• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR KELAS XI SMK PARULIAN 1 MEDAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR KELAS XI SMK PARULIAN 1 MEDAN T.A 2014/2015."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang selalu dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.Skripsi ini berjudul“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based-Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Program Linear Kelas XI SMK Parulian 1 Medan T.A 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd, Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, dan Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, dan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku dekan FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis. Juga tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Erita Siburian, S.Pd sebagai Kepala Sekolah SMK Parulian 1 Medan serta Bapak D. Pardosi, S.Pd sebagai guru SMK Parulian 1 Medan yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian di SMK Parulian 1 Medan.

(2)

dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Adikku tersayang Lydia Natalia Marpaung, Putra M.S.P Marpaung, Nehemia Gloria Marpaung, dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan Frilly Leli Anasthasia Saragi, Etrika Tio Simanjuntak, FitriYanti Fadilla, Halimatussa’diah, Fitri Amalia Daulay, Samuel Panjaitan dan teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas dik B reguler 2010. Dan tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada abang kakak stambuk jurusan matematika Maruhum D.H Pane dan Vran Siska Barus serta rekan-rekan naposobulung HKBP Pabrik Tenun yang telah memberikan semangat dan doa, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PROGRAM LINEAR KELAS XI SMK PARULIAN 1 MEDAN T.A 2014/2015

Melda M.S Marpaung (4103111053)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based-Learningpada materi Program Linear di kelas XI AK/AP SMK Parulian 1 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based-Learning. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI AK/AP SMK Parulian 1 Medan sebanyak 43 orang.

Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal dan kesulitan awal siswa. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas XI AK/AP diperoleh 40 orang siswa (93,02%) yang mencapai nilai persentase< 65%dan 3 orang siswa (6,98%) yang mencapai nilai persentase≥ 65%(syarat ketuntasan belajar TKPM) dengan rata – rata nilai pada tes awal 9,97.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 10

1.3 Batasan Masalah 10

1.4 Rumusan masalah 11

1.5 Tujuan penelitian 11

1.6 Manfaat Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1. Masalah Dalam Matematika 13

2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 14 2.1.3. Belajar dan Pembelajaran Matematika 15

2.1.4. Model Pembelajaran 17

2.1.5. Model Pembelajaran Problem Based-Learning 18 2.1.5.1. Pengertian Pembelajaran Problem Based-Learning 18 2.1.5.2. Teori Belajar Yang Relevan dengan Model

(5)

vii

Problem Based-Learning 24

2.1.5.4. Langkah-langkah Dalam Proses Pembelajaran PBL 25 2.1.5.5 Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem

Based-Learning Dalam Pembelajaran Matematika 26

2.1.6 Program Linear 29

2.1.6.1. Konsep Dasar Program Linear 29

2.1.6.2. Sistem Pertidaksamaan Linear dengan Dua Variabel 29

2.1.6.3. Model Matematika 32

2.2. Penelitian Yang Relevan 35

2.3. Kerangka Konseptual 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 39

3.2.1. Lokasi Penelitian 39

3.2.2. Waktu Penelitian 39

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 39

3.3.1. Subjek Penelitian 39

3.3.2. Objek Penelitian 39

3.4. Prosedur Penelitian 40

3.5. Alat Pengumpul Data 47

3.5.1. Observasi 47

3.5.2. Tes 47

3.6. Teknik Analisis Data 49

3.6.1. Reduksi Data 49

3.6.2. Paparan Data 49

(6)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 56

4.1.1. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I 56

4.1.1.1. Permasalahan I 56

4.1.1.2. Alternatif Pemecahan Masalah I 57 4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 60

4.1.1.4. Observasi I 62

4.1.1.5. Analisis Data I 63

4.1.1.6. Refleksi Siklus I 68

4.1.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II 70

4.1.2.1. Permasalahan II 70

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan Masalah II 70 4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 72

