• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL BENGKEL SASTRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA MAHASISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL BENGKEL SASTRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA MAHASISWA."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... -

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Definisi Operasional ... 15

BAB II. PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL BENGKEL SASTRA A. Kajian Teori ... 17

1. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Drama ... 17

a. Pengertian Apresiasi ... 17

b. Pengertian Drama ... 19

c. Fungsi Drama ... 24

(2)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

e. Drama Sebagai Seni Pertunjukan: Seni Kolaboratif ... 34

f. Pengertian Apresiasi Drama ... 37

g. Pembelajaran Apresiasi Drama dan Ekspresi Drama sebagai Parameter Tertinggi Apresiasi Drama ... 41

2. Hakikat Akting (Peran) dan Aktor (Pemeran/Pemain) ... 45

a. Definisi Akting (Peran) dan Aktor (Pemeran/Pemain) ... 45

b. Modal Awal dan Rangkaian Latihan Pemeranan ... 52

c. Ikhtisar Pelajaran Richard Boleslavsky ... 60

d. Teknik Berperan Rendra ... 61

e. Teknik Berperan Edward A. Wright ... 63

f. Teknik Pemeranan Stanislavsky ... 65

3. Hakikat Pendidikan dan Pengembangan Karakter ... 70

a. Hakikat Karakter dan Pendidikan Karakter ... 70

b. Pentingnya Pendidikan dan Pengembangan Karakter ... 74

4. Model Pembelajaran Bengkel Sastra ... 78

a. Pengertian Model Bengkel Sastra ... 78

b. Orientasi Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Model Bengkel Sastra ... 80

c. Konsep Model Bengkel Sastra dalam Pembelajaran Apresiasi Drama ... 81

d. Penerapan Model Bengkel Sastra dalam Pembelajaran Apresiasi Drama ... 84

e. Dampak Instruksional dan Penyerta Model Bengkel Sastra ... 87 f. Keterpaduan Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Menggunakan

(3)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iii

Optimisme, serta Semangat Mengembangkan Potensi Diri

Mahasiswa ... 87

B. Kerangka Berpikir ... 92

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Mixed Methods ... 94

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 96

C. Sumber Data Penelitian ... 98

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 98

E. Instrumen Penelitian ... 101

F. Teknik Analisis Data ... 101

G. Langkah-langkah Penelitian ... 103

H. Waktu dan Tempat Penelitian ... 108

BAB IV. ANALISIS HASIL PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL BENGKEL SASTRA A. Deskripsi Awal Kemampuan Pemeranan ... 109

1. Format Kodifikasi Nama Mahasiswa ... 109

2. Hasil Observasi Awal Kemampuan Pemeranan Mahasiswa ... 110

B. Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 115

1. Satuan Acuan Perkuliahan Apresiasi Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 115

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 118

(4)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

iv

1. Hasil Wawancara dengan Dosen Pembina atau Penanggung Jawab Mata Kuliah Apresiasi Drama ... 130 2. Hasil Wawancara dengan Rekan Sejawat ... 132 3. Hasil Wawancara dengan Mahasiswa ... 133 4. Analisis Hasil Observasi Kemampuan Berperan Mahasiswa setelah

Proses Pembelajaran Model Bengkel Sastra ... 139 5. Pembahasan Hasil Penelitian Kualitatif ... 147 D. Analisis dan Hasil Penelitian Kuantitatif Pembelajaran Apresiasi

Drama dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra ... 167 1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelas Kontrol dan

Eksperimen ... 167 2. Hasil Pembelajaran Pemeranan Pada Kelas Kontrol dan

Eksperimen ... 179 3. Pembuktian Hasil Penelitian Kualitatif dengan Menggunakan

Analisis Kuantitatif ... 183 E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 186 BAB V. DESKRIPSI KERJA SAMA, SIKAP DAN PERILAKU,

OPTIMISME, SERTA SEMANGAT MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI MAHASISWA

A. Deskripsi Awal Kerja Sama, Sikap dan Perilaku, Optimisme, serta Semangat Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa ... 190 B. Deskripsi Kerja Sama, Sikap Dan Perilaku, Optimisme, Serta

Semangat Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa setelah Mengalami Pembelajaran Apresiasi Drama dengan menggunakan Model Bengkel Sastra ... 207 C. Analisis Keterpaduan Proses Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi

(5)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v

A. Simpulan ... 223

B. Saran ... 239

DAFTAR PUSTAKA ... 241

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 2.1. Fase Model Bengkel Sastra ... 81

2. Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ... 92

3. Gambar 3.1. Desain Penelitian ... 94

4. Gambar 3.2. Langkah-langkah Metode Kombinasi ... 103

[image:5.595.111.540.248.575.2]
(6)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

DAFTAR GRAFIK

(7)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 4.1. Pengodifikasian Nama Mahasiswa ... 109

2. Tabel 4.2. Data Awal Kemampuan Berperan Mahasiswa ... 110

3. Tabel 4.3. Pedoman Kriteria Penilaian Peran ... 110

4. Tabel 4.4. Hasil Pengriteriaan Kemampuan Berperan Pada Observasi Awal .... 110

5. Tabel 4.5. Hasil Wawancara dengan Bapak Jojo Nuryanto, M.Hum. ... 130

6. Tabel 4.6. Hasil Wawancara dengan Ibu Hj. Enen Khoeriyah, M.M. ... 132

7. Tabel 4.7. Hasil Wawancara dengan Ibu Titin Setiartin Ruslan, M.Pd. ... 133

8. Tabel 4.8. Hasil Wawancara dengan Ibu Welly Norres, S.Pd. ... 135

9. Tabel 4.9. Hasil Wawancara dengan Kelompok I ... 137

10.Tabel 4.10. Hasil Wawancara dengan Kelompok II ... 138

11.Tabel 4.11. Hasil Wawancara dengan Kelompok III ... `139

12.Tabel 4.12. Hasil Wawancara dengan Kelompok IV ... 141

13.Tabel 4.13. Hasil Observasi Kemampuan Berperan Mahasiswa setelah Proses Pembelajaran ... 143

14.Tabel 4.14. Pembagian Kelompok, Pemilihan Naskah, dan Peran Pada Mahasiswa Pembelajar ... 149

15.Tabel 4.15. Pengelompokkan mahasiswa berdasarkan jumlah kelompok, peran, dan naskah drama ... 169

16.Tabel 4.16. Pembagian Kelompok, Pemilihan Naskah, dan Peran Pada Mahasiswa Pembelajar di Kelas Eksperimen ... 171

