PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS FENOMENA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratuntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan
Program StudiPendidikanFisika JurusanPendididikanFisika
Oleh :
HaeraniGiantika
0800145
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Penerapan Model
PembelajaranFisikaBerbasisFenomenaUnt
ukMeningkatkanKemampuanKognitifSiswa
SMA
Oleh HaeraniGiantika
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan MatematikadanIlmuPengetahuanAlam
© HaeraniGiantika 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
HAERANI GIANTIKA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS FENOMENA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA
Disetujuidandisahkanolehpembimbing
Pembimbing I
Drs. YuyuRahmatTayubi, M.Si NIP. 195806081987031003
Pembimbing II
Dr. AndiSuhandi, M.Si. NIP. 196908171994031003
Mengetahui,
KetuaJurusanPendidikanFisika
vi Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian ... 1
B. RumusanMasalah . ... 8
C. TujuanPenelitian ... 8
D. ManfaatPenelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. FisikadanPembelajaranFisika ... 9
B. Model PembelajaranFisikaBerbasisFenomenadan CTL ... 12
C. SintakPembelajaranFisikaBerbasisFenomena ... 19
D. KemampuanKognitif ... 22
E. HubunganAntaraSintaks Model PembelajaranFisikaBerbasisFenomenadenganKemampuanKogn itifdalamTiapTahapPembelajaran . ... 28
F. KerangkaPemikian ... 32
vii Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. TesKemampuanKognitif . ... 38 2. LembarObservasi . ... 46 F. ProsedurPenelitian ... 46 G. TeknikPengumpulandanAnalisis Data
1. PemberianSkor . ... 50 2. Peningkatan Gain yang DinormalisasiKemampuanKognitifSiswa . ... 50 3. Analisis Data HasilLembarObservasi . ... 50
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. HasilPenelitian ... 51 1. PeningkatanKemampuanKognitif. ... 51 2. PeningkatanSetiapAspekKemampuanKognitif . ... 52 B. PembahasanHasilPenelitian
1. PeningkatanSetiapAspekKemampuanKognitifSiswa . ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 72 B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
viii Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel
2. 1 Sintak Model PembelajaranFisikaBerbasisFenomena ··· 20
2. 2 Taksonomi Bloom yang Telahdirevisi Anderson danKrathwohl (2001) ··· 23
2. 3 HubunganAntaraSintaks Model PembelajaranFisikaBerbasisFenomenadenganKemampuanKognitif yang Dilatihkandalam Proses Pembelajaran ··· ··· 30
3.1 InterpretasiKoefisienKorelasiProduct Moment AngkaKasar ... 40
3.2 InterpretasiIndeks Tingkat KemudahanButirSoal ... 41
3.3 Klasifikasinilaidayapembedabutirsoal. ... 42
3.4 Rekapitulasi Tingkat KemudahanButirSoal, Daya PembedaButirSoal, danReliabilitasInstrumenPenelitian. ... 43
3.5 DistribusiSoalKemampuanKognitifFluidaStatik. ... 45
3.6 InterpretasiKategoriPersenRata-rata Gain Yang Dinormalisasi . ... 50
3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model PembelajaranFisikaBerbasisFenomena . ... 51
4.1 RekapitulasiNilai Rata-rata TesAwal (pre-test), TesAkhir (post-test) dan Gain Yang DinormalisasiKemampuanKognitifSiswa ... 51
4.2 TabelPeningkatansetiapAspekKemampuanKognitif ... 57
ix Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar
2. 1 SegitigaPengkajianAlam ... 12
3.1 Bagan One Group Pre-Test And Post-TestDesain . ... 36
3.2 AlurPenelitian ... 49
4.1 Diagram KemampuanMengingatSiswa (C1) . ... 52
4.2 Diagram KemampuanMemahamiSiswa (C2) . ... 53
4.3 Diagram KemampuanMengaplikasikanSiswa (C3) . ... 53
4.4 Diagram KemampuanMenganalisisSiswa (C4) . ... 54
x Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran
Lampiran A.1RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran A.2LembarKegiatanSiswa (LKS)
Lampiran B Uji Coba Instrumen
Lampiran B.1InstrumenUji Coba
Lampiran B.2SoalUjiCoba
Lampiran B.3DistribusiSkorUji Coba Instrumen
Lampiran B.4AnalisisUji Coba Instrumen
Lampiran C Instrumen Penelitian
Lampiran C.1 Kisi-Kisi Soal Penelitian
Lampiran C.2Soal Penelitian
Lampiran D Analisis Hasil Penelitian
Lampiran D.1DistribusiSkorPretesdanPostes
Lampiran D.2 Gain yang Dinormalisasi
Lampiran D.3 Gain TiapAspekKognitif
xi Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lampiran D.5Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Lampiran E Dokumentasi Penelitian
Lampiran F Format Isian
Lampiran F.1Format IsianLembarObservasiKeterlaksanaan Model Oleh
Guru
Lampiran F.2Format IsianLembarObservasiKeterlaksanaan Model
OlehSiswa
Lampiran F.3PedomanKriteriaPenilaian
Lampiran F.4 LembarValidasi (judgment)
Lampiran GSurat-SuratPenelitian
Lampiran G.1 SuratKeteranganTelahMelaksanakanUjiCoba
Lampiran G.2 SuratKeteranganTelahMelaksanakanPenelitian
Lampiran
G.3SuratPernyataanKesediaanMenjadiPenilaiIn
ii Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS FENOMENA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA
HaeraniGiantika NIM. 0800145