4.1.2.4. Observasi II 75

4.1.2.5. Analisis Data II 76

4.1.2.6. Refleksi Siklus II 80

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 86

5.2. Saran 88

(7)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 6

pada Tes Awal Kelas X AK/AP SMK Parulian 1 Medan

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model PembelajaranProblem Based-Learning 25 Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah 28 Table 2.3 Petunjuk untuk mengarsir daerah yang memenuhi pertidaksamaan 32 Tabel 2.4 Contoh implikasi suatu ungkapan dengan tanda pertidaksamaan 33 Tabel 3.1 Teknik Pemberian Skor Tiap Langkah Pemecahan Masalah 50 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa 54 Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Awal Kelas AK/AP 56 Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Dari Kategori

Pemecahan Masalah pada TKPM I 64

Tabel 4.3 Persentase TKPM Siswa berdasarkan Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada TKPM I 64

Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Kelas AK/AP pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus I 65

Tabel 4.5 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa dari Hasil Tes Awal dengan Siklus I 66 Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 67 Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Dari Kategori

Pemecahan Masalah pada TKPM II 76 Tabel 48 Persentase TKPM Siswa berdasarkan Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada TKPM II 77 Tabel 4.9 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Kelas AK/AP

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus II 78

Tabel 4.10 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

(8)

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Tiap

Tindakan 80

(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I (Siklus I) 91

Lampiran 2 : RPP II (Siklus I) 101

Lampiran 3 : RPP I (Siklus II) 110

Lampiran 4 : RPP II (Siklus II) 120

Lampiran 5 : Lembar Aktifitas Siswa I 129 Lampiran 6 : Lembar Aktifitas Siswa II 131 Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa III 133 Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa IV 136 Lampiran 9 : Alternatif Penyelesaian LAS I 139 Lampiran 10: Alternatif Penyelesaian LAS II 141 Lampiran 11: Alternatif Penyelesaian LAS III 143 Lampiran 12: Alternatif Penyelesaian LAS IV 146 Lampiran 13: Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 149 Lampiran 14: Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 150 Lampiran 15: Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 151

Lampiran 16: Tes Kemampuan Awal 152

Lampiran 17: Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (TKPM I) 153 Lampiran 18: Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (TKPM II) 154 Lampiran 19: Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 156 Lampiran 20: Alternatif Penyelesaian TKPM I 158 Lampiran 21: Alternatif Penyelesaian TKPM II 161 Lampiran 22: Pedoman Penskoran Jawaban Siswa untuk setiap tes 167 Lampiran 23: Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal 169 Lampiran 24: Lembar Validitas TKPM I 170 Lampiran 25: Lembar Validitas TKPM II 171 Lampiran 26: Lembar Observasi Kegiatan Guru 172 Lampiran 27: Lembar Observasi Aktivitas Siswa 184 Lampiran 28: Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(10)

Lampiran 29: Tabel Hasil Tes Kemampuan Awal 191

Lampiran 30: Tabel Hasil TKPM I 194

Lampiran 31: Tabel Hasil TKPM II 197

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 40 Gambar 4.1Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Setiap

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I (Siklus I) 89

Lampiran 2 : RPP II (Siklus I) 99

Lampiran 3 : RPP I (Siklus II) 108

Lampiran 4 : RPP II (Siklus II) 118

Lampiran 5 : Lembar Aktifitas Siswa I 127 Lampiran 6 : Lembar Aktifitas Siswa II 129 Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa III 131 Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa IV 134 Lampiran 9 : Alternatif Penyelesaian LAS I 137 Lampiran 10: Alternatif Penyelesaian LAS II 139 Lampiran 11: Alternatif Penyelesaian LAS III 141 Lampiran 12: Alternatif Penyelesaian LAS IV 144 Lampiran 13: Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 147 Lampiran 14: Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 148 Lampiran 15: Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 149

