• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari prestasi dan minat belajar matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri siswa kelas X-6 SMA Kolese de Britto Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari prestasi dan minat belajar matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri siswa kelas X-6 SMA Kolese de Britto Yogyakarta."

Copied!
392
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Veronika Ines Nugraheni (131414032). “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) DITINJAU DARI PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS X-6 SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juni 2017.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Inividualization (TAI), mengetahuiprestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI danmengetahui minat belajar siswa selama mengikuti pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif-kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 35 orang siswa. Topik pembelajaran yang diteliti adalah perbandingan trigonometri. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 kali pertemuan. Instrumen data yang digunakan oleh peneliti terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa, angket keterlaksanaan pembelajaran, angket minat belajar siswa, tes prestasi belajar siswa, dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan hasil angket keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Inividualization (TAI) termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 85,7%. Berdasarkan hasil observasi pengamat, seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah terlaksana dengan persentase keterlaksanaan aktivitas guru sebesar 96% dan persentase keterlaksanaan aktivitas siswa sebesar 94,8%. (2) Berdasarkan hasi tes prestasi, seluruh siswa kelas X-6 mengalami kenaikan prestasi belajar sebesar 45,62%. Sebesar 60% siswa telah berhasil mendapatkan nilai diatas KKM (75).(3) Berdasarkan hasil angket minat siswa,sebesar 57,14% siswa memiliki minat sangat tinggi dan sebesar 42,26% siswa memiliki minat yang tinggi.Berdasarkan hasil tersebut, kategori minat belajar yang dimiliki oleh siswa kelas X-6 terhadap pembelajaran ini adalah tinggi.

(2)

viii

Veronika Ines Nugraheni (131414032). “THE IMPLEMENTATION OF

COOPERATIVE LEARNING TYPE TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) REVIEWED BY ACHIEVEMENT AND INTEREST OF LEARNING MATHEMATICS ON THE TOPIC OF COMPARATIVE TRIGONOMETRY IN GRADE X-6 STUDENT OF KOLESE DE BRITTO SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA”. Thesis of Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta, June 2017.

The purpose of this research is to describe the implementation of mathematics learning which apply cooperative learning model of Team Assisted Inividualization (TAI) type, knowing student achievement after following learning of mathematics applying cooperative learning model of TAI type and to know the interest of student learning during learning mathematics applying cooperative learning model Type TAI.

This type of research is descriptive quantitative-qualitative. The subjects of the study were X-6 students of SMA De Britto College of Years Class of 2016/2017 consisting of 35 students. The study topics studied were the comparison of trigonometry. This research was conducted for 5 meetings. The data instrument used by the researcher consist of observation sheet of teacher and student activity, questionnaire of learning implementation, questionnaire of student learning interest, student achievement test, and interview guidance.

The result of the research shows that (1) based on the result of the implementation of mathematics learning with cooperative learning model of (TAI) type included in very good category with percentage equal to 85,7%. Based on the observer observation, all learning activities conducted in accordance with the activities planned in the Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) have been done with the percentage of activity of teachers is 96% and the percentage of the implementation of students activity by 94.8%. (2) Based on the result of achievement test, all students of X-6 class have an increase in learning achievement of 45.62%. As many as 60% of students have managed to score above KKM (75). (3) Based on the questionnaire of student interest, 57.14% of students have very high interest and 42.26% of students have high interest. Based on these results, the interest categories of learning that are owned by students of X-6 class on this learning is high.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

DITINJAU DARI PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS X-6 SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Veronika Ines Nugraheni NIM: 131414032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

DITINJAU DARI PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS X-6 SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Veronika Ines Nugraheni NIM: 131414032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

So do not fear, for I am with you do not be dismayed, for I am your God.

I will Strengthen you and help you I will uphold you with my righteous right hand.

(Isaiah 41:10)

Everything comes to you in the right moment.Be patient. Be Grateful.

Dengan penuh rasa syukur karya ini ku persembahkan untuk:

Allah Bapa dan Bunda Maria

Yang selalu menyertai dan mendoakan dalam setiap langkahku, memberikan kekuatan dan kasih yang tak berkesudahan.

Bapakku Bonivasius Wahyu Nugraha dan Ibuku Ambrosia Sri Mulyani, Yang selalu memberikan doa, cinta, kasih sayang, pendampigan, semangat dan

dukungan.