Pembimbing I: Drs. YuyuRachmatTayubi, M.Si. Pembimbing II: Dr. Andi Suhandi M.Si. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Telahdilakukanpenelitiantentangpenerapan model PembelajaranFisikaBerbasisFenomena(PBF)dalampembelajarankonsepFluidaStati spadasiswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkangambarantentangpeningkatankemampuankognitifsiswasebagaiimpak penerapanmodel PembelajaranFisikaBerbasisFenomena (PBF).Model PBF terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu fase: (1) orientasisiswapadafenomenaalam; (2)
mengorganisasisiswauntukbelajar; (3)
membimbingpenyelidikankelompoksecarainkuiri; (4)
menyajikanhasilpenyelidikan; dan (5)
menganalisisdanmengevaluasipenjelasanfenomenafisis yang disajikan di fase I. Metodepenelitian yang digunakanadalahpre-experiment dengandesainone group pretest-posttest.Instrumen penelitian yang digunakan meliputi tes kemampuan kognitifberupatesobjektifjenispilihanganda, danlembar observasiketerlaksanaan modelPembelajaranFisikaBerbasisFenomena (PBF). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPApada salahsatu SMA Negeri diKabupatenGarut sebanyak 42 orang yang ditentukandenganteknikclusterrandom sampling.Analisis data yang dilakukanadalahdengancaramenghitungrata-rata skor gain yang dinormalisasi. Dari hasilanalisis data diperoleh rata-rata gain yang
dinormalisasisebesar 0,51, yang
berartibahwapeningkatankemampuankognitifsiswa SMA sebagaiimpakpenerapanmodel PembelajaranFisikaBerbasisFenomena (PBF) beradapadakategorisedang.Sedangkanprofil rata-rata skor gain yang dinormalisasisetiapaspekyaituaspekmengingatsebesar 0,75 padakategoritinggi, aspekmemahamisebesar 0,50 padakategorisedang, aspekmengaplikasikansebesar 0,69padakategorisedang, danaspekmenganalisissebesar 0,47padakategorisedang.
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Increase the Student’s Cognitive Ability in Senior High School By Applying Physic Learning Model Based-Phenomena
ABSTRACT
This is a research on the application of Physic Learning Model Based-Phenomena (PBF) in learning the concept of fluid statics on senior high school students. This study aims to gain an overview of the increasing of student’s cognitive abilities as the impact of the application of Physic Learning Model Based-Phenomena (PBF). PBF Model consists of five stages of learning; (1) the orientation of students in natural phenomena; (2) organize the students to learn; (3) guiding the group inquiry investigation; (4) presents the results of the investigation; and (5) analyze and evaluate the explanation of physics phenomena that are present in stage I. The method used is a pre-experiment design with one group pre-test post-test. Research instrument used include tests of cognitive abilities in the from of objective a kind multiple choice test and the observation sheet due to adherence to model Learning Physics-Based Phenomena (PBF). The subject in this study are the students of XI Science class at one of the high schools in Garut. This research collects data from 42 people as sample that determined by cluster random sampling technique. Data analysis was perfomed by calculating the average of the data obtained by normalized the average gains is 0,51, which means that the increase in student’s cognitive abilities as an impact the application of Physic Learning Model Based-Phenomena (PBF) is in the medium category. While the profile of the normalized average gain scores in every aspect, i.e recall aspect is 0,75 means at high category, understand aspect is o,50 means at the medium category, applying aspect is 0,69 means at medium category, and analyze aspect is 0,47 means at medium category.
1
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. “Sains sebagai produk berarti dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sedangkan sains sebagai proses berati seluruh kegiatan dan sikap untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan” Carin dan Evans (dalam Asih 2010 : 1). Untuk memenuhi kedua pendangan tersebut, maka guru dalam pembelajaran sains diharapkan dapat mengajarkan sains baik sebagai produk maupun sebagai proses. Berdasarkan pada pandangan sains sebagai produk maupun sebagai proses, maka fisika sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sains juga memiliki karakteristik yang sama dengan sains, yaitu dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan pemahaman akan konsep-konsep yang akan ditemukan. Sebagai salah satu bidang Sains, mata pelajaran fisika diadakan dalam rangka mengembangkan kemampuan memahami konsep-konsep dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyusun laporan serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan lisan; 4) Mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah secara kualitatif maupun kunatitatif; 5) Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta memiliki pengetahuan, ketererampilan ilmiah (Depdiknas 2003 : 443).