Lampiran 16: Tes Kemampuan Awal 150

Lampiran 17: Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (TKPM I) 151 Lampiran 18: Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (TKPM II) 152 Lampiran 19: Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 154 Lampiran 20: Alternatif Penyelesaian TKPM I 156 Lampiran 21: Alternatif Penyelesaian TKPM II 159 Lampiran 22: Pedoman Penskoran Jawaban Siswa untuk setiap tes 165 Lampiran 23: Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal 167 Lampiran 24: Lembar Validitas TKPM I 168 Lampiran 25: Lembar Validitas TKPM II 169 Lampiran 26: Lembar Observasi Kegiatan Guru 170 Lampiran 27: Lembar Observasi Aktivitas Siswa 180 Lampiran 28: Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(13)

xiii

Lampiran 29: Tabel Hasil Tes Kemampuan Awal 186

Lampiran 30: Tabel Hasil TKPM I 189

Lampiran 31: Tabel Hasil TKPM II 192

(14)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Kenyataan menunjukkan, sebagian besar kehidupan manusia adalah berhadapan dengan masalah-masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu berhadapan dengan yang namanya masalah. Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Misalnya manusia mengharapkan sesuatu, tetapi yang terjadi berbeda dari apa yang diharapkan. Maka itu menjadi masalah, sehingga manusia berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika manusia gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, maka manusia harus mencoba menyelesaikannya dengan cara lain. Manusia harus berani menghadapi masalah untuk menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (2005: 127) yang mengemukakan bahwa:

Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian besar kehidupan kita adalah berhadapan dengan masalah-masalah. Kita perlu mencari penyelesaiannya. Bila kita gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita harus mencoba menyelesaikannya dengan cara lain. Kita harus berani menghadapi masalah untuk menyelesaikannya.

(15)

2

Kunandar (2007: 11) mengemukakan bahwa:

Dengan pendidikanlah seseorang dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan tidak kalah pentingnya macam-macam tatanan hidup baik yang berupa norma-norma, aturan-aturan positif, dan sebagainya. Pendek kata pendidikan menjadikan manusia seutuhnya baik secara lahiriah maupun batiniah. Bekal yang diperolah seseorang melalui pendidikan nantinya akan berguna bagi masa depan orang tersebut, kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa, bahkan untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Sebagai subjek dalam dunia pendidikan, siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri agar nantinya siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah. Keterampilan tersebut akan dimiliki para siswa jika guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah yang efektif kepada siswa-siswanya. Dalam bukunya Susanto (2012: 195) mengemukakan bahwa: “oleh sebab itu, siswa sebagai salah satu komponen dalam pendidikan harus selalu dilatih dan dibiasakan berpikir mandiri untuk memecahkan masalah. Karena pemecahan masalah, selain menuntut siswa untuk berpikir juga merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam matematika”.

Hal ini didukung dengan pernyataan dari Hudojo (2005: 130) yang menyatakan bahwa: “mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan”.

(16)

mencakup tiga elemen yaitu: “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat diperlukan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, mengkomunikasikan gagasan, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menumbuhkan penalaran siswa dan sangat dibutuhkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009: 253) mengemukakan bahwa:

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Besarnya peran matematika tersebut menuntut siswa harus mampu menguasai pelajaran matematika. Terutama siswa dituntut dalam menyelesaikan masalah matematika. Karena dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika maka akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. Namun pada kenyataannya, tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah sehingga berpengaruh terhadap prestasi siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Mumun Syaban (http://educare.e-fkipunlanet) :

(17)

4

siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat pertama dan Malaysia berada pada peringkat ke sepuluh.

Rendahnya hasil belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah siswa kurang tertarik untuk belajar matematika. Karena selama ini siswa sudah lebih dahulu menganggap bahwa pelajaran matematika itu merupakan pelajaran yang sulit karena menggunakan symbol dan lambang yang dimaknai dengan penghafalan rumus. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2009: 251) yang mengemukakan bahwa: “banyak siswa yang memandang matematika sebagai bidang studi yang sulit. Hal ini dikarenakan siswa sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan symbol – symbol matematika yang disertai dengan penghafalan rumus – rumus matematika”.