Adikku Laurensius Julian Trisna Nugraha Yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

(8)
(9)
(10)

vii

Veronika Ines Nugraheni (131414032). “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) DITINJAU DARI PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS X-6 SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juni 2017.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Inividualization (TAI), mengetahuiprestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI danmengetahui minat belajar siswa selama mengikuti pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif-kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 35 orang siswa. Topik pembelajaran yang diteliti adalah perbandingan trigonometri. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 kali pertemuan. Instrumen data yang digunakan oleh peneliti terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa, angket keterlaksanaan pembelajaran, angket minat belajar siswa, tes prestasi belajar siswa, dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan hasil angket keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Inividualization (TAI) termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 85,7%. Berdasarkan hasil observasi pengamat, seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah terlaksana dengan persentase keterlaksanaan aktivitas guru sebesar 96% dan persentase keterlaksanaan aktivitas siswa sebesar 94,8%. (2) Berdasarkan hasi tes prestasi, seluruh siswa kelas X-6 mengalami kenaikan prestasi belajar sebesar 45,62%. Sebesar 60% siswa telah berhasil mendapatkan nilai diatas KKM (75).(3) Berdasarkan hasil angket minat siswa,sebesar 57,14% siswa memiliki minat sangat tinggi dan sebesar 42,26% siswa memiliki minat yang tinggi.Berdasarkan hasil tersebut, kategori minat belajar yang dimiliki oleh siswa kelas X-6 terhadap pembelajaran ini adalah tinggi.

(11)

viii

Veronika Ines Nugraheni (131414032). “THE IMPLEMENTATION OF

COOPERATIVE LEARNING TYPE TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) REVIEWED BY ACHIEVEMENT AND INTEREST OF LEARNING MATHEMATICS ON THE TOPIC OF COMPARATIVE TRIGONOMETRY IN GRADE X-6 STUDENT OF KOLESE DE BRITTO SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA”. Thesis of Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta, June 2017.

The purpose of this research is to describe the implementation of mathematics learning which apply cooperative learning model of Team Assisted Inividualization (TAI) type, knowing student achievement after following learning of mathematics applying cooperative learning model of TAI type and to know the interest of student learning during learning mathematics applying cooperative learning model Type TAI.

This type of research is descriptive quantitative-qualitative. The subjects of the study were X-6 students of SMA De Britto College of Years Class of 2016/2017 consisting of 35 students. The study topics studied were the comparison of trigonometry. This research was conducted for 5 meetings. The data instrument used by the researcher consist of observation sheet of teacher and student activity, questionnaire of learning implementation, questionnaire of student learning interest, student achievement test, and interview guidance.

The result of the research shows that (1) based on the result of the implementation of mathematics learning with cooperative learning model of (TAI) type included in very good category with percentage equal to 85,7%. Based on the observer observation, all learning activities conducted in accordance with the activities planned in the Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) have been done with the percentage of activity of teachers is 96% and the percentage of the implementation of students activity by 94.8%. (2) Based on the result of achievement test, all students of X-6 class have an increase in learning achievement of 45.62%. As many as 60% of students have managed to score above KKM (75). (3) Based on the questionnaire of student interest, 57.14% of students have very high interest and 42.26% of students have high interest. Based on these results, the interest categories of learning that are owned by students of X-6 class on this learning is high.

(12)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan arahan serta masukan yang sangat membantu peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Hongki Julie, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas segala bimbingan dan bantuannya.

(13)

x

membimbing, dan memberikan kritik serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Ag. Prih Adiartanto, S.Pd., M.Ed. selaku Kepala SMA Kolese De Britto Yogyakarta, yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Bapak F.X. Catur Supatmono, S.Pd. selaku Guru Pelajaran Matematika Kelas X-6 dan X-7 yang selalu membimbing, mendampingi, dan membantu penulis melaksanakan penelitian.

10.Seluruh siswa kelas X-6 dan X-7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta atas kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.

11.Bapak, Ibu, Adik yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih, dan semangat kepada penulis.

12.Stefani, Verlita, Tyas, Fantri, sahabat suka dan duka yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan bantuan kepada penulis.

13.Andri, Dora, Anton, teman satu kelompok bimbingan yang telah memberikan dukungan, semangat, kritik dan sarankepada penulis

14.Cahyo dan Detta, yang telah memberikan kritik dan saran, serta membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

15.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika angkatan 2013.