Disisi lain, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah menetapkan kompetensi dasar sebagai kemampuan siswa yang harus dicapai setelah kegiatan pembelajaran. Kompetensi dasar tersebut merupakan kemampuan kognitif yang disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari siswa. Artinya kemampuan kognitif ini merupakan aspek yang juga perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pembelajaran fisika.
Dari uraian diatas tampak bahwa penyelenggaraan mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai wahana atau sarana melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah. Agar mata pelajaran fisika dapat benar-benar berperan seperti yang diharapkan, maka tidak dapat ditawar lagi bahwa pembelajaran fisika harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga proses pendidikan dan pembekalan berbagai kompetensi tersebut dapat benar-benar terjadi dalam prosesnya.
Tapi pada kenyataanya proses pembelajaran fisika yang terjadi di sekolah-sekolah tingkat SMA belum sesuai dengan fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika. Hal ini terbukti dari hasil observasi lapangan yang dilakukan dan diperoleh kesimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dikelas lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran, guru masih mendominasi kelas, siswa kurang dilibatkan secara aktif dan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan sainsnya,sehingga siswa kurang memahami konsep-konsep yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sanjaya (2013 : 1) menyatakan bahwa :
3
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari”.
Hal inilah yang sampai saat ini menjadi persoalan dalam proses pembelajaran Fisika di satuan pendidikan. Kebanyakan pembelajaran Fisika sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana siswa berada.Hal ini diduga menyebabkan penguasan kognitif konsep fisika yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal. Mundilarto (2005) (dalam Huda 2013 : 3) menyatakan bahwa:
“Secara umum, rendahnya rata-rata perolehan nilai pada mata pelajaran fisika mengindikasikan proses pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagai mana mestinya. Kondisi itu antara lain disebabkan konsep fisika selama ini lebih sering disampaikan guru kepada siswa sebagai fakta, bukan sebagai peristiwa atau gejala alam yang harus diamati, diukur, dan didiskusikan”.
Kondisi rendahnya kemampuan kognitif siswa untuk mata pelajaran fisika juga terjadi di salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Garut.Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk studi lapangan adalah observasi, wawancara, dan tes kemampuan kognitif.Dalam hal ini observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran fisika yang terjadi di kelas. Wawancara dilakukan untuk mengetahuiapa yang dirasakan guru selama pemebalajaran. Adapun tes kemampuan kognitif dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif fisika siswa dengan cara memberikan soal tes kemampuan kognitif.
4
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guru lebih nyaman menggunakan metode tradisional sehingga kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, proses belajar mengajar terpusat pada guru. Dan berdasarkan hasil tes kemampuan kognitif sebagaidata hasil uji coba instrumen tes kemampuan kognitif dengan materi fluida statis yang dilakukan di salah satu kelas XII yang dijadikan tempat penelitian. Rata-rata skor tes kemampuan kognitif siswa adalah 16,05 dari 40 soal tes kemampuan kognitif yang diberikan.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif fisika siswa pada mata pelajaran Fisika di sekolah tersebut juga masih dalam kategori rendah.Rendahnya kemampuan kognitif fisika tersebut karena proses pembelajaran yang dilaksanakan belum tepat. Kebanyakan metode belajar yang digunakan guru adalah ceramah.Proses pembelajaran seperti itu belum sesuai dengan proses pembelajaran yang disarankan pada kurikulum KTSP yaitu pembelajaran yang mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh siswa atau berpusat pada siswa (student centred), yaitu pembelajaran yang menekankan pada siswa bahwa dirinya sendiri yang akan membangun pengetahuan.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa ternyata ada kaitan antara rendahnya kemampuan kognitif fisika siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu proses belajar siswa sesuai harapan KTSP sehingga kemampuan kognitif fisika siswa dapat meningkat.Untuk meningkatkan kemampuan kognitif, kegiatan pembelajaran IPA(fisika) harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang-kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Permendiknas No.41 2007 : 4).
Untukmeningkatkan minat dan motivasi belajar fisika serta memfokuskan
5
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan Mudjiono (2006 : 42) motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar bahwa :
“tanpa adanya motivasi tidak mungkin terjadi belajar”.
Salah satu model pembelajaran yang menyajikan motivasi di awal pembelajaran adalah Pembelajaran Berbasis Fenomena (PBF).Fenomena yang disajikan adalah fenomenayang sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari, hal ini ditunjukan agar siswa lebih sadar dan peka bahwa fisika dekat dengan kehidupannya sendiri, sehingga fenomena yang disajikan ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk kegiatan proses belajar mengajar. Misalnya fenomena gelembung udara yang semakin ke atas semakin membesar, desain atau struktur bendungan dengan bentuk yang khas, fenomena saat mengangkat air dari dalm sumur, dan lain-lain.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa selama ini siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep dikarenakan siswa tidak menyadari terhadap fenomena yang terjadi dan terkait dengan konsep-konsep fisika tertentu.
6
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.