Selain itu, hal ini juga didukung oleh perilaku guru yang kurang kreatif dalam mennyampaikan pelajaran kepada siswa. Guru lebih menekankan kepada siswa untuk menghafalkan konsep-konsep, terutama rumus-rumus praktis yang biasa digunakan oleh siswa dalam menjawab soal ulangan umum atau ujian nasional, tanpa melihat secara nyata manfaat materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Triyanto (2009: 89) menyatakan bahwa: “kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep-konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki”.

Dalam hal ini proses pembelajaran yang diberikan bersifat monoton sehingga membuat siswa kurang tertarik belajar matematika. Seperti yang diungkapkan oleh Nur Ali Aziz Adetia (https://www.academia.edu) :

(18)

siswa itu sendiri, melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada matematika.

Selain karena kurang tertariknya siswa belajar matematika, rendahnya hasil belajar matematika siswa juga dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berbeda dari contoh. Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita matematika serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti ke sekolah SMK Parulian 1 Medan (tanggal 12 Februari 2014) menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah program linear yang dimiliki siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal program linear terutama dalam memodelkan soal cerita kedalam kalimat matematika dan menggambarkannya ke dalam bentuk grafik. Selain itu siswa juga masih bingung dalam menentukan daerah penyelesaian dari program linear tersebut.

Materi program linear merupakan salah satu dari materi pelajaran matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan banyak permasalahan-permasalahan matematika yang terdapat pada materi program linear. Permasalahan-permasalahan tersebut tidak jauh dari permasalahan-permasalahan yang sering manusia alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bukunya Heryadi (2007: 106) mengemukakan salah satu permasalahan sehari-hari yang terdapat pada materi program linear yaitu:

Dalam menjalankan aktivitas produksi dalam suatu perusahaan pastilah tersedia bahan baku, tenaga kerja, saran produksi, dan sebagainya. Seorang pengusaha harus mengombinasikan semua faktor-faktor produksi tersebut untuk menghasilkan barang yang menguntungkan perusahaannya. Pemahaman yang baik tentang program linear sangat membantunya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.

(19)

6

memodelkan soal-soal cerita. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei peneliti berupa pemberian tes awal kepada 43 orang siswa kelas XI AK/AP SMK Parulian 1 Medan (12 Februari 2014) menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1

Tabel 1.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Awal Kelas XI AK/AP SMK Parulian 1 Medan

Nilai % TKPM Banyak Siswa Persentase Jumlah Siswa Rata-rata Skor Kemampuan Kelas

TKPM < 65% 40 93,02%

9,97 (33,23%)

TKPM ≥65% 3 6,98%

Dari keterangan data di atas terlihat jelas bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih sangat rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 40 orang siswa (93,02%) dengan nilai persentase tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika < 65%, dan 3 orang siswa (6,98%) dengan nilai persentase tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika ≥65%. Nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah matematika kelas adalah 9,97 (33,23%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas XI AK / AP SMK Parulian 1 Medan masih kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan selama ini pembelajaran pada materi program linear terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah program linear. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep program linear sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah program linear sangat kurang.

(20)

mencoba menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan yang dipahami hanya sebatas apa yang diberikan guru. Kenyataan pembelajaran matematika seperti ini membuat siswa tidak tertarik belajar matematika yang akhirnya mengakibatkan penguasaan konsep terhadap matematika menjadi relatif rendah. Pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Jika siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujono (1988: 242) yang mengemukakan bahwa:

Cara yang terbaik dalam mempelajari pemecahan masalah matematika adalah dengan memecahkan masalah sebanyak-banyaknya. Seringkali pengalaman itu merupakan guru yang terbaik. Jika siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka pengetahuannya dan keterampilannya dalam menyelesaikan masalah akan meningkat. Hal ini amat besar manfaatnya dalam memecahkan masalah di kehidupan nyata.

