;

(16)

(3) Pararem Desa Adat Banyuasri ini berlaku sejak ditetapkan dan diumumkan pemberlakuannya.

(4) Agar seluruh Krama Desa Adat Banyuasri lebih memahami pararem ini, maka Prajuru Desa Adat berkewajiban melakukan sosialisasi secara optimal.

(5) Bila dipandang perlu, sebagai akibat adanya perkembangan situasi, kondisi, dan/atau kebutuhan Desa Adat, maka keputusan ini akan dilakukan penyesuaian sebagaimana mestinya oleh Kelian Desa Adat Banyuasri setelah mendapatkan persetujuan dari Paruman Prajuru Desa Adat.

Kelian Desa Adat Banyuasri,

NYOMAN MANGKU WIDIASA

DIREGISTRASI

DINAS PEMAJUAN MASYARAKAT ADAT PROVINSI BALI Pada Tanggal : 14 DESEMBER 2021

NOMOR : P/332/0044/002/01/DPMA/2021

DIUMUMKAN PEMBERLAKUANNYA DALAM PARUMAN DESA ADAT BANYUASRI

Pada Tanggal : 05 Desember 2021 Panyarikan Desa Adat Banyuasri

I GEDE SURYA PARTHANA

MENGETAHUI

MAJELIS DESA ADAT PROVINSI BALI

Nomor : ... ...

Tanggal : ... ...

Bandesa Agung,

IDA PANGLINGSIR AGUNG PUTRA SEKAHET

Referensi

Dokumen terkait

3) Apabila musyawarah pemilihan antar para calon sebagaimana dimaksud ayat (2) belum membuahkan hasil, maka panitia pemilihan dapat mengusulkan kepada Prajuru Desa Adat

(3) Apabila musyawarah pemilihan antarpara calon sebagaimana dimaksud ayat (2) belum membuahkan hasil, maka panitia pemilihan dapat mengusulkan kepada Prajuru Desa Adat dan

Sedangkan pengisian jabatan dan masa jabatan Kepala Desa Adat berlaku ketentuan hukum adat di Desa Adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian konflik tanah desa adat di Desa Pakraman Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng di antaranya:

Pemberian nama adat merupakan sebuah identitas masyarakat di Desa Julah yang secara khusus sebagai tanda pengenalnya di desa ataupun luar desa. Nama adat ini hanya ada

Dari ketiga tipe rumah adat Desa Tigawasa yang dijelaskan diatas, perubahan terhadap bentuk serta penambahan fungsi ruang pada rumah adat di Desa Tigawasa ini

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) latar belakang terjadinya sanksi kasepekang kepada warga di desa adat pakraman Tukadmungga disebabkan karena warga melakukan pelanggaran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, faktor yang paling dominan menentukan kinerja Bendesa Adat di Desa Adat Buleleng dari variabel gaya kepemimpinan Asta Brata, yaitu indikator X2.36