TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2009 – 2011
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Rizka Elis Setyawati
0913010139/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2009 – 2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan
dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogr am Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
Rizka Elis Setyawati
0913010139/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2009 – 2011
Yang diajukan
Rizka Elis Setyawati
0913010139/FE/AK
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si
Tanggal : . . .
Mengetahui,
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Drs. Ec. Rahman Amrullah Suwaidi, Ms
PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2009 – 2011
Disusun Oleh : Rizka Elis Setyawati
0913010139/FE/AK
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 03 Mei 2013
Pembimbing: Tim Penguji:
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Sekretaris
Drs. Ec. Muslimin, M.Si Anggota
Drs. Ec. Sjafii, Ak., MM Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR
BEI PERIODE TAHUN 2009-2011
Yang diajukan
Rizka Elis Setyawati
0913010139/FE/EA
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si
Tanggal : . . .
Mengetahui,
KETUA PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Dr. Hero Priono, M.Si, Ak.
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2009 - 2011”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah memberikan segala bantuan, dorongan dan saran dari awal hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus dan penghormatan yang tinggi kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Dosen-dosen Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah berkenan memberikan ilmunya dan memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini.
6. Kedua orangtua dan adik tercinta yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang, dukungan moril dan materiil selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
7. Astritika Puspita, Fitria Aprilyani, Zulfiah Irfa, Aldina Dewi, Astrid Nuriandini, Arini Mustika, Sesza Vilisia, Dwi Wahyuningsih, Putu Laras & Dhestin E. Palin serta sahabat-sahabat lainnya yang telah menjadi sahabat seperjuangan, teman diskusi dan banyak memberikan dukungan, doa dan perhatian kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan di masa mendatang dan pengembangan ilmu pengetahuan. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis lain dan para pembaca.
KATA PE NGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Landasan Teori ... 11
2.2.1 Teori Stakeholder ... 11
2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 14
2007 ... 17
2.2.2.2.3 ISO 26000 ... 19
2.2.2.3 Manfaat CSR ... 21
2.2.2.4 Aktivitas CSR ... 24
2.2.2.5 Perkembangan CSR ... 27
2.2.2.6 Penerapan CSR ... 30
2.2.2.7 Pengungkapan CSR ... 33
2.2.3 Ukuran perusahaan ... 36
2.2.4 Profitabilitas ... 37
2.2.5 Umur Perusahaan ... 39
2.2.6 Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 39
2.2.6.1 Ukuran perusahaan ... 39
2.2.6.2 Profitabilitas ... 40
2.2.6.3 Umur Perusahaan ... 40
2.3 Kerangka Pikir ... 41
3.2.1 Populasi ... 46
3.2.2 Sampel ... 46
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.3.1 Jenis Data ... 48
3.3.2 Sumber Data ... 48
3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 48
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 49
3.4.1 Teknik Analisis ... 49
3.4.2 Uji Normalitas ... 50
3.4.3 Uji asumsi klasik ... 50
3.4.4 Uji Hipotesis ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 55
4.1.1 PT. Akasha Wira Internasional (ADES), Tbk ... 55
4.1.2 PT. Davomas Abadi, Tbk (DAVO) ... 56
4.1.3 PT. Delta Djakarta, Tbk (DLTA) ... 57
4.1.4 PT. Fast Food Indonesia, Tbk (FAST) ... 58
4.1.9 PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk (PSDN) ... 61
4.1.10 PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART), Tbk.. 61
4.1.11 PT. Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA) ... 61
4.1.12 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company, Tbk (ULTJ) ... 62
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 63
4.2.1 Size ... 63
4.2.2 Profitabilitas (ROA) ... 65
4.2.3 AGE ... 66
4.2.4 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ... 68
4.3 Uji Normalitas ... 69
4.4 Pengujian Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda ... 70
4.4.1 Uji Multikolinieritas ... 70
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 71
4.4.3 Uji Autokorelasi ... 72
4.5 Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.5.1 Persamaan Regresi ... 73
4.5.2 Koefisien Determinasi (R square) ... 74
4.6.2 Profitabilitas (ROA) ... 78
4.6.3 AGE (Umur Perusahaan) ... 79
4.6.4 Keterbatasan Penelitian... 80
4.6.5 Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
5.1 Kesimpulan ... 83
Durbin – Watson ... 52
Tabel 4.1 Data Size Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011 ... 64
Tabel 4.2 Data ROA Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011 ... 65
Tabel 4.3 Data AGE Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011 ... 67
Tabel 4.4 Data Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011 ... 68
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas ... 70
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multikolenieritas ... 71
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 71
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 72
Tabel 4.9 Hasil Koefisien Regresi ... 73
Tabel 4.10 Hasil Uji F ... 75
Lampiran 1a Perhitungan Profitabilitas (ROA) Lampiran 1b Perhitungan AGE (Umur Perusahaan)
Lampiran 1c Perhitungan Variabel Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR) Lampiran 1d Perhitungan Variabel Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR) -
Lanjutan
Lampiran 1e Item-item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR) Lampiran 2 Data Penelitian
Lampiran 3 Deskripsi Data Lampiran 4 Uji Normalitas Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik
can be done based on company’s experience from how big the company, the level of profit generated to the time the company was established. All of the disclosure is expected to be positive for the company itself. This research aim to identify the company characteristics including firm size (Size), Profitability (ROA) and firm age (AGE) influence to Corporate Social Responsibility disclosure.
The sample of this research are 12 the Food and Beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange at periode of year 2009-2011, from a total of 18 companies population. Technique analysis use multiple regression analysis with SPSS 20.00 programs, t-test, F test, test of Determination (R2), test of normality and data analysis was performed with the classical assumption test.
The results of this research indicate that Size, Profitability (ROA) and AGE of the companies simultaneously had no a significant influence on the Corporate Social Responsibility disclosure, ‘cause the result of 15.9% and the balance of 84,1% influenced by other factors which not examined in this research. And partially, three variables also had no a significant influence on the Corporate Social Responsibility disclosure.
sukarela. Sikap tersebut dilakukan sesuai dengan pengalaman perusahaan dari segi besarnya perusahaan, tingkat laba yang dihasilkan sampai lamanya perusahaan berdiri. Dari pengungkapan tersebut diharapkan dapat menjadi penilaian positif bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti karakter perusahaan yang meliputi ukuran perusahaan (Size), profitabilitas (ROA) dan umur perusahaan (AGE) terhadap pengungkapan CSR.
Sampel pada penelitian ini adalah 12 perusahaan Food And Beverage yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009-2011, dari total populasi 18 perusahaan. Teknik analisis menggunakan Regresi Linier Berganda dengan program SPSS 20.00, uji t, uji F, uji Determinasi (R2), uji Normalitas dan analisis data yang ditunjukkan dengan uji asumsi klasik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Size, Profitabilitas (ROA) dan AGE secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR), karena hasilnya sebesar 15.9% dan sisanya 84.1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dan secara parsial, tiga variabel (Size, Profitabilitas (ROA) dan AGE) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR). Kata Kunci : Karakteristik Perusahaan, Size, Profitabilitas (ROA), AGE,
1.1 Latar Belakang
Sebuah perusahaan saat ini tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan/laba, namun juga harus mulai memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat. Tanggung jawab tersebut tertuang pada pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang sudah menjadi suatu wacana
yang banyak disorot oleh perusahaan. Wacana tersebut muncul dengan dilandasi bahwa keberadaan perusahaan tidak lepas dari lingkungan disekitarnya.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) diibaratkan sebagai kemampuan perusahaan yang
bisnis untuk mengambil tindakan dalam kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Banyak yang dipertimbangkan oleh perusahaan mengenai CSR yaitu tentang biaya dan manfaat yang akan didapatkan saat perusahaan memutuskan untuk mengungkapkan informasi tentang CSR. Pertimbangan bahwa apabila manfaat yang akan diperoleh oleh perusahaan saat melakukan pengungkapan CSR ternyata lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk pengungkapan tersebut, maka perusahaan akan dengan sikap sukarela melakukan pengungkapan informasi CSR.
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas dilakukan oleh Sembiring (2005), Veronica (2008) dan Untari (2010) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Tapi pada penelitian Yuliana (2008) tidak ada pengaruh antara profitabilitas terhadap pengungkapan CSR.
Untari (2010) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara umur perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal tersebut berbeda dengan Utami (2009) yang menyatakan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Perusahaan manufaktur dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang merupakan industri yang produk akhirnya berhubungan langsung dengan konsumen. Masalah tentang limbah dan proses produksi, baik limbah udara, cair ataupun padat menjadi masalah lingkungan utama yang tidak luput dari perusahaan ini.
tersebut adalah industri rumahan dan perusahaan besar yang sebagian besar bergerak di bidang manufaktur.
Terdapat kasus lain dari PT. Roselia Texindo yang bergerak di bidang garmen yaitu tindakan pembuangan limbah ke tanah dan permukaan air Sungai Cikuda dalam kurun 2001-2005. Kasus lain yang datang dari Lhokseumawe, Aceh yaitu pencemaran udara oleh PT. Arun dari tahun 1974-sekarang. Selama rentang waktu tersebut, perusahaan telah beberapa kali melakukan pencemaran udara berupa kebocoran gas H2S yang membuat resah warga yang tinggal di wilayah sekitar perusahaan. Pencemaran udara H2S kembali terjadi pada bulan April 2012 oleh PT. Arun yang bergerak di bidang pengolah-suling gas.
Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Food and Beverage yang Ter daftar di Bursa Efek Indonesia Per iode Tahun 2009 – 2011 ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?
2. Apakah ada pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?
3. Apakah ada pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?
4. Apakah ada pengaruh antara ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab
2. Mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Universitas
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta sebagai Dharma Bakti Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional pada umumnya dan fakultas Ekonomi pada khususnya.
2. Bagi peneliti
Memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir dan menambah pengetahuan tentang pelaksanaan pelaporan tanggung jawab sosial (CSR) suatu perusahaan yang bergerak di bidang Food and Beverage yang terdaftar di BEI.
3. Bagi perusahaan
2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu
Telah ada penelitian serupa yang membahas tentang Corporate Social Responsibility oleh para peneliti terdahulu, sebelum penulisan skripsi ini.
Pada bagian ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian tersebut sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya. Adalah sebagai berikut :
1. Rita Yuliana, Bambang Purnomosidhi dan Eko G. Sukoharsono (2008) Judul penelitian :
“Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility(CSR) dan Dampaknya terhadap Reaksi Investor”
Rumusan masalah :
a. Apakah karakteristik perusahaan yang meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, profil, ukuran dewan komisaris dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap tingkat keluasan pengungkapan CSR ?
Kesimpulan :
- Berdasarkan hasil uji hipotesis membuktikan bahwa ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tingkat keluasan pengungkapan CSR.
- Profile perusahaan dan konsentrasi kepemilikan secara signifikan berpengaruh positif terhadap tingkat keluasan pengungkapan CSR. - Tingkat keluasan pengungkapan secara signifikan berpengaruh positif
terhadap reaksi investor.
2. Theodora Martina Veronica (2009) Judul penelitian :
“Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di BEI”
Rumusan masalah :
Apakah karakteristik perusahaan (Size perusahaan, profitablitas, leverage dan ukuran dewan komisaris) secara parsial maupun simultan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan ? Kesimpulan :
- Berdasarkan hasil uji secara parsial dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara size perusahaan dan leverage perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
- Berdasar hasil uji secara serentak menunjukkan bahwa size perusahaan, leverage, profitabilitas (ROA) dan ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Lisna Untari (2010) Judul penelitian :
“Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”
Rumusan masalah :
a. Bagaimanakah gambaran tentang praktik pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan barang konsumsi di Indonesia ?
Kesimpulan :
- Karakteristik perusahaan (Size perusahaan, profitablitas, tingkat leverage dan umur perusahaan) secara simultan atau bersama – sama
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia.
- Secara parsial Size perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia.
- Secara parsial tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan barang konsumsi di Indonesia.
Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Ter dahulu
Perbedaaan penelitian – penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah penelitian ini menggunakan periode pengamatan tahun 2009-2011. Variabel dari karakteristik perusahaan yang digunakaan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel ukuran (Size) perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan Food and Beverage.
Persamaan Penelitian Ini dengan Penelitian Ter dahulu
pengungkapan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility). Teknik penentuan sampel sama – sama menggunakan metode purposive sampling dan analisis regresi berganda.
1.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Stakeholder
Stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang
berhubungan dengan stakeholder, nilai- nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha (Freeman, et al., 2002 dalam Waryanti 2009).
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
Definisi stakeholder menurut Freeman (1984) dalam Moir (2001) adalah “setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi”. Stakeholder khususnya dapat dibedakan kedalam stakeholder primer dan sekunder. Clarkson (1995) dalam Moir (2001)
tampaknya perusahaan tidak dapat ‘going concern’ , meliputi: shareholder dan
investor, karyawan, konsumen dan pemasok, bersama dengan yang didefinisikan dengan shareholder public, yaitu: pemerintah dan komunitas yang menyediakan infrastruktur dan pasar, yang undang-undang dan peraturannya harus ditaati, dan kepadanya pajak dan kewajibannya harus dibayar. Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan sebagai “mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi dengan perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya”.
Stakeholder dalam entitas perusahaan terbagi dalam 7 jenis dan
masing-masing memiliki hasrat dan kebutuhan masing-masing-masing-masing, yaitu sebagai berikut (Rahmatullah dan Trianita, 2011):
a. Pelanggan
Berhak atas produk berkualitas dan berhak mandapatkan harga yang layak. b. Masyarakat
Berhak mendapatkan perlindungan dari kejahatan bisnis dan mendapatkan dampak hubungan yang baik dari keberadaan perusahaan.
c. Pekerja
Mendapatkan jaminan keamanan dalam bekerja, jaminan keselamatan dan perlakuan yang adil serta tidak ada diskriminasi.
d. Pemegang saham
Berhak mendapatkan harga saham yang layak dan keuntungan saham. e. Lingkungan
f. Pemerintah
Mendapatkan laporan atas pemenuhan persyaratan hukum. g. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Menjalankan fungsi kontrol baik terhadap regulasi maupun komitmen perusahaan.
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan keinginan stakeholder” (Ullman, 1985).
yang dipandang berpengaruh, sedangkan perusahaan yang mengadopsi strategi pasif cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Akibatnya adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan.
Dalam konteks penerapan CSR, stakeholder wajib dirangkul dan dilibatkan baik dalam tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi. Jika pun stakeholder tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, setidaknya mendapatkan
kontribusi positif dari program yang dilaksanakan. Andai terdapat satu stakeholder tidak dilibatkan atau mendapatkan manfaat dari perusahaan, maka
akan berpotensi menjadi masalah bagi keberlanjutan perusahaan (Rahmatullah dan Trianita, 2011).
2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.2.2.1 Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada intinya, diartikan sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan dalam kegiatan usaha dan juga pada cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara sukarela (Untari, 2010).
World bank (bank dunia) mendefinisikan CSR sebagai:
CSR is commitment of business to contribute to sustainable economic
community and society at large to improve quality of live, in ways that are
both good for business and good for development.
Yang dimaksud didalam definisi tersebut adalah CSR merupakan suatu komitmen bisnis untuk berperan dalam pembangunan ekonomi yang dapat bekerja dengan karyawan dan perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk memperbaiki kualitas hidup, dengan cara yang baik bagi bisnis maupun pengembangan.
Pengertian CSR menurut ISO 26000 adalah :
“ Responsibility of an organization for the impacts of its decisions activities
on society and the environment, through transparent and ethical behavior
that contributes to sustainable development, including health and the welfare
of society; takes into account the expectations of stakeholder; is in
compliance with applicable law and consistent with international norms of
behavior; and is integrated throughout the organization and practiced in its
relationship”.
2.2.2.2 Pr insip – Prinsip CSR
1.2.2.2.1 Konsep Triple Bottom Line
Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line
Sumber : Solihin Ismail (2009)
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line diatas dapat dideskripsikan, yaitu :
1. Profit (Keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari setiap kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi – tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab social ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.
2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup dan
People (Sosial)
perkembangan perusahaan. Maka, sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar – besarnya kepada mereka. Selain itu juga, perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat. Dengan begitu perusahaan juga perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan dipandang positif, perusahaan harus menyertakan pula tanggung jawab sosial.
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang harus diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai dari bangun tidur di pagi hari hingga terlelap di malam hari berhubungan dengan lingkungan. Air yang kita minum, udara yang kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan, semuanya berasal dari limgkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana memperlakukannya.
2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 74 yang disahkan pada 20 Juli 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu:
a. Ayat 1
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan”.
Menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
b. Ayat 2
“Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban
perseroan yang harus dianggarkan dan diperhitungankan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatuhan dan kewajaran”.
Menyatakan kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
c. Ayat 3
“Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan”.
d. “Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah”.
1.2.2.2.3 ISO 26000
Prinsip – prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi :
• Kepatuhan kepada hukum
• Menghormati instrumen/ badan – badan internasional
• Menghormati stakeholders dan kepentingannya • Akuntabilitas
• Transparansi
• Perilaku yang beretika
• Melakukan tindakan pencegahan
• Menghormati dasar – dasar hak asasi manusia
ISO 26000 mencakup beberapa aspek, sebagai berikut :
• ISO 26000 menyediakan panduan mengenai tanggung jawab sosial
kepada semua bentuk organisasi tanpa memperhatikan ukuran dan lokasi untuk :
a. Mengindentifikasi prinsip dan isu
b. Menyatukan, melaksanakan dan memajukan praktek tanggung jawab sosial
c. Mengindetifikasi dan pendekatan/pelibatan dengan para pemangku kepentingan
d. Mengkomunikasikan komitmen dan performa serta kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.
• ISO 26000 mendorong organisasi untuk melaksanakan aktivitas lebih
dari sekedar apa yang diwajibkan.
• ISO 26000 menyempurnakan / melengkapi instrumen dan inisiatif lain
yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial.
• Mempromosikan terminologi umum dalam lingkungan tanggung jawab
sosial dan semakin memperluas pengetahuan mengenai tanggung jawab sosial.
• Konsisten dan tidak berkonflik dengan traktat internasional dan
• Prinsip ketaatan pada hukum/ legal compliance, prinsip penghormatan
terhadap instrumen internasional. Prinsip akuntabilitas, prinsip transparasi, prinsip pembangunan keberlanjutan, prinsip ethical conduct, prinsip penghormatan hak asasi manusia, prinsip pendekatan
dengan pencegahan dan prinsip penghormatan terhadap keanekaragaman.
2.2.2.3 Manfaat CSR
Fungsi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Hendrik Budi Untung (2008: 6-7) adalah :
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan. Image / citra yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan. Salah satunya dengan melakukan program Corporate Sosial Responsibility.
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
3. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
Investasi yang ditanamkan untuk program Corporate Social Responsibility ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk di dalamnya memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.
4. Mereduksi biaya
Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan melakukan Corporate Social Responsibility. Misalnya: dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain dapat menghemat biaya produksi, juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman bagi lingkungan.
5. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.
Implementasi Corporate Social Responsibility akan membantu menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah kepercayaan stakeholders kepada perusahaan.
6. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
7. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan.
Image perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan kebanggan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka sehingga meningkatkan motivasi kerja mereka. 8. Peluang mendapatkan penghargaan.
Banyaknya penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku Corporate Social Responsibility sekarang, akan menambah kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan award.
2.2.2.4 Aktivitas CSR
Menurut Prince of Wales International Bussiness Forum, mengungkapkan bahwa terdapat lima pilar aktivitas dalam Corporate Sosial Responsibility (CSR), yaitu (Wibisono, 2007,p.119) :
1. Building Human Capital
Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang andal. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya melalui community development. 2. Strengthening Economies
Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar.
3. Assessing Social Chesion
Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik.
4. Encouraging Good Governence
Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik.
5. Pr otecting The Environment
Menurut Harahap (2004) terdapat tiga bentuk tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, yaitu :
1. Corporate Philanthropy
Tanggung jawab perusahaan hanya berada sebatas kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini merupakan kegiatan amal, sumbangan atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan. 2. Corporate Responsibility
Kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan dan kesediaan perusahaan.
3. Corporate Policy
Tanggung jawab perusahaan sudah merupakan bagian dari kebijakannya. Kotler dan Lee (2005) menyebutkan aktivitas yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial dalam 6 kelompok kegiatan, yaitu:
1. Cause Promotion
2. Cause Related Marketing
Perusahaan akan mengajak masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang atau jasa, dimana sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu.
3. Corporate Sociated Marketing
Dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral changes). Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang tidak baik / kebiasaan buruk yang dampaknya merugikan masyarakat.
4. Corporate Philanthrophy
Hal ini dilakukan perusahaan dengan memberikan kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan ataupun kelompok tertentu. Hanya sebatas kegiatan untuk penyaluran sumbangan, amal atau kegiatan lain.
5. Community Volunteering
Perusahaan mendorong atau mengajak karyawannya ikut terlibat dalam program Corporate Social Responsibility yang sedang dijalankan dengan jalan mengkontribusikan waktu dan tenaganya.
6. Socially Responsible Business Practice
kesejahteraan hidup masyarakat dan melindungi atau menjaga lingkungan, misalnya membangun fasilitas pengolahan limbah, memilih supplier dan atau kemasan yang ramah lingkungan dan lain-lain.
2.2.2.5 Per kembangan CSR
Pada awal tahun 1970-an terjadi perubahan kesadaran masyarakat dunia akan dampak aktivitas perusahaan. Kesadaran akan dampak, baik positif maupun negatif perusahaan tersebut mengakibatkan tekanan dan tuntutan yang dialamatkan pada perusahaan agar perusahaan memperluas tanggung jawab sosialnya. Tanggung jawab pengelolaan organisasi yang semula hanya kepada stockholders (pemilik/ pemegang saham) bergeser pada stakeholders /
pemangku kepentingan (pemilik, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas). Tuntutan dan tekanan terhadap perusahaan mengakibatkan berkembangnya akuntansi sosial/ social accounting (Maksum dan Kholis, 2003).Social accounting berkembang sejalan dengan berkembanganya Corporate Social Responsibility. Kotler dan lee (2005) menyatakan, “Corporate
Social Responsibility is a commitment to improve community well-being through
discretionary business practices and contribution of corporate resources”.
Selanjutnya, World Business Council for Suistanable Development menggambarkan bahwa, “Corporate Social Responsibility as ‘business’ commitment tocontribute to suistanable economic development, working with
employees, their families, the local community, and society at large to improve
Perkembangan CSR tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development), definisi pembangunan berkelanjutan menurut The World Commission On Environment and Development(The
Brundtland Comission), bahwa pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka (Solihin, 2009).
Pengenalan konsep Sustainability development memberikan dampak kepada perkembangan devinisi dan konsep CSR selanjutnya. Sebagai contoh The Organization for economic cooperation and Development (OECD)
merumuskan CSR sebagai “Kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya pengembalian bagi pemegang saham, upah bagi para karyawan, dan pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan, melainkan perusahaan bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat”. Lembaga lain yang memberikan rumusan CSR sejalan dengan konsep sustainability development adalah The World Business Council for Sustainability Development.
dan terciptanya good corporate citizenship (UN Global Compact: 10). Tujuan utama yang ingin dicapainya adalah memberantas kemiskinan, menyelesaikan masalah buta huruf, memperbaiki pelayanan kesehatan, mengurangi angka kematian bayi, memberantas AIDS, menciptakan keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan, dan merangsang terciptanya kemitraan dalam proses pembangunan.
2.2.2.6 Penerapan CSR
Penerapan CSR sangat dipengaruhi oleh pandangan perusahaan mengenai CSR. Cara pandang yang berbeda dari setiap perusahaan bisa menjadi indikator kesungguhan perusahaan dalam melaksanakan CSR. Menurut Wibisono (2007) terdapat tiga kategori paradigma perusahaan dalam menerapkan program CSR, yaitu :
1. Sekedar basa - basi dan keterpaksaan, artinya CSR dipraktekkan lebih karena faktor eksternal, baik karena mengendalikan aspek sosial (social driven) maupun mengendalikan aspek lingkungan (environmental
driven).
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya.
3. Bukan sekedar kewajiban (compliance), tapi lebih dari sekedar kewajiban (beyond compliance) atau (compliance plus). Diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR yang dilakukan perusahaan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu :
1. Tahap perencanaan
Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen, Upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.
CSR Assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Hasil assessment merupakan dasar menyusun manual atau pedoman implementasi CSR. Manual merupakan inti dari perencanaan, karena menjadi panduan atau petunjuk pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan.
2. Tahap Implementasi
Dalam memulai implementasi, pada dasarnya terdapat tiga aspek yang harus disiapkan, yaitu; siapa yang akan menjalankan, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara mealakukan impelementasi beserta alat apa yang diperlukan. Tahap impelementasi ini terdidri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
3. Tahap Evaluasi
4. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengembalian keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan.
Terdapat empat model atau pola CSR menurut Tanudjaja (2008) yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan – perusahaan di negara maju.
3. Bermitra dengan pihak lain
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan social tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.
2.2.2.7 Pengungkapan CSR
Sebagai tahap akhir dari penerapan CSR adala pengungkapan yang akan mengungkapkan sejauh mana pelaksanaan CSR dan merupakan pertanggungjawaban terhadap stakeholders secara luas. Pada dasarnya perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar (Core Values) yang ditanam secara mengakar dalam perusahaan, yaitu (Darwin, 2006):
1. Ketangguhan Ekonomi 2. Tanggung jawab lingkungan 3. Akuntabilitas sosial
Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keungan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yaitu “Laporan Keberlanjutan” laporan CSR atau laporan keberlanjutan pada hakekatnya memuat tiga aspek pokok, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial.
peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.
Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan interim/laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa.
Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
Gray et al,. dalam Rita Yuliana (2008) mengemukakan beberapa teori yang melatar belakangi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial, yaitu:
a. Decisioan Usefulness Studies
informasi yang telah dikenal selama ini, melainkan juga memuat informasi lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi.
b. Economic Theory Studies
Studi in berdasarkan economic agency theory. Teori tersebut membedakan antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan dan menyiratkan bahwa pengelola perusahaan harus memberikan laporan pertanggungjawaban atas segala sumber daya yang dimiliki dan dikelolanya kepada pemilik perusahaan. Selanjutnya, frase pemilik perusahaan mengalami perkembangan lebih lanjut, tidak hanya pemilik modal (shareholder), tetapi juga meluas ke unsur stakeholders lainya, yaitu masyarakat luas termasuk pemerintah dan lingkungan alam. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan juga dituntut untuk membuat pelaporan yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders tersebut.
c. Social and Political Studies
Sektor ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan politik, social dan kerangka institusional tempat ekonomi berada. Studi sosial dan politik mencakup 2 teori utama, yaitu :
2. Kedua, Legitimacy Theory yang menyatakan bahwa perusahaan harus dapat menyesuaikan diri dengan sistem nilai yang telah ditetapkan masyarakat. Usaha perusahaan antara lain diwujudkan melalui pengungkapan sosial. Hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan agar aktivitas dan keberadaan perusahaan terlegitimasi dimata masyarakat. Teori – teori lain yang mendukung praktik pengungkapan sosial, yaitu teori kontak sosial. Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari suatu komunitas.
2.2.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah merupakan suatu pengklasifikasian besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain yaitu total aktiva, jumlah tenaga kerja, nilai pasar saham dan lain-lain. Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan tersebut berdasarkan pada total asset perusahaan.
Terdapat dugaan bahwa perusahaan kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam laporan tahunan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
2.2.4 Pr ofitabilitas
Rasio profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan (Harahap, 1997:304). Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Pemilik, kreditor, dan manajemen menaruh perhatian lebih banyak pada pencapaian keuntungan karena berhubungan dengan earnings yang akan mereka peroleh di pasar.
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektvitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, dan sumber daya yang tersedia, seperti yang dilaporkan dalam neraca.
1. Net Profit Margin
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio, semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Net Profit Margin = Earning After Interest and Tax (EAT)
Sales
2. Return on Investment
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Return on Investment = Earning After Interest and Tax (EAT)
Total Assets
3. Return on Equity
Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Return on Equity = Earning After Interest and Tax (EAT)
2.2.5 Umur Perusahaan
Selain ukuran perusahaan dan profitabilitas, menurut Untari (2010) umur perusahaan juga merupakan faktor yang memperngaruhi kinerja perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat mengancam kehidupan perusahaan serta menunjukkan kemampuan perusahaan mengambil kesempatan dalam lingkungan untuk mengembangkan usaha.
Umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam keunggulan berkompetisi. Maka semakin lama berdirinya suatu perusahaan, makin terlihat eksistensi perusahaan dalam lingkungannya serta perusahaan makin mengerti terhadap informasi-informasi apa saja yang diungkapkan dalam laporan tahunan yang memiliki pengaruh positif bagi perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor.
2.2.6 Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung J awab Sosial Perusahaan.
2.2.6.1 Ukuran Perusahaan
jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja akan semakin besar. Program berkaitan dengan tenaga kerja yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, akan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan. Hal ini berarti program tanggung jawab sosial perusahaan juga semakin banyak dan akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Oleh karena itu perusahaan yang lebih besar lebih dituntut untuk memperlihatkan/mengungkapkan tanggung jawab sosialnya.
2.2.6.2 Pr ofitabilitas
Dalam Hackston dan Milne (1996), profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertangungjawaban sosial adalah ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang kesuksesan keuangan tersebut. Namun sebaliknya saat profitabilitas rendah, perusahaan akan berharap akan berharap pengguna laporan akan dapat membaca “kabar baik” kinerja perusahaan.
2.2.6.3 Umur perusahaan
lebih tua mungkin lebih mengerti informasi-informasi apa saja yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan tahunan. Sehingga perusahaan hanya akan mengungkapkan informasi-informasi yang akan memberikan pengaruh positif terhadap perusahaan. Informasi positif tersebut salah satunya adalah informasi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan investor.
2.2 Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat digambarkan kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Ukuran Perusahaan (X1)
Profitabilitas (X2)
Umur Perusahaan (X3)
Corporate Social Responsibility (CSR)
(Y)
Hipotesis
H1 : Ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh
terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR).
H3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
(CSR).
H4 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Social
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005:126). Definisi operasional diperlukan agar konsep yang digunakan dapat diukur secara empiris serta menghindari terjadi kesalahan penafsiran yang berbeda.
Dalam penelitian ini perlu diketahui definisi operasioanal dari tiap-tiap variabel. Definisi operasional variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Variabel Bebas (X)
1. Ukuran Perusahaan - Size (X1)
Menurut Suwito dan Herawaty (2005), ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio. Ukuran perusahaan diukur dengan jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (Total Aktiva).
2. Profitabilitas - ROA (X2)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha perusahaan selama satu tahun. Dalam penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur dengan ROA (Return On Asset). ROA mengukur perbandingan laba bersih setelah pajak dengan aktiva lancar. Return on assets mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. (Hendra Agus Wibowo dan Diyah Pujiati ,2011).
3. Umur Perusahaan - AGE (X3)
Umur perusahaan yaitu lama perusahaan berdiri. Umur perusahaan diproksikan dengan masa listing atau penawaran saham perdana (first issue) pada bursa efek. Masa umur perusahaan dihitung dengan tahun berjalan dikurangi dengan tahun masa listing atau penawaran saham pertama (Pramudoyo dan Anis, 2004; Alsaeed, 2005) dalam Rawi (2008).
= 100%
b. Variabel Terikat (Y)
Corporate Social Responsibility (CSR)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial. Menurut Hackston dan Milne (1996), pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut terbagi dalam tujuh kategori yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Tujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan BAPEPAM No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia, maka penyesuaian kemudian dilakukan. Sebanyak 12 item dihapuskan karena kurang sesuai untuk ditetapkan dengan kondisi di Indonesia, sehingga total tersisa 78 item pengungkapan (Sembiring, 2005). Pengukuran pengungkapan tanggung jawab sosial yaitu Indeks Wallace, yaitu membagi total skor yang diperoleh sebuah perusahaan dengan skor yang diharapkan dapat diperoleh oleh perusahaan tersebut (Linda Kusumaning W, 2005).
Indeks Wallace :
Keterangan :
n = Jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang yang telah ditetapkan (Nazir, 2005:271). Populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memilki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44).Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekolompok objek yang menjadi sasaran penelitian (Bungin, 2006:99).
Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong dalam kelompok perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 18 perusahaan. Peneliti mengambil semua populasi untuk dijadikan objek dalam penelitian ini.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Teknik purposive sampling digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2006:115).
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil dari populasi dilakukan dengan purposive sampling. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian
1. Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sahamnya aktif diperdagangkan selama periode 2009-2011.
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2009-2011 serta menyerahkan laporan tahunannya tersebut kepada BAPEPAM dan telah mempublikasikannya secara berturut-turut.
3. Informasi pengungkapan tanggungjawab sosial diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan selama periode 2009-2011.
Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 12 perusahaan yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Perusahaan – perusahaan tersebut adalah :
1. PT. Akasha Wira Internasional (ADES), Tbk. 2. PT. Davomas Abadi, Tbk.
3. PT. Delta Djakarta, Tbk. 4. PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 5. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. 6. PT. Mayora Indah, Tbk.
7. PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk
8. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional, Tbk. 9. PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk.
10. PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART), Tbk. 11. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut 3.3.1 J enis Data
Data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (Bungin, 2006:122). Data sekunder dapat pula data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber utama (perusahaan) yang dijadikan objek penelitian. Data tersebut berupa Total Aktiva, ROA, umur perusahaan dan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sektor industri makanan dan minuman (food and beverage) yang terdaftar di Bursa Efek tahun 2009-2011.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah laporan keuangan dan annual report perusahaaan dalam sektor industri barang konsumsi dan diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia dan dari website www.idx.co.id.
3.3.3 Metode Pengumpulan Data
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis
Hubungan sebuah variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen disebut analisis regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis regeresi linier berganda adalah suatu metode statistik umum yang digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Adapun bentuk matematis analisis regresi linier berganda adalah (Sulaiman, 2004:80)
Pembuktian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan tiga variabel bebas sebagai berikut :
= + + + +
Keterangan :
Y = variabel perubahan laba = konstanta
− = koefisien regresi
X1 = variabel SIZE (ukuran perusahaan)
X2 = variabel ROA (profitabilitas)
X3 = variabel AGE (umur perusahaan)
3.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009:147). Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya Kolmogorov Smirnov test (Sumarsono, 2004:40).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa dalam uji regresi linier berganda harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar penelitian tidak bias dan untuk menguji kesalahan model regresi yang dilakukan dalam penelitian. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu :
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2009:95). Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi menunjukkan
1. Nilai Tolerance < 0,10, atau 2. Nilai VIF ≥ 10.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2009).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2009:125). Pengujian heteroskedasitas dapat dilakukan dengan cara menggunakan uji rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Jika varians dari residual suatu pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam satu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini (t) dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2009).
Tabel 3.1 Gambar deteksi adanya autokorelasi dengan kriteria Durbin - Watson
Hipotesis Nol Keputusan J ika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif
atau negative
Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali, Imam, 2009, Cetakan IV, Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegor o, Semar ang.
3.4.4 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap model regresi berganda pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengujian simultan (uji F) dan pengujian individu atau parsial (uji t).
a. Pengujian menyeluruh atau simultan (Uji F)
1. H0 : β1 = β2 = β3 = 0 variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. H0 : β1 = β2 = β3 ≠ 0 variabel independen secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Ho diterima jika Sig ≥ 0.05, maka Ha ditolak maka variabel independen tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
2. Ha diterima jika Sig < 0.05, maka Ho ditolak maka terdapat pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. b. Pengujian Individual atau Parsial (Uji t)
Uji t dimaksudkan untuk menguji pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan (Sulaiman, 2004:87). Adapun langkah-langkah dalam pengujiannya antara lain sebagai berikut: 1. Menentukan formulasi Ho dan Ha
Ho : β = 0 (tidak ada pengaruh antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen)
Ha : β ≠ 0 (terdapat pengaruh antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen)
3. Menentukan kriteria pengujian
a. Ho diterima jika Sig ≥ 0.05 maka Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh signifikan antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
1.1 Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1 PT. Akasha Wira Internasional (ADES), Tbk.
Perseroan pada awalnya didirikan dengan nama PT. Alfindo Putra Setia,
berdasarkan Akta Pendirian No. 11, tanggal 6 Maret 1985. Pada tahun 1994
Perseroan melaksanakan Penawaran Perdana Saham kepada masyarakat sejumlah
15.000.000 saham biasa dengan harga nominal saham Rp 1.000 (seribu Rupiah)
per saham dan dengan harga penawaran Rp 3.850 (tiga ribu delapan ratus lima
puluh Rupiah) per saham. Perseroan mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 14 Juli 1994.
Pada tahun yang sama Perseroan mengalami perubahan penting yang lain.
Water Partners Bottling S.A. (WPB), perusahaan patungan antara Nestlé S.A. dan
Refreshment Product Services (anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki The
Coca- Cola Company), mengambil alih mayoritas saham di Perseroan, sehingga
nama Perseroan diubah menjadi PT. AdeS Waters Indonesia Tbk. WPB
sepenuhnya mendukung upaya terus-menerus Perseroan untuk melayani
konsumen Indonesia dengan lebih baik. Selain itu, kedua mitra bisnis dengan
keahlian tingkat dunia dalam menciptakan dan mengembangkan operasional
bisnis yang kuat dan berkelanjutan dalam bisnis minuman bermerek akan