Susanto (2012: 201) juga mengemukakan bahwa:

Pemecahan masalah matematika yang diajarkan pada siswa hasilnya adalah siswa memiliki pemahaman yang baik tentang suau masalah, mampu mengomunikasikan ide-ide dengan baik, mampu mengambil keputusan, memiliki keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperoleh.

Abdurrahman (2009: 254) juga menambahkan bahwa: “ suatu keterampilan dapat dilihat dari kinerja anak secara baik atau kurang baik, secara cepat atau lambat, dan secara mudah atau sangat sukar. Keterampilan cenderung berkembang dan dapat ditingkatkan melalui latihan”.

(21)

8

sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia. Setiap masalah tersebut menuntut manusia untuk dapat menemukan pemecahan masalah tersebut. Dimana proses pemecahan masalah tersebut melibatkan proses berpikir tingkat tinggi.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan memecahkan masalah-masalah matematika yang ada. Slameto (2010: 94) mengemukakan bahwa: Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal mana itu akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dikerjakannya, dan kepercayaan pada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain.

Selanjutnya, Slameto (2010: 36) juga menyatakan bahwa:

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.

(22)

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran”.

Rusman (2012: 236) juga menyatakan bahwa:

Proses PBL dan latihan melibatkan penggunaan otak atau pikiran untuk melakukan hubungan melalui refleksi, artikulasi, dan belajar melihat perbedaan pandangan. Dalam proses PBL, skenario masalah dan urutannya membantu siswa mengembangkan koneksi kognitif. Kemampuan untuk melakukan koneksi inteligen merupakan kunci dari pemecahan masalah dalam dunia nyata pelatihan dalam PBL membantu dalam meningkatkan konektivitas, pengumpulan data, elaborasi, dan komunikasi informasi.

Secara umum PBL meningkatkan kemampuan berpikir dalam sebuah proses kognitif yang melibatkan proses mental yang dihadapkan kepada kompleksitas suatu permasalahan yang ada di dunia nyata. Dalam hal ini masalah yang diberikan sebagai bentuk latihan siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah masalah matematika yang kebanyakan berbentuk soal cerita. Soal cerita tersebut menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006: 220) : “salah satu kelebihannya adalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah untuk memperoleh pengetahuan baru dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”.

Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan.

(23)

10

untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian dengan judul:“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based-Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Program Linear Kelas XI SMK Parulian 1 Medan TA 2014/ 2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa. 2. Siswa kurang tertarik belajar matematika

3. Seluruh informasi pembelajaran hanya berasal dari guru saja.

4. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berbeda dari contoh yang diberikan sangat kurang.

5. Penerapan model pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat.

6. Belum diterapkannya model pembelajaran Problem Based-Learning dalam pengajaran matematika khususnya pada materi Program Linear.

1.3. Batasan Masalah

(24)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran Problem Based - Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear Kelas XI SMK Parulian 1 Medan T.A 2014 / 2015? 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran

Problem Based - Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear Kelas XI SMK Parulian 1 Medan T.A 2014 / 2015?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaranProblem Based – Learningpada materi program linear Kelas XI SMK Parulian 1 Medan T.A 2014 / 2015?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi penerapan model pembelajaranProblem Based - Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear kelas XI SMK Parulian 1 Medan T.A 2014 / 2015.

2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran Problem Based - Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear Kelas XI SMK Parulian 1 Medan T.A 2014 / 2015.

(25)

12

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran matematika melalui Problem Based- Learningpada materi program linear dan sebagai bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam menjalani praktik mengajar dalam instansi formal yang sesungguhnya.

2. Bagi guru matematika, sebagai bahan masukan melakukan variasi dalam mengajar materi program linear dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based-Learning sehingga proses belajar mengajar matematika tidak lagi monoton.

3. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi program linear melalui penerapan model pembelajaran Problem Based-Learning.