17.Tabel 4.17. Hasil Pembelajaran Pemeranan di tiap Parameter Pemeranan dengan menggunakan Model Diskusi Kelompok pada Kelas Kontrol ... 174

(8)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

19.Tabel 4.19. Pedoman Kriteria Penilaian Peran ... 179

20.Tabel 4.20. Hasil Pembelajaran Pemeranan di tiap Parameter Pemeranan dengan menggunakan Model Bengkel Sastra pada Kelas Eksperimen ... 180

21.Tabel 4.21. Nilai Hasil Belajar Pemeranan di Kelas Eksperimen ... 184

22.Tabel 4.22. Pedoman Kriteria Penilaian Peran ... 186

23.Tabel 4.23. Descriptive Statistics ... 187

24.Tabel 4.24. Descriptive Statistics Normallity ... 187

25.Tabel 4.25. Ranks ... 188

(9)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Drama hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai sebuah karya seni yang memiliki dua dimensi. Selain dapat dipandang sebagai seni sastra drama juga dapat dipandang sebagai seni pertunjukan. Dalam hal ini drama dibangun melalui unsur-unsur pembangun seni pertunjukan yang di dalamnya terdapat beberapa seni lainnya, seperti seni gerak, seni tari, seni vokal, seni musik, seni rupa, dan seni sastra. Setidaknya uraian singkat di atas melandasi sebuah pernyataan bahwa pementasan atau pertunjukan drama merupakan karya seni kolaboratif. Artinya karya seni gerak, seni tari, seni vokal, seni musik, seni rupa, seni sastra melebur menjadi satu mengembangkan sebuah karya seni yang padu yang disebut dengan seni pertunjukan drama atau teater. Unsur-unsur pembangun pertunjukan drama terdiri dari naskah drama, sutradara, aktor, artistik, musik dan tata cahaya.

(10)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perasaan lalu jadilah sebuah karya setelah ditulis menjadi sebuah karya yang utuh. Berdasarkan uraian tersebut, di dalam drama pasti terkandung nilai-nilai yang dapat dijadikan cerminan, barometer bahkan filtrasi manusia dalam menjalani kehidupan.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 261) tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia ialah sebagai berikut.

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangsa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berkaitan dengan hal di atas, khususnya poin 5, dapat ditafsirkan bahwa pembelajaran sastra pada hakikatnya dimaksudkan untuk memperhalus budi pekerti siswa melalui nilai-nilai dan pesan moral yang diambil dari karya sastra. Lebih rincinya pengajaran sastra merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang dikandung karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan itu.

(11)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mana tercermin dalam karya sastra. Salah satu bentuk menghayati pengalaman yang disajikan pengarang dalam karya sastra berbentuk drama ialah dengan cara mementaskannya. Secara lebih komprehensif, Rusyana (1982: 6) mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran sastra adalah untuk beroleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra dan hal-hal di atas merupakan tantangan besar bagi guru-guru/calon-calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia, apakah mereka dapat menyukseskan tujuan pembelajaran sastra tersebut?

Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulai, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2003: 1). Berdasarkan pendapat tersebut, pada hakikatnya pendidikan mengarah kepada proses pelaksanaan bimbingan bagi peserta didik untuk membantu peserta didik mengembangkan diri secara optimal di dalam kehidupannya di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Abidin (2009: iii) “Pendidikan haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa

mampu belajar dan memiliki kemampuan berpikir tahap tinggi. Guna dapat mencapai fungsi di atas, pendidikan saat ini haruslah menekankan pada upaya pengembangan kompetensi kepada para siswa.”

(12)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menitikberatkan pada pengembangan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa memperoleh bekal guna menghadapi kehidupan di masyarakat. Proses pembelajaran bukan proses memaksakan kehendak, tetapi merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan anak, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk mengembangkan dirinya. Konsep ini berlaku pula dalam proses pembelajaran sastra khususnya drama di perguruan tinggi.

Terhadap pembelajaran drama, Endraswara (2011: 9) menyatakan “Drama

dianggap sulit. Selain itu masih ada asumsi, drama itu merupakan objek garap yang banyak memakan waktu dan tempat. Akibatnya, drama sering kurang mendapat perhatian. Jangankan para subjek didik, pengajar pun ada yang mencoba menghindar dari drama.”

Hal di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yus Rusyana pada tahun 1979 (Waluyo, 2006: 2) yang menyimpulkan “Minat siswa dalam membaca karya sastra yang terbanyak ialah prosa, menyusul puisi, baru kemudian drama. Perbandingannya ialah 6:3:1.” Hasil penelitian ini menandai bahwa

(13)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kenyataan di atas mengisyaratkan bahwa permasalahan yang substansi dari pembelajaran drama di sekolah ialah guru itu sendiri. Terkait dengan faktor guru, keluhan terhadap pengajaran sastra terutama berkenaan dengan keprofesionalan guru sastra yang selama ini masih dipersoalkan. Jamaludin (2003: 94) menyimpulkan bahwa masalah tersebut berakar dari wawasan guru tentang sastra yang masih rendah, rendahnya kecintaan guru terhadap sastra, rendahnya kepedulian guru terhadap perkembangan sastra, dan rendahnya kemauan guru untuk berlatih meningkatkan kemampuan bersastranya termasuk memainkan drama.

Kenyataan di atas tentu saja bertentangan dengan syarat-syarat guru sastra yang baik, seperti yang dikemukakan oleh Rusyana (1982: 9 – 11) yang mengungkapkan bahwa guru sastra yang baik harus mempunyai kecintaan terhadap sastra, kemampuan apresiasi yang baik terhadap sastra, terus berlatih mengadakan kritik terhadap karangan yang dibacanya, dan mampu memilih bahan ajar sendiri. Selain bertentangan dengan syarat-syarat guru sastra yang baik, permasalahan guru di atas juga bertentangan dengan kenyataan dewasa ini “peran

guru mendapat banyak dimensi tambahan sekaligus menjadikan guru sebagai karir yang cerah dengan rewarding yang cukup tinggi.” (Abidin, 2009: 1). Mengenai kenyataan tersebut, lebih lanjut Abidin (2009: 1 – 2) menyatakan

(14)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permasalahan guru di atas perlu ditanggapi secara serius. Hal ini berarti tidak hanya cukup membicarakan guru, lebih jauh harus pula membicarakan bagaimana “memproduksi guru” di perguruan tinggi. Kiranya cukuplah wajar bila

dugaan yang muncul adalah semenjak para guru masih menjadi mahasiswa perguruan tinggi kependidikan tidak terlatih untuk memahami, menelaah, menginterpretasikan, menilai, serta mementaskan sastra secara langsung.