(14)
(15)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Penjelasan Istilah ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Kajian Pustaka ... 13

1. Matematika ... 13

2. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 14

(16)

xiii

5. Minat Belajar ... 30

6. Model Pembelajaran ... 36

7. Model Pembelajaran Kooperatif ... 37

8. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization ... 44

9. Materi Perbandingan Trigonometri di Semua Kuadran ... 54

B. Kerangka Berpikir ... 70

BAB III METODE PENELITIAN... 73

A. Jenis Penelitian ... 73

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 74

C. Tempat Penelitian... 74

D. Metode Pengumpulan Data ... 74

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 78

F. Instrumen Pengajaran ... 85

G. Keabsahan Data ... 87

H. Uji Coba Instrumen ... 93

I. Teknik Analisis Data ... 103

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN SERTA RANGKUMAN PENELITIAN ... 108

A. Pelaksanaan Penelitian ... 108

B. Hasil Penelitian ... 124

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 127

D. Rangkuman Hasil Analisis Data dan Pembahasan... 168

BAB V PENUTUP ... 175

A. Kesimpulan ... 175

B. Kelebihan dan Kekurangan ... 176

C. Saran ... 177

DAFTAR PUSTAKA ... 180

(17)

xiv

Halaman

Tabel 2.1 Tanda – tanda Perbandingan Trigonometri ... 59

Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa di kelas ... 78

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Keterlaksanaan Pembelajaran ... 80

Tabel 3.3 Kisi – kisi Angket Minat Belajar ... 81

Tabel 3.4 Kisi – kisi Tes Prestasi Belajar Siswa ... 83

Tabel 3.5 Kisi – kisi Tes Formatif Siswa Kisi – kisi Lembar Observasi ... 84

Tabel 3.6 Pedoman Alokasi RPP ... 86

Tabel 3.7 Pedoman penyusunan LKS ... 87

Tabel 3.8 Intepretasi Tingkat Validasi ... 89

Tabel 3.9 Intepretasi Tingkat Reliabilitas ... 91

Tabel 3.10 Intepretasi Tingkat Kesukaran Soal ... 92

Tabel 3.11 Intepretasi Tingkat Daya Beda ... 93

Tabel 3.12 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Siswa Kelas X-7 ... 94

Tabel 3.13 Data Skor Tiap Butir Soal Tes Formatif 1 ... 95

Tabel 3.14 Data Skor Tiap Butir Soal Tes Formatif 2 ... 96

Tabel 3.15 Data Skor Tiap Butir Soal Pre Tes ... 97

Tabel 3.16 Rangkuman Hasil Validitas Isi ... 98

Tabel 3.17 Rangkuman validitas tes Formatif 1 ... 98

Tabel 3.18 Rangkuman validitas Formatif 2 ... 99

Tabel 3.19 Rangkuman validitas tes pre tes ... 100

Tabel 3.20 Rangkuman Reliabilitas Soal ... 101

Tabel 3.21 Rangkuman Tingkat Kesukaran tes formatif 1 ... 101

Tabel 3.22 Rangkuman Tingkat Kesukaran tes formatif 2 ... 101

Tabel 3.23 Rangkuman Tingkat Kesukaran pre tes ... 102

Tabel 3.24 Hasil daya beda soal tes formatif 1 ... 102

Tabel 3.25 Hasil daya beda soal tes formatif 2 ... 103

Tabel 3.26 Hasil daya beda soal Pre-tes... 103

(18)

xv

Tabel 3.29 Kategori Minat Siswa... 106

Tabel 3.30 Kategori Jumlah Minat Belajar Siswa ... 106

Tabel 4.1 Kegiatan Selama Penelitian ... 109

Tabel 4.2 Nilai Pre-tes, Tes Formatif I, Tes formatif II, dan Post-tes ... 125

Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Aktivitas Guru ... 128

Tabel 4.4 Rata-Rata Skor Aktivitas Guru ... 128

Tabel 4.5 Rekapitulasi Skor Aktivitas Siswa ... 129

Tabel 4.6 Rata-Rata Skor Aktivitas Siswa ... 130

Tabel 4.7 Skor Angket Keterlaksanaan Pembelajaran ... 130

Tabel 4.8 Skor Angket Respon Siswa ... 131

Tabel 4.9 Analisis Data Angket Minat Belajar Matematika Siswa ... 133

Tabel 4.10 Rangkuman Kriteria Minat Belajar Matematika Siswa ... 134

Tabel 4.11 Persentase Minat Belajar Matematika Siswa ... 134

Tabel 4.12 Kriteria Hasil Angket Minat Belajar Matematika Siswa ... 135

Tabel 4.13 Prestasi Belajar Siswa dalam Pre-tes dan Post-tes ... 148

Tabel 4.14 Hasil Evaluasi Akhir Siswa... 149

(19)

