EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota L.) SEBAGAI
INHIBITOR KOROSI BAJA St.37 DALAM MEDIUM ASAM
KLORIDA
SKRIPSI SARJANA KIMIA
Oleh
FILDA AISHA
BP : 1010412012
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
INTISARI
EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota L.) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA St.37 DALAM MEDIUM ASAM KLORIDA
Oleh:
FILDA AISHA (BP : 1010412012) Prof. Dr. Emriadi, MS dan Yeni Stiadi, MS
Inhibisi korosi baja St.37 dalam medium asam klorida dengan ekstrak daun sawo (Manilkara zapota L.) telah dipelajari menggunakan pengukuran kehilangan berat dan polarisasi potensiodinamik. Hasil menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi meningkat dengan naiknya konsentrasi ekstrak dan menurun dengan kenaikan temperatur. Efisiensi inhibisi diperoleh sebesar 81,24 % pada konsentrasi inhibitor optimum dari metode kehilangan berat dan 85,52 % dari metode polarisasi potensiodinamik. Inhibisi ekstrak terjadi disebabkan oleh adsorpsi ekstrak pada permukaan baja yang sesuai dengan isoterm adsorpsi Langmuir. Metode polarisasi potensiodinamik menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo menurunkan arus korosi sehingga efisiensi inhibisi meningkat. FTIR dan foto optik membuktikan adanya lapisan pelindung yang teradsorpsi pada permukaan baja.
viii
ABSTRACT
SAPODILLA LEAVES EXTRACT (Manilkara zapota L.) AS CORROSION INHIBITOR OF St.37 STEEL IN HYDROCHLORIC ACID MEDIUM
By:
FILDA AISHA (BP : 1010412012) Prof. Dr. Emriadi, MS dan Yeni Stiadi, MS
Corrosion inhibition of St.37 steel in hydrochloric acid medium by sapodilla (Manilkara zapota L.) leaves extract was investigated using weight loss measurement and potentiodynamic polarization. Results show that the inhibition efficiency increases with increasing concentration of the extract and decreases with increasing temperature. The inhibition efficiencies which were obtained using optimum extract concentration were 81,24% by weight loss method and 85,52 % by potentiodynamic polarization method. Potentiodynamic polarization method showed that sapodilla leaves extract decrease corrosion current and increase inhibition efficiency. Inhibitive effect was afforded by adsorption of the extract on steel surface which was found to accord with Langmuir adsorption isotherm. FTIR and photo optic confirmed the existence of the adsorbed protective film on the steel surface.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi kimia suatu logam dengan lingkungannya. Korosi merupakan masalah besar bagi peralatan yang menggunakan material dasar logam seperti mobil, jembatan, mesin, pipa, kapal dan lain sebagainya. Banyak proses industri seperti acid cleaning dan pickling yang melibatkan adanya kontak antara logam dengan media korosi
sehingga akan menyebabkan korosi dan menimbulkan kerugian. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat kerusakan oleh korosi akan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, antara lain dari segi ekonomi dan lingkungan.[1-2] Berbagai cara telah dilakukan untuk menurunkan laju korosi, salah satunya dengan penggunaan inhibitor. Inhibitor adalah senyawa tertentu yang ditambahkan pada elektrolit untuk membatasi korosi bejana logam. Banyak sistem industri dan aplikasi komersial yang menggunakan inhibitor, seperti industri sistem pendinginan, penyulingan minyak, pipa saluran, dan minyak pelumas. [3]
Ada dua jenis inhibitor yang biasa digunakan, yaitu inhibitor anorganik dan inhibitor organik. Umumnya senyawa organik yang dapat digunakan sebagai inhibitor adalah golongan surfaktan, polimer, dan umumnya senyawa yang banyak mengandung atom oksigen, nitrogen, sulfur, fosfor dan senyawa aromatik, atau senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Beberapa inhibitor organik yang tersedia bersifat beracun dan mahal. Ekstrak bahan alam saat ini banyak menjadi perhatian sebagai inhibitor korosi karena aman, mudah diperoleh, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan. Unsur-unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya dapat berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam. [4-5]
Sejumlah penelitian telah dilakukan dengan menggunakan ekstrak bahan alam dari bagian daun, akar tanaman, buah, kulit buah, dan bagian tumbuhan lain. Beberapa ekstrak tersebut berasal dari tanaman seperti Chamaerops humilis, Stevia rebaudiana, Chlomolaena odorata L., Nephelium lappaceum L.,
2
Sawo (Manilkara zapota L.) adalah sejenis pohon cemara gundul. Umumnya, tanaman ini tumbuh subur di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Haslim, dkk telah melaporkan sebelumnya bahwa kulit buah sawo dapat berperan sebagai inhibitor korosi pada baja API-5L dalam air limbah hasil pengeboran minyak bumi (air formasi). Sebelumnya juga telah dilaporkan uji fitokimia pada daun sawo menunjukkan adanya karbohidrat, saponin, tanin dan flavonoid. Daun sawo mengandung moisture sebesar 69,0% - 75,7%, asam aksorbat sebesar 8,9 – 41,4 mg/100g, total asam 0,09 – 0,15%, pH diantara 5,0
– 5,3, dan kandungan tanin yang bervariasi antara 3,16 – 6,45%. Senyawa tanin yang banyak diaplikasikan secara luas dalam bidang korosi sebagai coating antifouling dan conversion coating diharapkan dapat berperan aktif
dalam pencegahan korosi pada baja. Dalam penelitian ini telah dipelajari apakah ekstrak daun sawo dapat digunakan sebagai inhibitor korosi alami yang ramah lingkungan. [9-10]
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak daun sawo dapat dijadikan sebagai inhibitor korosi baja St.37 dalam larutan HCl, berapa besar persentase efisiensi inhibisi ekstrak daun sawo pada media korosi asam pada berbagai suhu, dan bagaimana interaksi yang terjadi antara baja dengan ekstrak daun sawo.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, antara lain:
1. Menghasilkan ekstrak daun sawo (Manilkara zapota L.) sebagai inhibitor korosi alami.
2. Menentukan persentase efisiensi inhibisi dari ekstrak daun sawo pada baja St.37 dalam media korosi asam klorida.
1.4. Manfaat Penelitian