Kenyataan yang terjadi, calon guru bahasa dan sastra Indonesia yang menempuh pendidikan akademik di Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) tidak semuanya meminati drama sebagai “keterampilan khusus” sebagai

calon guru bahasa dan sastra Indonesia yang akan mengajarkan drama di sekolah, bahkan cenderung minoritas. Hal ini dibuktikan dengan pembuatan skripsi calon guru bahasa dan sastra Indonesia yang lebih banyak menyinggung soal pembelajaran puisi dan prosa pada “wilayah” skripsi pembelajaran sastra. Selain

itu rendahnya minat mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia untuk bergabung dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang berkaitan dengan pertunjukan drama (UKM Teater) juga menjadi bukti lain dari “keminoritasan” peminat drama di kalangan mahasiswa program studi pendidikan

bahasa dan sastra Indonesia.

(15)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

salah satu aspek penting yang harus dibentuk sedini mungkin sebelum nantinya akan terjun ke dunia pendidikan sebagai praktisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Abidin (2009: 1) “Pendidikan bukan hanya diperuntukkan membina kemampuan

baca, tulis, hitung, melainkan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan proses fundamental, persiapan guna menghadapi dunia kerja, pengembangan karakter siswa, dan wahana untuk mengembangkan warga negara yapng patriotik.”

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa salah satu tujuan pendidikan ialah pengembangan karakter pada peserta didik. Jika dikaitkan dengan pernyataan penulis bahwa “keminoritasan” peminat drama di kalangan mahasiswa program

studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia hakikatnya bertentangan dengan karakter, terutama karakter tanggung jawab terhadap profesinya di masa yang akan datang, maka dapat disimpulkan, bagaimana mungkin seorang lulusan guru sastra yang tidak bertanggung jawab dapat mengembangkan karakter siswa khususnya berkenaan dengan tanggung jawab. Dalam hal ini karakter tanggung jawab hanyalah salah satu dari karakter yang harus ada pada diri seorang guru bahasa dan sastra Indonesia.

(16)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mengenai pengertian karakter, Sudrajat (2010) menyatakan bahwa “Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.” Berdasarkan pendapat tersebut, karakter dapat dikatakan sebagai perwujudan nilai-nilai manusiawi pada pola tingkah laku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Landasan perilaku manusia yang berkarakter berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Salah satu proses pendidikan karakter dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, lebih lanjut Sudrajat (2010) menyatakan

(17)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Melihat kenyataan di atas, sudah sepantasnya ekologi pengajaran sastra di perguruan tinggi harus dirombak. Hal ini sejalan dengan harapan Hidayat (Sarumpaet, 2002: 110) yang mengemukakan bahwa pembicaraan pengajaran sastra di sekolah harus pula melibatkan perguruan tinggi sebagai produsen guru sastra. Ini berindikasi bahwa dalam praktiknya, kegiatan perkuliahan sastra hendaknya lebih terarah pada usaha melibatkan mahasiswa secara langsung dengan karya sastra agar mahasiswa memperoleh pengalaman sastra yang sebenarnya, sebab pengajaran sastra hakikatnya adalah sebuah pengalaman. Usaha memberikan pengalaman bersastra juga tidak sekadar untuk mengapresiasi karya sastra tetapi lebih jauh mencapai taraf mementaskan sastra. Selain itu ekologi pembelajaran sastra di perguruan tinggi diharapkan mampu menjadi pengejawantahan wujud pendidikan karakter bagi mahasiswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3.

(18)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Endraswara (2003b: 194) mengemukakan bahwa salah satu model

classroom action research yang segera diketahui hasilnya, yakni model bengkel

sastra. Model pengajaran bengkel sastra, kemungkinan akan menambat situasi krisis pengajaran sastra yang selama ini sering sekedar diwejang dengan teori dan judul-judul karya beserta nama penulisnya. Mungkin, jarang disadari bahwa melalui bengkel sastra akan menawarkan sesuatu yang amat berharga terutama bagi mahasiswa agar dapat berolah sastra bahkan mementaskan sastra.

Perlu diakui bahwa bengkel sastra memang hal baru di tengah perbincangan pengajaran sastra. Karenanya, di sana-sini masih diperlukan gerilya pengajaran sastra dan perjuangan mati-matian untuk merombak model lama yang telah lekat di benak para mahasiswa. Paling tidak, ihwal yang perlu ditanamkan kepada mereka bahwa melalui bengkel sastra, baik pengajar maupun mahasiswa akan terusik untuk selalu berkenalan dengan karya sastra, menyenangi, menggemari, dan semakin akrab dengannya (karya sastra). Pengajar dan mahasiswa juga akan sama-sama aktif dan tergoda untuk berolah sastra, menemukan informasi, mendialogkan, dan mencari pengalaman tentang karya sastra seperti mementaskan sastra. Tentu saja, hal ini dapat terwujud tidak sekedar seperti membalik telapak tangan saja, melainkan memerlukan komitmen keras kedua kubu antara pengajar dan mahasiswa agar saling terlibat menggauli dan mengapresiasikan karya sastra serta mementaskan sastra itu sendiri.

(19)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam berolah sastra khususnya dalam menulis cerita pendek. Model ini mampu meningkatkan daya kreatif penciptaan cerpen dari tingkat dasar hingga mencapai tingkat cukup baik” Kelebihan model

bengkel sastra juga diungkapkan Endraswara (2005: 194) yang menyatakan bahwa “Model bengkel sastra dipandang mampu meningkatkan kreativitas peserta

didik dalam proses berolah sastra karena terlibat langsung dalam kegiatan penciptaan karya sastra”. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis

mengasumsikan bahwa model bengkel sastra merupakan model pembelajaran yang baik digunakan dalam pembelajaran memerankan tokoh dan mengembangkan karakter mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian berkenaan dengan proses pembelajaran sastra di perguruan tinggi khususnya dalam hal memerankan tokoh. Secara lengkap penelitian yang akan penulis laksanakan berjudul ”Penerapan Model Bengkel Sastra untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa (Penelitian Mixed

Methods Tipe Exploratory pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya)”.

B. Identifikasi Masalah

(20)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cukup untuk mengajarkan drama terutama masalah bermain drama. Artinya bagaimana mungkin seorang guru sastra dapat memberikan kesempatan pada siswa di sekolah untuk memerankan tokoh dalam naskah drama jika ia sendiri tidak memiliki bekal yang cukup yang seharusnya diperoleh melalui pengalamannya sendiri dalam memerankan tokoh dalam naskah drama. Salah satu penyebab dari problematika ini diduga kuat karena kurang berhasilnya pendidikan guru selama di perguruan tinggi.

Proses pendidikan guru di perguruan tinggi selayaknya memberikan pengalaman langsung kepada calon guru untuk memerankan tokoh. Kegiatan memerankan tokoh ini meliputi kegiatan mengapresiasi permainan drama dan tingkah laku akting itu sendiri. Di dalam proses tersebut calon guru sastra akan mendapatkan kritik dan mengkritik cara memerankan tokoh orang lain. Dengan kegiatan perkuliahan yang memberikan pengalaman berharga ini, mahasiswa ketika menjadi guru diharapkan mampu memperbaiki sistem pengajaran yang kurang tepat selama ini. Oleh sebab itu, proses perkuliahan harus benar-benar melibatkan mahasiswa untuk beroleh pengalaman berapresiasi dan pengetahuan bermain drama.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

(21)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

aspek memainkan peran berdasarkan naskah drama yang dibaca. Selain itu sebagai upaya mengembangkan karakter mahasiswa penulis akan menggali dan mendeskripsikan karakter mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra. Permasalahan karakter yang penulis gali dan deskripsikan ini dibatasi seputar kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa. Penggalian dan pendeskripsian ini didasarkan pada asumsi bahwa keempat aspek di atas merupakan aspek-aspek yang akan menentukan kualitas proses belajar mahasiswa dan berujung atau bermuara pada kualitas kompetensi mahasiswa terutama berkenaan dengan kemampuan apresiasi drama.

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra?

2. Bagaimanakah kemampuan apresiasi drama mahasiswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan model bengkel sastra?

3. Adakah perbedaan hasil pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra dan dengan menggunakan model diskusi kelompok? 4. Bagaimanakah deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta

semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa setelah pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra?

(22)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. proses pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra;

2. kemampuan apresiasi drama mahasiswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan model bengkel sastra;

3. perbedaan hasil pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra dan dengan menggunakan model diskusi kelompok; dan

4. deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa setelah pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan model bengkel sastra.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan diharapkan memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber acuan/sumber kepustakaan berkenaan dengan proses pembelajaran bermain drama khususnya penerapan model pembelajaran bengkel sastra.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat khususnya untuk pihak-pihak sebagai berikut.

(23)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Mahasiswa, bermanfaat sebagai wahana latihan dan penambah pengetahuan tentang proses pembelajaran dengan model pembelajaran bengkel sastra serta bermanfaat sebagai wahana meningkatkan kemampuan apresiasi drama.

c. Pengajar sastra, sebagai bahan masukan bahwa dalam mengajarkan drama haruslah menggunakan model pembelajaran kreatif yang mampu mengarahkan pembelajar sastra agar bersentuhan langsung dengan proses berapresiasi khususnya memerankan tokoh sebagai parameter tertinggi apresiasi drama sehingga tercapailah tujuan pengajaran sastra seperti yang diharapkan oleh kurikulum.

d. Lembaga pendidikan dan instansi terkait, sebagai bahan masukan bahwa pelaksanaan pendidikan tidak harus selalu bersifat otoriter, artinya pengajar atau dosen sebaiknya diberikan keluasaan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang tidak hanya berpusat di dalam kelas tetapi juga diluar kelas guna ketercapaian tujuan pendidikan.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama

(24)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memerankan tokoh sering kali terdapat kesalahan-kesalahan yang bersifat teknis maupun pemahaman karakter tokoh yang harus diperbaiki dan dibongkar pasang melalui proses kritik mengkrtitik antar mahasiswa. Alat ukur variabel ini meliputi (1) keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran, (2) kerja sama mahasiswa, (3) suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, dan (4) ketercapaian sasaran, yakni mahasiswa mampu menyelesaikan tugas. Untuk memberikan penilaian terhadap kriteria di atas, penulis menggunakan penilaian model skala rating dari 1 sampai dengan 4. Skala rating yang digunakan berupa pernyataan penilaian, yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang baik.

2. Kemampuan apresiasi drama

(25)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disesuaikan namanya dengan parameter pemeranan yang digunakan. Contohnya ialah tidak teliti/telaten, kurang teliti/telaten, teliti/telaten, sangat teliti/telaten. 3. Deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat

mengembangkan potensi diri mahasiswa

(26)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian Mixed Methods

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian mixed

methods. Penggunaan metode penelitian ini didasari pada beberapa pendapat

yakni Creswell (2007: 5) As a method, mixed methods focuses on collecting,

analiyzing, and mixing both quantitative and qualitative data in a single study or

series or studies. Its central premise is that the use of quantitative and qualitative

approaches in combination provides a better understanding of research problems

than either approach alone. Sebagai sebuah metode penelitian, mixed methods

berfokus pada pengumpulan, penganalisisan, dan pencampuran data kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian tunggal atau lanjutan. Anggapan dasarnya ialah bahwa penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian dapat memberikan pemahaman atau jawaban dari masalah penelitian secara lebih baik dibandingkan dengan penggunaan salah satunya.

Pembagian tipe dalam penelitian mixed methods dapat dibagi menjadi empat, yakni; tipe embedded, explanatory, exploratory, dan triangulation (Cresswell, 2007: 62 – 79). Lebih lanjut, Cresswell (Sugiono, 2011: 406 – 407) membagi penelitian kombinasi atau mixed methods menjadi dua model utama yakni model sequential (urutan) dan model concurrent (campuran). Model

sequential (urutan) dibagi menjadi dua yakni sequential explanatory (pembuktian)

(27)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yakni model concurrent triangulation (campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan model concurrent embedded (campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama).

Berdasarkan pembagian tipe Penelitian Mixed Methods, penulis memilih menggunakan desain tipe exploratory yang termasuk ke dalam model sequential (urutan). Desain tipe ini merupakan desain penelitian mixed methods yang dilakukan dengan cara melaksanakan penelitian kualitatif terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif. (Abidin, 2011: 40)

Terhadap urutan penggunaan metode penelitian di atas, secara lebih komperehensif Cresswell (Sugiono, 2011: 409) menyatakan Sequential

exploratory strategy in mixed methods research involves a first phase of

qualitative data collection and analysis followed by a second phase of

quantitative data collection and analysis that builds on the results of the first

qualitative phase. Pada tahap awal metode penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dan tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif. Penekanan metode lebih pada metode pertama, yakni metode kualitatif dan selanjutnya dilengkapi dengan metode kuantitatif. Pencampuran data kedua metode bersifat

connecting (menyambung) antara hasil penelitian pertama dan tahap berikutnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka desain penelitian yang akan penulis gunakan ialah sebagai berikut.