xvi

Halaman

Gambar 2.1 Sistem KoordinatCartesius di kuadran I... 55

Gambar 2.2 Perbandingan Trigonometri di Kuadran I ... 56

Gambar 2.3 Perbandingan Trigonometri di Kuadran II ... 57

Gambar 2.4 Perbandingan Trigonometri di Kuadran III ... 57

Gambar 2.5 Perbandingan Trigonometri di Kuadran IV ... 58

Gambar 2.6 Perbandingan Trigonometri yang Bertanda Positif ... 59

Gambar 2.7 Perbandingan Trigonometri untuk Sudut Negatif −� ... 60

Gambar 2.8 Perbandingan Trigonometri untuk  dan 90− ... 61

Gambar 2.9 Perbandingan Trigonometri untuk  dan 90+ ... 62

Gambar 2.10 Perbandingan Trigonometri untuksudut dan sudut 180−  ... 63

Gambar 2.11 Perbandingan Trigonometri untuk sudut  dan sudut 180+  ... 64

Gambar 2.12 Perbandingan Trigonometri untuk sudut  dan sudut 270−  ... 65

Gambar 2.13 Perbandingan Trigonometri untuk sudut  dan sudut 270+  ... 66

Gambar 2.14 Perbandingan Trigonometri untuk sudut  dan sudut 360−  ... 67

(20)

xvii

Halaman

Grafik 2.1 Langkah – langkah Pembelajaran Kooperatif... 43

Grafik 2.2 Kerangka Berpikir ... 72

Grafik 3.1 Metode Tes ... 77

Grafik 4.1 Keterlaksanaan Aktivitas Guru ... 129

(21)

xviii

Lampiran A.7 Kunci Jawaban LKK 1... 227

Lampiran A.8 LKK 2 ... 231

Lampiran A.9 Kunci Jawaban LKK 2... 233

Lampiran A.10 Kisi – kisi Tes Tertulis Siswa ... 236

Lampiran A.11 Tes Formatif I ... 237

Lampiran A.12 Kunci Jawaban dan Penskoran Tes Formatif I ... 238

Lampiran A.13 Tes Formatif II ... 239

Lampiran A.14 Kunci Jawaban dan Penskoran Tes Formatif II ... 240

Lampiran A.15 Soal Pre / Post Tes ... 241

Lampiran A.16 Kunci Jawaban dan Penskoran Pre / Post Tes ... 242

Lampiran A.17 Remidi Tes Formatif I ... 245

Lampiran A.18 Penskoran Remidi Tes Formatif I ... 246

Lampiran A.19 Remidi Tes Formatif II ... 247

Lampiran A.20 Penskoran Remidi Tes Formatif II ... 248

Lampiran A.21 Angket Keterlaksanaan Pembelajaran ... 249

Lampiran A.22 Angket Minat Siswa ... 251

Lampiran A.23 Pedoman Wawancara... 253

Lampiran A.24 Lembar Observasi ... 255

Lampiran A.25 Lembar Keberhasilan Kelompok ... 273

Lampiran A.26 Pembagian Kelompok ... 275

(22)

xix

(23)

xx

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya (UU Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003). Pendidikan erat kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan proses belajarnya secara mudah, lancar dan termotivasi (Syah, 2003:68).

(25)

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran matematika pada bulan Oktober – Desember 2016 di kelas X-6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta, guru telah memotivasi siswa untuk aktif belajar dengan menerapkan metode pembelajaran tanya jawab, ceramah, dan sesekali menggunakan metode belajar kelompok. Dari hasil pengamatan peneliti, guru belum menggunakan media pembelajaran pendukung dalam mengajar.

Dalam mengikuti pembelajaran matematika, siswa hendaknya memiliki minat, motivasi, dan kepercayan diri yang tinggi. Akan tetapi, pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebesar 50% siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran karena takut dan malu untuk mengemukakan pendapat serta kesulitan belajarnya. Siswa mengaku merasa takut, sulit memahami materi yang diajarkan, dan merasa bosan dengan pembelajaran yang kurang menarik. Siswa juga menunjukkan sikap kurang berkonsentrasi, tidak bersemangat, mengantuk bahkan ada siswa yang tertidur, bermain sendiri, sering bergurau dengan temannya ketika mengikuti pembelajaran matematika karena KBM dilaksanakan pada jam terakhir. Akibatnya, lebih dari 65% siswa belum mengoptimalkan kesempatan belajar secara individu maupun secara kelompok di kelas.

(26)

namun tidak sedikit siswa mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan dengan adanya hambatan yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar siswa seperti yang terjadi di kelas X-6. Berdasarkan nilai ulangan pertidaksamaan linear, sebesar 80% siswa belum mencapai nilai ketuntasan, demikian juga pada nilai ulangan logika sebesar 68,5% siswa belum mencapai nilai KKM. Di sisi lain, sebesar 85% siswa kelas X-6 berasal dari berbagai SMP dan daerah dengan latar belakang kemampuan, pengetahuan, motivasi, dan latar belakang sosial ekonomi yang beragam. Hal ini menyebabkan 60% siswa kelas X-6 belum sepenuhnya saling memahami sikap, karakter, dan kebiasaan teman barunya secara mendalam.

(27)

Dari berbagai macam model pembelajaran kooperatif yang ada, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) cocok diterapkan pada siswa kelas X-6 yang memiliki latar belakang masalah yang telah diuraikan. Pada umumnya model tersebut digunakan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir dan menyelesaikan suatu permasalahan pada siswa secara individu maupun secara kelompok dan dapat melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar (Slavin, 2005).

Model pembelajaran TAI dipilih untuk diterapkan pada pembelajaran matematika siswa kelas X-6 SMA Kolese De Britto agar siswa dapat mengoptimalkan kesempatan belajar secara individu maupun secara kelompok di kelas, memperdalam pemahaman materi yang diberikan guru, lebih aktif menyampaikan gagasan dan keahlian sampai benar-benar memahaminya secara individual, membuat siswa menjadi tidak bosan mengikuti pembelajaran matematika, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya serta dapat meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa.

(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran matematika di kelas X-6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Masalah-masalah tersebut antara lain:

1. Siswa kelas X-6 berasal dari berbagai SMP dan daerah yang berbeda. 2. Para siswa belum saling mengenal satu sama lain, dan belum sepenuhnya

saling memahami sikap, karakter, dan kebiasaan teman–teman barunya ini.

3. Siswa kelas X-6 memiliki latar belakang kemampuan, pengetahuan, motivasi, dan latar belakang sosial ekonomi berbeda.

4. Siswa belum memanfaatkan secara optimal kesempatan belajar mandiri maupun diskusi dengan siswa lain untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan.

5. Siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar berlangsung.

6. Siswa yang belum memahami materi tidak aktif bertanya dan cenderung tidak mengkomunikasikan pendapatnya di depan umum sehingga ide-ide yang dimiliki tidak tersalurkan dengan baik.

(29)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah sangat dibutuhkan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih efektif, efisien, sistematis, terarah, dan dapat lebih mendalam. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

2. Prestasi belajar siswa dibatasi pada nilai yang diperoleh dari pengerjaan tes prestasi belajar siswa.

3. Minat belajar siswa dibatasi oleh angket minat.

4. Materi penelitian dibatasi pada perbandingan trigonometri.

5. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perbandingan trigonometri pada siswa kelas X6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2016 / 2017?

(30)

3. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ditunjau dari minat belajar matematika pokok bahasan perbandingan trigonometri pada siswa kelas X-6 SMA Kolese De Britto Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2016 / 2017?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 2. Mendeskripsikan prestasi belajar matematika siswa kelas X-6 SMA

Kolese De Britto Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan perbandingan trigonometri yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 3. Mendeskripsikan minat belajar matematika siswa kelas X-6 SMA Kolese

De Britto Yogyakarta dalam belajar matematika pokok bahasan perbandingan trigonometri yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

F. Penjelasan Istilah

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa istilah. Penjelasan istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.

(31)

2. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

3. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar dan kemampuan yang dimiliki siswa dalam mempelajari sesuatu materi pelajaran yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi. 4. Minat belajar adalah kecenderungan individu memiliki ketertarikan, rasa

ingin tahu, perhatian dan kesenangan yang lebih terhadap sesuatu hal tanpa ada paksaan sehingga menyebabkan perubahan pada dirinya. 5. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran

yang menuntun siswa untuk dapat menjadi aktif dengan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Salah satu tipe dalama model pembelajaran kooperatif adalah Team Assisted Individualization (TAI). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Model ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. TAI dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. 6. Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigonon yang berarti tiga

(32)

hubungan dengan geometri. Dasar dari trigonometri adalah konsep kesebangunan segitiga siku-siku. Sisi-sisi yang bersesuaian pada dua bangun datar yang sebangun memiliki perbandingan yang sama. Pada geometri Euclid, jika masing-masing sudut pada dua segitiga memiliki besar yang sama, maka kedua segitiga itu pasti sebangun.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman dalam meningkatkan wawasan sebagai calon guru sehingga ketika terjun ke lapangan, peneliti dapat mempersiapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

Model pembelajaran kooperatif ini dapat dijadikan salah satu variasi dalam proses pembelajaran. Jika model pembelajaran kooperatif ini tepat digunakan, maka model ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya.

3. Bagi siswa

a. Melalui model pembelajaran ini siswa lebih melibatkan diri untuk aktif dalam proses belajar.

(33)

c. Melalui bekerja sama dalam kelompok, siswa saling membantu untuk menguasai bahan ajar, berlatih bekerjasama dalam hal yang positif, dan berlatih menjalin interaksi yang baik dengan teman. d. Melalui pembelajaran individual siswa diajarkan untuk belajar secara

mandiri, tidak menerima pelajaran secara mentah dari guru.

e. Melalui pembelajaran individual, siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya sendiri untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga ia mengalami pembelajaran secara bermakna (meaningful learning) sesuai faham konstruktivisme.

f. Siswa dapat berlatih mengemukakan pendapatnya di depan umum (meningkatkan komunikasi verbal) dan menghargai pendapat dari orang lain, serta menanggapi pendapat orang lain dengan cara yang tepat.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca khususnya dikalangan Universitas Sanata Dharma.

H. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan peneliti dalam menyusun skripsi, maka peneliti membuat sistematika penulisan skripsi. Penyusunan skripsi terdiri atas:

(34)

publikasi, halaman abstraksi, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdapat 4 bab, yaitu sebagai berikut:

a. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

b. Bab II memaparkan tentang landasan teori yang berupa kajian pustaka dan kerangka berpikir yang digunakan peneliti dalam menjalankan penelitian. Kajian pustaka berupa uraian penjelasan mengenai matematika, teori belajar dan pembelajaran, hasil belajar, prestasi belajar, minat belajar, model pembelajaran, konsep model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), materi pembelajaran perbandingan trigonometri di semua kuadran dan perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut berelasi.

(35)

d. Bab IV berisi pemaparan pelaksanaaan, hasil, analisis data, dan pembahasan penelitian.

(36)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Matematika

Menurut Lunchins dan Lunchins (Suherman, 2001), matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika. Selain itu, Tinggih (Suherman, 2001), menyebutkan bahwa matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, tetapi matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia penalaran, sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi disamping penalaran.

(37)

2. Teori Belajar dan Pembelajaran a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.

(38)

yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nati dihadapi siswa.

Pada dasarnya belajar merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2003:68). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk mendapatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku dan sikap serta mengokohkan kepribadian.

2) Unsur Belajar

Unsur belajar adalah faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar. Setiap ahli pendidikan sesuai dengan aliran teori belajar yang dianutnya memberikan aksentuasi sendiri tentang hal-hal apa yang penting dipahami dan dilakukan agar belajar benar-benar merupakan kegiatan belajar (Suyono, 2011).

a) Aliran Behaviorisme

Cronbach sebagai penganut aliran behaviorisme (1954:49-50) menyatakan dalam Sukmadinata (2004:157) adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi:

i. Tujuan

(39)

belajar atau pengalaman belajar akan efektif apabila diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.

ii. Kesiapan

Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, siswa perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.

iii. Situasi

Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar seperti tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, dan seluruh warga sekolah lainnya.

iv. Interpretasi

Interpretasi adalah melihat hubungan di antara komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. v. Respon

Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. Respon ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga usaha coba-coba (trial and error).

vi. Konsekuensi

(40)

vii. Reaksi terhadap kegagalan

Kegagalan dapat menurunkan semangat, motivasi, memperkecil usaha belajar selanjutnya. Namun dapat juga membangkitkan siswa karena siswa ingin belajar dari kegagalannya.

b) Aliran Konstruktivisme

Para konstruktivisme memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut.

i. Tujuan Belajar

Tujuan belajar yaitu membentuk makna yang diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian terdahulu yang telah dimiliki siswa.

ii. Proses Belajar

Proses belajar adalah proses konstruksi makna yang berlangsung terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau lemah.

iii. Hasil Belajar

(41)

3) Faktor yang mempengaruhi Belajar

Syah (2010: 129) menyampaikan secara global faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi Faktor-faktor fisiologis dan psikologis.

i. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. ii. Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Berikut faktor psikologis tersebut :

 Kecerdasan/intelegensi siswa

(42)

 Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar.

 Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat juga memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.

 Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).

 Bakat

(43)

bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkina besar ia akan berhasil.

 Percaya diri

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.

b) Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

i. Faktor Lingkungan Sosial

 Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi

kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

(44)

Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.

Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

ii. Faktor Lingkungan Nonsosial

Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

 Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

 Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

 Faktor materi pelajaran yang diajarkan ke siswa. Faktor ini

(45)

kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa. 4) Prinsip Belajar

Sebagai kesimpulan terhadap berbagai prinsip belajar baik menurut konsep behaviorisme, konstruktivisme dan kognitivisme, Sukmadinanta (Suyono, 2011) menyampaikan prinsip umum belajar sebagai berikut.

a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbeda tetapi erat hubungannya.

b) Belajar berlangsung seumur hidup.

c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif. d) Belajar mencangkup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu,

belajar harus mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan keterampilan hidup (life skill). Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya (psikomotor).

e) Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu. Berlangsung di sekolah, di rumah, di masyarakat, di tempat wisata, di alam sekitar, dan sebagainya.

(46)

g) Belajar yang terencana dan sengaja menuntut motivasi yang tinggi. h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai

dengan yang amat kompleks.

i) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.

j) Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.

b. Proses Belajar

Menurut Chaplin, proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiawaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara atau langkah khusus dengan beberapa perubahan yang ditimbulkan sampai tercapainya hasil tertentu (Reber, 1988). Proses belajar merupakan tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dan berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya (Syah, 2003 : 109).

Tahapan dalam proses belajar tergantung pada fase-fase belajar, berikut merupakan tahapan belajar menurut beberapa ahli:

1) Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap yaitu tahap informasi (tahap penerimaan materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahapan evaluasi (tahap penilaian materi). 2) Menurut Wittig dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses

(47)

perolehan/penerimaan informasi), storage (tahap penyimpanan informasi), dan retrieval (tahapan mendapatkan kembali informasi). 3) Menurut Bandura, setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan

peristiwa yang meliputi tahap perhatian, tahap penyimpanan dalam ingatan, tahap reproduksi dan tahap motivasi.

c. Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya(Mohamad Surya, 1995). Sedangkan Triyanto (2011) mengatakan bahwa pembelajaran adalah salah satu aspek dari kegiatan manusia secara kompleks yang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan atau dijabarkan. Secara lebih ringkas, pembelajaran merupakan produk dari interaksi yang berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman.

(48)

Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pembelajaran juga merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.

(49)

proses pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.

2) Teori Pembelajaran

Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu

a) Pengkondisian Klasik

Pengkondisian klasik adalah jenis pengkondisian di mana individu merespon beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru.

b) Pengkondisian Operan

Pengkondisian operan adalah jenis penglondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman. Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku. Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.

c) Pembelajaran Sosial

(50)

pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.

3. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan menurut Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tersebut biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Dalam proses pembelajaran guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa. Sudah pasti siswa mengharapkan mendapat hasil belajar yang baik. Maka, harus melalui proses yang optimal supaya dapat mencapai tujuan. Secara sederhana guru harus bisa membuat pelajaran yang semula sulit menjadi mudah, yang semula menakutkan menjadi menyenangkan, yang semula membosankan menjadi menarik, dan sebagainya.

(51)

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan ataupun ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran (Arifin, 2012:12).

(52)

diusahakan. Selain itu, menurut Winkel (1996: 162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari sesuatu materi pelajaran biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Faktor psikologis mempunyai peranan penting dalam pencapaian tingkat prestasi belajar. Hal ini dikarenakan faktor psikologis berhubungan dengan berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran sehingga penguasaan terhadap materi pelajaran yang disajikan lebih mudah dan efektif (Sardiman, 2001: 3).

(53)

institusi pendidikan dan prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

5. Minat Belajar a. Pengertian Minat

Sebelum mengetahui pengertian minat belajar maka kita harus mengetahui pengertian minat dan belajar. Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati pada sesuatu), keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti belajar yang berlangsung. Menurut Ahmadi (2009: 148) minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat.

(54)

b. Pengertian Minat Belajar

Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap dan berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari lingkungannya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan diperoleh dengan mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar. Faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah dorongan sosial dan dorongan emosional dari dalam individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku.

c. Ciri-ciri Minat Belajar

Menurut Elizabeth Hurlock (Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar sebagai berikut: (a) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, (b) minat tergantung pada kegiatan belajar, (c) Perkembangan minat mungkin terbatas, (d) minat tergantung pada kesempatan belajar, (e) minat dipengaruhi oleh budaya, (f) Minat berbobot emosional, (g) minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

(55)

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus,ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya, memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati, lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang lainnya, dan dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat 1) Faktor Internal

a) Motivasi

(56)

87) menyusun prinsip-prinsip motivasi yaitu perhatian, elevansi, kepercayaan diri dan kepuasan.

b) Cita-Cita

Setiap manusia memiliki cita-cita dalam hidupnya, termaksuk para siswa. Cita-cita yang mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga bisa dikatakan sebagai wujud dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang (Hull, 1952: 78).

c) Bakat

Winkel (1991: 152) menyatakan bahwa bakat merupakan kemampuan yang menonjol di suatu bidang tertentu, sedangkan Munandar (1991: 18) mengartikan bakat sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal menurut Winkel (1997) meliputi: a) Guru

(57)

b) Keluarga

Orang Tua adalah yang terdekat dalam keluarga, oleh karena itu keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran (Singer, 1987: 98).

c) Teman Pergaulan

Melalui pergaulan, siswa dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman–temannya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktivitas bersama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami (Djamarah, 1994: 98). Jadi, melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya.

d) Lingkungan

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan keluarga yang mengasuh serta membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul juga tempat bermain sehari–hari dengan keadaan alam dan iklimnya (Crow, 1988: 307).

e) Fasilitas

(58)

e. Indikator Minat

Menurut Djamarah (2002: 132) indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian.

Menurut Slameto (2010: 180) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator minat belajar tersebut diatas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu:

1) Perasaan Senang

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran.

2) Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.

3) Ketertarikan

(59)

yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.

4) Perhatian Siswa

Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi.

6. Model Pembelajaran

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut Suprijono (2010:46) Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

(60)

Pembelajaran Kontekstual (constextual teaching and learning-CTL), Model Pembelajaran Kooperatif (Coorperative learning), Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL), Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), dan Model Pembelajaran Diskusi.

7. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(61)

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, maka dapat dikesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, danguru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) yaitu:

1) Penghargaan kelompok

(62)

2) Pertanggung jawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yanng saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005) bahwa tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.

d. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

(63)

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3) Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. e. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Sadker (Huda, 2011: 66) menjabarkan bahwa selain meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.

(64)

2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar

3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temannyadan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti

4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbedabeda.

f. Kendala-kendala Pembelajaran Kooperatif

Slavin (Huda, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1) Free Rider

Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru berdampak pada munculnya free rider yaitu beberapa siswa yang tidak bertanggungjawab secara personal pada tugas kelompoknya. Mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman -teman satu kelompoknya yang lain. Sering kali ada anggota yang mengerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain justru “bebas berkendara”, berkeliaran

(65)

2) Diffusion of responsibility

Diffusion of responsibility (penyebaran tanggung jawab) adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih mampu”.

3) Learning a Part of Task Specialization

Beberapa model pembelajaran, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain. Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi lain yanng dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

(66)

g. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif:

Grafik 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif h. Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif

Huda (2011) memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1) Tujuan

(67)

saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.

2) Level kooperatif

Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas dengan cara memastikan bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah

3) Pola interaksi

Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok kooperatif.

4) Evaluasi

Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah.

8. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) a. Pengertian

(68)

(2005: 187) memberikan penjelasan bahwa dasar pemikiran dibalik individualisasi pembelajaran adalah bahwa para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan sebuah pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk mempelajari pelajaran tersebut dan akan gagal memperoleh manfaat dari metode tersebut. Siswa lainnya mungkin malah sudah tahu materi itu, atau bisa mempelajarinya dengan sangat cepat sehingga waktu pembelajaran yang dihabiskan bagi mereka hanya membuang waktu.

Menurut Slavin (2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif danpembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

(69)

indivisual menjadi tidak efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim–tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen. Fokus pengajarannnya adalah pada konsep-konsep yang ada dibalik algoritma yang dipelajari para siswa dalam kegiatan individual. Pengaturan seperti ini memberikan kesempatan melakukan pengajaran langsung yang tidak terdapat dalam hampir semua metode-metode pengajaran individual.

b. Karakteristik Team Assisted Individualization (TAI)

Referensi

Dokumen terkait

Siswa tidak dituntut untuk memahami dan menghubungkan informasi yang diingatnya itu dengan kehidupan sehari-hari siswa, Ratna Aini (2009:34). Hal ini

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pada masing-masing tingkat aktivitas belajar matematika (tinggi, sedang, dan rendah) pada siswa yang dikenai strategi pembelajaran

Bagi peneliti berikutnya, dapat melakukan penelitian dengan menggunakan media animasi flash dan model kooperatif tipe TAI untuk pokok bahasan yang berbeda dan

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah data prestasi belajar siswa materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang meliputi 3 aspek penilaian,

Model pembelajaran kooperatif tipe Te- am Assisted Individualization dan Bamboo Dancing dalam pembelajaran IPA materi pe- sawat sederhana diharapkan dapat memberi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif TAI dan LT, kemampuan matematik tinggi dan rendah, serta interaksinya

Kemudian dari hasil analisis yang dilakukan maka terbukti bahwa ada pengaruh yang positif penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

Fase penyajian informasi dilakukan dengan mengingatkan kembali materi prasyarat dan langkah-langkah menyelesaikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) kepada siswa. Materi