Menurut Sanjaya (2013 : 263)ada 7 asas/pilar yang dikembangkan dalam CTL yaitu konstruktivisme (contruktivisme), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
reflksi (reflection), penilaian autentik (authentic assessment).Dari 7 asas ini dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Apabila dikaji kembali kurikulum 1994, sebenarnya sudah tersirat makna kontekstual dalam pembelajaran, karena tertulis dalam kurikulum
“ … dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari … .dst”, namun dalam pelaksanaanya masih jauhdari harapan.
Karena CTL merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa disajikan fenomena fisika yang dijadikan dasar pengematan berupa fenomena-fenomena fisis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, atau fenomena-fenomena yang muncul pada suatu demonstrasi sederhana dengan menggunakan media demonstrasi berupa alat-alat sederhana yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Jhonson (2011 : 37) CTL memiliki potensi untuk membuat para siswa berminat belajar, dan seperti yang dikatakan Whitehead sebagai berikut “tidak aka nada perkembangan mental tanpa adanya minat. Minat adalah dasar dari perhatian dan pemahaman (Whitehead, 1929b/1967 : 31 dalam Jhonson : 37)”.
7
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok, 4).Menyajikan hasil penyelidikan, dan 5). Menganilisis dan mengevaluasi penjelasan fenomena yang disajikan di fase I (Yudiana, 2009 : 24).
Penelitian tentang model PBF inidilakukanoleh Bojovic (2003 : 1) dalam jurnalnya yang berjudul “physical phenomena in preschool and elementary
education teaching and learning”menyatakan bahwa :
“Physics as an exact science requires at times a high degree of abstract thinking, but also provides very clear and pure premises as the basis for deductions.Its logically and well organized contents and precepts when adapted to school-age level are source of great intellectual stimulation and contribute to cognitive development in a broad sense. This should be kept in mind when teaching about physical phenomena to very young children,… .”
Fisika sebagai ilmu pasti membutuhkan waktu yang cukup lamauntuk berpikir abstrak, tetapi juga menyediakan tempat yang sangat jelas dan murni sebagai dasar untuk pengambilan kesimpulan. Isinya logis dan terorganisasi dengan baik dan dapatpembelajrannya disesuaikan dengan tingkat usia sekolah sebagai sumber stimulasi intelektual yang besar dan berkontribusi terhadap perkembangan kognitif dalam arti luas. Hal ini harus diingat ketika mengajarkan tentang fenomena fisika kepada anak-anak yang sangat muda, .... ".
Penampilan fenomena yang menarik dapat menambah minat belajar siswa sehingga meningkatkan kemampuan kognitifnya. Penelitian lainya dilakukan oleh Yudiana (2009) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Fluida
Statik,Asih (2010) dengan judul Model Pembelajaran Berbasis Fenomena
Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Pembiasan Cahaya SiswaSMP, serta Kaniawati (2010) dalam jurnal yang
berjudul Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena untuk Mengembangkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Pebelajar, menunjukan hasil
yang positif dalam menerapkan model PBF terutama jika dibandingkan dengan hasil dari pembelajaran tradisional.
8
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fenomena terhadap kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini diberi judul
“Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa sebagai impak
penerapanmodel PBFpada materi fluida statis?
2. Bagaimana profil peningkatan setiap aspek kemampuan kognitif siswa sebagai impak penerapan model pembelajaran fisika berbasis fenomena pada materi fluida statis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif siswa sebagai impak penerapanmodel PBF pada materi fluida statis.
2. Mendapatkan gambaran tentang profil peningkatan setiap aspek kemampuan kognitif siswa sebagai impak penerapanmodel PBF pada materi fluida statis.
D. Manfaat Penelitian
36 Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, populasi, lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, serta teknik pengolahan data.
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experiment, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui impak penggunaan model pembelajan fisika berbasis fenomena terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa. Dalam penelitian ini tidak digunakan kelas pembanding sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One group pre-test and post-test design seperti ditunjukan pada Gambar 3.1.
Tes Awal
Bagan One Group Pre-Test And Post-Test Design
Pada desain ini pertama-tama siswa diberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan kognitif awal mereka.Kemudian siswa diberi perlakukan (treatment) berupa pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Fisika Bebasis Fenomena.Setelah itu siswa diberi tes akhir (post-test) untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah diberi perlakuan.Berdasarkan skor pretest dan posttest dapat dihitung peningkatan kemampuan kognitif siswa sebagai penerapan
37
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA di Kabupaten Garut semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Sampel pada penelitian adalah siswa kelas XI IPA 6 sebanyak 42 orang yang dipilih dengan tehnik clusterrandom sampling. Tehnik ini dipilih dengan alasan karena disetiap kelas memiliki kelompok-kelompok (cluster) yang mengandung unsur karakteristik yang hampir serupa(Arikunto 2006 :141). selamakarakteristik tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang mempunyai pengaruh terhadap hasil penelitian.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap berbagai istilah, maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
38
2. Kemampuan kognitif didefinisikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk dapat mengolah perolehan belajarnya. Kemampuan kognitif siswa pada penelitian ini berdasarkan kepada kemampuan kognitif Bloom yang direvisi Anderson dan Krathwohl (2001 : 98). Pada penelitian ini hanya ditinjau empat ranah, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4) Dari enam ranah kognitif yang diklasifikasikan olehAnderson dan Krathwohl (2001 : 98). Kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah diberi perlakukan (treatment) berupa pembelajaran menggunakan model PBF diukur menggunakan tes kemampuan kognitif dengan bentuk tes objektif jenis pilihan ganda yang mengacu pada masing-masing indikator ranah kognitif tersebut. Peningkatan kemampuan kognitif antara sebelum dan sesudah penerapan model PBF ditentukan dengan rata-rataskor gain yang dinormalisasi (<g>) yang dihitung dengan menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh Hake (1998 : 65).
E. Instrumen Penelitian
1. Tes Kemampuan Kognitif
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan kognitif konsep fisika berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang disediakan. Jumlah soal untuk tes kemampuan kognitif ini adalah tigapuluh lima butir terdiri dari soal untuk materi tekanan hidrostatik, materi hukum Pascal dan materi hukum Archimedes. Setiap soal menuntut siswa mampu: (1) mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasikan, dan (4) menganalisis. Keempat kemampuan tersebut sesuai dengan indikator kemampuan kognitif yang dikembangkan oleh Anderson dan Krathwohl (2001 : 98). Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah treatment diberikan.
39
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembedanya, agar memenuhi soal yang berkualitas baik.
a) Validitas Butir Soal
Validitas berhubungan dengan ketepatan atau kesahihan instrumen yaitu kesesuaian tujuan dengan alat ukur yang digunakan. Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas konstruk dan isi dengan cara meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang
disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta memberikan tanggapan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli memberikan pendapat: instrumen yang disusun tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah ahli yang dilibatkan dalam validitas soal ini adalah sebanyak tiga orang. Pengujian validitas konstruksi dan isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara konstruksi dan isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan dan indikator dalam ranah kemampuan kognitif. Penilaian kedua validitas tes kemampuan kognitif tersebut menggunakan lembar validasi. Dalam lembar validasi tersebut ada dua aspek yang dinilai oleh dosen ahli, yaitu kesesuaian butir soal dengan konsep, dan kesesuaian butir soal dengan aspek kemampuan kognitif. Apabila penilaian dari dosen ahli terhadap masing-masing aspek tersebut sesuai, maka penilai memberi tanda ceklis (√) pada kolom sesuai sedangkan apabila penilaiannya tidak sesuai maka penilai memberi tanda ceklis (√) pada kolom yang tidak sesuai. Lembar validasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran F.4.
b) Reliabilitas Tes
40
sama dengan selang waktu antara uji coba pertama dan uji coba kedua adalah satu minggu. Hasil uji coba tersebut kemudian dikorelasikan antara hasil ujicoba yang pertama dengan hasil uji coba yang kedua. Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi tersebut yaitu rumus pearson product moment dengan angka kasar Arikunto (2010 : 72).
= −( )( )
2−( )2 2− 2 … … … …
(3.1)
dengan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X : skor hasil tes pertama
Y : skor hasil tes kedua
Besar koefisien reliabilitas yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai dengan Tabel 3.1
Tabel 3.1
Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Angka Kasar Rentang koefisien reliabititas
(rxy)
Kriteria
0,8 < rxy ≤ 1,0 Sangat tinggi 0,6 < rxy ≤ 0,8 Tinggi 0,4 < rxy ≤ 0,6 Cukup 0,2 < rxy ≤ 0,4 Rendah
0,0 ≤ rxy ≤ 0,2 Sangat rendah
c) Tingkat Kemudahan
Soal tes yang baik adalah soal tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto 2010 : 208). Bilangan yang menunjukan tingkat kemudahan sebuah tes dinamakan indeks kemudahan. Untuk menghitung indeks kemudahan digunakan rumus :
41
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dengan :
P : indeks kemudahan
B : banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Besar tingkat kemudahan yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai dengan Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Interpretasi Indeks Tingkat Kemudahan Butir Soal Nilai Indeks
Kemudahan
(P)
Kriteria
0.00 – 0.30 Sukar
0.31 – 0.70 Sedang
0.71 – 1.00 Mudah
Arikunto (2010 : 208) d) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah(Arikunto 2010 : 213). Angka yang menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menghitung besarnya indeks daya pembeda butir soal pada penelitian ini ditentukan dengan rumus :
� = − … … … …(3.3)
Dengan :
D : Indeks diskriminasi
42
JA :banyaknya siswa kelompok atas JB :banyaknya siswa kelompok bawah
Besarnya nilai diskriminasi (D) yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai klasifikasi daya pembeda pada Tabel 3.3
Tabel 3.3
Klasifikasi Nilai Daya Pembeda Butir Soal
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00<DP≤0,20 Buruk (poor)
0,20<DP≤0,40 Sedang (satisfactory) 0,40<DP≤0,70 Baik (good)
0,70<DP≤1,00 Baik sekali (excellent) (Arikunto 2010 : 213)
e) Hasil Judgment Dan Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Berdasarkan hasil judgment keempat puluh butir soal tes kognitif, diperoleh hasil bahwa konten pada keempat puluh butir soal tes kognitif yang disusun memiliki kesesuaian dengan materi ajar yang dibahas kesesuaian dengan materi ajar yang dibahas, dan konstruksinya sesuai dengan indikator kemampuan kognitif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keempat puluh butir soal tes kognitif tersebut memiliki validitas isi dan validitas konstruksi, sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Perhitungan dan analisis lengkap dari hasil judgment tes kemampuan kognitif dapat dilihat pada Lampiran B.4.
43
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kota Garut. Kegiatan uji coba instrumen ini dibuktikan dengan surat keterangan telah melasanakan penelitian nomor 420/232/SMAN.5/XI/2013 dan dapat dilihat pada Lampiran G.1. Uji coba instrumen dilakukan dua kali dalam selang waktu 1 minggu dari uji instrumen pertama ke uji instrumen ke dua dengan materi bahasan fulida statis. Jumlah instrumen yang diujikan sebanyak empat puluh butir soal pilihan ganda. Adapun instrumen tes yang diujicobakan tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.2.Berikut rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes kemampuan kognitif disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Tingkat Kemudahan Butir Soal, Daya Pembeda Butir Soal, dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Soal
Tingkat Kemudahan Daya Pembeda
Ket Nilai Kategori Nilai Kategori
44
No Soal
Tingkat Kemudahan Daya Pembeda
Ket Nilai Kategori Nilai Kategori
15 0,50 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 16 0,45 Sedang 0,36 Sedang Dipakai 17 0,50 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 18 0,18 Sukar 0,36 Sedang Dipakai 19 0,32 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 20 0,05 Sukar 0,27 Sedang Dipakai 21 0,3 Sukar -0,5 Sangat
jelek Dibuang 22 0,41 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 23 0,45 Sedang 0,36 Sedang Dipakai 24 0,36 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 25 0,77 Mudah 0,27 Sedang Dipakai 26 0,50 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 27 0,64 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 28 0,14 Sukar 0,27 Sedang Dipakai 29 0,41 Sedang 0,27 Sedang Dipakai 30 0,64 Sedang 0,73 Baik
sekali Dipakai 31 0,55 Sedang 0,27 sedang Dipakai 32 0,27 Sukar 0,21 Sedang Dipakai 33 0,14 Sukar -0,09 Sangat
45
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No
Soal
Tingkat Kemudahan Daya Pembeda
Ket Nilai Kategori Nilai Kategori
37 0 Sukar 0 Jelek Dibuang
38 0 Sukar 0 Jelek Dibuang
39 0,59 Sedang 0,45 Baik Dipakai 40 0,73 Mudah 0,55 Baik Dipakai
Untuk perhitungan lebih lengkap dari tingkat kemudahan, daya pembeda dan reliabilitas tes kemampuan kognitif bisa dilihat pada Lampiran B.3. Dari digunakan telah disusun kembali dan dikelompokkan kedalam empat aspek yaitu aspek mengingat, memahami, mengaplikasikan dan menganalisis. Hal ini bertujuan untuk keperluan analisis peningkatan kemampuan dalam ranah kognitif menggunakan taksonomi Anderson, et al., (2001 : 98). Adapun distribusi soal tiap aspek tersebut dapat di lihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5
Distribusi Soal Kemampuan Kognitif Fluida Statik Aspek
Kognitif
Nomor Soal Jumlah
Soal
46
Aspek
Kognitif
Nomor Soal Jumlah
Soal
Mengaplikasi (C3) 4,11,12,13,20,25,32,34,35,36,39 11 Menganalisis (C4) 7,9,14,15,22,29,31,40 8
2. Lembar Observasi
Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati sejauh mana keterlaksanaan model PBF dalam proses pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan model PBF yang digunakan ada dua, yaitu lembar observasi oleh guru dan oleh siswa. Pada masing-masing lembar tersebut terdapat tahapan-tahapan dari model pembelajaran yang digunakan. Lembar observasi ini berbentuk rating scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan siswa yang diobservasi mengenai keterlaksanaan model pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan.Lembar observasi yang dimaksud dapat dilihat pada Lampiran F.1 dan F.2.
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran fisika yang terjadi di kelas, kendala apa yang dirasakan guru selama pembelajaran dan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif fisika siswa disekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
47
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji. Selain itu studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator ranah kognitif konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan. Selain itu, yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan penelitian. Dari kajian terhadap SK dan KD akan diperoleh konsep-konsep fluida statik yang akan dituangkan dalam materi pokok melalui penjabaran indikator-indikator.
d. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.
e. Membuat dan menyusun instrumen penelitian
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, skenario pembelajaran menggunakan model pembelajaran fisika berbasis fenomena, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar keterlaksanaan model pembelajaran fisika berbasis fenomena oleh guru dan siswa.
g. Melakukan judgement instrumen oleh tiga orang dosen ahli, untuk mengetahui validitas instrumen tes kemampuan kognitif yang akan digunakan.
h. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
Instrumen penelitian sebelum digunakan, dilakukan uji uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kemudahan. Pengujian instrumen penelitian dengan teknik test-retest yang diujicobakan pada siswa kelas XII di salah satu SMA negeri di Kabupaten Garut.
g. Menganalisis hasil judment dan uji coba instrumen penelitian kemudian menentukan soal tes yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :
48
b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran fisika berbasis fenomena pada pembelajaran serta mengobservasi jalannya pembelajaran dengan bantuan observer.
c. Memberikan tes akhir (post-test) untuk mengukur peningkatan kemampuan dalam ranah kognitif siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
3. Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Mengolah data hasil tes awal (pre-test) dantes akhir (post-test).
b. Menghitung nilai N-Gain dari data skor tes kemampuan kognitif sebelum dan setelah diberi perlakuan.
c. Menganalisis data N-Gain untuk melihat besar peningkatan kemampuan dalam ranah kognitif siswa sebagai impak penerapan model PBF.
d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.
49
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Pre-test
Observasi Keterlaksanaan
Model Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian: Uji Tingkat Kemudahan, Uji Daya
Pembeda, dan Uji Reliabilitas
Penerapan Model Pembelajaran Fisika
Berbasis Fenomena dalam kegiatan belajar
mengajar
Post-test
Pembuatan Instrumen Penelitian (Tes Kemampuan Kognitif Fluida Statik) dan
Perangkat Pembelajaran (RPP LKS dan Lembar Lembar keterlaksanaan model
pembelajaran fisika berbasis fenomena oleh guru dan siswa.
Judgementvaliditas Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Studi Literatur
Studi Lapangan
Studi Kurikulum
Rumusan Masalah
50
Tahap Akhir
Gambar 3.2 Alur Penelitian
G. Teknik Pengumupulan dan Analisis Data 1. Pemberian Skor
Penskoran hasil tes kemampuan kognitif siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor satu jika jawaban benar, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.
2. Peningkatan Gain yang Dinormalisasi kemampuan kognitif siswa Setelah skor tes masing-masing siswa baik untuk pre-test maupun post-test diketahui, kemudian dilakukan perhitungan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi untuk menentukan kategori peningkatan kemampuan kognitif siswa.
Untuk menghitung rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) digunakan persamaan yang dirumuskan oleh Hake (1998 : 65) sebagai berikut:
< �> =<�> − < �>
< �> − <�> …(3.4)
Interpretasi persen rata-rata gain yang dinormalisasi disajikan seperti pada Tabel 3.6
Tabel 3.6
Interpretasi KategoriRata-rata Gain yang Dinormalisasi Rata-rata Gain yang Dinormalisasi
<� >
Kategori Pengolahan Data
51
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
� > 70 Tinggi
70 ≥ � ≥ 30 Sedang
� < 30 Rendah
3. Analisis data hasil lembar observasi
Data mengenai pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran fisika berbasis fenomena merupakan data hasil observasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung keterlaksanaan model PBF. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan :
% =
ℎ 100%…(3.5)
Untuk menginterpretasi kategori keterlaksanaan model PBF digunakan kriteria seperti pada Tabel 3.7
Tabel 3.7
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Fenomena
KM (%) Kriteria
52
73 Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkanhasilpenelitian, analisis data, danpembahasan yang telahdikemukakanpadababsebelumnya,
secaraumumdapatdikemukakankesimpulan yang diperolehdan saran yang mudah-mudahanbermanfaatseperti yang dikemukakanberikutini.
A. KESIMPULAN
Berdasarkanpenelitian yang dilakukanterhadapsiswakelas XI IPA suatu
SMA Negeri di kotaGarutmengenai “Penerapan Model
PembelajaranFisikaBerbasisFenomenaUntukMeningkatkanKemampuanKognitifS
iswa SMA” diperolehkesimpulansebagaiberikut :
Adapunpeningkatankemampuankognitifpadatiapaspeknyaantaralain : 1. Kemampuankognitifsiswasecaraumummengalamipeningkatandengankateg
orisedangsebagaiimpakpenerapan model
pembelajaranfisikaBerbasisFenomenapadameterifluidastatis. Hal inidiindikasikandenganperolehan rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) sebesar0,51meningkatdengankategorisedang.
2. Setiapaspekkemampuankognitifsiswasiswamengalamipeningkatansebagaii
mpakpenerapan model
pembelajaranfisikaBerbasisFenomenapadameterifluidastatis. Peningkatansetiapaspekkemampuankognitifadalahsebagaiberikut
74
Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatdengankategorisedang yang diindikasikandenganperolehanskor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)sebesar0,47.
B. REKOMENDASI
Berdasarkankeseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran, diantaranya:
1. Padapenelitianinikemampuankognitif yang dilatihkankepadasiswahanyakemampuansiswauntukmembuatmengingat, memahami, mengaplikasikan, danmenganalisis. Akan tetapi, siswatidakdilatihkankemampuanuntukmengevaluasidanmembuat.
Olehkarenaituperlupenelitianlebihlanjutuntukmengetahuikemampuansiswa dalammengevaluasidanmembuat.
2.
Lembar observasi yang digunakan harus lebih spesifik supaya bisa menjaring informasi setiap kegiatan siswa yang melatihkan setiap aspek kemampuan kognitif. Selain itu perlu adanya angket tanggapan siswa untuk menjaring informasi tentang hal-hal yang mendukung peningkatan setiap aspek kemampuan kognitif.3.
Observasipelaksanaanpembelajaranjanganhanyamengandalkanlembarobser vasisaja,sebaiknyajugadilengkapidenganrekamanpelaksanaanpembelajaransehingga data hasilobservasidapatterlihatdenganmaksimal.
75 Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Ajeyalemi, D.A.(1993). Teacher Staregies Used by Exemplary STS Teachers What Research Says to The Sains Teaching, VII.WashingtonDC:National
Science Teacher Assosiation.
Anderson, O. W. danKrathwohl, D. R. (2001).A taxonomy for learning, teaching and assessing. New York: Longman
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2013).ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta:
RinekaCipta.
Asih, Y.R (2011). Model
PembelajaranBerbasisFenomenaDenganPendekatanInkuiriTerbimbing
UntukMeningkatkanPemahamanKonsepPembiasanCahayaSiswaSM.
Skripsi Pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Barrows, H.S.Tamblyn, R.M. (1980).”Problem Base Laerning : an approach to medical education “. New York : Springer Publishing Company, Inc.
Billet, S. (1996). Toward a Model of Workplace Learning :Tthe Learning Curriculum.Studies in continuing, 18(1), 43-58.
Bojovic, V (2003). “Physical Phenomena In Preschool and Elementary Education
Teaching and Learning Activities”.
hhtp://web.uniud.it/cird/girepseminar2003/abstract/pdf/bojovic.pdf Darliana.(2008). Analisisobjekdanfenomenafisika SMP
danpembelajarannya.Bandung : PMPTK-P4TKIPA.
Depdiknas (2007).KemampuanKognitif. [online]. Tersedia: http://education-vionet.blogspot.com/2012/04/pengertian-kemampuan-kognitif.html.
76
76 Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Depdiknas.(2006). Kurikulum 2006 Sains SD dan MI. Jakarta: Depdiknas.
Gipps, C. (1994). What We Know about Effective Primary Teaching. Dalam Jill Bourne (Ed).ThingkingThrough Primary Practice. London : The Open University.
Hake, R. R (1998).“ Analyzing Change/Gain Score”. Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.
Huda, M.I (2013). “PenerapanPembelajaranPenemuan (Discovry Learning)
UntukMeningkatkanPemahamanKonsepFisikaSiswa SMP”.Skripsi Pada
FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Jonassen, D.H. (1991). Objectivism versus Constructivision : Do We Need A New
Philosophical Paradigm? Educational Technology Research And
Development, 39(3), 5-14.
Kaniawati, I. (2010). Model
PembelajaranFisikaBerbasisFenomenauntukMengembangkanPemaham
anKonsepdanKeterampilan Proses SainsPebelajar. Bandung :LPPM
UPI. Tidakditerbitkan.Diunduh : 3/25/2014
http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/1257/model-pembelajaran-fisika-
berbasis-fenomena-untuk-mengembangkan-pemahaman-konsep-dan-keterampilan-proses-sains-pebelajar.
Karim A. Karhami, S. (1998). Panduan Pembelajaran Fisika SLTP. Depdikbud. Margo, M C. (1997). Sience and Technology. Manila. The Book Media Press. Mayer, RE. (1992). Cognition and Instruction : Their Historic Meeting Whitin
Educational Psychology. Journal of Education Psychology, 84(4) 405-412.
77
77 Haerani Giantika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasisi Fenomena untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mudjiono&Dimyati (2006).“BelajardanPembelajaran”.Jakarta :DepartemenPendidikandanKebudayaan, RinekaCipta
Munaf, S. (2001). “EvaluasiPendidikanFisika”. Bandung :JurusanPendidikanFisikaFakultasPendidikanMatematikadanIlmuPengeta huanAlamUniversitasPendidikan Indonesia.
Panggabean, L. (2001). “StatistikaDasar”. Bandung: JICA
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54. (2013). Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Riduan. (2012). Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jakarta: Alfabeta Rutherford, F.J &Ahlgren, A.(1990). Science for all Amecinans.New York Oxferd
University Press.
Sanjaya, W. (2013).StrategiPembelajaran: BerorirntasiStandar Proses Pendidikan.
Jakarta: KencanaPrenada Media Group
Suhandi, A. (2010).Seminar NasionalTentangInovasiPembelajaran MIPA di Era