QUAL quan

Interpretation based on QUAL → quan results

Gambar 3.1

(28)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki tiga buah variabel, yakni satu variabel terikat, satu variabel bebas, dan satu variabel extraneous (tambahan). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran bengkel sastra dengan orientasi pemeranan. Variabel terikatnya adalah kemampuan apresiasi drama mahasiswa. Variabel extraneous (tambahan) dalam penelitian ini ialah deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa. Operasionalisasi variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Model pembelajaran bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama

Model pembelajaran bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama pada penelitian ini adalah model pembelajaran bermain drama yang diterapkan dalam pembelajaran apresiasi drama dengan menekankan pada aspek “bongkar pasang” tingkah laku akting. Maksudnya, dalam memerankan tokoh sering kali

(29)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mahasiswa lain, (5) dan tahap perevisian teknik pemeranan. Alat ukur variabel ini meliputi (1) keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran, (2) kerja sama mahasiswa, (3) suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, dan (4) ketercapaian sasaran, yakni mahasiswa mampu menyelesaikan tugas. Untuk mengevaluasi variabel ini akan digunakan instrumen berupa pedoman observasi dan angket.

b. Kemampuan apresiasi drama

(30)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa

Deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa dalam penelitian ini dikonsepsikan sebagai salah satu upaya mengetahui bagaimana efek penerapan model bengkel sastra dalam pembelajaran apresiasi drama pada kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa. Oleh sebab itu teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik observasi dan wawancara.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa tingkat II semester IV pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi pada kelas A dan B yang semuanya berjumlah empat (4) kelompok pementas. pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi.

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Sejalan dengan model penelitian yang penulis gunakan, maka teknik pengumpulan data pada penelitian yang penulis laksanakan terdapat dua jenis teknik, yakni teknik kualitatif (studi kasus) yang diikuti teknik kuantitatif (eksperimen).

1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif (Studi Kasus)

(31)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengumpulkan data studi kasus, yaitu: dokumen, rekaman/catatan arsip, wawancara, observasi langsung, observasi berperan serta, dan bukti fisik. Oleh sebab itu teknik pengumpulan data dalam penelitian yang penulis laksanakan berdasarkan keenam sumber tersebut. Berikut penjabaran teknik pengumpulan data dalam penelitian studi kasus yang penulis laksanakan.

a. Pengumpulan dokumen; mengumpulkan bahan-bahan dan informasi mengenai teori dan konsep untuk menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan dimensi penelitian melalui dokumen tertulis. Dalam studi kasus, tinjauan pustaka atau analisis dokumen merupakan alat untuk mencapai tujuan (Yin, 2006: 14). Bentuk-bentuk dokumen yang dikumpulkan penulis ialah berupa teori-teori para ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara dari berbagai sumber.

b. Rekaman arsip; berupa rekaman pementasan drama yang dilakukan subjek penelitian.

c. Wawancara; dilakukan pada dosen pengampu mata kuliah dan rekan sejawat untuk mendapatkan tanggapan mengenai penelitian yang dilakukan dan kepada mahasiswa untuk mendapatkan data mengenai tanggapan mereka sebagai pembelajar di model bengkel sastra dan minat serta motivasi belajar mereka.

(32)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Observasi berperan serta; dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak segala kejadian yang terjadi selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Penulis bertindak sebagai observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh pengajar di dalam kelas.

2. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif (Eksperimen)

Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara studi lapangan atau langsung pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Data-data yang diperoleh berupa nilai-nilai kemampuan berperan mahasiswa berupa angka. Berikut penjabaran teknik studi lapangan yang penulis laksanakan.

a. Teknik Tes

Teknik tes dipakai untuk mengukur kemampuan mahasiswa, baik kemampuan awal, perkembangan, atau peningkatan kemampuan selama dikenai tindakan, dan kemampuan pada akhir pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini jenis tes yang akan digunakan yakni tes unjuk kerja. Tes unjuk kerja digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur kemampuan mahasiswa memerankan tokoh.

b. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung meliputi kinerja mahasiswa di dalam kelas selama mengalami proses pembelajaran memerankan tokoh.

c. Teknik wawancara

(33)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Sejalan dengan teknik pengumpulan data di atas, maka instrumen penelitian yang penulis gunakan ialah sebagai berikut.

1. Kisi-kisi Alat Evaluasi Pemeranan.

2. Kisi-kisi pedoman observasi deskripsi kerja sama, sikap dan perilaku, optimisme, serta semangat mengembangkan potensi diri mahasiswa.

3. Kisi-kisi instrumen wawancara;

a. dengan dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Drama; b. dengan rekan sejawat; dan

c. dengan mahasiswa.

F. Teknik Analisis Data

Sejalan dengan penelitian mixed method yang penulis gunakan dalam penelitian ini, maka teknik analisis data penelitian terdiri dari dua teknik yakni teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif.

1. Teknik Analisis Data Kualitatif (Studi Kasus)

Teknik analisis data studi kasus yang akan penulis lakukan lebih bersumber pada data-data hasil pengumpulan sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung. Data-data yang bersumber pada dokumen, rekaman/catatan arsip, wawancara, observasi langsung, observasi berperan serta, dan bukti fisik akan dikaji dan dijelaskan secara terperinci dan mendalam guna mendapatkan hasil penelitian yang baik.

Metode yang digunakan ialah metode perbandingan tetap (constant

(34)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

membandingkan satu data dengan data lainnya kemudian secara tetap kategori dengan kategori lainnya (grounded research).

Untuk melengkapi dan membuktikan hasil analisis data studi kasus ini penulis akan menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi ini akan memadukan data-data dari sumber-sumber yang terkait dengan proses penelitian. Sumber-sumber data itu ialah; (1) mahasiswa pembelajar; (2) dosen pengampu mata kuliah; (3) dan rekan sejawat sebagai observer penelitian. Teknik pengumpulan data untuk teknik triangulasi ini menggunakan teknik wawancara. Data yang diharapkan diperoleh melalui teknik wawancara ini ialah data tentang tanggapan mereka terhadap proses penerapan model bengkel sastra.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Teknik analisis data kemampuan memerankan tokoh dan pengembangan karakter penulis menggunakan rumus-rumus statistik. Penganalisisan kedua data di atas bersumber pada data hasil pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(35)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengujian hasil penelitian kualitatif, penulis menggunakan program olah data SPSS versi 17.

G. Langkah-langkah Penelitian

Sesuai dengan metode penelitian yang dikemukakan di atas, prosedur pelaksanaan penelitian atau langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

Mengacu pada gambar di atas, bahwa dalam penelitian Mixed Methods

Sequential Exploratory Design dimulai dengan pelaksanaan penelitian pada

tataran kualitatif yang selanjutnya diikuti penelitian pada tataran kuantitatif. Masing-masing penelitian tersebut memiliki tujuan dan fungsinmya masing-masing. Jika penelitian kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis maka penelitian kuantitatif berfungsi untuk menguji temuan hipotesis tersebut.

Masalah dan

Potensi Kajian Teori

Pengumpulan dan analisis

data

Temuan hipotesis Metode kualitatif: menemukan hipotesis

Metode kuantitatif: menguji hipotesis

Populasi dan sampel

Pengumpulan

Data Analisis Data

Kesimpulan saran

Gambar 3.2

(36)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sejalan dengan uraian di atas, lebih lanjut Sugiono (2011: 474) memaparkan pada tahap pertama penelitian Mixed Methods Sequential

Exploratory Design menggunakan metode kualitatif dengan langkah-langkah:

menentukan setting penelitian yang terdapat masalah, atau potensi, atau hanya ingin tahu di setting itu ada apa. Selanjutnya peneliti melakukan kajian teori perspektif yang berfungsi untuk memandu peneliti masuk ke setting penelitian dengan melakukan pengumpulan data dan analisis data kualitatif, dan akhirnya peneliti dapat menemukan gambaran yang utuh dari obyek penelitian tersebut, mengonstruksi makna dan hipotesis-hipotesis. Pada tahap kedua peneliti menggunakan metode kuantitatif yang berfungsi untuk menguji hipotesis yang ditemukan pada penelitian tahap pertama. Langkah-langkah dalam penggunaan metode kuantitatif adalah: menentukan populasi dan sampel sebagai tempat untuk menguji hipotesis, mengembangkan dan menguji instrumen untuk pengumpulan data, analisis data, dan selanjutnya membuat laporan yang diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merumuskan langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut.

1. Tahap Pertama: kualitatif

(37)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

drama semester sebelumnya. Disebabkan terjadinya masalah tersebut selalu berulang dan berkelanjutan maka penulis berasumsi bahwa pada mahasiswa pengontrak mata kuliah apresiasi drama ini terdapat masalah yang sama.

b. Melakukan kajian teori: penulis mengkaji teori-teori yang berkenaan dengan pembelajaran apresiasi drama, pemeranan beserta teknik dan latihannya. Pengkajian terhadap teori-teori tersebut diharapkan dapat membantu penulis untuk mengkaji masalah-masalah yang terjadi pada mahasiswa pengontrak mata kuliah apresiasi drama terkait dengan kualitas pemeranan. Sehingga penulis mampu memahami apa yang menjadi penyebab terjadinya masalah. Setelah mempelajari dan mengkaji teori-teori di atas, selanjutnya penulis mempelajari dan mengkaji teori-teori yang berkenaan dengan proses pembelajaran (model pembelajaran). Hal ini dilandasi oleh temuan penulis berupa akar masalah yang terjadi ialah pada penerapan model pembelajaran apresiasi drama. Model pembelajaran apresiasi drama yang sebelumnya dilakukan diasumsikan tidak mampu menyediakan alternatif perbaikan kreativitas berperan mahasiswa untuk menjadi lebih baik, sehingga pembelajar menjadi bosan belajar dan gairah belajarnya menurun akibat ia merasa kurang mendapat “fasilitas” tersebut

(38)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

biasa diasumsikan kurang memberikan dorongan-dorongan pada mahasiswa untuk bekerja sama, berperilaku dan bersikap baik serta santun, bersemangat untuk mengembangkan potensi diri melalui kreativitas berperan, dan selalu optimis menghadapi benturan-benturan kreatif ketika menampilkan peran. Oleh sebab itu dibutuhkan model pembelajaran yang

mampu memberikan “fasilitas” proses pembelajaran yang menunjang

kualitas pemeranan melalui aspek “bongkar-pasang dan kritik-mengkritik”

dan menunjang pengembangan karakter mahasiswa melalui “pola

pembiasaan” pada rangkaian aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran

yang dimaksud penulis ialah model bengkel sastra. Maka kajian teori bengkel sastra menjadi kajian teori yang dilakukan penulis untuk merumuskan rangkaian pembelajaran yang diasumsikan memecahkan masalah di atas.

c. Mengumpulkan dan menganalisis data: penulis mengumpulkan data sejalan dengan tahapan-tahapan penelitian kualitatif studi kasus dan instrumen penelitian yang telah dibuat. Setelah data terkumpul, selanjutnya penulis menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik analisa data studi kasus.

(39)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tahap Kedua: kuantitatif

a. Menentukan populasi dan sampel: penentuan populasi pada penelitian yang penulis lakukan sejalan dengan penentuan setting penelitian kualitatif sebelumnya. Setelah penentuan populasi selesai dilaksanakan, selanjutnya penulis menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik random atau acak dari populasi yang telah ditentukan.

b. Mengembangkan dan menguji instrumen: pada langkah ini penulis melaksanakan penelitian pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode True Experimental Pretest-Posstest Control Group

Design yang dilakukan secara berulang. Pada metode ini penulis

melaksanakan pembelajaran pemeranan dengan menggunakan tahapan-tahapan pada model bengkel sastra di kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model diskusi kelompok seperti yang biasa dilakukan.

c. Pengumpulan dan analisis data: pengumpulan data penelitian dilakukan selama dan sesudah kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Pengumpulan data ini berdasarkan teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang telah ditentukan dan dibuat penulis. Setelah data terkumpul, selanjutnya penulis menganalisa data dengan menggunakan rumus statistik.

(40)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyajikan data-data beserta analisisnya dan kesimpulan penelitian beserta saran yang ditujukan pada pihak-pihak tertentu.

H. Waktu dan Tempat Penelitian

(41)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

DESKRIPSI KERJA SAMA, SIKAP DAN PERILAKU, OPTIMISME, SERTA SEMANGAT MENGEMBANGKAN

POTENSI DIRI MAHASISWA

A. Deskripsi Awal Kerja Sama, Sikap dan Perilaku, Optimisme, serta Semangat Mengembangkan Potensi Diri Mahasiswa

Telah penulis singgung pada bab II (kajian teoretis) bahwa selain memiliki kompetensi intelektual, seorang guru juga dituntut untuk memiliki karakter yang baik, agar ia senantiasa mengerjakan tugasnya sesuai dengan porsinya dan bertanggung jawab. Seperti yang telah penulis ungkapkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah bahwa karakter yang dimiliki mahasiswa PBSI FKIP Unsil Tasikmalaya perlu dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan deskripsi awal karakter mahasiswa yang terekam penulis saat melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Berikut ialah data hasil observasi awal karakter mahasiswa.

Nama Mahasiswa : PM 1

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kera sama antar kelompok suidah bagus dan lebih maju. Terbukti bahwa kekompakan antarsesama anggota kelompok yang tidak pandang bulu dalam pementasan. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Tuturan yang disampaikan oranhg lain dapat diterima dengan bak dan mampu bersikap santun dalam hal bekerja sama pada saat pementasan.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

(42)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Optimis dalam Belajar

Kritik yang disampaikan oleh orang lain harus diterima dengan baik oleh para aktor.

Nama Mahasiswa : PM 2

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Sangat bagus, karena ketika bekerja kelompok sikapnya aktif dan tidak memandang jenis kelamin atau perbedaan tingkat sudah akrab dengan teman-teman yang lain.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Sikap dan prilaku cukup baik dan bahasa yang digunakan santun.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Pada saat latihan, mahasiswa tersebut berlatis dengan bersungguh-sungguh sehingga adapat berlatih lebih baik dari teman-temannya

4. Optimis dalam Belajar

Cukup bagus karena dapat menerima dengan senag saat diberikan kritik.

Nama Mahasiswa : PM 3

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Bagus dan antusias ketika berkekompok, tetapi terkadang terkadang suka sibuk sendiri dengan kegiatannya

sehingga tidak dapat memperhatika dialog dengan baik. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

(43)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Berlatih dengan rajin dan kesungguhan.

4. Optimis dalam Belajar

Tidak memeperlihatkan wajah yang sedang kecewa atau sedih ketika mendapat kritik, atau saran dari temannya bahkan menerimanya dengan senang.

Nama Mahasiswa : PM 4

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama Terlihat bagus karena terlihat dari antusias dia ketika menyampaikan pendapatnya dan mendapat respon baik. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

ketika menyampaikan pendapat mahasiswa yang bersangkutan terlihat Tutur kata sangat santun sehingga temannya pun menerima dengan senang hati dan tidak ada kata-kata yang dapat menyakitkan hati.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Latihan berperan maupun bereksperimen mahasiswa yang bersangkutan terlihat sangat bersemangat dalam latihan. Terlihat dari cara dia berlatih dengan ulet dan sungguh-sungguh.

4. Optimis dalam Belajar

Pada saat mendapatkan kritikan dan saran dari temannya, mahasiswa tersebut mampu mengkritik dan menerima kritikan.

Nama Mahasiswa : PM 4

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Tutur kata yang dikeluarkan oleh mahasiswa lain cukup baik. Namun dia bersikap seperti masih ada yang ingin dia katakan tetapi kelihatannya bingung dengan apa yang akan dibicarakan.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

(44)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Pada saat menerima masukan dari temannya mahasiswa tersebut terlihat cukup baik dalam menyikapi saran yang dikeluarkan oleh temannya, meskipun banyak yang mengkritik atas kelakuannya yang bertindak otoriter tapi dia merespon cukup baik.

4. Optimis dalam Belajar

Cukup bagus menerima masukan dan kritik orang lain. Dan mau memperbaiki kesalahannya.

Nama Mahasiswa : PM 5

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Bersemangat ketika belajar. Mau bekerjasama dengan teman yanng lainnya sehingga mampu berbaur dengan teman yang lainnya.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Perkataann atau tutur katanya baik serta santun saat menangapi kritikan atau masukan yang diberikan oleh temannya.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Berantusias dan mampu menyampaikan dialog dengan tepat dan bisa mengimprop adegan.

4. Optimis dalam Belajar

Kritikan yang didapatkannya diterima dengan senang hati dan tidak memperlihatkan wajah yang murung atau tidak senang hati pada saat ditegur atau dikritik.

Nama Mahasiswa : PM 6

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Mahasiswa terlihat kurang antusias dalam bekerjasama disebabkan tidak bersemangat dalam belajar

berkelompok, begitu pun pada saat berperan memainkan naskah drama masih terlihat monoton.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

(45)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Bagus karena terlihat serius dalam bekerja kelompok dan tidak banyak beacanda dalm pelaksanaan belajarnya baik secara mandiri maupun secara berkelompok. Selain itu mahasiswa mampu berlatih secara giat.

4. Optimis dalam Belajar

Pada saat menerima kritikan terlihat senang dan tidak memperlihatkan wajah yang kecewa.

Nama Mahasiswa : PM 7

Kelompok : Matahari Di Sebuah Jalan Kecil

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kurang antusias dikarenakan mahasiswa ketika bekerjasama dalam berkelompok ada rasa ketidaknyamanan dengan anggota yang lainnya. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Ada kalimat yang mengintimidasi yang paa akhirnya mahasiswa timbul rasa kecewa akan tetapi kritikannya dapat diterima dengan baik karena bersifat membangun. 3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Antusias untuk belajar bersama atau bekerja kelompok. Mahasiswa pun bisa giat

4. Optimis dalam Belajar

Sering sedih ketika suatu kritikan yang diterimanya sedikit menyinggung, tetapi masih merasa senang.

Nama Mahasiswa : PM 8

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kekurang antusiasan dalam diskusi membuat mahasiswa menjadin malas, tetapi masih bisa diajak kerja sama dan mengikuti berdiskusi.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Dalam mengkritik suka seenaknya saja. Hal ini disebabkan meras mengenali teman yang diajak berdiskusi.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

(46)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Optimis dalam Belajar

Berintrospeksi diri dan mau memperbaiki kesalahan setelah mendapat masukan dari teman-temannya maupuyn dari oprang lain.

Nama Mahasiswa : PM 9

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kerja samanya cukup bagus. Karena terlihat berdiam diri pada saat bediskusi atau latihan dan kurangnya

berkomunikasi, tetapi masih terlihat cukup antusias. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Pendiam akan tetapi tutur katanya santun. Walaupun ada kata yang menekan dan kurang tepat dalam berkomentar. 3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Kurang baik ketika sedang membaca naskah, vokalnya pun tidak lantang.

4. Optimis dalam Belajar

Suatu kritikan yang didapatkan diterimanya dengan baik tanpa merasa terpojokan.

Nama Mahasiswa : PM 10

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Terlihat kurang antusias. Mahasiswa ,masih memilih-milih temandiskusinya dan tidak percaya diri pada saat berdiskusi.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Dalam berpendapat atau beropini tutur katanya cukup santun dan tepat sasaran dengan apa yang sedang dibicarakan.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Keseriusannya masih terbilang cukup, sehingga dalam berlatih walau terlihat kurang bersemangat.

4. Optimis dalam Belajar

(47)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nama Mahasiswa : PM 11 Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Terlihat sedikit kurang antusias. Mahasiswa yang tidak bisa berbaur dengan yang lainnya. Mahasiswa masih merasa tidak bisa bekerjasam dengan baik.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Kritikannya menggunakan kata yang mengintimidasi. Hal ini hampir dilakukan oleh semua anggota kelompok. Penyebabnya adalah tidak ada rasa keseriusan dalam berkelompok diskusi dan belajar.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Berlatih memainkan peran terlihat sungguh-sungguh. dengan memainkan perannya secara maksimal dan bisa menjiwai.

4. Optimis dalam Belajar

Komentar atau masukan dari teman diterimanya dengan baik. Dan mengakuisegala kekurangannya.

Nama Mahasiswa : PM 12

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Antusias dalam bekerjasama dengan cara membuktikan diri sebagai pemimpin kelompok diskusi. Dan tidak membeda-bedakan kawan diskusi kelompok. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Saat mengkritik santun dan tepat sasaran kepada orang yang dikritiknya.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Pada saat latihan antusias dan mau bekerjasama.

4. Optimis dalam Belajar

(48)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nama Mahasiswa : PM 13

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Dalam bekerjasama memperlihatkan antusias diri, bersemangat akan tetapi masih menunjukan kekurangsolidan kepada teman diskusi. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Sikap santun pada saat membei masukan dan dorongan kepada orang lain atau kepada teman.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Ketika belajar, berdiskusi, dan latihan mampu bekerja dengan baik dan antusias.

4. Optimis dalam Belajar

Kritikan demi mkritikan yang diterimanya bisa dijadikan olehnya suatu motvasi.

Nama Mahasiswa : PM 14

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Antusias mahasiswa terlihat dalam bekerja kelompok yang tidak membeda-bedakan kawan kelompoknya dan bisa berbaur dengan baik.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Saat mengkritik menggunakan kata yang mengintimidasi. Hal ini hampir dilakukan oleh semua anggota kelompok. Salah satu penyebabnya adalah tidak serius dalam belajar seolah-olah sedang berdiskusi atau mengobol bisa di luar jam pelajaran.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Latihan, diskusi, maupun dalam berpentas kurang aktif dan sungguh-sungguh melaksanakannya.

4. Optimis dalam Belajar

(49)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nama Mahasiswa : PM 15

Kelompok : Telor

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama Cukup antusias. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Menggunakan kata yang mengintimidasi pada saat berdiskusi. Akan tetapi dalam penyampaiannya tepat sasaran.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Latihan dan belajarnya mahasiswa baik dan bisa bekerjasama dengan baik.

4. Optimis dalam Belajar

Tidak terlihat kecewa pada saat mendapati kritikan dan masukan dari rekannya.

Nama Mahasiswa : PM 16

Kelompok : Bulan dan Kerupuk

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama Terlihat sedikit kurang antusias. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Tutur katanya terasa santun dan tepat sasaran kepada orang yang ditujunya.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Serius dalam berlatih walau terlihat kurang bersemangat.

4. Optimis dalam Belajar

(50)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nama Mahasiswa : PM 17

Kelompok : Bulan dan Kerupuk

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama Kurang bagus. Karena terlihat banyak diam dan kurang berkomunikasi, tetapi masih terlihat cukup antusias. 2. Sikap dan

Perilaku yang Sopan serta Santun

Tutur katanya santun tetapi jarang berbicara. Dan masih ada perkataan yang mengintimidasi.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Terlihat antusias pada saat berdialog, berdiskusi, maupaun pada saat latihan. Dan mau bertanya kepada orang alin atas kinerjanya atau kekurangannya.

4. Optimis dalam Belajar

Mahasiswa tidak terlihat kecewa saat mendapat kritikan dan terlihat senyum semangat menanggapinya.

Nama Mahasiswa : PM 18

Kelompok : Bulan dan Kerupuk

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Kurang antusias untuk bekerjasama hal ini terlihat dalam berdiskusi dengan mahasiswa lainnya dan bisa

membuktikan bahwa dia mampu untuk memimpin jalannya diskusi.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Dalam menanggapi pendapat mahasiswa lainnya dalam tutur katanya cukup santun, dan terbukti pada saat berdiskusi mahasiswa bisa memperbaiki kesalahan dan meluruskan setiap kekurang tepatan ortang lain dalam berpendapat.

3. Semangat

Mengembangkan Potensi Diri

Sangat merespon dan antusias sehingga bagus dan terus melaksanakan berlatih dan latihannya.

4. Optimis dalam Belajar

(51)

Adita Widara Putra, 2012 Penerapan Model Bengkel Sastra

Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nama Mahasiswa : PM 19

Kelompok : Bulan dan Kerupuk

Aspek yang

diobservasi Deskripsi

1. Kerja Sama

Mahasiswa kurang antusias dalam bekerjasama dalam kelompoknya. Meksi adanya perubahan dari setiap individu.

2. Sikap dan Perilaku yang Sopan serta Santun

Masih ada kalimat yang mengintimidasi dar

Gambar

Gambar 2.1. Fase Model Bengkel Sastra  ...........................................................

Referensi

Dokumen terkait

penurunan perilaku mengabaikan tugas yang terjadi pada diri subjek dapat.. membantu subjek untuk mengembangkan potensi diri dan memperbaiki

Salah satu cara untuk mengembangkan tujuan adalah menya- takan segala sesuatu yang harus dimiliki oleh para mahasiswa setelah selesai mengikuti kuliah dalam

Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini mampu memberikan suasana dan semangat baru bagi dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan

Dari gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa mahasiswa masih salah dalam meletakkan posisi vektor kedua pada koordinat kartesius, sehingga hasil gambar yang diperoleh

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terhadap mahasiswa prodi pendidikan matematika FKIP UMSU dimana kemampuan komunikasi matematis mahasiswa dapat terlihat pada saat

Penerapan problem based learning dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan oleh mahasiswa seba- gai

Kedua, dari pemotretan konddisi obyektif dilapangan maka kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh dosen PA dalam mengembangkan kecakapan pengarahan diri mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis mahasiswa antara mahasiswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan