• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPENSASI D AN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPENSASI D AN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KINERJ A KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS

SURABAYA

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J urusan Manajemen

Oleh :

ISKANDAR ZULKARNAEN

0612315055 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(2)

SURABAYA

S K R I P S I

Oleh :

ISKANDAR ZULKARNAEN

0612315055 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

PENGARUH KOMPENSASI DAN KOMITMEN ORGANISASI

TERHADAP KINERJ A KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS

SURABAYA

Disusun Oleh :

ISKANDAR ZULKARNAEN 0612315055 / FE / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 31 J uli 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Ketua

Dr. Muhadjir Anwar, MM Dr. Muhadjir Anwar, MM

Sekretaris

Dra. Ec. Kustini, M.Si

Anggota

Dra. Ec. Nuruni Ika KW, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kompensasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap

Kinerja Karyawan Bagian Produksi Di PT. ISM Bogasari Flour Mills

Surabaya” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur, dan Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

(5)

sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang illahi.

5. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juli 2013

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 12

2.2.2. Kinerja Karyawan ... 16

2.2.2.1. Pengertian Kinerja Karyawan ... 16

2.2.2.2. Penilaian Kinerja ... 18

2.2.3. Komitmen Organisasi ... 20

(7)

Karyawan ... 28

2.2.6. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan . 29 2.3. Kerangka Konseptual ... 31

2.4. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

3.1.1. Definisi Operasional ... 33

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 34

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.3.1. Jenis Data ... 37

3.3.2. Sumber Data ... 37

3.3.3. Pengumpulan Data ... 37

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 38

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 38

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 38

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 38

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 39

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 40

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) ... 40

3.4.5. Uji Hipotesis ... 42

(8)

4.1.3. Deskripsi Kompensasi (X2) ... 48

4.1.4. Deskripsi Kinerja Karyawan (Y) ... 50

4.2. Analisis Data ... 51

4.2.1. Evaluasi Outlier ... 51

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 52

4.2.3. Evaluasi Validitas ... 54

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted ... 55

4.2.5. Evaluasi Normalitas ... 56

4.2.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM ... 57

4.2.7. Uji Kausalitas ... 59

4.3. Pembahasan ... 60

4.3.1. Pengaruh Komitmen Organisasi (X1) Terhadap Kinerja Karyawan (Y)... 60

4.3.2. Pengaruh Kompensasi (X2) Terhadap Kinerja Karyawan (Y) ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Tabel 1.1. Penjualan Mobil pada PT. Mandala Mandiri Motor (Honda

Jemursari) Surabaya Periode Januari – Desember 2010 ... 3

Tabel 1.2. Jumlah Absensi Karyawan PT. Mandala Mandiri

Motor(Honda Jemursari) Surabaya Periode Januari –

Desember 2010... 5

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 46

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Komitmen

Organisasi (X1) ... 47

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kompensasi

(X2) ... 49

Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja

Karyawan (Y) ... 50

Tabel 4.7. Residuals Statistics ... 52

Tabel 4.8. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 53

Tabel 4.12. Standardize Faktor Loading dan Construct dengan

Confirmatory Factor Analysis ... 54

Tabel 4.13. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 55

Tabel 4.14. Assessment Of Normality ... 56

Tabel 4.15. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Base Model ... 58

(10)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 31

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Komitmen Organisasi, Kompensasi Dan Kinerja Karyawan, Model Spesifikasi : One

(11)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Tanggapan Responden Terhadap Komitmen Organisasi (X1),

Kompensasi (X2), Dan Kinerja Karyawan (Y)

(12)

Oleh :

Iskandar Zulkarnaen

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya. Berdasarkan pengukuran kinerja karyawan pt. ism bogasari flour mills surabaya, diketahui bahwa produksi tepung di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya pada tahun 2010-2012 mengalami penurunan. Hal tersebut didukung dengan terjadinya penurunan kinerja pada tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa perlunya peningkatan kinerja perusahaan yang didukung tentunya dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya.

Data yang digunakan adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada karyawan bagian produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya yang berjumlah 173 orang. Skala pengukuran yang digunakan adalah likert dengan teknik pengukuran dengan jenjang 1-5. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling tepatnya stratified random sampling adalah metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diestimasi penelitian ini adalah sebesar 173 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah PLS untuk melihat kompensasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya.

Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan bagian produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan bagian produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya

(13)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan gencarnya usaha pemerintah dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi, memperluas pemerataan pembangunan dan hasil-

hasilnya maka pengembangan dunia usaha di Indonesia yang melibatkan pihak

swasta baik dibidang industri maupun perdagangan agar dapat meningkatkan

peran sertanya dalam proses pembangunan.

Pentingnya peranan sumber daya manusia oleh setiap usaha, menuntut

organisasi untuk dapat mengolah faktor tenaga kerja menjadi sedemikian rupa

sehingga terjadi keseimbangan bagi seluruh karyawan perusahaan, karena

karyawan disini tidak hanya berperan sebagai tenaga kerja di perusahaan tetapi

juga berperan sebagai konsumen dari produk perusahaan. Sumber daya manusia

dalam organisasi merupakan aspek krusial yang menentukan keefektifan suatu

organisasi, sehingga perusahaan harus mengetahui hal-hal yang berkaitan

kesediaan karyawan untuk bekerja pada perusahaan tersebut dan bukan pada

perusahaan lainnya

Bogasari merupakan produsen tepung terigu terbesar di Indonesia. Produk

utama yang dihasilkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills

adalah tepung terigu. Hasil penggilingan gandum berupa 76% tepung terigu, 1,5%

tepung industri, dan 22,5 berupa brand dan pollard. Bahan baku gandum diolah

(14)

berdasarkan kandungan proteinnya. Produk-produk utama yang dihasilkan PT

Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills untuk pasaran domestik

antara lain: 1. Cakra Kembar Emas, 2. Cakra Kembar, 3. Segitiga Biru, 4. Kunci

Biru, 5. Kunci Emas, 6. Lencana Merah, 7. Piramida, 8. Pena Kembar, dan

9. Kastil. Selanjutnya bagian gandum yang tidak terekstraksi menjadi tepung akan

diolah menjadi pakan ternak, yaitu pellet dan diolah menjadi bahan lem dalam

produksi kayu industri, yaitu industrial flour. (www.bogasari.com)

Salah satu masalah yang dihadapi oleh PT Bogasari Flour Mills Surabaya

yang beralamatkan di Jl. Nilam Timur No. 16, Tanjung Perak Surabaya saat ini

adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan

kinerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Produktivitas

kerja merupakan tuntutan utama bagi perusahaan agar kelangsungan hidup

operasionalnya dapat terjamin.

Berikut pengukuran kinerja karyawan di PT. ISM Bogasari Flour Mills

Surabaya tahun 2009 hingga tahun 2012, yang dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 1.1

Pengukuran Kinerja Karyawan PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya

Periode Hasil Produksi

(Ton)

Tahun 2009 1.996.426

Tahun 2010 2.738.447

Tahun 2011 2.572.832

Tahun 2012 2.167.279

(15)

Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa produksi tepung di PT. ISM

Bogasari Flour Mills Surabaya pada tahun 2010 - 2012 mengalami penurunan.

Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja karyawan bagian produksi di PT. ISM

Bogasari Flour Mills Surabaya juga mengalami penurunan.

Untuk melaksanakan kegiatan produksi dibutuhkan faktor- faktor produksi

seperti, tenaga kerja, modal, bahan baku, dan skill atau teknologi. Namun yang

paling menentukan dalam proses produksi adalah tenaga kerja, karena tanpa

tenaga kerja baik itu sebagai skill, pimpinan, staf maupun tenaga kerja langsung,

keberadaannya faktor- faktor produksi lainnya tidak berarti apa-apa. Dari proses

penggilingan gandum dihasilkan tepung terigu dengan merek: kereta kencana,

gunung bromo, semar, segi tiga merah, roda biru lokomotif, cakra kembar dan

produk sampingan yang berupa bran (katul gandum), pellet (katul halus), tepung

industri yang biasanya disebut tepung pollard dan pellet (brand dan pollerd yang

dipres). Sedangkan faktor penunjang dalam proses produksi tercakup dalam plant

utilities, yang terdiri dari power station (bertanggung jawab dalam penyediaan

listrik dan udara yang bertekanan), thermal plant (bertanggung jawab dalarn

pengadaan air untuk kebutuhan pabrik dan uap air), dan laboratorium. Agar proses

produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills surabaya dapat berjalan dengan lancar

maka perlu adanya tindakan preventif terhadap mesin yang telah beroperasi, hal

ini disebabkan karena dalam proses produksinya menggunakan teknologi yang

canggih, yang mana apabila ada mesin yang rusak saat beroperasi maka proses

produksi berhenti dan akan mengurangi jumlah produk yang dihasilkan oleh

(16)

Faktor yang paling menentukan dalam proses produksi adalah tenaga kerja

Untuk melaksanakan kegiatan produksi dibutuhkan faktor- faktor produksi seperti,

tenaga kerja, modal, bahan baku, dan skill atau teknologi. Namun yang paling

menentukan dalam proses produksi adalah tenaga kerja

Selanjutnya dilakukan pengukuran kinerja organisasi di PT. ISM Bogasari

Flour Mills Surabaya tahun 2009 hingga tahun 2012, yang dapat dilihat pada tebel

berikut :

Tabel 1.2

Pengukuran Kinerja Organisasi PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya

Kinerja

Tabel tersebut menunjukkan keadaan kinerja PT. ISM Bogasari Flour

Mills Surabaya dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Terdapat dua warna yaitu

warna hijau dan warna kuning, dimana warna hijau menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan baik, sedangkan warna kuning menunjukkan kinerja perusahaan cukup

baik. Batasan pengukuran adalah sebagai berikut, jika nilai pengukuran lebih dari

2,30 (> 2,30) maka diberikan warna hijau,sedangkan jika kurang dari 2,30

(17)

Berdasarkan tabel kinerja pengukuran diatas diketahui terjadinya

penurunan kinerja pada tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukkan bahwa perlunya peningkatan kinerja perusahaan yang didukung

tentunya dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.

Kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung kepada komitmen

organisasi. Komitmen dalam organisasi menunjukkan hasrat karyawan terhadap

perusahaan untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi

perusahaan. Dalam dunia kerja komitmen karyawan terhadap organisasi menjadi

hal yang sangat penting karena mereka berusaha memberikan yang terbaik bagi

perusahaan, mengerjakan sesuatu melampaui batas yang telah diwajibkan oleh

perusahaan.

Hubungan kompensasi terhadap kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

Atmajawati (2008) menyatakan bahwa salah satu dari bentuk kompensasi adalah

insentif yang merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan

karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan, serta kompensasi tidak

langsung merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan

kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan

kesejahteraan para karyawan

Hubungan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan seperti yang

dinyatakan oleh Allen dan Meyer (1997) dalam Mamik (2010) yang menyatakan

bahwa komitmen organisasi dapat memperkuat atau meningkatkan kinerja

(18)

para karyawan maka akan semakin tinggi pula tingkat kinerja, dan juga

sebaliknya.

Keefektifan kinerja karyawan merupakan masalah yang harus dihadapi

oleh perusahaan, dimana organisasi arus lentur dan efisien supaya dapat

berkembang dengan pesat. Bagi organisasi kinerja yang efektif berarti output yang

ada harus dipertahankan meskipun jumlah pekerjaannya sedikit ataupun

produktifitasnya melaksankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya maka akan meningatkan prestasi kerja atau kinerja dalam organisasi.

Adapun bentuk komitmen organisasi yang diterapkan di PT. ISM Bogasari

Flour Mills Surabaya adalah terkait dengan keterlibatan karyawan dalam

pengambilan keputusan. Pimpinan dan supervisor di bagian produksi PT. ISM

Bogasari Flour Mills Surabaya tidak pernah melibatkan karyawan dalam

pengambilan keputusan penting. Selanjutnya pemberian kompensasi yang

diterapkan di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya adalah terkait pemberian

gaji karyawan. Berdasarkan peraturan di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya

bahwa kenaikan gaji dilakukan setahun sekali pada awal tahun. Ini sengaja

dilakukan, karena angka inflasi diumumkan pemerintah pada awal tahun. Tapi

pada kenyataannya kenaikan gaji karyawan tidak selalu ada kenaikan di setiap

tahunnya. (http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details).

Dari kenyataan di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya tersebut di atas

menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara peraturan yang ada dengan

(19)

perlu melakukan perbaikan di bidang yang berhubungan dengan kompensasi dan

komitmen organisasi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Mamik (2010) yang menyatakan bahwa

kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standard dan kriteria yang

ditetapkan untuk pekerjaan tersebut

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan

judul: “Pengaruh Kompensasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja

Karyawan di PT. ISM Bogasari Flour Mills Sur abaya”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas permasalahan pada penelitian

ini adalah :

1. Apakah kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian produksi

di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya?

2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian

produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan bagian

(20)

2. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan

bagian produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan

berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :

1. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan penelitian

lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan

pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud Darma Bakti kepada

perguruan tinggi UPN “Veteran” Jatim pada umumnya dan Fakultas Ekonomi

pada khususnya.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan

informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada kaitannya dengan

kompensasi, komitmen organisasi dan kinerja karyawan

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan

pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan

memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai

(21)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yang

pernah dilakukan diantaranya adalah :

1. Mamik (2010), dengan judul “pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi kerja,

dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan”. Tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan

komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan baik secara simultan maupun

secara parsial. Penelitian ini menggunakan metode random sampling yaitu

teknik pengambilan sampel secara acak. Lokasi penelitian dilaksanakan pada

industri kertas yang ada di jawa timur, antara lain PT. Tjiwi Kimia,

PT. Pakerin, dan PT. Leces. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh positif secara simultan dan secara parsial antara variabel gaya

kepemimpinan, motivasi kerja, dan komitmen organisasi terhadap kinerja

karyawan. Dengan memahami variabel yang berpengaruh pada terminal, pihak

terkait akan bisa menggunakan hasil tersebut untuk meningkatkan penghasilan

terminal dan menyempurnakan layanan kepada masyarakat.

2. Arfah dan Ansori (2005), dengan judul “Pengaruh Kesesuaian Kompensasi

Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Pada Karyawan

Perusahaan Air Minum Di Batam)”. Tujuan dari penelitian adalah pertama:

(22)

tingkat pelaksana, kedua: menganalisis pengaruh kesesuaian kompensasi

terhadap kepuasan kerja karyawan tingkat pelaksana, dan ketiga: menganalisis

pengaruh kinerja karyawan terhadap kepuasan kerja karyawan tingkat

pelaksana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tingkat

pelaksana pada PT. Adhya Tirta Batam yang berjumlah 279 orang, sedangkan

sampel yang diambil sebanyak 158 orang. Teknik pengambilan sampel

menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pertama: kesesuaian kompensasi mempunyai pengaruh secara langsung

terhadap kinerja karyawan pada PT. Adhya Tirta Batam, kedua: kesesuaian

kompensasi mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja

karyawan pada PT. Adhya Tirta Batam, dan ketiga: kinerja karyawan

mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja karyawan pada

PT. Adhya Tirta Batam.

Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan

penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis structural

equation models sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil

pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengertian manajemen sumber daya manusia (MSDM) antara lain

dikemukakan oleh Gomes, et.al. (2000: 6) bahwa MSDM adalah “Perencanaan,

(23)

pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan

tenaga kerja dengan maksud untuk membantu pencapaian tujuan organisasi,

individu dan masyarakat”.

Handoko (2002: 8) menjelaskan manajemen sebagai “proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha- usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya- sumber daya organisasi lainnya agar

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Dalam usaha untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan organisasi, maka pihak manajemen perlu

melaksanakan fungsi – fungsi manajemen secara tepat. Adapun fungsi – fungsi

manajemen secara umum sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

2. Pengorganisasian (Organizing)

3. Pengarahan (Directing)

4. Pengendalian (Controlling)

Pengertian masing – masing fungsi manajemen adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Perencanaan

proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi

kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik

yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Kegiatan fungsi ini

meliputi:

1. Menetapkan tujuan dan target bisnis

2. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut

(24)

4. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan

target bisnis

2. Fungsi Pengorganisasian

Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan

dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan

tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat

memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif

dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.Adapun kegiatan fungsi

pengorganisasian meliputi:

- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan

menetapkan prosedur yang diperlukan

- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis

kewenangan dan tanggung jawab

- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber

daya manusia/tenaga kerja

- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang tepat

3. Fungsi Pengarahan

Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam

organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat

menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas

yang tinggi. Fungsi ini meliputi kegiatan:

- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan

(25)

dan efisien dalam pencapaian tujuan

- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan

- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

4. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian

Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang

telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan

sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi

dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Adapun kegiatan ini antara lain:

- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis

sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan

- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang

mungkin ditemukan

- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait

dengan pencapaian tujuan dan target bisnis

Nampak bahwa sumber daya manusia yang dimiliki organisasi berperan

dalam menentukan berjalannya fungsi manajemen

Menurut Gomes, et.al. (2000: 2) “Sumber daya manusia merupakan

satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan,

keterampilan, pengetahuan, dorongan semangat. Semua potensi sumber daya

manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi”.

Simamora (2004: 20) menjelaskan mengenai peranan manajemen sumber

daya manusia sebagai berikut: “Praktik sumber daya yang baik bakal

(26)

mempertahankan orang – orang terbaik. Perencanaan menjadikan perusahaan

lebih sadar terhadap tipe orang – orang yang dibutuhkan dalam jangka waktu

pendek, menengah dan panjang. Aktivitas rekruitmen dan seleksi yang berkualitas

menunjukkan orang – orang terbaik untuk jabatan yang tersedia dan memastikan

bahwa mereka ditempatkan pada posisi yang tepat. Evaluasi kinerja dan pelatihan

akan mengembangkan individu yang menuntut keahlian, pengetahuan, dan sikap

yang berbeda dari yang mereka miliki sekarang ini”.

Lanjut Simamora (2004: 20) menambahkan bahwa: “Praktik manajemen

sumber daya manusia yang sehat juga dapat memotivasi anggota – anggota

organisasi agar melakukan pekerjaan yang hebat. Praktek ini juga dapat

memancing komitmen para karyawan dan keterlibatan dalam organisasi.

Kemampuan berkembang dalam organisasi, mengalami pertumbuhan dan

perkembangan karir, serta menerima balas jasa yang sepadan dengan kinerja

sehingga dapat memacu kinerja yang tinggi dan sikap positif terhadap pekerjaan.

Keahlian manajer dalam berhubungan dengan serikat pekerja juga akan

mempengaruhi kinerja dan sikap karyawan”.

2.2.2. Kinerja Karyawan

2.2.2.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Definisi kinerja dalam model harapan adalah persepsi individu bahwa

upaya yang mereka keluarkan mengarah ke suatu evaluasi yang mendukung dan

(27)

Mengikuti model harapan dari motivasi, jika harapan yang diharapkan

karyawan untuk dicapai tidak jelas, jika kriteria untuk pengukuran sasaran

tersebut samar-samar, dan jika karyawan itu kekurangan keyakinan diri bahwa

upaya mereka akan mengarah ke penilaian yang memuaskan mengenai kinerja

mereka atau meyakini bahwa akan ada pembayaran yang tidak memuaskan oleh

organisasi bila sasaran kinerja mereka tercapai, kita dapat mengharapkan bahwa

individu-individu akan bekerja cukup jauh dibawah potensial mereka.

Timpe (1992) dalam Riyadi (2011; 40) menyatakan bahwa kinerja adalah

tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan

yang dapat meningkatkan produktifitas

Menurut Suprihanto (2003: 7) "Setiap kegiatan yang dilakukan karyawan

pasti menghasilkan sesuatu tetapi sesuatu sebagai hasil kegiatan tersebut belum

tentu merupakan kinerja yang diharapkan suatu badan usaha untuk itu badan

usaha menetapkan standar kinerja karyawan agar tujuan dapat tercapai".

Arfah dan Anshori (2005: 379) menyatakan bahwa kinerja karyawan

merupakan hasil dari suatu proses atau aktifitas pada fungsi tertentu yang

dilaksanakan oleh seseorang baik ebagai individu maupun sebagai anggota dari

suatu kelompok atau organisasi pada periode tertentu berdasarkan standar yang

telah ditetapkan, dan hasilnya dapat dinikmati sendiri maupun oleh kelompok

dalam perusahaan.

Gomes, et.al. (2000: 34) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil

kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya

(28)

2.2.2.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja menurut Davis and Newstrom (2001: 341) penilaian

kinerja merupakan suatu proses di mana organisasi mengevaluasi hasil kerja yang

dilakukan oleh karyawan. Sehingga penilaian kinerja merupakan mekanisme yang

dapat digunakan untuk memastikan apakah setiap karyawan pada setiap tingkatan

telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan demikian sistem penilaian

dapat digunakan oleh badan usaha terutama Supervisor dan Manajer untuk

mengevaluasi kinerja, sehingga apabila ada hasil kerja menurun dapat diambil

suatu tindakan.

Menurut Cascio (2000: 302) penilaian kinerja mempunyai dua tujuan yaitu

meningkatkan job performance masing-masing karyawan dan memberikan

informasi untuk karyawan dan manajer dalam pengambilan keputusan. Sesuai

dengan tujuan dari penilaian kinerja maka sebaiknya penilaian kinerja dilakukan

secara terbuka dan rahasia, maksud dari sifat terbuka yaitu: bahwa karyawan yang

dinilai berhak mengetahui penilaian yang dilakukan oleh atasannya, selain itu

apabila menurut karyawan penilaian yang dilakukan tidak sesuai atau tidak adil,

maka karyawan dapat mengajukan keberatan atas penilaian yang diberikan.

Dalam penilaian kinerja, ada pihak yang bertugas sebagai penilai.

Beberapa pihak yang dapat menjadi penilai menurut Mathis dan Jackson

(29)

a. Penilaian bawahan oleh atasan

Penilaian karyawan oleh atasan secara tradisional didasarkan bahwa atasan

langsung adalah orang yang berkualitas untuk mengevaluasi kinerja karyawan

secara realistis, objektif, dan adil.

b. Penilaian atasan oleh bawahan

Dalam sebuah pendekatan yang sangat baru, dewan direksi beberapa

perusahaan sedang dievaluasi. Oleh karena itu tanggungjawab mendasar dari

dewan direksi adalah untuk menetapkan tujuan-tujuan dan mengarahkan

upaya pencapaiannya, bagian dari kinerja harus juga dievaluasi.

c. Penilaian kelompok/rekan kerja

Untuk menggunakan anggota kelompok sebagai penilai adalah jika penilaian

lainnya dengan adanya potensi untuk membantu atau menyakiti.

Penilaian kinerja khususnya berguna di saat atasan tidak memiliki

kesempatan untuk mengobservasi setiap kinerja karyawan, tetapi rekan kerja

anggota kelompok melekukannya.

d. Penilaian diri sendiri

Penilaian diri sendiri dilakukan dalam kondisi tertentu. Intinya, hal ini

merupakan alat pengembangan diri yang memaksa karyawan untuk

memikirkan kekuatan dan kelemahan mereka dan menetapkan tujuan

pengembangan. Meskipun ada kesulitan dalam penilaian diri sendiri,

penilaian karyawan jenis ini dapat bergunadan menjadi sumber yang kredibel

(30)

e. Penilai dari luar

Penilaian mungkin saja dilakukan oleh pihak luar. Pihak luar mungkin akan

melengkapi para manajer ini dengan dukungan profesional dalam membuat

penilaian, tetapi jelas ada beberapa kekurangannya. Pihak luar bisa jadi tidak

mengetahui keseluruhan kontigensi di dalam organisasi. Sebagai tambahan,

penilaian pihak luar akan memakan waktu dan mahal.

2.2.2.3. Indikator-Indikator Yang Membentuk Kinerja

Menurut Arfah dan Anshori (2005: 379) bahwa kinerja karyawan diukur

dengan menggunakan 5 indikator, antara lain:

1. Kuantitas

Yaitu jumlah produk/ hasil pekerjaan karyawan yang dihasilkan dari target

yang ditetapkan, kesesuaian dengan yang diharapkan, dan jumlah kesalahan

minimum dari pekerjaan

2. Kualitas

Yaitu tingkat kecermatan, ketelitian, ketepatan, kecepatan karyawan dalam

menggunakan cara kerja, ketekunan, kecakapan, inisiatif, dan lainnya

3. Ketepatan Waktu

Yaitu pencapaian target waktu produksi barang/ jasa yang dihasilkan

karyawan dikaitkan standar dan ketuntasan hasil kerja yang dibebankan.

4. Keefektifan Biaya

Yaitu sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi (teknologi dan

(31)

5. Pengawasan

Yaitu merupakan suatu kondisi dimana kinerja karyawan meningkat dalam

perusahaan sebagai akibat adanya fungsi pengawasan/ supervisor yang

efektif, sehingga tidak saja dapat mengontrol, tetapi juga mendorong

karyawan untuk menghasilkan pekerjaan sebagaimana yang telah ditetapkan

oleh perusahaan.

Dengan mengidentifikasi aspek-aspek atau dimensi dari kinerja, maka

dapat diketahui efektivitas kinerja suatu pekerjaan yang telah dilakukan seorang

karyawan, sehingga akan lebih mudah bagi badan usaha untuk menentukan

penghargaan yang pantas diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja yang

telah dicapainya. Hal ini akan dapat mendorong karyawan untuk lebih

mengembangkan diri dalam peran pekerjaannya sesuai dengan tuntutan badan

usaha, sehingga kinerja yang dicapai juga akan lebih meningkat.

2.2.3. Komitmen Organisasi

2.2.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi

Menurut Luthans (2001) dalam Mamik (2010: 88) bahwa komitmen

organisasi merupakan suatu keadaan keterikatan psiokologis seorang karyawan

pada suatu organisasi dimana karyawan tersebut memihak, loyal, teridentifikasi

dan terlibat dalam suatu organisasi tertentu

Pengertian komitmen organisasi menurut Riggio (2000: 229) bahwa

(32)

sesuatu yang berkaitan dengan organisasi dimana mereka bekerja termasuk pada

pekerjaan mereka.

Komitmen organisasi menunjukkan hasrat karyawan terhadap perusahaan

untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi perusahaan. Dalam

dunia kerja komitmen karyawan terhadap organisasi menjadi hal yang sangat

penting karena mereka berusaha memberikan yang terbaik bagi perusahaan,

mengerjakan sesuatu melampaui batas yang telah diwajibkan oleh perusahaan.

Atmosoeprapto (2000: 74) melengkapi bahwa karyawan yang mempunyai

komitmen akan selalu yakin dan terdorong minatnya untuk melakukan tugasnya

dengan baik tanpa perlu diawasi, karena ia bisa mengawasi dirinya sendiri.

Menurut Staw (2001: 306) komitmen merupakan nilai-nilai organisasi

yang memberikan arti penting dalam kehidupan seorang anggota organisasi

tersebut.

Aspek yang mencakup komitmen organisasi sangat banyak, sehingga

Luthans (2001: 131) menyederhanakan aspek tersebut dalam tiga dimensi, yaitu :

1. Affective Commitment

Affective commitment merupakan perasaan emosional karyawan, pengenalan

karyawan dan keterlibatannya di dalam suatu organisasi. Aspek ini sama

dengan pendekatan kesesuaian tujuan yang mengacu pada kekuatan keinginan

seseorang untuk tetap melanjutkan bekerja di perusahaan karena ia memiliki

(33)

2. Continuance Commitment

Continuance commitment merupakan komitmen yang berdasarkan biaya

kerugian yang ditanggung karyawan bila ia meninggalkan organisasi. aspek

ini sama dengan pendekatan mengerutkan yang mengacu pada kekuatan

keinginan seseorang untuk tetap melanjutkan bekerja di perusahaan karena ia

tidak menghasilkan di tempat lain.

3. Normative Commitment

Normative commitment merupakan jaminan yang dirasakan karyawan untuk

tetap tinggal di organisasi.

Keterkaitan yang kuat antara komitmen dan pemberdayaan disebabkan

karena adanya keinginan dan kesiapan karyawan dalam organisasi untuk

diberdayakan dengan menerima berbagai tantangan dan tanggung jawab. Argyris

dalam Rokhman (2001: 26) membagi komitmen menjadi dua yaitu komitmen

internal dan eskternal :

1. Komitmen internal merupakan komitmen yang berasal dari diri karyawan

untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggung jawab dan wewenang

berdasarkan pada alasan dan motivasi yang dimiliki. Pemberdayaan sangat

terkait dengan komitmen internal karyawan. Proses pemberdayaan akan

berhasil bila ada motivasi dan kemauan kuat untuk mengembangkan diri dan

memacu kreativitas individu menerima tanggung jawab yang lebih besar.

2. Komitmen eksternal dibentuk oleh lingkungan kerja. Komitmen ini muncul

karena adanya tuntutan terhadap penyelesaian tugas dan tanggung jawab yang

(34)

menentukan timbulnya komitmen ini karena belum adanya suatu kesadaran

individual atas tugas yang diberikan.

Pemberdayaan yang dapat dikembangkan untuk memperkuat komitmen

organisasi menurut Rokhman (2001: 26) :

1. Pendelegasian (desire)

Keinginan manajemen untuk mendelegasikan dan melibatkan pekerja. Pekerja

diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang

berkembang. Mendorong keahlian tim dan melatih karyawan untuk

mengawasi sendiri.

2. Kepercayaan (trust)

Setelah pemberdayaan dilakukan oleh pihak manajemen, langkah selanjutnya

yaitu membangun kepercayaan antara manajemen dan karyawan. Adanya

saling percaya diantara anggota organisasi akan tercipta kondisi yang baik

untuk pertukaran informasi dan saran tanpa adanya rasa takut. Kepercayaan

antara keduanya dapat diciptakan dengan cara antara lain : (1) memberi

kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan ;

(2) Menyediakan waktu dan sumber daya yang cukup bagi karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaan ; (3) Menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi

kebutuhan kerja ; (4) menghargai perbedaan pandangan dan perbedaan

kesuksesan yang diraih karyawan ; (5) menyediakan akses informasi yang

(35)

3. Keyakinan (confident)

Menimbulkan rasa percaya diri karyawan dengan menghargai kemampuan

yang dimiliki karyawan sehingga komitmen terhadap perusahaan semakin

tinggi. Keyakinan karyawan dapat ditimbulkan melalui antara lain :

(1) mendelegasikan tugas penting kepada karyawan ; (2) menggali saran dan

ide dari karyawan ; (3) memperluas tugas dan membangun jaringan antar

departemen ; (4) menyediakan instruksi tugas untuk penyelesaian pekerjaan

yang baik.

4. Kredibilitas (credibility)

Menjaga kredibilitas dengan penghargaan dan mengembangkan lingkungan

kerja yang mendorong kompetisi yang sehat sehingga tercipta organisasi yang

memiliki kinerja tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain :

(1) memandang karyawan sebagai partner strategis ; (2) peningkatan target di

semua bagian pekerjaan ; (3) mendorong inisiatif individu untuk melakukan

perubahan melalui partisipasi ; (4) membantu menyelesaikan perbedaan dalam

penentuan tujuan dan prioritas.

5. Akuntabilitas (accountability)

Pertanggungjawaban karyawan pada wewenang yang diberikan dengan

menetapkan secara konsisten dan jelas tentang peran, standar dan tujuan

tentang penilaian terhadap kinerja karyawan. Tahap ini sebagai sarana evaluasi

terhadap kinerja karyawan dalam penyelesaian dan tanggung jawab terhadap

wewenang yang diberikan. Akuntabilitas dapat dilakukan dengan cara sebagai

(36)

(2) memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang jelas; (3) melibatkan

karyawan dalam penentuan standar dan ukuran kinerja; (4) memberikan saran

dan bantuan kepada karyawan dalam menyelesaikan tugasnya.

6. Komunikasi (communication)

Adanya komunikasi terbuka untuk menciptakan saling memahami antara

karyawan dan manajemen. Keterbukaan ini dapat diwujudkan dengan adanya

(1) kritik dan saran terhadap hasil dan prestasi yang dilakukan karyawan ;

(2) menyediakan waktu untuk mendapatkan informasi dan mendiskusikan

permasalahan secara terbuka

2.2.2.3. Indikator-Indikator Yang Membentuk Komitmen Organisasi

Menurut Luthans (2001) dalam Mamik (2010: 88) menyatakan bahwa

indikator yang digunakan untuk mengukur komitmen organisasi antara lain:

1. Keinginan, merupakan niatan karyawan yang kuat untuk tetap menjadi

anggota organisasi tertentu

2. Kesediaan, merupakan kesiapan karyawan untuk berusaha meningkatkan

kemampuan diri atas nama organisasi

3. Keyakinan, merupakan ketetapan hati atas penerimaan nilai-nilai dan tujuan

(37)

2.2.4. Kompensasi

2.2.4.1. Pengertian Kompensasi

Kompensasi sering juga disebut penghargaan dan dapat juga didefinisikan

sebgaai bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa

atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi. Ketentuan kompensasi

atau balas jasa yang sesuai hendaknya didasarkan atas hasil usahs perusahaan

sebagai prestasi dari para karyawan. Sebagai ukuran adalah kemampuan

perusahaan unutk dapat membayar kompensasi atau balas jasa tersebut kepada

karyawan perusahaan, sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup

perusahaan. (Mondy dan Noe, 1990;34 dalam Arfah dan Anshori, 2005: 374)

Menurut Riyadi (2011; 41) bahwa kompensasi adalah semua pendapatan

yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima

karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Kompensasi adalah pemberian upah yang merupakan imbalan, pembayaran untuk

pelayanan yang telah diberikan oleh karyawan. Kompensasi mencakup semua

jenis pembayaran baik secara langsung maupun tidak langsung, ber-bentuk

materil/uang maupun penghargaan yang diberikan perusahaan kepada

pekerja/buruhnya. Penelitian ini mengambil satu jenis kompensasi yakni

pembayaran langsung berbentuk finansial yang disebut dengan upah.

Menurut Arfah dan Anshori (2005: 378) bahwa kesesuaian kompensasi

merupakan kesesuaian segala sesuatu yang diterima oleh keryawan sebagai balas

(38)

Dessler (1997; 349) dalam Arfah dan Anshori (2005: 374) memberikan

pengertian kompensasi sebagai berikut, bahwa kompensasi pegawai berarti bahwa

semua bentuk penggajian atau ganjaran yang mengalir kepada pegawai dan timbul

dari kepegawaian mereka. Selanjutnya dikatakan bahwa yang termasuk unsur-

unsur pokok dalam kompensasi adalah sebagai berikut:

1. Kompensasi yang bersifat financial baik yang mencakup pembayaran

langsung (direct financial payment) maupun pembayaran yang tidak langsung

(indirect financial payment). Pembayaran secara langsung meliputi: gaji/

upah, intensif, komisi dan bonus. Sedangkan pembayaran yang tidak

langsung meliputi: tunjangan asuransi, tunjangan hari tua, dan tunjangan

lainnya.

2. Kompensasi yang bersifat non financial seperti yang tidak mudah

dikuantifikasi, yaitu ganjaran- ganjaran seperti pekerjaan yang lebih

menantang, jam kerja yang lebih luas, dan kantor yang lebih bergengsi.

2.2.4.2. Indikator- indikator Kompensasi

Menurut Arfah dan Anshori (2005: 378) menyatakan bahwa indikator

yang digunakan untuk mengukur kompensasi antara lain:

1. Gaji/ Upah, yaitu pembayaran jasa kerja untuk satuan jasa untuk waktu

tertentu dikaitkan dengan masa kerja, jenjang pendidikan, jabatan, tingkat

kesulitan kerja, resiko pekerjaan dan jabatan karyawan yang bersangkutan.

2. Bonus, merupakan pemberian balas jasa sebagai perangsang yang diberikan

(39)

batas yang telah ditetapkan perusahaan dengan maksud untuk memotivasi

karyawan untuk berprestasi lebih tinggi lagi.

Bonus tersebut diberikan dalam 2 bentuk, yaitu dalam bentuk uang dan bukan

uang yang merupakan penghargaan perusahaan atas prestasi pekerjaan

karyawan, seperti: pemberian piagam penghargaan dalam upacara resmi dan

hak berlibur bersama keluarga yang tercantum dalam daftar gaji atas

tanggungan perusahan.

3. Tunjangan, merupakan pemberian tambahan selain gaji yang dinilai dengan

uang kepada karyawan sebagai balas jasasesuai dengan jenjang atau

kepangkatan (golongan) berdasarkan peraturan dan sistem yang digunakan

dalam setiap perusahaan, tunjangan yang dimaksud termasuk didalamnya

adalah jaminan hari tua (purnabakti), asuransi tenaga kerja meliputi: asuransi

jiwa dan asuransi kesehatan (askes) serta tunjangan lainnya.

2.2.5. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan

Panggabean (2002: 77) dalam Atmajawati (2008) menyatakan bahwa salah

satu dari bentuk kompensasi adalah insentif yang merupakan imbalan langsung

yang dibayarkan kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang

ditentukan. Dengan mengasumsikan bahwa uang dapat digunakan untuk

mendorong karyawan bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang produktif lebih

menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil kerja. Untuk itu diperlukan

kemampuan untuk menentukan standar yang tepat. Standar yang terlalu mudah

(40)

Atmajawati (2008) menyatakan bahwa kompensasi tidak langsung

merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan

perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan

para karyawan, contohnya asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan bantuan

perumahan.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kompensasi

berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, yang berarti bahwa dengan

pemberian kompensasi, baik kompensasi langsung maupun kompensasi tidak

langsung mampu mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat dan pada

akhirnya dapat meningkatkan kinerja karyawan.

2.2.6. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

Luthans (2001) dalam Mamik (2010) menyebutkan bahwa telah banyak

penelitian yang mendukung hubungan positif antara komitmen organisasi

terhadap tingginya kinerja.

Dessler (2000: 319) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara

antecedens of commitment dengan outcomes of commitment menemukan bahwa

salah satu hasil dari komitmen karyawan yang kuat adalah prestasi kerja yang

tinggi.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen

karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, yang berarti bahwa

dengan komitmen karyawan yang tinggi pada organisasi maka akan mampu

(41)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

(42)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan

teori, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan bagian produksi

di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya

2. Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan bagian

(43)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kompensasi (X1) merupakan kesesuaian segala sesuatu yang diterima oleh

keryawan sebagai balas jasa atas kerja mereka dengan jenis dan kondisi

pekerjaannya. Menurut Arfah dan Anshori (2005: 378) bahwa indikator untuk

mengukur kesesuaian kompensasi (X1) meliputi :

X1.1 Gaji/ Upah, yaitu pembayaran jasa kerja untuk satuan jasa untuk

waktu tertentu dikaitkan dengan masa kerja, jenjang pendidikan,

jabatan, tingkat kesulitan kerja, resiko pekerjaan dan jabatan karyawan

yang bersangkutan

X1.2 Bonus, merupakan pemberian balas jasa sebagai perangsang yang

diberikan kepada karyawan yang mempunyai prestasi kerja mencapai

atau melampaui batas yang telah ditetapkan perusahaan.

X1.3 Tunjangan, merupakan pemberian tambahan selain gaji yang dinilai

dengan uang kepada karyawan sebagai balas jasasesuai dengan

jenjang atau kepangkatan (golongan) berdasarkan peraturan dan

(44)

2. Komitmen Organisasi (X2) adalah nilai-nilai organisasi yang memberikan arti

penting dalam kehidupan seorang anggota organisasi tersebut. Menurut

Luthans (2002) dalam Mamik (2010: 88) bahwa indikator untuk mengukur

komitmen organisasi (X3) meliputi :

X3.1 Keinginan, merupakan niatan karyawan yang kuat untuk tetap menjadi

anggota organisasi tertentu

X3.2 Kesediaan, merupakan kesiapan karyawan untuk berusaha

meningkatkan kemampuan diri atas nama organisasi

X3.3 Keyakinan, merupakan ketetapan hati atas penerimaan nilai- nilai dan

tujuan dari organisasi

3. Kinerja Karyawan (Y) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standard dan kriteria yang

ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Menurut Arfah dan Anshori (2005: 379)

bahwa indikator untuk mengukur Kinerja Karyawan (Y) meliputi :

Y1 Kuantitas, yaitu jumlah produk/ hasil pekerjaan karyawan yang

dihasilkan dari target yang ditetapkan, kesesuaian dengan yang

diharapkan, dan jumlah kesalahan minimum dari pekerjaan

Y2 Kualitas, yaitu tingkat kecermatan, ketelitian, ketepatan, kecepatan

karyawan dalam menggunakan cara kerja, ketekunan, kecakapan,

inisiatif, dan lainnya

Y3 Ketepatan waktu, yaitu pencapaian target waktu produksi barang/ jasa

(45)

Y4 Keefektifan biaya, yaitu sejauh mana penggunaan sumber daya

organisasi (teknologi dan material) yang digunakan karyawan secara

optimal dalam rangka mengefektifkan biaya perusahaan

Y5 Pengawasan, yaitu suatu kondisi dimana kinerja karyawan meningkat

dalam perusahaan sebagai akibat adanya fungsi pengawasan/ supervisor

yang efektif.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Alat pengukuran data yang digunakan untuk mengukur data-data yang

akan dianalisis dari hasil survei / penelitian langsung melalui kuesioner adalah

menggunakan skala likert yaitu metode yang mengukur sikap dengan menyatakan

setuju dan ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu,

angka penilaian lima (5) butir yang menyatakan urutan setuju atau tidak setuju.

Setiap pertanyaan diukur dengan 5 skala dan tiap posisi mempunyai bobot sebagai

(46)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi di

PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya yang berjumlah 884 orang

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2008:80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik probability

sampling tepatnya stratified random sampling adalah metode pemilihan sampel

denga cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen

yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata

tersebut. (Sugiyono, 2008: 85).

Berikut pengelompokkan jumlah populasi berdasarkan pendidikan yaitu:

(47)

Setelah di stratified (kelompok) kemudian di random dengan

menggunakan rumusSlovin sebagai berikut :

... (Umar, 2002:141)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Ukuran Populasi

e = Sampling error (10%) = 0,10

Dengan perhitungan :

1. Pendidikan Sekolah Dasar (SD)

n1 = 16

1 + 16 (0,1)²

n1 = 13,79 ≈ 14 responden

2. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

n2 = 58

1 + 58 (0,1)²

n2 = 36,71 ≈ 32 responden

3. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

n3 = 537

1 + 537 (0,1)²

(48)

4. Pendidikan Sarjana (S1)

n4 = 24

1 + 24 (0,1)²

n4 = 19,35 ≈ 19 responden

5. Pendidikan Pasca Sarjana (S2)

n4 = 32

1 + 32 (0,1)²

n4 = 24,24 ≈ 24 responden

Jadi total sampel keseluruhan adalah 14 + 32 + 84 + 19 + 24 = 173

responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

a. Data Primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli

(tidak melalui media perantara)

Data ini diperoleh dari jawaban responden terhadap kuisioner yang telah

disebarkan pada lokasi penelitian.

b. Data Sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

(49)

Data ini diperoleh dari pihak kedua maupun lembaga lain yang dapat berupa

jurnal, dokumen, literatul ilmiah maupun arsip-arsip yang memiliki kaitan

dengan obyek penelitian.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah diperoleh dari hasil pengisian kuesioner

pada karyawan bagian produksi di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara

langsung terhadap obyek yang diselidiki mengadakan pencatatan seperlunya.

b. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada para responden. Kuesioner dalam

penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu: variabel keseusian kompensasi dan

komitmen organisasi ditujukan pada karyawan, sedangkan variabel kinerja

karyawan ditujukan pada pimpinan.

c. Interview yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat

(50)

3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Partial Least

Square (PLS). PLS dapat digunakan pada setiap jenis skala data (nominal, ordinal,

interval, rasio) serta syarat asumsi yang lebih fleksibel. PLS juga digunakan untuk

mengukur hubungan setiap indikator dengan konstruknya. Selain itu, dalam PLS

dapat dilakukan uji bootstrapping terhadap struktural model yang bersifat outer

model dan inner model

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini

terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten

berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten

dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi nilai terhadap variabel laten

yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi

terhadap variabel laten yang dipengaruhi juga dapat dengan mudah dilakukan.

PLS tidak membutuhkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi

normal multivariate dan jumlah sampel tidak harus besar (Ghozali

merekomendasikan antara 30 – 100). Karena jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini kecil (<100) maka digunakan PLS sebagai alat analisisnya.

Untuk melakukan pengujian dengan PLS, digunakan dengan bantuan Smart PLS.

PLS mengenal dua macam komponen dalam model kausal yaitu model

(51)

Melalui pendekatan ini, diasumsikan bahwa semua varian yang dihitung

merupakan varian yang berguna untuk penjelasan. Pendekatan pendugaan variabel

laten dalam PLS adalah sebagai exact kombinasi linear dari indikator, sehingga

mampu menghindari masalah indeterminacy dan menghasilkan skor komponen

yang tepat. Dengan menggunakan algoritma iteratif yang terdiri dari beberapa

analisis dengan metode kuadrat kecil biasa (ordinary least square) maka persoalan

identifikasi tidak menjadi masalah, karena model bersifat rekursif.

Pendekatan PLS didasarkan pada pergeseran analisis dari pengukuran

estimasi parameter model menjadi pengukuran prediksi yang relevan. Sehingga

fokus analisis bergeser dari hanya estimasi dan penafsiran signifikan parameter

menjadi validitas dan akurasi prediksi. Didalam PLS variabel laten bisa berupa

hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective

indicator). Disamping itu, juga bisa konstruk dibentuk (formatif) oleh

indikatornya, diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator).

3.4.2. Model Indikator Refleksif Dan Indikator For matif

3.4.2.1 Model Indikator Refleksif

Dikembangkan berdasarkan pada classical test theory yang

mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan fungsi dari

true score ditambah error. Jadi konstruklaten seolah-olah mempengaruhi variasi

pengukuran dan asumsi hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator. Model

(52)

indicator seolah-olah dipengaruhi oleh konstruklaten atau mencerminkan variasi

dari konstruklaten.

Pada model refleksif, konstruk (unidimensional) digambarkan dengan

bentuk ellips dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator. Model ini

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan mempengaruhi

perubahan pada indikator. Model indicator refleksif harus memiliki internal

konsistensi karena semua indicator diasumsikan mengukur satu konstruk,

sehingga dua indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan.

Walaupun reliabilitas (Cronbach Alpha) suatu konstruk akan rendah jika hanya

ada sedikit indikator, tetapi validitas konstruk tidak akan berubah jika satu

indikator dihilangkan.

Contoh model indicator refleksif adalah konstruk yang berkaitan dengan

sikap (attitude) dan niat membeli (purchase intention). Sikap umumnya dipandang

sebagai jawaban dalam bentuk favorable (positif) atau unfavorable (negatif)

terhadap suatu obyek dan biasanya diukur dengan skala multi item dalam bentuk

semantik differences seperti, good-bad, like-dislike, dan favorable unfavorable.

Sedangkan niat membeli umumnya diukur dengan ukuran subyektif seperti how

(53)

Gambar 3.1

Composite Latent Variable (Refleksif) Model Untuk Kompensasi (X1)

Kompensasi (X1)

Gaji/ Upah (X1_1)

Bonus (X1_2)

Tunjangan (X1_3)

Sumber: Ghozali, “Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square, Jan 2004, hal 11.

Gambar 3.2

Composite Latent Variable (Refleksif) Model Untuk Komitmen Organisasi (X2)

(54)

Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:

• Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari konstruk ke indikator.

• Antar indikator diarapkan saling berkorelasi (memiliki internal consitency

Reliability).

• Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah

makna dan arti konstruk.

• Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.

3.4.2.2 Model Indikator For matif

Konstruk dengan indikator formatif mempunyai karakteristik berupa

komposit, seperti yang digunakan dalam literatur ekonomi yaitu index of

sustainable economics welfare, the human development index, dan the quality of

life index. Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali pada “operational

definition”, dan berdasarkan definisi operasional, maka dapat dinyatakan tepat

menggunakan model formatif atau refleksif. Jika η menggambarkan suatu variabel

laten dan x adalah indikator, maka: η = x

Oleh karena itu, pada model formatif variabel komposit seolah-olah

dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Jadi arah hubungan kausalitas

seolaholah dari indikator ke variabel laten. Dalam model formatif, perubahan pada

indikator dihipotesakan mempengaruhi perubahan dalam konstruk (variabel

laten). Tidak seperti pada model refleksif, model formatif tidak mengasumsikan

bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk tetapi mengasumsikan bahwa semua

(55)

mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai group secara

bersama-sama menentukan konsep, konstruk atau laten.Oleh karena, diasumsikan

bahwa indikator seolah-olah mempengaruhi konstruk laten, maka ada

kemungkinan antar indikator saling berkorelasi, tetapi model formatif tidak

mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator secara konsisten. Sebagai misal

komposit konstruk yang diukur oleh indikator yang saling mutually exclusive,

adalah konstruk Status Sosial Ekonomi diukur dengan indikator antara lain

Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat Tinggal.

Oleh karena diasumsikan bahwa antar indikator tidak saling berkorelasi

maka ukuran internal konsistensi reliabilitas (Alpha Cronbach) tidak diperlukan

untuk menguji reliabilitas konstruk formatif. Kausalitas hubungan antar indikator

tidak menjadi rendah nilai validitasnya hanya karena memiliki internal konsistensi

yang rendah. Untuk menilai validitas konstruk perlu dilihat vaiabel lain yang

mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari konstruk laten,

peneliti harus menekankan pada nimological dan atau criterion-related validity.

Implikasi lainnya dari model formatif adalah dengan menghilangkan

(dropping) satu indikator dalam model akan menimbulkan persoalan serius.

Menurut para ahli psikometri indikator formatif memerlukan semua indikator

yang membentuk konstruk. Jadi menghilangkan satu indikator akan

menghilangkan bagian yang unik dari konstruk laten dan merubah makna dari

konstruk. Komposit variabel laten memasukkan error term dalam model, hanya

(56)

Model formatif memandang (secara matematis) indikator seolah-olah

sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, dalam hal ini memang

berbeda dengan model analisis faktor, jika salah satu indikator meningkat, tidak

harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas

akan meningkatkan variabel latennya.

Model refleksif mengasumsikan semua indikator seolah-olah dipengaruhi

oleh variabel konstruk, oleh karena itu menghendaki antar indikator saling

berkorelasi satu sama lain. Dalam hal ini konstruk diperoleh menggunakan analis

faktor. Sedangkan, model formatif (konstruk diperoleh melalui analisis komponen

utama) tidak mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator, atau secara

konsisten berasumsi tidak ada hubungan antar indikator. Oleh karena itu, internal

konsisten (Alpha Cronbach) kadang-kadang tidak diperlukan untuk menguji

reliabilitas konstruk formatif.

Gambar 3.3

Composite Latent Variable (Formative) Model Untuk Kinerja Karyawan (Y)

(57)

Ciri-ciri model indikator formatif adalah:

• Arah hubungan kausalitas dari indikator ke konstruk.

• Antara indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji

konsistensi internal atau cronbach alpha ).

• Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari konstruk

• Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat konstruk (zeta)

• Konstruk mempunyai makna “surplus”

• Skala skor tidak menggambarkan konstruk

3.4.3 Kegunaan Metode Partial Least Square (PLS)

Kegunaan PLS adalah untuk mendapatkan model struktural yang

powerfull untuk tujuan prediksi. Pada PLS, penduga bobot (weight estimate)

untuk menghasilkan skor variabel laten dari indikatornya dispesifikasikan dalam

outer model, sedangkan inner model adalah model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten.

3.4.4 Pengukuran Metode Partial Least Square (PLS)

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

1. Weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten.

2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan

estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.

3. Means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi, intersep) untuk indikator

Gambar

Tabel 1.1
Tabel tersebut menunjukkan keadaan kinerja PT. ISM Bogasari Flour
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KOMPENSASI, KEADILAN ORGANISASIONAL, DAN KOMITMEN ORGANISASIONALTERHADAP KINERJA KARYAWAN PT PUI di Surabaya TESIS Diajukan kepada SEKOLAH PASCASARJANA

Penulisan skripsi berjudul “Evaluasi Pengendalian Internal pada Aktivitas Proses Pengiriman di Bogasari Flour Mills Division.” Skripsi ni dimaksudkan untuk memenuhi

Teknik analisis yang digunakan adalah PLS untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan bagian penjualan (sales) pada

Dari tanggapan responden dapat disimpulkan bahwa berbagai upaya oleh PT Bogasari Flour Mills Cabang Pontianak dalam menyediakan berbagai sarana penerimaan pesanan dan proses

Bogasari Flour Mills adalah tepung terigu dengan berbagai kriteria antara lain terigu berprotein tinggi (Cakra Kembar), terigu berprotein sedang (Segitiga Biru)

Bogasari Flour Mills Surabaya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri Pengolahan Pangan.. Bapak Arif, Bapak Eko, Bapak Dayat, dan

Bogasari Flour Mills Surabaya adalah perusahaan yang melakukan proses pengolahan biji gandum menjadi tepung terigu.. Perusahaan yang telah beroperasi sejak tahun 1972

Dari tanggapan responden kurang setuju pada konsumen Tepung Terigu Segitiga Biru yang didistribusikan oleh PT Bogasari Flour Mills Cabang Pontianak puas dengan harga yang ditawarkan