4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah guna peningkatan kualitas pengajaran. 5. Bagi dunia pendidikan, sebagai bahan pemikiran guna kemajuan pembelajaran

(26)
(27)

86 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian pada Bab IV maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi yang dilakukan dalam penerapan Model Pembelajaran Problem Based-Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Program Linear adalah :

a. Memotivasi siswa mempelajari materi program linear dengan cara menginformasikan kepada siswa yang dimaksud dengan program linear melalui masalah yang diberikan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

b. Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar secara heterogen dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

c. Membantu siswa menyelesaikan masalah dengan mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah yang terdapat pada LAS dengan mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen actual sehingga siswa benar-benar mengerti dimensi permasalahannya.

(28)

2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran Problem Based-Learning di kelas XI SMK Parulian 1 Medan T.A 2014/2015 terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu untuk kategori visual activities meningkat sebesar 29,07%, oral activitiesmeningkat sebesar 19,77%, listening activities meningkat sebesar 22,06%, writing activities meningkat sebesar 18,57%, mental activities meningkat sebesar 23,26%, dan emotional activities meningkat sebesar 26,16%.

(29)

88

5.2. Saran

Adapun saran yang diajukan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian adalah :

1. Kepada Guru Matematika, diharapkan dapat melakukan variasi dalam mengajar materi Program Linear dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based-Learningsehingga proses belajar engajar matematika tidak lagi monoton.

2. Kepada siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi program linear melalui penerapan model pembelajaranProblem Based-Learning.

3. Kepada sekolah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah guna peningkatan kualiatas pengajaran.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang sama, hendaknya lebih memperhatikan model dan media pembelajaran yang sesuai, serta menguasai materi pokok yang diajarkan supaya keberhasilan pembelajaran tercapai.

(30)
(31)

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009),Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Adetia, N.A.A., (2014),https://www.academia.edu(diakses Januari-Maret 2014) Arikunto, S., (2009),Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara,

Jakarta.

Gurupkn, (2014), http:/gurupkn.wordpress.com-pembelajaran-berdasarkan-masalah(diakses Januari-Maret 2014)

Heryadi, D., (2007),Modul Matematika Untuk SMK Kelas XI, Ghalia Indonesia Printing, Jakarta.

Hudojo, H., (2005),Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit Universitas Negeri Malang, Malang.

Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikat Guru, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Mulyasa, E., (2006), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nasution, W., (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendidikan Matematika Tipe TGT,Tesis, FMIPA, Unimed, Medan.

Purwanto, N., (2009),Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Penerbit Rajawali pers, Jakarta.

Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana, Bandung.

Sanjaya, W., (2009),Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Kencana, Jakarta. Slameto, (2010), Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

(32)

Suprijono, A., (2009), Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi Paikem, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Suryosubroto.B, (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta.

Susanto, A., (2012), Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Syaban, M., (2014), http://educare.e-fkipunla.net (diakses Januari-Maret 2014) Trianto, (2010), Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Kencana, Jakarta.

Gambar

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Tiap
Gambar 3.1 Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes

Referensi

Dokumen terkait

No Waktu MATERI NARASUMBER. SENIN, 21

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa pemanasan melalui permainan tradisional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

Tahun Pelajaran ……… Bulan Januari s.d Maret 2016 Melaksanakan tugas mengajar dengan beban kerja sebanyak ……… Jam Tatap Muka (JTM) yang terdiri

projection so supporting the standard projection clause, too, is of no use in practice (but may require additional effort in. implementations): If the target property is optional

The geometry of individual buildings in LOD1 and LOD2 may be represented in a multitude of valid forms within the same LOD. For instance, the top of a LOD1 building may represent

dari shuhuf, bentuk plural dari kata shahîfah yang berarti ‘surat kabar’), dan al-Kitâb (Buku), sebagai dua media komunikasi dalam proses komunikasi massa yang

Komputer server pada kasus ini juga bertindak sebagai penggerak dan pemutar kamera dalam aplikasi, sedangkan komputer client hanya digunakan untuk menerima data posisi dan

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara