• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATKAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATKAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI

SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari syarat untuk Memperoleh Gelar Megister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Oleh

Fajar Kusumah Solihin 1009493

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENINGKATAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI

SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT

Oleh

Fajar Kusumah Solihin

S.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pendidikan (M.Pd)

pada Sekolah Pascasarjana

©Fajar Kusumah Solihin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr.Nana Supriatna, M.Ed NIP:196110141986011001

Pembimbing II

Prof. Dr.Sapriya, M.Ed NIP: 196308201988031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

(4)

PENINGKATKAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(IPS) DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SINDANGSUKA V KECAMATAN CIBATU KABUPATEN GARUT.

Fajar Kusumah Solihin (1009493) Dosen Pembimbing: Dr. Nana Supriatna, M. Ed Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed

ABSTRAK

Penelitian didasarkan pada rendahnya kesadaran peserta didik terhadap lingkungan, seperti tidak terdapat tanaman-tanaman yang tumbuh disekitar lingkungan sekolah. Keadaan seperti ini menunjukan belum menculnya sikap peduli terhadap kondisi lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini untuk peningkatan ecoliteracy melalui kegiatan bertanam. Dengan demikian perlu adanya perbaikan proses pembelajaran menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian menggunakan model yang dikembangkan John Elliot dengan tahapan-tahapan seperti perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil penelitian berupa pemahaman ecoliteracy dan sikap ecoliterate mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh peserta didik. Dengan kata lain, hubungan antara hasil ecoliteracy dengan sikap ecoliterate pada siklus 1 interpetasi mencapai 0,44 berada pada tingkat sedang dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi. Selanjutnya hubungan antara hasil ecoliteracy dengan sikap ecoliterate pada siklus 2 interpetasi mencapai 0,30 berada pada tingkat rendah dibandingkan hubungan pada siklus ke-1. Sedangkan di siklus ke-3 interpetasi mencapai 0,75 berada pada tingkat kuat dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi. Dengan demikian, hubungan yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap pada setiap peserta didik mulai terbentuk antara pemahaman yang dimilikinya dengan sikap yang ditunjukannya.

Para peneliti dan Pendidik sebaiknya memperhatikan cara pembelajaran dengan praktik langsung untuk membantu peserta didik dalam memperoleh pemahamannya melalui kegiatan langsung. Diharapkan pihak sekolah menyediakan fasilitas belajar di lingkungan sekolahnya untuk kegiatan pembelajaran selain di rungan kelas.

(5)

IMPROVEMENT OF ECOLITERACY THROUGH PLANTING LEARNING OF SOCIAL SCIENCE SUBJECT OF FOURTH GRADE STUDENTS IN SDN

SINDANGSUKA V, CIBATU-GARUT

Fajar Kusumah Solihin (1009493) Supervisors:

Dr. Nana Supriatna, M. Ed Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed

ABSTRACT

Students’ awareness which is low toward environment becomes the basic

problem of this study. For instance, there are no plants which grow around school environment. This situation shows that sensitivity toward environment situation is not yet.

The aim of this study is to ecoliteracy imp rovement through planting activity. It means that learning process should be fixed by using method of classroom action research. Research design used a model which is developed by John Elliot which consist of several steps, namely, planning, implementation, observation, and reflection.

The result of this study was there were improvements of students’ ecoliteracy

comprehension and students’ attitude of ecoliterate. In other words, the relation between the result of ecoliteracy and ecoliterate attitude to the interpretation in the first cycle was 0,44 which means were at medium level based on table of correlation coefficient guidance. Then, the relation between the result of ecoliteracy and

ecoliterate attitude to the interpretation in the second cycle was 0,30 which means were at low level, so it was lower than the relation of the first cycle. Meanwhile, the interpretation in the third cycle was 0,75, which means were at strong or high level based on table of correlation coefficient interpretation. Based on the result, the relation that was expected can give influence toward attitude of each student which was showed by their comprehension and their attitude.

The researchers and the educators should pay attention to learning by using direct practice to help students in acquiring their understanding through direct activity. Hopefully, staffs of school provide facilities in school environment to learning teaching activity beside in the classroom.

(6)

iv

BAB II PENINGKATAN ECOLITERACY MELALUI PEMBELAJARAN BERTANAM PADA PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR ... 11

A. Ecoliteracy ... 11

B. Pentingnya Ecoliteracy pada Mata Pelajaran IPS ... 16

C. Pendidikan Lingkungan pada Mata Pelajaran IPS ... 20

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kehidupan manusia dimuka bumi ini selalu berdampingan dengan lingkungan

sebagaimana manusia memanfaatkan lingkungan sebagai tempat tinggalnya. Hal

tersebut dapat dilihat adanya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, sebagai

salah satu faktor berkurangnya ruang terbuka hijau yang diakibatkan perubahan

fungsi lahan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan kedepannya. Kondisi ini tidak

mengherankan karena pada dasarnya manusia dalam mempertahankan kehidupannya

selalu bergantung pada alam dan ini akan terjadi secara terus menerus seiring dengan

meningkatnya kebutuhan dari hari ke hari.

Maka seharusnya manusia sebagai mahkluk sosial selalu bersikap peduli

terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Karena

lingkungan merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dimana

lingkungan tersebut merupakan tempat menjalankan segala bentuk aktivitas. Ketika

tempat beraktivitas dilingkungannya gersang dengan sedikit tanaman-tanaman yang

tumbuh dan dengan sampah-sampah yang berserakan, ini dapat menyebabkan ketidak

nyamanan dalam melakukan aktivitas.

Keberadaan lingkungan yang kurang nyaman seperti yang digambarkan diatas

merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yang lama kelamaan

akan semakin memprihatinkan. Sehingga kualitas lingkungan hidup akan semakin

memburuk, seperti kondisi tanah menjadi tidak subur untuk ditanami pohon dan

bahkan berdampak pada polusi udara yang bukan tidak mungkin akan terjadi

sehingga kualitas udara menjadi tidak layak untuk dihirup.

Permasalahan yang terjadi pada aspek lingkungan tersebut menjadi isu yang

(10)

bumi. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaraan manusia sebagai makhluk hidup

dalam menjaga lingkungan sekaligus dalam melestarikan lingkungan.

Kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini merupakan suatu bentuk

ketidak pedulian mengenai dampak buruk yang akan terjadi dikemudian hari,

kerusakan tersebut diakibatkan perubahan zaman yang semakin maju pada berbagai

sektor, misalnya melihat beberapa contoh disamping pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang hasil pembakarannya menyebabkan

polusi udara, bahkan bukan hanya itu dengan banyak berdirinya pabrik-pabrik

semakin menambah banyak permasalahan yang melanda negeri tercinta ini.

Pentingnya pelestarian lingkungan terkadang sering dilupakan oleh sebagian

manusia dan mengakibatkan kurang terpeliharanya lingkungan tersebut, jika keadaan

ini terus dibiarkan dikhawatirkan keadaan tersebut akan semakin parah.

Pemahaman yang rendah akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar dapat

berakibat pada kerusakan lingkungan. Sebagaimana yang digambarkan oleh Capra

(2002:11-12) bahwa:

Seiring dengan berakhirnya abad ke 20, masalah lingkungan menjadi hal yang utama. Kita dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam bentuk-bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu dekat akan segera menjadi tak dapat dikembangkan lagi (irreversible).

Oleh sebab itu manusia memberikan andil besar bagi kelangsungan kehidupan

makhluk hidup di muka bumi ini, maka perlu adanya suatu tindakan untuk

mengembalikan keadaan alam menjadi lebih baik lagi. Bagi Brown (Capra, 2002:13) “Sebuah masyarakat yang mampu mempertahankan kehidupan ialah yang mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya tanpa mengurangi prospek generasi-generasi masa depan”. Jelas bahwa yang dimaksud Brown jangan sampai terlalu memanfaatkan kekayaan alam secara berlebihan hal ini dimaksudkan untuk

(11)

3

Senada dengan pernyataan Capra di atas, Elliott dan Davis (2009:67)

menyatakan bahwa:

In practice, environmental education has tended to focus on „green‟ issues such as nature conservation and the promotion of human connections with the natural environment. However, a reexamination of the Declaration suggests that its original intention does, in fact, align with the intentions of the newly

emerging „education for sustainability‟ – seen as replacing „environmental education‟. In effect, the recent change in terminology from Environmental Education to Education for Sustainability. In effect, the recent change in terminology from Environmental Education to Education for Sustainability

(EfS) attempts to redress the perceived „greenness‟ of environmental

education and to focus more explicitly on the pedagogies of humans as agents of change.

Ketika di cermati yang memberikan andil besar dalam terjadinya kerusakan

alam ini yaitu manusia yang tidak memikirkan dampak dari tindakan yang

dilakukannya, oleh Buchanan (2012:109) dikatakan bahwa: "There are several

barriers to be surmounted if education for sustainability is to improve in order to

meet the complex challenges presented by human impact on the planet.

Di sinilah ada suatu pesan agar manusia sebagai makhluk hidup apa yang

diinginkan saat ini jangan sampai melupakan masa depan, hal ini jelas bahwa konsep

berkelanjutan yang ditawarkan merupakan suatu bentuk pemahaman akan prilaku

yang di lakukan oleh setiap manusia sebagai agen perubahan yang sekarang jangan

sampai merugikan orang lain di masa yang akan datang.

Ada sebuah pernyataan pada kegiatan yang diselenggarakan komisi dunia

untuk pembangunan dan lingkungan (WCED) pada tahun 1984 di stocholm swedia,

dalam Koosbandiah Surtikanti (2009:3) bahwa:

Manusia pada prinsipnya memiliki kemampuan untuk membuat pembangunan berkelanjutan sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan manusia untuk hari ini tanpa mengurangi hak generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya akan sumber daya alam.

Sebagai contoh yang paling dekat yaitu lingkungan pendidikan seperti sekolah

(12)

yang kurang sehat, padahal dengan kondisi lingkungan sekolah yang hijau dan

nyaman dapat menunjang proses belajar mengajar.

Kesadaran yang kurang akan kebersihan lingkungan sekolah salah satu akibat

penyebab kerusakan lingkungan yang berdampak pada pencemaran tanah yang dapat

mempengaruhi kualitas tanah yang subur.

Sebuah pernyataan Oberlin (Stone,M. and Barlow, Z. 2005), yang membahas

tentang lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan yaitu sebagai berikut:

“All education is environmental education," writes Oberlin environmental sciences professor David Orr in his foreword. "The ecological crisis is in every way a crisis of education." Calling on a tradition that stretches from Plato to John Dewey, Orr insists on defining good education not simply as mastery of subject matter but also as cultivation of values. "Education," he writes, "[has] to do with the timeless question of how we are to live."

Berikut adalah pernyataan yang senada dari Pollan (Stone,M and Barlow, Z.

2005) dengan pernyataan diatas yang menyangkut pada masalah pendidikan dengan

pendidikan lingkungan. "The ecological crisis is in part a crisis of education. This

highly original volume makes a critical contribution to rethinking how we teach our

children about their place in nature.”

Kedua pernyataan diatas mengemukakan permasalahan yang sama mengenai

ruang lingkup pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan, oleh

karena itu ada sebuah permasalahan yang komplek sehingga berujung pada

penanganan yang melibatkan kesadaran dari setiap orang, sekaligus menciptakan

kepudulian sosial yang tanggap akan kondisi lingkungan setempat.

Dengan demikian harus ada jalan keluar yang dapat memberikan pengaruh

yang besar bagi terciptanya suasana lingkungan yang nyaman, sehat, bersih dan

tentunya dapat menjadikan bumi ini lebih baik lagi, menurut Hart (Buchanan

2012:109) yaitu :

(13)

5

practices matter in the provision of sustainability education.As Hart (2003, p.

17) goes on to assert: „environment matters in the school curriculum‟.

Dalam upaya ini tentunya peran pendidik mempunyai andil besar bagi

terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat sekaligus bisa memberikan pemahaman

bagi seluruh siswa agar pentingnya kesadaran lingkungan bahkan diharapkan dapat

membentuk kepribadian atau karakter yang baik dan nantinya tercerminkan pada

setiap prilaku di kehidupan sehari-hari, dengan cara melibatkan peserta didik untuk

peran serta menjaga lingkungan sekolah yang sehat sehingga menciptakan suasana

yang asri dan membuat nyaman bagi seluruh orang yang berada dilingkungan

sekolah.

Kegiatan yang seperti ini diharapkan menjadikan suatu pembelajaran yang

menyenangkan untuk proses belajar peserta didik karena dapat langsung terlibat

dalam pelestarian lingkungan setempat, hal ini bertujuan agar siswa lebih peduli

terhadap permasalahan yang terjadi apalagi lingkungan yang paling dekat dengan

kondisi peserta didik, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku

yang selalu peduli terhadap kondisi-kondisi sosial yang dapat merugikan bagi orang

banyak.

Peran siswa secara aktif menjaga lingkungan sekolah dapat memberikan

dampak positif bagi terciptanya keadaan lingkungan yang bersih dan sehat. Oleh

karena itu kebiasaan yang baik seperti ini dapat memunculkan suatu kepedulian sosial

yang tertanam disetiap prilaku peserta didik.

Sangat ironis ketika melihat dari banyaknya permasalahan yang muncul dan

bahkan terus bermunculan tanpa ada tindakan langsung, meskipun ide-ide yang luar

biasa bermunculan dengan konsep yang menakjubkan bukan tidak mungkin solusi itu

akan menjadi mustahil terlaksana dalam menangani permasalahan ini.

Peningkatan ecoliteracy dengan cara bertanam yang dilakukan oleh setiap

siswa yang langsung praktik sebagai bentuk kepedulian akan kondisi lingkungan

(14)

pembentukan karakter. Dengan kata lain guru mempunyai peranan penting dalam

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik oleh karena itu

kemampuan seorang guru harus benar-benar sebagai professional di bidangnya.

Peranan yang diemban oleh seorang pendidik bukan perkara mudah dalam hal

menjalankannya, Seperti yang kita tahu kebanyakan pendidik pasti mengetahui

kemampuan kognitif setiap peserta didik memungkinkan untuk berkembang sehingga

disinilah tuntutan untuk bisa melihat dan membuka mata kita sebagai seorang

pendidik untuk berusaha keras memberikan yang terbaik bagi perkembangan setiap

anak didiknya. Sebenarnya kemampuan setiap individu itu tidak hanya dilihat dari

aspek kognitifnya tetapi banyak yang perlu diperhatikan misalnya kemampuan sosial

anak ataupun psikomotor dengan tuntutan seperti itu guru pasti bisa asalkan

kesungguhan untuk memperbaiki keadaan yang awalnya kurang maksimal menjadi

lebih baik menuju arah yang maksimal.

Proses pembelajaran yang kurang maksimal yang dilakukan oleh guru

mencerminkan kompetensi yang masih harus terus diperbaiki. Oleh sebab itu guru

seyogyanya harus bisa bercermin kepada anak didiknya agar mempunyai gambaran

apa yang menjadi kebutuhan setiap anak didik agar di setiap proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru bisa memfasilitasi kebutuhan setiap anak didiknya.

Pada hakekatnya pendidik dipersiapakan untuk bisa mengembangkan

kreativitasnya dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk terus berusaha

mengembangkan potensinya. Hal tersebut berkaitan dengan peran seorang guru

sebagai fasilitator dan motivator, dengan adanya peran guru tersebut dapat

memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik.

Melihat kenyataan di satuan pendidikan sekolah dasar berdasarkan observasi

yang dilakukan, kebanyakan pendidik sangat kurang dalam mengembangkan

pemahaman akan kesadaran menjaga lingkungan setempat (ecoliteracy) dengan cara

berpartisipasi aktif dalam bertindak.

(15)

7

Ekoliterasi ketahanan hayati (EKH) adalah literasi yang mengaplikasikan berbagai konsep ekologi untuk mempromosikan pemahaman yang mendalam, refleksi kritis, kesadaran diri, keterampilan sosial dan berkomunikasi, dalam menganalisis, dan mengelola isu yang terkait dengan kesehatan/kehidupan tanaman, kesehatan/kehidupan binatang, dan risiko yang terkait dengan lingkungan.

Berdasarkan pemaparan diatas maka secara umum ecoliteracy sebagai upaya

untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya alam sekitar bagi kelangsungan

hidup makhluk hidup. Oleh karena itu, kita sebagai manusia mempunyai peranan

penting untuk bisa menjaga dan melestarikan alam ini, berkaitan dengan itu sebagai

peneliti mempunyai tujuan untuk meningkatkan ecoliteracy tersebut dengan cara

melibatkan peserta didik untuk dapat memahami pentingnya kehidupan yang sehat

dengan cara bertanam berbagai macam pohon di lingkungan sekolah. Sehingga dari

sinilah diharapkan peserta didik selalu bersikap dengan baik yang mencerminkan

karakter yang baik pula.

Melihat dari ilmu pendidikan sosial (IPS) itu sendiri merupakan upaya

membantu individu merealisasikan potensinya secara maksimal untuk membentuk

sikap karena proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS tidak semata-mata harus

tercapainya kemampuan pemahaman peserta didik pada setiap materi melainkan

sikap setiap individu peserta didik harus lebih diperhatikan supaya peserta didik

mempunyai dasar yang kuat untuk hidup bermasyarakat, oleh karena itu, pendidik

perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pada

praktik langsung.

(16)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran sangat komplek

ketika melakukan proses observasi, berikut sebagian dari permasalahan yang terjadi,

yaitu:

1. Rendahnya aspek pemahaman akan pengetahuan yang berakibat pada sikap

ecoliterate peserta didik.

2. Rendahnya kesadaran lingkungan yang ditandai masih banyaknya peserta

didik membuang sampah tidak pada tempatnya.

3. Rendahnya kepedulian sosial dalam bersikap yang belum menunjukkan sikap

ecoliterate.

4. Pendidik ataupun pihak sekolah belum bisa memfasilitasi pembelajaran di

luar ruangan kelas.

Berbagai Masalah yang teridentifikasi peneliti memfokuskan masalah utama

yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan ecoliteracy

melalui pembelajaran bertanam dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pembentukan sikap ecoliterate pada anak sekolah dasar?”.

1. Bagaimana hasil pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV sekolah dasar?

2. Bagaimana dampak pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam

terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjawab perumusan permasalahan yang

dimunculkan dengan menganalisis data yang didapat untuk mengetahui peningkatan

(17)

9

1. Mengetahui hasil ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam pada peserta

didik sekolah dasar kelas IV.

2. Mengetahui dampak pembelajaran ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam

terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam Penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan judul penelitian dan

berguna bagi :

1. Siswa

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna

sehingga siswa dapat memiliki sikap yang baik bagi dirinya maupun dapat

memberikan contoh yang baik bagi orang lain.

2. Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi pada pengembangan

pembelajaran terutama dalam mengembangkan sikap peserta didik melalui kegiatan

bertanam dengan tujuan untuk meningkatan ecoliteracy di sekolah dasar.

3. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan sehingga dapat memperkaya bahan bacaan di sekolah tersebut.

E. Struktur Organisasi Tesis

Pada bab pertama dimulai dari pendahuluan pendahuluan yang terdiri dari

Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, struktur organisasi tesis. Selanjutnya bab II kajian teori yang

membahas tentang Peningkatan Ecoliteracy Melalui Pembelajaran Bertanam Pada

Peserta Didik Usia Sekolah Dasar yang terdiri dari pemaparan teori Ecoliteracy,

(18)

Pelajaran IPS, Pembelajaran Bertanam. Berlanjut ke bab III metodologi penelitian

yang terdiri dari desain Lokasi dan Subyek Penelitian, Desain Penelitian, Metode

Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data,

selanjutnya pada bab IV hasil dan pembahasan Hasil Penelitian, dan bab V

kesimpulan dan saran yang berisikan, Kesimpulan, dan Saran dan yang terakhir yaitu

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada

tingkat sekolah dasar yang berfokus pada proses pembelajaran, dengan kata lain

penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk melakukan suatu proses perbaikan

dalam memperbaiki pembelajaran dengan cara melakukan suatu tindakan yang

diperlukan sehingga dapat memecahkan permasalahan untuk proses selanjutnya

berupa siklus yang terus berlanjut sampai memperoleh data yang diperlukan.

A. Desain Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran

2012/2013 di kelas IV SDN Sindangsuka V kecamatan Cibatu kabupaten Garut,

sedangkan yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas IV dengan jumlah 19

orang dengan fokus penelitian pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus dengan beberapa siklus

yang dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut

Arikunto (2007: 3), 'penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama'. Desain penelitian yang dilaksanakan adalah model

Elliot (Emzir, 2008:239) mengemukakan bahwa hal-hal yang terpenting dalam desain

penelitian adalah sebagai berikut:

(20)

2. Kemudian intervensi dilakukan

3. Selama dan sekitar waktu intervensi, pengamatan dilakukan dalam berbagai bentuk

4. Strategi intervensi baru dilakukan, dan proses siklus diulangi, dilanjutkan sampai pemahaman yang cukup (penerapan solusi yang mampu untuk) terhadap suatu masalah diperoleh.

Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus dan setiap siklusnya terdiri dari

dua tindakan, dilaksanakan berulang dan berkelanjutan dengan langkah-langkah yang

ditempuh adalah.

1. menetapkan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian;

2. menyusun rancangan kegiatan yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa;

3. membuat rencana pembelajaran;

4. mempersiapkan cara dan alat/instrumen pemantau/perekam data;

5. mengumpulkan dan menganalisis data;

6. membuat kesimpulan

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

Perencanaan

(21)

28

Gambar 3.1 Desain PTK Model John Elliott (Mujiono et al. 2007:130)

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses pembelajaran, evaluasi dan refleksi yang

dilakukan dalam setiap tindakan. Adapun pelaksanaannya dilakukan dalam III siklus.

1. Perencanaan

Sebagai langkah awal penelitian ini, peneliti membuat proposal penelitian

dengan sebelumnya melakukan beberapa tahapan penelitain, mengingat penelitian

tindakan kelas merupakan penelitian yang berdasar pada permasalahan-permasalahan

yang ada di dalam kelas.

Adapun tahapan pertama, peneliti menentuan sekolah dan tempat penelitian,

kemudian meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Sindangsuka V kecamatan

Cibatu Kabupaten Garut untuk melakukan observasi penelitian sekaligus meminta

bantuan kepada guru sebagai pengajar dalam kegiatan penelitian.

Ketika izin penelitian telah diberikan oleh Kepala Sekolah dan guru kelas pun

bersedia membantu, maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan observasi

dan wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai

kondisi dan situasi siswa kelas IV SDN Sindangsuka V yang dijadikan sumber

penelitian. Setelah itu, peneliti mulai mengidentifikasi permasalahan dengan

diantaranya melakukan pengkajian pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

kelas IV SD dan standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas IV SD, menelaah

buku-buku yang dipergunakan selama pembelajaran dan materi pembelajaran yang

dituangkan dalam RPP, dan menentukan metode pembelajaran.

Izin dan permasalahan penelitian ditemukan dan ditentukan, peneliti pun mulai

mengajuankan proposal penelitian kepada dosen pembimbing guna dapat diajukan

untuk dapat mengikuti seminar proposal. Setelah proposal penelitian disetujui maka

peneliti mulai menyusun dan menetapkan teknik pengumpuan data. Selanjutnya,

peneliti memberikan arahan kepada guru selaku pengajar mengenai

(22)

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan yang telah di

rencanakan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan, berdasarkan semua

rencana pengembangan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan

yang diinginkan. Dalam hal ini pembelajaran IPS untuk meningkatkan Ecoliteracy.

Adapun bentuk tahapan pelaksanaan ini meliputi:

a. Siklus I

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil temuan awal, peneliti dan guru secara bekerjasama

(kolaboratif) merancang rencana tindakan peneliti bersama guru mulai

merancang RPP, lembar tes dan lembar observasi, serta menentukan

materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Pelaksanaan

Untuk mendukung pembelajaran di siklus ini, guru menyediakan

bentuk-bentuk bangunan beserta contohnya dalam bentuk-bentuk barang – barang yang

ada di dalam kelas yang dijadikan sebagai media pembelajaran. Di

samping itu, pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP

yang telah dibuat sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. Kegiatan

diawali dengan pendahuluan, lalu kegiatan inti dan penutup.

3) Pengamatan

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak langsung sebagai pengamat.

Sedangkan pengamatan sendiri dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran

di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dibuat sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

dijadikan sebagai masukkan pada siklus II.

(23)

30

Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil

pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I, lembar tes dan lembar

observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus I sebagai masukan

pelaksanaan tindakan pada siklus II.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Setelah kegiatan penelitian siklus I selesai, dilanjutkan dengan penelitian

siklus II. Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti dibantu oleh guru

merancang RPP sesuai refleksi siklus I, lembar tes dan lembar observasi,

serta menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada siklus II kali ini guru tidak memerlukan media dan alat pembelajaran

secara langsung, namun pada kesempatan ini siswa akan diajak untuk

mengamati benda-benda yang ada di lingkungan sekolah secara

menyeluruh. Dengan metode seperti ini siswa diajak untuk berimajinasi,

mengasah kreativitas dan mengasah kepekaannya akan lingkungan sekitar.

2) Pelaksanaan

Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah

dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup

sesuai dengan refleksi pada siklus I.

3) Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat

sebelumnya. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

dijadikan sebagai masukkan pada siklus III.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil

(24)

lembar observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus II sebagai masukan

pelaksanaan tindakan pada siklus III.

c. Siklus III

1) Perencanaan

Setelah kegiatan penelitian siklus II selesai, dilanjutkan dengan penelitian

siklus III. Penelitian siklus III ini dimulai dengan tahap perencanaan

peneliti bersama guru merancang RPP sesuai refleksi siklus II, lembar tes

dan lembar observasi, serta menentukan materi pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

2) Pelaksanaan

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah

dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup

sesuai dengan refleksi pada siklus II.

3) Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran di kelas

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat

sebelumnya.

4) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru berdiskusi dan menganalisis hasil

pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus III, lembar tes dan lembar

observasi. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran siklus III.

C. Metode Penelitian

Classroom action research yang sering disebut penelitian tindakan kelas

(25)

32

peningkatan ecoliteracy melalui kegiatan pembelajaran bercocok tanam pada anak

usia sekolah dasar (SD), kegiatan penelitian dilakukan oleh guru kelas dengan alasan

bahwa pigur pendidik yang sudah dikenal oleh peserta didik sehingga dapat dengan

mudah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah maupun karakteristik dari

setiap peserta didiknya, dengan melibatkan pigur seorang pendidik di sekolah tersebut

maka penelitian ini berkolaborasi antara peneliti dengan pendidik yang dinamakan

penelitian kolaboratif.

Dalam bidang penelitian dibidang pendidikan kolaboratif ini dapat

memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mengenal pigur seorang pendidik

yang tidak asing bagi peserta didik, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas

ini (PTK) dapat memberikan penanganan yang maksimal dikarenakan langsung

bersentuhan dengan peserta didik sehingga berbagai persoalan yang timbul di kelas

dapat ditangani langsung oleh pendidik.

Maka secara langsung penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran

yang dilakukan oleh pendidik, dan tidak hanya itu pendidik dapat berperan langsung

dalam mengembangkan kurikulum sehingga materi yang diajarkan selalu

memperhatikan perkembangan yang dialami oleh setiap peserta didik. Dengan

demikian penelitian tindakan kelas (PTK) dapat meneliti kegiatan pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelasnya. Dengan melaksanakan tindakan, kemudian

direfleksikan lalu diperbaiki untuk melaksanakan siklus selanjutnya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen ini dikembangkan untuk melihat pelaksanakan setiap siklus yang

dilakukan, dengan adanya instrumen memungkinkan untuk melihat sejauhmana

perkembangan yang dialami oleh setiap siswa dalam proses pembelajaran,

diantaranya lembar observasi, pedoman tes dan dokumen.

(26)

Lembar observasi untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dengan

pengembangan ecoliteracy dalam pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman

secara langsung, baik itu lembar observasi guru maupun lembar observasi untuk

siswa.

Untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik maka disusunlah intrumen

sebagai acuan untuk menilai sejauhmana perkembangan pada setiap peserta didik,

berikut ini kisi-kisi intrumen penelitian pada table 3.1:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

TUJUAN VARIABEL DATA/SUB

(27)

34

TUJUAN VARIABEL DATA/SUB

VARIABEL

sekolah ataupun kelas (rutinitas)

b. membiasakan

membuang sampah

terpisah antara organik dan anorganik

Kegiatan yang dilakukan dalam proses tes lisan ini untuk memperoleh informasi

ketika proses pembelajaran selesai. Dalam hal ini, tes lisan dilakukan melalui

pertanyaan yang telah disiapkan sesuai apa yang diperlukan untuk mengetahui

pemahaman peserta didik.

(28)

Dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan yaitu rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), dan foto-foto kegiatan ketika berlangsung. Dokumen ini

digunakan untuk memperjelas sekaligus sebagai bukti penguatan data kegiatan

penelitian tindakan kelas (PTK) ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada proses penelitian merupakan langkah yang

paling penting untuk memperoleh data yang diperlukan dan nantinya sebagai

pembuktian. Berikut adalah teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh

data yang diperlukan :

1. Observasi

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian dengan cara melakukan

pengamatan dengan menggunakan format observasi dengan tujuan untuk mengetahui

kendala-kendala dalam proses pembelajaran kemudian observer mendiskusikannya

dengan peneliti.

2. Catatan Lapangan

Untuk mengetahui keadaan atau kondisi kelas ketika pembelajaran berlangsung

dari mulai awal pembelajaran sampai akhir dengan tujuan mencatat temuan-temuan

kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan atau perbaikan pada tindakan

selanjutnya.

3. Lembar Tes

Tes dilakukan peneliti kepada peserta didik untuk mengetahui pemahaman

tentang kemampuan ecoliteracy dengan mengajukan sejumlah

pertanyaan-pertanyaan.

(29)

36

Dokumentasi dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa

catatan-catatan dan foto hasil tindakan yang dilakukan peneliti pada setiap siklusnya,

apabila suatu saat terjadi kekeliruan sumber datanya.

F. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara

mengumpulkan lembar observasi dan lembar tes. Dengan demikian untuk dapat

memperoleh hasil yang diinginkan maka data-data tersebut dianalisis sehingga

nantinya dapat menjadikan sebuah acuan dalam pengolahan data untuk mengetahui

peningkatan yang dialami oleh peserta didik.

Perhitungan rata-rata

Keterangan: X :Nilai rata-rata kelas

ΣN: Jumlah nilai total kelas

n: Jumlah siswa

Pengolahan nilainya adalah sebagai berikut:

Nilai yang diperoleh = Perolehan Skor x 100 Skor Ideal

Rentang nilai observasi

Nilai 0 – 25 : kurang

Nilai 26 – 51 : cukup

Nilai 52 – 77 : baik

Nilai 78 – 100 : sangat baik

Rentang hasil observasi:

Kurang = 5 - 8

(30)

Baik = 13 – 15

Skor hasil tes

Skor 25 : sesuai dengan jawaban

Skor 16 : hampir tepat

Skor 9 : kurang tepat

Skor 0 : tidak tepat

Rentang hasil tes

Nilai 26 – 41 : kurang

Nilai 42 – 56 : cukup

Nilai 57 – 71 : baik

Nilai 72 – 100 : sangat baik

Korelasi antara nilai ecoliteracy dengan sikap ecoliterate

Ʃᵪᵧ = Jumlah hasil dari x dan y Ʃx² = Hasil dari X - ̅

ƩƳ² = Hasil dari Y - ̅

TABEL 3.2

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0.199

0.20 - 0.399 0.40 - 0.599

Sangat Rendah Rendah

(31)

38

0.60 - 0.799 0.80 - 1.000

(32)

76

Fajar Kusumah Solihin, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan

ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial

(IPS) di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sindangsuka V kecamatan Cibatu kabupaten

Garut maka didapat kesimpulan bahwa:

1. Berikut hasil pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hasil ini ditandai dari

tes lisan siklus I, yaitu pemahaman belum bisa dikatakan positif dilihat dari hampir

seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang kurang yaitu sebanyak 13 orang (68,42%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya cukup sebanyak 6 orang (31,58%). Hasil yang diperoleh peserta didik berdasarkan apa yang dilakukan oleh

pendidik/guru dalam merencanakan proses pembelajaran berdasarkan poin-poin yang

dirumuskan oleh Goleman et al (2012:10-11).

Selanjutnya untuk hasil tes lisan di siklus II Pada hasil tes peserta didik pada

siklus II, terlihat jelas bahwa pemahaman sudah bisa dikatakan positif dilihat dari

hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang baik yaitu sebanyak 17 orang (89,47%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya cukup sebanyak 2 orang (10,52%).

Pada tabel hasil tes peserta didik terlihat jelas bahwa pemahaman sudah bisa

dikatakan positif dilihat dari hampir seluruh peserta didik mendapatkan hasil yang

baik yaitu sebanyak 14 orang (73,70%) sedangkan nilai peserta didik yang hasilnya

sangat baik sebanyak 5 orang (26,31%).

2. Dampak pembelajaran ecoliteracy terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada

(33)

77

Dampak pembelajaran ecoliteracy terhadap pembentukan sikap ecoliterate

dapat dilihat berdasarkan hubungannya. Pada siklus 1 interpetasi mencapai 0,44

berada pada tingkat sedang dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi. Selanjutnya hubungan antara hasil ecoliteracy dengan sikap ecoliterate

pada siklus 2 interpetasi mencapai 0,30 berada pada tingkat rendah dibandingkan hubungan pada siklus ke-1. Pada siklus 3 interpetasi mencapai 0,75 berada pada

tingkat kuat dilihat dari tabel pedoman interpretasi koefisiaen korelasi.

Dengan demikian, hubungan yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap

pada setiap peserta didik sudah mulai terbentuk antara pemahaman yang dimilikinya

dengan sikap yang ditunjukannya.

B. Saran-saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan dalam penelitian tindakan kelas

ini, untuk lebih menghargai pentingnya kesadaran lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Peserta Didik

Peserta didik lebih memahami pentingnya kesadaran lingkungan dengan cara

menjaga lingkungan atau berprilaku ecoliterate, baik itu di lingkungan

sekolah maupun rumah masing-masing.

2. Pendidik

Pendidik sebaiknya memperhatikan cara pembelajaran dengan praktik

langsung untuk membantu peserta didik dalam memperoleh pemahamannya

melalui kegiatan langsung.

3. Sekolah

Diharapkan pihak sekolah menyediakan fasilitas belajar di luar ruangan untuk

(34)

Daftar Pustaka

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jarkarta: Bumi Aksara.

Bibla,S dan Dudar,E (2012). EcoSchools Certification Toolkit [online]. Tersedia http://www.tdsb.on.ca/wwwdocuments/programs/ecoschools/docs/ToolKit%

202012%20FINAL%20Low%20res.pdf [03 Februari 2013]

Buchanan, J.(2013). “Sustainability Education and Teacher Education: Finding a Natural Habitat?” Australian Journal of Environmental Education, vol. 28(2), 108–124.

Capra,F. (2004). Ecology and community. [Online]. Available at: http://www.ecoliteracy.org/essays/ecology-and-community [15 Juli 2013]

Capra, F (2002). Jaring-jaring kehidupan. Yogyakarta: Fajar pustaka baru.

Capra,F.(2009). The Hidden Connections (Strategi Sistimatik Melawan Kapitalisme Baru). Surabaya: PT.Jalasutra.

Center for ecoliteracy (2007). Getting Started A Guide for Creating School Gardens

as Outdoor Classrooms.[online]. Available at:

http://www.ecoliteracy.org/downloads/getting-started. [02 Februari 2013]

center for ecoliteracy (2013). School Gardens. [Online]. Available at: http://www.ecoliteracy.org/change/school-gardens. [02 Februari 2013]

Elliott,S dan Davis,J.(2009). “Exploring The Resistance: An Australian Perspective On Educating For Sustainability In Early Childhood” International Journal of Early Childhood, Vol. 41, (2), 65-77.

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(35)

79

Gunawan (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berkelompok Mahasiswa Dalam Ekoliterasi Ketahanan Hayati Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok, Dan Pendekatan Artistik Digital. Jurnal Santiaji Pendidikan. 1, (2), 51-61.

Goleman,D. Bennett,L. and Barlow,Z. (2012). Ecoliterate: How Educators Are Cultivating Emotional, Social, and Ecological Intelligence.[online]. Tersedia: http://www.ecoliteracy.org/essays/five-ecoliterate-practices[2 Januari 2013]

Hamzah, S. (2013). Pendidikan lingkungan, sekelumit wawasan pengantar. Bandung: PT.refika aditama.

Jarolimek, J. Parker,W.C.(1993). Social Studies In Elementary Education. New York: macmillan Publishing Company.

Koosbandiah surtikanti,H. (2009). Biologi Lingkungan.Bandung: Prisma Press Prodaktama.

Kunandar. (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grapindo Persada.

Mujiono,e al.(2007), Metode Penelitian pendidikan SD. Bandung: UPI PRESS.

Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah Classroom Action Research.

Jakarta : Bumi Aksara.

Neolaka, A. (2008). Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Rineka cipta.

Orr, D.W. (1992). Ecological Literacy Education and the Transition to a postmodern world. New York: State University Of New York Press.

Sapriya. (2011). Pendidikan IPS. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Savage,Tom,V. and Armstrong,David,G.(1996). Effective Teaching in Social Studies. New Jersey: Prentice Hall.

(36)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Surata, et al.(2010). Social Network Analysis For Assessing Social Capital In Biosecurity Ecoliteracy [online]. Vol 17. Tersedia

http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/2724 [2 Desember 2012]

Stone, M and Barlow, Z. (2005). Ecological Literacy: Educating Our Children for a Sustainable World (Bioneers)[online]. Sierra Club Books. Tersedia:

http://www.ecoliteracy.org/books/ecological-literacy-educating-our-children-sustainable-world [ 20 Desember 2012]

Gambar

Gambar 3.1 Desain PTK Model John Elliot….…………………………..27
Tabel 3.1  Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
TABEL 3.2 PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk men- dukung program peningkatan produksi pangan nasional dapat dilakukan karena sudah tersedia berbagai inovasi teknologi (Suriadikarta

Selain citra toko yang dapat mempengaruhi niat pembelian, banyak toko eceran yang melakukan berbagai macam strategi promosi untuk menarik niat pembelian calon

Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan RepublikIndonesia dengan alasan sebagai berikut... 1) Pancasila memiliki potensi menampung keadaan

Sehingga hasilnya adalah 3,33% pada 5 responden memiliki kategori bentuk perilaku seksual sangat tinggi yaitu 4 responden di kategori berciuman dan 1 responden di

Dalam penelitian ini berdasarkan uji statistik Chi Square variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Balapulang Kabupaten

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Jenis data dalam penelitian ini adalah berupa tekstual atau konsep-konsep. Karena dalam penelitian ini Sebagaimana telah disebutkan di atas termasuk kedalam jenis

Potret living hadis dalam pantang larang bermain di waktu Magrib ini, sesungguhnya mudah dimengerti mengingat watak agama Islam yang.. fleksibel, sehingga mampu menyatu